Anda di halaman 1dari 10

STUDI EKSPOSISI KITAB 1 PETRUS 5:1-11 TENTANG TANGGUNG

JAWAB SEORANG GEMBALA DAN APLIKASINYA DALAM

PELAYANAN GEREJA PADA MASA KINI

DISUSUN OLEH : SIMTO SIGALINGGING

PROGRAM STUDI : TEOLOGI

JENJANG : S1

NIM : 18 S1TH 18

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI SUMATRA

MEDAN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam pelayanan pengembalaan, seorang gembala bukan sekedar

jabatan yang melekat dalam kepribadian sesorang yang diangkat oleh suatu

organisasi, melainkan juga panggilan Allah yang memiliki tanggung jawab

besar baik itu secara moril maupun secara spiritual karena Allah sendirilah

yang menetapkannya. Oleh sebab itu seorang gembala berkewajiban untuk

menyadari akan posisinya tersebut sehingga dalam pelayanannya ia bukan

hanya mengetahui tanggung jawabnya namun juga dapat menjalankannya

dengan benar. Perlu adanya hikmat dan pimpinan dari Allah dalam

mengerjakan tugas tersebut.

Gereja yang bertumbuh memerlukan seorang pelayan dalam arti

gembala. Lebih baik gereja memerlukan seorang pemimpin. Sebagai

pemimpin yang berperan penting dalam pelayanan yang diperlukan oleh

Tuhan kepadanya, seorang gembala menjadi gembala bukan karena memilih

tetapi karena ia terpanggil oleh Allah untuk menjadi gembala. Dalam

menunaikan tugasnya, seorang gembala haruslah orang yang sungguh-

sungguh mengasihi Tuhan dengan setia dan bertanggung jawab, tidak

mencari kepentingan diri sendiri atau puji-pujian yang sia-sia, tetapi menjadi

teladan bagi banyak orang dan sebagai gembala yang sungguh-sungguh

mengasihi Tuhan.1
1
Robet Cowls, Gembala Sidang (Bandung : Kalam Hidup,n.d.), 7.
Dari kutipan diatas jelas bahwa penggembalaan bersumber dari Allah

kepada mereka yang dipercayakan untuk melanjutkan tugas dan amanat

tersebut. Dengan kata lain, pengembalaan yang benar diterima sebagai tugas

dari Allah dan karena itu harus pula dipertanggungjawabkan kepadaNya 2.

Sepanjang sejarah gereja, ada banyak gembala yang berhasil

mengembangkan jemaatnya, namun banyak juga yang mengalami kegagalan,

hal ini dikarenakan gembala tidak memiliki prinsip-prinsip yang benar dalam

melaksanakan tugas dan pelayananya. Menurut Halim dalam Daniel Wenggi,

gereja membutuhkan kepemimpinan yang yang alkitabiah, sungguh- sungguh

melayani untuk kepentingan dan kemajuan jemaat, berorientasi kepada visi

serta mampu menghadapi segala tantangan dan hambatan dalam

pelayanan.3 Artinya seorang gembala harus memiliki prinsip sebagai

pedoman utama dalam bertindak dan berpikir dalam melakukan tugas

pelayananya.

Seorang Gembala semestinya wajib menjadi gembala bagi jemaat atau

dombanya (ini kalimatnya agak ambigu. Boleh dibedakan pengertian

penggunaan kata “gembala” satu dengan yang satu lagi.) istilah ini sendiri

dihubungkan dengan diri Yesus Kristus dan karya-Nya sebagai “Gembala

Sejati” atau “Gembala yang Baik”. Ungkapan ini mengacu kepada pelayanan

Yesus yang tanpa pamrih, bersedia memberi pertolongan dan pengasuhan

terhadap para pengikut-Nya, bahkan rela menyerahkan nyawa-Nya. 4 Yesus


2
Stevanus Kalis, Lihatlah Sang juru Selamat Dunia (Yogyakarta:Dianra Kreatif, 2018) 7.
3
Daniel Wenggi and Sutikto Sutikto ,”Prinsip Penggembalaan Menurut 1 Timotius 4:1-16: Kajian
Reflektif Untuk penerapan Di GPdI wilayah Waropan Barat ,Papua, “Epigraphe: Jurnal Teologi dan
Pelayanan Kristiani 4,no 1 (2020);31-43
4
Harianto GP,teologi Pastoral (Yogyakarta : Andi Offset, 2020). 80
membrikan teladan bagaimana menjadi seorang gembala yang baik dimana

dimana gembala yang baik adalah gembala yang merawat atau memelihara

kawanan domba dengan sepenuh hati bahkan rela mengorbankan nyawanya

demi domba-dombanya (Yohannes 10:11). Seth Masweli dan Donald Crider

menjelaskan,”Jikalau seorang gembala sidang dipanggil untuk melayani, ini

berarti bahwa Allah telah menyuruh dia untuk memelihara umat-Nya.

Gembala sidang adalah seorang yang istimewa dimana banyak orang

menaruh perhatian kepadanya. Mereka melihat apa yang mereka lakukan

dan menilai gembala dari apa yang dia ajarkan. mendengar apa yang ia

katakan. seorang gembala sidang, harus mencerminka dan memantulkan

terang Allah kepada orang lain.5 (ini kutipan langsung atau tidak langsung?

Dimana letak tanda petik satu lagi?)

Tugas penggembalaan adalah tugas yang berat jika dilihat dari sisi

kemanusian karena mmembutuhkan banyak pengorbanan dari gembala itu

sendiri yaitu pengorbanan waktu, materi, pemikiran, dan perasaan. Ketika

seseorang dipanggil untuk menjadi pelayan-Nya, berarti ia tidak lagi berpikir

secara dunia dan tidak mementingkan dirinya sendiri melainkan hidupnya

untuk menjalankan pekerjaan Tuhan, bergaul dengan Tuhan, dan melakukan

segala sesuatu seperti untuk Tuhan.

Pola hidup dan karakter seorang gembala dalam menjalankan pelayanan

penggembalaan sangat mempengaruhi kehidupan jemaat, dan seorang

gembala juga merupakan pengatur yang berdiri dihadapan jemaat untuk

5
Seth Masweli dan Donald Crider, Gembala Sidang dan Pelayanannya (Bandung:Kalam
Hidup,2002),38
memimpin, mengatur, mengarahkan dengan praktik.6 Artinya keteladanan ini

menjadi sarana Pendidikan yang efektif dalam kehidupan rohani jemaat.

Dalam surat 1 Petrus 5 ditujukan kepada (tolong diperbaiki kata-katanya,

karena kurang nyambung) orang-orang yang mengalami penderitaan karena

penganiayaan,tetapi justru mereka diminta untuk melayani dalam bentuk

menggembalakan jemaat Allah. Di sinilah integritas seorang gembala

dinampakkan (coba diganti dengan kata lain) dalam hal kemampuannya

untuk memperlihatkan karakteristik seperti yang dituliskan dalam 1 Petrus

5:2-3 yang berbunyi, “Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada

padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan suka rela sesuai dengan

kehendak Allah, dan jangan karena kamu karena mau mencari keuntungan,

tetapi dengan pengabdian diri . Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu

mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi

hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu”. Ayat ini

menjelaskan bahwa seorang pelayan atau gembala dalam jemaat harus

melayani dengan ciri khas tersendiri yang membedakannya dengan

pemimpin yang dikenal pada saat itu, dimana pemimpin pada saat itu

memimpin dengan keangkuhan, penindasan , memerintah dan hal-hal lain

yang bertentangan dengan kepemimpinan gembala siding. Karakteristik atau

ciri khas ini harus dimiliki oleh seorang gembala sidang yang menunjukkan

bahwa gembala tersebut memiliki integritas dalam kehidupan dan

pelayanannya. Dengan demikian para pelayan atau seorang gembala diminta

6
Derek J Tidball,Teologi peengembalaan(Malang: Yayasan penerbit Gandum Mas,2002),12
tidak hanya dapat bertahan didalam penderitaan tetapi juga menjalani

tanggung jawab dengan sungguh-sungguh. Para gembala harus selalu

menunjukkan ketundukan kepada Tuhan dalam keadaan baik ataupun dalam

keadaan dalam masa penderitaan. Ketundukan tersebut dapat ditunjukkkan

dengan menjalankan tanggung jawab dengan sungguh-sungguh.

Menurut Yosafat B dalam buku Harianto GP (apa judul bukunya? Jika

kutipan langsung harus disertai dengan tanda petik untuk kalimat yang

dikutip, jangan ditengah kalimat dimulai dengan huruf besar), Beberapa

masalah yang terjadi dalam pelayanan adalah hamba Tuhan atau seorang

gembala yang masih terikat dengan dengan kemewahan yang ditawarkan

oleh dunia sehingga mereka menggunakanya demi memuaskan keinginan

mereka sendiri, dan bahkan inventaris gereja dianggap sebagai milik sendiri

atau milik pribadi. Kasus lain adalah , adanya gangguan psikologis dalam diri

seorang gembala yang berwujud kesombongan, perasaan rendah diri yang

akan mereka tutupi dengan penampilan berlebihan seperti selebriti, serta

kesaksian yang spektakuler yaitu makan bersama para pejabat dan orang-

orang penting lainya, masalah seks yang sering terjadi atau perzinahan, dan

juga gembala senior yang kadang bertindak diskriminatif terhadap pendeta

yang lebih muda.7

Penggunaan 1 Petrus 5 sebagai pedoman penggembalaan bukanlah tanpa

alasan,hal ini dikarenakan adanya gembala yang belum sepenuhnya

menyadari akan tugas dan tanggung jawab berkaitan dengan jabatan sebagai

7
Harianto GP, Teologi Pastoral. 82-83
seorang gembala jemaat ,dan hal inilah yang mendorong penulis untuk

menyusun dan menggali apa kata Alkitab dan bagaimana prinsip tersebut

dapat diterapkan dalam pelayanan penggembalaan pada saat ini.

1.2 Identifikasi Masalah

Setelah mengkaji latar belakang masalah, penulis menemukan adanya


masalah dalam penggembalaan yang dapat diidentifikasi sebagai
berikut:seorang gembala yang antara lain: ??
1. Adanya gembala tidak sepenuhnya yang belum memahami atau
mengetahui tanggungjawabnya dalam pelayanan. (perbaiki kalimatnya,
masih rancu).

2. Adanya gembala yang belum menjalankan tugas penggembalaan


dengan benar.

3. Adanya gembala yang mencari kepentingan sendiri, pujian yang sia-sia


ditengah tengah pelayanan.

4. Adanya gembala yang gagal mengembangkan pelayanan jemaat karena


tidak memiliki prinsip yang benar dalam menjalankan tugas.

5. Adanya gembala yang tidak mampu menghadapi tantangan dan


hambatan ditengah pelayanan.

6. Adanya gembala yang belum meneladani sikap Tuhan Yesus yang rela
mengorbankan jawanya demi domba-dombanya.

7. Adanya gembala belum memberikan keteladanan hidup yang menjadi


sarana pendidikan kepada jemaat.

8. Perlunya melakukan studi eksposisi terhadap surat 1 petrus 5 untuk


memahami tanggung jawab gembala dalam pelayanan. (ini bukan
termasuk identifikasi masalah)

9. Adanya gembala yang tersandung dengan etika moral sehingga tidak


bisa leluasa melayani ditengah jemaat.

10. Perlunya gembala dapat melaksanakan tanggung jawabnya dalam


situasi dan kondisi jaman masa kini. (ini bukan identifikasi masalah)
1.3 Batasan Masalah

Agar mencapai tujuan yang dimatsud dalam tulisan ini, maka penulis
membuat batasan .Dengan demikian, pembahasan mengenai tanggung
jawab seorang gembala bersasarkan 1 Petrus 5;1-11 dapat diterapkan
dengan baik dalam pelayanan gereja pada masa kini. Kurang tepat
batasannya. Dimana batasannya? Lihat kembali kepada contoh yang saya
kirimkan.

1.4 Rumusan masalah

Melakukan studi eksposisi kitab 1 petrus 5 tentang tanggung jawab


seorang gembala dalam aplikasinya pada gereja masa kini Rumusan masalah
bentuknya lebih kepada pertanyaan. Apa yang mau diselidiki. Ini kurang.

1.5 Tujuan Penelitian

1.Mendapatkan hasil eksposisi 1 petrus 5:1-11


2.Mendapatkan analisa tentang tanggung jawab seorang gembala
menurut hasil eksposisi.
3.Menemukan aplikasi yang isa diterapkan dalam pelayanan gereja masa
kini.

(Tujuan penelitian itu adalah mendapatkan jawaban dari rumusan masalah.


Bukan seperti ini. Tolong perhatikan kembali contoh bab 1 yang saya kirimkan. )

1.6 Kegunaan Penelitian

Melalui penelitian ini, penulis berharap tulisan ini membrikan manfaat


sebagai berikut:
1.Untuk mendapatkan mafaat dan memperkaya pengetahuan tentang
tanggung jawab seorang gembala.

2.Dapat membantu para gembala-gembala untuk mengetahui apa


tanggung jawabnya sebagai peminpin.

3.Dapat membantu para pembaca khususnya mahasiswa Sekolah Tinggi


Teologi Sumatera (STTS) ketika terpanggil menjadi seorang gembala
sidang dan mengaplikasikannya ditempat ia melayani.

(tujuan penelitian itu terbagi atas: 1. Manfaat untuk diri sendiri, 2. Manfaat bagi
sesama mahasiswa atau kampus, 3. Kepada sesama hamba Tuhan/gembala.
Bahasanya diperbaiki ya. )

1.7 Preposisi

Masih ada seorang gembala masa kini belum sepenuhnya melaksanakan atau
melakukan tanggung jawabnya sebagaimana yang tertulis didalam 1 Petrus 5.

(masih ada gembala. Bukan seorang gembala. Diperbaiki bahasanya).

Preposisi harus sejalan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.


Perhatikan kembali contoh yang saya kirimkan.

Pak, tolong juga sistematikan penulisan disesuaikan dengan aturan penulisan


yang ada dalam pedoman penulisan skripsi di kampus kita.

Batas halaman (kiri, kanan, atas, bawah), jenis tulisan, ukuran kertas, spasi, jarak
antar Sub judul 1 dengan sub judul 2). Supaya mempermudah untuk nanti
bimbingan ke dosen pembimbing 2.

Tolong segera diperbaiki dan sekaligus lanjut ke bab 2.

Bab 2 berisi tentang apa kira-kira, menurut bapak.

Anda mungkin juga menyukai