Anda di halaman 1dari 13

VII

MEMAHAMI TATA GEREJA


GMIM TAHUN 2021

A. LATAR BELAKANG ALKITABIAH


1. Kristus adalah Kepala Gereja dan Sumber dari segala
Otoritas
Kristus Kepala Gereja dimengerti sebagai berikut:
a. Ia adalah Kepala Gereja secara organisatoris. Gereja
adalah tubuh yang berada dalam keterhubungan dengan
Sumbernya, yaitu Kristus sebagai Kepala. Ia memenuhi
gereja dengan kehidupan-Nya sendiri dan mengendalikan
gereja dengan Roh-Nya (Yoh. 15:1-8; Ef. 1:10, 22, 23;
2:20-22; 4:15; 5:30; Kol. 1:18; 2:19; 3:11).
b. Ia adalah Kepala Gereja dalam pengertian Ia adalah Raja
yang memiliki otoritas dan memerintah atas gereja (Mat.
16:18,19; 23:8,10; Yoh. 13:13; 1Kor. 12:5; Ef. 1:20-23;
4:4,5,11,12; 5:23,24). Oleh kapasitas ini, Kristus
mendirikan jemaat/gereja, menetapkan pranata dan
peraturan, menetapkan jabatan-jabatan gerejawi dan
menganugerahkan pelayan-pelayan-Nya dengan otoritas.
Ia pun selalu hadir di dalam gereja dan berbicara serta
memerintah melalui pelayan-pelayan-Nya.

2. Kristus menunjukkan kuasa-Nya melalui Firman-Nya


Kristus adalah satu-satunya Raja di atas gereja, maka firman-
Nya adalah satu-satunya firman yang berfungsi sebagai
hukum absolut, dan harus ditaati oleh semua orang. Firman
itu adalah Firman Sang Raja dan oleh karena itu mengikat
nurani. Semua yang mempunyai hak “pemerintahan” gereja
dilingkupi dengan otoritas Kristus dan harus menundukkan
diri kepada kendali Firman-Nya.
Tata Gereja adalah hasil perenungan orang percaya akan
Firman-Nya dalam Alkitab yang menyangkut struktur dan
fungsi Gereja yang teraplikasi ke dalam bahasa peraturan.
Dari uraian di atas dapat dikatakan Tata Gereja dibuat agar
dapat:

69
a. Memperlancar Pelayanan
- Keluaran 18:13-27 didapati perlunya penataan
organisasi pelayanan antara lain dimaksudkan untuk
memperlancar pelayanan. Pendelegasian wewenang
Musa kepada para pemimpin 1.000 orang, pemimpin
100 orang, pemimpin 50 orang dan pemimpin 10 orang,
dimaksudkan untuk kelancaran pelayanan.
- Untuk melaksanakan pekerjaan pelayanan-Nya, Tuhan
Yesus memilih murid-murid, mulai dari 12 orang (Mat.
10:1-4; Mrk. 3:13-19) kemudian 70 murid lain (Luk.
10:1). Demikian halnya para rasul mengangkat orang-
orang tertentu yang bekerja sebagai Diaken/ (Kis. 6:1-
7).
b. Mengatur, menertibkan dan penggembangkan pelayanan
gereja.
Dalam suratnya kepada jemaat di Korintus (1 Kor. 12 dan
14) rasul Paulus menasihatkan perlunya penataan semua
karunia dalam jemaat serta penataan ibadah-ibadah jemaat.
Semua upaya penataan itu, menurut Paulus, perlu
dilakukan agar “…segala sesuatu berlangsung dengan
sopan dan teratur” (1Kor. 14:40). Karena “Allah tidak
menghendaki kekacauan, melainkan damai sejahtera”
(1Kor. 14:33). “Setiap ranting pada-Ku yang tidak
berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah,
dibersihkan, supaya ia lebih banyak berbuah” (Yoh.
15:2).

B. LATAR BELAKANG GEREJA SEBAGAI ORGANISASI


1. Kristus sebagai Raja menganugerahi gereja-Nya dengan
kuasa
Untuk melanjutkan apa yang Ia telah percayakan kepada
gereja, Ia memberi setiap anggota suatu kuasa dengan ukuran
tertentu yang sama (original power), tetapi juga
mengaruniakan suatu ukuran khusus (additional power)
kepada pelayan-pelayan yang diteguhkan. Otoritas mereka
tidak diperoleh dari jemaat, walaupun jemaat memilih mereka
untuk menduduki jabatan itu. Para pejabat gereja berbagi
dalam original power, tetapi kemudian menerima additional

70
power secara langsung dari Kristus untuk mengerjakan jabatan
gerejawi di dalam Gereja Kristus.
2. Kuasa untuk memerintah itu mula-mula pada jemaat
setempat (gereja lokal)
Kuasa untuk memerintah diberikan dan diaktualkan dalam
(majelis) jemaat, dan kemudian berlanjut ke aras sinode.
Setiap jemaat memiliki otonomi atau independensi dalam
takaran tertentu, dan secara otomatis dibatasi oleh
keterhubungan dengan jemaat-jemaat lainnya. Maka,
kepentingan Gereja yang lebih besar (sinodal) hendaklah tidak
dikalahkan demi kepentingan-kepentingan jemaat (gereja
lokal).
Setiap jemaat (gereja local) sudah merupakan gereja yang
telah komplit, diperlengkapi dengan segala karunia untuk
menyelenggarakan pemerintahan gereja, dan oleh sebab itu
relatif independen. Pada waktu yang sama, jemaat (gereja
lokal) tersebut harus mengikatkan diri dalam persekutuan
dengan jemaat lain berdasarkan persetujuan-persetujuan
bersama, dan setiap bentuk persekutuan ini dengan sendirinya
membatasi hak jemaat (gereja lokal) untuk menjadi bebas
sebebas-bebasnya. Di sinilah Tata Gereja disusun dan
diperlukan untuk berjalan bersama sebagai suatu organisasi.
Tata Gereja sebagai bagian dari pengorganisasian gereja,
dituntut untuk selalu menjadi bagian dari dunia yang
berkembang. Di dalamnya pasti terjadi perkembangan
pelayanan yang berdampak pada perkembangan kebutuhan
pelayanan. Menjawab kebutuhan itu, maka Tata Gereja harus
selalu terbuka untuk diubah dan direlevansikan/ diadendum.
Dalam hubungan dengan menjawab kebutuhan tersebut maka
sampai sekarang dalam sejarah GMIM telah 14 (empat belas )
kali Tata Gereja mengalami perubahan, yakni tahun 1934,
1939, 1940, 1942, 1951, 1966, 1970, 1981, 1990, 1999, 2007,
2012 (adendum), 2016, dan 2021.

C. SIFAT-SIFAT SUATU TATA GEREJA


1. Tata Gereja sebagai “alat”
Sebagai “alat”, artinya Tata Gereja bukan “tujuan”. Perlu
dihindari bilamana kegiatan pelayanan dilaksanakan
seolah-olah hanya untuk memenuhi semua ketentuan
71
Gereja. Atau menjadikan peraturan Gereja itu sebagai
suatu kekuatan “ilahi” yang mestinya dilaksa-nakan dan
diterapkan secara “harfiah.” Memang tak dapat disangkal
umat Allah seringkali “terjebak” dalam menerapkan
peraturan-peraturan menyangkut kehidupan
bergereja/berjemaat.
Di zaman Tuhan Yesus, orang Yahudi tanpa sadar
melaksanakan Taurat itu secara “harfiah” (orang Farisi),
melaksanakan hukum dan peraturan secara mutlak.
Bilamana Tata Gereja dipahami sebagai alat, itu berarti
menunjuk bahwa ia tidak mutlak dan utama. Sebab yang
mutlak dan utama hanyalah Tuhan Allah yang menyatakan
diri dalam Yesus Kristus.
Sebagai alat, Tata Gereja itu juga sama dengan “sarana”,
yang menyaksikan bahwa Tuhan Allah berkarya untuk
membebaskan umat-Nya di dalam Yesus Kristus.
Sebaliknya, perlu juga dihindari agar Tuhan Allah
janganlah dijadikan sebagai alat untuk menerapkan Tata
Gereja.
2. Tata Gereja cermin keteraturan dan ketertiban
Tata Gereja mengatur dan menertibkan pelayanan,
termasuk menertibkan perilaku anggota gereja yang
menyimpang, bukan alat yang sengaja dibuat untuk
menghakimi yang mengakibatkan seseorang dikeluarkan
dari keanggotaan Gereja.
3. Tata Gereja bersifat kudus
Tata Gereja bersifat kudus karena diimani disusun dengan
pendalaman-pendalaman dan pembahasan-pembahasan
secara teologis serta penelaahan-pene-laahan Alkitab yang
khusuk sesuai dengan keadaan dan situasi gereja pada
masanya. Untuk kemudian disusun formulasi kalimat
menjadi rumusan Tata Gereja. Rumusan tersebut telah
diyakini tersusun atas campur tangan kuasa Roh Kudus,
sehingga tidak ada yang membenarkan dirinya dengan
mengatakan: “Tata Gereja cuma dibuat oleh manusia!”

D. POKOK-POKOK PENTING TATA GEREJA 2021


1. Pemahaman tentang Gereja (Ekklesiologi)

72
Tata Dasar bagian Pembukaan Alinea Kedua mem-berikan
rumusan tentang apa itu gereja: “Berdasarkan pemahaman
dan penghayatan akan Firman Tuhan dalam Alkitab
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, diajarkan secara
berkesinambungan oleh orang-orang beriman yang
memberi diri dipimpin oleh Roh Kudus, maka GMIM
adalah bagian dari Gereja yang esa, kudus, am dan rasuli,
yang mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan (Filipi
2:11) dan Kepala Gereja” (Efesus 4:15).
Memang di dalam Alkitab tidak ada definisi yang baku
tentang Gereja. Yang ada hanyalah gambaran atau lukisan
tentang Gereja. Dalam Perjanjian Baru (PB) ada banyak
lukisan tentang Gereja tetapi lukisan sebagai Tubuh
Kristuslah yang paling sering digunakan. Jadi pemahaman
Tata Gereja mengenai arti gereja diambil dari
lukisan/gambaran yang dominan dalam Alkitab.
Ciri Gereja berdasarkan pemahaman ini adalah:
a. Kristokrasi. Semua keputusan dan penyelenggaraan
pelayanan Gereja didasarkan pada kehendak Kristus
seperti disaksikan di dalam Alkitab. Tata Dasar Bab II
Pasal 6 Ayat 1 menyebutkan: “Penyelenggaraan
panggilan GMIM bersumber dari pola pelayanan dan
pemerintahan Kristus.” Yang dimaksud dengan
pemerintahan Kristus dijelaskan pada bagian
penjelasan Ayat 1b berbunyi: “Pemerintahan Kristus
nampak antara lain dalam hal pengambilan keputusan
di semua aras, bertindak menurut kehendak Yesus
Kristus dan tidak mengatasnamakan kehendak pribadi
atau anggota jemaat” (Roma 11:36).
Pemahaman ini dijabarkan dalam upaya untuk
menghapus kesan bahwa peserta rapat/sidang lebih
mengutamakan kehendak pribadi ataupun yang
diwakilinya.
Contoh: Dalam Sidang Majelis Jemaat sering terdengar
orang berbicara seperti ini: “…saya, atas nama jemaat
kolom… tidak setuju…”. Kesan ini sering terbawa
sampai ke aras Wilayah dan Sinode. Peserta
rapat/sidang tidak semata-mata mewakili
kolom/jemaat/wilayah, ia bukan duta kolom/jemaat/
wilayah apalagi atas nama pribadi. Dia adalah duta
73
Kristus dan atas nama Kristus berupaya menggumuli
pemberlakuan kehendak Kristus melalui mekanisme
yang sudah diatur bersama.
b. Partisipasi. Gereja sebagai Tubuh Kristus mempunyai
banyak anggota dan masing-masing anggota diberi
fungsi (band. 1 Kor. 12 dan 14; Rm. 12:1-8). Artinya
meskipun di dalam gereja berlaku peme-rintahan
Kristus (Kristokrasi), namun pada pihak lain di sana
berlaku juga demokrasi, dalam arti ada partisipasi
manusia. Karena itu salah satu sifat da-lam
penyelenggaraan organisasi GMIM ialah ada-nya sifat
partisipasi-demokratis. Dalam Tata Dasar Bab III Pasal
8, GMIM menetapkan hanya ada satu sistem
pemerintahan gereja, yakni sistem Presbi-terial
Sinodal. Presbiterial berasal dari kata Yunani
“presbyteros” artinya tua-tua atau yang dituakan
(Diaken, Penatua, Guru Agama dan Pendeta). Sinodal
berasal dari kata Yunani synhodos yang berarti
berjalan bersama. Dengan sistem Presbiterial Sinodal
maka kepemimpinan kepelayanan GMIM, dan dalam
hal pengambilan ketetapan serta keputusan dijalankan
secara musyawarah untuk mufakat oleh para presbiter
pada persidangan di semua aras.
c. Universal. Tata Gereja GMIM 2021 mendasari
universalitas gereja melalui:
- Tata Dasar bagian Pembukaan alinea kedua, “…
maka GMIM adalah bagian dari Gereja yang esa,
kudus, am dan rasuli …”
- Tata Dasar bagian Pembukaan alinea ketiga:
“GMIM terpanggil untuk bersekutu, bersaksi,
melayani di tanah Minahasa, di Negara Kesatuan
Republik Indonesia…, bahkan di seluruh dunia,…
GMIM sebagai Gereja Bagian Mandiri dari Gereja
Protestan di Indonesia…”
- Tata Dasar Bab I Pasal 1 dan Penjelasannya,
Gereja Masehi Injili di Minahasa disingkat GMIM
adalah persekutuan orang-orang Minahasa dan
suku lain serta ras lain, yang ada di tanah
Minahasa dan di luar tanah Minahasa, yang
percaya kepada Yesus Kristus untuk memberitakan
74
perbuatan-perbuatan besar Tuhan Allah dan
menjadi berkat bagi orang banyak di mana pun dan
kapanpun.
Penjelasan
Kata ”Masehi” berasal dari bahasa Arab yang sama
artinya dengan kata Kristen. Demikian juga dengan
kata ”Injili” yang berakar pada kata Arab ”Injil”
yang sepadan artinya dengan kata Yunani
”Euanggelion” yang berarti kabar baik.
Dalam sejarah gereja, ungkapan ”Masehi Injili”
sama artinya dengan Protestan.
Dengan demikian GMIM adalah persekutuan Umat
Kristiani yang senantiasa mewartakan Injil (kabar
baik) sesuai amanat panggilan Yesus Kristus yang
adalah Kabar Baik itu sendiri.
Pengertian suku menunjuk pada pengertian etnik-
etnik di skala nasional (NKRI) dan kata ras
menunjuk kepada Mongoloid (orang Asia),
Negroid (orang Afrika) dan Caucasian (orang kulit
putih Eropa Amerika) dalam skala internasional
(global).
Kata ”di” dalam nama Gereja Masehi Injili di
Minahasa digunakan berdasarkan pada tanggal 30
September 1934. Kata “di” dalam nama GMIM
menunjuk pada tempat/batasan geografis di tanah
Minahasa sekaligus menunjuk pada nama diri dari
organisasi gereja ini.
GMIM adalah hasil pekabaran Injil di tanah
Minahasa. Oleh karena Injil telah melekat di dalam
GMIM, maka GMIM bertugas memberitakan injil
ke seluruh dunia karena memiliki karakteristik esa,
kudus, am, rasuli dan universal (band. Kejadian
12:1-3 ;1 Petrus 2:9,10; Kisah Para Rasul 1:8; I
Korintus 9:16; Matius 28 :19-20 Lukas 4:18-21).
Itu berarti kehadiran GMIM melebihi
keberadaannya di tanah Minahasa.
GMM meluas secara geografis dan terbuka bagi
orang-orang percaya dari berbagai latar belakang

75
sosial budaya untuk menjadi anggota di salah satu
jemaat GMIM.
Ungkapan di atas menunjukkan bahwa GMIM dalam
eksistensinya tetap berdiri pada barisan terdepan untuk
berharap, berdoa dan bekerja bagi terwujudnya Gereja
Kristen yang Esa di Indonesia bahkan di dunia. Juga
menunjukkan bahwa GMIM tetap konsisten dengan
pengakuan dan panggilan-nya sebagai Gereja (lih.
Tata Dasar Bab II Pasal 3 Ayat 1, 2).
d. Ketertiban. Tata Dasar bagian Pembukaan alinea
keempat menyebutkan, “...Tata Dasar ini menjadi
dasar dari setiap Peraturan dalam Tata Gereja yang
mengatur, memperlancar, menertibkan dan
mengembangkan pelayanan setiap anggota tubuh
Kristus.” Ini dihubungkan dengan pemahaman
bangunan Bait Allah yang rapi tersusun (Ef. 2:21); dan
harapan akan ketertiban hidup (Kol. 2:5). Kesemuanya
ini menunjukkan bahwa Gereja sebagai Tubuh Kristus
memerlukan ketertiban.
e. Pertumbuhan. Sebagai Tubuh Kristus, maka Gereja itu
berkembang atau bertumbuh terus (Ef. 4:13, 16 dan
Kol. 2:19), tanpa meninggalkan hakikat Dia yang
terpenting dalam proses pertumbuhan (1Kor. 3:6,7).
f. Kesatuan. Sebagai satu kesatuan, Gereja merupakan
satu tubuh kendati berbeda-beda dalam potensi dan
karunia (Ef. 4:2,3,16).

2. Fungsi Gereja
Menyangkut tritugas Gereja seperti termuat dalam Tata
Dasar Bab II Pasal 5 Ayat 1-3 tentang bentuk-bentuk
panggilan Gereja yang dijabarkan sebagai berikut: (1)
Anggota GMIM dipanggil untuk bersekutu, bersaksi,
melayani (2) GMIM terpanggil untuk memperlengkapi
anggota-anggotanya, serta bertanggung jawab atas
pendididkan dan pelengkapan Pelayan Khusus, baik secara
formal, non formal dan informal. (3) Anggota GMIM
terpanggil untuk mengelola segenap anugerah dan karunia
Tuhan Allah dalam segala bentuk.

76
3. Struktur GMIM
Tata Dasar Bab II Pasal 6 Ayat 2 menyebutkan bahwa
penyelenggaraan panggilan gereja berada di aras Jemaat,
Wilayah dan Sinode.
a. Jemaat, adalah persekutuan orang-orang percaya
kepada Yesus Kristus yang menyatakan dirinya
sebagai anggota GMIM di suatu tempat tertentu dan
patuh pada Tata Gereja seperti dimaksudkan dalam
Tata Dasar Bab I Pasal 1 (lih. Peraturan tentang
Jemaat Bab I Pasal 1 Ayat 1).
- Kelengkapan Pelayanan Jemaat
1) Majelis Jemaat adalah kelengkapan pelayanan
sebagai wadah berhimpun Pelayan Khusus
yang memiliki tanggung jawab organisatoris
dan berwujud dalam Sidang Majelis Jemaat.
(lih. Peraturan Tentang Jemaat Bab I Pasal 1
Ayat 2)
2) Sidang Majelis Jemaat adalah persidangan para
Pelayan Khusus sebagai pengambil keputusan
di aras jemaat sesuai Tata Dasar Bab IV
Pasal 11. (lih. Peraturan tentang Jemaat Bab
IV Pasal 8 Ayat 1).
3) BPMJ adalah kelengkapan pelayanan di aras
Jemaat sebagai penanggungjawab pelaksanaan
keputusan-keputusan Sidang Majelis Sinode ,
Keputusan Badan Pekerja Majelis Sinode,
Keputusan Sidang Majelis Wilayah dan
Keputusan Sidang Majelis Jemaat sesuai Tata
Dasa sebagaimana diatur Tata Dasar Bab IV
Pasal 12. (lih. Peraturan tentang Jemaat Bab
V Pasal 12).
4) Rapat Badan Pekerja Majelis Jemaat bertu-gas
mempersiapkan dan menyusun agenda Sidang
Majelis Jemaat dan memimpin Rapat Sidi
Jemaat. Mengambil keputusan/kebijakan
tentang hal-hal mendesak yang tidak
bertentangan dengan Tata Gereja GMIM dan
keputusan Sidang di semua aras serta
mempertanggungjawabkan dalam Sidang
majelis Jemaat. Mengatur dan
77
mengkoordinasikan tugas semua bidang
pelayanan jemaat. (lih. Peraturan tentang
Jemat Bab V Pasal 14)
5) Badan Komisi Pengawas Perbendaharaan
Jemaat adalah perangkat pelayanan di semua
aras yang membantu Badan Pekerja Majelis
untuk mengadakan pengawasan
perbendaharaan (Lih Tata dasar Bab IV Pasal
20, Bab VIII Pasal 24-28) )
6) Penasihat Majelis Jemaat adalah orang-orang
(maks. 3 orang) yang karena kemampuan dan
keteladanannya dipercayakan untuk
memberikan nasihat kepada Majelis Jemaat
diminta atau tidak diminta. (lih. Peraturan
Jemaat Bab I Pasal 1 Ayat 5 4; Bab VII Pasal
23 ayat 1-5 )
7) Rapat Sidi Jemaat adalah pertemuan seluruh
anggota Sidi Jemaat untuk membicarakan
pelaksanaan tugas panggilan dan tanggung
jawab Sidi Jemaat GMIM dan memilih calon
Pelsus (Diaken, Penatua). Lih Peraturan tentang
Jemaat Bab IV Pasal 10 ayat 8.
- Perangkat Pelayanan Jemaat
1) Komisi Pelayanan Kategorial adalah perang-kat
pelayanan yang membantu BPMJ untuk
melaksanakan pelayanan bidang Kategorial
(Anak; Remaja; Pemuda; Wanita/Kaum Ibu;
Pria/Kaum Bapa). (Peraturan tentang Je-maat
Bab 1 Pasal 1 Ayat 7 )
2) Komisi Kerja adalah perangkat pelayanan yang
membantu BPMJ dalam melaksanakan
pelayanan bidang tertentu. (Peraturan ten-tang
Jemaat Bab I Psl 1 Ayt 8 )
b. Wilayah, adalah persekutuan pelayanan sejumlah
jemaat dalam lingkungan tertentu di teritorial pela-
yanan GMIM. (lih. Peraturan tentang Wilayah Bab I
Pasal 1 Ayat 1)
- Kelengkapan Pelayanan Wilayah
1) Majelis Wilayah, yaitu wadah berhimpun
Pelayan Khusus perutusan jemaat (BPMJ) dan
78
BPMW yang berwujud dalam Sidang Majelis
Wilayah. (lih. Peraturan tentang Wilayah Bab
I Pasal 1 Ayat 2)
2) Sidang Majelis Wilayah adalah persidangan
anggota Majelis Wilayah sebagai pengambil
keputusan di aras wilayah (Peraturan tentang
Wilayah Bab III Pasal) Bab I Pasal 1 Ayat 3 ).
Sidang setiap bulan disebut Sidang Majelis
Wilayah Bulanan dan setiap tahun disebut
Sidang Majelis Wilayah (Bab IV Pasal 8 ayat 1
point a,b,c).
3) Badan Pekerja Majelis Wilayah (BPMW)
adalah kelengkapan pelayanan di aras wilayah
yang melaksanakan kepemimpinan GMIM di
wilayah tersebut sesuai Tata Dasar Bab IV
Pasal 13 (Peraturan tentang Wilayah Bab I
Pasal 1 Ayat 3 ).
4) Rapat Badan Pekerja Majelis Wilayah (lih.
Peraturan tentang Wilayah Bab V Pasal 16 ).
5) Komisi Pengawas Perbendaharaan Wilayah
bertugas untuk membina, membimbing,
memberi petunjuk dan memberi rekomendasi
guna tercapainya pengelolahan perben-
daharaan yang tertib, berdaya guna dan berhasil
guna. Juga melaksanakan fungsi peng-awasan
dan pemeriksaan (lih. Peraturan tentang
Wilayah Bab VIII Pasal 23-29)
6) Penasihat Badan Pekerja Majelis Wilayah
(maks. 3 orang) bertugas memberikan nasi-hat
kepada BPMW diminta atau tidak di-minta
(lih. Peraturan tentang Wilayah Bab VII VIII
Pasal 22.
- Perangkat Pelayanan Wilayah
1) Komisi Pelayanan Kategorial (Kompelka)
adalah perangkat pelayanan wilayah yang
membantu BPMW dalam pembinaan dan
pengembangan pelayanan menurut kategori
tertentu (lih. Peraturan tentang Wilayah Bab I
Pasal 1 Ayat 7).

79
2) Komisi Kerja adalah perangkat pelayanan yang
membantu BPMW untuk melaksanakan
pelayanan bidang tertentu (lih. Pera-turan
tentang Wilayah Bab 1 Pasal 8 ).
c. Sinode, adalah persekutuan jemaat-jemaat yang
dihimpun dalam wilayah-wilayah yang bersama-sama
menampakkan kebersamaan dalam keesaan GMIM
(lih. Peraturan tentang Sinode Bab 1 Pasal 1 Ayat 1).
- Kelengkapan Pelayanan Sinode
1) Majelis Sinode, yaitu wadah berhimpun
Pelayan Khusus perutusan dari Jemaat,
Wilayah dan BPMS yang berwujud dalam
Sidang Majelis Sinode (lih. Peraturan tentang
Sinode Bab I Pasal I, 2, ).
2) Sidang Majelis Sinode, yaitu persidangan
anggota Majelis Sinode sebagai pengambil
keputusan tertinggi (lih. Peraturan Sinode Bab
I Psal I Ayat 3), yang berwujud dalam sidang
yang disebut: Sidang Majelis Sinode (SMS)
yang dilaksanakan setiap lima tahun; Sidang
Majelis Sinode Istimewa (untuk pokok
tertentu); Sidang Tahunan Majelis Sinode
(STMS) (lih. Peraturan Sinode Bab IV Pasal 9,
10, 11 Ayat 1).
3) Badan Pekerja Majelis Sinode (BPMS), ada-lah
pelaksana ketetapan dan keputusan Si-dang
Majelis Sinode, sebagai alat keleng-kapan yang
melaksanakan kepemimpinan GMIM atas
mandat Majelis Sinode sebagai-mana yang
dimaksud Tata Dasar Bab IV Psl 18 (lih.
Peraturan Sinode Bab I Pasal 1 Ayat 4).
4) Penasihat BPMS, yaitu mereka (maks. 3 orang)
yang dipandang mampu melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud Tata dasar Bab Bab V
Pasal 19. (lih. Peraturan Sinode Bab VII Pasal
30)
5) Komisi Pengawas Perbendaharaan Sinode.
(lih. Peraturan tentang Sinode Bab VIII Pasal
31-37)

80
Pertanyaan Diskusi:
1. Apa yang mendasari dibuatnya Tata Gereja?
2. Mengapa diperlukan Tata Gereja?
3. Bagaimana penerapan Tata Gereja dalam kehidupan berjemaat?

81

Anda mungkin juga menyukai