Anda di halaman 1dari 10

Nama : Fransheit Manalu

Herland Surmana Bangun

Imeline Sanecha Marbun

Tingkat/ Jurusan : II-A/ Teologi

Mata Kuliah : Pastoral I

Dosen : Dr. Jaharianson Saragih Sumbayak Kelompok IV

Masalah-masalah yang sering dihadapi dalam Penggembalaan (Sisi Eksternal)

I. Pendahuluan

Melakukan pelayanan firman dan “penggembalaan” dalam setiap lingkungan Gereja


merupakan salah satu tugas seorang Pendeta. Penggembalaan merupakan kegiatan
memelihara sekelompok orang Kristiani secara Rohani. Penggembalaan merupakan istilah
yang diambil dari kata gembala, yang menggambarkan Pendeta memiliki tugas menjaga
kehidupan rohani umatnya, mengenal umatnya dan melindungi umatnya dari keadaan-
keadaan yang mengancam. Keadaan yang dikatakan mengancam misalnya, ketika jemaat ada
yang mengalami masalah, pendeta bisa menguatkan dan menghibur mereka. Oleh karena itu,
Pendeta sangat dibutuhkan untuk melakukan penggembalaan terhadap jemaat-jemaatnya.
II. Pembahasan

2.1. Pengertian Penggembalaan

Penggembalaan ialah mencari, mengunjugi anggota jemaat, supaya mereka


satu per satu dibimbing untuk hidup sebagai pegikut Kristus. Penggembalaan seorang
gembala tidak merupakan suatu hal yang modern saja, tetapi adalah suatu bagian
utama dari pelayanan gereja. Dalam situasi penggembalaan, seorang pelayan
menghadapi satu dua orang. Inti dari pertemuan merupakan percakapan, yang betul-
betul dialog, jadi semua boleh berbicara. Si pelayan harus membatasi diri, yaitu
membatasi keiginannya untuk berbicara, dan lebih banyak untuk menjadi pendengar
saja, yang mendegarkan tentang situasi anggota jemaat yang dikunjungi. Dialog
berarti bahwa semua orang yang ambil bagian dalam percakapan itu, boleh

1
mengemukakan pendapatnya. Peranan pelayan dalam situasi ini adalah sulit; yang lain
bukan hanya mendegar, tetapi membuka mulut juga, dan di sini mungkin bahwa
mereka tidak selalu setuju dengan si pelayan. Melihat setuasi anggota anggota jemaat,
di dalam hal bertukar pikiran, si pelayan harus membimbing angggota jemaat kea rah
kerajan Allah. Dia harus mencoba membuka mata mereka untuk melihat kehendak
dan panggilan Tuhan dalam situasi mereka.
Di samping itu, firman Allah juga menjiwai penggembalaan. Di mana di
sebutkan diatas bahwa penggembalaan itu ialah : mencari, mengunjugi, mengabarkan
firman dalamsituasi pribadi, dan melayani, jadi jelas bahwa penggembalaan pun
merupakan suatu bentuk pemberitaan firman. Tetapi bentuknya lain daripada
membawakan renungan atau khotbah. Dalam penggembalaaan yang ditkankan adalah:
“dalam situasi hidup mereka sendiri”. Untuk megawakili gembala yang baik, maka
gembala dalam jemaat perluh mengenal Yesus dengan baik. Sumber untuk mengenal-
Nya hanya satu yaitu Alkitab. Oleh karena itu perlulah para gembala membaca dan
menyelidiki Alkitab dengan setia dan teliti, supaya mereka tahu bagaimana cara
Yesus melayani, berbicara dan bergaul dengan manusia.1
2.2. Tugas dan Tanggung Jawab Gembala dalam penggembalaan
2.2.1. Berkhotbah/ pelayanan mimbar
Khotbah dengan isi yang baik mungkin saja gagal karena banyak
alasan. Mungkin alasan yang umum bahwa khotbah-khotbah itu di bawahkan
tanpa perasaan. Jadi berkhotbah adalah seni untuk membuat pengkhotbah
menyampaikan kehidupannya yang melakukan kebenaran. Jadi yang kita
jumpai dalam mimbar-mimbar kita pada hari minggu adalah pengkhotbah
yang menyampaikan dirinya sendiri. Banyak pendeta tidak mempunyai api di
dalam tulang-tulang mereka. Karena itu ada beberapa pendapat dari pendeta
tentang berkhotbah yaitu :
I. Michael Turcker seorang gembala sidang dari Colorado, menulis
dalam bukunya tentang pengkhotbah yang berhasil, “khotbah harus
memompa hati seseorang pengkhotbah sampai ia hidup dan bernapas
sesuai dengan pesan yang akan disampaikannya.
II. George Whitefield adalah seorang pengkhotbah yang berkhotbah
dengan intensitas dan ia menulis kepada seorang temannya bahwa
“berkhotbahlah setiap saat seolah-olah inilah waktu terakhir anda”.
1
M. Bons Stom, Apakah Penggenbalaan Itu (Bandung: BPK Gunung Mulia, 2006), 9-19

2
III. Walter Burghardt seorang yang berteologi Yesuit menyesal ketika
memberikan nilai kepada para pelayanan Tuhan yang acuh-tak acuh
dalam khotbah-khotbah mereka. Ia meratapi jemaat sebuah gereja yang
dibigungkan oleh sikpa-sikap kami yang menyatakan tentang hal-hal
illahi tetapi tanpa mengoyakan perasaan atau emosi. Karena itu
seorang gembala yang dikatakan mencapai keberhasilan dalam
berkhotabh ketika Dia meningkatkan cara berkhotbah secara dramatis
jika kita mengikuti aturan yang sederhana dalam menyampaikan
firman Tuhan, janganlah kita berkhotbah di luar pengalaman kita
ketika kita membagikan firman Allah yang telah diilhamkan kepada
kita, kita harus mengerti dengan baik sehingga kita dapat
berkonsetraksi dalam isi pesan tersebut lebih dari pada
menguawatirkan tentang judulnya saja. Hanya cara tersebut kita dapat
menyampaikan dengan otoritas.2
2.2.2. Konseling
Konseling merupakan suatu percakapan dari hati ke hati antara
konselor dan konseli di mana konselor berusaha membimbing konseling untuk
mengungkapkan segala permasalahan yang sedang dihadapinya secara terus
terang atau terbuka untuk diselesaikan secara tuntas dihadapan Tuhan.
Adapun Tujuan konseling yaitu sebagai berikut:
I. Menolong seseorang untuk menemukan akar permasalahan yang
sedang dihadapi.
II. Menolong seseorang untuk memecahkan permasalahannya dan
menemukan jalan keluar dari permasalahan itu.
III. Menolong seseorang untuk memenuhi kebutuhannya, melalui
informasi, dorongan, nasihat, dan penghiburan.
IV. Menolong seseorang agar mampu mengambil keputusan sendiri,
misalnya dengan mengubah tingkah laku, sikap dan pandangan
tertentu.
V. Menolong seseorang untuk terus bertumbuh menuju kedewasaan
penuh di dalam Kristus.
Jenis-jenis konseling yaitu sebagai berikut:

2
Erwin Lutzer, Memecahkan Masalah-masalah dalam pelayanan (Malang:Gunung Mas,1998), 49-58.

3
I. Konseling pribadi untuk orang-orang yang mempunyai persoalan
khusus.
II. Konseling pertobatan untuk orang yang belum diselamatkan.
III. Konseling pranika untuk calon pengantin.
IV. Konseling untuk rumah tangga yang mempunyai persoalan yang
perluh diselesaikan.
Syarat-syarat menjadi konselor yaitu sebagai berikut:
I. Dari segi rohani: seorang konselor haruslah orang yang sudah
dilahirkan kembali atau sudah diselamatkan dan memiliki kehidupan
rohani yang dapat diteladani.
II. Dari segi pengetahuan: seorang konselor harus memiliki pengetahuan
yang mendalam akan firman Tuhan.
III. Dari segi kepribadian: yaitu seorang konselor harus memiliki sikap
yang baik serta menarik.
IV. Dari segi sikap: seorang konselor harus memiliki sikap yang baik serta
jujur.
2.2.3. Perkunjungan
Perkunjungan merupakan hal yang sangat penting di lakukan oleh
seorang gembala karena itu merupakan tanda peduli gembala terhadap
jemaatnya. Perkunjungan gembala terhadap anggota jemaatnya sangat
membantu gembala untuk mnegetahui kebutuhan dan keadaan anggota
jemaatnya. Karena itu gembala harus melakukan perkunjungan kepada
anggota jemaatnya yang sakit, orang tua jompo dan cacat serta kepada orang
berduka. Sebab perkunjungan ke anggota jemaat itu salah satu pelayanan
gembala jemaat serta majelis gerja yang sangat penting untuk dilaksanakan.
Karena dengan adanya perkunjungan maka kelurga yang dikunjugi tidak
merasa dibiarkan tetapi dia merasa dipedulikan oleh gembala dan tim
perkunjungan yang lain. Karena itu Seorang gembala yang tidak pernah
mengadakan perkunjungan kepada anggota jemaatnya tentu gembala tersebut
dianggap tidak memenuhi aturan dalam gereja untuk masalah perkunjungan.
Sebab perkunjungan ini merupakan tugas seorang gembala atau tua-tua jemaat
serta majelis gereja.
Oleh sebab itu perkunjungan rumah tangga adalah pelayanan yang
ditugaskan Tuhan kepada gereja. Karena itu yang harus dilakukan
4
diperkunjungan itu bukanlah hal-hal yang dipikirkan penatua dan bukan juga
hal-hal yang diinginkan oleh keluarga yang dikunjugi. Yang harus dilakukan
dalam kunjungan adalah hal-hal yang berhubungan dengan firman Allah. Di
situ seorang gembala yang berkunjungan harus membangun percakapan
dengan keluarga itu baik itu mempercakapkan tentang pekerjaan atau
berhubungan dengan kehidupan rohani jemaat, sehingga disitulah seorang
gembala dapat menguatkan hati jemaat, memberikan motivasi, semangat dan
memberikan jalan keluar dari setiap masalah mereka. Sehingga keluarga
tersebut bisa menyelesaikan masalah itu dengan baik.3
2.2.4. Disiplin Gerejani
Disiplin gerejani yaitu: teguran atau hukuman yang dikenakan kepada
setiap anggota jemaat yang melakukan kesalahan. Namun perluh diperhatikan
bahwa disiplin yang diberikan kepada anggota yang bersalah, bukan sebagai
pembalasan dendam, melainkan sebagai tanda kasih, dengan tujuan untuk
memimpin orang yang bersalah kepada jalan yang benar.
Tujuan disiplin gerejani yaitu sebagai berikut:
I. Agar orang yang bersalah dilepaskan dari kesalahannya dan di bawah
kembali ke jalan yang benar.
II. Untuk memelihara tata tertip dan menjaga kesucian jemaat.
III. Agar jemaat tetap menjadi alat Tuhan yang dipakai untuk melakukan
pekerjaan-Nya di dunia.
IV. Supaya orang-orang menaruh kepercayaan kepada jemaat dan orang
luar yang memperhatikan akan menghargai jemaat yang suci itu.
V. Supaya jemaat Tuhan dihargai sebagai jemaat yang suci dan
ditinggikan dalam dunia.
2.3. Pelayanan Teologi Penggembalaan
Teologi penggembalaan berada dalam keadaan melempem. Karena itu kita
mulai dengan meninjau berbagai dilema dan keresahan yang dihadapi para pendeta.
Hal ini menyarankan bahwa waktunya telah matang untuk mengkaji lebih lanjut
bidang teologi penggembalaan. Baik keadaan dari luar maupun perkembangan dari
dalam telah membuat banyak gembala jemaat bigung tentang peranan dan hubungan
mereka. Pada tahap ini, kita berupaya menyediakan suatu pesta dasar yang
memungkinkan orang untuk menentukan arah melalui berbagai disiplin yang terkait
3
Abineno, J.L, CH, Penatua (Jakarta: Gunung mulia, 2013), 39-46.

5
dan penggunaan istilah yang membingungkan. Kita menyimpulkan bahwa teologi
penggembalaan bukanlah judul yang luas untuk bermacam-macam penerapan praktik
teologi, tetapi adalah disiplin terbatas yang terletak pada inti teologi praktika dan
menangani hubungan doktrin dan praktik baik dalam pelayanan itu sendiri maupun
dalam tugas-tugas penggembalaan pada umumnya. Perspektif penggembalaan itulah
yang walaupun memperhitungkan secara menyeluruh pengalaman dan fungsi
penggembalaan, namun akarnya terletak pada doktrin.
Menyadari bahwa hanya ada sedikit orang kisten yang percaya bahwa doktrin
membawa dampak yang besar, suatu upaya dibuat untuk mengusulkan bahwa hal ini
lebih penting daripada yang sering kita pikirkan. Kesenjangan antara kepercayaan
yang tertulis dan praktik penggembalaan, karena itu, walaupun gembala adalah istilah
yang luas bagi pekerjaan pelayanan, kami berpikir tentang sesuatu yang lebih khusus
ketika membedakannya sebagai suatu orientasi tersendiri kepada pelayanan. Secara
tradisional, gembala merupakan pembimbing rohani, bukan saja dalam memberikan
arahan moral atau menuntun seseorang menuju pengampuanan Allah, tetapi juga
dengan cara berjalan bersama umat menempuh berbagai krisis dan penderitaan hidup.
Tujuan gembala ialah memimpin domba-dombanya kepadang yang berumput hijau,
serta fungsi gembala terutama sebagai penolong dan penasihat.4
2.2. Tantangan dan Kesempatan dalan Penggembalaan Masa Kini

Tantangan yang muncul adalah perubahan yang terjadi di masa kini bila tidak
disikapi dengan bijak akan memunculkan permasalahan. Di satu sisi perlu melakukan
penyesuaian dengan perubahan zaman supaya tujuan utama dari Penggembalaan tidak
melenceng atau bias. Ketidakmampuan dalam mereformulasi penggembalaan akan
berdampak pada pertumbuhan umat. Hal ini sudah terjadi di berbagai belahan dunia,
di Eropa Barat misalnya. Ditunjukkan dengan berkurang secara drastis jumlah umat
yang berkunjung ke Gereja.5

Hasil Wawancara

1. Nama : Pdt. Riyal Ginting, S.Th

4
Derek J. Tidball, Teologi Penggembalaan (Malang: Gunung Mas, 2002), 15-32.
5
Yewangoe Andreas, Tidak Ada Gheto Gereja Di Dalam Dunia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009).
31.

6
Tempat melayani : GBKP Runggun Rumka, Klasis Kabanjahe

Pertanyaan dan Jawaban :

1. Apakah jarak tempuh antar rumah jemaat memungkinkan bagi Pendeta untuk
melakukan sebuah Penggembalaan?

Jawab: Sangat memungkinkan, karena jarak rumah antar jemaat berdekatan. Bisa
hanya dengan jalan kaki dan yang agak jauh pakai kendaraan bermotor.

2. Jika dilihat dari rutinitas keseharian kegiatan jemaat tersebut, apakah memungkinkan
bagi Pendeta untuk melakukan Penggembalaan?

Jawab: Memungkinkan, jika dilakukan sore atau malam hari.

3. Apakah jemaat pernah datang untuk curhat dan bercerita tentang permasalahan
hidupnya?

Jawab: Pernah.

4. Apakah jemaat mau untuk digembalakan atau dibimbing?

Jawab: Sangat mau. Karena di sini sudah ada kelas baca Alkitab dan forum diskusi
iman untuk jemaat.

5. Apakah jemaat-jemaat Pendeta adalah jemaat yang mau terbuka dan bercerita tentang
pergumulan hidup yang dialaminya?

Jawab: Terbuka.

6. Menurut Pendeta apakah yang menyebabkan jemaat kurang bisa terbuka tentang
permasalahan hidupnya kepada seorang Pendeta?

Jawab: Takut dan malu. Karena tidak mudah menceritakan masalah, kelemahan kita,
mungkin saja kesalahan kita pasti takut jika itu diketahui orang lain.

2. Nama : Pdt . Elisa Fransisco Manurung, S.Th

Tempat melayani : HKI Resort Hajoran . Daerah V Tapteng – Tapsel

Pertanyaan dan Jawaban :

1. Masalah apa saja yang paling susah dihadapi Amang dalam pelayanan jemaat?
7
Jawab: Masalah yang muncul paling susah adalah perubahan yang terjadi di masa kini bila
tidak disikapi dengan bijak akan memunculkan permasalahan walapun di pelosot
perkembangan cepat terpengaruhi apalagi hal-hal negatif. Di satu sisi perlu
melakukan penyesuaian dengan perubahan zaman supaya tujuaan utama dari
penggembalaan tidak melenceng atau tidak mempunyai makna bagi umat khususnya
untuk Muda/mudi kadang tidak merasa peduli untuk mengkuti ibadah jika kita
pelayan/ gembala tidak membujuk atau mengajak bagaimana seharus tujuan hidup
bersama Tuhan . intinya Ketidakmampuan dalam memaknai pengembalaan akan
berdampak pada pertumbuhan umat. Selain itu masalah untuk itu yang muncul saat
ini adalah adanya gelombang percepatan teknologi yang dipahami sebagai era digital.
Dimana hampir seluruh kegiatan manusia berhubungan dengan teknologi internet. Ini
menjadi gelombang perubahan termasuk perubahan dalam pelayanan Penggembalaan
yang mau tidak mau akanjuga harus dipaksa mengikuti supaya umat juga tertarik
setiap apa yang kita sampaikan. Bisa saja menjadi tantangan bagi pelayanan kita
dimana bisa jadi mengalami ketertinggalan tapi bisa juga ini menjadi kesempatan kita
untuk mengubah pola penggembalan.

3. Nama : Pdt. Sandy Pakpahan. S.Th

Tempat melayani : HKI Pirmatoba Resort Khusus Pirmatoba

1. Apakah jarak tempuh antar rumah jemaat memungkinkan bagi Pendeta untuk
melakukan sebuah penggembalaan?

Jawab: Sebenarnya jarak tempuh sejauh apapun harus dilalui seorang Pendeta di dalam
menjalankan pelayanannya, hanya saja Pendeta juga adalah manusia biasa yang
sangat jauh dari kata sempurna. Jadi kalau ditanya apakah jarak sangat mempengaruhi
menurut saya, itu sangat-sangat mempengaruhi. Dimana jika jarak rumah itu sangat
jauh dan memakan waktu yang sangat lama maka si pendeta juga harus menyesuaikan
waktunya yang padat akan pelayanan-pelayanannya yang lain.

2. Jika dilihat dari rutinitas keseharian kegiatan jemaat tersebut apakah memungkinkan
bagi Pendeta untuk melakukan penggembalaan?

8
Jawab: Ya, rutinitas keseharian jemaat menjadi tolak ukur untuk seorang Pendeta dalam
melakukan penggembalaan.

3. Apakah jemaat pernah datang untuk curhat dan bercerita tentang pemasalahan
hidupnya?

Jawab: Ya, sering sekali beberapa jemaat datang untuk bercerita tentang permasalahan hidup
yang sedang ia alami.

4. Apakah jemaat mau untuk digembalakan atau dibimbing?

Jawab: Sejauh ini selama saya melakukan penggembalaan, tiap jemaat yang datang kepada
saya untuk bercerita itu adalah jemaat yang sudah mau dibimbing atau digembala.

5. Menurut Pendeta apakah yang menyebabkan jemaat kurang bisa terbuka tentang
permasalahan hidupnya kepada seorang Pendeta?

Jawab: Kurangnya keintiman ikatan batin rasa nyaman yang konseli rasakan terhadap
konselor, yang mengakibatkan si jemaat sebagai konseli merasa malu untuk
mengungkap semua tentang permasalahan yang ia alami.

III. Kesimpulan

Dalam melakukan Penggembalaan seroang Pendeta harus melakukan penggembalaan


dengan semaksimal mungkin. Pendeta harus bisa akrab dengan jemaat yang hendak
digembalakan. Maka dari itu, ketika Pendeta berhasil mkelakukan pendekatan terhadap
jemaatnya, jemaatnya juga tidak akan sungkan untuk digembalakan. Dalam hal ini,
melakukan konseling juga merupakan salah satu cara yang sangat bagus. Yang di mana,
dengan melakukan konseling, Pendeta langsung bisa memahami apa-apa saja keluh kesah
jemaat yang akan digembalakan. Akan tetapi, setiap melakukan Penggembalaan, Pendeta
mengalami hambata-hambatan dan kesulitan dalam melakukan penggembalaan. Terlepas dari
itu, hambatan yang sering dijumpai oleh Pendeta ialah banyaknya jemaat yang kurang

9
terbuka, tempat tinggal jemaat yang sangat sulit untuk dijangkau. Oleh karena itu,
Penggembalaan harus lah dilakukan.

IV. Daftar Pustaka

CH., Abineno, J.L., Penatua Jakarta: Gunung mulia, 2013.


Tidball, Derek J., Teologi Penggembalaan Malang. Gunung Mas, 2002.
Lutzer, Erwin. Memecahkan Masalah-masalah dalam pelayanan. Malang:Gunung
Mas,1998.
Stom, M. Bons. Apakah Penggenbalaan Itu. Bandung: BPK Gunung Mulia, 2006.
Andreas, Yewangoe. Tidak Ada Gheto Gereja Di Dalam Dunia. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2009.

10

Anda mungkin juga menyukai