Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Gembala adalah pemimpin rohani. Pemimpin rohani berarti pemimpin

yang mengenal Allah secara pribadi dalam Kristus dan memimpin secara

kristiani. Pemimpin rohani adalah pribadi yang memiliki perpaduan antara sifat-

sifat alamiah dan sifat-sifat spiritualitas Kristen. Sifat-sifat alamiahnya mencapai

efektivitas yang benar dan tertinggi karena dipakai untuk melayani dan memuliakan

Allah. Sedangkan sifat-sifat spiritualitas kristianinya menyebabkan ia sanggup

mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya untuk menaati dan memuliakan

Allah. Sebab daya pengaruhnya bukan dari kepribadian dan ketrampilan dirinya

sendiri, tetapi dari kepribadian yang diperbaharui Roh Kudus dan karunia yang

dianugerahkan Roh Kudus.1

Karakteristik hamba Tuhan merupakan hal yang penting dalam pelayanan.

Sebagaian orang kesulitan menghubungkan kepemimpinan dengan sikap sebagai

seorang hamba, tetapi hal itu menjadi lebih mudah ketika seseorang mempelajari

teladan Tuhan dalam Yohanes 13 dan pengajaran-Nya dalam Matius 20:28. Melihat

pelayanan dan teladan tersebut bahwa yang paling Dia pentingkan adalah

kebutuhan-kebutuhan mereka yang dilayani Nya, dan komitmen total Nya adalah

kesejahteraan mereka. Pemimpin Kristen bukanlah seorang penguasa tunggal yang

memaksa orang-orang lain dalam jemaat untuk mengikuti keputusannya di atas

1
Bd. J. Oswald Sanders, Kepemimpinan Rohani (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1979),
21.

1
2

dasar kepentingan pribadinya. Tetapi memimpin dengan baik, melayani dan

memelihara, serta menjagai jemaat dan memberikan dirinya sendiri untuk

pelayanan. Pemimpin Kristen adalah tugas pelayanan dan bukan penguasa atau

jabatan. Kunci pemimpin sejati sebagaimana Kristus, adalah dengan menjadikan

dirinya sendiri menjadi teladan bagi orang-orang yang dipimpinnya.

Kepemimpinan Yesus Kristus yang memimpin dari hati, yang berlandaskan kasih

dan dengan kekuatan, kebenaran dan kebaikan, menjadi pola kepemimpinan untuk

menjadi penerima mandat, panggilan dan menjadi pemimpin yang unggul,

kompetitif di semua aspek kehidupan yang tidak dibatasi oleh ruang maupun waktu

bagi hormat dan kemuliaan Nya.

Setiap pemerintahan mempunyai kepala, tanpa kepala, pemerintahan tidak

akan berjalan dengan baik. Kristus adalah kepala gereja. Kepemimpinan Kristus

adalah otoritas Nya, ke Tuhanan Nya, kepemerintahan Nya, dan kerajaan Nya.

Kristus adalah kepala gereja, namun Ia memerintah melalui para pemimpin yang

dipilih Nya dan memenuhi syarat atau koridor yang telah Ia tetapkan untuk

melakukan tugas. Sangatlah penting bagi para pelayan gereja untuk membangun

dengan ketetapan yang alkitabiah dan kebijaksanaan yang saleh. Para penatua,

khususnya orang yang ditetapkan harus memiliki pemahaman yang jelas, mantap

dan alkitabiah mengenai pemerintahan gereja, baik secara rohani maupun secara

praktis.

Dari latar belakang diatas, ditemukan beberapa kendala di lapangan yaitu

sebagai berikut: (1) Gembala family altar beranggapan bahwa menjabat sebagai

gembala family altar sebagai formalitas, sehingga gembala menjalankan tugas

sebagai gembala hanya sebatas formalitas atau secara struktural dalam kehidupan
3

gereja khususnya dalam family altar (2) gembala family altar beranggapan bahwa

tugas sebagai gembala family altar adalah sebagai pelindung jemaat atau sebagai

kordinator dari jemaat family altar, sehingga gembala melakukan jabatannya hanya

sebatas kordinator atau pelindung jemaat bila jemaat membutuhkan pertolongan.

(3) gembala family altar beranggapan bahwa gembala family altar tidak

mempengaruhi iman jemaat dalam hal penggembalaan, sehingga gembala falmily

altar tidak secara intensif memperhatikan iman jemaat akan pengenalan akan

Firman Tuhan (4) gembala family altar beranggapan bahwa jemaat lebih suka

digembalakan oleh gembala pusat karena gembala pusat memiliki power atau

karunia dari Tuhan, sehingga gembala family altar memperhatikan jemaat ketika

jemaat dalam persoalan. (5) gembala family altar beranggapan bahwa gembala

family altar hanya kepanjang tanganan dari gembala pusat tidak harus

memperhatikan jemaat secara intensif permasalah yang dihadapi oleh jemaat, kalau

jemaat mengalami permasalahan segera dilaporkan kegembala pusat dan gembala

pusat yang memberikan solusi.

Identifikasi Masalah

Dari keseluruhan latar belakang masalah di atas dapat di rumuskan menjadi

indentifikasi masalah berikut ini:

Pertama, Beberapa gembala mempunyai moral yang kurang baik.

Buktinya menegur jemaat didepan jemaat yang lain akibatnya jemaat tidak nyaman

atas tindakan gembala tersebut. Dari uraian diatas timbul pertanyaan bagaimanakah

moral yang baik menurut 1 Timotius 3:1-7?

Kedua, Beberapa gembala mempunyai keluarga yang tidak baik, buktinya

ada beberapa gembala yang kurang setia terhadap istrinya, akibatnya gembala
4

tersebut tidak bisa memberikan teladan yang baik terhadap jemaatnya. Dari uraian

tersebut timbul pertanyaan bagaimanakah tuntutan gembala terhadap keluarga

menurut 1 Timotius 3:1-7?

Ketiga, Beberapa gembala mempunyai permasalahan terhadap anak –

anaknya buktinya anak – anak beberapa gembala tersebut banyak yang masih suka

merokok dan menjadi seorang peminum akibatnya beberapa gembala tersebut tidak

bisa memberikan contoh yang baik terhadap jemaatnya. Dari uraian tersebut timbul

pertanyaan bagaimanakah peranan kepala keluarga yang betugas sebagai seorang

gembala terhadap keluarganya menurut 1 Timotius 3:1-7?

Keempat, Beberapa gembala mempunyai permasalahan cara pengajaran

buktinya beberapa gembala tidak cakap dalam pengajaran tentang Firman Tuhan

akibatnya jemaat tidak memahami apa yang gembala sampaikan. Dari uraian

tersebut timbul sebuah pertanyaan bagaimanakah syarat gembala menurut 1

Timotius 3:1-7 bagi perkembangan jemaat family altar rewwin?

Kelima, beberapa gembala tidak mempunyai nama yang tidak baik di luar

jemaat, buktinya banyak pembicaraan yang jelek atas berberapa gembala tersebut

akibatnya gembala tidak bisa memberikan figur yang baik kepada jemaat dan

jemaat merasa kecewa dengan figur gembala tersebut. Dari uraian tersebut timbul

sebuah pertanyaan bagaimanakah syarat gembala menurut 1 Timotius 3:1-7 bagi

perkembangan jemaat family altar rewwin?


5

Batasan Masalah

Agar penelitian tidak meluas serta mengingat keterbatasan waktu

penelitian, maka penulis memberi pembatasan masalah dari identifikasi diatas yaitu

nomor, satu dan empat

Pertama, (nomor 1) Beberapa gembala mempunyai moral yang kurang

baik. Buktinya menegur jemaat didepan jemaat yang lain akibatnya jemaat tidak

nyaman atas tindakan gembala tersebut. Dari uraian diatas timbul pertanyaan

bagaimanakah moral yang baik menurut 1 Timotius 3:1-7 bagi perkembangan iman

jemaat di family altar rewwin?

Kedua, (nomor 4) Beberapa gembala mempunyai permasalahan cara

pengajaran buktinya beberapa gembala tidak cakap dalam pengajaran tentang

Firman Tuhan akibatnya jemaat tidak memahami apa yang gembala sampaikan.

Dari uraian tersebut timbul sebuah pertanyaan bagaimanakah syarat gembala

menurut 1 Timotius 3:1-7 bagi perkembangan jemaat family altar rewwin

Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang sudah dilakukan diatas, maka

dapat ditulis dalam bentuk kalimat tanya atau dalam bentuk deklaratif pertanyaan

yang jelas dan padat.2 Perumusan masalah adalah suatu syarat penting untuk

memecahkan suatu masalah, tanpa perumusan yang baik maka timbul kesulitan

untuk mencari pemecahan. Dalam penelitian ini rumusan masalah penelitian

berbentuk kalimat tanya. Kalimat tanya berguna untuk menajamkan pokok

masalah, adapun pertanyaannya sebagai berikut.

2
Sumanto, Pembahasan Terpadu Sistematika & Metodologi Riset (Yogyakarta: Andi, 2002), 19.
6

Pertama, bagaimanakah moral yang baik menurut 1 Timotius 3:1-7 bagi

perkembangan iman jemaat di family altar rewwin?

Kedua, bagaimanakah syarat gembala menurut 1 Timotius 3:1-7 bagi

perkembangan jemaat family altar rewwin?

Pertanyaan Penelitian

Pertama, bagaimanakah moral yang baik menurut 1 Timotius 3:1-7 bagi

perkembangan iman jemaat di family altar rewwin?

Kedua, bagaimanakah syarat gembala menurut 1 Timotius 3:1-7 bagi

perkembangan jemaat family altar rewwin?

Definisi Istilah

Gembala sebagai seorang hamba Tuhan juga mengawasi berbagai aktivitas

orang lain yang juga melakukan sebagian fungsi pastoral, terkadang sebagian

anggota yang diawasinya telah terlatih secara profesional dalam bidang

keahliannya, tetapi sebagian lainnya secara sukarela tanpa pernah menerima

pelatihan. Bila pelatihan sebelumnya masih minim, maka hamba Tuhan sebagai

pengawas yang harus memberikan instruksi selain bertindak sebagai konsultan dan

membantu mereka merencanakan kegiatan, mengamati serta mengawasi kinerja

mereka.

Dalam menjalankan peran sebagai pemimpin rohani ketika bekerja sama

dengan orang-orang lain dalam pelayanan. Hamba Tuhan menjadi pembimbing dan

pelatih bagi orang-orang yang membantunya termasuk pada sukarelawan. Tentu

saja, fungsi pengawasan pastoral ini merupakan kombinasi antara kepemimpinan

rohani dan manejerial. Kesatuan antara satu dengan yang lainnya tergantung pada
7

minat serta kemampuan hamba Tuhan maupun kemampuan orang-orang yang

bekerja sama dengannya. 3

Hamba Tuhan bukan untuk mencari keuntungan materi maupun non-

materi, melainkan untuk pelayanan yang menempatkan posisinya di bawah kontrol

Kristus dan bukan menjadi orang nomor satu dalam gereja, sebab Kristus adalah

Kepala Gereja. Ia memimpin namun juga dipimpin oleh Pemimpin Agung, yang

berdasarkan karakter yang baik dan teruji. Otentisitas hamba Tuhan bergantung

pada ketaatannya terhadap Kristus dan meneladani Kristus, dengan otentisitas

tersebut maka hamba Tuhan memiliki legitimasi dan otoritas untuk memimpin. 4

Arti kepemimpinan rohani, ada beragam definisi mengenai kepemimpinan

rohani atau Kristen. Menurut Sanders, “Kepemimpinan adalah pengaruh,

”Sedangkan menurut Clinton, “Tugas utama pemimpin adalah mempengaruhi umat

Allah untuk melaksanakan rencana Allah.” George Barna mengatakan bahwa,

“Seorang pemimpin Kristen yaitu seorang yang dipanggil oleh Allah untuk

memimpin, dia memimpin dengan dan melalui karakter seperti Kristus dan

menunjukkan kemampuan fungsional yang memungkinkan kepemimpinan efektif

terjadi.” Henry dan Blackaby mengatakan bahwa, “Kepemimpinan rohani adalah

menggerakkan orang-orang berdasarkan agenda Allah.”

Dari beberapa definisi di atas terlihat bahwa kepemimpinan rohani

memiliki persamaan dengan kepemimpinan umum dalam hal mempengaruhi atau

menggerakkan orang lain, mensyaratkan kemampuan fungsional dan membimbing

3
Edgar Walz, Bagaimana Mengelola Gereja Anda? pen., S.M. Siahaan (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2008), 8.
4
John Adair, Inspiring Leadership (London: Thorogood, 2002), 344.
8

kepada tujuan tertentu. Sedangkan perbedaannya, kepemimpinan rohani

berdasarkan panggilan Allah, bukan dari manusia atau organisasi; melaksanakan

tugas dalam lingkup agenda atau rencana Allah, dengan berdasarkan karakter

Kristus, dan menuntun kepada tujuan yang Allah kehendaki, bukan tujuan

organisasi atau manusiawi dan yang memiliki sifat khas kepemimpinan rohani

berdasarkan prinsip Alkitab yang menghambakan diri. Identitas pemimpin Kristen

adalah sebagai “hamba.”5

Kata “Pertumbuhan”. Pertumbuahan adalah dari kata tumbuh (hidup) dan

bertambah besar atau sempurna. Jadi pertumbuhan adalah hal (keadaan) tumbuh.6

Sedangkan perkembangan berhubungan dengan perubahan secara kualitas di

antaranya terjadi peningkatan kapasitas individu untuk berfungsi yang di antaranya

terjadi kapasitas individu untuk berfungsi yang dicapai melalui proses

pertumbuhan, pematangan dan pembelajaran.7

Kata “iman” dalam kamus bahasa Indonesia berarti kepercayaan,

berkenan, ketetapan hati, keteguhan hati.8 Brill dalam buku “dasar yang teguh”

Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala

sesuatu yang tidak kita lihat, dan yang menjadi dasar keyakinan adalah Firman

Tuhan. Dalam terjemahani Ibrani “iman” berarti” menyokong atau meneguhkan,

sedangkan dalam terjemahan Yunani “iman” atau “percaya” berarti berharap

kepadanya atau bersandar kepadanya.9 Kalau melihat kata “iman” dan kata kerjanya

5
George Barna, Leaders On Leadership (Malang: Gandum Mas, 2002), 22.
6
Poerwadarminto W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1987),
1220.
7
Yupi Supartini, S.Kp. Msc, Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak (Jakarta : EGC
2002) 49
8
Muhhamad Ali, Iman, dalam Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia, t.t), 433.
9
J Wesley Brill, Dasar yang Teguh (Bandung: Kalam Hidup, 2004), 214.
9

“percaya” keduanya sering muncul dalam Alkitab, yang merupakan istilah penting

yang menggambarkan hubungan antara umat atau seseorang dengan Allah.

Khususnya dalam Perjanjian Baru, kata “iman” yang dipakai merupakan

terjemahan dari kata Yunani pistij (pistis), sedangkan kata kerjanya “percaya”

adalah terjemahan dari kata pisteuw, (pisteuo) yang berarti keadaan yang benar dan

dapat dipercaya atau diandalkan.

“Iman” menurut kepercayaan Kristen dapat diartikan sebagai “percaya”

terutama reliabilitas (prihal yg brsifat andal) Allah. Pengertian moderen mengenai

“iman” adalah semacam pengetahuan yang lebih rendah atau penerimaan pendapat

atau cerita, yang tidak sepenuhnya dapat dibuktikan. Iman menurut Kamus besar

Bahasa Indonesia adalah, akidah (keyakinan dasar) kepercayaan kepada Tuhan

(berkaitan dengan agama); keyakinan dan kepercyaan kepada Allah, Nabi, Kitab

Suci, dsb. Ketetapan, keteguhan hati.10 Kata “Jemaat” dalam kamus lengkap bahasa

Indonesia artinya himpunan umat (terutama dalam Kristen).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanaan dengan tujuan yang hendak dicapai sebagai

berikut:

Pertama, bagaimanakah moral yang baik menurut 1 Timotius 3:1-7 bagi

perkembangan iman jemaat di family altar rewwin?

Kedua, bagaimanakah syarat gembala menurut 1 Timotius 3:1-7 bagi

perkembangan jemaat family altar rewwin?

10
.R.F Browing, Kamus Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 150.
10

Kepentinan Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian dapat dilihat dari sudut kepentingan teoritis

dan sudut kepentingan praktis.

Pertama, ada kepentingan teoritis dalam penelitian ini yaitu agar dapat

memahami syarat gembala menurut 1 Timotius 3:1-7

Kedua, peneliti membangun pemahaman bagi gembala family altar

rewwin tentang syarat gembala menurut 1 Timotius 3:1-7

Kepetingan Teoritis

Pertama, penulis membangun pemahaman bagi jemaat Family Altar

Rewwin tentang syarat-syarat gembala menurut 1 Timotius 3: 1-7

Kedua, gembala mengerti hal-hal yang harus dijaga setelah ditunjuk

sebagai penilik jemaat.

Kepetingan Praktis

Pertama, hasil penelitian ini dapat menjadi pedoman bagi jemaat family

altar rewwin untuk belajar mengenai karakteristik gembala berdasarkan 1 Timotius

3:1-7.

Kedua, hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi jemaat family

altar rewwin agar lebih memahami karakteristik seorang gembala berdasarkan 1

Timotius 3:1-7.
11

METODOLOGI

Rancangan Penelitian

Adapun penelitian ini tergolong penelitian kualitatif dalam bidang ilmu

keagamaan khususnya penyeliddikan Alkitab.11 Penelitian kualitatif yaitu

pendekatan berupa prosedur penilaian yang menghasilkan data deskripftif tentang

orang atau prilaku yang diamati yang di ungkapkan dalam bentuk tertulis ataupun

lisan.12 Pendekatan deskripsi ini memusatkan diri pada pemecahan masalah-

masalah yang ada, dimana data-data dijelaskan dan dianalisa.13

Metode Pengambilan Data

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian

kepustakaan. Maksudnya bahwa penelitian-penelitian melalui buku-buku yang

berkaitan dengan karakteristik hamba Tuhan dalam pertumbuhan iman jemaat.

Pertama, penulis akan menggunakan literatur atau pustaka yang

beroreantasi seputar syarat – syarat gembala berdasarkan 1 Timotius 3:1-7.

Kedua, penulis tidak hanya menggunakan metode studi literatur tetapi

tetapi juga menggali pemahaman yang baru melalui wawancara langsung dengan

gembala dan pihak terkait lainnya.

11
Penelitian kualitatif bersifat terbuka dan eksporatif, yakni usaha mendapatkan pemahamn
yang baru terdapat dalam bahan-bahan yang diteliti. Usaha untuk embuktikan kebenaran dari suatu
teori atai hipotesa adalah tugas penelitain kuantitatif. Maka dari itu, penelitian kualitatif lebih
bersifat deskritif yaitu menyampaikan hasil penelitian dalam bentuk tulisan atau uraian bukan angka-
angka. Andreas B. Subagyo, Pengantar Riset Kuantitatif & kualitatif: termasuk Riset Teologi dan
Keagamaan (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2004) 261.
12
Yakob Tomatala, Pengantar Metodologi Riset (Jakarta: Institut Filsafat Theologi &
Kepemimpinan Jaffray, 2004 ), 31.
13
Yakob Tomatala, Pengantar Metodologi Riset (Jakarta: Institut Filsafat Theologi &
Kepemimpinan Jaffray, 2004 ), 31.
12

Ketiga, Penulis akan menggunakan komunikasi dan konsultasi dengan

dosen pembimbing untuk memperoleh sejumlah informasi, baik berupa pikiran,

koreksi, arahan, untuk melengkapi dan memperbaiki tulisan ini menjadi lebih baik.

Analisis dan Penafsiran Data

Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini sebagai berikut :

Pertama, menguraikan terjemahan makna dari frase tersebut.

Kedua, mengumpulkan, mengklasifikasikan dan memberikan pemahaman

secara terperinci dari frase tersebut.

Ketiga, mengeluarkan makna kata kunci yang terdapat dalam frase

tersebut. Setelah dilakukan analisa data yang telah di dapat akan ditafsirkan.

Adapun langkah-langkah penafsiran sebagai berikut:

Pertama, mencari makna kata aslinya.

Kedua, menemukan temuan teologis dari teks asli yang ditafsirkan.

Ketiga, temuan teologis diimplikasikan terhadap pandangan yang diteliti

di lapangan .

Keempat, menarik kesimpulan sebagai akhir dari proses penelitian.

Anggapan Dasar

Sesuai dengan pertanyaan penelitian, maka terdapat dua anggapan dasar

yaitu:

Pertama, jika hamba Tuhan (gembala) memahami makna dari

karakteristik yang diajarkan dalam kitab Timotius, maka kebutuhan rohani jemaat

akan tercukupi.
13

Kedua, jika hamba Tuhan ( gembala) bisa menerapkan karakteristik yang

ada di dalam Timotius maka dapat mempengaruhi iman jemaat yang bertumbuh

dengan baik.

Sistematika Penulisan

Adapun penulisan skripsi ini disusun secara sisitimatis berdasarkan

pembahasan yang tersusun secara kreatif agar dapat dimengerti dengan maksud

yang ditentukan dan yang diinginkan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka

penulisan skripsi ini djelaskan berdasarkan dengan bab-bab tertentu.

Bab satu, adalah Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang

permasalahan, identifikasi masakah penelitian, batasan masalaha penelitian,

perumusan masalah, pertanyaan penelitian, penjelasan istilah, tujuan penelitian, ,

kepentingan penelitian, metodologi dan sistematika penulisan.

Bab dua, membahas kajian teori tentnag pengembalaan yang efektif

berdasarkan 1 Timotius 3:1-7

Bab tiga, membahas tentang karakteristik Hamba Tuhan di family altar

rewwin

Bab empat, membahas tentang analisa data penelitian dan pembahasan

karakteristik hamba Tuhan ( gembala) berdasarkan 1 Timotius 3:1-7 di family altar

rewwin

Bab lima, merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan, implikasi dan

saran-saran.

Anda mungkin juga menyukai