4.1. Analisa
Melalui penelitian yang telah dilakukan, dapat dikatakan bahwa gereja HKBP Ressort
Hataran Jawa beserta gereja pagarannya menyadari kurangnya minat jemaat untuk menjadi
seorang penatua. Pendeta sendiri yang mengakui bahwa di beberapa gereja pagaran terdapat
kuantitas penatua yang tidak memadai. Bahkan dia sendiri telah melakukan dan juga mengajak
para jemaat untuk menjadi penatua namun masih banyak jemaat yang menolak. Strategi akhir
yang dipersiapkan adalah untuk meminta dan memperpanjang masa aktif dari penatua yang
Sehingga dari keterangan tersebut terlihat pendeta resort dari HKBP Hataran Jawa juga
merasakan kesulitan dan juga kendala yang sama. Dia mempersiapkan strategi yang menurut
data HKBP dapat dikatakan sebagai “melanggar” ketetapan HKBP yang hanya menetapkan
penatua aktif sampai usia 65 tahun. Strategi dipersiapkan mau tidak mau karena mengantisipasi
kurangnya kuantitas penatua di jemaat secara khusus gereja HKBP Hataran Jawa.
Melalui wawancara dengan para penatua dari gereja HKBP Ressort Hataran Jawa Beserta
dengan pagarannya, terlihat juga para penatua yang telah berusaha mengajak dan juga mencoba
menawarkan kepada jemaat untuk menjadi seorang penatua. Dalam wawancara mereka
kebanyakan mengatakan bahwa jemaat yang mereka tawarkan tersebut menurut mereka memiliki
potensi untuk menjadi seorang penatua. Bahkan dengan analisis tersebut, para jemaat masih
memiliki minat yang kurang untuk menjadi seorang penatu. Melalui keterangan wawancara
dengan para penatua dapat dilihat memang benar para penatua memiliki kendala dan juga
hambatannya masing-masing, meskipun terdapat beberapa penatua yang mengatakan bahwa
mereka merasa tidak ada hambatan dan juga kesulitan namun dapat dipastikan tentu terdapat
Hampir semua penatua yang menjadi narasumber pernah mencoba untuk mengajak
jemaat mereka namun kemudian ditolak. Menurut keterangan alasan para jemaat tersebut
menolak kebanyakan adalah karena usia dan juga karena pekerjaan sehingga sulit untuk
membagi waktu. Peneliti sendiri melihat bahwa memang para jemaat kurang memiliki hati yang
terbuka untuk menjadi seorang penatua seperti yang dikatakan beberapa penatua di dalam proses
wawancara. Sehingga umur dan juga pekerjaan dijadikan sebagai alasan. Alasan yang paling
banyak ditemukan juga dalam proses wawancara yaitu para jemaat yang belum mampu
Dapat dikatakan bahwa hal tersebut sebenarnya telah diantisipasi oleh gereja HKBP
dengan melaksanakan program learning bagi para calon penatua untuk lebih menggali dan juga
mempersiapkan diri. Sehingga dapat dikatakan bahwa alasan demikian sebenarnya telah
menemukan jalan keluar. Dalam proses learning tersebutlah para calon penatua mendapat
gambaran akan tugas dan juga tanggungjawab yang akan diemban nantinya setelah menjadi
seorang penatua. Melalui proses learning tersebutlah para jemaat mampu untuk melihat potensi
diri dan juga mencoba merefleksi diri untuk menerima ataupun menolak untuk menjadi seorang
penatua.
Dapat dikatakan bahwa jemaat di gereja HKBP Ressort Hataran Jawa memang masih
lebih mementingkan pekerjaan. Bahkan hal tersebut didukung oleh keterangan dari penatua yang
mengatakan bahwa terkadang jemaatnya akan lebih memilih untuk bekerja pada hari minggu
ketimbang beribadah. Sehingga terdapat keterangan dari penatua yang menurut peneliti benar,
dalam ibadah para jemaat sudah sulit untuk membuka hati terlebih untuk mengemban
Hal ini didukung oleh keterangan dari para narasumber yang merupakan jemaat dari
gereja-gereja yang merupakan lokus penelitian. Kebanyakan dari mereka mengatakan dan
mengakui bahwa gereja membutuhkan penatua dalam proses pelayanannya. Mereka mengakui
bahwa peranan penatua merupakan peranan yang penting dalam gereja namun mereka justru
tidak berminat untuk tergabung di dalamnya. Terlebih terdapat gereja yang hanya memiliki 1
orang penatua dan bahkan sudah berusaha menawarkan serta mengajak jemaatnya untuk
bergabung namun kemudian ditolak karena merasa belum sanggup untuk mengemban dan juga
Tugas dan juga tanggungjawab menjadi seorang penatua memang dapat dikatakan
sebagai tugas dan tanggungjawab yang cukup berat. Seperti yang dikatakan oleh Watchman Nee
bahwa penatua haruslah Para penatua adalah yang bertugas sebagai penilik jemaat. Penilik
berarti pengawas. Pengawas bukan berarti untuk menggantikan tugas orang lain dalam
pekerjaannya. Alkitab memuat bahwa saudara-saudaralah yang bekerja, dan tugas seorang
penatua adalah sebagai pengawas dan diantara saudara-saudara itu tidak boleh ada yang
menganggur melainkan semuanya harus bekerja itulah yang menjadi tugas para penatua. Mereka
yang disebut sebagai penatua adalah sebagai pemrakarsa, yang bertugas sebagai penilik. Tugas
mutlaknya adalah sebagai komandan. Ketika ditemukan pekerja yang tidak melakukan
pekerjaannya atau melakukan pekerjaannya dengan nyali yang kecil, tidak berani keluar, apatis,
pesimis untuk melakukan pekerjaannya maka tugas penatualah untuk datang memberi dorongan
dan mengingatkan mereka serta menguatkan mereka. Juga dalam melakukan tugasnya, penatua
bukanlah pengganti pekerja yang lain untuk melakukan pekerjaannya melainkan mengawasi
mereka. Pada akhirnya, penatua bukanlah para pemborong yang melakukan tugas yang tidak
tanggungjawab yang mudah menurut keterangan tersebut. Hal tersebutlah yang sebenarnya
membuat para jemaat kurang berminat untuk menjadi seorang penatua. Hal tersebut sangatlah
terbukti dalam proses wawancara ini dimana para narasumber juga mengatakan dan menjelaskan
ketidak mampuan mereka dalam mengemban dan menjalankan tanggungjawab tersebut dan oleh
Dari proses wawancara juga dapat dilihat bahwa para jemaat enggan untuk menerima dua
tanggungjawab sekaligus. Kebanyakan jemaat mengatakan bahwa mereka kurang mampu dalam
hal membagi waktu namun dapat dikatakan bahwa mereka kurang mampu untuk menempatkan
Dapat terlihat melalui jawaban yang kebanyakan mengatakan bahwa mereka tidak
mampu untuk membagi waktu namun diwaktu yang bersamaan terdapat penatua yang mampu
dan bisa untuk membagi waktu. Dilihat dari kedua kasus tersebut,dapat terlihat bahwa para
jemaat justru menunjukkan bahwa mereka tidak mampu untuk menjalankan dua tanggungjawab.
Dan ada juga jemaat yang mengatakan bahwa usia adalah alasan mereka.
Dapat dikatakan bahwa usia tidak ada sangkut pautnya dalam mengemban tugas menjadi
seorang penatua. Justru pemikiran dari orang yang lebih muda lah yang dapat mentransformasi
pelayanan di gereja. Sehingga alasan dengan mengatakan umur yang masih muda seharusnya
1
Pandangan Watchmann Nee mengenai penatua yang telah dimuat pada bab 2 poin 2.3. pandangan para ahli
mengenai penatua
tidak menjadi alasan penghambat menjadi penatua. Dengan usia yang muda tidak berarti akan
selalu berbeda cara berpikir dengan para penatua yang sudah tua. Justru para penatua dengan
usia yang muda dapat membagikan pola dan ide yang baru sedangkan yang tua dapat
membagikan pengalaman mereka sebagai penatua, sehingga keduanya justru saling melengkapi
Oleh sebab itulah, melalui proses wawancara peneliti melihat bahwa sebenarnya para
jemaat memiliki minat yang kecil faktor utama nya adalah mengenai tanggungjawab. Gambaran
penatua yang melekat adalam para pelayan dengan kesibukan dan juga tanggungjawab,
gambaran ini juga bisa menjadi faktor utama yang mengakibatkan para jemaat enggan untuk
Melalui hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab III, maka akan dipaparkan
Penatua merupakan jabatan yang penting dalam pelayanan gereja. Hal ini didukung oleh
seluruh informan yang mengatakan bahwa penatua merupakan jabatan yang penting
untuk gereja. Pendeta mengatakan bahwa penatua menjadi penting untuk menjalankan
segala hal yang telah disusun dalam gereja, mulai dari program dan seluruh hal-hal yang
merupakan posisi ataupun identitas yang dirancang untuk memudahkan dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan,2 maka penatua yang merupakan jabatan bertujuan untuk
mencapai tujuan dari program gereja itu sendiri. Oleh karena itulah, jabatan penatua
menjadi penting untuk menjalankan pelayanan gereja baik di resort maupun dipagaran,
dan hal ini lah yang disetujui oleh pendeta, penatua dan juga jemaat.
2
Dimuat pada bab II pada poin 2.1.1. mengenai jabatan
Pentingnya penatua dalam pelayanan gereja juga dipengaruhi oleh anggapan bahwa
penatua merupakan pemimpin. Hal ini terbukti dari narasumber penelitian yang
kebanyakan pagaran dipimpin oleh penatua. Oleh sebab itulah sosok pemimpin melekat
dan menjadi identitas dari penatua itu sendiri. 3 Penatua dianggap sebagai sosok yang
berpengaruh dalam lingkungan gereja, hal tersebut terlihat dari seluruh narasumber yang
kebanyakan mengakui bahwa penatua telah mengerjakan tugasnya dengan baik dan
mereka mengakui bahwa peran penatua merupakan peran yang begitu penting bagi
gereja, sehingga hal ini sesuai dengan pemahaman penatua dalam PL yang juga melihat
penatua sebagai orang dan posisi yang sangat berpengaruh bagi masyarakat.4
Pendeta HKBP Hataran Jawa Ressort Hataran Jawa dalam proses wawancara juga
melalui perkataan dan perspektifnya mengenai penatua, dapat dipahami bahwa penatua
terkhusus di beberapa wilayah pagaran. Esensi tersebut sudah menjadi esensi penatua
apabila dikaji melalui sejarah penatua dalam gereja HKBP yang memang sedari awal
sudah merupakan rekan dari para pendeta untuk mensukseskan program pelayanan yang
ada di gereja.5 Oleh karena itulah pernyataan dari seluruh narasumber yang mengatakan
bahwa peranan penatua merupakan peranan dan jabatan yang penting dalam gereja
Apabila diperhadapkan dengan konfessi HKBP tahun 1951 pasal 9 dan konfessi HKBP
tahun 1996 pasal 9 mengenai majelis gereja, diungkapkan beberapa poin yang menjadi
tugas dari seluruh majelis gereja yang mana di dalamnya tentu penatua juga termasuk.
memiliki peran yang amat penting dalam gereja yang tentu ikut serta dalam menjalankan
tugas majelis gereja yang telah dimuat pada konfessi 1951 pasal 9.
Apabila dilihat dari perspektif jemaat yang mengatakan bahwa sosok penatua merupakan
orang-orang yang harus menjadi orang yang layak ditiru di lingkungan jemaat, hal ini
dapat dikatakan sebagai hal yang benar. Didukung oleh dokumen HKBP yang
mengatakan bahwa syarat untuk menjadi seorang penatua adalah orang-orang yang tidak
berperilaku bercela.7. Sehingga benar apabila dikatakan bahwa penatua harus bisa
menjadi orang-orang yang dapat ditiru dalam lingkungan gereja yang dia layani.
standar hidup yang teladan dalam hal spiritual, etika dan juga moralitas. Penatua menurut
PB juga adalah orang-orang yang hidup tanpa cela dan juga bermartabat.8
Pendapat yang diungkapkan oleh Alexander Strauch mengenai penatua yang mana dia
menguraikan beberapa poin mengenai sifat dan nilai yang harus dimiliki oleh penatua
yaitu:9
penatua untuk melayani di gereja dan memberikan tugas yang khusus yaitu
persaudaraan, keimanan dan menjadi hamba yang baik bagi gereja. Namun
6
Dimuat pada Bab II poin 2.4.2. mengenai Penatua menurut Konfessi HKBP
7
Dimuat pada Bab II poin 2.4.3. mengenai tanggungjawab penatua berdasarkan dokumen HKBP
8
Dimuat pada Bab II poin 2.2.2. mengenai landasan biblis menurut perspektif PB terhadap penatua
9
Dimuat pada Bab II poin 2.3. mengenai pandangna para ahli tepatnya pendapat yang dikemukakan oleh
Alexander Strauch
dikarenakan situasi budaya setiap warga sangat beraneka ragam maka ini mungkin
2. Rendah hati. Bukan hanya sifat persaudaraan namun sifat untuk rendah hati juga
menjadi sangat penting dimiliki oleh seorang penatua. Karena jelas Alkitab memuat
bahwa perintah utama adalah menjadi hamba daripada saudara. Yesus berulang-ulang
mengajar murid-Nya mengenai kerajaan sorga yang hanya dapat dicapai dengan
kerendahan hati. Demikianlah para penatua harus memiliki sifat kerendahan hati
3. Karakter moral yang baik. Para penatua yang bertugas sebagai penilik jemaat
diharapkan memiliki karakter moral yang baik dan tidak bercacat dalam semua segi
kehidupannya. Demikianlah harus diperhatikan bahwa para penatua harus bebea lepas
dari segala hal yang tidak sopan, merusak karakter dan tingkah laku dan sebagainya.
Para penatua harus benar-benar dapat memiliki karakter moral yang baik.
4. Menjadi kepala keluarga yang baik. Hal ini menjadi sangat penting karena
merupakan kehendak Allah yaitu bahwa para penatua adalah para kepala keluarga
yang disegani dan dihormati oleh anak-anaknya sehingga hal yang harus dilakukan
5. Cakap mengajrkan firman Allah. Surat 1 Timotius dan Titus, secara tegas
menyatakan bahwa untuk menjadi penatua harus mengenal Alkitab dan dapat
firman Tuhan dan siap mengajarkan kebenaran firman kepada orang lain.
Melalui pandangan Strauch tersebut, dapat dikatakan bahwa persepsi yang melekat dalam
diri penatua memanglah persepsi bahwa penatua memiliki hidup dan pribadi yang tidak
Namun dapat dikatakan bahwa karena persepsi yang melekat dalam diri penatua yang
perilaku yang baik, hal tersebut justru membuat para jemaat enggan untuk menjadi
penatua dikarenakan terlebih dahulu menilai dan menganggap bahwa diri mereka belum
Sebagian dari narasumber yang merupakan jemaat, mengatakan bahwa dia tidak berminat
menjadi penatua karena dirinya merasa tidak menjadi sosok yang dapat ditiru oleh orang
lain sehingga belum layak menjadi penatua. Penatua di gereja tersebut beberapa
menurut mereka layak untuk menjadi penatua. Orang-orang yang menurut mereka layak
merupakan orang yang sempat mereka tawarkan menjadi penatua. Hal ini terbukti dari
pernah bahkan sering untuk mengajak beberapa orang dari jemaat mereka untuk menjadi
seorang penatua. Namun kebanyakan dari mereka justru menolak dengan salah satu
Minat jemaat untuk menjadi penatua melalui penelitian ini bisa dikatakan memiliki minat
yang kecil untuk menjadi penatua. Hal ini terlihat dengan fakta bahwa kebanyakan dari
narasumber yang diwawancarai mengaku sudah pernah diminta dan diajak untuk menjadi
bahwa alasan mereka menolak karena umur mereka yang masih mudah. Dengan data
yang menunjukkan bahwa kebanyakan jemaat yang menjadi narasumber sudah berusia
minimal 30 tahun ke atas, dan dengan dokumen HKBP yang mengatakan bahwa usia
minimal untuk menjadi penatua adalah 25 tahun10, dapat dikatakan bahwa alasan tersebut
tidak dapat diterima. Usia minimum jemaat untuk menjadi penatua adalah 25 tahun
dengan lama pelayanan kurang lebih 40 tahun, dapat dikatakan bahwa dengan
narasumber yang berusia sudah 30 tahun ke atas namun memakai alasan usia yang masih
terlalu muda dapat mempengaruhi lamanya pelayanan dengan kata lain pelayanannya
untuk gereja akan semakin cepat, sehingga membutuhkan pengganti yang lebih cepat.
Hal tersebut terlihat dari salah satu gereja yang menjadi lokus penelitian, yang mana di
gereja tersebut hanya memiliki satu orang penatua saja, dan kebanyakan jemaat disana
menolak untuk menjadi penatua sehingga tidak ada rekan yang dimiliki penatua tersebut
untuk menjalankan tugas dan pelayanan gereja, jemaat juga hanya dapat bergantung pada
satu orang penatua saja. Dengan usia penatua yang melayani di tempat tersebut berusia
54 tahun, dan tidak memiliki rekan tentu ada kendala yang dialami.
Alasan umur menurut hasil wawancara ini, memiliki kemungkinan berkaitan dengan
pengalaman dalam gereja, ada kemungkinan jemaat beranggapan bahwa jemaat dengan
usia yang lebih tua memiliki pengalaman yang lebih sehingga lebih layak menjadi
penatua. Ada juga dari jemaat yang mengatakan bahwa dengan usia mudanya, jemaat
tersebut memiliki kekhawatiran tidak dapat berkomunikasi dengan baik dengan para
penatua senior yang sudah lebih tua karena perbedaan ide. Keterangan-keterangan
tersebut menurut peneliti tidak dapat dijadikan sebagai alasan. Apabila dikaitkan dengan
10
Dimuat pada Bab II poin 2.4.3. mengenai Syarat dan Tanggungjawab Penatua berdasarkan Dokumen HKBP
pengalaman, setiap jemaat yang ingin menjadi penatua pasti belum pernah menjadi
penatua, para penatua di gereja-gereja tersebut juga sebelum menjadi penatua, tentu tidak
memiliki pengalaman sebagai penatua. Oleh karena itulah HKBP sendiri sebelum
memberikan tahbisan kepada jemaat yang ingin menjadi penatua terlebih dahulu
menjalankan program learning, dengan tujuan memberikan gambaran akan pekerjaan dan
juga tanggungjawab dari penatua, dari sana setiap jemaat dapat menerima nasihat dari
penatua yang sudah memiliki pengalaman dan juga melalui pengamatan, sehingga
pengalaman tersebut dapat dipelajari secara bertahap. Justru peneliti beranggapan bahwa
dengan usia yang muda, justru lebih memungkinkan seseorang tersebut memperoleh
lebih banyak pengalaman dibandingkan menahan-nahan dengan alasan umur yang terlalu
muda. Seperti yang dikatakan oleh J.R. Hutauruk bahwa regenerasi diperlukan dengan
tujuan adanya ide baru11, tentu orang dengan usia lebih muda lebih paham mengenai ide
dan juga perubahan yang diperhadapkan dengan konteks dan juga predikis akan masa
yang akan datang sehingga program yang disusun juga sesuai dengan kebutuhan jemaat
dalam jangka waktu yang panjang. Jemaat yang mengatakan bahwa dia tidak
berkeinginan menjadi penatua dengan alasan akan menimbulkan perbedaan ide. Peneliti
berpendapat bahwa munculnya perbedaan ide tidak dipengaruhi karena usia, kelompok
orang dengan usia yang sama juga akan mengalami perbedaan ide, justru perbedaan ide
tersebut harus diatasi dengan diskusi dan juga rapat sehingga didapatkan keputusan yang
sesuai dengan kebutuhan jemaat. Oleh karena itu usia tidak menjadi faktor penyebab
munculnya perbedaan ide, karena perbedaan ide merupakan hal yang lumrah untuk
terjadi. Alasan jemaat yang mengatakan bahwa usia mereka menjadi alasan tidak menjadi
adalah mereka mengatakan bahwa mereka tidak dapat membagi waktu antara pekerjaan
dan juga tanggungjawab menjadi penatua sehingga kebanyakan dari mereka lebih
memilih untuk berfokus melakukan pekerjaannya. Alasan ini muncul karena jemaat yang
satu penatua kalau di gereja yang ia layani, kebanyakan jemaat tetap menjalankan
pekerjaan pada hari minggu dan lebih memilih untuk tetap mengerjakan pekerjaan
mereka. Peneliti melihat bahwa alasan ini menunjukkan adanya dilema dalam diri jemaat
faktor ekonomi berupa pekerjaan bisa saja mempengaruhi waktu yang dipakai, namun
apabila dilihat secara fakta, para penatua yang aktif melayani di gereja HKBP Hataran
Jawa Ressort Hataran Jawa beserta gereja-gereja pagarannya juga memiliki pekerjaan
mengatakan bahwa tantangan yang mereka alami berada di waktu, namun faktnya para
penatua tersebut dapat melakukan tugas dan tanggungjawab mereka dengan baik.
Keberhasilan tersebut terjadi karena adanya koordinasi yang baik dari seluruh majelis
pelayanan yang dilakukan di gereja. Sehingga terbukti bahwa kesulitan dalam membagi
waktu dapat diatasi apabila ada kerjasama yang baik antar penatua.
Pekerjaan memang harus diakui sebagai sesuatu yang penting, namun peneliti
berpendapat bahwa apabila pekerjaan dikatakan sebagai faktor sehingga sulit untuk
membagi waktu, agaknya alasan tersebut sulit untuk diterima apabila kuantitas dari
penatua memadai dalam pelayanan gereja. Peneliti melihat kembali kepada gereja dengan
jumlah penatua yang minim, seperti gereja pagaran dengan satu penatua. Apabila
pekerjaan menjadi alasan utama, tentu penatua ini seharusnya juga memiliki pekerjaan
dalam memenuhi kebutuhan yang harus dilakukan, namun yang terjadi justru penatua
tersebut bekerja sendiri dan tidak memiliki rekan dikarenakan jemaat yang enggan
menjadi penatua. Penatua tersebut tentu memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi,
terlebih lagi dia hanya melakukan pelayanan dengan tenaga dan pikirannya sendiri di
gereja pagaran tersebut. Namun fakta membuktikan bahwa beliau dapat mengerjakannya
dengan baik, bahkan dengan usia yang sudah tua. Sehingga ketika pekerjaan dijadikan
alasan sehingga tidak dapat membagi waktu, beberapa penatua membuktikan bahwa
Peneliti beranggapan bahwa alasan tersebut muncul dikarenakan pikiran jemaat yang
memang masih berfokus kepada hasil yang berupa materi demi mendukung
perekonomian. Penatua dalam pelayanan gereja sama sekali tidak memiliki gaji yang
dapat menopang dan memenuhi kebutuhan ekonomi dan kehidupan, sehingga pusat dan
dahulu.
Alasan lain dari jemaat yang diungkapkan pada proses wawancara yaitu
teori yang telah dituliskan pada bab II dapat dipahami bahwa tentu tanggungjawab
penatua merupakan tanggungjawab yang tidak main-main dan tidak dapat dianggap
tugas dan tanggungjawab penatua. Oleh karena itu berbicara mengenai tanggungjawab
dapat dikatakan bahwa tentu dalam menjalankannya merupakan hal yang berat.
Namun disatu sisi, dalam proses wawancara dengan penatua, beberapa dari mereka
mengatakan bahwa tanggungjawab akan menjadi ringan dan tidak menjadi berat apabila
tugas dan tanggungjawab sebagai penatua merupakan hal yang penting. Berdasarkan
pengertiannya, minat berarti keinginan untuk mempelajari sesuatu, minat juga dapat
diartikan sebagai keingina, kesukaan dan juga kemauan dari diri sendiri untuk melakukan
sesuatu.12 Sehingga ketika tidak ada muncul minat dalam diri seseorang tentu dalam
melakukan suatu tugas dan tanggungjawab berbagai alasan dan faktor tertentu akan
muncul. Minat yang berasal dari diri sendiri mendorong seseorang untuk berkemauan dan
melakukan sesuatu termasuk untuk menjadi penatua dibutuhkan minat dari diri sendiri
dalam menjalankannya. Terbukti dari beberapa penatua yang telah diwawancarai dan
mengaku bahwa dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab penatua, hambatan dan
tantangan tidak menjadi penghambat karena mereka mengatakan bahwa mereka menjadi
penatua berdasarkan keinginan sendiri dan kemauan sendiri. Terbukti pula dari pelayanan
yang tetap berjalan meskipun para penatua tersebut memiliki kesibukannya masing-
masing. Melalui penelitian ini dapat dilihat bahwa kurangnya minat untuk menjadi
penatua dipengaruhi oleh beberapa alasan yang justru semakin mengubur minat tersebut.
12
Dimuat pada bab II poin 2.1.4. mengenai minat jemaat.
Paradigma dan juga stigma terhadap penatua yang harus menjadi teladan bahkan
dijadikan alasan sehingga menurunkan minat dari diri sendiri dan menutup diri.
Pada tata dasar dan tata laksana HKBP 2002 setelah amandemen ketiga dikatakan bahwa
syarat untuk menjadi penatua poin yang pertama yaitu warga jemaat yang
sudah memastikan bahwa minat dari diri sendiri merupakan titik dasar untuk menjadi
penatua. Kata mempersembahkan pada poin pertama ini bisa diartikan bahwa jemaat
yang ingin menjadi penatua harus terlebih dahulu memiliki minat sehingga kata
pelayanan gereja.
Melalui hasil penelitian dan analisa penelitian dapat dikatakan bahwa jemaat memiliki
minat yang rendah untuk menjadi penatua meskipun menganggap bahwa peran dan
tanggungjawab penatua dalam pelayanan gereja merupakan hal yang penting. Faktor
yang menyebabkan hal tersebut diantaranya usia yang dianggap masing terlalu muda,
menganggap diri sendiri belum bisa menjadi contoh bagi jemaat, tidak bisa membagi
pelayanan gereja.
minat dari warga gereja untuk menjadi penatua tidak kian bertambah besar, keterangan
yang didapatkan dari pendeta resort bahwa terpaksa para penatua yang seharusnya telah
pensiun tetap diaktifkan sebagai penatua dan diperpanjang masa pelayanannya di gereja.
2. Gereja menyusun program secara berkala dan konsisten mengenai sosialisasi terhadap
3. Gereja dengan programnya menyadarkan jemaat bahwa kehadiran dari penatua dalam
4. Gereja menyusun sosialisasi kepada para jemaat untuk menyadarkan pentingnya peran
5. Gereja menanamkan rasa tanggungjawab dalam diri jemaat sehingga kebanyakan jemaat
Melalui hasil penelitian dan juga analisis penelitian, rumusan masalah yang telah ditetapkan
sudah terjawab. Peranan penatua dalam perspektif pendeta, penatua, dan juga jemaat dari HKBP
Hataran Jawa Ressort Hataran Jawa beserta gereja-gereja pagaran telah menjalankan perannya
dengan baik. Meskipun salah satu jemaat mengatakan dan menilai bahwa terdapat penatua yang
belum menjalankan secara maksimal panggilannya sebagai penatua, hal tersebut juga dibenarkan
dengan keterangan dari pendeta resort yang juga mengatakan bahwa terdapat beberapa penatua
di gereja-gereja pagaran yang masih belum maksimal dalam menjalankan perannya. Tantangan
dan hambatan yang dialami oleh para penatua juga beraneka ragam. Mulai dari penatua yang
merasa bahwa menghadapi jemaat yang memiliki keinginan beribadah rendah merupakan suatu
tantangan, ada juga penatua yang menganggap bahwa jemaat yang lebih mementingkan
pekerjaan termasuk pada hari minggu juga merupakan hambatan. Rencana aksi telah disusun
seperti yang telah dipaparkan pada poin 4.2. mengenai rencana aksi.
Hipotesa yang telah ditetapkan yaitu penatua merupakan jabatan gerejawi yang penting
dalam gereja HKBP sebab tanggungjawab yang diemban penatua juga tentu sangat penting,
keadaan itu menyebabkan jemaat menunda keinginan menjadi penatua dengan beberapa
pertimbangan yang berkaitan dengan kesibukan diri, pengalaman diri dan ketidaksanggupan
melaksanakan tugas penatua secara pribadi. Setelah pelaksanaan penelitian dan analisa hasil
penelitian, hipotesa dapat dibuktikan. Terlihat melalui uraian hasil penelitian dan juga analisa
hasil penelitian bahwa seluruh narasumber menganggap penatua merupakan jabatan gerejawi
yang penting dalam gereja HKBP. Tanggungjawab yang penting itu juga yang menyebabkan
kurang. Bahkan didapatkan juga terdapat faktor lain dari yang diuraikan sebagai hipotesa, umur
juga menjadi faktor yang menyebabkan jemaat memiliki minat yang kurang untuk menjadi
penatua.