Anda di halaman 1dari 5

Refleksi TOPP – Bulan Maret

Nama : Fr. Fernando Septian Lopo M. Ambanu, OFMConv


Judul : "Kehadiran sebagai Seorang Saudara Dina Konventual."

Hidup membiara merupakan cara hidup khusus yang telah saya pilih. Awalnya saya
memilih cara hidup ini karena banyak hal. Salah satunya adalah ketertarikan akan nama Saudara
Dina Konventual. Seiring berjalan waktu, motivasi tersebut mulai berubah. Perubahan motivasi
ini menjadi sebuah perjalanan refleksi yang cukup menarik khususnya dalam menjalani
panggilan saya. Awalnya saya berkeinginan untuk menjadi seorang imam dan menjadikan
keinginan tersebut sebagai tujuan utama dalam panggilan ini. Namun pandangan ini mulai
berubah setelah saya menjalani masa pendidikan dalam Ordo Saudara Dina Konventual. Saya
disadarkan, bahwa pandangan menjadi seorang saudara merupakan hal utama yang perlu saya
perhatikan bila ingin menjadi bagian dari Saudara Dina Konventual.

Dimensi Manusiawi

Sebagai seorang manusia biasa, tentunya dimensi ini tidak dapat dilupakan terutama
dalam pendidikan seorang calon saudara. Menurut ketetapan yang telah dibuat dalam konstitusi,
dimensi manusiawi ditempatkan pada posisi pertama. Menurut refleksi saya, tujuannya, yakni
agar setiap saudara menyadari dirinya sebagai seorang manusia yang tidak terlepas dari
kesalahan. Banyak hal yang mungkin sering dilakukan baik itu disengaja maupun tidak disengaja
tidak bias dipisahkan dari dimensi ini. Menurut saya hal utama yang perlu diperhatikan adalah
bagaimana sikap saya dalam menanggapi kondisi manusiawi yang ada.

Meminimalisir beberapa sikap yang tidak seharusnya dimiliki oleh seorang saudara,
merupakan salah satu langkah yang cukup baik dan bijak untuk dilakukan. Tentunya sikap ini
menjadi salah satu cerminan bagi seorang untuk memurnikan diri. Cukup menarik bagi saya
setelah hampir satu tahun menjalani masa TOPP di komunitas St. Antonius Padua di
Kefamenanu. Banyak permasalahan dan tantangan hidup dalam sebuah komunitas yang secara
real saya lihat. Saya mengakui, bahwa awalnya saya mengalami goncangan keyakinan ketika
berhadapan dengan situasi tersebut.
Saya mencoba untuk mengolah segala pengalaman yang saya alami hingga saat ini
dengan cukup baik. Saya belajar perlahan-lahan untuk tidak gegabah dalam bertindak dengan
memperhatikan beberapa hal yang mungkin saja bisa berdampak buruk bagi kehidupan
berkomunitas. Pengolahan hidup khususnya dimensi manusiawi merupakan hal penting bagi
saya yang perlu diperhatikan dalam hidup berkomunitas, karena pengaruhnya cukup besar bagi
kehidupan setiap orang khususnya mereka yang membaktikan diri secara khusus untuk Allah dan
Gereja-Nya.

Dimensi Spiritual

Setiap manusia hidup berdasarkan dimensi ini apalagi sebagai seorang biarawan, peran
dimensi spiritual sangatlah penting menurut saya. Peran dimensi ini tentunya tidak terlepas dari
bagaimana seorang biarawan dapat membawa diri menuju pada sebuah upaya pemurnian diri
menjadi lebih baik. Setiap biarawan atau kaum religius diminta untuk selalu mengolah dimensi
ini dalam kehidupan mereka guna mencapai penyempurnaan diri dan motivasi sebagai seorang
pengikut Kristus.

Sebagai seorang biarawan muda, berkaul sederhana yang sedang menjalani masa TOPP
tentunya dimensi ini dilihat sebagai sebuah forma yang dibuat dalam masa pendidikan. Namun
bagi saya, dimensi ini bukan saja sebagai sebuah forma. Melainkan merupakan sebuah
instrument yang mempunyai fungsi yang besar dalam memurnikan motivasi dan menguatkan
prinsip fundamental yang telah saya pilih dalam menjalani panggilan saya.

Hidup doa dan bimbingan rohani merupakan dua hal penting yang menjadi salah satu
bagian dari dimensi ini. Saya menghayati kedua hal ini sebagai sebuah bagian hidup yang tak
terpisahkan baik itu keadaan saya sebagai seorang awam biarawan yang sedang menjalani
pendidikan sebagai seorang calon imam maupun sebagai seorang awam biasa, seperti para
saudara saya lainnya.

Saya menyadari, bahwa bukanlah sebuah hal yang mudah untuk menjalankan kedua hal
ini dengan sebaik mungkin. Namun bagi saya pengalaman jatuh bangun dalam mengupayakan
sebuah pemurnian diri membawa saya pada sebuah pemahaman penting dalam hidup.
Pemahaman tersebut, yakni setiap kerapuhan dan kelemahan yang saya miliki tidak dapat
dipungkiri sebagai bagian dari keberadaan saya sebagai seorang manusia biasa. Tantangan yang
ada membuat saya sadar, bahwa sebagai seorang saudara saya harus senantiasa berusaha untuk
mengupayakan hal-hal baik yang perlu diwujudnyatakan dalam hidup sebagai buah dari
perkembangan dimensi hidup spiritual.

Saya menyadari, bahwa bulan ini saya tidak begitu penuh mengikuti jadwal doa. Hal ini
terjadi karena berbagai kegiatan yang ada di paroki dan biara menyongsong masa paskah.
Walaupun demikian saya tetap menjalankan doa ofisi secara pribadi. Bimbingan rohani tetap
saya jalankan dan komunikasi dengan pembimbing sampai saat ini masih berjalan dengan baik.
Devosi jalan salib baik itu di paroki maupun di sekolah tetap saya ikuti sebagai salah satu bentuk
perwujudan dari upaya saya untuk menghidupi semangat doa.

Dimensi Intelektual

Sebagai seorang biarawan yang calon imam, dimensi intelektual menjadi sebuah dimensi
yang cukup memiliki peran yang penting. Banyak hal baik yang saya dapatkan selama menjalani
masa TOPP khususnya dalam dimensi intelektual. Pengaktualisasian berbagai ilmu studi yang
telah saya dapatkan selama masa kuliah baik itu filsafat maupun teologi terjadi dengan baik.
Banyak hal yang dapat saya bagikan kepada umat tentang berbagai pemahaman tentang Gereja
khususnya katolik. Selain itu juga, banyak hal baik yang saya dapatkan juga saat berkomunikasi
dengan umat.

Tidak dapat dihindarkan berbagai pengalaman yang kurang mengenakkan tentunya ada.
Namun saya melihat pengalaman-pengalaman tersebut bukanlah sebuah patokan yang harus saya
jadikan sebagai pedoman pengelolaan diri. Saya menjadikan berbagai pengalaman buruk yang
terjadi sebagai sebuah instrumen perbandingan yang dapat memampukan saya untuk lebih bijak
lagi dalam menjalankan dan mengambil sebuah tindakan. Tentunya dalam kehidupan ini kedua
sisi pengalaman ini ada. Namun sikap bijak manusia dibutuhkan sehingga nantinya penyesalan
tidak menjadi bagian dari hidupnya.

Berbagai kegiatan persiapan paskah bulan ini membuat saya tidak terlalu banyak
mengikuti kegiatan-kegiatan yang bersifat menambah wawasan, seperti seminar dan lain
sebagainya. Walaupun demikian saya tetap berusaha untuk membaca buku dan meluangkan
waktu menonton beberapa hal penting di youtube berkaitan dengan penambahan wawasan
tentang ajaran Gereja. Tentunya tindakan ini sangat penting apalagi dalam menjalani masa
TOPP. Banyak hal yang tidak dipikirkan sebelumnya bisa ditanyakan umat.

Dimensi Pastoral

Dimensi pastoral bulan ini berjalan dengan baik dengan berbagai kegiatan pelayanan
pastoral baik itu parokial maupun non-parokial. Bulan ini adalah masa persiapan ujian anak-anak
di sekolah dasar katolik St. Rita Cassia. Banyak proyek pengoreksian dan pengelolaan data
beberapa siswa dan administrasi sekolah yang melibatkan saya. Selain itu juga pengoreksian file
soal ujian juga menjadi bagian dari tugas saya dalam bulan ini. Saya melihat semua kegiatan
yang melibatkan saya menjadi bagian dari pelayanan saya kepada persaudaraan.

Selain kegiatan-kegiatan sekolah tersebut saya juga terlibat dalam beberapa kegiatan
parokial khususnya di bagian liturgi persiapan paskah. Saya diberi tugas untuk membuat buku
panduan perayaan paskah mulai dari minggu palma sampai hari raya paskah. Selain itu juga saya
diminta untuk mendampingi beberapa petugas dalam mempersiapkan diri dan tugas mereka
dalam perayaan liturgy. Walaupun surat ketaatan saya bukan ditujukan kepada paroki, namun
sebagai seorang saudara yang calon imam, saya mencoba untuk mengambil tugas ini sebagai
bagian dari pembentukan diri saya.

Bulan ini saya juga melakukan aksi panggilan ke beberapa sekolah. Adapun beberapa
sekolah yang saya tuju adalah di dalam kota. Banyak hal yang dapat saya bagikan kepada para
siswa SMA-SMK terkait dengan identitas Ordo Saudara Dina Konventual. Saya mendapat
respon positif yang bagi mereka menjadi pengetahuan baru yang baik khususnya bukan saja
sebagai seorang calon postulan melainkan juga sebagai seorang katolik. Sebagai seorang
saudara, saya melihat hal ini sebagai sebuah tugas perutusan yang diberikan persaudaraan kepada
saya tentunya untuk memperkenalkan secara verbal siapa itu Ordo Saudara Dina Konventual.
Banyak hal menarik yang saya dapatkan khususnya dalam memperkuat motivasi dan prinsip saya
untuk menjadi seorang saudara dalam persaudaraan ini.

Anda mungkin juga menyukai