Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH MEDIA SOSIAL TERHADAP PENERAPAN PHYSICAL DISTANCING

SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN COVID-19 PADA REMAJA DI JAWA TIMUR

HASIL ANALISIS DATA

A. DATA DEMOGRAFI
1. Jenis Kelamin

2. Usia

3. Pendidikan Terakhir
4. Pekerjaan

5. Kota Domisili
B. ANALISIS HUBUNGAN KAP DAN PENGGUNAAN SOSIAL MEDIA
1. Uji Normalitas Knowledge
1.1. Uji Normalitas
1.1.1. Intensitas penggunaan sosial media terhadap knowledge

Data tidak berdistribusi normal sebab nilai signifikansi < 0,05.


Pada pengolahan data digunakan spearman’s rho correlation.

1.1.2. Seberapa sering melihat informasi terkait physical distancing di sosial media
terhadap knowledge
Interpretasi : Data tidak berdistribusi normal sebab nilai signifikansi < 0,05.
Pada pengolahan data digunakan spearman’s rho correlation.

1.1.3. Saya melihat orang tidak menerapkan physical distancing dari unggahan
pengguna sosial media

Interpretasi : Data tidak berdistribusi normal sebab nilai signifikansi < 0,05.
Pada pengolahan data digunakan spearman’s rho correlation.
1.2. Pengolahan Data Knowledge
1.2.1. Intensitas penggunaan sosial media terhadap knowledge

Hasil → sig = 0,965 ; koefisien korelasi = - 0,004


Interpretasi → sig > 0,05 maka dikatakan tidak berkorelasi

1.2.2. Seberapa sering melihat informasi terkait physical distancing di sosial media
terhadap knowledge
Hasil → sig = 0,030 ; koefisien korelasi = 0,172
Interpretasi → sig < 0,05 maka dikatakan berkorelasi

kesimpulan : intensitas remaja dalam mendapatkan informasi terkait physical


distancing di sosial media memiliki pengaruh terhadap pengetahuan remaja terkait
physical distancing.

1.2.3. Saya melihat orang tidak menerapkan physical distancing dari unggahan
pengguna sosial media

Hasil → sig = 0,640 ; koefisien korelasi = 0,037


Interpretasi → sig > 0,05 maka dikatakan tidak berkorelasi

2. Pengolahan Data Attitude


2.1. Intensitas penggunaan sosial media terhadap attitude

Hasil → sig = 0,000


Interpretasi → sig < 0,05 maka distribusi tidak normal. dilanjutkan dengan
spearman’s rho correlation
Hasil → sig = 0,206 ; koefisien korelasi = 0,101
Interpretasi → sig > 0,05 maka dikatakan tidak berkorelasi.

2.2. Seberapa sering melihat informasi terkait physical distancing di sosial media
terhadap attitude

Hasil → sig = 0,000


Interpretasi → sig < 0,05 maka distribusi tidak normal. dilanjutkan dengan
spearman’s rho correlation
Hasil → sig = 0,000 ; koefisien korelasi = 0,353
Interpretasi → sig < 0,05 maka dikatakan berkorelasi.

2.3. Saya melihat orang tidak menerapkan physical distancing dari unggahan
pengguna sosial media terhadap attitude

Hasil → sig = 0,000


Interpretasi → sig < 0,05 maka distribusi tidak normal. dilanjutkan dengan
spearman’s rho correlation
Hasil → sig = 0,294 ; koefisien korelasi = 0,084
Interpretasi → sig > 0,05 maka dikatakan tidak berkorelasi.

3. Pengolahan Data Practice


3.1. Uji Normalitas
3.1.1. Intensitas penggunaan sosial media terhadap practice

Hasil → sig = 0,56


Interpretasi: Data berdistribusi normal sebab nilai signifikansi > 0,05.
Pada pengolahan data digunakan Pearson’s rho correlation

3.1.2. Seberapa sering melihat informasi terkait physical distancing di sosial


media terhadap practice
Hasil → sig = 0,55
Interpretasi: Data berdistribusi normal sebab nilai signifikansi > 0,05.
Pada pengolahan data digunakan pearson’s rho correlation.

3.1.3 Saya melihat orang tidak menerapkan physical distancing dari


unggahan pengguna sosial media terhadap practice

Hasil → sig = 0,06


Interpretasi: Data tidak berdistribusi normal sebab nilai signifikansi < 0,05.
Pada pengolahan data digunakan spearman’s rho correlation.

3.2. Pengolahan Data Practice


3.2.1. Intensitas penggunaan sosial media terhadap practice
Hasil → sig = 0,214 ; koefisien korelasi = - 0,120
Interpretasi → sig > 0,05 maka dikatakan tidak berkorelasi

Kesimpulan: intensitas remaja dalam menggunakan media sosial tidak memiliki


pengaruh terhadap practice remaja terkait physical distancing.

3.2.2. Seberapa sering melihat informasi terkait physical distancing di sosial media
terhadap practice

Hasil → sig = 0,020 ; koefisien korelasi = 0,222


Interpretasi → sig < 0,05 maka dikatakan berkorelasi

Kesimpulan: intensitas remaja dalam mendapatkan informasi terkait physical


distancing di sosial media memiliki pengaruh terhadap practice remaja terkait
physical distancing.

3.2.3. Saya melihat orang tidak menerapkan physical distancing dari unggahan
pengguna sosial media terhadap practice
Hasil → sig = 0,706 ; koefisien korelasi = 0,037
Interpretasi → sig > 0,05 maka dikatakan tidak berkorelasi

Kesimpulan: Melihat orang yang tidak menerapkan physical distancing dari


unggahan pengguna sosial media tidak memiliki pengaruh dalam practice remaja
terhadap physical distancing.

Anda mungkin juga menyukai