1 ISSN:2085-4951 9772085495156
Oleh:
Heryanto
Abstrak
Panggilan tugas seorang pemimpin atau pekerja di
gereja adalah panggilan pelayanan. Perkataan “melayani”
bukanlah sesuatu yang awam lagi bahkan beberapa
sebutan dalam pekerjaan sekuler juga menggunakan kata
yang sama. Perkataan “melayani” ini justru menekankan
sesuatu yang tampil beda dengan dunia sekuler. Bahkan
lebih spesifik, kata “melayani” justru mengambil pola dan
hakekat dari tindakan Yesus Kristus ketika Ia melayani di
dunia. Gereja akan hilang nilai hakikinya apabila para
pemimpin dan pekerja gereja tidak mengoperasionalkan
metode pelayan dalam kerja nyata. Untuk itu, setiap
pemimpin gereja haruslah mengambil teladan dalam
kepemimpinan Yesus sehingga ia dapat mengekpresikan
kepemimpinan melayani sebagaimana Yesus telah lakukan
semasa Ia hidup dan melayani di dunia ini. Dan seluruh
dasar-dasar yang dibangun dalam kepemimpinan yang
melayani bertumpu pada dasar yang dibangun oleh Yesus
Kristus sebagaimana tertulis di dalam Markus 10:45.
Untuk itu, penulis memberi suatu pemahaman dan
dasar penilaian khusus yang perlu menjadi sumbangsih
bagi para pemimpin gereja untuk mengetahui apa dan
bagaimana pemimpin dan kepemimpin rohani, ciri-ciri
dari seorang pemimpin yang melayani, fundamen yang
perlu dibangun menjadi sebuah kekuatan kepemimpinan
yang melayani dan apa yang perlu dimiliki seorang
pemimpin yang melayani. Beberapa point inilah menjadi
landasan penting berdirinya seorang pemimpin yang
menjalankan peran dalam kepemimpinan yang melayani.
43
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
A. PENDAHULUAN
Pemimpin dengan kepemimpinannya memegang peran
yang strategis dan menentukan dalam menjalankan roda
organisasi, menentukan kinerja suatu lembaga dan bahkan
menentukan mati hidup atau pasang surutnya kehidupan suatu
lembaga. Ia merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat
dibuang atau diabaikan (sine qua non) dalam kehidupan suatu
organisasi atau suatu komunitas untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan. Baik atau buruknya kondisi suatu pelayanan
gereja termasuk juga skala lebih besar dalam organisasi, bangsa
dan negara, banyak ditentukan oleh kualitas pemimpinnya dan
kepemimpinan yang dijalankannya.
Tidak bisa juga dipungkiri jika gereja juga adalah sebuah
organisasi. Gereja juga adalah sebuah organisasi baik memiliki
struktur sosial dalam hubungan sesama manusia maupun
hubungan secara organisatorik yang membutuhkan sebuah
manajemen, sehingga dari kedua sisi ini menunjukkan bahwa
gereja dalam keberadaannya tidak terlepas akan pentingnya
seorang pemimpin yang menjalankan kepemimpinan dan
manajemen. Namun realita di lapangan pelayanan ditemukan
masih adanya pemimpin yang lemah mengaplikasikan dirinya
sebagai pemimpin sehingga melaksanakan fungsi-fungsi dalam
organisasi gereja masih terlihat jauh dari keadaan yang
seharusnya.
Adanya sebuah paradoks ketika kita menyandingkan
konsep sebagai pemimpin dengan konsep melayani. Pemimpin
biasanya dilayani, dan orang yang melayani biasanya bukanlah
pemimpin. Secara umum para hamba-hamba Tuhan yang
melayani di gereja masih cenderung memiliki pola pikir sebagai
pemimpin atau “boss” yang ingin dilayani. Jika gereja harus
berada pada posisi hakikinya sebagai institusi yang melayani
dan bukan dilayani maka setiap pemimpin yang melayani gereja
harus menyadari dan melaksanakan hakiki gereja yang
melayani. Dan sekiranya, hakiki gereja sebagai institusi yang
melayani diputar balikkan dengan keinginan semata atau
semena-mena sang pelayan sebagai pemimpin, maka berdampak
hilangnya kasih, kesatuan dan nilai-nilai spiritualitas dalam
44
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
B. HAKIKAT PEMIMPIN
Dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan
keluarga, organisasi, perusahaan sampai dengan pemerintahan
sering kita dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan serta
kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang memiliki hubungan
yang berkaitan satu dengan lainnya.
Siapakah pemimpin itu? J. Robert Clinton dalam
bukunya “Pembentukan Pemimpin Sejati” mengatakan, Seorang
pemimpin yang saleh adalah seseorang yang diberi kapasitas
dan tanggung jawab oleh Allah untuk mempengaruhi
sekelompok tertentu dari umatNya untuk mencapai tujuanNya
bagi kelompok tersebut.1
Beberapa ahli lainnya berpandapat tentang Pemimpin,
antara lain :
1. Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Pemimpin
adalah seseorang dengan wewenang kepemimpinannya
1
J. Robert Clinton, Pembentukan Pemimpin Sejati, (Colorado: Church
Resource Ministries, 1988), 42
45
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
46
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
C. HAKEKAT KEPEMIMPINAN
Lalu, apa itu kepemimpinan? Kepemimpinan adalah
suatu proses mempengaruhi. Setiap kali anda berusaha
memengaruhi cara berpikir, atau perkembangan orang menuju
pencapaian suatu tujuan dalam kehidupan pribadi atau
professional mereka. Anda sedang menjalankan peran sebagai
pemimpin. 2 Selanjutnya ada juga beberapa pengertian lainnya
tentang kepemimpinan, yakni:
a. Kepemimpinan adalah suatu proses yang memengaruhi
aktifitas kelompok yang di atur untuk mencapai tujuan
bersama (Rauch & Behling).
b. Kepemimpinan adalah kegiatan dalam memengaruhi orang
lain untuk bekerja keras dengan penuh kemauan untuk
tujuan kelompok (George P. Terry).
c. Kepemimpinan adalah suatu kegiatan memengaruhi orang
lain untuk bekerja sama guna mencapai tujuan tertentu yang
diinginkan (Ordway Tead).
d. Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang
mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan
sesuatu sesuai tujuan bersama.
e. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam
menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut
2
Ken Blanchard-Phil Hodges, Lead Like Jesus, (Jakarta: Praminta Offset,
2007), 5
47
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
D. HAKEKAT KEKUASAAN
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi
orang lain untuk mau melakukan apa yang diinginkan pihak
lainnya.Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi
orang lain untuk mau melakukan apa yang diinginkan pihak
lainnya.
Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta
kekuasaan yang dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki
keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi
pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya,
tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya
memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang
atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya,
keterampilan, bakat, sifat-sifatnya, atau kewenangannya yang
dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori
maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
48
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
49
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
3
Makmur Halim, Gereja Di Tengah-tengah Perubahan Dunia, (Malang:
Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2000), 133-134
4
Jeff Hammond, Kepemimpinan Yang Sukses, (Jakarta : Yayasan Media
Buana Indonesia, 2002), 10-12
50
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
51
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
52
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
53
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
F. FUNGSI KEPEMIMPINAN5
Dalam upaya mengwujudkan kepemimpinan yang
efektif, maka kepemimpinan tersebut harus dijalankan sesuai
dengan fungsinya. Fungsi kepemimpinan berhubungan langsung
dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok atau organisasi
masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin
berada di dalam dan bukan di luar organisasi. Fungsi
kepemimpinan merupakan gejala sosial karena harus
diwujudkan dalam interaksi antara individu di dalam situasi
sosial suatu kelompok atau organisasi.
Fungsi kepemimpinan dapat dibagi atas tiga macam,
yaitu :
1. Fungsi yang berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai,
yang terdiri dari:
a. Memikirkan dan merumuskan dengan teliti tujuan
organisasi serta menjelaskannya supaya anggota dapat
bekerjasama untuk mencapai tujuan.
b. Pemimpin berfungsi memberi dorongan kepada anggota-
anggota organisasi untuk menganalisis situasi supaya
dapat dirumuskan rencana kegiatan kepemimpinan yang
dapat memberi harapan baik.
c. Pemimpin berfungsi membantu anggota organisasi
dalam mengumpulkan berbagai informasi yang
diperlukan supaya dapat mengadakan pertimbangan yang
sehat.
d. Pemimpin berfungsi memberi kepercayaan dan
menyerahkan tanggung jawab kepada anggota dalam
melaksanakan tugas, sesuai dengan kemampuan masing-
masing demi kepentingan bersama. (Tidak mendominasi
melainkan memperhatikan “The right man in the right
place”)
e. Pemimpin memberi dorongan kepada setiap anggota
untuk melahirkan perasaan dan pikirannya yang positif
dan membangun untuk berguna dalam pemecahan
5
H. Achmad Sanusi – M. Sobry Sutikno, Kepemimpinan Sekrang Dan
Masa Depan, (Bandung: Prospect, 2009), 22-25
54
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
55
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
c. Fungsi partisipasi.
Dalam menjalankan fungsi ini setiap pemimpin berusaha
mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya baik dalam
keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam
melaksanakannya.
d. Fungsi delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan
wewenang/menetapkan keputusan baik melalui
persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan.
e. Fungsi pengendalian
Fungsi ini bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses
atau efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya
secara terarah dan koordinasi yang efektif sehingga
memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara
maksimal. Fungsi pengendalian dapat diwujudkan
melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi dan
pengawasan.
Semua fungsi-fungsi kepemimpinan tersebut di atas pada
dasarnya merupakan strategi untuk mengefektifkan organisasi
dan mengefisiensikan tingkat kesulitan sebagai tehnik
mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku atau
menggerakkan anggota organisasi agar melaksanakan kegiatan
secara maksimal untuk mencapai tujuan organisasi.
Fungsi-fungsi kepemimpinan tersebut harus dilaksanakan
dalam aktivitas kepemimpinan secara integral, di mana
pelaksanaannya akan berlangsung sebagai berikut:
(a) Pemimpin berkewajiban menjabarkan program kerja.
(b) Pemimpin harus mampu memberikan instruksi-
instruksi yang jelas.
(c) Pemimpin harus berusaha mengembangkan dan
menyalurkan kebebasan berpikir dan mengeluarkan
pendapat.
(d) Pemimpin harus mengembangkan kerjasama yang
harmonis
(e) Pemimpin harus mampu memecahkan masalah dan
mengambil keputusan sesuai batas tanggung jawab
masing-masing
56
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
57
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
6
http://hermanmusakabe.nttprov.go.id/?p=34
58
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
59
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
60
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
61
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
62
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
63
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
7
Lihat Dr. Kenneth Blanchard dan kawan kawan, Leadership by The
Book (LTB) mengisahkan tentang tiga orang karakter yang mewakili tiga
aspek kepemimpinan yang melayani, yaitu seorang pendeta, seorang
professor, dan seorang profesional yang sangat berhasil di dunia bisnis.Tiga
aspek kepemimpinan tersebut adalah HATI yang melayani (servant HEART),
KEPALA atau pikiran yang melayani (servant HEAD), dan TANGAN yang
melayani (servant HANDS).
64
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
65
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
66
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
8
F. Mardi Prasetyo SJ, Kepemimpinan Religius, (Pusat Spiritualitas Girisonta, 1998). 23
67
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
1. Otoritas9
Dunia dan segala sesuatu adalah diciptakan dalam otoritas
Allah. Tidak ada yang diciptakan sang pencipta bisa ada tanpa
tunduk kepada otoritas tertentu karena otoritas, secara alamiah,
melibatkan ketergantungan dan saling ketergantungan.
Manifestasi pertama dari otoritas adalah segala sesuatu
tergantung pada Sang pencipta karena semuanya berasal dari
Dia. Kolose 1 : 16-17 menyatakan :
“Karena di dalam Dialah telah diciptakan
segala sesuatu, yang ada di Sorga dan yang
ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak
kelihatan, baik singgasana maupun kerajaan,
9
Myles Munroe, Tujuan dan Kuasa dari Otoritas, (Jakarta : Light
Publishing, 2011), 89-97
68
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
69
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
70
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
(Matius 20:26-28)
71
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
2. Karakter
Akar kata “karakter” dapat dilacak dari kata Latin,
kharakter, kharassein dan kharax, yang artinya tools for making,
to engrave, and pointed stake. Kata ini mulai banyak digunakan
(kembali) dalam bahada Prancis (caractere) pada abad ke-14
dan kemudian masuk dalam Bahasa Inggris menjadi
“character”.Akhirnya menjadi kata “karakter” dalam bahasa
Indonesia.
Dalam kamus Poerwadarminta, karakter diartikan
sebagai tabiat, watak, sifat, kejiwaan, akhlak atau budi pekerti
yang membedakan seseorang dari yang lain.
Dengan pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa
pembangunan karakter (character building) adalah proses
mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa sehingga
“berbentuk” unik, menarik dan berbeda atau dapat dibedakan
dengan orang lain.10
Mengapa karakter jauh lebih penting daripada
karisma?Karisma adalah kemasan suatu produk, sedangkan
karakter adalah kegunaan dan keunggulan suatu produk.Namun,
10
Hosea K. Budhi, Discover Your Successful, (Yogyakarta : ANDI,
2008), 8-9
72
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
hal ini tidak berarti bahwa kemasan tidak penting. Suatu produk
apalagi yang mudah bereaksi dengan udara, meskipun
mempunyai kualitas yang baik, apabila tidak dikemas dengan
baik, maka produk tersebut akan menjadi cepat rusak.\Pada
suatu saat nanti kemasan tersebut memang tidak lagi diperlukan.
Inilah yang dikatakan oleh rasul Paulus, “Kasih tidak
berkesudahan, nubuat akan berakhir, bahasa roh akan berhenti,
pengetahuan akan lenyap” (I Kor. 13:8). Semua karisma
(kemasan) atau karunia-karunia Roh Kudus pada saatnya nanti
tidak akan diperlukan lagi, yaitu ketika Yang Sempurna itu
datang. Jadi, selama Tuhan Yesus belum datang kembali ke
dunia ini untuk yang ke dua kali, itu berarti karisma (kemasan)
masih ada dan diperlukan.
Namun, apabila kita merenenungkan dan memperhatikan
lebih lenjut tentang perkataan rasul Paulus itu, maka kita akan
mengerti apa yang menjadi penekanan dari tulisannya. Dia tak
bermaksud mengesampingkan karisma. Dia menghargainya dan
menganggap hal itu penting dan tetap relevan bahkan secara
khusus ia menulis dan mengajarkan tentang karisma ini. Tetapi
ada satu hal yang tidak kalah pentingnya adalah buah roh atau
karakter. Inilah yang akan di bawa masuk ke dalam kerajaan
surga oleh setiap orang Kristen, sebab karisma akan lenyap
dengan kedatanganNya kelak. Inilah keunggulan yang
sesungguhnya dari seorang hamba Tuhan dan pelayanannya
apabila bisa memegang teguh akan karakternya.11
Ada beberapa hal tentang karakter yang diajarkan Yesus,
antara lain12 :
a. Rendah hati
“Aku melupakan apa yang telah di belakangku” adalah
suatu pernyataan Paulus yang menyakinkan kita bahwa ia
bukanlah jenis orang yang hidup terpaku pada masa lalu.
Sebenarnya, Paulus ingin berkata, “Saya tidak menghiraukan
prestasi-prestasi saya dan juga kesalahan-kesalahan orang lain
11
Leonardo A. Sjiamsuri, Karisma Versus Karakter, (Jakarta : Nafiri
Gabriel, 2000), 25-26
12
Charles R. Swindoll, Meningkatkan Pelayanan Anda, (Bandung : Pionir
Jaya, 2008), 84-86
73
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
74
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
b. Murah hati
Murah hati artinya memperhatikan orang-orang yang
berkekurangan. Pelayanan terhadap orang-orang yang susah.
Menawarkan bantuan bagi mereka yang terluka……..yang
menderita di bawah tekanan hidup yang sulit.
Murah hati tidak hanya berarti bersimpati kepada
seseorang dengan pengertian popular dari kata ini sendiri, tidak
terbatas hanya pada perasaan kasihan terhadap orang dalam
kesulitan.Chesedh mengatakan, murah hati artinya adanya
kemampuan untuk mengerti sedalam-dalamnya tentang
seseorang.Jadi, jelas hal ini lebih dari sekedar gelombang emosi,
kasihan melainkan memerlukan adanya kesungguhan dari
pikiran dan kemauan. Istilah ini menunjukkan suatu perasaan
simpati yang tidak diberikan dari luar saja tetapi berasal dari
usaha untuk mengerti lebih dalam orang tersebut, sehingga kita
dapat melihat dan merasa sebagaimana yang ia lihat dan
rasakan.
Seorang pelayan yang bermurah hati kepada orang yang
dalam kesusahan seringkali justru dapat menolong serta
memberi kekuatan kepada orang tersebut karena ia sendiri dapat
merasakan penderitaan orang yang dilayani itu – ia mengerti
betul keadaan orang tersebut. Ia tidak hanya melihat atau
membantu dari jauh tetapi ia juga berhubungan langsung,
terlibat dan menawarkan bantuan yang tepat dan dapat
mengurangi kesusahan orang tersebut.
75
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
c. Berdamai
Istilah “berdamai” diambil dari kalimat, “Orang yang
membawa damai”, dalam bahasa Yunani, istilah ini digunakan
kata “berdamai” memiliki pengertian, antara lain :
Sedapat-dapatnya kalau hal ini bergantung padamu,
hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang. (Roma
12:18)
Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan
damai sejahtera dan yang berguna untuk saling
membangun (Roma 14:19)
Jadi. Seorang “yang membawa damai” adalah seorang
pelayan yang memiliki kedamaian dalam dirinya sendiri
(tenang) dan ia berusaha keras untuk menyelesaikan perselisihan
dan bukannya malah memulai dan membesarkannya. Ia adalah
orang yang dapat menerima, toleran, dan tidak suka pada hal-hal
yang negatif
3. Kasih
Kita sering diingatkan bahwa Yesus telah mengatakan
tidak ada perintah yang lebih besar daripada “Kasihilah Tuhan,
Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu
dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap
kekuatanmu.Dan Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
sendiri.” (Markus 12 : 30-31).
Tetapi tidak banyak diceritakan bahwa Yesus juga
menambahkan, “Aku memberikan perintah baru kepada kamu,
yaitu supaya kamu saling mengasihi, sama seperti Aku telah
mengasihi kamu, demikian pula kamu harus saling mengasihi.”
(Yoh. 13:34). Inilah yang membuat perbedaan yang amat
besar!13
Untuk memahami kasih seperti apakah yang dimiliki
oleh Yesus, kita harus memahami bahwa orang Yunani
menggunakan kata yang berbeda-beda untuk menyatakan
berbagai macam jenis kasih yang ada.Kata-kata yang dipakai
oleh orang Yunani tersebut adalah Eros, Storge, Phileo dan
13
Paul J. Meyer, 24 Kunci Sukses, (Yogyakarta : ANDI, 2008), 98
76
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
DAFTAR PUSTAKA
Charles R. Swindoll, Meningkatkan Pelayanan Anda, (Bandung
: Pionir Jaya, 2008)
F. Mardi Prasetyo SJ, Kepemimpinan Religius, (Pusat
Spiritualitas Girisonta, 1998)
14
Gunawan Hartono, The Servant King, ( Sidoarjo : Elijah, 2009), 76-77
77
Jurnal Sotiria: Vol. III No. 1 ISSN:2085-4951 9772085495156
78