Anda di halaman 1dari 2

Refleksi Retret dan Hari Pembinaan Komunitas

Fr. Mikhael Wicaksono B

Saya telah mengikuti retret bersama dengan Romo Rudi pada awal semester ini. Tema
retret kali ini mengulas tentang dimensi manusiawi sebagai calon Iman atau formandi. Romo
Rudi, sebagai pembimbing retret menunjukkan kepada kami tentang teladan-teladan dari para
rasul sebagai tokoh tokoh utama yang hidupnya dekat dengan Yesus. Panggilan dari Para Rasul
pun bermacam-macam. Saya tertarik untuk melihat panggilan Andreas dan Petrus. Ketika
dipanggil oleh Yesus, Petrus dan Andreas seketika langsung meninggalkan seluruh pekerjaan
mereka dan mengikuti Yesus. Akan tetapi sekalipun demikian, Mereka tetap memerlukan proses
untuk menjadi rasul Tuhan. Saya melihat misalnya ketika Petrus jatuh dalam penyangkalan
sebagai murid-Nya. Ini menunjukkan betapa terbatasnya dirinya pada dimensi manusiawi.
Ternyata proses menjadi murid Tuhan perlu melibatkan dimensi manusiawi yang matang pula.
Akhirnya Petrus bertobat dan menjadi murid yang setia kepada Tuhan hingga pada akhir
hidupnya. Inilah sekiranya yang menunjukkan kepada saya tentang jati diri seorang calon Imam
yang masih berjuang untuk mencapai hidup yang benar sebagai murid Tuhan.
Selanjutnya saya juga mengikuti HPK atau Hari Pembinaan Komunitas. HPK kali ini
berbeda dengan dinamika HPK pada tahun pembinaan sebelumnya. Kali ini kami sungguh-
sungguh dilatih untuk memiliki visi Imamat yang lebih jelas. Saya memilih untuk berlatih di
bidang katekese, sebenarnya harapan saya adalah untuk menjadi guru di sekolah non katolik,
agar saya dapat membantu iman teman teman remaja atau anak agar dapat mempertahankan
iman mereka di tengah kehidupan masyarakat khususnya di dalam sekolah. Tetapi kenyataannya
saya diletakkan menjadi seorang katekis di Pohsarang kediri bersama dengan Bp. Daniel,
seorang katekis keuskupan yang sudah pensiun (secara de iuris). Tetapi kenyataannya pekerjaan
menjadi katekis tidaklah pernah mencapai kata pensiun. Mengelola Gua Maria Pohsarang,
menjadi pengajar di stasi, dan yang lainnya adalah hal-hal yang masih beliau laksanakan. Saya
tinggal di sana dalam 5 hari. Di waktu senggang saya biasanya menghabiskan waktu pagi hari
saya untuk membantu membersihkan rumah atau membersihkan Gua Maria Pohsarang. Saya ikut
membantu karyawan dan mengobrol dengan mereka tentang hidup mereka. Setalah itu, di sore
atau malam hari biasanya ada diskusi/ rapat yang diikuti oleh Pak Daniel dan beberapa pengurus
stasi Pohsarang. Saya dilibatkan, tetapi saya tetap harus menyembunyikan identitas saya sebagai
seorang calon Imam. Demikianlah kiranya peristiwa yang saya alami selama HPK dan Retret.
Dari semua peristiwa itu, saya belajar untuk menjadi pribadi yang mampu mengolah diri
untuk siap menjadi pelayan Tuhan. Dari sini saya belajar pula untuk menjadi pribadi yang
dengan rendah hati menerima seluruh keputusan yang diberikan pimpinan kepada saya. Saya
mendapat banyak makna dari peristiwa ini. Saya juga melihat banyak realitas yang terjadi di
dunia secara langsung yang tidak saya dapatkan di bangku perkuliahan. Misalnya tentang
bagaimana melihat kondisi karyawan, bagaimana perjuangan membela iman di tengah
masyarakat majemuk, bagaimana mengupayakan persaudaraan dan toleransi dengan dialog
agama sekitar, dll. Inilah yang membawa saya pada gambaran imamat saya. Saya mengakui
gambaran imamat saya masih berupa fragmen dan belum mencapai gambaran utuh tentang
Imamat. Saya kira ini memang sebuah proses panjang. Sudah ada banyak sekali fragmen
fragmen dari visi Imamat yang perlahan saya kumpulkan. Demikianlah saya diajak untuk
menggabungkan seluruh visi dan gambaran imamat demi mencapai kesiapan menjadi pelayan
Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai