PRESBITERIAL
PENGERTIAN PRESBITERIAL
Kata presbiterial berasal dari kata presbiter (dari bahasa Yunani), atau zeqen (dari bahasa Ibrani) yang dalam
bahasa Indonesia berarti ketua. Sistem presbiterial adalah suatu sistem di mana gereja dipimpin oleh para presbiter
(penatua). Keputusan tertinggi ada pada persidangan presbiter (majelis jemaat). Gereja dipimpin oleh pejabat-pejabat
gerejawi yang secara kolektif disebut majelis jemaat. Setiap anggota majelis jemaat mempunyai kedudukan yang sama
dan masing-masing mempunyai tugasnya sendiri.
Sedangkan kata sinodal dari bahasa Yunani sunhodos. Akar katanya dari Alkitab, yaitu dari Kis. 9:7 yaitu
sunodeus, Luk. 2:44 yaitu sunodia yang berarti seperjalanan. Sinode berarti berjalan bersama, seperjalanan, berpikir
bersama, bertindak bersama. Sistem sinodal adalah suatu sistem di mana gereja di pimpin oleh persidangan para pejabat
gerejawi yang disebut sinode. Persidangan sinode ini merupakan instansi tertinggi yang keputusannya harus
dilaksanakan oleh jemaat-jemaat yang tergabung dalam sinode tersebut.
Jadi, sistem presbiterial sinodal adalah penggabungan antara sistem presbiter dan sinodal. Maka pengambilan keputusan
tertinggi di jemaat-jemaat lokal berada di tangan presbiter (majelis jemaat) dan pengambilan keputusan tertinggi dari
semua jemaat-jemaat lokal berada di tangan sinode (pejabat gerejawi).
2
1.Titik tolaknya ialah jemaat (Gereja) setempat yang menjadi titik
tolaknya.
Bagian ini merupakan hal pertama yang membedakan sistem
susunan ini dengan sistem-sistem pemerintahan Gereja
lainnya. Pada kebanyakan sistem atau susunan gereja tidak
menjadikan jemaat ( Gereja ) setempat sebagai titik tolaknya,
melainkan gereja secara universal ( gereja seluruhnya ).
Namun yang perlu kita ingat, bahwa jemaat (gereja) setempat
merupakan manifestasi dari Gereja Kristen kudus dan am,
CIRI-CIRI SISTEM karena itu dia adalah gereja dalam arti yang sesungguhnya.
Sebagai gereja dalam arti yang sesungguhnya, gereja setempat
.
5.Tidak setuju dengan Kongregasionalisme
Dari beberapa pelayanan yang biasa dilakukan oleh pendeta antara lain :
i. Melayani sakramen;
iii. Menyatakan jaminan damai sejahtera dan berkat Allah kepada jemaat, melalui penumpangan tangan atas jemaat dalam
kebaktian-kebaktian;
v. Melaksanakan pelayanan sebagai rohaniawan pada pelantikan jabatan pemerintahan atau Lembaga lain yang
membutuhkan;
vii. Memperlengkapi mendorong dan menggerakkan warga gereja untuk memenuhi panggilan bersekutu, bersaksi dan
melayani; dan !
viii. Untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus (Efesus 4:12).
Seorang pendeta yang meninggal atau emeritus (pension), biasanya di depan nama tetap tercantum jabatan
kependetaannya. Namun jabatan kependetaan dapat saja dicopot, bila seorang pendeta melanggar kode etik kependetaan yang
diatur oleh setiap gereja.
B . Penatua
Penatua adalah pelayan khusus yang diemban oleh seseorang dalam gereja untuk masa
bakti yang telah ditentukan. Seseorang yang telah dipilih serta akan diteguhkan, harus
memenuhi syarat penatua atau penilik jemaat dalam 1 Tim. 3:1-7 dan Titus 1:5-16. Dan dari
ketetapan-ketetapan yang termuat dalam Alkitab tersebut, maka tugas seorang penatua dalam
sebuah jemaat adalah :
i. Melaksanakan tertib gerejawi dan mengawasi ketertiban hidup warga jemaat serta melakukan
penggembalaan;
Sama halnya dengan penatua, diaken atau syamas pun terikat oleh masa
periodik dalam menjalankan pelayanannya, melalui pemilihan serta diutus melalui
peneguhan. Tugas-tugas dari seorang diaken pun juga tercatat dalam Alkitab yaitu
dalam Kis. 6:1-7 dan 1 Timotius 3:8-13. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa tugas
seorang diaken adalah :
i. Mengurus persembahan jemaat;
iii. Bersama dengan majelis lainnya melayani kebaktian jemaat dan melakukan
penggembalaan.
Dari semua pembahasan di atas, letak perbedaan antara penatua dan diaken
ada pada tugas utama penatua yaitu untuk mengawasi kemurnian ajaran gereja (Titus
1:13-14) dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pengajaran dan pembinaan warga
gereja. Sedangkan diaken lebih merujuk kepada pengelolaan keuangan dan diakonia
serta pelayanan sosial.
Pimpinan pemerintahan gereja adalah suatu
persekutuan para pelayan. Tidak ada
kepemimpinan tunggal di dalam organisasi
E.Kelebihan dan Kelemahan gereja. Para pejabat gerejawi yang
menjalankan pemerintahan Kristus dalam
a keistimewaan dari sistem Presbiterial Sinodal ini
gerejaNya terhimpun dalam satu persekutuan
dalam kehidupan bergereja:
pelayan – pelayan dengan kedudukan sama.
Jemaat sebagai basis. Di tiap-tiap jemaat
Sekalipun di dalam tata organisasi gereja,
kedudukan structural mereka berbeda,
ditemukan penyelengaraan pelayanan gereja secara
seorang ketua bukanlah kepala, melainkan dia
lengkap. Seluruh komponen jemaat dalam
hanyalah orang yang dituakan karena kualitas
artikategori anggota gereja ada disini dan bersama-
– kualitas tertentu di dalam pelayanan gereja.
sama melakukan pelayanan. Tiap-tiap jemaat adalah Oleh karena itu pejabat organisasi yang satu
jemaat yang otonom dalam mengurus dirinya sendiri, tidak lebih tinggi daripada yang lain.
tetapi tetap terikat di dalam satu persekutuan gereja Kedudukan pendeta tidak lebih tinggi dari
secara sinodal. Jadi otonomi jemaat di dalam asas penatua dari penatua dan kedudukan penatua
presbiterial sinodal bukan independensi atau tidaklah lebih dari diaken. Tugas yang mereka
kemerdekaan yang mengarah pada kerjakan di dalam pelayanan gereja sesuai
kongregasionalme. Dalam ikatan ini para pejabat
dengan kesaksian Perjanjian Baru memang
gerejawinya berada dalam satu persekutuan presbiter.
berbeda, tetapi perbedaan itu tidak menjadi
sebab atau alasan bagi perbedaan status dan
Mereka adalah satu barisan persekutuan pelayan-
kedudukan mereka di dalam pelayanan gereja.
pelayan Tuhan yang bersama-sama terpanggil dan
Dalam hal inilah mereka berjalan bersama-
bertanggung jawab atas pelayanan gereja.
sama. Yang satu tidak mendahului yang lain
dan yang satu tidak mengatasi yang lain.
Mereka adalah sesama pelayan yang melayani
dalam iklim sehati sepikir.
Gereja Presbiterian sangat mengutamakan pendidikan dan penyelidikan yang terus-menerus terhadap Alkitab, teologis teologis,
pengembangan dan penyimpanan kembali atas doktrin gereja. Gereja ini pada umumnya percaya bahwa iman harus diwujudkan
dalam kata-kata dan perbuatan, termasuk keramah-tamahan, kemurahan, dan perjuangan yang berkelanjutan untuk menjamin
keadilan sosial dan yang tidak terlepas dari pemberitaan Injil Kristus.
Pertama, jemaat gereja tentu terdiri dari berbagai latar belakang profesi sehingga bisa terjadi kaum awam yang terpilih
menjadi pekerja atau penatua adalah seorang buru, pengusaha atau politikus atau berbagai posisi lain dan ternama di
masyarakat. Artinya mereka terpilih bukan di dasarkan atas karakter atau pelayanan mereka yang baik tetapi karena ada sesuatu
di balik posisi mereka di masyarakat. Keadaan seperti ini kerap terjadi sehingga pikiran kedagingan berkembang cepat di
gereja, hal ini bisa merusak pelayanan yang baik.
Kedua, ketika para rasul memerintah atas gereja-gereja pada abad pertama, Alkkitab Perjanjian Baru tidak pernah
memberikan contoh adanya penatua (anggota presbiter) yang memerintah atas gereja-gereja lain, tetapi hanya terhadap gereja
mereka sendiri.
Ketiga, kesatuan bukan berasal dari organisasi, tetapi dari individu yang terkait satu dan yang lainnnya. Tuhan Yesus
dalam doa-Nya untuk kesatuan Gereja, berdoa untuk kesatuan relasional, bukan kesatuan organisasi.
Kesimpulan
sistem presbiterial sinodal adalah penggabungan antara sistem presbiter dan sinodal.
Maka pengambilan keputusan tertinggi di jemaat-jemaat lokal berada di tangan presbiter
(majelis jemaat) dan pengambilan keputusan tertinggi dari semua jemaat-jemaat lokal
berada di tangan sinode (pejabat gerejawi). Bentuk ini digunakan pada sejumlah gereja
Kristen.sistem Presbiterial sinodal memberikan kehidupan jemaat setempat, seperti:
kesatuan dari keseluruhan anggota jemaat dan Wewenang yang dimiliki majelis jemaat
harus dipakai untuk melayani warga jemaat.
12
Sekian dan
Terima Kasih