Anda di halaman 1dari 8

GEREJA DAN TATA GEREJA

( Oleh Pdt. W.F Rumsarwir )

Pengantar
Makalah ini disiapkan atas permintaan Majelis Jemaat GKI Furia Kotaraja,
untuk disampaikan dalam Penataran Majelis Jemaat GKI Furia Kotaraja.
Dari permintaan Majelis Jemaat itu, saya pahami bahwa ada keingintahuan
yang kuat mengenai tata gereja. Apa pemikiran dasar dari sebuah Tata Gereja
atau perumusan gereja, dan bagaimana sistim pemerintahan gereja serta
pelaksanaannya jabatan-jabatan dalam gereja.

1) Gereja Memerlukan Tata Gereja


Kalau dalam masyarakat memerlukan hukum untuk mengatur kehidupan
masyarakat dan sebuah sistem untuk menata pekerjaan di birokrasi, maka
gerejapun memerlukan peraturan untuk mengatur dan menata kehidupan
dan pekerjaan gereja. Namun berbeda dengan pemerintah atau lembaga-
lembaga yudikatif dan sosial non gereja, pada gereja tata gereja
dibutuhkan untuk mengatur dan menata kehidupan dan pelayanan gereja
supaya tertib dan teratur. Perbedaan mendasar adalah pada lembaga-
lembaga sosial/pemerintah, peraturan-peraturannya mempunyai makna
dan nilai “hukum”. Sedangkan pada gereja, peraturannya lebih bersifat
teologis rohani dan bertitik tolak dari kasih. Bukan bersifat menghukum
tetapi edukasi rohani.
Selain itu, tujuan dari adanya tata gereja adalah supaya gereja dapat
menjalankan tugas-tugas panggilannya sesuai dengan fungsinya sebagai
gereja. Yaitu memberitakan kasih dan keselamatan Allah (perbuatan ajaib
Allah) di tengah dunia. Maka tata gereja itu berfungsi ganda :
Pertama ; mempererat dan mempersekutukan jemaat sebagai
persekutuan; Kedua, memberitakan kasih Allah kepada dunia.
Dengan dua prinsip ini, maka sebuah Tata gereja harus disusun
sedemikian rupa, agar kedua fungsi itu dapat terwujud. Yaitu disusun
untuk menata kehidupan organisasi serta pelayanan gereja dan supaya

GEREJA & TATA GEREJA 1


pola pelayanan gereja itu, memperlihatkan panggilannya serta
pelayanannya kepada dunia. Maka gereja bukan saja berada untuk dirinya
tetapi berada untuk dunia. Menjadi gereja yang berada di dunia dan
terarah bagi dunia.

Sebuah tata gereja disebut baik, bukan karena tata gereja itu sudah
menampung semua kehendak jemaat dan memenuhi syarat-syarat hukum.
Tata gereja ataupun peraturan-peraturan gereja disebut baik, apabila
memberikan tempat pada Firman Allah. Yaitu bahwa Firman Allah menjadi
landasan dan titik tolak penyusunan dan penetapan peraturan-peraturan
gereja. Firman Allah sebagai kaidah dan ukuran, mengatur dan
menetapkan sebuah peraturan. Dengan begitu, maka tercegah kehendak
dan kemauan memerintah dan berkuasa dari manusia (majelis Jemaat).
Kalau Firman Allah berarati Yesus Kristus yang berkuasa, sehingga yang
berlaku adalah Pemerintahan Kristus (Kristokrasi). Calvin mengatakan ;
Gereja menjadi sejauh ia setia pada Firman Allah, dan Firman Allah
diberitakan dalam gereja.

2) Sistim Pemerintahan Gereja


Ada berbagai macam sistem pemerintahan gereja. Ada sistim
kongregationalisme, epikopalisme, collegial, papalisme, dan
presbiterialisme.
GKI di Papua menganut sistim pemerintahan gereja yaitu presbiterialisme.
Apa itu presbiletrialisme?. Para prebister atau penatua, syamas dan
pelayan adalah majelis jemaat yang menyelenggarakan pemerintahan
gereja secara bersama dalam jemaat. Kita sebut presbiterialisme-sinodal.
Dalam tata gereja GKI kita kenal sistim dan struktur gereja dalam tiga
jenjang yang kita sebut 1). Presbiterial Sinodal 2). Klasikal Presbiterial 3).
Sinodal Presbiterial. Ketiga struktur presbiterial ini tidak berbeda satu
dengan yang lain. Intinya adalah melaksanakan tugas panggilan secara

GEREJA & TATA GEREJA 2


“bersama” dan disepakati dalam rapat bersama (sidang jabatan) sistim
presbiterial adalah sistim yang melangsungkan kebersamaan dalam sebuah
rapat/musyawarah bersama dan menghasilkan keputusan bersama.
Sistim presbiterial dalam tiga bentuk : (presbiterial sinodal, klasikal
presbiterial, sinodal presbiterial) membatasi intervensi dan campur tangan
struktur lain, atau pejabat lain dalam suatu struktur gereja, kecuali dalam
hal-hal yang telah menjadi kesepakatan bersama secara klasikal atau
sinodal (misalnya ketentuan tentang keuangan, penempatan pendeta
dalam jemaat klasis, atau kebijakan bersama tentang PI, HAM, dan lain
sebagainya)
Dalam sistim ini kebersamaan pejabat dalam rapat/sidang harus menjadi
dasar untuk merumuskan kebijakan dan suatu penetapan. Kebersamaan
dalam rapat (sidang jabatan) itu harus dilandasi pada Firman Allah, dimana
Firman Allah menjadi dasar acuan kebijakan. Bukan kesepakatan pada
mayoritas bersuara (demokrasi).

Dalam menjalankan pemerintahan gereja maka GKI mengakui beberapa


jabatan (pendeta, Guru Injil/Jemaat, penatua dan syamas) jabatan-jabatan
itu pada hakekatnya sama. Tidak ada hierarkisme dalam jabatan gereja.
Perbedaan jabatan hanya untuk memperlihatkan variasi panggilan dan
tanggung jawab, menurut fungsi masing-masing jabatan (Tata Gereja Bab
IV, pasal 8,9). Fariasi panggilan dimana peran pejabat (klerus) maupun
awam (non klerus) melaksanakan tugas panggilannya secara bersama.
Dengan demikian tuags panggilan gereja dilaksanakan oleh semua anggota
gereja sesuai panggilannya. Maka ada pembagian tugas dalam jabatan
gereja itu (lihat peraturan pokok tentang jabatan, jemaat, klasis dan
sinode di Irian Jaya, Bab I pasal 1, 2, 3,4, 5, 6)

Penatua diamanatkan tugas-tugas :


a. memberitakan Firman Allah;
b. mengumpulkan jemaat sekeliling Firman Allah dan sakramen;

GEREJA & TATA GEREJA 3


c. menjaga supaya pemberitaan Firman Allah berlangsung dengan benar
dan pelayanan sakramen dilangsungkan dengan baik;
d. memberikan pengajaran mengenai azas-azas iman kristen dan isi
Alkitab;
e. bersama-sama dengan pelayan jemaat menggembalakan jemaat;
f. memimpin kebaktian dalam jemaat;
g. mengetuai jemaat bilamana belum ada pelayan jemaat.

Kepada Syamas di amanatkan tugas-tugas sebagai berikut :


a. memberitakan Firman Allah;
b. mengatur agar pelayanan sakramen berlangsung dengan baik;
c. memimpin kebaktian-kebaktian jemaat
d. secara khusus menjaga jemaat untuk melakukan pelayanan kasih dan
kedermawanan dengan ;
1. menjaga supaya orang sakit beroleh pertolongan dengan baik;
2. menolong orang-orang yang kurang mendapat pemeliharaan;
3. menolong orang yang berkekurangan;
4. menjaga supaya duda, janda, anak piatu dan yatim piatu dipelihara
dengan baik;
5. mengumpulkan, mengatur serta mengawasi penggunaan keuangan
gereja serta milik-milik gereja;
6. mengajak anggota jemaat untuk bekerja mengatur pekerjaan yang
perlu untuk jemaat dan orang yang tidak punya pekerjaan.

Kepada Pendeta diamanatkan tugas-tugas sebagai berikut :


a. memberitakan Firman Allah;
b. melayani sakramen;
c. membina dan membimbing jemaat ke arah ketaatan kepada Yesus
Kristus dalam persekutuan, kesaksian dan pelayanan kasih;
d. menggembalakan anggota jemaat dan orang-orang lain yang
membutuhkan pelayanan;

GEREJA & TATA GEREJA 4


e. memberikan pengajaran tentang azas-azas iman kristen dan isi Alkitab;
f. meneguhkan pelayan-pelayan gereja (guru jemaat, penginjil, penatua,
syamas dan pengajar);
g. meneguhkan anggota sidi jemaat;
h. melayani peneguhan/pemberkatan nikah;
i. memimpin kebaktian-kebaktian dalam jemaat;
j. mengatur administrasi jemaat secara baik bersama-sama dengan
pelayan-pelayan lainnya dalam jemaat.

Semua jabatan di atas melayani Firman Allah dalam bentuk pemberitaan


firman Allah di jemaat atau dalam kebaktian-kebaktian rumah tangga.
Tetapi ada tugas-tugas khusus yang di emban oleh para penatua dan
syamas. Penatua mengawasi jemaat, dan pemeliharaan rohani jemaat.
Sedangkan syamas, lebih banyak pada tugas-tugas sosial diakonia jemaat
dan mengurus perbendaharaan jemaat. Sedangkan pada pendeta ;
pelayanan sakramen dan peneguhan nikah, peneguhan jabatan-jabatan
dalam jemaat, serta peneguhan sidi.

3) Organisasi dan Struktur Gereja GKI


Organisasi dan struktur GKI di Papua adalah organisasi dan struktur yang
harus ada untuk melayani kepentingan Tuhan dan Umat milik Tuhan, maka
organisasi gereja/GKI itu tidak bersifat hirarchis birokratis organisasi GKI
itu lebih bersifat sebuah lingkaran. Yang masing-masing lingkaran
mempunyai peran penugasannya sesuai tata gereja.

Dalam teori lingkaran ini, maka yang menjadi pusat seluruh kehidupan
gereja adalah JEMAAT. Bukan klasis dan sinode !

GEREJA & TATA GEREJA 5


Struktur di luar jemaat adalah struktur koordinatif, bukan struktur
komando yang harus di taati. Koordinatif maksudnya agar segala kebijakan
gereja bersama dapat direalisasikan di jemaat-jemaat. Mati hidupnya
jemaat ada pada jemaat! Jemaat adalah jantung kehidupan gereja atau
mesin penggerak kapal! Jemaat adalah sel inti, pusat daya kegiatan gereja.

Struktur organisasi dalam GKI di Papua adalah struktur yang berjenjang


tiga. Yaitu Jemaat, Klasis, Sinode. Struktur ini bukan bersifat komando dan
hierarchistis. Adalah struktur koordinatif untuk menjalankan penugasan
gereja secara kolektif.
Banyak pemahaman dari luar (sistim dalam pemerintahan yang birokrasi)
telah mempengaruhi sistim bergereja, sehingga orang berusaha untuk
menyamakan kebiasaan hierarkis dan birokrasi dengan kebiasaan dalam
gereja. Hal ini membuat gereja tidak dapat mengekspresikan dirinya
sebagai gereja yang mempunyai warna dan ciri sendiri.

4) Pemikiran Teologis Tentang Tata Gereja GKI di Papua


Pokok pembahasan di sini adalah mengenai Tata Gereja GKI. Yaitu Tata
Gereja 1956 dan perubahan-perubahannya berikutnya sampai tahun 2000
pada sidang sinode ke XIV di Sorong. Kalau mengamati sepintas sejak
tahun 1956 sampai dengan tahun 2000, Tata Gereja GKI tidak mengalami
perubahan-perubahan fundamental secara teologis. Ada perubahan-
perubahan secar bahasa tetapi tidak substantif dari segi isinya. Sebab
prinsip-prinsip dasar teologis mengenai pandangan GKI tentang jati dirinya
sebagai gereja tidak berubah. Jati diri yang saya maksudkan adalah
mengenai : hakekat, wujud, bentuk, pengakuan, amanat sistim
pemerintahan dan jabatan tidak mengalami perubahan yang berarti.
Artinya, secara teologis sejak tahun 1956 (sejak GKI berdiri sebagai gereja
sampai dengan tahun 2004) pandangan diri gereja (ekslesiologi GKI)
adalah tetap sama sampai sekarang.

GEREJA & TATA GEREJA 6


Analisis Tata Gereja GKI saya urutkan menurut pasal-pasalnya sebagai
berikut :

Bab I, Pasal I dan II tentang Wujud dan Bentuk


Disebut wujudnya adalah Persekutuan Jemaat-Jemaat Kristen Injili di Irian
Jaya/Papua.
Pandangan tentang diri gereja/GKI berarkar dalam rumusan ini. GKI
adalah persekutuan jemaat, yaitu gabungan dari jemaat-jemaat/ gereja-
gereja setempat/ lokal yang berada di tempat masing-masing sebagai
gereja dan umat Tuhan yang dipanggil dan membentuk diri sebagai
gereja. Yaitu persekutuan anggota kristen setempat tetapi bergabung
dalam persekutuan bersama membentuk satu gereja. GKI hakekatnya
adalah gabungan jemaat-jemaat kristen yang saling mengakui dan
mengikat diri dalam satu persatuan/persekutuan gereja.
Persekutuan itu terungkap dalam cirinya sebagai bentuk kesatuan.
Kesatuan disini bukan kesatuan geografis, ethnik, suku, tetapi kesatuan
teologis, iman. Allah memanggil untuk bersatu dalam satu kesatuan (bnd
Yohanes 17:20-23)

Pasal III. Tentang Wilayah Pelayanan


Pandangan tentang wilayah pelayanan bukan berdasarkan pandangan
geografis atau teritorial. Tetapi pada pandangan eklesiologi GKI tentang
apa ciri gereja. GKI mengaku bahwa GKI adalah persekutuan gereja yang
kudus dan Am. GKI bukan hanya sebagai gereja lokal tetapi adalah juga
gereja yang universal. Ia melihat jati dirinya sebagai gereja yang berada
juga ditempat yang lain.
Menyebut-nyebut dirinya sebagai gereja di Papua, bermasud mengatakan
bahwa inilah Gereja Kristen yang ada di Papua yang dimiliki semua orang
di Papua dan wilayah pelayanan adalah Papua. Hal ini nampak dalam

GEREJA & TATA GEREJA 7


nama dari “Gereja Kristen Injili di Papua”. Namanya telah memberikan
makna dari gereja GKI itu.

Bab II. Pasal 5 Pengakuan


Pengakuan gereja terdiri dari 4 bagian. Pertama, mengakui GKI sebagai
persekutuan jemaat kristen injili yang dibangun kristus; Kedua; mengakui
kristus sebagai kepala gereja; Ketiga, Alkitab sebagai Firman Allah yang
memimpin pekerjaan dan kehidupan gereja, Keempat, mengaku bagian
dari gereja-gereja secara universal.
Pasal 6. Amanat
Yaitu amanat tugas sebagai gereja, ada 4 (empat) amanat : Pertama,
memberitakan Firman Allah, Kedua, melayani sakramen kudus; Ketiga,
penggembalaan kepada anggota jemaat; Keempat, menjalankan
pelayanan diakonia.
Bab IV : Jabatan dan Persidangan
Yang mengatur tentang tugas-tugas dan bagaimana memnjalankan sistim
pemerintahan gereja melalui sidang jabatan.

Penutup
Demikian beberapa hal singkat tentang Tata Gereja GKI di Papua.

Abepura 13/09/2004

Pdt. W.F. Rumsarwir

GEREJA & TATA GEREJA 8

Anda mungkin juga menyukai