Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH KUALITAS KEPEMIMPINAN PENDETA DALAM UPAYA


MENINGKATKAN KEROHANIAN JEMAAT

NAMA : MARTHA BABA


KELAS : G
SEMESTER : VI
NIM : 01.2018.0239

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

INTITUS AGAMA KRISTEN NEGERI KUPANG

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syujur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
Melimpahkan rahmat sehingga saya dapat menyelesaikan proposal dengan judul
pengaruh kualitas kepemimpinan pendeta dalam upaya meningkat kerohanian jemaat
dalam menyelesaikan proposal saya telah berusaha mencapai hasil yang maksimal,
tetepi dengan keterbatasan wawasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan yang
saya miliki saya menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kata sempurna oleh
karena itu saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dewi perbaikan proposal
ini sehingga dapat bermanafaat bagi saya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


1.2 Identifikasi
1.3 Rumusan masalah
1.4 Tujuan penelitian

1.5 Manfaat teoritis

1.6 Manfaat praktis

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kajian teori

2.2 Kualitas kepemimpinan dan kerohanian pelayanan seorang pendeta

2.3 Gaya Kepemimpinan Pendeta Dalam Melayani

2. 4 Pemimpin dan Kepemimpinan Gereja

BAB III METODE PENELITAN

3.1 Metode penelitain

3.2 Waktu penelitian

3.3 Teknik pengumpulan data

3.4 Dokumentasi

3.5 Teknik analisis data

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Secara umum kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana
seorang individu mempengaruhi sekelompok individu yang lain untuk mencapai
tujuan bersama –sama banyak penelitan menunjukan bahwa pentingnya kepimpinan
dalam suatu organisasi baik itu di kalangan perusahaan, sekolah, masyarakat, dan juga
di dalam organisasi gereja. Gereja memerlukan seorang pemimpin yang
memperkenalkan ide-ide baru ke dalam suatu organisasi gereja yang dimana
pemimpin dapat mendorong untuk mencapai tujuan bersama dengan yang di
pimpinnya.
Pendeta merupakan pemimpin dalam suatu organisasi gereja yang memiliki
peran suatu penting yang mampu menguatkan aspek pemberdayaan jemaat dan
manajemen suatu pelayanan. Dalam konteks organisasi gereja, pendeta juga di
harapkan menjadi seorang figur pemimpin bagi anggotannya. Salah suatu tugas dari
seorang pemimpi termasuk pendeta yaitu memberikan pengaruh positif serta
kepercayaan dan keyakinan untuk memotivasi pengikutnya. Seorang pemimpin juga
dapat mempengaruhi sikap pribadi dalam diri pengikutnya untuk mengembangkan
dan mengarahkan suatu keberhasilan yang ingin dicapai bersama-sama dalam suatu
kepimpinan.
Setiap pemimpin tentu mempunyai gaya kepemimpinan masing-masing, gaya
kepemimpinan yang diterapkan oleh setiap pemimpin pasti berbeda antara satu
dengan yang lain. Pemimpinan yang sesuai dengan lingkungan jemaat sangat di
perlukan, yakni bertanggung jawab menjadi pemipim yang tetap dan mempunyai
integritas yang baik dalam kepemimpinannya. Dalam konteks ini juga seorang
pendeta perlu menerapkan gaya kepemimpinan yang dapat menggerakan dan
mengarahkan anggotanya agar dapat memimpin organisasi gereja secara efektif dan
tersturktur sesuai dengan tujuan yang hendak di capai.
Menurut Tomatala,suatu keberhasilan pemimpin dinilai dari keberhasilan orang-
orang yang di pimpinnya,termasuk kemajuan,perkembangan, atau pertumbuhan
mereka dibahwa kepemimpinannya, jika pemimpin berhasil, itu artinya ia
menjalankan tugasnya dengan dengan baik, yaitu memperhatikan kebutuhan dari
anggota-anggotanya. Pemimpin yang berhasil dapat memberikan teladan bagi
anggotanya dan mampu memberikan ide-ide atau gagasan-gagasan motivasi dalam
meningkatkan kepercayaan diri anggotanya. Pemimpin inikharisma dalam memimpin
dan melayani.
Kepemimpinan merupakan titik sentral proses berjalannya kegiatan suatu
kelompok. Dari kepemimpinan di harapkan lahir dan memberikan berbagi gagasan
baru,yang dapat memberikan dorongan lahirnya perubahan,kegiatan dan seluruh proses
pemimpin di butuhkan dalam pelayanan gereja karena pemimpin adalah orang yang
dapat mendorong dan mengarahkan anggotanya ke arah tujuan yang meningkatkan
suatu pelayanan yang berada pemimpin maka dapat menginkatkan suatu pelayanan
yang ada di gereja serta memberikan dorongan penuh untuk meningkatkan kualitas
dari pelayanan gereja.
1.2 Identifikasi masalah
Melihat fakta-fakta yang diuraikan di atas, maka penulisan ini memberikan
beberapa identifikasi masalah:
1. Mengapa terjadi penurunan baik dalam kualitas kerohanian jemaat
2. Apakah kaitan antara kualitas kepemimpinan upaya dalam pelayanan jemaat
1.3 Rumusan masalah
Rumusan masalah merupakan kelanjutan dari urain terdahulu.dalam perumusan
masalah penulisan membuat rumusan diteliti ada pun rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah
1. Bagaimana gaya kepemimpinan pendeta terhadap upaya kerohanian jemaat
2. Bagaimana kualitas seorang pendeta dalam jemaatnya
1.4 Tujuan penelitan
Adapun tujuan penelitan dari penulis ini
1. untuk mengetahui kaitan anatara kualitas kepemimpinan rohani dan pelayanan
seorang gembala dengan kualitas kerohanian
2. untuk memberikan dorongan kepada para pendeta jemaat agar lebih
meningkatkan kulitas kepemimpinan, rohani dan pelayanannyajemaat
1.5 Manataat penelitan
Adapun manafaat dari penelitan ini adalah
1. Manfaat teoritis
Dari hasil penelitan ini di harapkan bermanafaat untuk memberikan pemikiran bagi
gereja bahwa pentingnya gaya kepemimpinaan untuk perkembangan gereja.
Penelitian ini juga di harapkan gereja mampu ikut serta, mendukung terus dalam
pertumbuhan dan perkembangan gereja yang berkualitas dan mempunyai integritas
yang tinggi dalam pelayanannya pendeta terus menerus memperbahui pemimpim-
pemimpin yang ada dalam menjalankan tugasnya untuk menyatakan kerajaan Allah
di tengah-tengah jemaat.
2. Manfaat praktis
 Untuk mengetahui kaitan antara kualitas kepemipinan rohani seorang pendeta
 Pendeta harus memberikan dorong kepada jemaat agar lebih meningkatkan
kualitas kepemimpinan rohani dan pelayanan jemaat
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 LANDASAN TEORI

2.1 kepemimpinan pendeta


1) Pengertian kepemimpinan
Dalam kamus besar bahasa indonesia,kata pendeta terdiri beberapa
arti orang pandai, pertapa, pemuka atau pemimpin agama atau
jemaah,rohaniawan dan Guru Agama.seorang pendeta dalam jemaat adalah
pemimpin tertinggi didalam Gereja, kepemimpinan yang di maksudkan
adalah untuk menggembalakan jemaat, memberikan pelayanan jika
sedang di butuhkan, namun banyak fakta di belakangan ini yang berbeda,
ada pendeta-pendeta jemaat yang memiliki kulitas kepimpinan yang baik
namum tidak dengan kuliatas rohaninya, sebaliknya , ada juga pendeta-
pendeta yang memiliki kualitas yang baik dalam rohani namum lemah di
dalam kepemimpinan jemaat.banyak fakta yang juga bahwa banyak
pendeta-pendeta jemaat yang justrus tingkat kerohanian anggota-
anggotanya sangat baik dan pelayanan yang bagus baik di dalam maupun
di luar Gereja, tapi ada pendeta-pendeta jemaat yang justru tingkat
kerohanian anggotanya kurang dan akibatnya pelayanan di dalam dan
luar gereja menjadi terhambat.
Menurut Detert dan Burris (2007) para pemimpin yang terbuka akan
memberikan ide-ide atau gagasan baru kepada para pengikutnya.
Menurut Judge, T.A., dan BONO,J.E.(2000),menyatakan bahwa korelasi
antra keterbukaan untuk suatu perubahan dan kepemimpinan
transformasional menghasilkan korelasi yang cukup signifikan, karena
pemimpin yang visioner terhadap suatu prubahan.pemimpin yang visioner
memiliki visi dan mampu merangsang pengikut untuk mengejar visi
tersebut, menerima dan mengambil keuntungan penuh dari perubahan
bagi seorang pemimpintransformasioanl.
Menurut Feriss et al.(2007) mengemukan bahwa keramahan
merupakan dari tema kebaikan, serta dapat mencerminkan nilai dari suatu
karakteristik dalam diri pemimpin yang di dalamnya terdapat efektifitas
positif yang dapat mewakili dari keramahan.
Menurut Greenleaf, kepemimpinan yang melayani adalah sebuah bentuk
kepemimpinan yang muncul dari sebuah perasaan yang murni, yang hadir
dari sebuah kesadaran bahwa setiap orang ingin dan berhak untuk
dilayani.
2) Fungsi kepemimpinan pendeta
Adapun fungsi dari adanya kepemimpinan pendeta adalah sebagai
gembala, Guru dan pemimpin.
a. Sebagai gembala tugasnya:
1. Menjadi teladan , mendorong dan membimbing warga jemaat baik secara
perorangan maupun secara bersama-sama agar bertumbuh menjadi
semakin dewasa dan dan mandiri.
2. Mengunjungi warga jemaat di tempat kediaman atau di tempat kerja
masing-masing.
3. Memberikan perhatian kepada kehidupanan berkeluarga warga jemaat.
4. Memberikan perhatian khusus kepada warga jemaat yang berduka, yang
sedang berkabung, yang sedang sakit, yang terancam kekurangan sedang,
pangan dan papan, yang ditahan atau dipenjara
5. Memberikan pengertian tentang persembahan syukur serta mendorong
jemaat untuk memberikan persembahan.
3) Tugas dan tanggung jawab pendeta dalam pelayanan jemaat
Pendeta merupakan panggilan Tuhan kepada diri seseorang yang menerima
penggilan institusi gerejab untuk melaksanakan tungsi-tugsi tertentu yang
sesuai dengan kebutuhan gereja membahwa jemaat untuk mewartakan
kerajaan Allah di tengah-tengah kehidupan masyarakat dan menjadi terang
dan garam dunia bagi banyak orang.
Pendeta ditahbiskan sebagai pelayan firman dan sakramen. Pendeta di
tahbiskan sebagai seorang hamba Tuhan di bawah firman yang
diberikanya. Kuasa dan jabatan itu tidak terletak dalam diri pendeta saja
melainkan dalam firman dan sakramen tersebut. Acara pernah di
selenggarakan bukan untuk memperoleh status atau jabatan, melainkan
suatu panggilan dan pelayanan dari seorang pendeta tersebut. Dengna
demikian, tugas yang diemban oleh pendeta berhubungan dengan tugas
panggilan gereja dan fefleksi terhadap dirinya sendiri.
Kepemimpinan pendeta sering kali di perbincangkan oleh banyak
orang khususnya di dalam lingkup gereja. Ketika suatu kepemimpinan
pendeta tidak sesuai dengan harapan untuk jemaat dari situlah mulai
banyak suatu kritikan didalam suatu wadah dalam kepemimpinan
pendeta dapat di pertanyakan banyak jemaat. Kepemimpinan pendeta
pada dasarnya di hubungkan dengan bagaimana suatu profesi pendeta
dalam pelayanannya berjalan dengan baik atau tidak, baik di dalam
berkhotbah maupun dalam penerapan kehidupan sehari-hari pendeta, dan
juga tugas pengajaran samapi kehadirnnya dalam rapat dapat menjadi
teladan dalam kehidupan berjemaat.
2.2 Kualitas kepemimpinan dan kerohanian pelayanan seorang pendeta
Panggilan tentunya terkait antara dua pihak yaitu yang memanggil dan
yang dipanggil, yang memanggil pasti mempunyai maksud atau tujuan, dan
bukan hanya memanggil saja. Dan yang dipanggil pun pada prinsipnya akan
memikirikan apakah panggilan itu menguntugkan atau merugikan. Andaikan
panggilan itu menguntungkan, pastinya pihak yang dipanggil itu akan menerima
panggilan itu dengan cepat, tetapi sebaliknya bila panggilan itu tidak
menguntungkan ia akan bersikap pasif.
Menurut Calvin bahwa untuk dipanggil untuk melayani Allah dengan
sepenuh hati dan melakukan pekerjaannya sesuai dengan apa yang Allah
tempatkan adalah tugas setiap orang, dengan demikian bagi Calvin bahwa
semua orang percaya adalah imam-imamdalam panggilan mereka sehari-hari
karena panggilan mereka datangnya dari Allah kualitas kepemimpinan pendeta
memang sangat diperlukan untuk mencapai pengembangan sebuah gereja, dan
kualitas yang menyangkut kehidupan kerohanian yang dikuasai oleh Roh
Kudus dalam menjalankan setiap tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan,
dalam hal ini dapat menjadikan kepemimpinan gembala menjadi arif, dan
bijaksana.Peran kepimpinan gembala terhadap kehidupan rohani jemaat antara
lain dapat membimbing jemaat kepada kedewasaan rohani, dan menjadi teladan
dalam hal kerohanian. Karena kehidupan rohani adalah suatu keadaan hidup
seorang yang sungguh-sungguh memiliki gaya hidup yang dipimpin, dipenuhi,
dan dikuasai oleh Roh Kudus dalam kehidupan setiap hari serta meneladani
Yesus dalam kehidupannya.
Dalam melakukan segala sesuatu pastilah terdapat dampak-dampak yang
akan turut mempengaruhi segala sesuatu itu. sebagai seorang pelayan umum
atau pelayan Kristen tentunya juga mempunyai dampak baik buruknya.dan
disini kita akan melihata dimana seorang pelayan harus menyiapkan makanan
atau kebutuhan hidup bagi orang lain dan bukan hanya yang dikenalinya
ataupun keluarganya, tetapi semua orang yang membutuhkannya. Sebagai
seorang pelayan ia harus bisa dan mampu melaksanakan hal itu. Ialah yang
bertanggung jawab atas kebutuhan seseorang untuk memperpanjang hidupnya.
Inilah dampak yang harus diterima dan dilaksanakan oleh seorang pelayan.
Apabila seorang pelayan melayani orang lain dengan motivasi skedar mencari
mencari nama atau penonjolan diri maka itu adalah sebuah kesalahan. Sama
juga seperti seorang pendeta yang dikatakan sebagai pelayan Tuhan dimana
kita harus melihat sebaga seorang pemimpin, namun sebelum itu marilah kita
melihat seperti apa seorang pemimpin itu, didalam Alkitab injil matius 20:26-27
dikatakan “Barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia
menjadi hamba untuk semuanya”, menurut saya disini yaitu kepemimpinan
dalam arti memberikan pelayanan sebesar-besarnya dalam artian tidak
mengenal lelah dan terus-menerus memusatkan pada pekerjaan Allah yang
telah diembankan kepadanya sebagai seorang pelayan.
Pemimpin sebagai pelayan merupakan konsep teologi yang dikenal dalam
praktik kehidupan bergereja. Konsep ini dirumuskan berdasarkan sikap Yesus
yang tertulis dalam beberapa bagian Alkitab Perjanjian Baru (selanjutnya
ditulis PB), antara lain: Matius 20:26- 27, 23:11; Markus 9:35, 10:43-44;
Yohanes 13:1-17. Konsep kepemimpinan hamba lahir dari pemahaman tentang
keterkaitan antara gereja dengan Yesus Kristus, Sang Kepala Gereja. Gereja ada
bukan karena keinginan gereja itu, tetapi gereja terbentuk atas kehendak Yesus
Kristus. Yesus yang memanggil orang percaya kepada-Nya, dan kemudian
diutus untuk terlibat bersama Yesus menjalankan misi Allah atau missio Dei.
Keterhubungan gereja dengan Yesus Kristus menempatkan Yesus sebagai
Tuhan, dan gereja sebagai hamba. Jadi, hubungan Tuhan dan gereja menjadi
prinsip mendasar dari kepemimpinan hamba. Prinsip kepemimpinan hamba,
akan terus mengingatkan gereja untuk selalu setia kepada ’tuan’ yang
memanggil dan mengutusnya. Kesetiaan itu terwujud dalam ketaatan kepada
kehendak-Nya. Dengan demikian, kesetiaan merupakan salah satu nilai
mendasar dari kepemimpinan hamba.2 Aspek lain dari kepemimpinan hamba
adalah berada bersama dengan orang-orang yang dipimpin, yang dilayani itu.
Artinya, kepemimpinan hamba mengharuskan seorang pemimpin untuk selalu
membangun komunikasi dengan umat, baik dalam hal berbicara maupun
mendengar. Meskipun demikian, kepemimpinan hamba menuntut kesediaan dan
keterampilan untuk mendengar lebih diutamakan, daripada kesediaan dan
ketrampilan berbicara. Dikatakan demikian, sebab seorang hamba akan selalu
peka mendengarkan kebutuhan orang-orang yang dilayaninya.
Menurut Tafsiran Alkitab Masa Kini, “Istilah hamba dipakai sebagai tugas
yang paling umum untuk tugas pelayanan Kristen dalam Perjanjian Baru dan
setiap pelayan harus mengingat arti sebenarnya dari kata itu. Secara langsung
pernyataan ini memerintahkan untuk kembali melihat arti kata hamba itu
bahwa sebagai hamba dan pelayan Kristen diharuskan mengerjakan pelayanan
sebagai hamba Tuhan Yesus. Jadi, bagi orang yang ingin menjadi terkemuka ia
harus terlebih dahulu menjadi hamba di antara yang lain, yaitu rela menjadi
budak yang bergantung sepenuhnya kepada orang lain atau tuannya, maka ia
akan menjadi yang terkemuka. Pdt. Peniel Maiaweng menjelaskan, “Kata
hamba diterjemahkan dari katadoulos yang berarti budak atau orang yang terikat
pada orang lain (tuannya), atau orang yang tidak berkuasa atas dirinya sendiri.
Terjemahan lain dari kata doulos adalah tunduk, yang berhubungan dengan
ketaatan dan kepatuhan dalam pengabdian dalam buku Pemberdayaan Jemaat
Menjadi Pelayan Jemaat juga dijelaskan, seorang yang mengabdikan dirinya
pada orang lain tanpa mempedulikan keinginan-keinginan pribadinya. Jadi,
pengertian hamba lebih difokuskan kepada orang yang memiliki pengabdian
dan terikat kepada pekerjaan yang dilaksanakannya dan mempertanggung
jawabkannya kepada tuan pemiliknya. Inilah arti kata hamba atau budak, yaitu
seseorang yang bekerja pada orang lain dan tidak berkuasa atas dirinya karena
milik tuannya dan yang melaksanakan segala hal yang diperintahkan
kepadanya yaitu yang seringGaya Kepemimpinan Pendeta Dalam Melayani
juga kita sebut sebagai pelayan termasuk pendeta.
2.3 Gaya Kepemimpinan Pendeta Dalam Melayani
Gereja masa kini di tuntut memiliki seorang pemimpin yang mampu
melayani jemaat dengan tulus iklas dan penuh dengan kerendahan hati.
Manajemen kepemimpinan gereja yang di dasar pada Firman Tuhan dan bersifat
alkitabiah yang menjadi dasar hidup kekristenan.Pemggembalaan yang mampu
memberikan makana kepada domba-dombanya (maz. 23:2), melindungi
kawanan domba yang sakit, menjaga dan memerhatikan setiap domba agar
tetap berada pada jalur yang benara, mencari yang terhilang dan membawa
kembali yang tersesat (mat 18:12-14) bahkan berjaga-jaga di pintu kadang
pada malam hari agar tidak satu pun domba yang dicuri oleh penguas-
penguasa dunia ini.
Bentuk kepemimpinan kristen bukan seperti sistem pollitik dunia, tetapi
mengutamakan peleyanan. Bentuk dalam penyanan yang Tuhan telah tetapakan
dalam kehidup kristen adalah model kepemimpinan para gembala terhadap
kambing dombanya.
Kepemimpinan yang Alkitabiah adalah kepemimpinan yang melayani
sebagai atau dengan kata lain kepemimpinan yang menghambanhkan dri.
Itulah sebabnya pemimpin rohani harus memiliki pengenalan yang benara
terhadap Yesus Kristus. Hal tersebut tidaklah mudah, karena ia harus mampu di
gerakkan oleh hati yang penuh dengan belas kasihan, buan di gerakkan oleh
kekuasaan..
2.4 Pemimpin dan Kepemimpinan Gereja
Siapakah pemimpin dalam gereja? Tidak lain dari pada Yesus Kristus
kepala gereja. Kuasa dan otoritas mutlak dalam gereja adalah Allah.20 Secara
mutlak, Allah adalah otoritas tunggal dalam gereja. Menurut Eka Darmaputera,
God is the Leader, not merely a leader.21 Pemimpi dalam gereja adalah hamba-
hamba yang diberikan otoritas untuk melayani dengan wibawa Kristus (2
Korintus 13:10; band. Kisah Rasul 1:8). Itu sebabnya para pemimpin dalam
gereja disebut sebagai pelayan-pelayan sebab tugas pokok mereka adalah
memperlengkapi warga gereja untuk pekerjaan pelayanan dan pembangunan
Tubuh Kristus. Oleh sebab itu para pemimpin harus menyadari bahwa mereka
bukan penguasa dalam gereja melainkan pelayan-pelayan yang lebih berperan
sebagai motivator, fasilitator, moderator, dan kordinator dalam pengelolaan
organisasi gereja. Itu berarti tidak ada struktur kepemimpinan yang bersifat
hierarkhis melainkan representatif.22 Dalam hal ini pemimpin dipandang
selaku orang-orang dipanggil oleh Yesus Kristus (Epesus 4:11-16) untuk
memperlengkapi warga mewujudkan Kerajaan Allah di dunia.
Karena para pemimpin adalah orang-orang terpanggil maka di dalam
gereja sebenarnya tidak ada istilah karier, karena para pelayan adalah orang-
orang yang memenuhi panggilan, mereka bukan orang-orang yang mengejar
profesi melainkan orang-orang yang melakoni pelayanan.23 Pemahaman ini
berlaku bukan hanya untuk pendeta, penatua dan syamas, tetapi juga untuk
mereka yang bekerja selaku pengurus apapun dan pengerja di dalam gereja.
Mereka memahami dirinya sebagai pelayan-pelayan dalam keseluruhan
pelayanan gereja. Pemimpin dalam gereja harus menerapkan otoritas dan
kekuasaan dari Allah, bukan otoritas dan kekuasaan dari diri pelayan.Dari 5
sumber kekuasaan yang disebut French dan Raven di bagian pengantar, saya
menggaris bawahi dua yang terpenting yang menjadi sumber kekuasaan
pemimpin gereja/Kristen yaitu legitimasi kekuasaan dan kualitas pribadi.
Apakah sumber legitimasi kekuasaan para pemimpin gereja? Itulah panggilan
dari Tuhan dan pemilihan oleh jemaat. Para pemimpin dalam gereja adalah
orang-orang yang terpanggil oleh Tuhan sendiri untuk terlibat dalam pekerjaan
pelayanan di Gereja. Sumber kepemimpinan gereja adalah Yesus Kristus sendiri
yang memanggil pelayan-pelayan sebagaimana ditulis dalam Epesus 4:11-16.
Di dalam gereja Allah sendirilah yang menjadi pusat semua pemimpin. Segala
kuasa ada ditangan Dia, yaitu Yesus Kristus yang kepadanya telah diberikan
segala kuasa di bumi dan di sorga (Matius 28:18). Dan karena itu semua
pemimpin tidak boleh mengandalkan kekuatan dan kekuasaannya sendiri
melainkan mendasarkan diri pada kuasa atau otoritas dari Allah. Allah sendiri
yang memanggil dan memilih semua pemimpin dalam gereja menjadi pelayan-
pelayan (Roma 12:4-8; I Korintus 12:28-30; Epesus 4:11-16) untuk membangun
persekutuan jemaat. Para pemimpin gereja menerima panggilan dan pilihan itu
sebagai kharisma (karunia, talenta) dan bukan kapasitas atau karena kompetensi
pribadi. Oleh sebab itu para pemimpin harus memimpin dengan rendah hati
seperti hamba yang melayani (Markuas 10:43-44).Kehadiran para pemimpin
dalam gereja diyakini sebagai panggilan dari Tuhan menurut Epesus 4:11-16
tadi. Karena pemimpin adalah orang-orang yang terpanggil, maka mereka
menjalankan kepemimpinan mereka sesuai dengan maksud dan tujuan
panggilan mereka. Anthony D’Souza mengatakan bahwa ada tiga gambaran
kepemimpinan menurut Injil Yesus Kristus, yang dalam bahasa Inggris
semuanya dimulai dengan huruf S yaitu Servant (Pelayan), Shepherd (gembala)
dan Steward (Pengurus). Kepemimpinan yang sejati bagi Pemimpin
Gereja/Kristen, adalah mengikuti Yesus sebagai Pelayan, Gembala dan
Pengurus.24 Kualitas seorang Pemimpin Gereja/Kristen tidak ditentukan oleh
kepintaran atau keterampilan memimpin tetapi oleh kesungguhan dalam
melayani, menggembalakan dan mengurus umat yang dipercayakan
kepadanya.Bagi Calvin tingkah laku seorang Kristen yang paling penting
bukanlah kesempurnaan melainkan kesungguhan. 25 Itu sebabnya
kepemimpinan dalam gereja bukan pagelaran kekuasaan
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang digunakan untuk penelitian ini
ditinjau dari jenis datanya.

3.2 tempat dan Waktu penelitian

 Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Gerja GMT mokdale provinsi nusa tenggara
timur
 Waktu
Kegiatan penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu 3 bulan, yaitu mulai pada
bulan maret sampai dengan bulan juni 2020

3.3 Populasi dan Sampel atau Subjek Penelitian

 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah wilayah desa mokdale berjumlah sebanyak
300 orang
 Sampel
Sampel penelitian adalah Sebagian dari populasi yang ambil dari Sebagian
sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Selanjutnya jika subyeknya
besar dapat diambil antara 10% dari 300 populasi sehingga akan didapat sampel
dengan jumlah 20 orang.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan yakni:


 Alat tulis yang digunakan untuk menuliskan hal-hal penting yang diwawancarai
 Kamera, digunakan untuk mengambil gambar hasil observasi oleh penulis
3.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dikenal oleh penelitian kualitatif pada umumnya
pertama adalah teknik observasi, kedua adalah teknik wawancara, dan ketiga adalah teknik
dokumentasi.

a. Teknik Observasi
Dalam menggunakan metode ini, cara yang paling efektif adalah
melengkapinya dengan format atau blanko pengamatan sebagai instrumen.
Pada penelitian ini, peneliti akan secara langsung mengamati dan mencatat
secara sistematik tentang pengaruhi kualitas kepemimpinan pendeta dalam
upaya meningkatkan kerohanian jemaat di Gereja GMT mokdale kecamatan
Landu Leko.
b. Teknik Wawancara
Metode wawancara adalah metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan mengadakan tanya jawab secara lisan dan berhadapan langsung
dengan orang tersebut. Hal ini bertujuan untuk suatu tugas tertentu atau
untuk mendapatkan keterangan dari responden. Subyek yang akan
diwawancarai pada penelitian ini antara lain:
1) Ketua Majelis GMT mokdale kecamatan Landu Leko
2) Sebagian anggota jemaat di Gereja GMT mokdale Kecamatan Landu
Leko.
c. Teknik Dokumentasi
Dalam penelitian ini, peneliti akan mendokumentasikan dalam bentuk tulisan dan
gambar tentang segala hal yang berhubungan dan dibutuhkan dalam proses
penelitian dengan menggunakan alat-alat dokumentasi yang diperlukan. Hal ini
sangat diperlukan sebagai penunjang dan pelengkap dalam penggunaan metode
observasi dan wawancara.
3.2 Teknik analisis data
Analisis data adalah proses dan menyusun saecara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih
mana yang paling dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga muadh
dipahami oleh diri sendiri dan orang lain. Untuk menganalisis data, maka ada
beberapa cara yang dilakukan oleh penulis.
DAFTAR PUSTAKA

Douglas, herbert edgar. Love makes A way:walking with jesus from Eden to ende.
Idaho:pacific precitic press, 2007.
Jenson ron and jim stevens. Dinamika pertumbuhan gereja malang gandum mas, 1981.
Gibbs Eddie , Kepemimpinan Masa Gereja Mendatang, Jakarta; Gunung Mulia, 2010.
Borrong p.Robert, melayani makin sungguh: signifikasi kode Etik pendeta bagi
pelayanan Gereja-gereja di indonesia (jarkarta: BPK Gnung Mulia, 2016) 15

(Jakarta: Balai pustaka,2007.)849


Departemen Pendidikan Nasional, kamus besar bahasa indonesia edisi ketiga

Pardosi T. Milton, pengaruh kualitas kepemimpinan dan kerohanian seorang pendeta


dalam meningkatkan kualitas kerohanian, pelayanan dan jumlah baptisan di
GMAHK kota palembang,(jurnal koinoniah, vol 9 nomor 1, mei 2005)37-38
Bons-Strom. M, apakah penggembalaan itu? (jakarta: BPK Gunung Mulia,2011), 24-
BPS Gereja Toraja, Tata Gereja Toraja,19
H.B Jr nielB,London wiselman, Pelayanan Allah Yang Berjiwa Besar(Terj. A.J.
Sauta),(jakarta: Yayasan pekabaran injil imanuel. 1999), h 145

R. Siahan Hals Evan, “AKTUALISASI PELAYANAN KARUNIA DI ERA

DIITAL,” Epighraphe Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani, no 19 (2017).24

Anda mungkin juga menyukai