Anda di halaman 1dari 5

PENDIDIKAN AGAMA

“ Peran Orang Muda Katholik untuk Mewujudkan Ke


Bhinekaan dalam Lingkup Kampus ”

DISUSUN OLEH :

TRI WURYANINGSIH (41217320005 )

PROGRAM STUDI TEKNIK


FAKULTAS TEKNIK ARSITEKTUR
UNIVERSITAS MERCU BUANA
BEKASI
Latar belakang
Kita semua tahu, perkembangan zaman serta teknologi sekarang ini telah merubah begitu
banyak hal.Pengaruhnya juga dirasakan oleh para Orang Muda Katolik (OMK) khususnya di
Indonesia. Pengaruh ini ada yang baik sekaligus buruk. Pengaruh baiknya adalah bahwa para
orang muda ini dapat membuat ide-ide kreatif dengan memanfaatkan teknologi yang ada,
dapat mengembangkan gereja melalui sarana komunikasi yang semakin canggih, serta
sebagai sarana penyebaran Injil.

Namun, di sisi lain ada pengaruh buruk yang juga tak boleh luput dari perhatian. Pengaruh
buruk ini dapat berupa berkurangnya frekuensi pertemuan tatap muka, yang bagaimanapun
juga tetap penting untuk dilakukan.Sebab meskipun kita dapat berhubungan lewat media
sosial seperti Whatsapp, Line, dll namun untuk hal – hal mendesak hal itu tidak bisa
dilakukan lewat media sosial.

Perkembangan teknologi juga menyebabkan orang – orang melupakan agama asli mereka.
Pesta pora, perjudian, pergaulan bebas dan berbagai aktifitas lainnya telah melunturkan nilai
– nilai rohanitas dalam diri mereka yang dalam tahap selanjutnya membuat mereka seperti
“menyembah” hal – hal tersebut. Mereka lupa bahwa hal tersebut hanyalah kesemuan belaka,
mereka melupakan Kasih yang nyata dalam diri Yesus Kristus. Hal ini dapat terjadi karena
adanya krisis yang melanda hidup mereka akibat hal – hal buruk yang digamblangkan oleh
teknologi yang semakin liberal terutama dilingkungan kampus

Orang Muda Katolik sekarang pun juga telah memberikan sinyal kebosanan terhadap acara –
acara yang diselenggarakan oleh gereja. Mereka tidak menganggap bahwa hal itu merupakan
acara yang penting. Orang muda sekarang lebih senang untuk mengisi waktu dengan bermain
bersama teman – teman sekolah, kampus, menonton sinetron, atau melakukan hal – hal lain
yang bersifat duniawi. Hal ini jika dibiarkan terus menerus akan memberikan dampak buruk
bagi pewartaan Injil yang menjadi salah satu misi utama gereja.

Hal ini pun juga telah membuat keresahan para pemimpin Katolik. Sejak 1997, Konferensi
Waligereja Indonesia (KWI) melalui Surat Gembala Prapaskah telah menyerukan
keprihatinan terhadap rusaknya keadaban publik, khususnya berupa kerusakan moral hampir
di segala bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Ini menjadi sesuatu
yang harus disikapi secara serius. Kita tentu tidak ingin gereja – gereja di Indonesia menjadi
seperti di Eropa yang mana hanya orang – orang lanjut usia saja yang mengikuti misa
biasa.Gereja hanya ramai disaat misa besar atau saat ada upacara pembaptisan/ kematian.
Sungguh sebuah pemandangan yang sangat ironis. Tentu kita sebagai generasi penerus tak
ingin gereja kita di Indonesia menjadi seperti itu kan? Lalu pertanyaannya, apa yang harus
kita lakukan?

Dari gereja sendiri, harus lebih aktif lagi untuk menggalakkan acara – acara yang melibatkan
kaum muda. Pernyataan ”orang muda hanya bertugas jaga parkir” harus dihilangkan secepat
mungkin. Orang muda juga harus berperan dalam struktur kepengurusan gereja dan juga
dalam proyek – proyek yang dicanangkan oleh gereja itu sendiri. Dalam hal ini, gereja dapat
bekerjasama dengan lingkungan untuk membuat acara – acara yang dapat mewadahi kaum
muda untuk berkarya seperti rekoleksi, retret,latihan koor, legio Maria, dll. Diharapkan
dengan diselenggarakannya acara – acara tersebut dapat semakin mengaktifkan peran kaum
muda di gereja. Selain acara – acara yang bersifat rohaniah seperti di atas gereja juga dapat
membuat acara yang bersifat sosial seperti penyuluhan, bakti sosial, maupun latihan
kepemimpinan untuk melatih skill serta kepekaan mereka terhadap kondisi sosial yang ada.
Bahkan mungkin jika memungkinkan, gereja dapat bekerjasama dengan para keluarga untuk
menemukan solusi terbaik bagi putra – putrinya, karena orang tua pasti tahu apa yang
disenangi oleh anak – anak mereka yang selanjutnya dapat dijadikan bahan referensi.

Dari sisi kaum muda itu sendiri, juga jangan acuh tak acuh terhadap acara gereja tersebut.
Percuma jika hanya gereja saja yang aktif, tetapi kita sebagai kaum muda tak peduli terhadap
hal tersebut. Komunikasi dua arah sangat diperlukan untuk mensinambungkan hal ini agar
menjadi lebih baik. Kepengurusan organisasi yang tertata rapi juga dapat lebih
mempermudah kinerja pada prakteknya. Hal ini yang masih harus perlu ditingkatkan saat ini.
Kita juga harus sadar bahwa kita menjadi ”ujung tombak” pewartaan iman gereja. Jika hal ini
tidak dapat tercapai, bukan tidak mungkin akan muncul ketidakharmonisan serta
ketidakaturan dalam hidup menggereja, yang pada akhirnya dapat membuat gereja menjadi
mati karena kekurangan daya.

Kita ini adalah kaum minoritas, jadi jangan semakin menenggelamkan diri sendiri. Status ini
hendaknya membuat kita sadar tentang pentingnya keberadaan kita dalam hidup menggereja.
Semoga ke depannya kaum muda ini dapat menjadi orang – orang yang produktif dan dapat
menghasilkan sesuatu dari usaha dan kerja keras mereka.

Oleh karena itu saya membuat refleksi yang berjudul “Peran orang muda katholik untuk
mewujudkan ke bhinekaan dalam lingkup kampus “
Refleksi Peran Orang Muda Katholik untuk Mewujudkan Ke Bhinekaan dalam
Lingkup Kampus
Bicara mengenai suatu keyakinan, saya terlahir dari keluarga yang memeluk agama Katholik.
Namun, banyak dari saudara saya yang memeluk kepercayaan lain. Karena itulah saya
tumbuh menjadi anak yang dapat menerima berbagai perbedaan dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu factor lain yang membuat saya semakin menghargai perbedaan tersebut karena di
daerah tempat tinggal saya mayoritas penduduknya memeluk kepercayaan lain. Dengan
predikat kaum minoritas tidak membuat saya berkecil hati.
Sedari kecil saya sudah bersekolah di sekolah negeri, sehingga untuk pembelajaran
pendidikan agama Katholik harus dipisah dan tidak se intens mata pelajaran lainnya. Waktu
SMP guru agama saya pernah berkata kepada saya dan teman lainnya bahwa minoritas tidak
akan menghalangi saya untuk mencapai apa yang saya inginkan, justru itu bisa memotivasi
untuk bisa berkarya dengan baik dan menjadi garam sekaligus terang dunia bagi orang-orang
disekitar. Sejak saat itu saya mulai berpikir untuk dapat berprestasi dan dapat berguna bagi
orang lain.
Saya mulai aktif dalam lingkungan ditempat tinggal saya dengan ikut kegiatan kepemudaan.
Dan juga Puji Tuhan saya bisa mengimbanginya dengan prestasi disekolah yang terbilang
cukup baik. Saat ini saya tengah melanjutkan pendidikan di Universitas Mercu Buana Bekasi
yang mana disini juga tidak berbeda jauh dengan sekolah saya dulu. Meskipun saya dikelas
sebagai minoritas tetapi saya bisa membaur dengan teman-teman saya dan juga bisa
memotivasi mereka untuk dapat aktif dan tetap mengikuti perkuliahan, karena saya masuk
dalam program kelas karyawan. Yang mana hanya melaksanakan tatap muka perkuliahan
satu minggu sekali pada hari Sabtu, jadi mau tidak mau saya harus mengimbangi tugas dan
pekerjaan dengan baik. Oleh sebab itu saya juga harus menyemangati teman-teman lainnya
untuk tidak menyerah.
Dalam lingkup kampus sendiri saya mencoba untuk dapat terus aktif mengikuti perkuliahan
dan juga aktif untuk menangkap informasi mau isu-isu yang berkembang didalam lingkungan
kampus. Berusaha menjadi teladan bagi teman-teman lainnya dengan selalu menangkap
informasi terbaru yang ada dikampus meruakan salah satu wujud nyata dari peran saya
sebagai mahasiswa di lingkungan kampus. Selain bagi sesame mahasiswa, peran lain yang
mungkin dapat bermanfaat dilingkungkan kampus salah satunya adalah dengan disiplin, tepat
waktu, serta selalu menjaga kebersihan dilingkungan tempat saya menimba ilmu. Terlihat
sederhana namun jika itu dilakukan oleh banyak orang maka sudah bisa dipastikan dapat
meringankan beban dari dosen dan petugas kebersihan juga.
Kesimpulan

Hidup menggereja adalah hidup dalam persekutuan iman, hidup dalam iman yang
utuh, satu dan bersekutu.persekutuan iman ini melibatkan umat manusia pada umumnya yang
bersatu dalam persekutuan gereja. Kaum muda yang menjadi tiang tengah gereja harus
mampu mengemban misi gereja sebagai pewarta kabar gembira dan pembawa damai.
Dalam komunitas umat, kaum muda harus mengambil silkap yang tepat, siap untuk
melibatkan diri dalam berbagai kegiatan rohani, seperti menjadi anggota mudika, aktif dalam
tanggungan liturgy, kaum muda yang berkompeten harus bisa menunjang, mengembangkan
komunitas umat basis untuk lebih maju.
Dalam kehidupan sehari-hari kaum muda tak pernah lepas dari masalah.
Permasalahan itu muncul akibat kecenderungan kaum muda dalm mengutamakan keinginan
mereka. Kaum muda enggan dalam menjalankan kegiatannya sesuai norma dan hokum yang
berlaku, akibat dari itu keputusan yang diambil tidak melalui pertimbangan yang matang.
Permasalahan ini hanya dapat teratasi atsa dasr kesadaran pribadi kaum muda itu sendiri.
Kesadaran itu muncul kalau mereka dididik, dibimbing, diarahkan tentang arti hidup dan
kehidupan yang sesungguhnya. Kaum muda ini tengah mengalami transsisi yang menyeluruh
di tengah-tengah masyarakat dunia. Jka kemudian mereka mengalami loncatan cultural, maka
kekhatolikan pu akan mengalami pegeseran yang jauh mulai dari pergeseran lahiriah
kemudian pergeseran iman hingga filsafat dan teologinya.
Kaum muda yang berperan sebagai murid Yesus adalah kam muda yang mampu
mewartakan kerejaan Allah, mewartakan tentang kebenaran, mewartakan kedamaian,
memberikan kekuatan kepada yang sedang mengeluh, memberikan pertolongan kepada yang
sedang meminta, menjadi teladan di tengah-tengah gereja dan masyarakat dan harus dapat
memberikan berbagai pelajaran yang berharga buat orang lain. Kaum muda yang menjadi
garam dan terang di tengah-tengah dunia harus mampu menjalankan amanat Yesus dan harus
siap untuk bersaksi atas nama yesus, diri Yesus dan kehidupan Yesus serta segala perkataan
yang keluar dari mulut Yesus.

Saran
Diharapkan dengan refleksi ini dapat membantu pembaca khususnya orang muda katolik .
Karena pentingnya keberadaan kaum muda dalam gereja
katolik, maka perlu pendampingan terhadap orang muda katolik atau OMK. Sehingga, orang
muda katolik dapat menjadi terang dan garam di masyarakat,lingkungan dan negara

Anda mungkin juga menyukai