Anda di halaman 1dari 3

KEHIDUPAN YANG TERBERKATI

Mazmur Mazmur 8:2-10


Bacaan 1 Bilangan 6:22-27
Bacaan 2 Galatia 4:1-7 (Bahan Utama)
Bacaan 3 Lukas 2:15-20
Nas Persembahan I Tesalonika  5:18
Petunjuk Hidup Baru Amos 5:14

Tujuan:

1.  Menyadarkan warga jemaat tentang status keberdosaan di hadapan Allah dan mengajak
jemaat mensyukuri kehidupan di dalam Kristus

2.  Tindakan syukur itu diwujudkan dalam tanggung jawab sebagai orang Kristen

Pendahuluan:

Apakah ukuran kita tentang hidup yang diberkati dan tidak diberkati Tuhan? Ukuran setiap orang
tentang berkat pastilah tidak sama. Ada orang yang mengukur berkat dari sudut finansial, jabatan
yang disandangnya, keberhasilan usahanya, kesuksesan kerja dan lain-lain yang dapat dilihat
secara kasat mata. Karena itu jangan kita heran jikalau ada yang merasa tidak terberkati dan
diberkati di tahun yang telah berlalu. Namun harus disadari bahwa satu hal yang sering kita
lupakan yakni bagaimana mensyukuri berkat anugerah keselamatan yang diterima di dalam
Kristus. Hal itu terlupakan karena nilai dan jumlahnya tidak kelihatan secara lahiriah di pelupuk
mata kita. Dengan demikian ada satu pertanyaan yang perlu direnungkan, dari manakah kita
mengukur hidup yang terberkati dalam Kristus? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita
belajar pada perikop pembacaan kita:

Pemahaman teks Alkitab:

Melalui kitab Bilangan 6:22-27, Tuhan berpesan kepada Musa agar berbicara kepada Harun dan
anak-anaknya supaya memberkati orang Israel. Dan isi dari pemberkatan itu menyangkut 3 hal
yaitu: Mereka yang diberkati adalah yang setia melakukan syarat-syarat yang ditetapkan oleh
Tuhan (Ul.11:26,27).

Pemberian berkat dinyatakan dalam bentuk perlindungan dari kuasa kejahatan dan segala yang
merugikan kesejateraan hidup seseorang( ayat 24, bnd.Maz.71:1-6), sinar wajah Tuhan akan
nampak baginya, yaitu kebaikan hati, kehendak baik dan kasih karunia kepada umatNya. Dan
Allah akan memperhadapkan wajahNya kepada mereka yang yakin akan pemeliharaan dan
pemberkatan sepenuh hati. Berkat Allah atas umatNya menghasilkan keselematan yang
memancarkan sinar bagaikan obor penerang untuk semua bangsa ( Mzm.67,133,Yeh 34:26).

Pemberkatan itulah yang digenapi Allah melalui kelahiran Kristus di Betlehem yang disaksikan
oleh para gembala dalam Injil Lukas 2:15-22. Mereka bergembira atas berkat keselamatan yang
telah dilihat dan dinikmatinya. Karena itu pemberitaan mereka tentang kelahiranNya membuat
banyak orang semakin takjub dan heran. Berita tentang kelahiran Kristus membawa berkat bagi
dunia. Berita itu jugalah yang menjadi pokok pergumualan di jemaat Galatia ketika Paulus
menuliskan suratnya ke sana. Adapun beberapa persoalan disekitar penghayatan Jemaat Galatia
tentang keselamatan dalam Kristus, adalah sebagai berikut:

 Jemaat Galatia menjadikan pelaksanaan Taurat sebagai syarat keselamatan.


 Warga jemaat yang baru bergabung sebagai pengikut Kristus dipaksakan untuk
melaksanakan sunat sebagai prasayarat keselamtan.

Mereka belum memahami dengan benar bahwa hukum Taurat dilakukan sebagai respons syukur
atas berkat keselamatan di dalam Kristus. Karena itu, untuk memahami dengan baik bagaimana
mewujudkan rasa syukur sebagai orang yang telah terberkati di dalam kristus, maka ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan melaui Galaia 4:1-7.

Pokok-Pokok yang dapat dikembangkan:

1.  Orang yang dewasa dalam iman (sudah akilbalig) tidak takluk kepada roh-roh dunia (ayat
1-3)

Melalui perikop ini, Paulus membandingkan posisi anak-anak dengan budak. Bagi Paulus ukuran
seorang yang sudah akil balig adalah menaati perintah orang tuanya. Itu berarti jika tidak taat
pada perintah bapanya ia masih kanak-kanak. Seperti seorang hamba walaupun ia diberi
kekuasaan namun dituntut taat kepada tuannya sebagai pengawas atas kinerjanya. Perhatikan
kalimat “ia berada dibawa perwalian dan pengawasan” (ay.2). Paulus mungkin menunjuk pada
kebiasaan Romawi, seorang pengawas bertanggung jawab memelihara anak sampai berumur 14
tahun dan seorang wali mengawasi keuangan seorang muda sampai berusia 25 tahun. Jadi Paulus
di sini membandingkan hukum Taurat dengan pengawasan atau wali. Itu berarti jika kita masih
takluk dibawa pengawasan Taurat, kita baru berusia sekitar 14 tahun atau ibarat pemuda berusia
25 tahun yang harus diawasi, dalam pengertian belum matang imannya kepada Kristus. Kita
masih dipengaruhi oleh roh-roh dunia, kehendak batiniah dan kinginan daging. Pola beriman kita
bersifat legalistik, sangat fanatis saoal aturan tetapi tidak sanggup melaksanakan aturan dengan
penuh sukacita. Karena itu sebagai pribadi yang telah diselamatkan di dalam kristus, kita hidup
melakuan firman Tuhan dengan baik dan benar sebagai respon syukur kita atas aunegerah
keselamatan dan sekaligus sebagai pewujudan kedewasaan iman di dalam kristus. Hidup seperti
itulah yang Firman Tuhan ajarkan kepada kita sebagai gerejanya dalam menyatakan karya-karya
kita di tahun baru yang akan kita jalani ke depan.

2. Kristus datang menebus yang takluk kepada Hukum Taurat (4-5)


Kedatangan Kristus sebagai utusan Allah lahir dari seorang perempuan yang takluk kepada
hukum Taurat. Artinya Maria ibu Yesus diikat secara legalistik oleh hukum Taurat namun dari
dia lahir Kristus yang datang menggenapi hukum Taurat agar kita diterima menjadi anak. Itu
berarti melalui penebusan dalam Kristus lewat kematian dan kebangkitanNya kita memperoleh
anugerah keselamatan. Dan karena itu terbuka jalan masuk menghadap Bapa (Ibrani 4:16).
Orang yang terberkati di dalam Kristus tidak terbebani melaksanakan hukum Taurat.
Pelaksanaan Taurat sebagai manifestasi syukur atas keselamatan yang telah diterimi dan dialami
di dalam Kristus.  

3. Status baru dalam Kristus yakni dari hamba menjadi anak (6-7)

Melalui pengampunan di dalam Kristus kita layak datang menghadap Allah dengan menyapa “ya
Abba , ya Bapa”. Istilah Abba dari bahasa Aram yang artinya Bapa. Makna kata kata “Bapa”
mengungkapkan kedalaman perasaan dan kesungguhan serta kehangatan hati dan keyakinan
yang dalam melalui pekerjaan Roh kudus dan menyebabkan kita berseru kepada Allah. (Markus
14:36)

Dengan demikian semakin jelas bahwa melalui perubahan status dalam Kristus dari hamba
menjadi anak, maka terjadi hubungan akrab antara umat dengan Tuhannya. Karena itu sebagai
pribadi yang telah layak datang berseru kepada Tuhan dengan sebutan Bapa, semakin diyakinkan
bahwa akan terbangun semangat baru di tahun baru ini untuk semakin setia hidup dalam
kehendak Kristus dalam menjalani hidup dan menata setiap pekerjaan yang Tuhan percayakan
kepada kita dalam berbagai bidang. Kita tidak lagi diliputi sejumlah kekuatiran dalam
memperjuangkan masa depan kita. Kendatipun tahun ini adalah tahun yang masih misteri adanya
buat kita. Namun hidup di dalam Kristus ada pengharapan yang pasti bahwa bersama Tuhan
segala perkara hidup dapat dijalani. Amin

Anda mungkin juga menyukai