Anda di halaman 1dari 2

Nama : Sofia Lawrence Bunga

No.Stbk : 2171.3612
Mata Kuliah : Etika Propesi
Dosen : Pdt. Dr. Abialtar, M.Th

KODE ETIK PENDETA GEREJA TORAJA

Pendeta harus memperlakukan semua anggotanya sama, non-imparsial.


Saya setuju, karena pelayan Tuhan (pendeta) adalah panggilan bagi setiap umat Tuhan di
mana ia harus melaksanakan Amanat Agung, menjadikan semua orang menjadi murid-murid
Yesus. Maka, menjadi seorang pelayan Tuhan harus bisa menjalakan setiap tugas dan
tanggungjawab yang diberikan kepada semua anggotanya, bukan menjadi seorang hamba Tuhan
yang ingin cari nama saja. Dari setiap tugas dan tanggungjawabnya inilah pelayan Tuhan akan
semakin dibentuk dan bagaimana ia bisa menghadapinya dengan penuh kesabaran bukan lari dari
hal-hal tersebut. Akan tetapi justru masalah ini berbading terbalik dimana saya dapatkan di
jemaat saya sendiri,Ia justru melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dengan membeda-
bedakan antara anggotanya. Gaya hidup ini sangat berpengaruh bagi semua anggota jemaat dan
akan membuat pertumbuhan dalam gereja semakin lambat. Oleh karena itu, perlu di kaji ulang
atau perlu dilakukan pembinaan kepada pelayan Tuhan agar dapat menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya dengan baik, dan dapat bertujuan untuk tidak lagi membeda-bedakan dalam
melaksanakan tugasnya seperti Tuhan Yesus dimana Ia tetap setia dan mau bergaul dengan
semua orang.
Salah satu tanggung jawab sebagai pemimpin adalah memperhatikan domba-domba
gembalaannya, kata “pemerhati” yang berarti orang yang memperhatikan, minat, mengamati.
Setiap gembala sebagai pemimpin pada dasarnya dipercayakan oleh Allah dan orang lain. Oleh
sebab itu, sebagai respon dari penghargaan yang telah diberikan, harus memperhatikan orang–
orang yang dipimpinnya, sebab melalui perhatian, pemimpin akan mengenal apa sebenarnya
yang menjadi kebutuhan dasar bagi orang dipimpimnya.
Bercermin pada model-model kepemimpinan zaman Yesus sebagaimana di gambarkan
dalam injil, dapatlah dijelaskan praktik-praktik kepemimpinan dalam gereja masa di Indonesia.
ada gereja-gereja yang mengkodisikan para pendeta sebagai Pontius Pilatus: pejabat pusat yang
ditempatkan di daerah. Komitmen utama para pendeta itu adalah pucuk pemimpin denominasi
yang berwenang menempatkan memutasi, memberhentikn serta menilai kinerja mereka. Adapula
Pendeta yang berperilaku bagaikan penguasa lokal. Berbekal kewenangan yang melekat pada
jabatan pendeta, mereka merasa berhak membentuk jemaat menurut keinginan dan selera mereka
sendiri.
Sesuai dengan tujuan Gaya hidup membeda-bedakan hamba Tuhan (pendeta) dalam
melaksanakan perkunjungan ke anggota jemaat. Maka perlu pembinaan yang baik kepada semua
Hamba Tuhan agar ia bisa melaksanakan semua tugas dan tanggungjawabnya dengan baik dan
tidak membeda-bedakan semua anggotanya.
Gaya hidup seorang hamba Tuhan (Pendeta) dalam menjalankan tugas dan
tanggungjawabnya tersebut hanyalah sekedar menjalankan saja tanpa tulus, dan juga mungkin
karena seorang hamba Tuhan ini juga karena tidak menyukai salah satu anggota jemaatnya
karena foktor fisik maupun ekonomi sehingga ini menjadikannya malakukan tugas dan
tanggungjawabnya membeda-bedakan onggota lainnya yang mungkin bisa dikata orang yang
kaya.
Saran saya adalah seharusnya ketika menjadi seorang hamba Tuhan atau pelayan Tuhan
bagaimana ia bisa menjalankan setiap tugas dan tanggungjawabnya dengan baik tanpa pamrih
dan paling utama adalah bisa meneladani sikap pelayanan Yesus dan dilandasi oleh kebenaran
Firman Allah.

Anda mungkin juga menyukai