Anda di halaman 1dari 17

BAB IV

ANALISA DAN RENCANA AKSI

4.1. Analisa

Melalui penelitian yang telah dilakukan, dapat dikatakan bahwa gereja HKBP Ressort

Hataran Jawa beserta gereja pagarannya menyadari kurangnya minat jemaat untuk menjadi

seorang penatua. Pendeta sendiri yang mengakui bahwa di beberapa gereja pagaran terdapat

kuantitas penatua yang tidak memadai. Bahkan dia sendiri telah melakukan dan juga mengajak

para jemaat untuk menjadi penatua namun masih banyak jemaat yang menolak. Strategi akhir

yang dipersiapkan adalah untuk meminta dan memperpanjang masa aktif dari penatua yang

bahkan telah memasuki usia pensiun.

Sehingga dari keterangan tersebut terlihat pendeta resort dari HKBP Hataran Jawa juga

merasakan kesulitan dan juga kendala yang sama. Dia mempersiapkan strategi yang menurut

data HKBP dapat dikatakan sebagai “melanggar” ketetapan HKBP yang hanya menetapkan

penatua aktif sampai usia 65 tahun. Strategi dipersiapkan mau tidak mau karena mengantisipasi

kurangnya kuantitas penatua di jemaat secara khusus gereja HKBP Hataran Jawa.

Melalui wawancara dengan para penatua dari gereja HKBP Ressort Hataran Jawa Beserta

dengan pagarannya, terlihat juga para penatua yang telah berusaha mengajak dan juga mencoba

menawarkan kepada jemaat untuk menjadi seorang penatua. Dalam wawancara mereka

kebanyakan mengatakan bahwa jemaat yang mereka tawarkan tersebut menurut mereka memiliki

potensi untuk menjadi seorang penatua. Bahkan dengan analisis tersebut, para jemaat masih

memiliki minat yang kurang untuk menjadi seorang penatu. Melalui keterangan wawancara

dengan para penatua dapat dilihat memang benar para penatua memiliki kendala dan juga
hambatannya masing-masing, meskipun terdapat beberapa penatua yang mengatakan bahwa

mereka merasa tidak ada hambatan dan juga kesulitan namun dapat dipastikan tentu terdapat

momen-momen tertentu yang dirasa cukup sulit.

Hampir semua penatua yang menjadi narasumber pernah mencoba untuk mengajak

jemaat mereka namun kemudian ditolak. Menurut keterangan alasan para jemaat tersebut

menolak kebanyakan adalah karena usia dan juga karena pekerjaan sehingga sulit untuk

membagi waktu. Peneliti sendiri melihat bahwa memang para jemaat kurang memiliki hati yang

terbuka untuk menjadi seorang penatua seperti yang dikatakan beberapa penatua di dalam proses

wawancara. Sehingga umur dan juga pekerjaan dijadikan sebagai alasan. Alasan yang paling

banyak ditemukan juga dalam proses wawancara yaitu para jemaat yang belum mampu

mengemban tugas dan juga tanggungjawab sebagai seorang penatua.

Dapat dikatakan bahwa hal tersebut sebenarnya telah diantisipasi oleh gereja HKBP

dengan melaksanakan program learning bagi para calon penatua untuk lebih menggali dan juga

mempersiapkan diri. Sehingga dapat dikatakan bahwa alasan demikian sebenarnya telah

menemukan jalan keluar. Dalam proses learning tersebutlah para calon penatua mendapat

gambaran akan tugas dan juga tanggungjawab yang akan diemban nantinya setelah menjadi

seorang penatua. Melalui proses learning tersebutlah para jemaat mampu untuk melihat potensi

diri dan juga mencoba merefleksi diri untuk menerima ataupun menolak untuk menjadi seorang

penatua.

Dapat dikatakan bahwa jemaat di gereja HKBP Ressort Hataran Jawa memang masih

lebih mementingkan pekerjaan. Bahkan hal tersebut didukung oleh keterangan dari penatua yang

mengatakan bahwa terkadang jemaatnya akan lebih memilih untuk bekerja pada hari minggu

ketimbang beribadah. Sehingga terdapat keterangan dari penatua yang menurut peneliti benar,
dalam ibadah para jemaat sudah sulit untuk membuka hati terlebih untuk mengemban

tanggungjawab sebagai penatua.

Hal ini didukung oleh keterangan dari para narasumber yang merupakan jemaat dari

gereja-gereja yang merupakan lokus penelitian. Kebanyakan dari mereka mengatakan dan

mengakui bahwa gereja membutuhkan penatua dalam proses pelayanannya. Mereka mengakui

bahwa peranan penatua merupakan peranan yang penting dalam gereja namun mereka justru

tidak berminat untuk tergabung di dalamnya. Terlebih terdapat gereja yang hanya memiliki 1

orang penatua dan bahkan sudah berusaha menawarkan serta mengajak jemaatnya untuk

bergabung namun kemudian ditolak karena merasa belum sanggup untuk mengemban dan juga

menjalankan tugas sebagai seorang penatua.

Tugas dan juga tanggungjawab menjadi seorang penatua memang dapat dikatakan

sebagai tugas dan tanggungjawab yang cukup berat. Seperti yang dikatakan oleh Watchman Nee

bahwa penatua haruslah Para penatua adalah yang bertugas sebagai penilik jemaat. Penilik

berarti pengawas. Pengawas bukan berarti untuk menggantikan tugas orang lain dalam

melakukan pekerjaannya melainkan mengawasi para pekerja-pekerja dalam melakukan

pekerjaannya. Alkitab memuat bahwa saudara-saudaralah yang bekerja, dan tugas seorang

penatua adalah sebagai pengawas dan diantara saudara-saudara itu tidak boleh ada yang

menganggur melainkan semuanya harus bekerja itulah yang menjadi tugas para penatua. Mereka

yang disebut sebagai penatua adalah sebagai pemrakarsa, yang bertugas sebagai penilik. Tugas

mutlaknya adalah sebagai komandan. Ketika ditemukan pekerja yang tidak melakukan

pekerjaannya atau melakukan pekerjaannya dengan nyali yang kecil, tidak berani keluar, apatis,

pesimis untuk melakukan pekerjaannya maka tugas penatualah untuk datang memberi dorongan

dan mengingatkan mereka serta menguatkan mereka. Juga dalam melakukan tugasnya, penatua
bukanlah pengganti pekerja yang lain untuk melakukan pekerjaannya melainkan mengawasi

mereka. Pada akhirnya, penatua bukanlah para pemborong yang melakukan tugas yang tidak

dikerjakan oleh para saudara pekerja melainkan sebagai penilik.1

Sehingga memang benar bahwa tanggungjawab menjadi seorang penatua bukanlah

tanggungjawab yang mudah menurut keterangan tersebut. Hal tersebutlah yang sebenarnya

membuat para jemaat kurang berminat untuk menjadi seorang penatua. Hal tersebut sangatlah

terbukti dalam proses wawancara ini dimana para narasumber juga mengatakan dan menjelaskan

ketidak mampuan mereka dalam mengemban dan menjalankan tanggungjawab tersebut dan oleh

karena itulah mereka menolak.

Dari proses wawancara juga dapat dilihat bahwa para jemaat enggan untuk menerima dua

tanggungjawab sekaligus. Kebanyakan jemaat mengatakan bahwa mereka kurang mampu dalam

hal membagi waktu namun dapat dikatakan bahwa mereka kurang mampu untuk menempatkan

diri sesuai tanggungjawab yang mereka emban.

Dapat terlihat melalui jawaban yang kebanyakan mengatakan bahwa mereka tidak

mampu untuk membagi waktu namun diwaktu yang bersamaan terdapat penatua yang mampu

dan bisa untuk membagi waktu. Dilihat dari kedua kasus tersebut,dapat terlihat bahwa para

jemaat justru menunjukkan bahwa mereka tidak mampu untuk menjalankan dua tanggungjawab.

Dan ada juga jemaat yang mengatakan bahwa usia adalah alasan mereka.

Dapat dikatakan bahwa usia tidak ada sangkut pautnya dalam mengemban tugas menjadi

seorang penatua. Justru pemikiran dari orang yang lebih muda lah yang dapat mentransformasi

pelayanan di gereja. Sehingga alasan dengan mengatakan umur yang masih muda seharusnya

1
Pandangan Watchmann Nee mengenai penatua yang telah dimuat pada bab 2 poin 2.3. pandangan para ahli
mengenai penatua
tidak menjadi alasan penghambat menjadi penatua. Dengan usia yang muda tidak berarti akan

selalu berbeda cara berpikir dengan para penatua yang sudah tua. Justru para penatua dengan

usia yang muda dapat membagikan pola dan ide yang baru sedangkan yang tua dapat

membagikan pengalaman mereka sebagai penatua, sehingga keduanya justru saling melengkapi

dalam memajukan kualitas pelayanan di gereja.

Oleh sebab itulah, melalui proses wawancara peneliti melihat bahwa sebenarnya para

jemaat memiliki minat yang kecil faktor utama nya adalah mengenai tanggungjawab. Gambaran

penatua yang melekat adalam para pelayan dengan kesibukan dan juga tanggungjawab,

gambaran ini juga bisa menjadi faktor utama yang mengakibatkan para jemaat enggan untuk

menjadi seorang penatua.

Melalui hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab III, maka akan dipaparkan

beberapa poin analisa seperti berikut:

 Penatua merupakan jabatan yang penting dalam pelayanan gereja. Hal ini didukung oleh

seluruh informan yang mengatakan bahwa penatua merupakan jabatan yang penting

untuk gereja. Pendeta mengatakan bahwa penatua menjadi penting untuk menjalankan

segala hal yang telah disusun dalam gereja, mulai dari program dan seluruh hal-hal yang

bersangkutan dengan gereja. Apabila diperhadapkan dengan pengertian jabatan yang

merupakan posisi ataupun identitas yang dirancang untuk memudahkan dalam mencapai

tujuan yang telah ditetapkan,2 maka penatua yang merupakan jabatan bertujuan untuk

mencapai tujuan dari program gereja itu sendiri. Oleh karena itulah, jabatan penatua

menjadi penting untuk menjalankan pelayanan gereja baik di resort maupun dipagaran,

dan hal ini lah yang disetujui oleh pendeta, penatua dan juga jemaat.

2
Dimuat pada bab II pada poin 2.1.1. mengenai jabatan
 Pentingnya penatua dalam pelayanan gereja juga dipengaruhi oleh anggapan bahwa

penatua merupakan pemimpin. Hal ini terbukti dari narasumber penelitian yang

kebanyakan pagaran dipimpin oleh penatua. Oleh sebab itulah sosok pemimpin melekat

dan menjadi identitas dari penatua itu sendiri. 3 Penatua dianggap sebagai sosok yang

berpengaruh dalam lingkungan gereja, hal tersebut terlihat dari seluruh narasumber yang

kebanyakan mengakui bahwa penatua telah mengerjakan tugasnya dengan baik dan

mereka mengakui bahwa peran penatua merupakan peran yang begitu penting bagi

gereja, sehingga hal ini sesuai dengan pemahaman penatua dalam PL yang juga melihat

penatua sebagai orang dan posisi yang sangat berpengaruh bagi masyarakat.4

 Pendeta HKBP Hataran Jawa Ressort Hataran Jawa dalam proses wawancara juga

melalui perkataan dan perspektifnya mengenai penatua, dapat dipahami bahwa penatua

berperan penting untuk menjadi rekan pendeta dalam melayani jemaat-jemaatnya

terkhusus di beberapa wilayah pagaran. Esensi tersebut sudah menjadi esensi penatua

apabila dikaji melalui sejarah penatua dalam gereja HKBP yang memang sedari awal

sudah merupakan rekan dari para pendeta untuk mensukseskan program pelayanan yang

ada di gereja.5 Oleh karena itulah pernyataan dari seluruh narasumber yang mengatakan

bahwa peranan penatua merupakan peranan dan jabatan yang penting dalam gereja

merupakan pernyataan yang benar.

 Apabila diperhadapkan dengan konfessi HKBP tahun 1951 pasal 9 dan konfessi HKBP

tahun 1996 pasal 9 mengenai majelis gereja, diungkapkan beberapa poin yang menjadi

tugas dari seluruh majelis gereja yang mana di dalamnya tentu penatua juga termasuk.

Diungkapkan bahwa majelis gereja berfungsi untuk menggembalakan para jemaat,


3
Dimuat pada bab II pada poin 2.1.2 mengenai penatua
4
Dimuat pada bab II poin 2.2.1. mengenai landasan biblis menurut perspektif PL mengenai Penatua
5
Dimuat pada Bab II poin 2.4.1 mengenai penatua berdasarkan sejarah HKBP
memberitakan injil kepada warga jemaat, dan lain-lain 6, dapat diakui bahwa para penatua

memiliki peran yang amat penting dalam gereja yang tentu ikut serta dalam menjalankan

tugas majelis gereja yang telah dimuat pada konfessi 1951 pasal 9.

 Apabila dilihat dari perspektif jemaat yang mengatakan bahwa sosok penatua merupakan

orang-orang yang harus menjadi orang yang layak ditiru di lingkungan jemaat, hal ini

dapat dikatakan sebagai hal yang benar. Didukung oleh dokumen HKBP yang

mengatakan bahwa syarat untuk menjadi seorang penatua adalah orang-orang yang tidak

berperilaku bercela.7. Sehingga benar apabila dikatakan bahwa penatua harus bisa

menjadi orang-orang yang dapat ditiru dalam lingkungan gereja yang dia layani.

 Pandangan PB mengenai penatua juga mengatakan bahwa penatua harus memiliki

standar hidup yang teladan dalam hal spiritual, etika dan juga moralitas. Penatua menurut

PB juga adalah orang-orang yang hidup tanpa cela dan juga bermartabat.8

 Pendapat yang diungkapkan oleh Alexander Strauch mengenai penatua yang mana dia

menguraikan beberapa poin mengenai sifat dan nilai yang harus dimiliki oleh penatua

yaitu:9

1. Menjalin persaudaraan. Alkitab memuat bahwa Allah menetapkan adanya para

penatua untuk melayani di gereja dan memberikan tugas yang khusus yaitu

melakukan penggembalaan dalam gerjea. Dengan adanya para penatua maka

diharapkan dapat melakukan tugas penggembalaan yang berfungsi kemudian untuk

menyelaraskan dan mendorong sesama warga gereja untuk meningkatkan tali

persaudaraan, keimanan dan menjadi hamba yang baik bagi gereja. Namun

6
Dimuat pada Bab II poin 2.4.2. mengenai Penatua menurut Konfessi HKBP
7
Dimuat pada Bab II poin 2.4.3. mengenai tanggungjawab penatua berdasarkan dokumen HKBP
8
Dimuat pada Bab II poin 2.2.2. mengenai landasan biblis menurut perspektif PB terhadap penatua
9
Dimuat pada Bab II poin 2.3. mengenai pandangna para ahli tepatnya pendapat yang dikemukakan oleh
Alexander Strauch
dikarenakan situasi budaya setiap warga sangat beraneka ragam maka ini mungkin

akan fleksibel dalam penyesuaiannya. Perjanjian Baru memandang bahwa sifat

kepenatuaan haruslah bersifat kekeluargaan bagi jemaat. Ini diharapkan untuk

meningkatkan tali persaudaraan Kristen dan ini adalah rencana Allah.

2. Rendah hati. Bukan hanya sifat persaudaraan namun sifat untuk rendah hati juga

menjadi sangat penting dimiliki oleh seorang penatua. Karena jelas Alkitab memuat

bahwa perintah utama adalah menjadi hamba daripada saudara. Yesus berulang-ulang

mengajar murid-Nya mengenai kerajaan sorga yang hanya dapat dicapai dengan

kerendahan hati. Demikianlah para penatua harus memiliki sifat kerendahan hati

karena karakter demikianlah yang dinyatakan Allah kepada hamba-Nya.

3. Karakter moral yang baik. Para penatua yang bertugas sebagai penilik jemaat

diharapkan memiliki karakter moral yang baik dan tidak bercacat dalam semua segi

kehidupannya. Demikianlah harus diperhatikan bahwa para penatua harus bebea lepas

dari segala hal yang tidak sopan, merusak karakter dan tingkah laku dan sebagainya.

Para penatua harus benar-benar dapat memiliki karakter moral yang baik.

4. Menjadi kepala keluarga yang baik. Hal ini menjadi sangat penting karena

merupakan kehendak Allah yaitu bahwa para penatua adalah para kepala keluarga

yang disegani dan dihormati oleh anak-anaknya sehingga hal yang harus dilakukan

adalah bersikap baik dan ramah.

5. Cakap mengajrkan firman Allah. Surat 1 Timotius dan Titus, secara tegas

menyatakan bahwa untuk menjadi penatua harus mengenal Alkitab dan dapat

mengajarkannya kepada orang lain. Mereka harus sungguh-sungguh berpegang pada

firman Tuhan dan siap mengajarkan kebenaran firman kepada orang lain.
 Melalui pandangan Strauch tersebut, dapat dikatakan bahwa persepsi yang melekat dalam

diri penatua memanglah persepsi bahwa penatua memiliki hidup dan pribadi yang tidak

bercela dan dapat untuk ditiru.

 Namun dapat dikatakan bahwa karena persepsi yang melekat dalam diri penatua yang

kebanyakan jemaat mengatakan bahwa penatua merupakan orang-orang yang memiliki

perilaku yang baik, hal tersebut justru membuat para jemaat enggan untuk menjadi

penatua dikarenakan terlebih dahulu menilai dan menganggap bahwa diri mereka belum

bisa menjadi contoh, dan belum siap menjadi contoh.

 Sebagian dari narasumber yang merupakan jemaat, mengatakan bahwa dia tidak berminat

menjadi penatua karena dirinya merasa tidak menjadi sosok yang dapat ditiru oleh orang

lain sehingga belum layak menjadi penatua. Penatua di gereja tersebut beberapa

mengatakan bahwa jemaat-jemaat dengan alasan tersebut kebanyakan orang yang

menurut mereka layak untuk menjadi penatua. Orang-orang yang menurut mereka layak

merupakan orang yang sempat mereka tawarkan menjadi penatua. Hal ini terbukti dari

kebanyakan narasumber yang merupakan penatua mengatakan bahwa mereka sudah

pernah bahkan sering untuk mengajak beberapa orang dari jemaat mereka untuk menjadi

seorang penatua. Namun kebanyakan dari mereka justru menolak dengan salah satu

alasannya adalah perilaku mereka yang belum layak menjadi penatua.

 Minat jemaat untuk menjadi penatua melalui penelitian ini bisa dikatakan memiliki minat

yang kecil untuk menjadi penatua. Hal ini terlihat dengan fakta bahwa kebanyakan dari

narasumber yang diwawancarai mengaku sudah pernah diminta dan diajak untuk menjadi

penatua namun kemudian menolak.


 Alasan-alasan yang diungkapkan juga beragam. Ada beberapa jemaat yang mengatakan

bahwa alasan mereka menolak karena umur mereka yang masih mudah. Dengan data

yang menunjukkan bahwa kebanyakan jemaat yang menjadi narasumber sudah berusia

minimal 30 tahun ke atas, dan dengan dokumen HKBP yang mengatakan bahwa usia

minimal untuk menjadi penatua adalah 25 tahun10, dapat dikatakan bahwa alasan tersebut

tidak dapat diterima. Usia minimum jemaat untuk menjadi penatua adalah 25 tahun

dengan lama pelayanan kurang lebih 40 tahun, dapat dikatakan bahwa dengan

narasumber yang berusia sudah 30 tahun ke atas namun memakai alasan usia yang masih

terlalu muda dapat mempengaruhi lamanya pelayanan dengan kata lain pelayanannya

untuk gereja akan semakin cepat, sehingga membutuhkan pengganti yang lebih cepat.

Hal tersebut terlihat dari salah satu gereja yang menjadi lokus penelitian, yang mana di

gereja tersebut hanya memiliki satu orang penatua saja, dan kebanyakan jemaat disana

menolak untuk menjadi penatua sehingga tidak ada rekan yang dimiliki penatua tersebut

untuk menjalankan tugas dan pelayanan gereja, jemaat juga hanya dapat bergantung pada

satu orang penatua saja. Dengan usia penatua yang melayani di tempat tersebut berusia

54 tahun, dan tidak memiliki rekan tentu ada kendala yang dialami.

 Alasan umur menurut hasil wawancara ini, memiliki kemungkinan berkaitan dengan

pengalaman dalam gereja, ada kemungkinan jemaat beranggapan bahwa jemaat dengan

usia yang lebih tua memiliki pengalaman yang lebih sehingga lebih layak menjadi

penatua. Ada juga dari jemaat yang mengatakan bahwa dengan usia mudanya, jemaat

tersebut memiliki kekhawatiran tidak dapat berkomunikasi dengan baik dengan para

penatua senior yang sudah lebih tua karena perbedaan ide. Keterangan-keterangan

tersebut menurut peneliti tidak dapat dijadikan sebagai alasan. Apabila dikaitkan dengan
10
Dimuat pada Bab II poin 2.4.3. mengenai Syarat dan Tanggungjawab Penatua berdasarkan Dokumen HKBP
pengalaman, setiap jemaat yang ingin menjadi penatua pasti belum pernah menjadi

penatua, para penatua di gereja-gereja tersebut juga sebelum menjadi penatua, tentu tidak

memiliki pengalaman sebagai penatua. Oleh karena itulah HKBP sendiri sebelum

memberikan tahbisan kepada jemaat yang ingin menjadi penatua terlebih dahulu

menjalankan program learning, dengan tujuan memberikan gambaran akan pekerjaan dan

juga tanggungjawab dari penatua, dari sana setiap jemaat dapat menerima nasihat dari

penatua yang sudah memiliki pengalaman dan juga melalui pengamatan, sehingga

pengalaman tersebut dapat dipelajari secara bertahap. Justru peneliti beranggapan bahwa

dengan usia yang muda, justru lebih memungkinkan seseorang tersebut memperoleh

lebih banyak pengalaman dibandingkan menahan-nahan dengan alasan umur yang terlalu

muda. Seperti yang dikatakan oleh J.R. Hutauruk bahwa regenerasi diperlukan dengan

tujuan adanya ide baru11, tentu orang dengan usia lebih muda lebih paham mengenai ide

dan juga perubahan yang diperhadapkan dengan konteks dan juga predikis akan masa

yang akan datang sehingga program yang disusun juga sesuai dengan kebutuhan jemaat

dalam jangka waktu yang panjang. Jemaat yang mengatakan bahwa dia tidak

berkeinginan menjadi penatua dengan alasan akan menimbulkan perbedaan ide. Peneliti

berpendapat bahwa munculnya perbedaan ide tidak dipengaruhi karena usia, kelompok

orang dengan usia yang sama juga akan mengalami perbedaan ide, justru perbedaan ide

tersebut harus diatasi dengan diskusi dan juga rapat sehingga didapatkan keputusan yang

sesuai dengan kebutuhan jemaat. Oleh karena itu usia tidak menjadi faktor penyebab

munculnya perbedaan ide, karena perbedaan ide merupakan hal yang lumrah untuk

terjadi. Alasan jemaat yang mengatakan bahwa usia mereka menjadi alasan tidak menjadi

penatua, sebenarnya tidak dapat dijadikan sebagai alasan.


11
Dimuat pada Bab I pada poin 1.1. mengenai pendahuluan
 Alasan lain yang banyak dikemukakan oleh para narasumber yang merupakan jemaat

adalah mereka mengatakan bahwa mereka tidak dapat membagi waktu antara pekerjaan

dan juga tanggungjawab menjadi penatua sehingga kebanyakan dari mereka lebih

memilih untuk berfokus melakukan pekerjaannya. Alasan ini muncul karena jemaat yang

masih memusatkan perhatiannya kepada perekonomian. Bahkan dari keterangan salah

satu penatua kalau di gereja yang ia layani, kebanyakan jemaat tetap menjalankan

pekerjaan pada hari minggu dan lebih memilih untuk tetap mengerjakan pekerjaan

mereka. Peneliti melihat bahwa alasan ini menunjukkan adanya dilema dalam diri jemaat

untuk memilih, sehingga seakan-akan menolak untuk melakukan keduanya. Memang

faktor ekonomi berupa pekerjaan bisa saja mempengaruhi waktu yang dipakai, namun

apabila dilihat secara fakta, para penatua yang aktif melayani di gereja HKBP Hataran

Jawa Ressort Hataran Jawa beserta gereja-gereja pagarannya juga memiliki pekerjaan

mereka masing-masing. Melalui keterangan dari beberapa penatua, mereka juga

mengatakan bahwa tantangan yang mereka alami berada di waktu, namun faktnya para

penatua tersebut dapat melakukan tugas dan tanggungjawab mereka dengan baik.

Keberhasilan tersebut terjadi karena adanya koordinasi yang baik dari seluruh majelis

yang ada di gereja-gereja tersebut. Kesediaan untuk menggantikan penatua yang

berhalangan untuk melayani menjadi faktor yang mendukung untuk mensukseskan

pelayanan yang dilakukan di gereja. Sehingga terbukti bahwa kesulitan dalam membagi

waktu dapat diatasi apabila ada kerjasama yang baik antar penatua.

 Pekerjaan memang harus diakui sebagai sesuatu yang penting, namun peneliti

berpendapat bahwa apabila pekerjaan dikatakan sebagai faktor sehingga sulit untuk

membagi waktu, agaknya alasan tersebut sulit untuk diterima apabila kuantitas dari
penatua memadai dalam pelayanan gereja. Peneliti melihat kembali kepada gereja dengan

jumlah penatua yang minim, seperti gereja pagaran dengan satu penatua. Apabila

pekerjaan menjadi alasan utama, tentu penatua ini seharusnya juga memiliki pekerjaan

dalam memenuhi kebutuhan yang harus dilakukan, namun yang terjadi justru penatua

tersebut bekerja sendiri dan tidak memiliki rekan dikarenakan jemaat yang enggan

menjadi penatua. Penatua tersebut tentu memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi,

terlebih lagi dia hanya melakukan pelayanan dengan tenaga dan pikirannya sendiri di

gereja pagaran tersebut. Namun fakta membuktikan bahwa beliau dapat mengerjakannya

dengan baik, bahkan dengan usia yang sudah tua. Sehingga ketika pekerjaan dijadikan

alasan sehingga tidak dapat membagi waktu, beberapa penatua membuktikan bahwa

mereka dapat mengerjakannya dengan baik meskipun ada kesibukan tertentu.

 Peneliti beranggapan bahwa alasan tersebut muncul dikarenakan pikiran jemaat yang

memang masih berfokus kepada hasil yang berupa materi demi mendukung

perekonomian. Penatua dalam pelayanan gereja sama sekali tidak memiliki gaji yang

dapat menopang dan memenuhi kebutuhan ekonomi dan kehidupan, sehingga pusat dan

perhatian kebanyakan jemaat masih berfokus untuk memperbaiki perekonomian terlebih

dahulu.

 Alasan lain dari jemaat yang diungkapkan pada proses wawancara yaitu

ketidaksanggupan untuk menjalankan tanggungjawab dari penatua. Melalui landasan

teori yang telah dituliskan pada bab II dapat dipahami bahwa tentu tanggungjawab

penatua merupakan tanggungjawab yang tidak main-main dan tidak dapat dianggap

rendah. Tanggungjawab penatua melibatkan pelayanan kepada jemaat sehingga tentu

dapat dikatakan bahwa tanggungjawab penatua sebagai tanggungjawab yang berat.


Bahkan beberapa penatua yang merupakan narasumber membenarkan hal tersebut

dengan mengungkapkan kesulitan dan hambatan masing-masing dalam menjalankan

tugas dan tanggungjawab penatua. Oleh karena itu berbicara mengenai tanggungjawab

dapat dikatakan bahwa tentu dalam menjalankannya merupakan hal yang berat.

 Namun disatu sisi, dalam proses wawancara dengan penatua, beberapa dari mereka

mengatakan bahwa tanggungjawab akan menjadi ringan dan tidak menjadi berat apabila

mengerjakannya berdasarkan keinginan dan hati pribadi. Pendapat tersebut kemudian

memunculkan pemikiran bahwa minat untuk melakukan sesuatu termasuk menjalankan

tugas dan tanggungjawab sebagai penatua merupakan hal yang penting. Berdasarkan

pengertiannya, minat berarti keinginan untuk mempelajari sesuatu, minat juga dapat

diartikan sebagai keingina, kesukaan dan juga kemauan dari diri sendiri untuk melakukan

sesuatu.12 Sehingga ketika tidak ada muncul minat dalam diri seseorang tentu dalam

melakukan suatu tugas dan tanggungjawab berbagai alasan dan faktor tertentu akan

muncul. Minat yang berasal dari diri sendiri mendorong seseorang untuk berkemauan dan

melakukan sesuatu termasuk untuk menjadi penatua dibutuhkan minat dari diri sendiri

dalam menjalankannya. Terbukti dari beberapa penatua yang telah diwawancarai dan

mengaku bahwa dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab penatua, hambatan dan

tantangan tidak menjadi penghambat karena mereka mengatakan bahwa mereka menjadi

penatua berdasarkan keinginan sendiri dan kemauan sendiri. Terbukti pula dari pelayanan

yang tetap berjalan meskipun para penatua tersebut memiliki kesibukannya masing-

masing. Melalui penelitian ini dapat dilihat bahwa kurangnya minat untuk menjadi

penatua dipengaruhi oleh beberapa alasan yang justru semakin mengubur minat tersebut.

12
Dimuat pada bab II poin 2.1.4. mengenai minat jemaat.
Paradigma dan juga stigma terhadap penatua yang harus menjadi teladan bahkan

dijadikan alasan sehingga menurunkan minat dari diri sendiri dan menutup diri.

 Pada tata dasar dan tata laksana HKBP 2002 setelah amandemen ketiga dikatakan bahwa

syarat untuk menjadi penatua poin yang pertama yaitu warga jemaat yang

mempersembahkan dirinya menjadi penatua di jemaat. Dengan poin tersebut, gereja

sudah memastikan bahwa minat dari diri sendiri merupakan titik dasar untuk menjadi

penatua. Kata mempersembahkan pada poin pertama ini bisa diartikan bahwa jemaat

yang ingin menjadi penatua harus terlebih dahulu memiliki minat sehingga kata

mempersembahkan berarti jemaat memiliki minat yang penuh untuk melakukan

pelayanan gereja.

 Melalui hasil penelitian dan analisa penelitian dapat dikatakan bahwa jemaat memiliki

minat yang rendah untuk menjadi penatua meskipun menganggap bahwa peran dan

tanggungjawab penatua dalam pelayanan gereja merupakan hal yang penting. Faktor

yang menyebabkan hal tersebut diantaranya usia yang dianggap masing terlalu muda,

menganggap diri sendiri belum bisa menjadi contoh bagi jemaat, tidak bisa membagi

waktu antara pekerjaan dan tanggungjawab menjadi penatua, ketidaksanggupan untuk

menjalankan tanggungjawab, dan kurangnya pengalaman sebagai penatua di dalam

pelayanan gereja.

 Adapun tindakan yang telah dipertimbangkan gereja apabila kemudian pertumbuhan

minat dari warga gereja untuk menjadi penatua tidak kian bertambah besar, keterangan

yang didapatkan dari pendeta resort bahwa terpaksa para penatua yang seharusnya telah

pensiun tetap diaktifkan sebagai penatua dan diperpanjang masa pelayanannya di gereja.

4.2. Rencana Aksi


Berdasarkan hasil penelitian dan juga analisa penelitian, maka rencana aksi yang dapat

disusun berdasarkan hasil dan analisa penelitian adalah sebagai berikut:

1. Gereja mempersiapkan para jemaat untuk menjadi penatua dengan memperkenalkan

kepada jemaat mengenai tugas dan tanggungjawab dari penatua.

2. Gereja menyusun program secara berkala dan konsisten mengenai sosialisasi terhadap

peran dan juga tanggungjawab penatua.

3. Gereja dengan programnya menyadarkan jemaat bahwa kehadiran dari penatua dalam

pelayanan gereja merupakan hal yang sangat penting.

4. Gereja menyusun sosialisasi kepada para jemaat untuk menyadarkan pentingnya peran

dan tanggungjawab menjadi penatua.

5. Gereja menanamkan rasa tanggungjawab dalam diri jemaat sehingga kebanyakan jemaat

merasa bahwa pelayanan gereja merupakan hal yang penting.

Melalui hasil penelitian dan juga analisis penelitian, rumusan masalah yang telah ditetapkan

sudah terjawab. Peranan penatua dalam perspektif pendeta, penatua, dan juga jemaat dari HKBP

Hataran Jawa Ressort Hataran Jawa beserta gereja-gereja pagaran telah menjalankan perannya

dengan baik. Meskipun salah satu jemaat mengatakan dan menilai bahwa terdapat penatua yang

belum menjalankan secara maksimal panggilannya sebagai penatua, hal tersebut juga dibenarkan

dengan keterangan dari pendeta resort yang juga mengatakan bahwa terdapat beberapa penatua

di gereja-gereja pagaran yang masih belum maksimal dalam menjalankan perannya. Tantangan

dan hambatan yang dialami oleh para penatua juga beraneka ragam. Mulai dari penatua yang

merasa bahwa menghadapi jemaat yang memiliki keinginan beribadah rendah merupakan suatu

tantangan, ada juga penatua yang menganggap bahwa jemaat yang lebih mementingkan
pekerjaan termasuk pada hari minggu juga merupakan hambatan. Rencana aksi telah disusun

seperti yang telah dipaparkan pada poin 4.2. mengenai rencana aksi.

Hipotesa yang telah ditetapkan yaitu penatua merupakan jabatan gerejawi yang penting

dalam gereja HKBP sebab tanggungjawab yang diemban penatua juga tentu sangat penting,

keadaan itu menyebabkan jemaat menunda keinginan menjadi penatua dengan beberapa

pertimbangan yang berkaitan dengan kesibukan diri, pengalaman diri dan ketidaksanggupan

melaksanakan tugas penatua secara pribadi. Setelah pelaksanaan penelitian dan analisa hasil

penelitian, hipotesa dapat dibuktikan. Terlihat melalui uraian hasil penelitian dan juga analisa

hasil penelitian bahwa seluruh narasumber menganggap penatua merupakan jabatan gerejawi

yang penting dalam gereja HKBP. Tanggungjawab yang penting itu juga yang menyebabkan

jemaat mempertimbangnkan kemudian menunda keinginan mereka untuk menjadi penatua

dengan pertimbangan-pertimbangan seperti pekerjaan, ketidaksanggupan, pengalaman yang

kurang. Bahkan didapatkan juga terdapat faktor lain dari yang diuraikan sebagai hipotesa, umur

juga menjadi faktor yang menyebabkan jemaat memiliki minat yang kurang untuk menjadi

penatua.

Anda mungkin juga menyukai