Anda di halaman 1dari 88

Diktat PI Pribadi

(Mengabarkan Injil secara Pribadi = MIP)

Oleh
Tjahyadi Chandra, M.Th.

STT Kharisma
2014

1|PI PRIBADI
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN

I. METODE MENGABARKAN INJIL – SECARA PRIBADI (MIP)


1. Contoh-contoh MIP dalam PB
2. Contoh-contoh MIP yang dapat dipakai di Indonesia
3. Tanggung Jawab Umum
4. Beberapa petunjuk pokok

II. FUNGSI TEOLOGI DALAM PEMBERITAAN INJIL


PENDAHULUAN (Ada 7 Sifat Yang Terdapat di dalam Amanat Agung)
1. Pokok-pokok Teologi Sistematik
2. Strategi dan Metode PI
3. Pengaruh Pemahaman Teologi Dalam Keberhasilan PI
Kesimpulan

III. DASAR ALKITAB TENTANG MISI DALAM KONTEKS PERKOTAAN

1. Misi Dalam Alkitab


Misi Dalam PL
Misi Dalam PB
Perintah Amanat Agung
Menurut Matius
Menurut Markus
Menurut Lukas
Menurut Yohanes
Menurut Kisah Para Rasul

2. Metode Tuhan Yesus Dalam Melaksanakan Misi-Nya


Berjalan keliling kota dan desa
Kontekstualisasi

3. Misi Dalam Konteks Perkotaan


Kota dan Persoalannya
Relevansi Pelayanan Tuhan Yesus Bagi Misi Perkotaan
Penutup

IV. MENGAKTUALKAN PELAYANAN KRISTEN YANG HOLISTIK


DALAM KONTEKS INDONESIA
Pelayanan Holistik Dalam Konteks Indonesia
Titik Tolak Pelayanan Holistik
Missio Dei Sebagai Inti Pelayanan Kristen (Gereja)
Pengertian Pelayanan Holistik
Aktualisasinya Dalam Pelayanan Kristen

2|PI PRIBADI
1. Pendekatan Kontekstual.
2. Aktualisasi Pelayanan Holistik Berada di tangan Gereja
3. Aktualisasi Pelayanan Holistik Dapat Berlangsung, jika Gereja bersedia menarik
perlayanan yang berkaitan dengan pelestarian alam/lingkungan hidup.
4. Untuk Jangka Panjang, Gereja dapat menangani pelayanan holistic dengan
mendukung warganya belajar di berbagai bidang disiplin ilmu
Kesimpulan

V. PERANAN ORANG PERCAYA DALAM PERTUMBUHAN GEREJA


1. Siapakah orang percaya ?
2. Mempersiapkan orang percaya berperan

VI. PERANAN ROH KUDUS BAGI ORANG PERCAYA DALAM PENGINJILAN


Misi Jemaat
1. Penginjilan
2. Pembinaan Waerga Jemaat
3. Penyembahan
4. Kebajikan
5.
VII. PEMUDA DAN PERUBAHAN ZAMAN

VIII. TUHAN INGIN INDONESIA MENJADI RAHIM KEBANGUNAN ROHANI


Enam Kesalahan Masa Kini Tentang Kebangunan Rohani

IX. PERSIAPAN SEBAGAI PENGINJIL PRIBADI

X. DAFTAR PUSTAKA

3|PI PRIBADI
PENDAHULUAN

Mengabarkan Injil secara pribadi (MIP) adalah pemberitaan Injil dalam hidup sehari-
hari, dimana seorang yang telah mengenal Kristus berupaya memperkenalkan Kristus kepada
orang lain dan mengajaknya menerima Kristus. Lalu orang yang baru menerima Kristus itu
dibimbing menjadi saksi Kristus pula.
Tidak ada dua orang yang sama, karena itu tidak ada pula satu metode MIP yang berlaku
bagi semua orang. Setiap orang mempunyai kepribadian sendiri. Mereka harus didekati sesuai
dengan kepribadiannya. Sangat berbahaya menganggap hanya ada satu metode yang terpaksa
harus menjadi pedoman bagi setiap orang.
Kepribadian sukar dirumuskan. Unsur kepribadian antara lain adalah akal atau
kecerdasan, perasaan, dan kemauan. Karena itu penginjil harus berusaha mengkomunikasikan
Injil kepada akal seseorang, sehingga perasaannya digerakkan, dan kemauannya diserahkan
kepada Yesus Kristus. Manusia tak mungkin mengemban tugas ini dengan kepandaiannya
sendiri. 'Kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah.' (2Korintus 3:5)
Karena itu kita harus belajar mengenal kepribadian seseorang, dan menyesuaikan pola
pendekatan dan bobot berita Injil yang akan kita sampaikan dengan kepribadian orang itu.
Tentang hal ini Paulus berkata, 'Aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku
boleh memenangkan sebanyak mungkin orang' (1Korintus 9:19-23). Kita tak boleh terpaku
mengandalkan satu metode tertentu, melainkan menerapkan prinsip-prinsip umum dengan
menyesuaikannya pada kebutuhan dan kepribadian orang-seorang.
Namun ada sifat-sifat tertentu yang umum pada semua orang. 'Seperti air mencerminkan
wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu' (Amsal 27:19). Dengan kata lain,
kita sering melihat diri kita sendiri tercermin dalam diri sesama kita. Sering reaksi kita sama
dengan reaksi mereka, dan perasaan kita sama dengan perasaan mereka. Maka dalam melakukan
pendekatan kepada mereka, kita dapat mempertimbangkan reaksi dan perasaan mereka dengan
menempatkan diri kita pada posisi mereka sebagai pendengar berita Injil. Dalam menjalankan
MIP kita harus selalu memakai metode yang sesuai dengan kepribadian kita sendiri dan juga
dengan kepribadian orang yang kita injili. Janganlah meniru metode orang lain kalau itu
membuat kita canggung dan kikuk.

I. METODE MENGABARKAN INJIL - SECARA PRIBADI (MIP)

1. Contoh-contoh MIP dalam Perjanjian Baru

Tuhan Yesus dengan wanita Samaria (Yohanes 4)


Ada beberapa hal yang penting kita perhatikan dalam metode Yesus dalam peristiwa ini.
Yesus sengaja mencari wanita itu (Yohanes 4:4).
Yesus tidak terikat pada tradisi dan tidak terpengaruh oleh diskriminasi rasial (Yoh. 4:9).
Yesus memilih waktu yang tidak akan menimbulkan salah paham (4:6). Sebaiknyalah
melakukan MIP kepada teman sejenis untuk menghindari motif kita disalahtafsirkan
(1Tes. 5:22; 2 Kor. 6:3).
Yesus seorang diri bercakap-cakap dengan pendengar-Nya (Yohanes 4:8).
Pendekatan Yesus pada hal rohani adalah wajar dan bijaksana; misalnya, Ia minta
tolong pada wanita itu (Yohanes 4:7) dan barulah Dia mengarahkan percakapan dari air
minum kepada air hidup.

4|PI PRIBADI
Yesus tidak dibelokkan dari tujuan-Nya oleh pertanyaan mengenai agama (Yoh. 4:20-24)
Yesus memaparkan rahasia keinginan hati perempuan itu (Yohanes 4:15).
Yesus menunjuk kepada dosanya (Yohanes 4:16-18).
Yesus memperkenalkan diriNya sebagai Mesias (Yohanes 4:26). Tujuan MIP ialah
membawa orang ke dalam persekutuan dengan Kristus.

Filipus dengan orang Etiopia (Kisah Para Rasul 8:26-40)


Dalam peristiwa ini juga ada beberapa hal penting yang perlu kita pelajari.
Filipus dipimpin oleh Roh Kudus kepada orang yang dipersiapkan sendiri oleh Roh (Kis.
8:26,29,30).
Filipus segera menanggapi pimpinan Roh Kudus (Kisah Para Rasul 8:30).
Filipus membuka pembicaraan dengan suatu pertanyaan (Kisah Para Rasul 8:30).
Filipus menyimak pada persoalan orang Etiopia itu sebelum menanggapinya (Kis. 8:34).
Filipus menerangkan tentang Yesus dari Firman Tuhan (Kis. 8:35).
Setelah orang Etiopia itu mengaku percaya, Filipus membaptiskannya (Kisah Para Rasul
8:36-38). Kepercayaannya diteguhkan dalam kesaksian baptisannya di depan pelayan-
pelayannya.
Usai tugasnya, Filipus tidak nampak lagi (Kisah Para Rasul 8:39).
Orang yang baru menerima Kristus berjalan pulang dengan sukacita (Kis. 8:39).

2. Contoh-contoh MIP yang dapat dipakai di Indonesia

Dalam suasana kebebasan beragama di Indonesia, dan dalam rangka toleransi beragama
serta saling menghormati antar sesama umat beragama, nampaknya mengabarkan Injil secara
pribadi adalah yang paling 'bersahabat'. MIP dalam pola komunikasi persahabatan bisa
berlangsung di mana saja. Tidak memerlukan alat-alat, gedung gereja, lembaga organisasi
maupun acara dan tata kebaktian. Yang kita butuhkan adalah bimbingan Roh Kudus dan
keyakinan kita pribadi, bahwa Tuhan berkenan memakai kita sebagai utusan-Nya (2 Kor. 5:20).

Dalam rangka itu kita dapat mengabarkan Injil:

Di rumahtangga.
Di rumahtangga kita sendiri maupun tetangga atau orang lain, kita dapat memakai MIP
(Kisah Para Rasul 20:20; Lukas 10:38,39). 2Raja-raja 5:1-5 menceritakan seorang pelayan
membawa tuannya kepada Tuhan. Andreas membawa Petrus kepada Kristus (Yohanes 1:40-42).
Apakah ada anggota keluarga kita yang belum percaya? Bagaimana pula dengan pembantu kita?
Dalam MIP perilaku pribadi sebagai penginjil mempunyai peranan yang sangat penting,
teristimewa dalam lingkungan rumah dan keluarga sendiri. Kalau ucapan kita tidak selaras
dengan perbuatan kita, mereka tidak akan mau mendengarkan berita Injil.
Di Sekolah Minggu atau kelompok studi Alkitab ataupun katekisasi.
Kita dapat menciptakan kesempatan untuk bicara dengan murid Sekolah Minggu, seorang
demi seorang dan membimbing mereka kepada pertobatan dan iman akan Yesus Kristus. Kita
dapat mengundang mereka datang ke rumah kita, atau bicara dengan mereka seusai kebaktian
Sekolah Minggu.
Seusai kebaktian gereja.

5|PI PRIBADI
Kalau ada tamu atau pengunjung gereja yang kita anggap belum percaya, maka
kesempatan seusai kebaktian Minggu merupakan kesempatan yang baik untuk berbicara dengan
mereka. Kesempatan tersebut tepat untuk membicarakan tentang kepercayaan kepada Yesus.
Sayang sekali, umumnya suasana usai kebaktian cukup ramai, sehingga sukar mengajak orang
membicarakan hal-hal rohani.
Kebaktian khusus seperti perayaan Natal dan Paskah, yang biasanya dirayakan bersama
undangan, adalah kesempatan yang sangat baik untuk bicara dengan orang yang belum percaya.
Dalam perjalanan.
Bis atau kereta api adalah tempat dimana kita bertemu dengan masyarakat untuk jangka
waktu yang cukup panjang. Sewaktu menunggu kendaraan, kita dapat berdoa supaya Tuhan
memimpin kita kepada orang yang sudah dipersiapkan oleh Roh Kudus.
Di tempat kerja (Matius 9:9).
Ini merupakan lapangan yang luas dan mempunyai tuntutan yang sangat berat. Teman
sekerja tidak akan mengindahkan ucapan kita kalau kelakuan kita tidak baik, atau kalau kita
malas bekerja. Hidup pribadi kita adalah kesaksian yang paling efektif karena kita tidak bisa
menggunakan jam kerja untuk mengabarkan Injil.
Kepada orang sakit (Markus 2:1-12; Yohanes 9:1-7, 35-38).
Mengunjungi pasien-pasien di rumah sakit merupakan upaya mengabarkan Injil yang
sangat mengesankan. Kalau kita belum mengenal penderita, maka kita harus minta izin lebih
dahulu dari rumah sakit itu. Kita wajib menaati segala peraturan yang berlaku.

3. Tanggung Jawab Umum


Setiap orang Kristen dipanggil untuk menjadi saksi Yesus Kristus (Kisah Para Rasul 1:8).
Masing-masing bertanggung jawab mengupayakan orang lain bagi Kristus. Ini tidak berarti
bahwa kita harus bersaksi tentang Kristus kepada setiap orang yang kita jumpai. Adalah
bijaksana sekali kalau kita berdoa, memohon supaya Tuhan menunjukkan kepada kita seseorang
-- mungkin teman, tetangga, teman sekerja ataupun anggota keluarga kita sendiri. Kita
mempunyai paling sedikit empat kewajiban terhadap orang yang akan kita bawa kepada Kristus.

Berdoa
Catatlah namanya (atau nama mereka) dan doakanlah dengan teratur, khususnya
memohon supaya mereka bertobat.
Teladan
Mereka akan segan dan tak acuh mendengar kata-kata kita mengenai Yesus Kristus, jika
mereka tidak lebih dulu menyaksikan Yesus dalam hidup kita. Teladan kekristenan tidak dapat
dipaksakan atau dibuat- buat, melainkan wajar. Bahkan kita sendiri sukar menyadarinya (Matius
5:16), karena itu adalah dampak dari hidup pribadi kita dengan Kristus.
Bersahabat
Kita wajib mengasihi sesama sebagai insan pribadi yang patut dihargai dan dihormati.
Jadi bukan karena data statistik, yaitu seolah-olah dia tidak lebih daripada satu orang yang harus
diselamatkan terlepas dari kepribadiannya seutuhnya.
Bila kita mau menjadi sahabat seseorang, kita wajib berbicara kepadanya tentang Kristus.
Persahabatan Kristen yang sungguh membutuhkan banyak waktu dan adalah tantangan hebat
bagi kita. Sebelum membicarakan secara khusus mengenai pertobatan dan ihwal kekristenan
dengan seorang sahabat, kita dapat membawa dia ke gereja atau ke suatu kebaktian lain untuk
mendengarkan Injil. Juga meminjamkan atau menyarankan dia membaca buku Kristen.

6|PI PRIBADI
Bersaksi
Doa, teladan hidup praktis, dan persahabatan meskipun sangat perlu, tidaklah
membebaskan kita dari kewajiban memberi kesaksian pribadi tentang Kristus kepada sahabat
kita. Cepat atau lambat kesempatan itu akan datang. Tidak dapat dipaksakan, karena justru kurun
waktu ini adalah masa yang mencemaskan. Baiklah kita menunggu kesempatan itu dengan doa
dan pengharapan, dan bila tiba waktunya gunakanlah segera.

4. Beberapa Petunjuk Pokok

Metode mengakabarkan Injil – secara pribadi (MIP)


Prinsipnya orang lain harus didekatkan sesuai dengan kepribadiannya. Manusia tidak
sanggup memahami setiap pribadi (kecerdasan, perasaan dan kemauan), selain dari pertolongan
dari Allah.
Namun ada sifat-sifat tertentu yang umum pada semua orang. “Seperti air mencerminkan
wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu' (Amsal 27:19). Dengan kata lain,
kita sering melihat diri kita sendiri tercermin dalam diri sesama kita. Sering reaksi kita sama
dengan reaksi mereka, dan perasaan kita sama dengan perasaan mereka. Maka dalam melakukan
pendekatan kepada mereka, kita dapat mempertimbangkan reaksi dan perasaan mereka dengan
menempatkan diri kita pada posisi mereka sebagai pendengar berita Injil. Dalam menjalankan
MIP kita harus selalu memakai metode yang sesuai dengan kepribadian kita sendiri dan juga
dengan kepribadian orang yang kita injili. Janganlah meniru metode orang lain kalau itu
membuat kita canggung dan kikuk.
Tanggung jawab umum dari pemberita Injil adalah :
- Berdoa baginya
- Jadilah teladan
- Jadilah sahabatnya
- Bersaksi tentang apa yang Kristus perbuat bagi saya

Kalau kesempatan itu sudah tiba, beberapa petunjuk pembimbing bisa dijadikan sebagai
pedoman.
A. Carilah tempat dan waktu yang tenang untuk bicara
Hindarilah hal-hal yang dapat mengganggu pembicaraan itu.
B. Sediakan Alkitab
Alkitab mutlak harus ada, guna memungkinkan kita dapat bersama-sama melihat
ayat-ayat inti. Dari awal pembicaraan harus jelas, bahwa berita yang kita
sampaikan bukan dari diri kita sendiri, melainkan Firman yang berasal dari Tuhan.
Tujuan kita ialah, supaya Tuhan sendiri yang berbicara kepada sahabat itu dengan
perantaraan Firman-Nya.
C. Berita jelas dan sederhana
Sebisa-bisa mungkin pemberitaan kita jelas, sederhana dan mudah dipahami. Mungkin
sang sahabat sedang menghadapi suatu soal atau kesukaran. Kita tidak boleh masa
bodoh terhadap hal itu. Kita harus turut prihatin merasakannya. Namun kita harus
berusaha supaya tidak menyimpang dari pokok berita yang kita sampaikan. Kita
harus terus melanjutkan percakapan tentang Kristus dan kebutuhan kita akan Dia.
D. Lugas dan sopan
Jangan lupa, seorang yang belum percaya masih 'buta'. Adalah suatu kebodohan

7|PI PRIBADI
kalau kita kehilangan kesabaran karena ia 'buta' sehingga tidak dapat melihat.
Baiklah kita berusaha tidak marah. Juga menghindari perdebatan apalagi
perbantahan. Kalau dia tak dapat atau sukar mengerti apalagi setuju, bahkan kalau
nampak ia tidak sungguh- sungguh mencari Tuhan, baiklah dulu menghentikan
percakapan itu. Dalam hal demikian kita dituntut berdoa lebih banyak, sambil
menunggu kesempatan untuk bersaksi lagi.
E. Kesaksian pribadi menopang dan menghidupkan pemberitaan
Kita dipanggil bukan melulu hanya untuk menjelaskan siapa Kristus, apa yang telah
dikerjakan Kristus dan apa yang dapat diperbuat-Nya untuk sahabat kita. Tapi kita
juga wajib memberikan kesaksian kita pribadi tentang pengalaman kita sendiri
dengan Kristus.
F. Tetap memandang kepada Tuhan selama percakapan
Hanya Roh Kudus-lah yang dapat membuka mata hati orang yang belum percaya.
Kiranya Tuhan berkenan menggunakan kata-kata kita membuka mata. rohani orang itu,
dan baiklah kita ingat bahwa kita adalah alat Tuhan. Tuhan sendirilah yang dapat
membuka mata hati orang yang “buta” itu.
Ada banyak cara untuk memberitakan Injil. Namun perlu kita sadari, bahwa masalah
orang-orang yang membutuhkan berita Injil adalah bermacam-macam. Kepribadian mereka juga
bermacam-macam. Karena itu pola pengabaran Injil harus lugas dan bervariasi, tidak boleh kaku
dan terpaku pada satu metode.
Sekalipun demikian kita akan tertolong bila mengingat, bahwa orang yang mau datang
kepada Kristus pada dasarnya menempuh tahapan-tahapan seperti dikemukakan di bawah ini.
Juga penting sekali mengingat beberapa ayat yang terkait dengan tahapan-tahapan itu:
1.Sesuatu untuk diakui.
2.Sesuatu untuk dipercayai.
3.Sesuatu untuk dipertimbangkan.
4.Sesuatu untuk diperbuat.

F.
1. Sesuatu untuk diakui: bahwa kita adalah orang berdosa dan memerlukan penyelamatan
Menurut Firman Allah, kita adalah orang-orang yang:
a. Berdosa.
Alkitab memberi arti negatif, “dosa” adalah kegagalan (Roma 3:22,23), dan “dosa”
adalah pemberontakan melawan Tuhan dan kekuasaan-Nya (1Yohanes 3:4; bnd Matius
22:36-40).
b. Bersalah.
Dosa-dosa kita mengakibatkan kita jatuh di bawah pengadilan Allah yang adil, dan
menjauhkan kita dari Dia (Yesaya 59:1,2; Filemon 6:23).
c. Tak berdaya.
Kita tak berdaya untuk menyelamatkan diri kita sendiri. Apa pun usaha kita, dan
betapa kerasnya pun kita berusaha, kita pasti gagal; kebenaran dan kesalehan kita tidak
bersih di mata Allah Yang Mahakudus (Yesaya 64:6). Karena itu tak seorang pun dapat
selamat oleh perbuatan baiknya (Efesus 2:8,9). Justru kita
memerlukan juruselamat.

8|PI PRIBADI
2. Sesuatu untuk dipercayai: Yesus Kristus datang dan mati untuk menjadi Juruselamat
kita . Orang bisa saja mengakui bahwa dia membutuhkan juruselamat. Tapi pengakuan
itu belum cukup. Dia harus percaya bahwa Yesus ialah Juruselamat satu-satunya yang dia
perlukan. Kemampuan Yesus menyelamatkan baru jelas bila seorang mengerti siapa Dia
dan apa yang telah Dia perbuat.
1.Yesus adalah Tuhan dan manusia sekaligus (1Timotius 2:5,6).
2.Yesus telah mati untuk dosa-dosa kita (Yesaya 53:5,6; 1Petrus 2:24; 3:18).

3. Sesuatu untuk dipertimbangkan: Kristus bukan hanya Juruselamat kita, tapi juga
Tuhan kita. Orang Kristen menyerah tanpa syarat kepada Kristus, sesuai dengan
kepribadian Kristus. Artinya, kita tidak boleh mengambil dan memilih hanya segi-segi
tertentu saja dari Kristus, dan menyerahkan diri hanya pada segi-segi tertentu itu karena
kebetulan cocok dengan selera kita sendiri. Itu sama sekali tidak boleh, karena Yesus
adalah Juruselamat sekaligus Tuhan dan Raja, yang tuntutan dan kedaulatan-Nya mutlak
atas hidup kita seutuhnya.
Penyerahan yang benar dan sungguh, mustahil tanpa:
1. Pertobatan.
Kita harus berbalik dari dosa-dosa lama maupun dari dosa-dosa kini yang biasa kita
lakukan (Kisah Para Rasul 3:19).
2. Penyerahan diri.
Kita harus menyerahkan diri kepada kuasa Kristus untuk hidup kita selanjutnya
(Markus 8:34; Yohanes 13:13; Lukas 14:25-35).

4. Sesuatu untuk diperbuat: menyerahkan diri kita kepada Kristus sebagai Juruselamat
pribadi dan Tuhan.
Penyerahan diri meliputi baik mempercayai Kristus dan mempercayakan diri kepada Dia
sebagai Juruselamat, sekaligus pasrah berserah kepada Dia dan mematuhi-Nya selaku
Tuhan.

Dalam Perjanjian Baru, “penyerahan diri” diuraikan dalam dua sisi:


1. 'Datang' kepada Kristus, supaya Dia menerima kita (Matius 11:28; Yohanes 6:37).
2. 'Menerima' Kristus, supaya Dia datang kepada kita (Yohanes 1:12; Wahyu 3:20).
Kalau kita yakin bahwa sahabat itu sudah siap untuk bertobat, maka baik sekali
mengajak dia berdoa pada saat itu juga. Tapi janganlah memaksa dia mengambil langkah
itu. Kalau dia belum yakin, maka bijaksana sekali mempersilakan dia pulang untuk
mengambil keputusan sendiri. Jika yang terjadi adalah demikian, mohonlah supaya dia
memberitahu bila dia telah mengambil keputusan. Kalau dia berjanji akan memberitahu
kemudian, buatlah perjanjian (sebelum dia pergi) untuk bertemu lagi.

Jim Petersen dan Mike Shamy, perintis pelayanan The Navigator, dalam bukunya
Menjadi Garam dan Terang bagi Kalangan Terdekat, memberikan pola hidup agar kita menjadi
saksi-Nya.
Pertama, mengambil prakarsa-prakarsa kecil. Dengan memberikan sapaan dan menyebut nama,
dari sana kita bisa masuk ke hubungan dan komunikasi yang lebih dalam dengan orang lain.

9|PI PRIBADI
Kedua, berdoa dan memberi tanggapan. Berdoa bagi lingkungan kita, mengartikan kita berserah
kepada Allah dan Allah saja yang memimpin keberhasilan kita. Juga diperlukan ketekunan atas
apa yang sudah kita doa-doakan.
Ketiga, melayani orang lain. Kristus akan tampak nyata, saat kita melayani, dengan memenuhi
kebutuhan orang lain.
Keempat, mempercakapkan iman. Dengan komunikasi yang terbuka, jujur dan tulus, akan
mendorong orang lain nyaman berhubungan dengan kita. Lalu kita harus membangkitkan
komunikasi yang menyentil keingintahuan teman-teman kita untuk mengenal Allah.
Kelima, bermitra. Kita tidak memiliki waktu dan tenaga seorang diri untuk menangani
pekabaran Injil. Kita perlu mitra.
Keenam, membiarkan kitab suci berbicara. Apologetik kita yang paling cemerlang pun pudar
dibandingkan dengan kuasa Kitab Suci untuk menghantarkan orang lain untuk beriman kepada
Yesus Kristus. Kita perlu banyak waktu merenungkan dan merasakan firman itu di dalam hidup
kita.
Ketujuh, membidani kelahiran baru. Kita menjadi perantara untuk seseorang bertobat, bukan
tuntutan tanda-tanda lahiriah, yang bisa tidak langgeng.

II. FUNGSI TEOLOGI DALAM PEMBERITAAN INJIL

PENDAHULUAN
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam
nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah
Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir
zaman.", Matius 28:19-20.

Ada 7 sifat yang terdapat di dalam Amanat Agung di atas :


1.Amanat agung bersifat surpraalamiah, karena disampaikan oleh Yesus yang sudah bangkit
2.Amanat agung bersifat otoritas, karena ini adalah amanat dan hal pengutusan
3.Amanat agung bersifat positif, karena perintah untuk pergi mencari jiwa bukan mengundang
orang lain
4.Amanat agung bersifat universal, karena diberitakan kepada siapapun, di manapun, tanpa batas
5.Amanat agung bersifat gerejawi (ekklesiastik), artinya berita injil guna membentuk jemaat
(gereja)
6.Amanat agung bersifat doktrinal, artinya mengajarkan mereka akan kebenaran Allah
7.Amanat agung bersifat kekekalan, artinya dilakukan hingga akhir zaman.

Sebelum Amanat Agung, terjadi kematian satu orang, yaitu Anak Allah yang tunggal;
setelah Amanat Agung, terjadi kematian syahid dari orang-orang yang mencintai Yesus Kristus.
Sebelum Amanat Agung, Bapa mengirim Anak-Nya; setelah Amanat Agung, Anak mengirim
gereja. Sebelum Amanat Agung, darah Yesus yang dialirkan; sesudah Amanat Agung, darah
orang-orang yang mencintai Tuhan dan menyerahkan diri menjadi sukarelawan-sukarelawati
Injil dialirkan. Sebelum Yesus Kristus memberikan Amanat Agung, ada kematian dan
kebangkitan-Nya; setelah Amanat Agung, ada kuasa kematian dan kebangkitan Yesus yang
mempersiapkan, melengkapi, dan memberikan kuasa kepada gereja. Sebelum Amanat Agung
ada Roh Allah, Pribadi ketiga dari Allah Tritunggal yang berada secara tidak terbatas di atas
pribadi Kristus; sesudah Amanat Agung ada Roh Allah, Roh yang sama mendampingi,

10 | P I P R I B A D I
menguasai, memenuhi, mengurapi, dan mengirim mereka menjadi utusan Injil ke mana-mana.
Puji Tuhan! Sesudah Roh Kudus bekerja, David Livingstone dan Moffat pergi ke Afrika; C.T.
Studd, Hudson Taylor, dan Richard Timothy pergi ke Tiongkok; Judson pergi ke Birma; dan
Nommensen pergi ke Tapanuli.

1. Pokok-Pokok Teologi Sistematik


Injil adalah satu-satunya kabar baik dari Tuhan Allah, yang ditujukan bagi orang berdosa,
bahwa Kristus yang diutus oleh Allah sudah mati dan sudah bangkit menjadi Penebus orang
berdosa. Dia mati karena dosa kita masing-masing, dan Dia bangkit dengan tujuan memberikan
kebenaran Allah kepada kita, yang datang kepadaNya.
Mengabarkan Injil bukan satu gerakan menambah anggota gereja, bukan suatu pidato
mengenai keagamaan. Mengabarkan Injil merupakan peperangan yang membawa manusia
keluar dari tangan setan masuk ke dalam tangan Allah.
Oleh karena itu, sangat mustahil, Pekabar Injil bisa memenangkan jiwa manusia bagi
Kristus, tanpa mengenal kebenaran pokok tentang Dosa, Kristus dan Keselamatan.
Ketidaktaatan Adam dan Hawa memasukkan dosa ke dalam dunia umat manusia. Hal ini
berarti manusia menjadi cemar dan memiliki natura dosa dalam dirinya. Semua umat manusia
berpartisipasi dalam dosa Adam (Roma 5:12). Sebagaimana Lewi (meskipun belum dilahirkan)
membayar persepuluhan kepada Melkisedek melalui Abraham di mana Lewi telah “hadir
sebelumnya” di dalam Abraham (Ibr 7:9-10), dengan cara yang sama, semua manusia telah
“secara keturunan hadir” dalam Adam pada waktu Adam berdosa dan karena itu semua manusia
berperan serta dalam dosa itu. Allah menyatakan semua manusia bersalah karena semua manusia
adalah bersalah.
Oleh karena itulah Kristus Yesus mati. Arti dasar dari kematian Kristus adalah karakter
subtitusionarinya. Ia mati menggantikan orang berdosa sehingga Ia dapat membeli kebebasan
bagi mereka (penebusan), memulihkan hubungan mereka dengan Allah (perdamaian), dan
dengan itu memuaskan tuntunan kebenaran dari Allah yang suci (pengampunan dan justifikasi).
Atas dasar inilah dapat mendeklarasikan orang berdosa yang percaya sebagai orang benar
dan menerima mereka dalam persekutuan tanpa ada kompromi dari pihak-Nya. Semua dosa
orang percaya ditanggung oleh Kristus, yang sepenuhnya menebus mereka dan membayar untuk
mereka melalui kematian-Nya.
Bagian tanggung jawab kita, adalah memiliki iman dalam Kristus. Ada 3 unsur;
pengetahuan (tahu tentang kebenaran Kristus yang menyelamatkan), keyakinan (secara emosi
yakin dalam kebenaran itu) dan percaya.
Memang ada tanggung jawab manusia dalam keselamatan, namun ada sisi Ilahi untuk
keselamatan di mana tindakan Allah yang berdaulat menjamin keselamatan orang berdosa.
Dalam kedaulatan kehendak-Nya yang baik, dan tidak berdasar pada usaha manusia, Allah
memilih sejumlah orang untuk menjadi penerima anugerah khusus dan keselamatan kekal.
Bahkan pilihannya sejak kekekalan (predestinasi). Lalu orang percaya diadopsi atau
menempatkan sebagai anak, kehilangan hak lama, mendapat hak baru dalam Kristus dan menjadi
ahli waris-Nya.
Kitab suci juga membahas regenerasi sebagai pemberian kehidupan baru kepada orang
percaya. Hal ini terjadi secara instant, saat Roh Kudus memberikan hidup baru. Dan bukan hasil
dari usaha manusia. Saat itu orang percaya menerima natur yang baru, yakni natur ilahi. Hidup
yang baru, artinya memiliki pikiran, hati, kehendak yang baru.

11 | P I P R I B A D I
Orang percaya akan menerima jaminan dari Allah Bapa, karena Bapa telah memilih
mereka untuk keselamatan kekal. Putra Allah juga memberikan jaminan, telah menebus,
mengangkat murka Allah, membenarkan orang percaya, memberikan pengampunan, dan
menguduskan orang percaya. Ia terus menjadi Pembela dan Pengantara. Roh Kudus memberikan
jaminan penyertaan selama-lamanya dalam orang percaya. Memetaraikan orang percaya,
menjamin warisan kita di masa depan.

2. Strategi dan Metode PI.


Rick Warren berkata : “Allah telah memberikan Anda sebuah pesan kehidupan untuk
dibagikan.” Setelah Yesus naik ke Sorga, Allah berbicara kepada dunia melalui diri kita. Ada 4
pesan kehidupan kita yang harus kita bagikan, yakni :
1.Kesaksian kita : kisah tentang bagaimana kita memulai hubungan dengan Yesus
2.Pelajaran-pelajaran kehidupan kita : pelajaran-pelajaran terpenting yang Allah sudah ajarkan
kepada kita
3.Kerinduan ilahi kita : hal-hal yang harus kita beri perhatian utama karena untuk itulah Allah
membentuk kita (penganiayaan, kecanduan, kemandulan, depresi, penyakit atau kesulitan
lainnya)
4.Kabar baik : berita mengenai keselamatan
Berikut ini, kita akan mengenal dua metode atau srategi pengabaran Injil, yang sederhana dan
menyatu dengan kehidupan seharian kita.

3. Pengaruh Pemahaman Teologi Dalam Keberhasilan PI


Bolehkah orang Kristen penginjili tanpa tahu apa yang diberitakan ? Bolehkah orang
yang mengerti teologi tidak pergi memberitakan Injil ?
Inilah fenomena yang alami gereja saat ini, orang hanya mau jadi teolog tanpa mau menginjili
atau sebaliknya, mau mengabari Injil tapi tidak mau memahami teologi.
Kita dapat belajar dari teladan Paulus. Dia adalah seorang teolog atau penginjil ? Setelah Paulus
menerima wahyu, dia meneliti kebenaran dengan serius, untuk mengenal Kristus dengan
sempurna.
Charles R. Swindoll menuliskannya sebagai berikut :
Selama tiga tahun, Saulus tinggal entah di mana di gurun pasir, terputus dari kebiasaan hidupnya
yang lama – dalam kesunyian, keheningan, dan dalam keadaan tak dikenal. Lakukan hitung-
hitungan dan Anda akan mendapatkan lebih dari 1000 hari yang tak ternilai dalam kehidupan
Paulus. Seribu hari lebih kemungkinan besar ia habiskan dengan menyendiri. Sendiri saja.
Berpikir. Berdoa. Bergumul. Mendengarkan Tuhan. Saya yakin di sanalah, di tempat tandus di
mana ia tak dikenal, Paulus mengembangkan teologinya. Ia bertemu Allah, secara intim dan
mendalam. Dengan keheningan dan kesendirian, ia menduga-duga misteri-misteri mengenai
kedaulatan Allah, umat pilihan, kerusakan manusia, ketuhanan Kristus, kuasa Kebangkitan yang
ajaib, Gereja, dan hal-hal yang menyangkut masa yang akan datang, yang tidak dapat dimengerti.
Ini menjadi tiga tahun kursus kilat mengenai doktrin yang benar di mana dari padanya akan
mengalir suatu khotbah, pengajaran, dan tulisan seumur hidup.
Paulus juga menginjili dengan dinamis, dengan cara yang sangat fleksibel, dengan tekad yang
kuat dan jangkauan yang luas. Jadi penginjilan harus didasarkan pada teologi, dan teologi harus
berdasarkan wahyu Allah dalam Alkitab.

12 | P I P R I B A D I
Seringkali kegagalan penginjilan terjadi, apabila :
1.Menganggap Injil adalah agama dan prinsip moral pada umumnya.
2.Tidak melepaskan orang lain dari kerajaan setan.
3.Hanya memberitakan, bukan memuridkan

Hugh Thomas Kerr mengatakan: "Kita diutus bukan untuk memberitakan sosiologi
tetapi keselamatan; bukan untuk perbaikan tetapi penebusan; bukan demi kebudayaan baru tetapi
pertobatan; bukan demi sistem sosial yang baru tetapi kelahiran baru. Oleh sebab itu dalam
penginjilan kita harus berusaha membawa orang lain menjadi murid Tuhan, jangan merasa puas
dengan hanya memberitakan injil. Kita harus belajar seperti Paulus yang tidak saja
memberitakan injil, tetapi juga membawa orang lain percaya kepada Yesus Kristus dan
menggabungkan diri dalam gereja serta mendirikan gereja baru.

KESIMPULAN
Berita Injil adalah tugas dan gaya hidup setiap orang percaya. Berita Injil adalah berita
tentang Allah. Agar kita bisa memberitakan tentang Allah yang menyelamatkan, kita perlu
memahami tentang Dia, yang telah di wahyu kan dalam Alkitab, atau bahasa akademisnya
adalah teologi. Sangatlah sembrono, apabila kita menginjili tanpa membawa kebenaran Allah
bagi orang yang kita beritakan. Kasih (empathy), pengertian (understanding), mengandalkan
kuasa Roh Kudus adalah 3 kunci rahasia keberhasilan pemberitaan Injil yang kita lakukan.

III. DASAR ALKITAB TENTANG MISI DALAM KONTEKS PERKOTAAN

1. MISI DALAM ALKITAB


Dalam bagian ini akan dibahas misi dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Misi dalam Perjanjian Lama
Dalam Perjanjian Lama belum ditegaskan tentang penugasan untuk menjangkau segala
bangsa untuk pekabaran Injil. Missions bukanlah sebuah tambahan yang diperintahkan Allah
melalui Yesus kepada murid-muridNya untuk dilaksanakan beberapa saat sebelum meninggalkan
dunia ini. Sebaliknya, pekabaran Injil berasal dari hati Allah (Mission Dei). Keinginan untuk
pekabaran Injil dari semula sudah berada di dalam hati Allah. Pekabaran Injil bukanlah sebuah
gagasan Perjanjian Baru, tetapi pekabaran Injil terdapat di seluruh Alkitab.1 David Howard
salah seorang pemimpin misi menjelaskan dasar alkitabiah dari pekabaran Injil sebagai berikut:
Kegiatan gereja untuk mengabarkan Injil bukanlah sebuah piramid yang dibangun terbalik dan
bertumpuh pada satu ayat dalam kitab Perjanjian Baru yang terlepas dari ayat-ayat lain, lalu di
atasnya kita membangun sebuah bangunan yang sangat besar yang dikenal sebagai “pengabaran
injil”.kegiatan gereja untuk mengabarkan Injil merupakan sebuah pyramid besar yang dibangun
tegak dengan ujungnya di atas dan dasarnya mulai dari kitab Kejadian pasal 1 sampai dengan
kitab Wahyu pasal 22. Seluruh isi Alkitab membentuk dasar untuk pengabaran Injil ke seluruh
dunia.2
Allah telah mempersiapkan misiNya lewat umatNya, Israel sebagai anak-anak Abraham,
untuk menjadi berkat bagi segala Bangsa. William Dyrness dalam pengamatannya berpendapat:
“Perjanjian Lama mempersiapkan sebuah berita universal yang dalam Perjanjian Baru akan

1
Paul Borthwick, Pemberitaan Injil Tugas Siapa ?, Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1995.
2
Ibid, 17.

13 | P I P R I B A D I
menjadi misi universal.”3. Misi dalam Perjanjian Lama bersifat sentripetal (dari luar ke pusat),
dalam pengertian bangsa-bangsa datang kepada Israel dan mereka dapat mengenal serta
menyembah Tuhan yang benar.

Misi dalam Perjanjian Baru.4


Allah Perjanjian Lama yang mengabarkan Injil melanjutkan karya penyelamatanNya
melalui anakNya dan gerejaNya dengan kuasa Roh Kudus. Seperti yang diamati oleh Stott, tema
mengenai pengabaran Injil semakin meningkat dalam Perjanjian Baru, “Misi pertama adalah
milik Allah, karena Dialah yang mengutus nabi-nabiNya, AnakNya, RohNya. Dari antara misi-
misi ini, misi Anak Allah merupakan pusat, karena misi Anak Allah merupakan puncak dari
pelayanan nabi-nabi, dan dalam misi ini tercakup pengutusan Roh Kudus sebagai klimaknya.
Berita perjanjian baru adalah bahwa Allah Perjanjian Lama yang mengabarkan Injil itu telah
datang, dalam rupa seorang manusia, sehingga Ia dapat memberikan keselamatan kepada ciptaan
yang dahulu memilih untuk tidak taat kepadaNya. Tetapi ada lebih dari itu. Kepada mereka yang
menerima keselamatan dari Penebus Ilahi yang diutus Allah, diberikan satu tugas untuk
mengabarkan berita itu keseluruh dunia. Misi dalam Perjanjian Baru bersifat sentrifugal (dari
pusat ke luar), yang berarti bahwa dari gereja atau dari Israel kabar keselamatan akan
disampaikan kepada semua suku-suku bangsa.
Tidak ada keselamatan tanpa penderitaan Yesus Kristus. Semua ini tergenapi di dalam
Yesus Kristus yang bersedia menjadi korban bagi umat manusia yang berdosa. Misi sedunia
adalah kehendak Allah, oleh karena itu setiap orang Kristen harus terlibat dan mengambil
bagian dalam pekerjaan yang mulia ini.

Perintah Amanat Agung


Amanat yang diberikan Tuhan Yesus untuk memuridkan segala bangsa akan tetap
berlaku sampai akhir Zaman. Tugas kita sebagai orang percaya adalah memberitakan Injil
kepada setiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa. Amanat Agung ini merupakan tugas inti
dari misi, yaitu “menjadikan murid” dari segala suku bangsa. Fokus inti misi yaitu ”menjadikan
murid” akan melibatkan dan akan menggerakkan umat Allah untuk pergi sebagai proses
pelaksanaan srategi dan tanda taat kepada Allah untuk memberitakan Injil, Babtis sebagai proses
Inkorporasi ke dalam wadah umat Allah untuk diteguhkan menjadi anggota gereja, dan Ajar
sebagai proses konseptualisasi yang menunjang pemahaman, perubahan dan pendewasaan hidup
serta peran umat Allah.5 Beberapa pernyataan Ananat Agung di dalam Perjanjian Baru.
Menurut Matius
Injil Matius 28:18-20, menulis bahwa Amanat Agung dimulai pada saat Tuhan Yesus
mengutus muridNya untuk memberitakan Injil. Tugas para murid adalah, menjadikan semua
bangsa muridNya, membaptiskan mereka dan mengajar mereka. Tujuan dari amanat agung dan
penginjilan adalah pemuridan supaya manusia menjadi serupa dengan Allah. Unsur dasar dari
Amanat Agung di dalam Injil Matius ini adalah “menjadikan semua bangsa murid Tuhan”,
pentingnya memuridkan ini ditekankan oleh fakta bahwa menjadikan murid adalah bentuk
perintah tunggal dalam bagian tersebut.
Di dalam proses menjadikan murid terkandung dua kegiatan utama yaitu “babtislah
mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”, dan “ajarlah mereka melakukan segala

3
Ibid.,
4
Ibid., 27-28.
5
Yakob Tomatala, Teologi Misi, YT Leadership Foundation, Jakarta 2003, 55.

14 | P I P R I B A D I
sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu.” Jika murid-murid harus dijadikan “dari segala
bangsa” maka “murid-murid” harus disebarkan di tengah seluruh bangsa.6
Menurut Markus
Amanat Agung di dalam Injil Markus 16: 15, ditujukan kepada seluruh dunia yaitu
seluruh makhluk ciptaan karena Allah adalah pencipta, artinya Yesus meminta jemaat-Nya
membawa keselamatan kepada seluruh makhluk di dunia tanpa terkecuali. Kegiatan yang
dilakukan adalah pergi dan memberitakan pesan utama yaitu Injil.
Menurut Lukas
Tuhan Yesus menjelaskan rencana misi kepada murid-murid-Nya yaitu misi berdasarkan
kitab Taurat Musa, Nabi-nabi dan Mazmur (Lukas 24:44). Inti dari pada Injil adalah kematian
dan kebangkitan Tuhan Yesus dengan tujuan supaya terjadi pertobatan dan pengampunan. Jadi
pemberitaan Injil bagi seluruh bangsa mulai dari Yerusalem (Lukas 24:46-49) dan alat yang
dipakai adalah murid-murid-Nya. Kegiatan dilakukan dengan jalan memberitakan dan bersaksi
dan dalam melaksanakan pemberitaan Amanat Agung, kuasa dan kekuatan berasal dari Roh
Kudus yang sudah dijanjikan (Lukas 24:49).

Menurut Yohanes
Injil Yohanes menulis bahwa Tuhan Yesus mengutus murid-murid-Nya, sama seperti
Bapa telah mengutus anak-Nya yang tunggal, yaitu Tuhan Yesus (Yohanes 20:21-23). Murid-
murid diutus dengan diperlengkapi oleh kuasa Roh Kudus dan pada hari Pentakosta murid-
murid-Nya dipenuhi dengan Roh Kudus untuk melaksanakan misi Amanat Agung Tuhan Yesus.
Menurut Kisah Para Rasul
Kis.1:8, menguraikan dan menekankan tentang tugas bersaksi tentang Tuhan Yesus
Kristus dan ini merupakan pesan utamanya. Dalam melakuan penginjilan itu ada jaminan dari
Allah yaitu Kuasa Roh Kudus. Injil harus disampaikan dan ditujukan kepada semua orang
berdosa yang dimulai dari Yerusalem,Seluruh Yudea,Samaria,dan bahkan sampai ke bagian
terpencil dari bumi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Amanat Agung adalah pokok dan penting
dalam kekristenan. Dikatakan demikian karena semua kitab Injil dan Kisah Para Rasul
menuliskan tentang itu. Jadi fokus Amanat Agung terletak dalam penginjilan dan pemuridan,
sasarannya adalah seluruh bangsa dapat memperoleh keselamatan di dalam Tuhan Yesus Kristus
(2 Kor. 3:18).
Dalam perintah Amanat Agung juga terdapat wewenang, perintah dan janji. Perintah
Tuhan Yesus ini menuntut ketaatan dari setiap orang percaya. Selain ketaatan ada tugas utama
dari perintah Amanat Agung yaitu pergi kepada segala bangsa untuk memberitakan Injil dan
menjadikan mereka murid Tuhan Yesus. Di dalam melaksanakan Amanat Agung ada suatu
jaminan yang pasti yaitu jaminan berkat dan jaminan keberhasilan bagi tugas penginjilan. Isi
jaminan itu ialah penyertaan Tuhan Yesus (Matius 28:20).

2. METODE TUHAN YESUS DALAM MELAKSANAKAN MISI-NYA

Berjalan keliling kota dan desa


Dalam menjalankan misi pelayanannya Yesus berkeliling dari kota ke kota dan dari desa
ke desa (Mat.9:35a, Luk.13:22). Dalam pelayanannya Tuhan Yesus melayani ke semua wilayah
misalnya melayani di kota Kapernaum, suatu kota tempat kediaman pemungut cukai dan tempat
6
David J. Hesselgrave, Communicating Christ – Cross Culturally. Malang: Literatur SAAT 2004, 77.

15 | P I P R I B A D I
sebuah pos militer Romawi (Mat.4:13; 8:5). Melayani di Nazaret, melayani di padang Gurun,
dan melayani di pesisir-pesisir pantai dan sampai ke lemba-lembah, Tuhan Yesus juga melayani
di Betania, dan daerah lainnya. Jadi Tuhan Yesus dalam program pelayananNya mencakup
seluruh wilayah kerena seluruh bumi adalah ladang misi penyelamatan-Nya. Tuhan Yesus
berkeliling ke semua kota dan desa. Kata ”berkeliling” menggambarkan aktivitas yang disadari
dan berjalan terus menerus.
Mengajar di rumah-rumah ibadah, memberitakan Injil kerajaan Sorga serta melenyapkan
segala penyakit dan kelemahan. Dalam rumah-rumah ibadah Yesus memberikan penjelasan
yang akurat dan benar mengenai seluruh rencana dan kehendak Allah yang harus dipenuhi oleh
umat manusia. Tuhan Yesus mengajarkan sebuah prinsip hidup yang sejati mengenai hubungan
antara manusia terhadap Allah dan manusia terhadap sesamanya (Matius 22:37-39). Yesus juga
mengajarkan bahwa manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan hidupnya harus selalu bergantung
sepenuhnya dan hormat kepada penciptaNya. Tuhan Yesus mengajarkan tentang sedekah, doa,
puasa, serta ketaatan total kepada Firman Tuhan.
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan harus selalu hidup dalam norma-norma hukum
Tuhan dalam hubungannya dengan sesamanya. Tuhan Yesus mengajarkan bahwa bukan hanya
membunuh yang dilarang Tuhan tetapi orang marah tanpa alasan pun tidak dibolehkan. Yesus
juga mengajarkan bahwa bukan hanya melakukan perzinahan yang dilarang tetapi orang yang
memandang dengan nafsu birahi pun tidak diperbolehkan. Tuhan Yesus juga mengajarkan sama
sekali orang Kristen tidak boleh bercerai, orang Kristen juga diajarkan untuk tidak boleh sama
sekali bersumpah palsu, juga diajarkan untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.
Selain itu Tuhan Yesus juga mengajarkan tidak boleh membenci musuh tetapi harus mengasihi
musuh dan Tuhan Yesus mengajarkan bahwa segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang
perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka, itulah isi seluruh hukum Taurat
dan kitab para nabi (Matius 7:12).
Tuhan Yesus tidak hanya mengajar, Ia juga berkhotbah. Tuhan Yesus berkeliling
kemana-mana untuk berkhotbah. Inti berita dalam khotbah-khotbahnya adalah proglamasi Injil
Kerajaan Sorga. Injil Kerajaan Sorga adalah suatu berita tentang Kerajaan yang menyelamatkan
dan yang menghukum, yang dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Sang Juruselamat dan
Tuhan. dalam khotbah-khotbahNya Tuhan Yesus menegaskan bahwa hanya dua pilihan bagi
manusia di dunia ini yaitu Percaya atau menolak Tuhan Yesus dan masing-masing pilihan
mempunyai konsekuensi. Firman Tuhan berkata ”Barang siapa percaya kepadaNya, ia tidak akan
dihukum, barang siapa yang tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak
percaya dalam anak tunggal Allah” (Yohanes 3:18). Inilah inti khotbah Tuhan Yesus ketika
melayani di muka bumi ini.
Tuhan Yesus tidak hanya mengajar dan berkhotbah tetapi Ia juga menyembuhkan
berbagai penyakit, bahkan dibagian lain Tuhan Yesus memberikan makan kepada orang banyak
yang kelaparan (Matius 14:15-16).

Kontekstualisasi
Model kontektualisasi sangat mewarnai pelayanan Tuhan Yesus selama di dunia,
misalnya bahasa yang digunakan sesuai dengan konteks masyarakat pada zaman itu, metafora-
metafora yang digunakan dalam pemberitaannya cocok untuk kondisi budaya setempat. Yesus
juga membawa mandat sosial budaya, politik dan pelayanannya mencakup jasmani dan rohani.
Di dalam mengkomunikasikan InjilNya Yesus membangun jembatan-jembatan dan
menciptakan jalur komunikasi dengan orang yang sulit didekati.

16 | P I P R I B A D I
Model pelayanan yang konstektual cukup efektif, dan dapat diterapkan di dalam segala kondisi
dan budaya di mana pun Tuhan Yesus pergi memberitakan Injil Kerajaan Allah. Pendekatan Injil
dengan model kontektualisasi yang dilakukan Tuhan Yesus telah berhasil mencapai banyak
orang, sehingga dalam waktu yang singkat Tuhan Yesus dapat menghasilkan pelayanan yang
sangat maksimal. Misalnya, dalam menyampaikan InjilNya, Tuhan Yesus selalu memanfaatkan
kemampuan-Nya untuk berbicara dengan orang-orang dimanapun mereka berada. Ketika berada
di padang, Yesus berbicara tentang menanam gandum (Mrk. 4:1-9). Di keluarga, Ia berbicara
tentang anak-anak (Mat. 19:13-15). Dengan nelayan, pokok pembicaraanNya adalah ikan
(Mrk.1:14-18).

3. MISI DALAM KONTEKS PERKOTAAN

Kota dan Persoalannya


Sekitar setengah populasi dunia hidup di perkotaan, padahal setengah abad yang lalu
hanya sepertiga penduduk tinggal di kota. Diperkirakan sekitar seperempat abad mendatang
penduduk perkotaan akan menjadi dua pertiga di seluruh belahan dunia ini. Beban kota akan
semakin berat manakala pengangguran dan kemiskinan masih mewarnai kehidupan kota.
Urbanisasi dan segala dampaknya (terutama terhadap lingkungan hidup) adalah suatu
konsekuensi pilihan pembangunan yang berorientasi pada kota. Urbanisasi adalah konsekuensi
logis dari konsep pembangunan yang semata-mata mengejar pertumbuhan ekonomi melalui
industrialisasi di mana terjadi akumulasi sentra-sentra pertumbuhan. Belum lagi masih buruknya
penanganan sampah; serta banjir yang seringkali menelan banyak korban.
Perkotaan memiliki daya tarik tersendiri sehingga banyak orang yang tertarik untuk
mengadu peruntungan di perkotaan. Pertumbuhan penduduk perkotaan pada masa kini
menunjukkan peningkatan yang sangat drastis, selain disebabkan oleh pertumbuhan alami juga
disebabkan oleh tingkat urbanisasi yang terus meningkat. Hal ini mengakibatkan semakin
pesatnya pertumbuhan dan perkembangan kota-kota di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa
perkotaan masih menjadi pusat pertumbuhan ekonomi, hal ini berimplikasi pada tersediannya
saran dan prasarana yang lengkap dan beragam yang merupakan daya tarik perkotaan. Selain
fasilitas sarana dan prasaran juga tersedianya keanekaragaman pekerjaan memberi pengharapan
untuk mengubah nasib.
Masalah perkotaan yang timbul belakangan ini seperti soal kejahatan, korupsi, masalah
kemiskinan & jurang kaya miskin, Lingkungan Hidup, PHK, masalah HAM, demonstrasi
perburuhan, pengrusakan pabrik, bahkan huru-hara perkotaan di banyak kota. Kepadatan
penduduk perkotaaan telah membawa dampak kemiskinan baik kemiskinan jasmani maupun
kemiskinan rohani. Dalam kenyataannya, walau cukup banyak orang yang miskin materi, tetapi
jauh lebih banyak lagi orang-orang perkotaan yang miskin rohani. Orang-orang yang miskin
rohani inilah yang sesungguhnya lebih berbahaya keberadaannya dari pada hanya miskin materi.
Keadaan akan sangat berbahaya lagi jika terjadi sinergi antara kemiskinan materi dan kemiskinan
rohani. Orang-orang yang mengalami kemiskinan ganda ini kehidupannya akan lebih banyak
diwarnai dengan segala perbuatan yang merugikan dengan segala bentuknya. Akibatnya tidak
saja menyusahkan orang lain tetapi juga menyengsarakan dirinya. Selain dampak kemiskinan,
terjadi juga degradasi mental dan moralitas di setiap segi kehidupan di masyarakat dan secara
individu.
Paradigma bahwa orang miskin itu merupakan kelompok “the sinned agaisnt”
merefleksikan pandangan tentang kemiskinan sebagai masalah hubungan sosial, bukan sekedar

17 | P I P R I B A D I
masalah pribadi atau individu si miskin. Kemiskinan bukan kesalahan si miskin semata-mata.
Mereka menjadi miskin karena hubungan sosial dan ekonomi serta mungkin sekali politik yang
salah. Mereka miskin karena sistim yang berdosa dan mereka menjadi “korbannya” atau sinned
against. Mereka miskin karena penyelenggaraan kekuasaan yang salah, baik salah
menggunakannya atau memang sengaja disalahgunakan. Mereka menjadi miskin karena sistim
religi dan spiritualitas yang “mengelabui” mereka.

Relevansi Pelayanan Tuhan Yesus bagi Misi Perkotaan


Allah menghendaki agar kita tidak hanya beribadah secara vertikal, namun juga secara
horisontal. Artinya, selain beribadah dan memuji Tuhan, kita pun wajib mengasihi dan peduli
terhadap orang-orang di sekitar kita. Salah satunya adalah dengan misi pelayanan kota,
lingkungan yang rentan dengan berbagai masalah sosial. Dalam Alkitab ternyata keadaan yang
paling sering disebut sebagai penyebab kemiskinan adalah keserakahan, pemerasan, penindasan,
ketidakadilan dan penyalahgunaan kekuasaan yang banyak dikutuk oleh nabi-nabi Perjanjian
Lama. Oleh karenanya Alkitab menampilkan Allah yang sangat radikal pada waktu mengatakan,
“Sebab Ia tidak memandang hina ataupun merasa jijik terhadap kesengsaraan orang yang
tertindas dan Ia tidak menyembunyikan wajahNya kepada orang itu, dan Ia mendengar ketika
orang itu berteriak minta tolong.” Mazmur 22:25. Ini adalah suatu dimensi penting dalam
pelayanan kepada orang miskin. Mereka membutuhkan “pembelaan”.
Melihat persoalan yang dialami oleh masyarakat perkotaan maka model misi pelayanan
Tuhan Yesus sangat relevan sebagai jawaban. Pembenahan moralitas (spiritualitas) tanpa
pemenuhan ekonomi sama halnya dengan bicara tanpa kata, tidak ada isinya. Pelayanan Tuhan
Yesus tidak hanya sebatas berkotbah dan mengajar, tetapi Tuhan Yesus juga memperhatikan hal-
hal yang berkaitan dengan jasmani. Tuhan Yesus dalam pelayanan dan pemberitaan InjilNya,
menempatkan kaum miskin sebagai subjek yang sentral. Mereka bukan saja menjadi sasaran
pemberitaan Injil, melainkan kaum yang dibelaNya. Bahkan pembelaanNya sering lebih
mengedepan daripada pemberitaanNya. Tidak jarang pembelaanNya itu dilakukan dengan
“perbuatan baik” yang langsung menjamah masalah kaum papa itu dan juga menyuarakan
kepentingan kaum papa itu kepada penguasa dan publik yang lebih luas. Berbagai mujizat
penyembuhan orang sakit dan khususnya pada hari Sabat merupakan salah satu contoh model
pelayananNya.
Tuhan Yesus memproklamirkan mission statementnya seperti dalam Lukas 4:18-19.
Meneguhkan kemesiasanNya dengan karya-karya bagi orang miskin, Lukas 7:18-23, bukan
bukti-bukti yang dimintakan dariNya, seperti pameran kuasa, Lukas 4:91-0, 23:35-37. Injilnya
adalah injil yang mempunyai dampak transformasi sosial, seperti yang ditunjukkan dalam
pertobatan Lazarus, Lukas 19:1-10.
PENUTUP
Melalui pemaparan di atas, akhirnya penulis sampai pada penutup yang terdiri dari
kesimpulan.
1. Pada dasarnya masalah kemiskinan dan kepedulian sosial merupakan salah satu benang
emas dalam ajaran Alkitab. Rencana keselamatan dan penebusan Allah mencakup segala bidang
dalam alam semesta ini, baik berbagai aspek dalam diri manusia maupun dengan berbagai
hubungan dengan ciptaan lain di luar dirinya yang telah dirusak oleh dosa.
2. Pelayanan Tuhan Yesus merupakan model yang sangat relevan dalam segala zaman, di
mana dapat menjawab segala aspek persoalan, baik jasmani maupun rohani (holistik). Tuhan

18 | P I P R I B A D I
Yesus mengabarkan Injil yang utuh yang mendatangkan Shalom bagi manusia, baik secara
spiritual, fisis, psikis, maupun sosial.
3. Keberhasilan dalam menyelesaikan masalah yang kompleks dalam masyarakat perkotaan
tidak boleh terlepas dari Alkitab sebagai landasan atau dasar dalam melakukan misi pelayanan
perkotaan.

IV. MENGAKTUALKAN PELAYANAN KRISTEN YANG HOLISTIK DALAM


KONTEKS INDONESIA
Pelayanan Holistik Dalam Konteks Indonesia.
Istilah “Holistik” digunakan secara luas dalam berbagai konteks dengan arti yang
beragam sesuai konteks dimana istilah itu dipakai. Dalam Perjanjian Baru istilah holistik
diambil dari kata Yunani holos (Mat. 5 : 29; Yakobus 2 : 10) artinya semua, keseluruhan
(Zodiathes, 1992; 925) menurut Stott, kata holistik diambil dari kata holism, mengacu kepada
missi sebagai aktivitas yang komprehensif meliputi penginjilan dan aksi social (1992 : 337).

Titik Tolak Pelayanan Holistik.


Pelayanan Holistik dalam arti alkitabiah perlu dipahami berdasarkan tujuan Allah
menciptakan manusia. (Kej. 1 : 26-28 bd. Kej. 2 : 8-20) yaitu bertanggung jawab atas seluruh
ciptaan Allah. Sesuai mandate-Nya (pembangunan semesta) sebelum jatuh dalam dosa, hidup
dan pelayanan manusia terarah kepada Allah dan seluruh ciptaan-Nya. Tetapi kejatuhan manusia
dalam dosa menimbulkan kerusakan bahkan kehancuran holistik dalam arti manusia dan seluruh
ciptaan Allah rusak (Kej. 3 : 7-21) bahkan akhirnya manusia diusir keluar dari taman Eden (Kej.
3 : 22-24) Menurut Rasul paulus seluruh makhluk sama-sama mengeluh dan menderita sakit
bersalin (Roma 8 : 18-22) Dengan demikian sejak kejatuhan manusia dalam dosa, perhatian
manusia berpaling dari Allah dan sesame ciptaan, sebaliknya ia hanya terarah pada dirinya
sendiri. Kejatuhan manusia dalam dosa menyebabkan kehancuran, namun janji tentang
penginjilan pertama (latin : Protoevangelium) dikumandangkan oleh Allah (Kej. 3 : 15) bagaikan
fajar ditengah kegelapan malam umat manusia (Peters, 2006 : 101), sekaligus bintang pemandu
sampai penggenapannya dalam Yesus (Galatia 4 : 4-7, Yohanes 3 : 16). Janji ini ditegaskan pula
kepada Abraham bahwa Allah menyediakan keselamatan bagi manusia (Kej. 12 : 3). Pelayanan
Kristen (Gereja) bertitik tolak dari pokok tunggal yang berpusat pada Allah tritunggal yakni
“Misi Keselamatan” seluruh ciptaan-Nya / misi kosmik (Kolose 1 : 15-17). Hanya satu tujuan
Allah yaitu “menyelamatkan manusia” (Peters, 2006 : 9). Misi Allah (Latin : Missio Dei) adalah
rancangan Allah Tritunggal dan diamanatkan kepada umat pilihan-Nya dalam PL yakni
Abraham / Israel (Kej. 12 : 3) dan umat PB (gereja) sebagai agen tunggal-Nya dalam rangka
keselamatan dunia ciptaan-Nya (Mat. 28 : 18-20, Mark. 16 : 15-18, Lukas 24 : 44-49; Yoh. 21-
23, Kis. 1:8; 1 Pet. 2 : 9-10) “Gereja adalah misi. Gereja ada di dunia untuk kepentingan dunia,
bukan untuk kepentingan dirinya sendiri.” Inilah hukum dasar hidupnya. (Kraemer, 1981 : 97-
98). Jadi pelayanan gereja adalah Missio Dei yang dirancang Allah Tritunggal untuk
penyelamatan seluruh ciptaan (Misi Kosmik = holistik). Pusat misi adalah Allah Tritunggal,
maka seharusnya misi menjadi “induk teologi” atau “teologi dasar” yang mewarnai semua sub
– disiplin dalam gugus teologi (menjadi ratu segala ilmu dan penginjilan sebagai mahkota sang
ratu). Misi dalam arti teologi memiliki aspek multidisipliner dan integrated (Van Engen, 1996 :
19).

19 | P I P R I B A D I
Missio Dei sebagai inti Pelayanan Kristen (Gereja)
1. Missio Dei (God’s Mission) adalah peduli Allah kepada seluruh ciptaan-Nya
teristimewa manusia. Mission Dei diawali dengan upaya pengenalan orang-orang (masyarakat)
dari sudut / konteks (antropologi budaya, sosiologi, sejarah, lingkungan hidup dll.). pengenalan
manusia juga diperlukan dari sudut Alkitab (Antropologi Alkitab) tujuannya agar memudahkan
pengkomunikasian Injil sedangkan pengenalan dari segi antropologi Alkitab adalah menanamkan
sikap saling menghargai sebagai sesame penyandang gambar Allah (Kej. 9:6, bdng. Kel. 21:12,
Im. 24:17, 21 & Yak. 3 : 9-10).
2. Missio Dei mengacu kepada karakter Allah yang menekankan prinsip-prinsip
theologis, sebab program ini berpusat pada Allah dan menjawab seluruh ciptaan (membumi).
Kecenderungan dunia kampus teologi lebih banyak membahas Allah yang disurga daripada
Allah yang datang ke dunia untuk menyelamatkan ciptaan-Nya.Prinsip-prinsip teologi yang
dimaksud adalah :
a. Allah adalah perancang misi untuk memanggil orang berdosa kepada
keselamatan. Gnanakan mengatakan “Mission begins with God himself, not merely because he
is the God of mission, but because his very character is mission” (1989:74). Allah yang
berkarakter missioner sangat peduli terhadap seluruh ciptaan-Nya. Manusia diberi kepercayaan
mengelolanya (Maz. 8:5-9 bd. Kej. 1-2, Kej. 7:1-9; 8:15-19).
b. Yesus Kristus adalah Pemberita misi dan juga inti beritanya (Yes. 60:1-3; 61:1;
Lukas 4:18-19) Maxx Warren mengatakan “Jesus himself is the Great Commission. He is the
Man who is sent. He himself is the Massage as well as the messenger”. (1979 : 33, 35).
c. Roh Kudus adalah motor penggerak atau pemberi kuasa untuk pelaksanaan
Mission Dei (Kis. 1:8; band. Luk. 24:49; Yeh. 36:27) Ia juga memberi kita karunia-karunia
yang dapat digunakan dalam misi (Fernando, 2008 : 99).
d. Missio Dei mengacu pada komunikasi yang tepat dengan para pendengar Injil.
Alat komunikasi terbaik adalah memakai bahasa para responden Injil. Mengerti bahasa
seseorang, memungkinkan mengenal isi hatinya, menghargai pendapatnya. Kekuatan Rasul
Paulus dalam mengkomunikasikan Injil baik dalam konteks Yahudi maupun Yunani, terletak
pada penguasaan bahasa Ibrani dan Yunani. (Kisah 21:37, 40 dan 22:2)
e. Missio Dei menuntut keseriusan, konsentrasi, kreatifitas dalam penelitian,
analisis dan kesimpulan yang akurat. (Kisah 17 : 16-34). Penampilan Rasul Paulus
dipanggung Areopagus kota Atena, dimulai dari penelitian lapangan (ayat 16, 23). Untuk itu
penelitian haruslah mendapat perhatian dari Sekolah Tinggi Teologi. Injil adalah Kabar Baik
untuk masyarakat tertentu dalam budaya dan lingkungan tertentu menuntut para pelayan agar
bekerja dengan teliti (teks dan konteks). Ketelitian dan analisis yang tepat (setia pada teks) tanpa
mengorbankan konteks memungkinkan Injil dimengerti oleh para pendengar dan disikapi.
f. Missio Dei menunjuk pada sebuah proses perjalanan yang berkesinambungan
(Mat. 28 : 19-20) menuju puncak abadi yakni diam bersama Yesus (Yoh. 17:24), hidup dalam
pujian / penyembahan di alam kebakaan (Why. 5:9-10, 15:3-4, 19:1-8, bdngkan Maz. 67 : 4-5)
Puncak Missio Dei adalah pujian dan penyembahan (ibadah) kepada Allah (2 Taw. 20:26; Kel.
4 : 23, 5:1, 7:16, 8:20, 27; 9:1, 13; 10:3) Penginjilan pemuridan adalah proses menuju
kebakaan.

Pengertian Pelayanan Holistik


Pelayanan holistik (pelayanan manusia seutuhnya) umumnya, termasuk Indonesia,
dimengerti sebagai pelayanan rohani dan pelayanan sosial (diakonia) seperti yang sudah

20 | P I P R I B A D I
dikatakan di atas. Pengertian ini kemungkinan merupakan dampak dari dikotomi penalaran
filsafat Yunani, khususnya filsafat dualisme antropologis Plato yang memandang manusia terdiri
dari dua bagian yakni yang ideal (jiwa) dan yang material (jasmani). Aspek material dipandang
najis, jahat dan lebih rendah (Rapar, 1988:49-50). Polarisasi nalar theofilsafati Yunani tersebut,
membentuk paradigma yang mempengaruhi sikap orang Kristen / gereja terhadap pelayanan.
Dalam Ikrar Lausanne kaum injili mengakui penginjilan dan pelayanan sosial adalah dua
hal yang terpisah (Douglas, 1975:4). Pelayanan rohani dipandang lebih mulia dari pada
pelayanan sosial. Segala macam kegiatan di luar tataran spiritual dipandang sekuler, duniawi.
Lihat saja, siapakah yang disponsori gereja untuk kuliah ? Bukankah penyediaan dana oleh
gereja hanya bagi kaum muda yang terpanggil untuk belajar di perguruan theologia ? Pola piker
yang demikian, perlu dibenahi. Jika gereja ingin mendunia, menangani pelayanan holistik, ia
harus mendukung warganya yang terpanggil belajar dalam berbagai bidang disiplin ilmu.
Pelayanan holistik bukan hanya berurusan dengan manusia (spiritual dan sosial). Menurut
Alkitab, pelayanan holistik mengacu kepada sasaran / jangkauan misi Allah Tritunggal (Missio
Dei).
Wright mengatakan, “the whole earth as the field of God’s mission and our” (2006 :
403) Berulangkali Alkitab menegaskan bahwa Allah adalah Pencipta dan Pemilik yang
berdaulat atas seluruh alam semesta (Kej. 1 & 2; Ul. 4:39; 10:14; Maz. 24:1-2; 139; bdg. Maz.
28:18) Rasul Paulus mengatakan, “… segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia” (Kol.
1:15-20; bdg Roma 11:36). Akan tetapi ketika manusia jatuh dalam dosa, alam dan mahkluk
ciptaan yang lainnya ikut mengalami kerusakan (Kej. 3:17-19). Dengan demikian secara
teologis alkitabiah pelayanan Holistik mengacu kepada pelayanan terhadap manusia dan seluruh
ciptaan Allah. Sasaran Missio Dei adalah manusia dalam konteks budaya dan lingkungan
hidupnya yang holistik. Pengertian Pelayanan Holistik adalah pelayanan yang meliputi seluruh
manusia dan seluruh ciptaan Allah. Untuk itu seharusnya gereja menjadi pelopor dan penggerak,
pemerhati dalam pelestarian lingkungan hidup dan menjadi pelopor anti eksploitasi dan penegak
usaha-usaha eksploitasi.

AKTUALISASINYA DALAM PELAYANAN KRISTEN.

1. Pendekatan Kontekstual.
Injil yang adalah intisari pelayanan gereja, bersifat Normatif, berlaku universal dan tetap
relevan sepanjang zaman disetiap budaya dan membutuhkan “metode / pendekatan” yang
memudahkan para pendengar menghayati Injil yang murni dalam konteksnya. Metode diperoleh
dari konteks pelayanan itu sendiri bukan diimpor dari budaya lain. Dalam gugus misiologi,
gagasan mengenai metode dalam pelayanan adalah; pempribumian teologi, penjelmaan
(inkarnasi), inkulturasi dan kontekstualisasi. Kontektualisasi berarti pemanfaatan unsure-unsur
tertentu dalam budaya setempat untuk menyajikan Injil. Istilah Kontektualisasi dimunculkan
pertama kali dalam tulisan Theological Education Fund tahun 1972 (Hassel grave & Rounmen,
1994:48). Kontektualisasi ini penting karena ;

A. Menolong pendengar menyimak dan meresponi Injil dalam budayanya.


Kontekstualisasi juga menuntut sikap yang tepat dari para pelayan Injil dalam menghadapi
kompleksitas suatu budaya, sehingga dibutuhkan Hermeneutika Anthropologi Budaya,
disamping Hermeneutika Alkitabiah. Alkitab pertama-tama diwahyukan dalam konteks budaya
tertentu, ditulis dalam bahasa Ibrani dan Yunani. Dengan usaha hermeneutis, Alkitab dipahami

21 | P I P R I B A D I
dalam latar belakang konteks, sebelum diterapkan dalam konteks masyarakat pendengar Injil
masa kini. Sedangkan hermeneutika antropologi budaya diperlukan berhubung dengan dua (2)
hal yaitu :
a. Dampak dosa yang menodai segala karya manusia (kebudayaan)
b. Sikap pemberita Injil terhadap unsur-unsur budaya artinya melalui hermeneutika antropologi
budaya para pemberita Injil dapat memahami unsur-unsur budaya sehingga dapat mengambil
sikap yang tepat terhadap unsur-unsur budaya yang perlu ditolak atau diterima dan unsur budaya
yang perlu diubah (transformasi) karena menerima semua unsur budaya dapat menimbulkan
sinkretis, tetapi menolak semua unsur budaya berakibat penerima Injil menjadi asing dalam
budayanya. Untuk itu sikap yang tepat adalah menerima unsur-unsur yang netral dan / atau
mengubah (transformasi) “A basic model of culture will hope ti show more clearly what can be
changed and what should not be changed be proclamation of the Gospel. Parts of culture are
changing quickly, and parts change only over a span of generations.” (Smith, 1992 : 252) artinya
tak ada budaya yang imun transformasi. Lambat atau cepat budaya dapat berubah. “Setiap
kebudayaan selalu berada dalam proses perubahan dan penyesuaian. Keterbukaan untuk
perubahan adalah cirri kebudayaan, sama seperti kreativitas adalah cirri manusia.” (Venema,
2006 : 245).

B. Kontektualisasi mempertahankan kemurnian Injil. Berarti kontekstualisasi


harus bertolak dari teks (Alkitab) menuju konteks. Konteks tidak boleh mengorbankan teks,
sebaliknya teks perlu mengoreksi konteks karena banyak sekali kontekstualisasi identik dengan
“Asimilasi” alias “Penyamaran” karena kebutuhan konteks menjadi prioritas. Bahkan tradisi
lisan dipandang menyimpan ilham-ilham Allah sehingga layak disejajarkan dengan Alkitab
(Nuban, 2006 : X) Hal ini menjadi ancaman bagi kontekstualisasi. Pemberita perlu
menyesuaikan diri, tetapi bukan Injil yang disesuaikan (I Kor. 9 : 19-23).

C. Kontekstualisasi menghindarkan pemberita dari kemungkinan eksport


budaya, sikap superior terhadap budaya penerima Injil. “Pada zaman modern ini khususnya,
gerakan missioner sering menjadi sarana penting bagi penyebar kebudayaan Barat” (Shenk, 2001
: 317). Keangkuhan budaya adalah sejenis roh triumfalisme yang perlu ditolak sebab kontradiktif
dengan teladan Yesus saat membasuh kaki para murid-Nya termasuk kaki Yudas, sebagai tanda
menerima aib penyaliban-Nya.

D. Kontekstualisasi penting karena penginjilan tak dapat dipisahkan dari


konteks “Penginjilan yang autentik selalu bersifat kontekstual” (Bosh, 1997 : 639). Injil
(Berita tentang Allah yang mengasihi orang berdosa, Yesus Penebus, pengampunan dosa,
keselamatan, undangan untuk percaya Yesus) perlu mencapai masyarakat / pendengar yang
sudah padu dengan budayanya.

2. Aktualisasi Pelayanan Holistik berada di tangan gereja. Gereja adalah agen Allah
untuk dunia. Gereja dapat mencapai dunia melalui warga sebagai potensinya. Melalui aneka
ragam profesi warga gereja, dunia dapat dijangkau, sebab warga tersebar dalam berbagai
lingkungan sosial.

22 | P I P R I B A D I
3. Aktualisasi pelayanan Holistik dapat berlangsung, jika gereja bersedia memasuki
pelayanan yang berkaitan dengan pelestarian alam / lingkungan hidup. Oleh sebab itu
gereja, lembaga-lembaga Kristen lainnya ikut mempelopori berbagai gerakan pelestarian alam
dan penataan lingkungan hidup.

4. Untuk jangka panjang, gereja dapat menangani pelayanan holistik dengan


mendukung warganya yang ingin belajar diberbagai bidang disiplin ilmu. Langkah ini
menuntut pembaharuan paradigma berpikir dikotomis antara yang spiritual dan yang sekuler.
Jadi aktualisasi pelayanan holistik dapat dilakukan melalui warga yang telah menjadi murid
Kristus (beriman dan berilmu).

KESIMPULAN
1. Pelayanan Holistik dalam pengertian teologis menunjuk kepada program penyelamatan
seluruh ciptaan Allah sebagaimana yang dikatakan Alkitab (Missio Dei) atau aktualisasi
pelayanan holistik harus bertolak dari pemahaman teologis tentang Allah Pencipta alam semesta,
tentang dosa dan dampaknya bagi seluruh ciptaan, serta rencana Allah bagi masa depan seluruh
ciptaan-Nya.
2. Pelayanan holistik dapat diaktualisasikan melalui pendekatan kontekstual dan tekstual
(setia pada teks) dalam memanfaatkan konteks. Dalam hal ini andil hermeneutika Alkitab,
hermeneutika antropologi budaya dibutuhkan.
3. Aktualisasi pelayanan holistik menuntut kesediaan orang Kristen untuk peduli
terhadap lingkungan dan berusaha melibatkan diri secara konkrit.
4. Kunci sukses pelayanan holistik ada ditangan gereja dan lembaga Kristen independent.
Untuk itu warga gereja perlu diperlengkapi agar melibatkan diri untuk memberi kontribusi
konkrit dalam kehidupannya sehari-hari.
5. Dalam pelayanan holistik, penginjilan sebagai inti berita dan / atau ujung tombak Missio
Dei harus tetap dipertahankan “… Akulah yang memilih kamu, …. Menetapkan, supaya kamu
pergi dan menghasilkan buah.” (Yoh. 15 : 16).

V. PERANAN ORANG PERCAYA DALAM PERTUMBUHAN GEREJA

Istilah Transformasi semakin dikenal dikalangan gerejawi. Dalam berbagai acara


gerejawi, baik lokal, regional maupun nasional, istilah Transformasi semakin marak
dipergunakan. Semuanya ini berawal dari kesadaran akan perlunya terjadi perubahan-perubahan
yang signifikan dari pencapaian misi Kristus yang dilaksanakan oleh gereja.
Dalam kenyataannya, iblis telah bergerak lebih cepat dari gereja dalam gerakan
transformasi. Iblis telah berhasil melakukaan pergeseran nilai-nilai kehidupan manusia, termasuk
warga gereja.
Jangankan di seluruh dunia, di negara kita saja telah terjadi perubahan besar dari nilai-
nilai kehidupan sosial, budaya, etika dan religius, bahkan sampai ke seluruh aspek kehidupan.
Sungguh tragis dan mengerikan.
Gaya hidup yang hedonisme, tindak kekerasan yang semakin brutal, kejahatan seksual
melanda sampai kepada anak-anak yang menjadi korban dan pelaku.
Di mana peranan gereja dalam situasi dan kondisi yang sangat mengerikan ini? Ternyata
gereja juga telah turut mengalami "transformasi". Bukan perubahan kearah serupa dan segambar

23 | P I P R I B A D I
dengan Kristus sehingga dapat menjadi terang dan garam, melainkan telah terjadi pergeseran
nilai-nilai pelayanan dan kehambatuhanan. Pelayanan bukan lagi pengabdian, melainkan menjadi
persaingan. Kependetaan bukan lagi menjadi kehambatuhanan, melainkan sudah menjadi status
diri.

1. SIAPAKAH ORANG PERCAYA?


Apakah gereja itu menurut Alkitab?
Menurut kamus bahasa Indonesia:
Gereja adalah tempat ibadahnya kaum Nasrani. (Poerwadarminta).
Gereja adalah gedung (rumah) tempat berdoa dan melakukan upacara agama Kristen
(KBBI).
Menurut Alkitab: Gereja disebut Ekklesia, berasal dari bahasa Yunani. Yang artinya Ek =
keluar. Kaleo = dipanggil. Ekklesia = kelompok orang yang dipanggil keluar, dikhususkan bagi
Allah untuk suatu maksud yang mulia.
Dari arti katanya menunjukkan isinya.
Orang Percaya, Ras. 2:41
Orang yang lahir baru. Ras.2:41
Orang yang sudah diselamatkan. Ras.2:47
Murid-murid.Ras. 9:1,19,25,38
Disebut Kristen. Kis.Ras. 11:26.
Pengikut Kristus. Kis.Ras.11:26
Gereja juga disebut oleh Alkitab sebagai Tubuh Kristus. 1Kor.12:27
Orang percaya disebut sebagai anggota tubuh Kristus dan Kristus adalah Kepala Gereja.
Efs.1:22-23; 4:15.
Anggota tubuh harus melekat pada tubuh dan berfungsi. 1Kor.12:12.
Berfungsi sesuai dengan karunia yang diberikan oleh Roh Kudus. 1Pet.4:10.

2. MEMPERSIAPKAN ORANG PERCAYA BERPERAN


Pribadi yang bersangkutan sudah lahir baru. Yoh.1:12. Kis.Ras.2:41.
Pribadi yang bersangkutan menjalani hidup baru. Efs.4:17-32; Kol.3:5-17.
Pribadi yang bersangkatan sudah dibaptis dengan Roh Kudus. Kis.1: 4-5, 8; 2:1-4, 36-38
Pribadi yang bersangkutan harus bersedia belajar Firman Tuhan melalui
Pemuridan agar dapat memuridkan. Kis.Ras. 2:42.
Pribadi yang bersangkutan harus memahami dan menghayati apa itu pelayanan. Harus
dapat membedakan bahwa:
Berkhotbah, memimpin pujian, singers, main musik, terima tamu, petugas pundi-pundi,
petugas perjamuan kudus dan lain sebagainya, bukanlah pelayanan, melainkan hanyalah
jenis-jenis pelayanan.
Pelayaan adalah pengabdian hidup dengan segenap milik.
Menemukan tempatnya di dalam tubuh Kristus. Dilatih melayani sesuai karunia-karunia
Roh Kudus. 1Kor.12:7-31.
Orang-orang percaya dilatih memberitakan Injil melalui PI Pribadi. Kis.Ras.2:47;
4:4; 8:13; 9:42; 11:21; 13:48; 14:1; 15:5,7; 15:1; 16:34; 17:12, 34; 18:8.

24 | P I P R I B A D I
VI. PERANAN ROH KUDUS BAGI ORANG PERCAYA DALAM PNGINJILAN
Kis 1 : 8

Perkataan Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya saat sebelum Ia terangkat ke sorga


tentang Janji Bapa yaitu Roh Kudus “kamu akan mnerima kuasa kalau Roh Kudus turun ke atas
mu. Kata menerima kuasa disini adalah menerima kuasa untuk pergi menjadi saksi Kristus. Yaitu
memeberitakan injil. Kuasa untuk memberitakan injil Yesus Kristus tidak saja berhenti sampai
pada rasul-rasul tetapi kuasa untuk memberitakan injil telah menjadi tugas kita orang percaya
dan Gereja Tuhan saat ini Mat. 28;18-20. Saat ini kita akan belajar tentang Beberapa hal penting
tentang peranan Roh Kudus bagi orang percaya dalam memberitakan injil.
Roh Kudus memperlengkapi kita dengan kuasa penuh .Kamu akan menerima kuasa,
kalau Roh Kudus turun keatas kamu dan kamu akan menjadi saksiku Kpr. 1:8. Inilah janji Yesus
Kristus bg orang percaya pada saat pergi untuk (Penginjilan) memberitakan Injil. Kata “kamu”
yang dimaksudkan disini adalah para murid-murid Tuhan. Dan kita juga adalah murid-murid
Tuhan yang dipilih Tuhan dan dipakai untuk memberitakan injil Yesus Kristus. Kita dipilih
diselamatkan untuk menyelamatkan. Tugas penginjilan adalah sebuah pengorbanan dan Yesus
telah berkorban bagi kita untuk diselamatkan. Apa pengorbanan kita dalam penginjilan?
Roh Kudus memperlengkapi kita dengan berbagai-bagai karunia. Salah satunya
karunia Hikmat tujuannya adalah ketika injil diberitakan injil itu dapat dipercayai KPR 2:37-38.
Dalam penginjilan tersebut terkadang kita kan diperjumpakan dengan tantangan-tangan yanga
sangat sulit/berat Contoh rasul paulus dalam penginjilan di kota Atena KPR 17:18; 30-34. Roh
kudus memperlengkapi kita dalam tugas penginjilan dengan memberikan Roh Keberanian KPR
4:28-31.
Roh Kudus menuntun kita untuk pergi memberitakan injil. Matius 28;18-20. Orang
percaya dalam tugas penginjilan harus memiliki kepekaan akan suara Tuhan. Seperti seorang
tokoh dalam penginjilan dalam gerja mula-mula yaitu Filipus yang senantiasa menantikan waktu
Allah untuk melangkan KPR 8:1-5. Roh kudus menuntun kita untuk memimpin orang yang
belum percaya untuk mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat-Nya. (Inilah
keputusan Pribadi KPR 8:37-38.

Dampak peranan Roh Kudus bagi orang percaya dalam tugas penginjilan:
Firman Allah tersebar di kota-kota sampai di desa-desa KPR 13:48-49.
Jemaat yang ada dalam sebuah Gereja local semakin disukai semua orang.
Terjadi multiplication jemaat di gereja local.
Lihat kebenaran FT yang terjadi dalam gereja mula-mula KPR 2:41, 47;6:7;9:31 tiap-tiap
hari Tuhan menambahkan jumlah mereka .

MISI JEMAAT
Suatu fakta yang tidak dapat disangkal bahwa setiap lembaga atau instansi, apakah itu
milik pemerintah atau milik swasta, mempunyai misi yang akan dilakukan, tidak terkecuali
gereja seperti kata David Roper bahwa, “Gereja adalah lembaga ilahi dengan misi ilahi” (Roper
dalam Cloer, 1999: 41). Gereja yang didirikan oleh Kristus ( Matius 16: 18; Kisah 2) adalah
gereja yang mempunyai misi agung. Yesus, “telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu
mengikuti jejak-Nya” (1 Petrus 2:21b), dalam menjalankan misiNya, Roy H. Lanier, Jr.
mengatakan, “Misi Tuhan lebih tinggi, lebih suci dan rohani” ( Lanier, Jr. dalam Highers,1993:

25 | P I P R I B A D I
7). Apakah misi Yesus? Ia datang ke dunia ini untuk menyatakan dan melakukan kehendak Bapa
yang telah mengutusNya, (Yohanes 8:38, 42), menyelamatkan umatNya dari dosa (Matius 1:21),
serta mencari dan menyelamatkan manusia yang sesat (Lukas 19;10; bdg. Matius 11: 28-30).
Yesus telah memulai misi itu namun belum selesai dan sekarang kita sebagai jemaatNya harus
melanjutkannya.
Beberapa jemaat lokal sedang dan terus melakukannya, sebaliknya yang lain belum
melakukannya sama sekali atau mungkin sudah pernah memulai tetapi berhenti. Perlu diingat
bahwa sejak misi jemaat itu dimulai maka harus dilakukan terus menerus. Kita tidak dapat
mengharapkan misi ilahi itu berhasil tanpa melaksanakannya atau berhenti di tengah jalan.
Jemaat Tuhan membutuhkan orang-orang yang mempunyai komitmen total untuk melaksanakan
misi ilahi, sebab pekerjaan misi menuntut tanggung jawab penuh, dan hal terpenting adalah
bahwa misi mempengaruhi keselamatan jiwa kita (bdg.1 Timotius 4:13-16).
Apa sajakah misi jemaat Tuhan? Misi jemaat dapat dikategorikan dalam tiga bagian: Misi
ke atas, misi ke luar dan misi ke dalam. Dalam tiga kategori ini terdapat empat bagian besar misi
jemaat:

1. Penginjilan
Penginjilan adalah misi ke luar. Penginjilan adalah kata yang besar dalam kekristenan.
Mengapa saya mengatakan demikian, karena kata ini mengandung makna rohani yang sangat
dalam. Kata dasarnya adalah Injil. Apa arti Injil? Injil adalah kabar kesukaan (Kisah Rasul
13:32), kabar baik (Lukas 4:18), kesukaan besar (Lukas 2:10). Ketiga arti harfiah Injil ini
mempunyai pengertian yang lebih khusus. Meringkas apa yang dikatakan Paulus dalam 1
Korintus 15:1-4, maka Injil adalah berita tentang kematian, penguburan, dan kebangkitan
Kristus. Paulus juga mengatakan bahwa Injil adalah (satu-satunya) kuasa Allah untuk
menyelamatkan setiap orang yang percaya (mentaatinya) (Roma 1:16). Mengapa harus
memberitakan Injil?
A. Karena itu adalah perintah
Sebelum kenaikan Yesus ke surga, Ia memberikan “amanat penginjilan” kepada murid-
muridNya (Matius 28:18, 19; Markus 16:15). Perintah ini bukan hanya kepada rasul-rasul
Kristus, tetapi juga kepada orang-orang Kristen lainnya. Bukti nyata tercatat di dalam kitab
Kisah Rasul dimana jemaat abad pertama, apakah itu secara individu atau kolektif sangat
bersemangat dalam memberitakan Injil meskipun mereka menghadapi penganiayaan hebat
(Kisah Rasul 5:40-42; 8:1, 4, 25-29; 18:24-28; dll). Tuhan membutuhkan orang-orang dalam
gerejaNya yang mau pergi dan memberitakan Injil. Menuruti perintah Tuhan bukan hanya aktif
dalam kebaktian, persekutuan jemaat, membaca firman Allah di rumah, tetapi juga menginjili.
Ingat, Tuhan menginginkan pertumbuhan gerejaNya secara kualitas, kuantitas, dan juga regional.
Kalau memberitakan Injil adalah perintah, maka itu berarti tidak ada alasan bagi kita berdalih,
terlalu sibuk, tidak tahu banyak bagaimana caranya, tidak pandai berbicara kepada orang, terlalu
capek, atau bisa memberi uang saja, untuk tidak membawa Injil kepada orang-orang berdosa.
B. Untuk menyelamatkan jiwa yang sesat
Mengapa perlu menyelamatkan jiwa yang sesat? Matius mencatat perkataan Yesus yang
mengatakan, “ Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?
Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?” (Matius 16:26). Ini berarti
bahwa jiwa manusia “sangat bernilai.” Begitu banyak manusia yang tersesat oleh duniawi dan
butuh keselamatan.

26 | P I P R I B A D I
Malcolm L. Hill mengatakan “Ketika Anda sesat, Anda ingin orang lain membawa Anda
kepada Kristus, bukan?” (Hill, 1965: 33). Jadi demikian juga keinginan orang-orang yang masih
sesat dari kita. Paulus mengatakan dia berhutang kepada jiwa-jiwa manusia yang sesat, oleh
sebab itu dia harus membayarnya dengan memberitakan Injil keselamatan kepada mereka (Roma
1:14, 15). Kalau Paulus merasa berhutang, maka seharusnya juga kita demikian terhadap jiwa-
jiwa yang sesat.
C. Untuk memberikan teladan kepada generasi penerus.
Sebagaimana telah disebutkan dalam pendahuluan bahwa Kristus “telah meninggalkan
teladan” bagi pengikutNya. Kita bisa melihat hal ini ketika Yesus pada masa pelayananNya di
bumi membawa murid-muridNya memberitakan Kerajaan Allah, yang tentunya bertujuan untuk
memberi teladan bagi mereka. Dan memang terbukti teladan Yesus itu ada pada murid-
muridNya. Setelah Yesus naik ke surga, murid-muridNya terus memberitakan Injil, yang tercatat
dalam kitab Kisah Rasul. Saya sangat percaya mereka dengan kerelaan hati dan penuh
pengorbanan serta semangat tinggi, melakukan penginjilan oleh karena melihat teladan yang
ditunjukkan Kristus. Begitu juga dengan orang-orang Kristen lain yang melihat teladan rasul-
rasul, mau memberitakan Injil (Kis.7, 8, 9, 13, 16, 18).
Paulus menulis, “Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus” (1
Kor. 11:1). Paulus menyatakan dengan jelas disini bahwa dia mengikuti teladan Kristus dan juga
menghimbau orang-orang Kristen untuk mengikuti teladan itu.
Perlu diingat bahwa kita tidak akan hidup selamanya di bumi ini untuk memberitakan
Injil. Itulah sebabnya, perlu teladan bagi generasi berikutnya untuk melanjutkan pemberitaan
Injil (Bnd. 1 Tim.4:12; 2 Tim.2:2).
D. Karena itu mempengaruhi keselamatan jiwa kita
Paulus melihat suatu ancaman bagi jiwanya bila tidak memberitakan Injil, sehingga dia
berkata: “Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan
diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil” (1
Korintus 9:16).
Adam Clarke pernah berkata:”Oh orang-orang yang tidak berguna dan tidak
berpengharapan! Lebih baik Anda tidak lahir! Sia-sia saja menyombongkan otoritas kerasulan
Anda, kalau Anda tidak melakukan pekerjaan para rasul!Sia-sia juga kepura-puraan atas
panggilan ilahi Anda, kalau Anda tidak melakukan pengjinjilan”.(Clarke dalam Hill, 1965: 32).

Melihat kedua pernyataan di atas, maka dapat dikatakan bahwa melakukan penginjilan
adalah salah satu jaminan bagi keselamatan jiwa kita (Bdg. Yehezkiel 3:17-21). Itulah sebabnya
juga Paulus mendorong Timotius agar tidak melalaikan tugasnya sebagai pemberita Injil (2 Tim.
4:4; bdg. 1 Tim.4:16). Kalau Paulus berkata kepada Timotius untuk melakukan itu, maka
implikasinya juga kepada kita demikian.

2. Pembinaan Warga Jemaat


Yang dimaksud dengan pembinaan adalah pendewasaan orang-orang yang telah
menjadi anggota jemaat Tuhan dalam kerohanian. Kata lain yang juga berhubungan dengan
pembinaan adalah pendidikan. Ini adalah misi ke dalam. Pembinaan ataupun pendidikan
terhadap anggota jemaat juga termasuk dalam amanat agung Yesus, Dia berkata; “dan ajarlah
mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Matius 28:20a).
Tujuan dari usaha pembinaan ini adalah untuk menjadikan anggota-anggota jemaat
bertumbuh dalam kehidupan rohani yang berkualitas. Allah menginginkan supaya umatNya

27 | P I P R I B A D I
“bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus yang adalah kepala” (Efesus 11:15). Apa
maksudnya? Rasul Petrus menjelaskan bahwa setiap orang Kristen “harus dengan sungguh-
sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan
pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan
kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada
kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang. Sebab apabila semuanya itu ada padamu
dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu
akan Yesus Kristus, Tuhan kita” (2 Petrus 1: 5-8), dan Paulus pun menjelaskan, “sampai kita
semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah,
kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus” (Efesus
4:13). Jadi jelas bahwa setiap orang Kristen harus b ertumbuh secara rohani.
Untuk mencapai hal itu Paulus menulis, “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul
maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-
pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi
pembangunan tubuh Kristus” (Efesus 4:11-12). Allah sudah menyediakan tenaga pendidik atau
pembina dalam jemaatNya. Jemaat harus menggunakan mereka agar anggota-anggota yang
masih baru ataupun lemah dapat bertumbuh dengan sempurna dalam Kristus.
Sangat disayangkan beberapa jemaat lokal di Indonesia belum atau tidak memiliki kelas-
kelas Alkitab sebagai wadah untuk mendidik atau membina anggota-anggota jemaat, kecuali
kebaktian minggu dan mungkin belajar pribadi. Tentu saja jemaat-jemaat yang demikian sulit
untuk bertumbuh secara rohani.
Kita mungkin dapat melihat contoh jemaat abad pertama seperti di Yerusalem, penulis
kitab Ibrani memberikan teguran yang cukup keras kepada mereka demikian, “Sebab sekalipun
kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi
diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan
makanan keras. Sebab barang-siapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang
kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa,
yang karena mempunyai panca-indera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang
jahat” (Ibrani 5:12-14). Berikut penulis kitab Ibrani mengetahui bahwa mereka hanya
mengetahui ajaran-ajaran dasar sambil mendorong, “Sebab itu marilah kita tinggalkan asas-asas
pertama dari ajaran tentang Kristus dan beralih kepada perkembangannya yang penuh. Janganlah
kita meletakkan lagi dasar pertobatan dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, dan dasar
kepercayaan kepada Allah, yaitu ajaran tentang pelbagai pembaptisan, penumpangan tangan,
kebangkitan orang-orang mati dan hukuman kekal” (Ibrani 6:1-2). Ini mengakibatkan jemaat di
Yerusalem jalan di tempat.
Kemudian jemaat di Efesus ketika masih “anak-anak,diombang-ambingkan oleh rupa-
rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang
menyesatkan” (Efesus 4:14). Jemaat di Korintus memiliki banyak masalah, diantaranya: Adanya
perpecahan di dalam jemaat yang didasari oleh favoritisme (1 Korintus 1:10-13), insest
(hubungan seks dalam keluarga) (1 Korintus 5:1), salah motif dalam melakukan perjamuan
kudus (1 Korintus 11), salah motif dalam mempergunakan karunia-karunia rohani (1 Korintus
14), dll. Jemaat di Galatia mudah sekali dipengaruhi oleh pengajar palsu ( Galatia 1:6-9).
Beberapa jemaat dari 7 jemaat dalam kitab Wahyu dengan masing-masing masalahnya (Wahyu
2-3).
Dari beberapa gambaran (gejala) di atas kita dapat menyimpulkan bahwa masalahnya
terletak pada pembinaan. Fakta ini seharusnya menjadi pertimbangan dan pelajaran jemaat-

28 | P I P R I B A D I
jemaat Tuhan sekarang ini untuk tidak menyepelekan pembinaan terhadap anggota-anggota
jemaat yang masih baru atau lemah. Pembinaan dalam jemaat merupakan faktor penting untuk
mempertahankan iman anggota.
Tetapi fakta sebaliknya yang sering terjadi adalah bahwa ketika seorang berdosa
ditobatkan menjadi orang Kristen, kurang dipedulikan pertumbuhan rohaninya, dan juga
terhadap orang-orang yang lemah iman, masa bodoh atau bahkan berharap secepatnya keluar
dari gereja Tuhan sebelum melakukan pendekatan. Apakah sikap membina jemaat seperti ini?
Tidak! Gereja Tuhan bukan seperti hotel atau penginapan, yang hanya ditempati menginap
semalam, dua malam atau seminggu. Gereja Tuhan adalah rumah seumur hidup! Allah
menginginkan agar setiap orang yang sudah ada di dalam jemaatNya tetap untuk selamanya.
Untuk itu dibutuhkan pembinaan rohani yang baik terhadap anggota-anggota jemaat.
Pembinaan rohani ini akan memberikan keuntungan ganda bagi anggota gereja, seperti
yang dikatakan Paulus kepada Timotius, “Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan
banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap
mengajar orang lain” (2 Timotius 2:2). Artinya bahwa ketika anggota-anggota jemaat sudah
terbina: dewasa dalam iman dan mempunyai pengetahuan yang baik tentang firman Allah, maka
kemudian mereka bukan saja dapat hidup sebagai orang Kristen yang utuh, melainkan juga akan
menerima tanggung-jawab untuk membina anggota jemaat lainnya. Dalam pelaksanaannya,
pembinaan layaknya pelari estapet: setelah pelari pertama melalui satu putaran, maka pelari
berikutnya akan melajutkan dan seterusnya sampai selesai.
Jadi kesimpulannya, untuk melakukan pembinaan bagi warga jemaat diperlukan program
pendidikan. Dalam program ini usahakan untuk membentuk kelas-kelas dan membuat kurikulum
sesuai tingkatan usia: dewasa, pemuda, remaja, anak-anak, balita, bayi. Disamping itu juga perlu
dibentuk kelas-kelas pelatihan melayani, mengajar, kelas wanita, lokakarya, seminar, dll. Hal
lain yang tidak kalah penting dalam pembinaan kerohanian jemaat adalah adanya program
persekutuan, apakah itu persekutuan jemaat, persekutuan keluarga, persekutuan antar jemaat,
atau kebangunan rohani. Semua ini adalah cara yang dapat digunakan untuk membina anggota
jemaat agar bertumbuh sempurna dalam kerohanian.
3. Penyembahan
Penyembahan adalah misi ke atas. Mengapa dikatakan demikian, karena penyembahan
adalah misi yang dilakukan oleh orang Kristen kepada Allah di surga. Penyembahan yang benar
adalah penyembahan yang dilakukan “dalam roh dan kebenaran” (Yohanes 4:24b). Apa maksud
dari pernyataan ini? Menyembah dalam roh berarti menyembah dengan pengertian (1 Korintus
14:15), dengan sungguh-sungguh, dan dengan segenap hati atau pikiran. Menyembah dalam
kebenaran adalah menyembah sesuai dengan firman Tuhan (Yohanes 17:17). Artinya, elemen-
elemen yang dilakukan dalam kebaktian itu hanyalah yang diperintahkan oleh Allah, yakni:
Bernyanyi (Efesus 5:19; Kolose 3:16; Ibrani 13:15); berdoa (Kisah Rasul 2:42); makan
perjamuan Tuhan (Kisah Rasul 20:7; 1 Korintus 11: 23-29); memberi persembahan (1 Korintus
16:1-2; 2 Korintus 9:6-7); mendengar khotbah (Kisah Rasul 20:7). Lebih dari itu, Paulus juga
menasihatkan, “supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup,
yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati” (Roma 12:1).
Penulis kitab Ibrani mengingatkan,“Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan
ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan
semakin giat melakukannya” (Ibrani 10:25). Ini berarti bahwa penyembahan kepada Allah adalah
“keharusan” bagi setiap pribadi orang Kristen, bukan “pilihan!”

29 | P I P R I B A D I
4. Kebajikan
Kebajikan adalah misi ganda jemaat: ke dalam dan ke luar. Apa itu kebajikan?
Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Galatia mendorong supaya, “Janganlah kita jemu-jemu
berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi
lemah. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada
semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman” ( Galatia 6:9,10). Dari perkataan
Paulus ini dapat didefinisikan bahwa kebajikan adalah usaha menolong orang lain yang berada
dalam keadaan susah ataupun kekurangan kebutuhan materi. Jemaat-jemaat Tuhan abad pertama
sangat aktif dalam melakukan kebajikan. Roy H. Lanier, Jr. menggambarkan sebagai berikut:
Saudara-saudara di Yerusalem adalah orang-orang yang penuh dengan kebajikan sebagaimana
terlihat oleh kepedulian mereka terhadap orang-orang yang membutuhkan pertolongan, bahkan
sejak dari permulaan (gereja) (Kisah Rasul 2:44). Perbuatan kebajikan ini terus dilakukan dan
semakin bertambah (Kis. 4:32-37). Jemaat di Antiokhia juga penuh dengan kebajikan.
Kepedulian mereka ditunjukkannya dengan cepat dan melimpah ketika bantuan dibutuhkan di
Yerusalem (Kis. 11:27-30) (Lanier, Jr. dalam Highers, 1993: 8, 9).
Kalau jemaat- jemaat Tuhan abad pertama melakukan kebajikan, maka jemaat –jemaat
Tuhan sekarang inipun tidak terkecuali dalam melakukan kebajikan baik kepada orang-orang di
luar jemaat, terlebih kepada saudara-saudara seiman (bdg. Kis. 6:1-3; 1 Tim.5:3-10).
Bantuan kebajikan akan hanya diberikan kepada orang-orang yang benar-benar
membutuhkan, seperti korban bencana alam (banjir, gempa bumi, dan kelaparan), kecelakaan
lalu-lintas, panti jompo, panti asuhan, pengidap penyakit tertentu, dll.
Bentuk kebajikan terserah kepada jemaat yang bersangkutan asal benar-benar berguna
bagi mereka yang membutuhkan. Untuk menyalurkan bantuan dapat bekerja sama dengan
lembaga-lembaga sosial, apakah itu milik pemerintah atau swasta. Tetapi kalau bantuan itu untuk
saudara-saudara seiman langsung melalui jemaat-jemaat lokal yang bersangkutan.

Kesimpulan
Misi jemaat adalah misi ilahi. Allah telah memberikan hak kepada jemaat-jemaatNya
untuk menjalankan misi itu. Oleh karena itu, tidak ada dalih untuk menolak, selain bertanggung-
jawab untuk mengerjakan, baik penginjilan, pembinaan terhadap anggota-anggota jemaat,
penyembahan, dan kebajikan sebagai misi jemaat.
Paulus memberikan dorongan kepada kita, “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih,
berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu,
bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia” (1 Korintus 15: 58).

VII. PEMUDA DAN PERUBAHAN ZAMAN.


(KELOMPOK PEMUDA DAN MAHASISWA)

Pemuda sering dijuluki sebagai ujung tombak perjuangan bangsa Indonesia, baik
untuk meraih kemerdekaan maupun memperjuangkan reformasi pada beberapa tahun belakangan
ini. Tidak dapat dipungkiri kiprah pemuda yang memberikan andil yang tak ternilai dalam
menentukan arah perjalanan bangsa. Demikian juga halnya peranan pemuda di tengah gereja.
Tidak berlebihan, bila dikatakan berkembang atau tidaknya pelayanan pemuda merupakan
cerminan terhadap berkembang atau tidaknya seluruh pelayanan yang ada. Slogan yang

30 | P I P R I B A D I
mengatakan bahwa pemuda adalah gereja masa depan sudah usang, pemuda bukanlah gereja
masa depan, namun pemuda adalah gereja masa kini.
Zaman berubah seiring dengan berjalannya waktu. Pemuda dan zaman adalah dua hal
yang berhubungan erat, oleh karenanya keberhasilan pelayanan pemuda sangat dipengaruhi oleh
keberhasilannya dalam mengenal dan memahami zaman. Masa kini ditandai dengan berbagai
perubahan-perubahan yang sangat drastis, terutama kemajuan-kemajuan teknologi dan ilmu
pengetahuan. Perubahan sebagian besar dunia dari era pertanian, ke era industri, dan berkembang
ke era informasi. Sehubungan dengan hal ini, dengan kehadiran internet, generasi sekarang
dijuluki dengan generasi internet (Net Generation) bahkan telah memasuki generasi yang lebih
baru lagi yakni generasi digital. Tidaklah mengherankan jika kita mengakses internet, kita
menemukan banyaknya situs-situs kaum muda dengan gagasan-gagasan yang luar biasa.
Di sisi lain, masa kini yang merupakan lanjutan abad sebelumnya, di tengah
perkembangan iptek yang begitu hebat namun sekaligus juga sangat bersifat konflik, dengan
segudang kekecewaan dan keputusasaan. Sains modern membawa orang Kristen kepada
dualisme dan kebingungan untuk mempercayai apa yang dikatakan oleh Alkitab dan sekaligus
juga ”harus” mempercayai apa yang ditawarkan oleh sains modern yang meskipun bertentangan
dengan Alkitab. Sebagai contoh, seorang pelajar akan mengalami kebingungan ketika di satu sisi
dari gereja ia mengerti bahwa manusia dicipta langsung oleh Allah, namun di sisi lain di bangku
sekolahnya ia harus menerima ”keyakinan” evolusi. David Noebel menguraikan bahwa di
wilayah kerangka berpikir (keyakinan) di mana peperangan terbesar pada zaman kita sekarang
sedang berkecamuk, peperangan untuk hati dan pikiran (baca Peperangan untuk Kebenaran,
YWAM, 2004)..
Setiap generasi memilki karakteristiknya masing-masing yang sekaligus menjadi garis
pembatas antar generasi dan yang tentunya tidak mudah dilampaui. Di dalam karakteristik inilah
hendaknya pelayanan pemuda dan mahasiswa berupaya untuk memenuhi 4 kebutuhan mendasar
manusia, yakni kebutuhan akan kasih, pengampunan, tujuan hidup dan pengharapan. Pelayanan
yang dijalankan dengan asumsi yang tak pernah berubah akan tumpul dalam kreativitas dan
inovasi, dan pada gilirannya kehilangan efektivitas.
Motivasi dan Tujuan Pelayanan Pemuda
Seperti telah disebutkan di atas, pemuda memiliki peranan penting di tengah-tengah
gereja, sehingga mereka merupakan aset yang tak ternilai bagi gereja. Hal ini dapat
menghasilkan hal negatip dan menjadi penghambat gereja bila mereka tidak berhasil menemukan
diri mereka, demikian sebaliknya akan menjadi suatu yang sangat berarti ketika mereka
memahami diri mereka di dalam Kristus. Mereka tidak dihanyutkan oleh zaman, tetapi menjadi
pemuda yang mampu menolong, mampu berdiri dan mencegah kemerosotan zaman, serta
membawanya kepada Kritus (baca Stephen Tong dalam Pemuda dan Krisis Zaman).
Tujuan pelayanan kita dapat dilihat dalam surat-surat Rasul Paulus. Kolose 2
memerintahkan pertumbuhan iman pribadi, dan Efesus 4 menguraikan peranan tenaga para
pemimpin dalam membina pertumbuhan tersebut. Tujuan kita adalah untuk bertumbuh dan
mempertumbuhkan dalam pertumbuhan yang terarah di dalam Kristus dan berlangsung secara
terus menerus.
Tujuan pelayanan pemuda tentunya merupakan bagian dari tujuan gereja itu sendiri.
Berdasarkan Hukum yang terutama Mat 22:37-40 dan Amanat Agung ditemukan lima tujuan
(Doug Fields dalam Purpose Driven Youth Ministry), yakni:
1. Ibadah: ”Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu.”

31 | P I P R I B A D I
Segala sesuatu yang kita lakukan dalam pelayanan adalah karena mengasihi Allah dan
kerinduan kita untuk memuliakan dan beribadah kepadaNya dengan gaya hidup kita. Pemilihan
bentuk ibadah bagi kaum muda merupakan hal penting. Jika pemuda mengikuti pertemuan-
pertemuan ibadah di mana mereka tidak merasa diperhatikan, dianggap, dan dihargai, mereka
akan memperoleh kesulitan untuk membuat hubungan antara apa yang mereka rasakan (nyaman
dengan lingkungan) dan apa yang mereka dengar tentang kasih Allah (sadar akan hal-hal
teologis).
2. Pelayanan: ”Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
Pemuda tidak harus menunggu benar-benar dewasa untuk melayani. Pelayanan pemuda
yang sehat akan terus menerus mendorong para pemuda untuk menemukan karunia-karunia
mereka dan menempatkan mereka dalam praktek dalam pelayanan
3. Penginjilan: ”Pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu.”
Penginjilan adalah tujuan yang kurang diekspresikan dalam berbagai pelayanan pemuda.
Ketika tujuan ini jelas dalam pelayanan pemuda, pertumbuhan yang besar akan terjadi.
Penginjilan bukanlah suatu program, melainkan suatu proses, yakni di mana seseorang yang
menjadikan hidupnya diubahkan sebagai suatu saksi bagi orang lain yang membutuhkan kasih
karunia Allah yang mengubahkan.
4. Persekutuan: ”Baptislah mereka.”
Persekutuan pemuda yang benar terjadi saat mereka dikenali, diperhatikan,
diperhitungkan, dan didorong dalam perjalanan rohani mereka. Salah satu cara paling efektif
untuk menghasilkan persekutuan pemuda yang alkitabiah adalah dengan mengikutsertakan
mereka dalam kelompok-kelompok kecil
5. Pemuridan: ”Ajarlah melakukan segala sesuatu yang telah ’Kuperintahkan
kepadamu’.”
Pemuridan merupakan proses seumur hidup yang Allah pakai untuk membawa kita pada
kedewasaan dalam Kristus. Pemuridan yang sehat bertumbuh di bawah pemimpin-pemimpin
rohani yang bersedia melakukan sesuatu yang bisa dilakukan. Mereka secara terus menerus
menanam benih dan menyirami iman para pemuda. Secara sederhana, pemuridan adalah
”membantu pemuda untuk menjadi seperti Kristus.”
Tantangan Intelektual
Dari hasil survai yang dilakukanoleh Dr. Gwang Ho Jeohn terhadap mahasiswa di
Indonesia didapati bahwa 90% dari mahasiswa mempercayai Allah yang diwahyukan di dalam
Perjanjian lama dan ciptaanNya. Akan tetapi dalam kehidupan masyarakat dan mahasiswa
terlihat adanya banyak pengaruh evolusionisme yang menyangkal Allah pencipta dan
ciptaanNya. Lebih luas lagi, David Noebel mengatakan bahwa orang percaya kini berhadapan
dengan Kerangka berpikir Humanisme yang terbagi di dalam Humanisme Sekuler, Marxisme/
Leninisme dan Humanis Kosmik (Gerakan Zaman Baru) menjadi ancaman yang sangat serius
bagi kekristenan. Keyakinan-keyakinan ini telah mempengaruhi jauh ke berbagai disiplin ilmu
yang ada.
Humanis Will Durant mengatakan, ”Pertanyaan terbesar pada zaman ini bukanlah
komunisme melawan individualisme, bukan Eropa melawan Amerika, bukan juga Timur
melawan Barat,tetapi apakah manusia dapat hidup tanpa Tuhan.” Kita menghadapi berbagai
upaya manusia untuk lari dari pengakuan terhadap kedaulatan Allah. Kekristenan sangat
konsisten dan setia pada kebenaran sehingga kita harus menguji dari pada bertanya mengapa
manusia ingin hidup tanpa Tuhan.

32 | P I P R I B A D I
Di sisi lain, kita juga sedang berhadapan dengan berbagai upaya manusia untuk
“menjual” Kristus. Don Brown mengeruk keuntungan yang sangat besar ketika menulis
novelnya yang sangat laris dengan judul DaVinci Code. Membuka rahasia bahwa Yesus tidak
mati dan bangkit menjadi ketertarikan yang luar biasa bagi manusia. Upaya untuk meruntuhkan
keunikan Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat terus berlangsung. Banyak buku senada yang
terbit belakangan ini, seperti Jesus Lived in India, Yesus Poligami dan lain sebagainya.

Karakteristik program-program kaum muda


Setiap generasi menghadapi berbagai persoalan yang berbeda dengan generasi
sebelumnya. Perbedaan-perbedaan ini ada dalam nilai dan keyakinan yang bisa sangat beragam.
Norman Wright dalam Communication @Work mengatakan bahwa pada kenyataannya, sistem-
sistem nilai paling hakiki dari generasi-generasi yang hidup secara bersamaan dalam masyarakat
kita mempunyai perbedaan-perbedaan yang dramatis. Fokus kita seharusnya tidak terlalu tertuju
pada upaya untuk mengubah orang lain agar dengan standar dan nilai-nilai kita. Sebaliknya, kita
harus belajar untuk menerima dan memahami orang lain karena mereka memiliki pandangan
sendiri, mengakui keabsahan nilai-nilai dan perilaku mereka. Yang menjadi pertanyaan bagi kita
adalah apakah kita merasa terancam oleh perbedaan-perbedaan generasi ini atau kita merasa
ditantang olehnya.
Menjawab tantangan di atas membutuhkan respon yang tidak sederhana dan hanya
memungkinkan untuk diresponi oleh orang yang telah hidup di dalam Kristus atau lebih jauh
orang yang telah ”melihat” bahwa kesaksian Alkitab merupakan otoritas tertinggi di dalam kita
memahami realita kehidupan. Membawa kaum muda untuk hidup dalam kebenaran dan memiliki
wadah yang memungkinkan baginya untuk bertumbuh merupakan bagian yang tidak terpisahkan.
Dengan karakteristik yang khas pemuda, menurut Doug Field, pelayanan pemuda membutuhkan
lima karakteristik umum yang penting, yakni:
1. Perlu mengutamakan hubungan
Para pemimpin dewasa memberi prioritas tinggi untuk membangun hubungan dengan
pemuda, dan hubungan ini mempercepat keefektifan pelayanan dan meningkatkan kedewasaan
rohani mereka. Model pelayanan ini menjadi sebuah pelayanan bersama kaum muda dan
bukannya pelayanan yang mengutamakan program.
2. Memerlukan sumber ide yang segar
Dibutuhkan ide-ide baru yang membantu pelayanan pemuda membuat program yang
lebih efektif. Inti dari penyusunan program yang kreatif hanyalah merupakan masalah
kemampuan dalam memenemukan gagasan dan menyesuaikannya dengan situasi yang dihadapi.
Tetapi, jangan sampai terjebak pada pelayanan kreatif namun tidak efektif.
3. Membutuhkan kekuatan yang melebihi kepribadian
Pelayanan pemuda yang berkembang tidak bergantung pada pribadi-pribadi pemimpin
kharismatis tertentu saja, tetapi terbagi pada banyak rpibadi yang terlibat bersama-sama dalam
menjalankan tugas.
4. Memerlukan sistem tindak lanjut
Dalam hal ini, tanggung jawab pelayanan juga memperhatikan dan tetap mencari para
pemuda yang tidak hadir atau meninggalkan persekutuan dan meresponi hal ini dengan segera.
5. Membutuhkan kejelasan atas tujuan
Pelayanan yang baik benar-benar memahami tujuan utama yang akan dipenuhi pada
program-program mereka, untuk siapa program tersebut ditujukan dan apa yang biasanya terjadi
pada setiap program.

33 | P I P R I B A D I
Kita perlu terus memikirkan bentuk pelayanan pemuda yang dapat menjawab tantangan
dan persoalan zamannya. Searah dengan Warren Benson, kita perlu mempertanyakan apakah
gereja adalah tempat di mana kita dapat memanggil orang untuk datang dan menjalani kehidupan
Kristen mereka dalam batas-batas kelembagaan itu, atau apakah gereja ada dengan tujuan
melengkapi orang untuk memasuki dunia dan menjadi gereja itu? Apabila mentalitas kita ialah
melakukan pelayanan ketika kita mengumpulkan orang di dalam gereja, maka pelayanan kita
akan efektif? Apakah lembaga itu ada untuk melayani, ataukah untuk dilayani? Selama kita
belum memahaminya dengan benar, dan selama energi gereja dan potensi para pengerja kaum
muda tidak terpusat kepada orang banyak, maka kita memiliki pemahaman yang dangkal
mengenai menjadi pengikut Yesus Kristus, dan akibatnya memiliki pelayanan yang dangkal dan
tidak efektif terhadap masyarakat kita. Paling tidak, di atas semuanya terdapat dua konsekuensi,
yang pertama bahwa kita harus mendefenisikan kembali pelayanan pemuda yang menjawab
tantangan zaman, dan kedua bagaimana kita dapat mempertajam visi pelayanan pemuda dan
mahasiswa.
Kelemahan pelayanan pemuda dan mahasiswa
Pemuda ada dalam periode waktu di mana ia sedang dan akan mengalami berbagai
perubahan dan keputusan dalam hidupnya. Ia sedang dan akan memikirkan studi dan masa
depannya, karir dan calon hidup, dan sebagainya. Sehingga gumulan-gumulan yang dihadapinya
merupakan terminal menuju kehidupan yang lebih mapan dan permanen. Di samping
kemandiriannya, ketergantungan dengan pihak lain masih sangat dibutuhkan.
Apa yang menjadi sisi lemah pelayanan selama ini? Diskusi dan evaluasi akan
membukakan hal ini, berikut beberapa hal di antaranya. Prof. W.Stanley Heath mengatakan
bahwa kelemahan yang biasa terlihat pada kelompok-kelompok persekutuan pemuda dan
mahasiswa adalah pertama, karena mereka merasa diri lebih terdidik dari pada rakyat biasa,
mereka lalai mencari sesepuh yang berpengalaman dan lebih mengenal masyarakat luas, dan
kedua, menganggap gereja picik dan ketinggalan zaman, bahkan belum ”lahir baru”.
Akibat pertama, mereka dengan mudah dapat dikuasai oleh pribadi-pribadi yang ”sok
tahu”, yang sedang ber”ego trip”. Pribadi tersebut menyalahgunakan kelompok persekutuan
demi pemupukan harga dirinya sendiri. Sedangkan akibat dari hal yang kedua, para anggota
kelompok kurang melibatkan diri dalam kehidupan gereja, dan kurang meminta nasehat dari para
sesepuh gereja. Dengan demikian kelompok persekutuan akan mengalami kerugian sendiri. Para
pemimpin gereja biasanya cukup berpengalaman, dan nasehat mereka dapat membantu kita
menghindarkan banyak masalah. Kalau anggota kelompok tidak memelihara hubungan yang
baik dengan gerejanya, maka pertumbuhan imannya berat sebelah, sehingga mereka kurang
dapat bergerak setelah mereka menyelesaikan studinya.
Kekurangan lain, jarangnya kita melihat pelayanan kaum muda dalam konteks keluarga
mereka. Semua kaum muda dalam pelayanan kita adalah hasil dari sebuah sistem keluarga yang
unik, suatu sistem yang bertanggung jawab dalam membentuk keyakinan, nilai, dan perbuatan.
Ketika kita berencana melayani kaum muda untuk waktu yang panjang, kita harus sungguh-
sungguh melayani keseluruhan keluarga, karena suatu pelayanan kaum muda yang tidak
menyertakan orang tua tidaklah efektif. Dibutuhkan kepakaan terhadap prioritas keluarga.
Seringkali jadwal yang direncanakan menyenangkan kaum muda, tetapi membuat frustasi orang
tua.
Menghadapi hambatan
Tidak ada pelayanan yang bebas dari berbagai hambatan dan persoalan. Kita hidup di
masa yang sulit, dan hal ini tidak pernah berakhir, namun mereka yang ulet dalam memenuhi

34 | P I P R I B A D I
panggilan Allah akan dapat mengatasinya. Pemuda memiliki banyak keterbatasan, namun
kebergantungan dan beriman kepada pemberi mandat pelayanan, yaitu Yesus Kristus akan
memampukan setiap orang yang ambil bagian di dalamnya untuk mencapai tujuan pelayanan
pemuda. Leslie B Flynn mengatakan bahwa iman adalah suatu kemampuan yang dianugrahkan
oleh Roh Kudus untuk melihat sesuatu yang diingini Allah untuk dikerjakan dan untuk
mempertahankan keyakinan yang kuat bahwa Allah akan melakukan segalanya walaupun ada
rintangan-rintangan yang tampaknya tidak dapat diatasi.
Penutup
Tulisan ini merupakan materi pengantar terhadap materi-materi yang direncanakan dalam
bentuk power point. Kiranya pertemuan ini dapat memberikan sedikit rangsangan bagi kita untuk
memikirkan dan merumuskan kembali pelayanan pemuda dan mahasiswa yang telah dibina
ataupun yang akan digumuli. Mungkin terdapat sedikit yang baru dan banyak yang terlupakan.
Namun, dengan satu harapan bahwa Tuhan memberkati pertemuan ini untuk pembaharuan dan
pertumbuhan gereja demi puji, hormat, dan kemuliaan bagi Tuhan.

VIII. TUHAN INGIN INDONESIA MENJADI


RAHIM KEBANGUNAN ROHANI

Philip“Tuhan ingin Indonesia menjadi rahim kebangunan rohani! Dari bangsa inilah akan
lahir kebangunan rohani sampai ke bangsa-bangsa. Gelombang kebangunan rohani baru serta
api reformasi baru akan dicurahkan bagi anak-anak Tuhan di Indonesia. Tidak ada keraguan di
dalam hati saya bahwa Allah akan melakukan perkara-perkara ajaib, terobosan-terobosan dan
transformasi bagi bangsa besar ini. Indonesia akan menjadi “Bangsa Perjanjian”.
Allah sedang membangkitkan pemimpin-pemimpin rohani generasi baru yang sudah
diperlengkapi dengan api, kuasa dan otoritas Roh Kudus, yang belum pernah dilihat generasi ini
sebelumnya. Allah sedang mempersiapkan “Nabi-nabi” baru kebangunan rohani bagi umat
Tuhan di Indonesia! Mata Tuhan sedang tertuju pada Indonesia. Indonesia akan menjadi kunci
spiritual dan pusat kebangunan rohani di Asia Tenggara” demikian disampaikan Ps. Philip
Mantofa, hamba Tuhan yang melayani di Festival Kuasa Allah .
Ps. Philip melanjutkan, “Indonesia sedang memasuki suatu fase bersejarah. Kita sedang
berada dalam masa peralihan, krisis dan perubahan. Saat ini adalah masa-masa di mana kuasa
kegelapan sedang bekerja intensif. Dekade 2010-2020 ini akan ditandai krisis dan solusi. Ini
adalah dekade perjuangan untuk menentukan arah dan masa depan bangsa dan gereja Tuhan.
Allah ingin kita mengubah arah perjalanan bangsa kita, dari belenggu kuasa kegelapan kepada
terang, dari dominasi duniawi kepada Kerajaan Allah. Gereja harus menjadi solusi dan obat
bagi bangsa. Kuasa Allah harus didemonstrasikan sehingga kehadiran Allah bisa dirasakan
dalam setiap aspek hidup bangsa kita. Agar semua orang melihat kerajaan Allah hadir di tengah-
tengah bangsa kita. Karena itu, gereja harus memiliki api kebangunan rohani dan semangat
reformasi agar transformasi besar dapat terjadi. Kebangunan rohani dan Spirit Reformasi-lah
yang bisa mengubah arah sejarah bangsa Indonesia, memajukan bangsa kita, serta menghasilkan
pertobatan radikal yang sejati. Indonesia akan mengalami Gerakan Tuhan karena ada kehausan
dalam jiwa umat Tuhan di sini.”
“Sekarang adalah waktunya bagi gereja Tuhan—Tubuh Kristus—untuk bersatu.
Sekarang adalah waktu di mana “yang tidak mungkin menjadi mungkin”. Tuhan ingin melawat
dan menyapu bangsa ini dengan Sungai Api Roh Kudus. Akan terjadi pencurahan Roh Kudus
yang baru dan sangat berbeda dari yang lalu. Tuhan akan menggali sesuatu yang besar di

35 | P I P R I B A D I
Republik ini. Tuhan akan melakukan mujizat-mujizat besar melalui bangsa ini—mujizat-mujizat
tersebut sudah ada di dalam “rahim” dan siap untuk dilahirkan. Oleh karena itu, janganlah heran
jika Iblis tidak akan tinggal diam. Kita akan mengalami peperangan rohani yang besar memasuki
tahun 2014-2020 ini. Kita harus bersatu untuk memajukan bangsa ini. Jubah keberanian akan
dicurahkan bagi kita untuk merebut kembali apa yang telah direbut oleh Iblis.”
“Penginjilan merupakan jantung kebangunan rohani. Gereja harus mengobarkan kembali
semangat penginjilan. Penginjilan merupakan hasil kebangunan rohani dan penggerak
kebangunan rohani itu sendiri. Tanpa kebangunan rohani, Gereja akan mengalami stagnasi dan
kemunduran. Tidak akan ada kebangunan rohani tanpa penginjilan. Kalau penginjilan tidak lagi
menjadi prioritas gereja, maka gereja itu telah mulai mati. Roh Gereja adalah roh misi. Tugas
utama kita adalah menyelamatkan jiwa-jiwa. Kalau Injil belum menjamah masyarakat berarti
Injil belum menjamah Gereja. Kita harus menggunakan hari-hari kita untuk kemuliaan Tuhan.
Kita harus menggunakan pelayanan kita untuk membangun masyarakat.”
“Kita harus membawa Spirit Reformasi dan roh kebangunan rohani kedalam kehidupan,
komunitas dan jemaat kita. Jadi, menyalakan kembali Spirit Reformasi dan Api Kebangunan
Rohani di dalam hati kita merupakan kunci pertama untuk membentuk sejarah baru bangsa kita.
Kita sudah diberikan otoritas rohani untuk menjadi pembaharu dan pengubah dunia dan
masyarakat, untuk menyelesaikan rencana Allah di bumi ini dan untuk mengubah sejarah
bangsa-bangsa. Allah ingin kita mengubah dunia ini. Dia ingin kita menyampaikan Firman yang
bisa membawa perubahan pada seluruh masyarakat. Gereja merupakan kekuatan terbesar untuk
mentransformasi dunia. Kunci kedua adalah dengan memberdayakan pemimpin-pemimpin
generasi berikutnya agar mampu merubah dan merevolusi hati seluruh masyarakat secara radikal
dengan standar-standar Firman Tuhan. Kita perlu Reformator-reformator dan revivalis-revivalis
baru bagi bangsa ini.”
“Jadilah katalis untuk mengubah masa depan Bangsa dan Gereja di dalam komunitas kita.
Dunia dan Budaya kita sedang berubah dengan sangat cepat. Agar bisa menjangkau dunia dan
budaya yang sedang berubah itu, Gereja juga harus bisa merespons perubahan itu dengan cepat.
Bukan Firman Tuhan atau Pesan Injil yang berubah tetapi metode atau cara pemberitaan Injil
yang harus kita kontekstualisasikan. Transformasi hati sehingga orang mengalami kasih Kristus
dan bertumbuh dalam Roh Kudus merupakan jantung dari penginjilan kita. Gereja harus fokus
dan all-out mempersiapkan dan mendidik generasi mudanya dengan standar-standar Alkitab.
Christian world-view yang Alkitabiah harus ditanamkan sejak sekolah minggu. Masa depan
Gereja ada pada anak-anak dan pemuda-pemudi Gereja saat ini. Amsal 22:6 mengatakan,
“Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak
akan menyimpang daripada jalan itu.” Kegagalan, ketidakbertanggung-jawaban dan kelalaian
Gereja dan orang-tua dalam mendidik dan mengajari generasi muda bisa menyebabkan kita
kehilangan satu generasi emas. Kita harus memenangkan generasi muda bagi Kristus kalau kita
ingin eksis dan menang di masa depan. Kita harus memimpin gereja dan generasi muda kepada
transformasi rohani.” Agar dapat melahirkan kebangunan rohani, umat Tuhan dan pemimpin-
pemimpin rohani harus menjaga kekudusan pribadi. Dengan kekudusan kita memiliki
pengurapan dan kuasa yang lebih besar untuk melahirkan perkara-perkara besar. Bangkit dan
bersinarlah Gereja Tuhan dalam kemuliaanNya!” tegas Ps. Philip Mantofa

36 | P I P R I B A D I
ENAM KESALAHAN MASA KINI TENTANG KEBANGUNAN ROHANI7

Tema saya mala mini adalah “Enam Kesalahan Masa Kini Tentang Kebangunan Rohani.”
Pertama saya tertarik tentang tema kebangunan rohani sejak tahun 1961. Saya membeli sebuah
buku kecil di Toko Buku Biola tentang Kebangunan Rohani Agung Pertama (“First Great
Awakening”). Ini berisi sari dari Jurnal John Wesley, dan diterbitkan oleh Moody Press. Saya
telah memikirkan dan sekarang masih memikirkan tentang kebangunan rohani, dan doa untuk
itu, selama lebih dari 48 tahun. Adalah suatu kebahagiaan bagi saya dengan mengalami dua
kebangunan rohani yang luar biasa di gereja Baptis. Ini bukan kebaktian kebangunan rohani, atau
kebaktian “karismatik.” Itu adalah dua kebangunan rohani seperti yang Anda baca dalam buku-
buku sejarah Kekristenan. Saya juga telah menyaksikan kebangunan rohani yang Allah kirimkan
selama “Gerakan Yesus” di akhir tahun 1960-an dan permulaan tahun 1970-an.
Setelah 48 tahun membaca dan berpikir tentang tema ini, saya tidak menganggap diri
saya sendiri sebagai ahli di bidang kebangunan rohani. Saya merasa seperti orang yang baru
belajar, baru mulai untuk memahami beberapa kebenaran penting berhubungan dengan
kebangunan rohani.
Dulu saya pernah membuat kesalahan berhubungan dengan kebangunan rohani. Selama
beberapa tahun saya telah disesatkan oleh tulisan-tulisan Charles G. Finney. Bahkan sekarang
saya masih tidak yakin bahwa saya sudah memahami tema ini secara lengkap,
“Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar”(I Kor.
13:12).
Namun saya akan memberikan enam kesalahan tentang kebangunan rohani kepada Anda,
yaitu hal-hal yang saya percaya adalah suatu kesalahan. Saya berharap agar poin-poin ini akan
membantu Anda ketika Anda berdoa memohon Tuhan mengirimkan kebangunan rohani bagi
gereja kita.

Pertama, adalah salah ketika kita berpikir tidak mungkin ada kebangunan rohani pada
zaman ini.
Saya tidak akan menghabiskan banyak waktu untuk membahas ini, namun saya harus
menekankan ini karena begitu banyak mempercayaai pernyataan di atas. Mereka berkata hal-hal
seperti, “Hari-hari yang agung dari kebangunan rohani telah berakhir. Kita ada di hari-hari yang
terakhir. Tidak akan ada lagi kebangunan rohani.” Ini adalah pemikiran umum di kalangan
orang-orang Kristen yang katanya menjunjung tinggi Alkitab hari ini.
Namun saya percaya pandangan demikian salah karena tiga alasan berikut ini:
(1) Alkitab berkata, “Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu dan bagi orang
yang masih jauh, yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita” (Kis.2:39). Rasul
Petrus mengatakan itu pada kebangunann rohani besar di hari Pentakosta, bahwa akan terjadi
pencurahan Roh Allah di akhir zaman ini!
(2) Kebangunan rohani terbesar dari semua yang pernah terjadi akan terjadi di tengah2
Kesusahan Besar,di bawah penganiayaan Antikristus,di akhir zaman ini (bndWah.7:1-14).

7
R/L/ Hymers, Jr., SIX MODERN ERRORS ABOUT REVIVAL, dikhotbahkan di Baptist Tabernacle of Los Angeles, 16
November 2014.

37 | P I P R I B A D I
(3) Kebangunan rohani terbesar dalam sepanjang sejarah Timur Jauh sedang terjadi tepat
sekarang, malam ini, di Republik Rakyat China dan Negara-negara di Asia Tenggara.
Kebangunan rohani terbesar dari zaman modern ini sedang terjadi di sana tepat sekarang!
Adalah kesalahan yang mengerikan jika ada yang berpikir bahwa tidak mungkin ada
kebangunan rohani hari ini!

Kedua, adalah salah ketika kita berpikir bahwa kebangunan rohani bergantung pada
usaha-usaha penginjilan.
Ini adalah kesalahan umum di antara gereja Baptis Selatan dan lainnya. Ide ini diturunkan
kepada mereka dari Charles G. Finney. Finney berkata, “Kebangunan rohani secara alami
adalah hasil dari penggunaan sarana yang sesuai dan keberhasilan itu adalah karena sarana yang
digunakan sesuai (C. G. Finney, Lectures on Revival, Revell, n.d., hal. 5). Banyak gereja hari ini
mengiklankan “kebangunan rohani” mulai pada hari tertentu – dan berakhir pada hari tertentu!
Ini adalah murni Finneyisme! Kebangunan rohani tidak bergantung pada usaha-usaha penginjilan
dan memenangkan jiwa yang kita lakukan!
Perhatikan Kis. 13:48-49, “Mendengar itu bergembiralah semua orang yang tidak
mengenal Allah dan mereka memuliakan firman Tuhan; dan semua orang yang ditentukan Allah
untuk hidup yang kekal, menjadi percaya. Lalu firman Tuhan disiarkan di seluruh daerah itu.”
Saya pikir dua ayat ini membersihkan ide bahwa kebangunan rohani bergantung pada
usaha-usaha penginjilan. Walaupun Injil “disiarkan di seluruh daerah itu” hanya orang-orang
“yang ditentukan Allah untuk hidup kekal, menjadi percaya.”
Ya, kita diperintahkan untuk “memberitakan Injil kepada segala mahkluk” (Markus
16:15) – namun tidak setiap mahkluk akan percaya! Pada masa-masa kebangunan rohani lebih
banyak orang percaya dibandingkan dengan masa-masa yang lain – namun sungguh jelas bahwa
kebangunan rohani tidak bergantung pada usaha-usaha penginjilan kita saja.

Ketiga, adalah salah ketika kita berpikir bahwa kebangunan rohani bergantung pada
dedikasi orang-orang Kristen.
Saya tahu bahwa seseorang dapat mengutip II Tawarikh 7:14. Namun ini nampak aneh
mengapa mereka tidak mengutip dari ayat Perjanjian baru untuk mendukung teori mereka bahwa
kebangunan rohani bergantung pada orang-orang Kristen yang “hidup benar bersama Tuhan.”
Mengapa harus ayat ini, yaitu ayat yang diberikan kepada Salomo, yang digunakan sebagai suatu
rumusanuntuk kebangunan rohani gereja Perjanjian Baru? Saya tidak melihat alasan untuk
melakukan itu di mana seorang pengkhotbah mengirimkan kapal-kapal dari gerejanya,
“membawa emas dan perak serta gading; juga kera dan burung meraks” seperti yang Salomo
lakukan dalam II Tawarikh 9:21, hanya dua pasal kemudian!
H. Murray berbicara berhubungan dengan II Tawarikh 7:14, “Hal pertama untuk
mengatakan secara yakin bahwa apa yang dijanjikan bukan kebangunan rohani [Perjanjian Baru],
untuk janji ini seharusnya dimengerti, pertama dalam hubungannya dengan waktu yang mana itu
diberikan. Ini adalah janji untuk Israel Perjanjian Lama dan tanah mereka yang akan dipulihkan
seperti dikatakan di sini” (Murray, ibid., hal. 13). Gagasan bahwa kebangunan rohani bergantung
pada dedikasi orang-orang Kristen berasal dari Finney.
Winston Churchill suatu kali menulis kepada anak muda yang adalah cucunya, ia
meminta kepada cucunya itu untuk mempelajari sejarah, karena sejarah menyediakan sarana-
sarana terbaik untuk membuat prediksi yang paling cerdas tentang masa depan. Berikut ini
adalah ucapan Churchill, “Mempelajari sejarah,” kita menemukan ide bahwa kebangunan rohani

38 | P I P R I B A D I
bergantung pada “kesetiaan penuh” orang-orang Kristen adalah tidak benar. Nabi Yunus tidak
sepenuhnya setia kepada Allah. Bacalah pasal terakhir dari Kitab Yunus, dan Anda akan melihat
kurangnya dan ketiadaan imannya. Tidak, kebangunan rohani terbesar di antara orang-orang non
Yahudi dalam Perjanjian Lama tidak bergantung pada “penyerahan mutlak” atau
“kesempurnaan” seorang Nabi. John Calvin bukanlah orang yang sempurna. Ia pernah
membakar seseorang pada sebuah tiang karena dianggap bidat – yang sungguh tidak
menunjukkan sikap Perjanjian Baru. Namun Tuhan mengirimkan kebangunan rohani di bawah
pelayanannya, dan melalui tulisan-tulisannya. Luther kadang-kadang mempunyai perangai yang
tidak baik, dan ia pernah berkata bahwa sinagog-sinagog Yahudi harus dibakar. Namun kendati
Luther kadang-kadang sangat sinis, dan anti-Semitisme, namun Tuhan mengirimkan kebangunan
rohani di bawah pelayanannya. Kita dapat memaafkan Calvin dan Luther karena kita sadar
bahwa mereka adalah orang-orang dari abad pertengahan, yang masih dipengaruhi tindakan-
tindakan seperti ini oleh Katolikisme. Namun, kendati ada kekurangan pada diri mereka, Allah
mengirim kebangunan rohani Reformasi yang agung di bawah pelayanan mereka. Whitefield
kadang-kadang membuat kesalahan berhubungan dengan “kesan-kesan batiniah” yang secara
salah ia pikir berasal dari Allah. Wesley memilih untuk membuang undi (melempar dadu) untuk
menentukan kehendak Allah. Namun Whitefield, Wesley, Spurgeon, Luther, Calvin dan Norris
melihat kebangunan rohani pada pelayanan mereka.
Kita melihat, dari contoh-contoh dalam sejarah ini, bahwa orang-orang yang tidak
sempurna, kadang-kadang orang-orang yang tidak sesuci atau setia sebagaimana seharusnya
mereka menjadi, dengan luar biasa dipakai Tuhan pada masa-masa kebangunan rohani. Kita
harus dengan jujur menyimpulkan bahwa Finney dan para pengikutnya salah ketika mereka
berkata bahwa kebangunan rohani bergantung pada orang-orang Kristen yang sepenuhnya
menjadi setia/terdedikasi. Rasul Paulus menjelaskan kepada kita bahwa,
“Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan
yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami” (II Korintus 4:7).
Saya akan menutup poin ini dengan mengacu kepada khotbah Stefanus kepada
Sanhedrin. Secara spesifik kita diberitahu bahwa Stefanus “penuh dengan karunia dan kuasa,
[dan] mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak” (Kisah rasul 6:8).
Namun Stefanus tidak melihat kebangunan rohani datang dari khotbahnya. Sebaliknya, ia
dirajam batu sampai mati. Ia adalah orang suci dan benar, namun ini tidak dengan sendirinya
menghasilkan kebangunan rohani dalam pelayanannya. Kita dapat berpuasa dan berdoa, dan
menjadi orang-orang Kristen yang benar-benar luar biasa, namun ini tidak akan memaksa Allah
mengirimkan kebangunan rohani. Mengapa? Rasul Paulus memberikan jawabannya,
“Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah
yang memberi pertumbuhan” (I Korintus 3:7).
Ya, kita harus secara terus menerus berdoa untuk kebangunan rohani, dan pada saat yang
sama, selalu mengingat “melainkan Allah yang memberi pertumbuhan” (I Korintus 3:7). Itu
adalah kedaulatan kuasa Allah sendiri yang menghasilkan kebangunan rohani sejati!

Keempat, adalah salah ketika kita berpikir bahwa kebangunan rohani adalah suatu
keadaan yang seperti biasanya yang kita harapkan terjadi di gereja.
Roh Kudus dicurahkan atas para Rasul pada hari Pentakosta. Mereka berkhotbah di
hadapan orang banyak dalam bahasa mereka masing-masing, dan tiga ribu orang bertobat pada
kebangunan rohani yang luar biasa itu, sebagimana dicatat dalam Kisah Rasul, pasal dua. Namun

39 | P I P R I B A D I
kita menemukan bahwa mereka perlu di penuhi Roh Kudus lagi, seperti yang dicatat dalam
Kisah Rasul 4:13,
“Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka
semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani” (Kis.
4:31).
Ini menunjukkan kepada kita bahwa ada masa-masa dari kebangunan rohani pada jemaat
mula-mula. Namun ada saat-saat lain ketika gereja berjalan seperti biasanya, hari berganti hari
secara biasanya. Saya pikir ini adalah apa yang Rasul Paulus maksudkan ketika ia berkata, “siap
sedialah baik atau tidak baik waktunya” (II Tim. 4:2). Saya pikir ini berarti bahwa kita harus
terus berkhotbah dan berdoa serta bersaksi entah ada kebangunan rohani atau tidak. Kristus
memanggil kita untuk mentaati Amanat Agung (Matius 28:19-20), dan “beritakanlah Injil kepada
segala makhluk” (Markus 16:15) entah ada kebangunan rohani atau tidak! Orang-orang akan
dipertobatkan bahkan ketika tidak ada gerakan Allah yang tidak seperti biasanya.
Jika kita berpikir bahwa kebangunan rohani adalah cara Allah berkerja seperti biasanya,
kita akan menjadi berkecil hati. Iain H. Murray berkata,
Sampai pada titik ini George Whitefield harus lebih dulu memperhatikan temannya
William McCulloch, seorang hamba Tuhan dari Cambuslang [Scotlandia]. Pada tahun 1749
McCulloch berkecil hati oleh karena ia tidak lagi melihat apa yang mereka pernah saksikan pada
kebangunan rohani tahun 1742. Respon Whitefield adalah mengingatkan dia bahwa 1742
bukanlah norma untuk gereja: “Saya harus senang mendengar tentang kebangunan rohani [lain]
di Cambuslang; namun, tuan terkasih, Anda telah melihat hal-hal yang jarang dilihat di atas suatu
kali dalam abad ini.” Martyn Lloyd-Jones mengacu kepada kejadian yang serupa dalam kasus
hamba Tuhan dari Welsh bahwa “seluruh pelayanan telah runtuh,” dengan terus-menerus ia
melihat ke kebelakang yaitu kepada apa yang pernah ia lihat dan alami pada kebangunan rohani
1904; “Ketika kebangunan rohani itu berakhir… ia masih mengharapkan hal yang tidak biasa itu
terjadi lagi; namun itu tidak terjadi. Sehingga ia menjadi depresi dan menghabiskan sekitar
empat puluh tahun hidupnya dalam ketandusan, ketidak-bahagiaan dan tidak berguna” (Iain H.
Murray, ibid., hal. 29)
Jika Allah tidak mengirim kebangunan rohani, kita tidak harus membiarkan itu membuat
diri kita menjadi berkecil hati. Kita harus tetap siap sedia, “baik atau tidak baik waktunya,” untuk
memberitakan Injil, dan memimpin orang-orang berdosa kepada Kristus satu per satu. Namun,
pada saat yang sama, kita harus terus berdoa kiranya Tuhan mengirimkan suatu waktu yang
special suatu kebangunan rohani. Jika itu datang, kita akan bersukacita. Namun jika itu tidak
datang, kita harus terus memimpin jiwa-jiwa datang kepada Kristus saat ini! Kita tidak harus
menjadi berkecil hati! Kita harus siap sedia baik atau tidak baik waktunya!

Kelima, adalah salah ketika kita berpikir bahwa tidak ada kondisi apapun yang
dihubungkan dengan kebangunan rohani.
Baik Kitab Suci maupun sejarah menunjukkan kepada kita bahwa kebangunan rohani
tidak bergantung pada usaha-usaha penginjilan manusia atau dedikasi total orang Kristen.
Namun ada kondisi tertentu yang harus dijumpai. Ini terutama adalah pengajaran yang benar, dan
doa. Kita haurs berdoa untuk kebangunan rohani, namun kita juga harus memiliki pengajaran
yang bernar tentang dosa dan keselamatan.
Dalam bukunya yang berjudul, Revival (Crossway Books, 1992), Dr. Martyn Lloyd-
Jones memiliki dua bab, yang berjudul “Doctrinal Impurity” (“Ketidak-murnian Pengajaran”)
dan “Dead Orthodoxy” (“Orthodoksi yang telah Mati”). Dalam dua bab ini ia, yang pernah

40 | P I P R I B A D I
melihat kebangunan rohani agung pada tahun-tahun permulaan pelayanannya menjelaskan
kepada kita bahwa ada doktrin-doktrin tertentu yang harus dikhotbahkan dan dipercaya jika kita
mengharapkan Allah mengirimkan kebangunan rohani. Saya hanya akan menekankan empat
doktrin yang ia berikan.
1. Kejatuhan dan kerusakan total umat manusia – kerusakan total (total depravity).
2. Regenerasi – atau kelahiran kembali – sebagai karya Allah, dan bukan pekerjaan
manusia.
3. Pembenaran oleh iman di dalam Kristus saja – bukan iman di dalam segala bentuk
“pengambilan keputusan” cepat.
4. Efektivitas Darah Kristus untuk menyucikan doa – baik dosa pribadi maupun doa asal.
Empat doktrin ini diserang oleh Charles G. Finney, dan telah diturunkan atau ditolak
sejak saat itu. Tidak heran kita melihat begitu sedikit kebangunan rohani sejak tahun 1859! Saya
tidak dapat membahasnya secara mendetail, namun inilah pengajaran-pengajaran vital, yang
harus dikhotbahkan kembali jika kita berharap melihat kebangunan rohani datang ke gereja-
gereja kita. Gereja kita penuh dengan orang-orang yang masih terhilang, yang tidak akan pernah
benar-benar bertobat kecuali kita mengkhotbahkan tema-tema ini secara sungguh-sungguh dan
penuh semangat – dan secara terus menerus!

Dr. Lloyd-Jones berkata, Lihatlah sejarah berbagai kebangunan rohani, dan Anda akan
menemukan orang-orang yang merasa putus asa. Mereka tahu bahwa semua kebaikan mereka
tidak lain selain kain lap yang kotor, dan bahwa kebenaran mereka tidak ada nilainya sama
sekali. Dan di sana mereka merasa bahwa mereka tidak dapat melakukan apapun, dan hanya
dapat berseru kepada Allah agar Ia memberikan rahmat dan belas kasihan-Nya. Pembenaran oleh
iman. Tindakan Allah. “Jika Allah tidak melakukan itu kepada kita,” kata mereka, “maka kita
terhilang.” Oleh sebab itu mereka [merasakan diri mereka] tidak berdaya di hadapan Dia.
Mereka tidak lagi memperhatikan, dan tidak menganggap penting, semua kesalehan mereka di
masa lalu, dan kesetiaan mereka dalam menghadiri kebaktian di gereja, dan banyak hal yang
lain. Mereka memandang semua yang mereka pernah lakukan itu tidak ada yang baik, bahkan
kesalehan mereka tidak ada nilainya, tidak ada satupun yang bernilai pada dirinya. Allah harus
membenarkan orang-orang yang tidak saleh. Oleh sebab itu, itu adalah berita agung yang datang
pada setiap periode kebangunan rohani (Martyn Lloyd-Jones, ibid., hal. 55-56)
“Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang
membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran” (Roma 4:5).
“Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam
darah-Nya” (Roma 3:24-25).

Keenam, adalah salah ketika berpikir bahwa kebangunan rohani mulai dengan sukacita
dan tawa.
Yang disebut “kebangunan rohani tertawa dalam roh” (“laughing revival”) bukanlah
kebangunan rohani sejati dalam arti apapun. Saya melihat salah satu kebaktian mereka secara
pribadi dengan teman saya Dr. Arthur B. Houk. Itu adalah parodi menyedihkan dari kebangunan
rohani sejati. Itu sesuai dengan apa yang orang hari ini pikirkan tentang keselamatan. Dr. John
Armstrong berkata, “Apa yang [mereka] inginkan adalah kebahagiaan, kepenuhan, dan
kepuasan” (True Revival, Harvest House, 2001, hlm. 231). Mereka tidak memikirkan kebutuhan
mereka akan keselamatan dari dosa mereka!

41 | P I P R I B A D I
Namun tidaklah seperti itu dalam pertobatan sejati, dan dalam kebangunan rohani sejati.
Dalam kebangunan rohani, dan pertobatan individu, “Hati diremukan, pengakuan dan pertobatan
yang berpusat pada Kristus akan mencirikan gerakan sejati Roh. Orang-orang akan... menangis
di bawah keinsafan yang paling mendalam akan dosa” (Armstrong, ibid., p. 63).

Itulah pengalaman saya bahwa hampir semua orang yang mengalami pertobatan sejati
menangis dengan air mata penyesalan dan kesedihan karena dosa-dosa mereka. Dan itulah yang
telah terjadi pada banyak orang di kebangunan rohani yang saya telah saksikan sebagai saksi
mata. Dan itu selalu benar dalam kebangunan rohani klasik di masa lalu.
Betapa kami berdoa agar kiranya Roh Kudus turun ke atas Anda! Betapa kami berdoa
agar kiranya Ia akan menyebabkan Anda berdukacita dan menangis karena dosa-dosa Anda yang
melawan Allah. Betapa kami berdoa agar kiranya Anda akan disucikan dari dosa Anda dengan
Darah Yesus yang mahal! “Darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa”
(I Yohanes 1: 7). Amin. Dr. Chan, silahkan maju ke depan dan berdoa kiranya Allah
mengirimkan kebangunan rohani seperti itu ke gereja kita.

Kesimpulan: I Kor. 13:12,


Pertama, adalah salah ketika kita berpikir tidak mungkin ada kebangunan rohani pada
zaman ini, Kis. 2:39; Wahyu 7:1-14.
Kedua, adalah salah ketika kita berpikir bahwa kebangunan rohani bergantung pada
usaha-usaha penginjilan, Kisah Rasul 13:48-49; Markus 16:15.
Ketiga, adalah salah ketika kita berpikir bahwa kebangunan rohani bergantung pada
dedikasi orang-orang Kristen, II Tawarikh 9:21; II Korintus 4:7;Acts 6:8; I Korintus 3:7.
Keempat, adalah salah ketika kita berpikir bahwa kebangunan rohani adalah suatu
keadaan yang seperti biasanya yang kita harapkan terjadi di gereja, Acts 4:31; II Timotius 4:2;
Markus 16:15.
Kelima, adalah salah ketika kita berpikir bahwa tidak ada kondisi apapun yang
dihubungkan dengan kebangunan rohani, Roma 4:5; 3:24-25.
Keenam, adalah salah ketika berpikir bahwa kebangunan rohani mulai dengan sukacita
dan tawa, I Yohanes 1:7.

IX. PERSIAPAN DIRI UNTUK MENJADI PENGINJIL PRIBADI

Pada tahun 1963, di Bandung sekelompok pemuda memulai pertemuan pada setiap hari
Sabtu untuk memikirkan cara penginjilan yang tepat bagi bangsa Indonesia. Dalam waktu yang
singkat mereka berhasil. Hampir setiap minggu ada kesaksian mengenai orang-orang yang baru
dibawa kepada Yesus. Adakalanya seseorang sudah mulai menginjil walaupun baru hadir tiga
kali saja.
Apa rahasia keberhasilan mereka? Padahal banyak orang tidak terlalu mengharapkan
hasil yang sedemikian karena menduga bahwa tugas pemberitaan Injil merupakan tugas yang
berat, yang menuntut pendidikan yang memakan waktu yang lama. Rahasia pertama, mereka
menemukan kembali kesederhanaan Injil, sehingga cara penyampaiannya dapat segera
dikuasai. Kedua, mereka sadar bahwa Roh Yesus bekerja-sama dengan siapapun yang mau
menginjil, karena Dialah yang bertugas menyakinkan Injil kepada seseorang, asalkan Injil
diberitakan kepadanya.

42 | P I P R I B A D I
Buku persiapan untuk para pembimbing GERAPI (Gerakan Pekabaran Injil di mana lima
puluh dua gereja mengadakan kampanye bersama di kota Bandung pada tahun 1966) merupakan
usaha pertama dalam menyusun hasil pengalaman kelompok itu secara tertulis. Pada tahun-tahun
berikutnya, bahan itu diperluas dengan:
Penjelasan-penjelasan, yang menurut pengalaman biasa mendorong dan memberikan
seseorang untuk menginjil. Ajaran-ajaran Alkitab yang paling dibutuhkan sebagai dasar teologis
bagi sang penginjil.
Dengan demikian buku yang baru terbit ini adalah hasil dari pengalaman dalam mendidik
ratusan penginjil pribadi di Indonesia selama kurang lebih dua belas tahun. Sebelumnya, bahan
ini telah diterbitkan berulang kali dalam bentuk sementara. Dan kami berharap supaya dalam
bentuk yang tetap dan lebih menarik ini terbuka jalan untuk menginjil bagi ribuan orang lain.

Pelajaran ke-1: Mempersiapkan Diri Menjadi Penginjil Pribadi

Telah banyak digunakan dalam usaha mengajak orang percaya untuk terjun ke dalam
pekerjaan penginjilan pribadi seperti:
Menegaskan bahwa penginjilan adalah suatu tugas dan perintah dari Tuhan Yesus.
Pembentukan regu-regu yang berlomba-lomba mencari jiwa dengan disediakan hadiah-
hadiah bagi regu pemenang.
Diajarkan bahwa usaha mencari jiwa akan menambah pahala di sorga.
Bagaimana pendapat saudara? Tepatkah semua pendorong yang diajukan di atas? ...
Tidak! Hanya satu saja yang sesuai dengan Firman Tuhan, yaitu dorongan Kasih. II Korintus 5
berbunyi: "Karena kasih Kristus menggerakkan hati kami ... dan sudah menanggung ke atas kami
kabar perdamaian itu. Sebab itu kami menjadi utusan bagi pihak Kristus," (ayat 14, 19, 20).
Kalau saudara pergi mencari jiwa-jiwa yang sesat dengan dorongan yang lain dari Kasih
Kristus, maka sikap saudara terhadap orang yang cukup waktu dan dengan tenang merenungkan
sengsara Yesus pada salib, dan merenungkan keadaan manusia yang belum percaya kepadaNya,
pasti dengan segera saudara akan tergerak oleh kasih itu untuk pergi. Siapakah, yang walaupun
hanya memiliki sedikit kasih akan dengan sadar membiarkan teman-temannya menuju ke
kebinasaan? Tentu, semua akan diajak untuk melarikan diri ke tempat yang aman, bukan?
Apa sebabnya peristiwa penyaliban Yesus harus direnungkan sedalam-dalamnya sebagai
penggerak kasih? Apakah hal ini suatu disiplin psikologis untuk membangkitkan perasaan...?
Tidak! Perasaan hanya akan bertahan sesaat saja, lalu menghilang. Pengetahuanlah yang akan
bertahan lama sebagai pembangkitan Kasih. Sebabnya dapat kita lihat dalam ayat yang berikut
ini.
"Kasih Kristus itu menggerakkan kami ... sebab kami yakin seseorang telah mati karena
orang sekalian" (II Korintus 5:14).
Demikianlah hubungan antara pengetahuan ("yakin") dan penggerak kasih. Dan
pengetahuan itu tidak akan datang melalui khayal, melainkan telah disediakan bagi saudara di
dalam Alkitab. Selidikilah nats-nats dasar dalam pelajaran ini, yakni II Korintus 5:11-20. Nats itu
merupakan dasar pengetahuan saudara mengenai rencana Allah dan peranan saudara dalam
pemberitaan Injil Yesus. Kiranya dengan merenungkannya, saudara akan tergerak untuk
memenangkan jiwa-jiwa bagi Tuhan Yesus, Juru Selamat saudara.
Tetapi Tuhan Allah tidak akan memberikan tugas tersebut tanpa adanya kerelaan dari
saudara sendiri. Panggilan terhadap nabi Yesaya merupakan contoh baik dari sikap terhadap

43 | P I P R I B A D I
panggilan Allah itu. Allah bertanya: "...Siapakah akan menjadi utusanKu?" Maka jawabanku:
"Suruhkanlah aku" (Yesaya 6:8).

A. KEINSYAFAN AKAN RENCANA ALLAH BAGI SAUDARA

1. Keadaan manusia yang belum percaya kepada Yesus.


Manusia berkeadaan "mati dalam dosa" (Ef 2:1). Arti dari ucapan itu dapat saudara lihat
dalam Yesaya 59:2, yaitu bahwa dosa telah menceraikan manusia dari pada Allah. Dengan kata
lain, manusia dalam keadaan TERPISAH DARI ALLAH yang adalah sumber kehidupan satu-
satunya.
Yesus melukiskan keadaan itu dalam Injil Yohanes pasal 15. Dalam perumpamaan
"Pokok Anggur yang Benar" itu terlihat bilamana seseorang mempunyai hubungan dengan
Yesus, barulah ia memiliki hidup. Kalau hubungan tersebut putus, ia menjadi kering serta tidak
berguna bagi pemilik kebun (bandingkan I Yohanes 5:11,12).
a. Beberapa sifat dan sikap manusia
Tentu saja manusia yang berada di luar persekutuan dengan Allah memiliki sifat-sifat dan
kelakuan-kelakuan yang najis; dan tentu juga bahwa Tuhan Allah akan menentukan beberapa
batas kesanggupan bagi mereka. Sebagai perincian dari sifat-sifat tersebut perhatikanlah
pernyataan-pernyataan Tuhan yang berikut. Dan bila saudara belum melihat persesuaian antara
penjelasan ini dengan pengalaman saudara dalam pergaulan sehari-hari periksalah diri saudara.
Mungkin saudara masih mempunyai cita-cita dan sentimen-sentimen yang mengelabuhi
pengertian saudara yang seharusnya.
1) Orang berdosa gemar melakukan yang jahat.
Mereka memberontak, melanggar setiap pernyataan dan kehendak Allah; malah mereka
demikian bermusuhan dengan Allah, sehingga sering membenci orang-orang yang memihak
Yesus (Efesus 2:1-3; Matius 10:16-24; Yohanes 15:18-21).
2) Mereka belum mempunyai pancaindra rohani.
Mereka tidak dapat melihat ataupun mengerti perkara-perkara rohani (Yohanes 3:3, I
Korintus 2:14) sehingga Injil Yesus merupakan suatu kebodohan kepadanya (I Korintus 1:23). Si
Iblis telah turut terlibat dalam hal ini membuat pemikiran mereka lebih kacau lagi (II Korintus
4:4), tetapi manusia tetap menganggap dirinya cerdas (Roma 1:22). Karena mereka memiliki hati
yang bejat dan kehendak yang telah menyeleweng, orang-orang berdosa lebih menyukai
kegelapan tersebut; bahkan menikmatinya sehingga mereka sering menolak sumber terang yang
satu-satunya itu, yakni Yesus Kristus (Yohanes 1:4, 5, 9-11; 3:19-21).
3) Sia-sialah segala usaha, amal dan kebenaran dirinya.
Semua jalan keagamaan yang ditempuhnya ternyata buntu (Efesus 2:8, 9, Roma 3:20).
Sama seperti nenek moyang kita telah menukarkan Allah yang benar dengan patung-patung
berhala buatan tangannya (Roma 1:23), orang-orang berdosa sibuk menciptakan agama yang
sesuai dengan keinginannya sendiri.
Hai saudara, semua keterangan ini agak berat untuk diterimanya, bukan? Berdoalah
sejenak, ucapkanlah terima kasih kepada Yesus yang telah memindahkan saudara keluar dari
lumpur kecemaran yang sama dengan orang-orang berdosa yang lain itu. Sungguh hidup baru
dalam Yesus itu ringan, tetapi tidak ringan bagi Yesus - Ia harus disiksa untuk melepaskan
saudara dari siksaan yang seharusnya ditanggung oleh saudara.

44 | P I P R I B A D I
b. Kasih Allah dinyatakan kepada seluruh manusia.
Meskipun setiap bagian dari hidup manusia itu merosot serta segala perbuatannya najis,
Tuhan tetap menganugerahkan dua pernyataan kasih untuk mendorong manusia kepada
kesadaran dan kepercayaan. Selama hubungan dengan Yesus ini belum tercapai, seseorang tidak
akan pernah puas bahkan akan tetap gelisah.
Yang pertama, bahwa setiap orang yang belum memperoleh keselamatan dalam Yesus
akan merasakan suatu kekosongan dalam dirinya. Kekosongan yang seharusnya menjadi tempat
kediaman Roh Yesus. Kekosongan itulah yang telah menggerakkan manusia untuk mencari-cari
melalui macam-macam agama, tetapi keagamaan ternyata tidak memberi kepuasan.
Yang kedua, adalah "hati kecil." Fungsi hati kecil menjadi jelas bagi kita dalam Yohanes
16:8. Rohulkudus selalu memakai hati kecil untuk membangunkan kesadaran seseorang bahwa ia
telah berbuat dosa. Selain menempelak, suara hati inilah yang akan memeteraikan kebenaran
Firman Allah kepadanya supaya ia boleh memperoleh keselamatan. Akan tetapi jikalau tidak ada
seorangpun memberitakan Firman itu kepadanya, maka tidak ada bahan yang bersifat kekal
untuk disetujui oleh hati kecil itu.

2. Penyaliban Yesus perlu diberitakan


Kita yang percaya mengetahui bahwa segala sesuatu yang mustahil bagi orang berdosa
telah dilaksanakan oleh Yesus. Orang yang najis sekalipun dapat dilepaskan dari hukuman maut
melalui iman kepada Yesus Kristus. Yesus telah menggenapkan semua syarat yang dari Tuhan
Allah kita. Di dalam Yesus setiap orang dapat memperoleh penebusan dan keselamatan.
Bacalah surat Roma 10:13-15. Jelas bahwa semua usaha dan pekerjaan Yesus pada salib
menjadi sia-sia kalau orang berdosa tidak mengetahui tentang jalan kelepasan itu. Jikalau mereka
dibiarkan saja meraba-raba dalam dunia yang gelap ini, pastilah mereka akan sesat sampai mati,
lalu binasa. Mereka membutuhkan orang lain, yang dapat memegang tangan mereka dan
mengantarnya kepada Yesus.
Tetapi siapakah orang itu yang akan memperkenalkan mereka kepada Kristus? Apakah
setiap orang layak memangku jabatan yang luhur itu? Bukankah tugas itu sedemikian mulia,
sehingga Tuhan hanya memilih petugas-petugas tertentu saja untuk melaksanakannya? ... Tidak
demikian, saudara! Kalau Tuhan harus menunggu orang yang cukup layak dan suci, Injil tidak
akan sampai terberitakan. Hanya Yesuslah orang yang layak dan suci. Yesuslah Penebus! Kita
hanya alat pemberita saja.
Saudara boleh memberitahu jalan keselamatan itu. Sebab Tuhan Allah tidak melarang
seorangpun dari anak-anakNya untuk menikmati sukacita sebagai pemberita Injil. Kita
mempunyai contoh yang baik dalam Alkitab. Perhatikan Kisah Para Rasul 8:1-4. Siapakah
orang-orang yang melarikan diri dari kota Yerusalem? Mereka adalah anggota-anggota biasa dari
jemaat pertama itu. Perhatikan ayat 1: "kecuali rasul-rasul saja." Siapakah yang memberitakan
kabar kesukaan itu? "sekalian orang yang terpecah-pecah itu" (ayat 4). yang memberitakan Injil
Kabar Kesukaan di Yudea dan Samaria adalah semua orang percaya, kecuali petugas-petugas
istimewa. Mungkin orang-orang ini sama seperti saudara sendiri. Mereka agak takut juga karena
sedang melarikan diri. Tetapi ketakutan tersebut tidak dapat memadamkan berita sukacita yang
mengalir dari hati yang penuh semangat.

3. Peranan Roh Kudus dalam pemberitaan Injil.


Roh Kudus merupakan kunci pengertian, apakah sebabnya orang-orang biasa juga dapat
memberitakan Injil. Kalau pemberita Injil itu tergantung pada kesanggupan dan tenaga si

45 | P I P R I B A D I
pemberita Injil sendiri, maka hanya sedikit saja yang dapat menjalankannya. Kebanyakan orang
merasa tidak mampu untuk belajar dan melatih diri dalam penginjilan sampai merasa cukup
lancar.
Tetapi saudara boleh bersyukur kepada Tuhan bahwa tidaklah demikian halnya. Roh
Kudus yang mempunyai peranan utama, dan saudara yang mempunyai peranan pelengkap.
Saudara yang pergi, Roh yang melaksanakannya. Yang perlu bagi saudara hanyalah
memberitahukan tentang jalan keselamatan kepada orang yang sesat dan Roh Kudus yang akan
bekerja untuk meyakinkan dia. Dan kalau orang itu mau menerima Kristus, Roh Kuduslah yang
akan mengerjakan mujizat pembaruan didalam batinnya. Dalam penginjilan hanya perlu supaya
Injil diberitakan dengan sangat sederhana, serta mengajak orang itu untuk percaya.

B. PERSIAPAN ROHANI UNTUK MENJADI PEMBERITA INJIL

1. Saudara harus mengalaminya terlebih dahulu.


Dalam mencari jiwa-jiwa, saudara akan menemukan bermacam-macam penyakit rohani.
Di kemudian hari, setiap jiwa yang saudara telah perkenalkan kepada Yesus Kristus akan
menghadapi bermacam-macam pencobaan dan rintangan yang lain lagi. Orang buta tidak dapat
menolong orang buta (Lukas 6:39). Jadi saudara sendirilah yang harus memanfaatkan segala
janji Allah dalam hidup saudara. Saudara harus berkemenangan supaya saudara dapat dengan
tegas menawarkan pertolongan Yesus kepada orang lain.
Beberapa pemberian rahmat Yesus yang saudara perlu alami adalah:
a. Kelahiran baru.
Kalau saudara sendiri belum diselamatkan menjadi Anak Allah, saudara perlu dilayani,
bukan melayani. Kalau kelahiran baru belum saudara alami, betapa baiknya untuk menerima
Yesus sekarang karena tak mungkin saudara selamat tanpa pembaharuan itu (Yohanes 3:3, 5;
1:12).
b. Kepastian selamat
Apakah saudara telah mendapatkan kepastian bahwa dosa-dosa saudara telah diampuni
dan bahwa saudara telah memiliki tempat di sorga? Kepastian yang mutlak hanya diperoleh
melalui Firman Allah. Kalau Tuhan mengatakan bahwa saudara telah selamat tentu saudara telah
selamat (I Yohanes 5:13; Yohanes 5:24; Yohanes 1:12; I Petrus 2:24). Si iblis akan
menertawakan segala dasar kepastian yang lain karena dasar-dasar yang lain itu hanyalah
khayalan belaka.
c. Kemenangan terhadap godaan
Saudara telah disuruh supaya hidup dengan suci serta sempurna (Matius 5:8; 5:48; Roma
6:6). Iblis akan mengusahakan kelakuan yang bukan dengan maksud menodai dan meniadakan
kesaksian saudara. Tetapi Iblis itu ompong, ia hanya dapat mengaum saja. Ia tidak berdaya lagi,
karena giginya telah tercabut pada salib (I Yohanes 3-8b; Roma 6:14).
Melalui iman terimalah segala rahmat kemenangan yang telah disediakan Yesus (I
Korintus 15:57;10:13; Filipi 4:13).
d. Persekutuan dan persaudaraan dalam kasih.
Yesus tidak bermaksud supaya saudara hidup dan bertahan seorang diri. Ia telah
merencanakan suatu lingkungan khusus demi pertumbuhan iman saudara. Persekutuan itu
menggantikan segala kerugian di dunia luar (Markus 10:29,30). Persekutuan dengan Yesus
sendiri melalui doa dan Alkitab, dan persekutuan kasih dengan saudara-saudara seiman menjadi
sumber penyegaran dan penghiburan bagi saudara dalam dunia yang kering ini.

46 | P I P R I B A D I
2. Dipersenjatai oleh Roh Yesus
Bersediakah saudara dilengkapi untuk pekerjaan penginjilan pribadi? Roh Kudus
menunggu untuk memberikan pertolongan-Nya atas dasar kerelaan dan ketaatan saudara. Fungsi
utama Roh ialah untuk memasyhurkan nama Yesus. Jadi Roh itu hanya memberikan kuasa
kepada seseorang yang "rela" dan "taat" memberitakan Injil.
a. Kuasa sebagai saksi.
Apakah saudara merasa tidak sanggup meyakinkan orang-orang lain? Sebenarnya hal
"meyakinkan" bukanlah urusan saudara melainkan peranan Roh Allah. Menurut janji-janji dalam
Firman Tuhan (Kisah 1:8; 2;38,39), saudara dapat diurapi dengan kuasa. Kuasa itu bukanlah
sesuatu yang harus saudara tunggu-tunggu seperti rasul Petrus dan rasul Thomas. Mereka
disuruh menunggu sampai pada waktunya Roh itu datang, yaitu sampai hari Pentakosta. Pada
hari Pentakosta Roh Kudus yang bukan dari dunia, datang menetap di dunia. Sekarang Roh itu
ada beserta kita setiap saat. Apalagi Ia telah mendiami anak-anak Allah, dan menunggu
kesempatan untuk menyempurnakan mereka.
Kuasa ilahi adalah sesuatu yang dialami "sementara berjalan." Kuasa itu bukanlah milik
saudara yang dapat dipegang-pegang dan dirasa terlebih dahulu, melainkan mempunyai maksud
tertentu: "kuasa dalam bersaksi" yang tidak terlihat jelas terpisah dari aktivitas pemberitaan Injil.
Kuasa itu bukan bagi saudara melainkan bagi kemuliaan Kristus.
b. Pedang Roh.
Hanya satu senjata yang diberikan kepada orang-orang percaya untuk menyerang, yaitu
Alkitab. Tidak perlu saudara menunggu untuk diperlengkapi dengan Firman Tuhan. Ambil saja
dan pakailah!
c. Perlengkapan rohani.
Paulus pernah melukiskan perlengkapan rohani yang diperuntukkan bagi kita sebagai
persenjataan (Efesus 6:10-20). Perlengkapan ini boleh juga dilukiskan sebagai buah-buah Roh
(Galatia 5:22,23; Yohanes 15:1-7). Tujuan Roh Kudus adalah untuk menimbulkan kehidupan
dalam kehidupan seseorang buah-buah rohani yang sesuai dengan pemberitaannya. Kalau orang
luar melihat Injil yang saudara beritakan itu terwujud dan diperlihatkan dalam kelakuan saudara
sehari-hari, pastilah keyakinannya akan bertambah mengenai kebenaran Injil itu. Roh Kudus
menginginkan dua jalan bagi pemberitaan Yesus, yaitu: melalui bibir dan melalui kesucian hidup
- dalam sifat, sikap dan kehidupan saudara yang melawan segala anak panah iblis itu.

C. DISIPLIN ROHANI SEHARI-HARI


Hanya sejauh mana saudara menyediakan diri untuk diperlengkapi, sejauh itu pula Roh
Kudus dapat bekerja di dalam diri saudara. Anak-anak Allah yang biasa menginjili telah
mengalami bahwa hal-hal yang berikut perlu dilakukan sebagai langkah-langkah penyerahan
rohani.
1. Menyelidiki Firman Allah.
Secara teratur dan terus menerus. Jangan hanya membaca saja, melainkan renungkan dan
bandingkanlah nats dengan nats sampai ajaran-ajaran pokok meresap dan menjadi darah daging
saudara ( I Petrus 2:2; Mazmur 119:11-18).
2. Menghafal ayat-ayat.
Roh Kudus akan bekerja dalam batas pengetahuan saudara tentang Firman Tuhan. Dalam
hal ini saudara seumpama sebuah komputer di mana segala sesuatu yang telah tersimpan di
dalamnya dapat diambil kembali oleh Roh Kudus untuk dipergunakan. Makin banyak ayat yang

47 | P I P R I B A D I
telah terhafalkan, berarti makin banyak pula ayat yang dimiliki oleh Roh Kudus sebagai dalam
penginjilan. Menghafal merupakan hal yang penting sekali supaya saudara selalu dapat
mengingat kembali letaknya suatu keterangan dari Firman Tuhan.
3. Berdoa
Berikanlah waktu-waktu tertentu pada setiap hari untuk bersekutu dengan Tuhan melalui
doa. Jangan terburu-buru, melainkan dalam waktu yang tenang supaya Tuhan berkesempatan
berbisik kepada saudara mengenai tugas-tugas yang akan dilaksanakan dan rintangan-rintangan
pribadi yang harus diserahkan. Buatlah suatu daftar pokok doa yang penting yang perlu didoakan
setiap hari.

RESAPKANLAH PELAJARAN No. 1


Pilihlah 5 ayat yang paling mengesankan saudara dari pelajaran ini. Hafalkan ke 5 ayat
tersebut.
Daftarkanlah beberapa kebenaran Alkitab yang dapat merangsang pemberitaan Injil.
Tulislah ringkasan "sifat dan keadaan manusia yang berdosa" dalam tiga atau empat
kalimat.
Bagaimanakah caranya supaya seseorang memperoleh kuasa dalam penginjilan?
Daftarkanlah beberapa berkat rohani yang saudara telah alami. Untuk setiap berkat
tersebut catatlah satu ayat Alkitab yang merupakan perjanjian untuk berkat itu.
Sudahkah saudara turut serta dalam suatu kelompok pelajaran Alkitab dan doa? Kalau
belum, tulislah nama 5 teman yang akan saudara ajak untuk membentuk sebuah kelompok doa
dan pelajaran Alkitab.

Pelajaran ke-2. Apakah Injil Itu?

Penginjil-penginjil pribadi melaksanakan taraf pertama dari amanat Yesus: "Jadikanlah


sekalian bangsa itu muridKu" (Matius 28:19). Kalau tugas itu diuraikan, akan saudara lihat
bahwa kata "menjadikan" mencakup dua fungsi, yaitu pemberitaan dan pelayanan. Saudara akan
selalu memberitakan INJIL yaitu tentang Yesus. Selanjutnya orang-orang yang ingin
memperoleh keselamatan yang diberitakan itu akan dilayani dengan bahan tertentu. Penjelasan
yang dibutuhkan dalam taraf pelayanan ini biasanya disebut JALAN KESELAMATAN
(Pelajaran 4).
Ingatlah! orang-orang berdosa sangat terbatas pengertiannya. Mereka belum dapat
meresapkan ajaran-ajaran rohani. Jadi berita dan penjelasan Injil itu harus diberikan dengan
sederhana sekali. Tidak boleh saudara anggap bahwa seorang dewasa sanggup menangkap lebih
dari pada yang dapat dimengerti oleh kanak-kanak (Matius 18:3). Dalam pelajaran ini saudara
akan melihat apa yang harus diketahui tentang Injil yang menjadi dasar keselamatan.

"INJIL YESUS KRISTUS"


Rasul Paulus adalah contoh yang amat baik sebagai penginjil. Perhatikanlah sikapnya
terhadap jemaat Korintus. Sewaktu ia memberitakan Injil - yang diutamakannya hanyalah inti
yang penting saja, yaitu Yesus dan salibnya (I Kor 2:1-5). Di kemudian hari ia rasa perlu
meringkaskan kembali Injil itu (I Korintus 15:1-4).
Rupanya orang-orang percaya di Korintus itu tidak berbeda dengan orang-orang zaman
modern yang selalu ingin menambah-nambah dan meruwetkan hal-hal yang seharusnya
sederhana. Mereka suka mencampuri dasar iman dengan nasehat-nasehat, ajaran-ajaran dan

48 | P I P R I B A D I
tafsiran-tafsiran, sehingga Injil menjadi ruwet dan kabur. Rasul Paulus merasa perlu
mengingatkan mereka untuk kembali kepada Injil yang sebenarnya.

Telitilah ringkasan Injil dalam I Korintus fasal 15. Saudara akan menemui empat unsur.
Dua di antaranya ialah mengenai Yesus dan karyaNya, dan dua mengenai pekerjaan Allah Bapa.

A. DUA HAL MENGENAI YESUS


1. Siapakah Yesus itu?
Pada zaman Yesus banyak orang yang mati tersalib. Menyalibkan merupakan cara
pemerintah untuk membunuh penjahat. Kalau Yesus itu manusia saja, tentu salib tersebut tidak
akan sampai mempunyai kuasa menyelamatkan seseorang. Kuasa salib terletak pada oknum
Yesus yang mati padanya.
Perhatikanlah keistimewaan Yesus pada ayat 3. Ia disebut "Kristus," yaitu Messias atau
Pelepas. Ia yang ditetapkan diutus dan diurapi Allah guna suatu tugas khusus pada salib itu
(Filipi 2:5-11). Ialah yang digelari "Anak Allah" atau sesuai dengan nubuat-nubuat dalam
Perjanjian Lama "Anak Manusia". Tidak pernah ada seorang yang seperti Yesus. Ia mempunyai
dua tabiat yang tergabung menjadi satu pribadi. Sebagai Anak Allah, Yesus mempunyai kuasa
untuk mengerjakan keselamatan manusia pada salib itu. Sebagai anak manusia, Ia berhak
mewakili manusia yang berdosa, sehingga mujizat pemersatu itu dapat diselesaikan. Dalam Surat
Efesus kita membaca bahwa "Perseteruan kita dilenyapkan" karena "Ia merobohkan dinding
penyekat ... dalam penyerahan tubuhnya" (Efesus 2:14-16).
2. Apakah tugas Yesus itu?
Banyak golongan agama ingin angkat suara mengenai inti luas atau batasnya peranan
Yesus di dunia ini. Tetapi mereka semua keliru sama seperti orang-orang pada zaman Yesus
(Matius 16:13, 14). Saudara juga telah mendengar suara-suara tersebut "Nabikah Dia? Gurukah
Dia? Seorang Rajakah Dia?" Terhadap suara-suara yang keliru itu, saudara harus menjawab
"Mungkinkah seorang raja terbunuh ketika sedang mewartakan kerajaannya yang tak
terkalahkan?" "Seorang gurukah, memakai perumpamaan untuk menjelaskan sesuatu supaya
jangan murid-muridnya mengerti?" (Lukas 8:10). "Seorang nabikah, menonjolkan diri sebagai
oknum yang layak disembah?"
Kalau Yesus bukan raja, nabi atau guru dalam tugas utamaNya, apakah tugas
sebenarnya? Tugas Yesus sebagai utusan Allah harus dilihat dari titik kemenanganNya. Ia
menjelma hanya dengan satu tujuan saja, yaitu untuk mati ganti kita pada kayu salib (Filipi 2:5-
11). Fungsi-fungsi lainnya hanyalah merupakan pernyataan sifat dan kodratNya. Mujizat-mujizat
yang dibuatNya hanyalah merupakan hal-hal yang sekunder dalam menjalankan tugasNya
sebagai Penebus manusia.
Perhatikan bahwa di dalam I Korintus 15:3, 4 rasul Paulus menyebutkan hanya satu tugas
Yesus yaitu - DISALIBKAN, Pertama dipakai gelar "Kristus" bagi Yesus; kedua dijelaskan "Ia
mati karena dosa." Injil tidak ada sangkut pautnya dengan hal-hal lain.

B. DUA HAL MENGENAI PERANAN ALLAH BAPA


Dua pokok lain dalam nats tersebut di atas adalah perbuatan-perbuatan Allah untuk
memeteraikan dan mengesyahkan salib Yesus sebagai jalan keselamatan yang benar.
1. Kebangkitan Yesus
Kadang-kadang Injil disebut "Injil kebangkitan." Di kota Atena Paulus pernah
memberitakan kebangkitan tubuh, tanpa menyebutkan salib (Kisah 17:22-23). Apakah hal itu

49 | P I P R I B A D I
merupakan suatu kelalaian dalam pelayanan Paulus? Tidak! Jikalau seorang tidak mau percaya
akan Allah yang berkuasa membangkitkan tubuh Yesus maka tentu ia juga tidak akan
menghargai berita tentang penyaliban Yesus. Penolakan terhadap yang satu berarti menolak
kedua-duanya.
Kubur yang kosong adalah suatu bukti bahwa pengorbanan Yesus pada salib itu telah
diterima oleh Tuhan Allah. Dengan membangkitkan tubuh Yesus, Allah telah mengumumkan
kepada manusia bahwa hutang dosa manusia telah dilunasi. Karena kubur yang kosong telah
menjadi suatu fakta dalam sejarah dengan demikian saudara telah mempunyai pegangan untuk
menolak segala bisikan iblis yang meremehkan pekerjaan Yesus pada salib. Kuasa kebangkitan
adalah kuasa yang luar biasa. Yesus telah mengumumkan sebelumnya bahwa Ia memiliki kuasa
itu (Yohanes 10:17, 18), supaya murid-muridNya dapat dihiburkan serta dapat melihat bahwa
segala sesuatu sungguh terjadi sesuai dengan apa yang Yesus telah katakan terlebih dahulu
kepada mereka.
2. Setuju dengan nats Alkitab
Ini ditegaskan dua kali dalam nats kita. Paulus ingin supaya orang-orang Korintus
mempunyai keyakinan yang kuat. Seolah-olah ia berkata: "Engkau herankah? Selidikilah Firman
Tuhan sendiri dan lihatlah, karena segala-galanya telah dinubuatkan ratusan tahun yang lalu."
Hal ini merupakan bukti kedua yang diberikan Tuhan Allah, Manusia tidak sanggup
meramalkan sesuatu, hanya Allah yang tidak terbatas pada masa kini. Salib dan kebangkitan
bukan peristiwa-peristiwa yang kebetulan saja. Melalui banyak nabi, Allah telah menyediakan
bagi semua manusia suatu perincian peristiwa yang akan terjadi sehubungan dengan penyaliban
Mesias itu. Maksud pernyataan tersebut ialah, supaya setiap orang boleh melihat, merasa heran
dan takut akan Allah yang telah menguasai dunia sedemikian rupa, sampai Ia dapat menetapkan
suatu rencana ratusan tahun sebelumnya. Saudara boleh percaya bahwa penyaliban tersebut
adalah pekerjaan Allah sendiri. Tidak perlu saudara ragu-ragu tentang apakah salib itu
mempunyai kuasa untuk menyelamatkan jiwa seseorang dari dosanya atau tidak.
C. RINGKASAN INJIL
Keempat unsur dari I Korintus 15:3, 4 itu dapat diringkaskan sebagai berikut:
"Yesus adalah Anak Allah, yang telah mengganti hukuman saya pada kayu salib. Ia telah
disyahkan menjadi penebus pribadi saya, dalam hal Allah sudah membangkitkan Dia dari
kuburNya sesuai dengan isi Alkitab."
Dalam pelaksanaan tugas saudara sebagai pemberita Injil perkara-perkara lain tidak
terlalu penting. Kalau saudara rela membatasi diri pada Injil yang sederhana itu saja, tentu hasil
penuaian saudara akan menjadi besar.
Ringkasan Injil di atas dapat dimanfaatkan juga oleh saudara dalam kehidupan sehari-
hari. Seringkali kita didatangi oleh orang-orang yang ingin menyajikan suatu ajaran atau corak
penafsiran yang baru kepada kita. Tetapi setiap ajaran baru itu dapat dinilai dengan empat ukuran
ini.
RESAPKANLAH PELAJARAN No. 2
Selidikilah "Amanat Kristus" dalam Matius 28:18-20.
Apakah kedua fungsi yang lain itu, yang tidak menjadi tugas saudara pribadi?
Menurut nats itu apakah kunci yang mensukseskan saudara sebagai penginjil
pribadi?
Perhatikanlah kembali ringkasan Injil dalam I Korintus 15:3, 4. Daftarkanlah beberapa
hal yang biasanya dijelaskan oleh penginjil- penginjil pribadi yang tidak disebutkan oleh rasul
Paulus.

50 | P I P R I B A D I
Jelaskan "Siapakah Yesus itu?" dalam sebuah karangan pendek.
Pelajarilah traktat yang berjudul "Apakah Injil itu?" (lihat lampiran A).
Coba jelaskan Injil kepada 5 orang!.

Pelajaran ke-3. Mendekati Seseorang Dengan Injil

Dalam pelajaran yang kedua telah dibedakan "Injil" yang wajib diwartakan kepada semua
orang dan "Jalan Keselamatan" yang akan dijelaskan kepada mereka yang ingin menerimanya
(yang terbuka terhadap Injil). Dalam pelajaran ini akan kita bicarakan peranan saudara dalam
membawa seseorang agar sampai kepada keinginan itu.
Tidak ada dua orang yang sama di dunia ini. Jadi mustahil saudara melatih diri dalam
suatu jalan pendekatan tertentu yang berlaku untuk segala keadaan. Dalam pelajaran in kami
hanya mengusulkan beberapa patokan saja supaya jangan saudara berputar-putar tanpa tujuan.
Yang paling penting adalah beberapa langkah yang terarah. Tidak diperlukan suatu cara yang
terperinci, karena Roh Kudus menyertai saudara dalam melaksanakan panggilan ini (lihat Matius
28:18-20). Roh Kudus selalu menunggu untuk menolong saudara. Bagi saudara hanyalah perlu
mempunyai tujuan tertentu; dan saudara harus bijaksana mencari pokok-pokok yang dapat
dialihkan kepada pelayanan rohani.
A. SIKAP SAUDARA MERUPAKAN HAL YANG PENTING
Tugas penginjilan pribadi lain sekali dibanding dengan tugas seorang penginjil umum.
Orang-orang yang mengikuti suatu kebangunan rohani telah mempunyai sifat "ingin tahu."
Sedangkan pribadi-pribadi yang saudara mau dekati dalam pergaulan sehari-hari pada umumnya
belum mempunyai keinginan itu. Mereka telah merasa puas dengan pegangan agamanya dan
keadaan jiwanya. Saudara perlu mengendalikan setiap pembicaraan, sehingga timbullah
pertanyaan-pertanyaan dan rasa ingin tahu dalam hati mereka. Kalau mereka ingin tahu, barulah
saudara dapat mulai menjelaskan Jalan Keselamatan itu.
Sikap saudara merupakan hal yang penting sekali. Janganlah menghakimi atau
menasehatkan orang-orang yang masih duniawi. Mereka tidak akan gemar membicarakan
perkara-perkara rohani dengan seorang yang disangkanya picik atau ganjil. Haruslah mempunyai
sikap terbuka, dan memakai setiap kesempatan untuk menuju kepada Yesus, sebagai jawab
terhadap setiap kebutuhan, khususnya pelepasan dari kuasa dosa.
Biarlah orang itu banyak berbicara.
Saudara harus menghindari perdebatan. Kalau seorang mulai berdebat, hatinya menjadi
tertutup. Ia akan mulai membenarkan diri saja dan melawan setiap penjelasan saudara. Mulainya
suatu perdebatan, menandakan macetnya usaha penginjilan pribadi. Supaya perdebatan tersebut
dapat terhindarkan, dan tetap melancarkan diagnosa rohani yang harus dilaksanakan, biarlah
orang yang dilayani itu banyak berbicara. Tetapi saudara perlu mengajukan pertanyaan-
pertanyaan untuk mengendalikan percakapan itu.
Orang yang didekati itu harus banyak berbicara. Ia akan menjadi lebih senang karena
saudara ingin mengetahui isi hatinya, sehingga lambat laun kecurigaannya terhadap saudara akan
hilang lenyap. Besar kemungkinan, selesai mengeluarkan segala isi hatinya, seperti keputus
asaannya dan kekecewaannya, dengan penuh perhatian ia akan berkeinginan supaya saudara juga
menjelaskan pendapat rohani saudara. Dan inilah kesempatan yang kita tunggu-tunggu.
Kalau ia telah berbicara banyak, itu akan menolong saudara untuk mengetahui keadaan
jiwanya. Makin lama ia berbicara, makin jelas jenis kebutuhan rohaninya sehingga sampailah
saatnya, obat yang dibutuhkannya, yaitu Firman Tuhan, dapat saudara berikan dengan tepat.

51 | P I P R I B A D I
Kalau si penginjil terlalu banyak berbicara akan menjadi kaburlah gejala-gejala penyakit
rohaninya. Seorang penginjil pribadi harus berlatih untuk berdiam diri. Renungkanlah sikap
seorang dokter terhadap pasiennya. Dokter tersebut tidak akan memberikan penjelasan. Ia hanya
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, sampai diagnosa selesai. Dan tanpa banyak bicara ia
menentukan obat yang sesuai dengan kebutuhan pasiennya.

B. GARIS BESAR DARI SUATU PENDEKATAN


1. Titik Tolak
Banyak orang yang sungguh-sungguh berhasrat untuk memberitakan Injil, tetapi takut
untuk memulainya. Mereka gelisah memikirkan teknik pendekatannya.
Biasanya saudara dapat memulai dengan pertanyaan pertama dari deretan pertanyaan
yang diberikan dalam bagian berikut ini. Tetapi sebelumnya, beberapa contoh permulaan lain
diberikan supaya saudara bertambah yakin bahwa segala sesuatu dapat dimanfaatkan bagi
kemuliaan Tuhan Yesus. Mungkin saudara akan heran melihat bermacam-macam hal yang dapat
dipakai sebagai permulaan untuk menjelaskan Injil.
a. Marah atau kecewakah kita melihat kelakuan seorang penjahat, atau jemu terhadap
korupsi pada umumnya?
Contoh: "Aduh! Lihat, jeep itu menabrak sepeda lalu melarikan diri, jahat sekali!" ...
Keluhan itu telah menyangkut kerohanian. Saudara dapat menjawab bahwa kelakuan semacam
itu tidak mengherankan. "Bukankah semua berdosa di hadapan Allah? Apakah Allah
membedakan dosa yang besar dan dosa yang kecil? Dosa kecil itu dipupuk, sampai akhirnya
menghasilkan kejahatan-kejahatan yang mengerikan. Dalam hal yang manakah saudara dan saya
mempunyai perbedaan dengan penjahat itu? Bukankah kita orang berdosa juga? Bagaimanakah
rencana saudara, untuk melenyapkan dosa pribadi di hadapan Allah, yang akan menghakimi kita
pada Hari Kiamat?"
b. Jengkel karena tingkah laku yang tidak baik seorang tetangga, yang beragama Kristen.
Inilah titik permulaan yang baik sekali. Sama seperti contoh pertama tentang kejengkelan
itu, keluhan itu dapat dipakai sebagai titik tolak untuk merangsang pengakuan mereka bahwa
keagamaan tidak dapat menyelamatkan. Mengaku diri sebagai "orang Kristen" belum berarti
apa-apa. Soal yang sebenarnya adalah apakah ia telah mempunyai iman kepada Yesus.
Saudara boleh berkata: "Apa yang dapat kita harapkan dari orang yang dosanya belum
diampuni? ... Sudahkah dosa-dosa anda sendiri diampuni? " Dengan landasan orang Kristen
"semu" ini saudara dapat berterus terang bahwa mutlaklah Injil Yesus itu. Oleh karena seorang
"Kristen" yang dibicarakan, maka orang yang saudara ingin Injil itu tidak akan merasa
tersinggung.
c. Orang tua dari pemuda-pemuda yang nakal - crossboy-crossboy.
Biasanya pemuda-pemuda tersebut menjadi perisau karena orang tuanya juga belum
selamat. Mereka menyangsikan Injil karena mereka belum melihat bukti iman pada ayah dan
ibunya, padahal orang tuanya mengakui Yesus sebagai Juru Selamat. Yang berikut adalah dua
contoh tentang bagaimana memakai masalah itu menuju penginjilan.
"Pernahkah ibu menjelaskan jalan pengampunan dosa kepadanya pada waktu ia masih
kecil?" "Kalau tidak, apakah ibu sendiri sudah mengetahui jalan itu? Apakah ibu telah
mengalami pengampunan dosa?" "Sudahkah ibu mempunyai hak di hadapan Tuhan untuk
meminta pertolonganNya dalam hal ini?" "Tuhan tidak akan mendengar doa semua orang. Ia
telah menentukan bahwa mereka harus diselamatkan lebih dahulu, baru boleh meminta
pertolongan," "Sudahkah ibu menjadi seorang anak Allah?"

52 | P I P R I B A D I
d. Orang sakit yang minta didoakan.
Saudara boleh berdoa bagi orang sakit bila mereka minta didoakan (Yakobus 5:14-16).
Tetapi periksalah terlebih dahulu, apakah orang itu telah selamat atau belum. Di hadapan Allah
penyakit tubuh itu hanyalah soal kecil saja, jiwanya yang paling penting. Jangan biarkan dia
mendatangi hamba-hamba Tuhan hanya demi "kepentingan diri" saja, tetapi supaya rela
membereskan dirinya melalui Yesus. Selalu bedakan kesembuhan jasmani dan keselamatan jiwa
sebagai dua perkara yang terpisah, meskipun sumber dari keduanya adalah rahmat salib Yesus.
Yang sakit selalu bersikap serius terhadap penjelasan Injil, tetapi seringkali maksud dan tujuan
mereka kabur.
2. Suatu deretan pertanyaan-pertanyaan.
Marilah kita beralih kepada deretan pertanyaan-pertanyaan yang dipakai dalam
pendekatan, yaitu jikalau tidak ada jalan masuk seperti contoh-contoh di atas.
Supaya ia jangan merasa tersinggung, janganlah terlalu cepat menanyai hal-hal yang
menyangkut pribadinya. Saudara harus mulai dengan pertanyaan-pertanyaan rohani yang umum
dan tidak bereaksi terhadap jawaban-jawabannya, sekalipun ia hanya menyebut kejengkelan-
kejengkelan terhadap kaum Kristen.
Pertanyaan-pertanyaan yang berikut diusulkan oleh seorang pelopor dan pengarang
dalam bidang penginjilan pribadi, Gene Edwards. Perhatikanlah arah pertanyaan-pertanyaan ini,
yang harus dimulai dengan perkara-perkara rohani yang umum menuju kepada hal-hal yang
khusus di mana terbongkar kebutuhan pribadinya. Saudara harus memakai pertanyaan-
pertanyaan semacam ini dengan lemah lembut supaya jangan ia tersinggung karena merasa
bahwa saudara telah mencampuri urusan pribadinya.
Pernahkan saudara pikirkan hal-hal rohani?
Menurut pendapat saudara apakah kebutuhan rohani yang terbesar untuk seseorang?
Pernahkah dalam hidup saudara, saudara alami suatu waktu bila saudara pikirkan
kebutuhan saudara sendiri untuk hidup yang kekal?
Menurut pendapat saudara apakah yang harus diperbuat supaya seseorang dapat masuk
hidup yang kekal itu?
Bolehkah kita membaca tiga atau empat ayat dari Firman Allah yang menunjukkan
kehendak Allah dengan hal ini?.
Kalau pertanyaan-pertanyaan yang di atas diteliti nampak suatu peralihan yang harus dari
yang umum, yaitu "seseorang" kepada yang spesifik, "saudara sendiri." Tentu saja jawaban-
jawabannya akan menunjukkan pendapat pribadi dari orang yang sedang didekati itu meskipun
ditanyai tentang seseorang. Dengan jalan yang halus ini, ia tidak akan merasa suatu serangan
terhadap dirinya. Apakah ia akan sedang mengeluarkan pendapatnya sendiri. Sikap kita yang
selalu bertanya "menurut pendapat saudara" sangatlah menolong kita menuju pelayanan yang
berhasil.

Pertanyaan yang keempat merupakan kunci.


Saudara boleh menyusun suatu deretan pertanyaan yang sesuai dengan pribadi dan
lingkungan saudara sendiri. Tetapi harus selalu ada suatu pertanyaan yang seperti pertanyaan
keempat di atas. Pertanyaan keempat itulah yang penting karena memungkinkan saudara sampai
kepada suatu diagnosa (penilaian rohani). Saudara harus secara mutlak mengetahui penyakitnya
sebelum ia diobati dengan Firman Allah. Pertanyaan yang keempat akan menentukan apakah ia
telah mengetahui jalan keselamatan atau belum. Kalau belum, maka pastilah ia juga belum
selamat. Kalau ternyata bahwa ia telah mengetahuinya, baiklah kita menambahkan suatu

53 | P I P R I B A D I
pertanyaan lagi, untuk menentukan apakah ia telah memanfaatkan pengetahuan itu dalam
hatinya.
Saudara haruslah dengan terarah menggunakan "pertanyaan diagnosa" itu, khususnya
kata kerja dari kalimat tersebut. Kata kerjanya harus selalu menanyakan suatu titik permulaan
misalnya. "Masuk ke dalam hidup yang kekal," atau "memperoleh pengampunan dosa," atau
"menjadi seorang Kristen" (yang terakhir bagi kaum Kristen saja). Dengan demikian saudara
akan bebas untuk menanyakan kembali, kalau diagnosa itu masih kabur. Perhatikanlah contoh
yang berikut, teristimewa kata-kata kerja yang dipakai. Inilah suatu percakapan antara seorang
penginjil (P) dengan temannya (T).
P - "Apakah yang harus diperbuat supaya seseorang memperoleh keselamatan?"
T - "Ia harus hidup dengan baik dan taat kepada segala peraturan agamanya."
P - "Memang benar, seseorang yang telah selamat akan berbuat baik, tetapi
bagaimanakah caranya supaya ia memperoleh keselamatannya?"
T - "Ia harus berusaha hidup suci dan berdoa meminta pertolongan dari Allah bukan?"
P - "Tentu saja, seorang yang telah mempunyai hidup yang kekal akan berbuat demikian,
tetapi bagaimanakah jalannya supaya seseorang mendapat hidup yang kekal itu?"
T - "Ia harus dibaptiskan!"
P - "Seseorang yang diselamatkan pasti akan dibaptiskan, tetapi persoalannya ialah titik
permulaannya. Bagaimanakah caranya supaya memperoleh keselamatan itu?"
T - "Saya tidak tahu. Bagaimana pendapat anda?"
P - "Bukan pendapat saya yang penting. Tetapi apakah saudara ingin melihat, apa yang
Tuhan Allah telah katakan mengenai hal ini?"
Dalam percakapan di atas, ternyata bahwa teman penginjil itu belum selamat. Orang-
orang yang telah selamat (sekalipun keliru pengertiannya) akan menyebutkan sesuatu tentang
Yesus, karena Yesuslah sumber keselamatan yang satu-satunya. Meskipun ia seorang yang
beragama Kristen yang telah dibaptiskan, rajin ke gereja, senantiasa berdoa, menjadi guru
Sekolah Minggu, atau majelis gereja, dan ia sungguh-sungguh patuh; tetapi kalau ia belum
mempunyai hubungan dengan Yesus secara pribadi, maka ia belum selamat. Semua kebaikan itu
hanyalah usaha-usaha untuk menyelamatkan dirinya melalui keagamaan. (lihat Yohanes 6:28,
29; Matius 7:21, 23).

3. Beralih kepada "Jalan Keselamatan."


Kalau saudara telah yakin bahwa orang yang dilayani itu belum selamat, maka dengan
sopan beralihlah kepada ke empat fakta rohani, sebagai penjelasan Jalan Keselamatan (pelajaran
ke 4). Pertanyaan ke 5 (pada halaman 28 sesuai untuk menuju keperalihan ini).
Saudara harus waspada dalam mengendalikan seluruh percakapan pendekatan itu, supaya
ketiga hal yang berikut ini telah diakuinya sebelum beralih kepada Jalam keselamatan. Kalau ia
belum sampai kepada ketiga pengakuan yang berikut ini, ada kemungkinan bahwa ia akan
menentang terhadap salah satu dari ke empat fakta rohani. Sebaiknya sebelum pertanyaan ke
empat diajukan, ia telah:
a. mengaku adalah seorang berdosa.
b. mengaku tidak puas dengan pegangan yang lama, dan telah melihat bahwa prinsip
lama atau "agama" itu tidak mungkin memberikan kepuasan rohani.
c. mulai berkeinginan untuk mengetahui tentang jalan yang harus ditempuhnya untuk
memperoleh keselamatan.

54 | P I P R I B A D I
4. Beberapa petunjuk praktis.
a. Jangan mengeluarkan senjata (Alkitab) sebelum ditentukan penyakit rohaninya dan
sebelumnya ia berkeinginan melihat jawaban dari Firman itu.
b. Jangan mengajar atau menasihati. Fungsi saudara adalah untuk "menginjili." Meskipun
orang itu kurang bersusila ataupun tidak beradab, jangan kaget atau heran. Perkara itu tidak akan
diselesaikan oleh nasehat saudara, melainkan pada salib Yesus. Hanya berterima kasihlah karena
dosanya demikian jelas sehingga ia insyaf bahwa ia membutuhkan seorang Juruselamat.
c. Injil Yesus sangat indah. Jangan membuang Injil itu di hadapan pengolok-olok.
Rangsanglah dahulu, dan kalau timbul suatu minat, barulah memberitakan jalan kelepasan dalam
Yesus itu.
d. Boleh juga kita mengambil sikap bahwa: "layaklah seorang yang ber - Pancasila
mengetahui dasar kepercayaan orang-orang Kristen."
e. Kalau waktunya sempit, boleh juga lebih lekas menuju penjelasan Injil atau memberi
kesaksian. Baik juga memberikan suatu traktat yang tepat. Tetapi lebih sempurna lagi untuk
menentukan suatu waktu di mana saudara dapat berbicara dengan dia dengan tenang.
f. Kesaksian bukanlah riwayat hidup. Dalam suatu kesaksian Yesuslah yang harus
menonjol dan bukan pengalaman saudara.

RESAPKANLAH PELAJARAN No. 3


Apakah syarat-syarat yang harus digenapkan sebelum saudara beralih kepada
penjelasan Injil?
Tulislah sebanyak mungkin jawaban-jawaban salah yang dapat diberikan kepada
pertanyaan pendekatan nomor empat.
Hafalkanlah Yohanes 3:3 dan Yohanes 6:37b.
Menurut pendapat saudara, apakah batas waktu bagi saudara untuk menginjili dalam
beberapa keadaan? Tulislah situasi dan beberapa menit saudara boleh bercakap-cakap.
Tulislah suatu pertanyaan tak langsung yang menyangkut iman. Tanyakan pertanyaan
tersebut kepada sepuluh orang, satu demi satu. Pertimbangkanlah sendiri makna segala jawaban
itu.
Pelajaran ke-4. Menjelaskan Jalan Keselamatan

Kalau hati seseorang telah terbuka terhadap Injil dan ia mau dilayani, saudara harus
beralih kepada penjelasan selanjutnya, yaitu bagaimana caranya supaya memanfaatkan Injil itu.
Penjelasan praktis ini diberi judul JALAN KESELAMATAN.
Pengetahuan dan keinsyafan
Belum cukup bagi seseorang hanya mengetahui jalan keselamatan itu saja. Ia sendiri
harus bertindak untuk memperoleh keselamatan jiwa yang ditawarkan itu. Hanya pengetahuan
yang disertai keinsyafan yang dapat mendorong dia untuk berbuat sesuatu. Dengan keinsyafan
berarti ia sudah menyadari bahwa keterangan yang dimilikinya itu menyangkut dia sendiri;
bahwa ialah yang berdosa dan perlu diselamatkan. Sebelum kebenaran itu ia resapkan, ia tidak
akan merasa perlu untuk melarikan diri kepada Yesus. Tetapi bila ia telah insyaf ia tidak akan
berkata lagi: "Semua manusia adalah berdosa!" "Sayalah orang yang celaka!"
Keempat fakta rohani
Telah lazim bahwa penginjil-penginjil pribadi menjelaskan Jalan Keselamatan itu
menurut apa yang disebut "KE EMPAT FAKTA ROHANI." Fakta-fakta tersebut hanyalah alat
saja, yaitu suatu urutan pokok-pokok dari Alkitab, supaya jangan saudara menyimpang dalam

55 | P I P R I B A D I
tugas pelayanan. Saudara akan menemukan bermacam-macam bentuk dari ke empat pokok ini,
dalam buku-buku penuntun dan traktat-traktat dari pelbagai pengarang; tetapi garis besarnya
selalu sama. Dengan memakai cara yang demikian sederhana setiap anak-anak Allah sanggup
menginjili karena setiap orang sanggup menguasai empat buah kalimat saja.
Fakta-fakta yang pertama, kedua dan ketiga semata-mata merupakan tinjauan terhadap
Injil. Ketiga pengajaran itu selalu diberitakan oleh setiap gereja Kristen; yaitu mengenai
kegagalan manusia dan kemenangan Yesus pada salib. Tetapi fakta keempat yang sering
dilalaikan. Mungkin kelalaian ini disebabkan karena sebagian pejabat-pejabat gereja belum
sampai memikirkannya. Ada juga hamba-hamba Tuhan yang kuatir bahwa kalau "anugerah saja"
yang terlalu ditekankan, maka orang-orang percaya akan bertambah malas dalam tugas-tugas
gerejanya. Tetapi justru langkah keempat itulah yang menghidupkan, karena langkah ini akan
memindahkan Injil dan bahan pemikiran menjadi dasar iman.
Terangkanlah yang berikut ini dengan jelas dan sederhana. Pada setiap langkah ingat
bahwa keseluruh hidup seseorang harus diikut sertakan pada Yesus. Pembagian berikut akan
menentukan sikap dan cara pelayanan saudara.
Nyatakanlah fakta-fakta Alkitab dengan teratur. AKALNYA harus menguasai fakta-
fakta itu sebelum ia diajak untuk menerima Yesus.
Dalam berbicara hendaklah dengan penuh perasaan dan kasih. HATINYA
(EMOSINYA) juga harus tertarik kepada Yesus.
Berikanlah suatu tantangan yang positif. KEHENDAKNYA haruslah menyetujui
Yesus sebagai dasar keselamatannya.

Ayat-ayat yang dicetak tebal harus dihafalkan dengan sempurna.


A. Fakta No. 1 - DOSA DAN HUKUMANNYA
"Saya telah berbuat dosa dan patut menerima hukuman maut yang kekal" (Roma 3:23;
Roma 6:23; Yesaya 59:2).
Setiap orang telah berbuat dosa (Roma 3:23; Yesaya 53:6). ARTI dari dosa di sini adalah
kurang dari ukuran Allah, yang Maha Suci dan Maha Adil itu.
Akibat dosa adalah maut (Roma 6:23). ARTI dari maut itu adalah perceraian dengan
Allah (Yesaya 59:2). Oleh karena setiap orang telah berbuat dosa, maka ia harus hidup terpisah
dari Allah dan kasihNya untuk selama-lamanya.
Biasanya orang-orang yang saudara akan layani itu mempunyai keinsyafan akan dosa-
dosanya. Kalau demikian, bacakanlah bersama-sama dengan dia satu ayat sebagai landasan saja,
kemudian langsung pindah pada fakta kedua.
Kalau hal dosa belum jelas bagi seseorang, keterangan yang berikut dapat diberikan.
"Allah telah menyatakan ukuranNya bagi semua manusia dalam SEPULUH PERINTAH yang
diberikan melalui Nabi Musa, tapi kemudian dalam "Khotbah di bukit" (Matius 5) Yesus telah
menunjukkan, betapa luasnya ruang lingkup perintah-perintah tersebut. Disamping itu Yesus
sendiri sudah menjadi suatu teladan (contoh) dari hidup manusia yang sesuai dengan kehendak
Allah .... Jikalau orang yang dilayani itu tidak mau sadar atau mengaku fakta dosanya, suruhnya
ia membandingkan dirinya dengan Yesus. Relakah ia secara pribadi menurut suatu hidup sebaik
Yesus? ... Kalau tidak, tentu ia telah kurang diri ukuran Allah dan ini berarti bahwa ia termasuk
golongan orang berdosa.
Kalau orang yang dilayani itu belum merasa gelisah atau berduka cita karena dosanya,
maka perlu sekali fakta yang pertama ini dibicarakan sampai matang dahulu (II Korintus 7:8-10).

56 | P I P R I B A D I
Untuk keterangan yang lebih mendalam lagi selidikilah pasal 5 dari buku ini. Bimbingan tidak
dapat diteruskan kepada fakta kedua sebelum ia "bertobat".

B. Fakta No. 2 - USAHA MANUSIA ITU SIA-SIA ADANYA


"Saya tidak sanggup melepaskan diri saya dari hukuman maut itu" (Efesus 2:8,9; Roma
3:20; Yohanes 14:6).
Pada umumnya manusia berada dalam alam fikiran yang sangat bertentangan dengan Injil
Kristus. Mereka semua ingin memperoleh keselamatan, tetapi karena akalnya telah dinoda oleh
dosa, maka dicari-carinya keselamatan itu dengan jalan-jalan yang salah. Mereka semua
menganggap bahwa ada suatu usaha yang dapat membawa mereka kembali kepada jalan
pergaulan dengan Allah. Lihatlah sikap orang muda yang kaya (Markus 10:17, 22). Ia telah
merasa haus dalam jiwanya sehingga tergesa-gesa meminta nasihat dari Yesus. Segala
perbuatannya yang salah itu belum memuaskan kehausan jiwanya. Tetapi tidak bertanya
demikian: "Bagaimanakah jalannya supaya saya dapat memperoleh hidup yang kekal?" Sama
sekali tidak! Sebab ia mempunyai maksud yang lain. Ia bertanya: "Apakah yang patut hamba
perbuat?" Dalam pemikirannya, segala sesuatu harus berkisar pada usahanya sendiri. Demikian
kabur mata rohaninya sehingga ia tidak dapat mengerti maksud Tuhan Yesus. Yesus seolah-olah
menjawab: "Tahukah kamu siapa Aku?" Orang muda itu belum bersedia menerima sesuatu yang
tidak dapat diusahakan sendiri ... Setelah pemuda itu pergi, dengan sedih Yesus menerangkan
kepada kedua belas muridNya, bahwa keselamatan adalah mustahil untuk diusahakan oleh
manusia; hanya dapat disediakan oleh Allah (ayat 27).
Kalau arti "dosa" itu kita tinjau kembali, nampaklah bahwa segala kesibukan manusia itu
kosong belaka. Manusia telah mutlak kalah terhadap syarat-syarat yang ditentukan oleh Allah.
Seandainya tidak ada rahmat, maka tidak ada juga keselamatan. Allah tidak dapat ditipu.
Meskipun seorang menonjolkan segala perbuatannya yang baik, Allah mempunyai mata yang
tajam dan dapat melihat setiap kejahatan yang telah disembunyikan di belakang tirai kesalehan
itu (I Samuel 6:7b).

C. Fakta ke 3 - YESUSLAH JALAN


"Yesus adalah satu-satunya jalan pelepasan bagi saya karena Ia telah menjadi pengganti
saya untuk dihukum pada salib itu" (Roma 5:8; I Petrus 2:24; I Petrus 3:18).
Sukakah saudara mengatakan bahwa Allah itu Kasih adanya? Tetapi saudara tidak boleh
lupa bahwa Allah juga Maha Suci dan Maha Adil. Allah tidak akan membiarkan hutang dosa
seseorang dengan begitu saja. Kalau Allah tidak menuntut upah dari dosa kita (maut) yang telah
ditetapkanNya sendiri itu, Ia tidak tepat lagi dinamakan "Allah yang benar." Haruslah ada
pembayaran terhadap hutang manusia itu.
Karena Allah sungguh kasih adanya Yesus telah menjelma menjadi manusia. Yesus
datang untuk menebus manusia. Arti "menebus" adalah menyediakan jalan keluar bagi manusia
yang tak berdaya lagi itu. Dengan cara yang kita sukar mengerti, Yesus telah memenuhi kesucian
dan keadilan Allah dalam kematiannya pada salib. Sehingga manusia dapat dibebaskan dari
hukuman maut (Yohanes 3:16; Roma 5:8).
Janganlah bicarakan unsur-unsur yang lain, kecuali Yesus. Setiap jalan pemikiran yang
tidak menuju kepada penerimaan Yesus, harus dihindarkan. Hanya ada dua perkara yang
terpenting di sini, yaitu bahwa:
Yesus adalah Sang Penebus.
Yesus pada saat ini sedang menawarkan pengampunan dosa dan keselamatan.

57 | P I P R I B A D I
Adakah orang yang dilayani akan menjadi sedikit takut dan akan menunda keputusan. Ia
akan mencari jalan keluar seperti membicarakan ajaran-ajaran Kristus, gereja, kelakuan orang-
orang Kristen dan sebagainya. Tetapi hal-hal yang seperti ini tidak akan menempelak hati
kecilnya. Hanya berita tentang Yesus tersalib yang berkuasa mendukakan hatinya. Karena itu
janganlah saudara masuk ke dalam perangkap suatu percakapan agama.
Hanya Yesuslah yang dapat melaksanakan tugas penebusan itu, karena Yesus memiliki
dua hal yang istimewa, yaitu:
- Yesus bukan hanya manusia saja. Ada dua tabiat yang tergabung dalam diri Yesus yaitu
kemanusiaan dan keilahian. Dengan keilahiannya itu, Ia sanggup mengerjakan sesuatu bagi
seluruh umat manusia.
- Hanya Yesus saya yang pernah hidup tanpa dosa. Sehingga Ia tidak memperoleh
hukuman atas diriNya. Kalau perlu ditegaskan bahwa tidak ada jalan lain, lihatlah Yohanes 14:6
dan Kisah Para Rasul 4:12.

D. Fakta ke 4 - MENERIMA YESUS


"Untuk memperoleh keselamatan yang telah Yesus sediakan, saya harus menerima Dia
secara pribadi" (Yohanes 1:12; Wahyu 3:20).
Keinsyafan terhadap fakta-fakta yang pertama, kedua dan ketiga itu tanpa penerimaan
adalah seumpamanya sebuah hadiah yang tetap terbungkus. Hadiah itu telah diletakkan ke dalam
tangannya. Orang itu mungkin sedang memandang kepada bungkusan yang sangat indah itu,
tetapi ia belum menggunakan isinya. Sebelum hadiah Injil itu dia buka berarti selama itu pula
pemiliknya masih seorang yang sesat. Kalau dia buka, ia akan menikmati isinya, yang
pengampunan dosa, pembaharuan hidup, dan hidup yang kekal. Langkah penerimaan inilah yang
akan membukakan semua anugerah kepada seseorang.
Tetapi "penerimaan" bukanlah suatu "penyerahan." Penyerahan berarti bahwa seseorang
yang telah didiami oleh Roh Yesus akan memutuskan untuk memberikan kesempatan yang lebih
luas kepadaNya. Dari segi disiplin pribadinya ia melepaskan ikatan-ikatan duniawi yang
mengelabuhi mata rohani. Penyerahan itu memungkinkan pengendalian dan penyesuaian pola-
pola hidupnya.
Jagalah urutan yang tepat ini dalam setiap pelayanan. Ajaklah seseorang yang berdosa
untuk "menerima" Yesus sebagai sumber pengampunan dosa. Ajaklah anak-anak Allah agar
"menyerahkan diri" untuk pekerjaan Tuhan.

RESAPKANLAH PELAJARAN No. 4


Hafalkanlah kelima ayat yang dicetak tebal dalam pelajaran ini.
Di luar kepala, tulislah keempat fakta itu. Setiap fakta harus merupakan kalimat
lengkap.
Banyak usaha pelayanan menjadi macet karena penginjil tidak dapat menjelaskan arti
dari istilah-istilah yang dipakainya. Untuk setiap istilah berikut ini, jelaskanlah artinya (dalam
satu kalimat pendek).
Dosa
Keselamatan
Maut
Bertobat
Mulailah menginjili teman-temanmu sekarang ini juga. Tidak usah merasa kuatir.
Saudara telah mempunyai cukup bahan, dan Roh Kudus menunggu kesempatan untuk

58 | P I P R I B A D I
memanfaatkan bahan itu melalui saudara. Pelajaran-pelajaran selanjutnya hanyalah bahan untuk
melancarkan pelajaran saudara dan untuk memperluas lapangan kerja bagi saudara.

Pelajaran ke-5. Perluaslah Dasar Pengertian Saudara

Pada umumnya keterangan yang diberikan dalam pelajaran keempat, telah cukup untuk
menjelaskan jalan keselamatan. Dengan penjelasan ini orang-orang yang bukan Kristenpun tidak
akan keliru tentang maksud Injil tersebut. Tetapi untuk mereka yang tergolong "Kristen semu,"
apalagi kalau mereka telah didatangi oleh bidat-bidat, seringkali dibutuhkan penjelasan yang
lebih terperinci. Pengertian mereka sangat kabur karena iblis itu licik sekali (II Korintus 4:4).
Perhatikanlah bagaimana cara iblis mencobai Tuhan Yesus (Matius 4). Ia lebih suka
membelokkan Firman Allah daripada terang-terangan menolaknya.
Maksud dari pada pelajaran kelima ini adalah untuk meletakkan dasar yang lebih luas.
Bahan ini disusun berdasarkan pengalaman dalam melayani orang-orang yang menganggap
dirinya telah mengetahui isi kekristenan itu, padahal belum. Kami harap agar bahan ini dapat
membantu saudara untuk melayani bermacam-macam orang dengan aneka ragam keragu-raguan.
Dalam pelayanan, berikanlah bahan-bahan yang seperlunya saja. Tugas saudara bukan
untuk mengajarkan segala kebenaran, melainkan untuk membimbing kepada keinsyafan pribadi.
Kalau orang yang dilayani itu telah sadar berdasarkan keempat fakta rohani, jangan ditambahi
dari pasal ini. Usahakanlah selalu supaya Injil itu diberikan sesederhana mungkin.
A. PERTOBATAN DAN PENYERAHAN
1. Arti pertobatan
Yang kesatu, "bertobat" mempunyai arti tertentu dalam pelayanan rohani, dan arti itu
lebih daripada "menyesal." Seorang narapidana akan menyesal karena tertangkap basah. Hal itu
bukanlah berarti pertobatan, jikalau ia tetap bermaksud untuk melakukan kejahatan yang sama
setelah dibebaskan kembali. Seorang anak kecil akan merasa menyesal, kalau ia telah
mendukakan ibunya. Tetapi pada keesokan harinya ia akan melakukan hal yang sama juga. Yang
pertama, "bertobat" berarti bahwa seseorang telah demikian jemu dan menyesal atas kelakuannya
sehingga ia memutuskan untuk mengubahnya.
Yang kedua, "bertobat" berarti bahwa setelah seseorang menyesal, ia akan berpaling
kepada jalan yang benar (I Tesalonika 1:9, 10). Sering terjadi bahwa orang yang menyesal itu
berpaling kepada jalan palsu yang lain, misalnya dengan membuat kompensasi. Satu contohnya
orang-orang Parisi yang mencuri dari janda-janda (Lukas 20:27) tetapi berusaha
menyembunyikan kelakuan yang jelek itu dibalik suatu kelakuan yang baik, yaitu menghiasi
batu-batu kuburan para nabi (Matius 23; 29-36). Mereka berharap agar supaya perbuatannya
yang baik itu demikian menyolok, sehingga keburukannya tidak diingat lagi oleh orang-orang
lain. Itu bukan pertobatan. Bertobat berarti berubah dan berpaling kepada Yesus.
Yang ketiga, "bertobat" tidak mempunyai arti sesungguhnya bila terlepas dari sesuatu
hubungan dengan Tuhan Allah. Misalnya, kadang-kadang seorang akan merasa berdosa karena
telah melanggar adat istiadat sukunya. Pelanggaran itu, belum mempunyai orientasi rohani,
karena hanya melihat kepada norma-norma manusia. Dosa adalah yang berhubungan dengan
keadaan seseorang dan sikap Allah terhadap dia. Seseorang harus insyaf bahwa Tuhanlah yang
dia hina, sehingga keadaannya sangat berbahaya.
2. Menyangkut seluruh pribadi
Pertobatan yang menyelamatkan itu mencakup keseluruhan dari pribadi seseorang:
Ia akan merasa berdosa.

59 | P I P R I B A D I
Ia akan mengetahui bahwa ialah seorang yang jahat dan bahwa kejahatan itu
mengakibatkan hukuman Allah.
Ia akan memutuskan untuk berpaling kepada Allah melalui Yesus Kristus.
Petobat itu akan memihak kepada Allah dan menentang dirinya sendiri karena ia telah
yakin bahwa Tuhan sajalah yang benar dan adil.
3. Pertobatan orang-orang percaya
Banyak tokoh gereja yang telah mementingkan pertobatan orang-orang percaya, misalnya
Matinus Luther dan John Wesley. Memang benar bahwa anak-anak Allah lebih bersedia bertobat
dari pada mereka yang belum percaya kepada Yesus Kristus. Banyak nats Alkitab yang
menyangkut hal pertobatan itu, seperti I Yohanes 1:9 dan II Korintus 7:8-10 yang dialamatkan
kepada kaum Kristen.
Sudahkah saudara memikirkan kebutuhan seorang yang telah selamat supaya bertobat?
Perhatikanlah kebenaran-kebenaran yang berikut:
Anak-anak Allah telah mempunyai Alkitab sebagai ukuran moralnya. Mereka tidak
lagi keliru tentang kehendak Allah dan mengenai kecenderungan mereka untuk berbuat jahat.
Hati yang didiami oleh Roh Yesus akan lebih berperasaan. Hati kecilnya lekas
tertempelak atas sesuatu pelanggaran.
Yesus mau diakui bukan saja sebagai Juruselamat saja, melainkan sebagai Tuhan.
Biasanya pada ketika menerima Yesus seseorang hanya sadar bahwa Yesus telah
menyediakan tempat di sorga baginya. Padahal Yesus berkehendak untuk menjadi Juruselamat
dan Tuhan bagi orang itu dalam kekekalan dan kekinian, karena Yesus jugalah yang telah
menciptakan alam yang fana. Roh Yesus akan terus menerus berusaha untuk mengisyafkan dan
menggelisahkan seseorang sampai ia bertobat dari kesia-siaan hidupnya serta menyerahkan diri
secara bulat kepada Tuhan Yesus (Matius 22:37).
B. DOSA DAN HUKUMANNYA
Orang-orang yang percaya perlu mengetahui arti sebenarnya dari "dosa" dan arti
sebenarnya dari "maut" itu.
Alkitab senantiasa membedakan dosa-dosa yang dilakukan dan difikirkan oleh seseorang,
dari kedukaannya sebagai orang berdosa. Kelakuan-kelakuan itu hanya menandai keburukan
batin dan keadaan batin itulah yang dipersoalkan.
1. Dosa-dosa dan kelakuan
Ada beberapa kata yang tidak sama artinya di dalam bahasa asli, yang semuanya
diterjemahkan "dosa" atau "kesalahan" dalam Alkitab bahasa Indonesia. Di antaranya terdapat
kata-kata yang berarti "melanggar," "tidak ber - Tuhan" dan "najis" tetapi kata yang banyak
dipakai, "harmatia" berarti "kurang dari ukuran Allah" atau "tidak tepat pada ketetapan Allah."
Kata inilah yang dipakai dalam Roma 3:23 dan dalam Roma 6:23, yaitu Allah yang Maha Suci
telah menetapkan suatu ukuran bagi manusia. Ukuran tersebut ialah kesempurnaan hidup
sehingga tak seorangpun berhak menuntut akan suatu jasa atas kelebihan mereka. Segala
kebaikan telah termasuk syarat. Satu kelalaian atau pelanggaran, sekalipun kecil telah
menggagalkan seseorang terhadap ukuran itu.
Pada lazimnya yang diakui oleh manusia sebagai ukuran yang dari Allah adalah yang
disebut "Sepuluh Hukum" atau "Dasa Titah" (Keluaran 20:1-17). Mungkin seseorang yang salah
tangkap tentang maksud Dasa Titah itu akan merasa bahwa ia telah menaati segala hukum Allah,
seperti orang muda yang kaya itu (Markus 10:19-20). Kalau demikian, sebaiknyalah ia
merenungkan Matius 5. Di situ Yesus sendiri memberikan penjelasan lanjutan bahwa maksud
Sepuluh Hukum itu bukanlah hal-hal lahir yang ringan dilaksanakan, melainkan suatu taraf

60 | P I P R I B A D I
kesempurnaan batin (Matius 5:48). Dengan melihat apa yang dipikirkan dalam batin saja, sifat
sebenarnya dari orang itu telah diketahui oleh Allah.
Pada taraf yang tertinggi ukuran Allah itu dinyatakan dalam diri Yesus, Yesuslah yang
telah menjadi contoh hidup bagi manusia yang dikehendaki oleh Allah Yesuslah satu-satunya
yang pernah melakukan syarat-syarat Torat itu dengan sempurna. Sanggupkah saudara untuk
mencapai ukuran yang sesempurna Dia? Dengan melakukan suatu tindakan pemberontakan, satu
kenajisan atau satu saja pemikiran yang tidak beres, atau satu kelalaian yang tidak disadari sudah
berarti saudara gagal dan "kurang dari ukuran Allah" itu.
2. Hal "orang-orang berdosa."
Alkitab menjelaskan bahwa dosa-dosa kelakuan merupakan gejala-gejala saja, yang
menyatakan pokok keadaan yang sebenarnya yaitu bahwa manusia sudah masuk golongan
"orang-orang berdosa." Keadaan itu diwarisi sebagai akibat dosa dari Adam dan Hawa. Menurut
Firman Tuhan, bukan kelakuan seseorang yang terpenting melainkan sumber kelakuannya yang
ada dalam hati yang jahat. Dan itulah yang menimbulkan buah-buah yang pahit (Matius 7:15-20;
23:25-28). Jadi bukanlah "Sayalah orang berdosa, karena saya telah berbuat dosa" melainkan
"Saya berbuat dosa karena sayalah seorang berdosa."
Meskipun seseorang merasa bahwa ia belum pernah berbuat dosa, tetapi secara rohani ia
tetap tergolong orang berdosa. Tuhan hanya melihat kepadanya sebagai mayat rohani karena
dalam jiwanya belum terjadi proses pembaharuan melalui iman (Efesus 2:1, 5, 6).
Kadang-kadang gambar "Jurang pemisah" dipakai untuk menjelaskan keadaan manusia
yang berdosa. Gambar ini tepat sekali karena jarak yang memisahkan manusia dari Allah yang
suci (Yesaya 59:2) demikian lebarnya sehingga tidak ada seorang juarapun yang sanggup
meloncat untuk menyeberanginya.
3. Arti dari pada "maut."
Maut adalah akibat daripada dosa (Roma 6:23a). Apakah artinya maut? Boleh dikatakan
bahwa manusia telah mati (Efesus 2:1) karena mewarisi upah dosa Adam dan Hawa. Dan kalau
manusia tidak berpaling kepada Yesus Kristus, mereka akan mati untuk selama-lamanya. Kalau
seseorang belum percaya kepada Yesus, meskipun ia mempunyai kehidupan jasmaniah, ia belum
memiliki kehidupan rohani. Ia berada dalam keadaan mati rohani. Ia belum mempunyai
hubungan dengan Allah yang Roh adanya (Yohanes 4:24).
Suatu riwayat dalam Alkitab yang paling jelas mengenai keadaan yang ganjil ini
ditemukan dalam Kitab Kejadian pasal 2 dan 3, di mana Adam dan Hawa diusir dari Taman
Eden. Sebelum mereka berbuat dosa mereka mempunyai kehidupan jasmaniah yang sama seperti
kita. Mereka dapat bergerak dan berbicara, mereka memikirkan dan memutuskan sesuatu. Di
samping kehidupan jasmaniah itu mereka memiliki sesuatu yang lebih indah. Yaitu pergaulan
pribadi dengan Tuhan Allah. Justru kehidupan rohaniah itulah yang lenyap pada saat mereka
berbuat dosa.
Kalau seseorang tidak mengambil tindakan untuk menghubungkan dirinya kembali
dengan Allah melalui Yesus, ia akan tinggal untuk selama-lamanya dalam kematian rohani yang
diwarisnya itu. Dengan setiap dosa kelakuan yang ia perbuat, ia menyatakan bahwa ia
menyetujui "kemayatan" itu.
C. HAL-HAL AGAMAWI YANG KELIRU
Menyesal sekali, tetapi dapat dimengerti juga adanya banyak unsur-unsur keagamaan
yang hanya merupakan buah maut itu, perbuatan yang sia-sia belaka karena bukan Allah yang
menetapkannya. Seringkali hal-hal agamawi itu nampak juga pada orang-orang yang
menyebabkan dirinya Kristen. "Kristen semu" ini belum memiliki dasar pengertian dari Firman

61 | P I P R I B A D I
Allah, mereka menyisipkan pemikiran-pemikiran duniawi ke dalam kepercayaannya. Di samping
memperpadukan unsur-unsur kekafiran dengan kepercayaan yang sebenarnya, seringkali acara-
acara dan ajaran-ajaran Kristen yang benar itu diberi pengertian yang salah karena alam
fikirannya yang duniawi.
Selidikilah Firman Tuhan tentang contoh-contoh berikut:
1. Upacara-upacara keagamaan
a. Kebaktian-kebaktian.
Sering orang-orang Kristen semu itu menganggap bahwa kewajiban yang satu-satunya
telah mengikuti kebaktian-kebaktian. Sebaliknya iman yang benar itu seharusnya dinyatakan
setiap hari melalui kelakuan-kelakuan yang sesuai dengan pengakuan (Mazmur 51:18, 19;
Yesaya 1:12-18; Mazmur 24:3,4; Yakobus 2:26).
b. Perjamuan Kudus.
Kadang-kadang seorang menganggap bahwa ia diselamatkan "karena" mengikuti
Perjamuan Kudus. Ada kalanya roti dan anggur itu dianggap menjadi barang suci yang
mempunyai daya kekuatan dalam dirinya. Sebenarnya upacara itu hanyalah peringatan, bukan
saluran berkat (Yohanes 6; I Korintus 11:23-26).
c. Pembaptisan.
Pembaptisan adalah pengakuan umum dan lambang dari apa yang telah terjadi dalam diri
seorang melalui kepercayaannya. Bukti dari iman bukanlah surat pembaptisan, melainkan hidup
yang baru dan suci (Kisah Para Rasul 10:47, 48; I Petrus 3:21; Roma 6:1-4).
2. Syarat-syarat Torat.
Hukum Allah diberikan sebagai "pelatih" atau skala pemeriksa diri bagi manusia.
Maksudnya bukanlah supaya seseorang mencari keselamatan melalui ketaatannya. Tetapi
diberikan untuk menyatakan keadaan yang sebenarnya, yaitu bahwa setiap manusia telah
melanggar dan gagal. Jadi janganlah berharap pada jalan yang kosong melainkan kepada Yesus
yang telah menggenapkan Torat itu (Matius 5:17; Roma 3:20; Roma 7:7; Galatia 2:16).

3. Kesusilaan dan amal.


Kesusilaan dan amal menyatakan kehendak yang baik tetapi belum menyatakan bahwa
orang itu diperkenankan oleh Allah. Kornelius adalah contoh yang baik bahwa meskipun Allah
ingin menyelamatkan seseorang yang berkelakuan baik tetapi Ia telah membatasi diriNya untuk
hanya memperkenalkan mereka yang percaya kepada berita Injil (Kisah Para Rasul 10:1-11; 18,
khususnya 11:13, 14).
D. LAMBANG-LAMBANG DARI KARYA KRISTUS
Yang paling penting dalam penginjilan ialah pengertian tentang Penyaliban Yesus.
Walaupun hal-hal yang lain tetap kabur, tetapi harus jelas sekali baginya bahwa Yesus sudah
mengerjakan sesuatu yang mutlak pada waktu Ia menyerahkan nyawaNya di kayu salib.
Pekerjaan Yesus itu sedemikian ajaib sehingga sukar bagi manusia untuk mengertinya. Untuk
menambah pengertian kita, Allah telah menyediakan beberapa gambaran. Dua di antaranya akan
kita selidiki yaitu "korban perdamaian" dan "darah dan tubuh."
1. "Korban perdamaian."
Dalam Ibrani 10:24-28 dan Efesus 2:14-16 persembahan diri Yesus dibicarakan. Nats-
nats tersebut menjelaskan bahwa persembahan itu telah memperdamaikan kita dengan Allah.
Korban perdamaian adalah suatu istilah yang tetap bagi jalan kelepasan itu. Korban merupakan
pembayaran hutang kepada Allah. Kita yang tidak sanggup lagi berbuat apa-apa wajiblah datang
kepada salib Yesus bagaikan pengemis-pengemis. Di situlah seolah-olah diletakkan ke dalam

62 | P I P R I B A D I
tangan kita korban yakni Yesus itu. Kemudian kita pergi menghadap Allah dengan korban itu
dalam tangan kita, dan korban itulah yang diterimaNya. Allah tidak lagi menuntut upah maut
melainkan telah mengijinkan kita bersekutu kembali dengan Dia sebagai anak-anakNya.
2. "Darah dan tubuh."
Setiap kali kita merayakan perjamuan kudus, berarti kita memperingati kematian Yesus (I
Korintus 11:24-26). Kita senantiasa makan roti dan minum anggur yang menjadi dua lambang
dari apa yang Yesus telah lakukan bagi kita. Kedua lambang itu menyatakan dua segi dari
pengorbanan Yesus.
Roti adalah lambang dari tubuh Yesus. Tubuh yang telah menerima hukuman kita. Segala
siksaan yang patut diterima oleh kita sebagai orang berdosa, telah ditanggung oleh Yesus (I
Petrus 2:24). Setiap langkah penghinaan dan penyiksaan yang Yesus alami menjadi bukti betapa
najisnya diri kita ini, sehingga penderitaan yang sekejam itu harus dirasai oleh Yesus selaku
pengganti kita. Kulit badanNya yang robek-robek dan kesakitanNya yang tak terhingga itu
adalah pukulan yang layak bagi kita masing-masing.
Anggur adalah lambang dari darah Yesus yang ditumpahkan. Darah itulah yang menjadi
alat penyucian segala kejahatan dan kenajisan kita (I Yohanes 1:7,9), dan juga menjadi sumber
hidup yang kekal. Pada permulaan dari siksaannya darah mengalir keluar tetes demi tetes akibat
penderaan cemeti yang berduri besi dan mahkota duri yang menusuk kepalaNya. Pada waktu
rusuk Yesus ditembus dengan tombak oleh laskar Roma masih ada sejumlah darah yang keluar
dari jantungnya, darah yang sudah terurai zat-zatnya, yang hanya dapat terjadi akibat dukacita
yang hebat. Jantungnya hancur juga untuk memukul dosa kita yang sangat keji ini.
E. PENERIMAAN YESUS
Apakah yang terjadi pada saat penerimaan itu?
Jelas sekali dalam Firman Tuhan bahwa Allah mempunyai suatu rencana tertentu bagi
manusia, yaitu mendiami hati manusia dengan rohNya. Istilah "menerima Dia" dalam Yohanes
1:12 bukanlah suatu kebetulan. Ada banyak istilah lain yang juga dapat dipakai untuk
menjelaskan langkah memperoleh keselamatan, tetapi "menerima Dia" yang paling tepat.
Menerima berarti bahwa Roh Yesus yang menunggu di luar diterima ke dalam. Yesus
telah ber Firman: "Ia tinggal beserta dengan kamu, dan Ia akan ada di dalam kamu" (Yohanes
14:17). "Kristus di dalam kamu" ialah istilah yang menjadi dasar bagi banyak penghiburan
rohani (Efesus 1:13, 14; Kolose 1:27; I Yohanes 4:4 dan seterusnya). Paulus telah
mengumpamakan orang-orang beriman sebagai "rumah Roh Kudus," yaitu bahwa Roh Kudus
telah mendiami mereka. Paulus harus berkata kepada orang-orang Korintus: "Tidakkah kamu
mengetahui ...?" Hal ini demikian ajaib, sehingga sukar bagi orang-orang di kota Korintus untuk
percaya terhadap kemungkinannya (I Korintus 6:19, 20).
Roh Yesus selalu menunggu untuk memasuki rumah-rumah tubuh manusia yang telah
ditebusNya itu. Ia sudah membayar harganya pada salib. DarahNya berkuasa untuk menyucikan
tempat kediamanNya. Yesus hanya menunggu pada pintu hati yang dimilikiNya itu sambil
mengetuk (Wahyu 3:20). Ia hanya menunggu supaya pintu hati dibukakan dari dalam, dan kalau
dibukakan bagiNya. Ia sendiri akan masuk untuk membereskan dan selanjutnya bertempat
tinggal di situ. Yesus akan menjaga, merawat dan memakai rumah yaitu tubuh manusia, sesuai
dengan kehendakNya sendiri.

RESAPKANLAH PELAJARAN No. 5


Setelah selesai membaca pelajaran ini, selidikilah nats-nats yang berikut:
Keluaran 20:1-17 dan Matius 5:17-48.

63 | P I P R I B A D I
Roma 1:18-32 dan Galatia 5:16-26.
Efesus 2:1-10 dan Mazmur 51.
I Korintus 11:23-32 dan Yesaya 1:12-20.
Perhatikanlah istilah "di dalam kamu" dari Roma 8:9-11. Dapatkah saudara menulis
suatu definisi "orang Kristen" berdasarkan nats ini?
Apakah sebabnya seorang yang telah selamat akan lebih merasa dirinya sebagai orang
berdosa daripada sebelum ia menerima Yesus?

Pelajaran ke-6. Membimbing Seorang Untuk Menerima Yesus

Pelajaran ini kita khususkan pada pelayanan orang yang belum menerima pengampunan
dosa. Jenis-jenis pelayanan yang lain akan dibicarakan dalam pelajaran ketujuh.
A. BEBERAPA PETUNJUK UMUM
1. Maksudnya harus jelas.
Langkah penerimaan adalah sangat penting. Saudara harus lebih dahulu memastikan diri
bahwa orang yang sedang dilayani itu mempunyai maksud yang sungguh-sungguh. Kadang-
kadang seseorang hanya "tunduk saja" untuk melaksanakan suatu doa penerimaan, padahal
baginya belum jelas siapa Yesus, bahkan juga belum yakin bahwa ia sendirilah orang yang najis
di hadapan Allah. Perhatikanlah kedua contoh yang berikut ini.
a. Seorang yang bersikap ramah serta terbuka dan sudah dilayani selama satu setengah
jam, tiba-tiba merelakan diri untuk menerima Yesus. Maksud sebenarnya bukanlah untuk
memperoleh keselamatan. Ia hanya ingin minta diri dari penginjilan itu, dan ini dia lakukan
dengan sopan. Karena pada sangkanya, setelah ia berpura-pura berdoa untuk menerima Kristus,
maka ia telah bebas untuk pulang.
b. Seseorang minta dibimbing dalam penerimaan Yesus. Mungkin hal ini dilakukan sebab
ia telah merasa bosan oleh desakan teman yang telah berusaha menginjili dia. Kalau ia sudah
satu kali dilayani, maka pada sangkanya ia tidak akan disusahkan lagi. Setiap kali seorang lain
ingin memperkenalkan dia kepada Yesus, ia dapat mencari jalan keluar dengan mengatakan:
"Saya telah menerima Kristus pada tanggal sekian, tidak usah lagi."
Untuk menghindari pelayanan yang salah saudara harus waspada. Tujuan saudara bukan
untuk melayani sekian banyak jiwa dalam "penerimaan." Tujuan saudara adalah untuk
memperkenalkan jiwa-jiwa yang sesat kepada Yesus yang hidup.
Doa tidak mempunyai kuasa penyelamatan. Hanya Yesus yang berkuasa mengampuni
dosa. Penerimaan yang pura-pura hanya mengebalkan hati seseorang, sehingga ia tidak akan
terbuka lagi terhadap Injil.

2. Intelek, Emosi dan Kehendak


Manusia mempunyai intelek, emosi dan kehendak. Kalau saudara mau membimbing
seseorang untuk menerima Yesus di samping melihat kesungguhannya, perlu saudara
memperoleh kepastian bahwa penerimaan itu adalah penerimaan total. Ia perlu mengikut
sertakan akal budi, perasaan dan kehendaknya kepada Yesus Kristus.
a. Akal - budi
Ia harus mengetahui bahwa Yesuslah jalan satu-satunya untuk memperoleh pengampunan
dosa. Ia harus mengetahui bahwa keselamatan itu disediakan hanya melalui salib dan darah
Yesus.

64 | P I P R I B A D I
b. Emosi - perasaan.
Ia harus merasa bahwa dirinya seorang berdosa. Pengetahuan yang teoritis tidak akan
menggerakkan dia untuk meninggalkan hidup yang lama untuk melekat pada Yesus. Hati
kecilnyalah yang menjadi tempat pelayanan Roh Kudus terhadap mereka yang belum selamat
(Yohanes 16:8). Roh kebenaran itu akan menempelak hati kecilnya dengan keinsyafan akan
dosa. Roh itu akan bekerja juga dalam hati kecilnya untuk memeteraikan kebenaran dari Firman,
"Jalan Keselamatan" yang telah saudara sampaikan kepadanya.
c. Kehendak - keinginan.
Meskipun ia telah mengatahui bahwa Yesus adalah Juru selamat dunia dan meskipun ia
telah merasa dirinya seorang berdosa yang dimurkai Allah, jikalau ia belum memutuskan untuk
menerima Yesus, ia belum selamat. Kehendak itu harus bertindak. Kalau ia belum memihak
kepada Yesus, ia tetap berada pada pihak iblis.
B. CARA PELAKSANAAN PELAYANAN INI
Langkah-langkah ini adalah lanjutan dari pendekatan dan diagnosa yang telah
dibicarakan dalam pasal 3. Kalau ia telah ingin tahu maka jalankanlah bimbingan yang berikut.
Tiga langkah yaitu penjelasan, penerimaan, dan peneguhan harus berjalan satu persatu. Bahan
yang perlu untuk langkah pertama itu telah dibicarakan dalam pelajaran yang keempat.
1. Langkah penjelasan.
a. Pakailah ayat-ayat landasan.
Penjelasan dari "keempat fakta rohani" itu menjadi bahan pertimbangan bagi inteleknya.
Saudara harus dapat memastikan bahwa jalan keselamatan itu sungguh-sungguh dapat
dimengerti. Janganlah saudara menjelaskan seperti memberikan kuliah. Tunjukkanlah ayat-ayat
landasan. Ia sendiri harus membacanya dengan nyaring. Jangan anggap kalau ia telah
membacanya dengan cara demikian ia telah mengertinya. Tanyakanlah mengenai setiap bagian
kalimat dari nats-nats tersebut, sampai nyata bahwa maksud - arti Firman Tuhan itu telah
diresapkannya.
Memberikan terlalu banyak ayat akan membingungkan. Seorang penginjil terkenal telah
menegaskan bahwa satu dua ayat sudah cukup, supaya Injil itu diberikan sesederhana mungkin.
Penginjil tersebut suka memakai Yesaya 53:6 bertalian dengan Yohanes 1:12. Tetapi sebagai
patokan bagi saudara pakailah empat ayat saja, satu ayat untuk setiap faktor rohani dan dapat
ditambah dengan satu ayat lagi bila perlu untuk menjelaskan sesuatu yang keliru.
Walaupun orang yang dilayani itu buta huruf, masih perlu juga saudara menunjukkan
ayat-ayatnya kepadanya. Saudara sendiri harus membacakannya, tetapi ikutilah dengan jari
saudara supaya ia melihat bahwa ini sungguh-sungguh dari Alkitab. Ia harus dapat membedakan
perkataan Allah dengan perkataan saudara.
b. Tunggulah keinsyafan orang itu.
Perhatikan kembali bagian pengetahuan dan keinsyafan dari halaman 33. Dapatkah ia
mengucapkan Roma 6:23 kembali dengan kata-katanya sendiri seperti berikut? "Sayalah seorang
berdosa yang dimurkai Allah yang Maha Kuasa. Tetapi sekarang saya boleh pilih. Ada dua
kemungkinan di hadapan saya. Saya boleh berjalan terus menuju maut itu, atau saya boleh
mempercayakan diri kepada Yesus yang telah mati bagi saya. Dengan percaya, maka saya akan
luput dari hukuman Allah itu, dan sangat berbahaya bagi saya untuk menunggu."
c. Tunggulah keinginan orang itu.
Kalau telah nyata bahwa ia mengerti dan insyaf maka masih perlu menanyakan lagi
apakah ia "ingin" untuk menerima Yesus. Tidak boleh saudara meneruskan pembimbingan kalau

65 | P I P R I B A D I
ia belum mau. Banyak orang yang dengan semangat mengikuti penjelasan mengenai Injil hanya
karena "ingin tahu" saja, tanpa maksud bertindak atas keterangan itu.
2. Langkah penerimaan
Bagaimanakah caranya untuk seseorang menerima Yesus? Pertama-tama harus diingat
keadaan sebenarnya. Yesus sedang menunggu untuk diundang masuk dan mendiami hati orang
itu. Biasanya undangan itu diberikan dalam doa, dan seringkali orang tersebut akan ragu-ragu
mengenai cara berdoa. Sebaiknya penjelasan yang berikut diberikan sebelum ia menundukkan
kepala untuk berdoa.
a. Berdoa kepada Yesus.
Gambaran Tuhan Allah masih terlalu umum, hanyalah Yesus yang telah mempunyai
bentuk definisi baginya. Ajaklah ia berbicara kepada Yesus Kristus.
b. Apa yang diminta?
Tiga hal yang perlu diucapkan kepada Yesus yaitu:
Masuklah ke dalam hatiku!
Bersihkanlah hatiku yang buruk ini!
Tinggallah tetap dalam hatiku untuk memelihara daku terus!
Ada beberapa cara doa yang lain berdasarkan perjanjian-perjanjian dalam Alkitab, tetapi
doa yang di atas yang paling tepat. Cara ini agak memudahkan pelayanan rohani selanjutnya.
Kalau seseorang telah mengetahui bahwa hatinya didiami Yesus, maka itulah dasar yang baik
untuk digunakan menurut segala berkat yang telah disediakan oleh Yesus bagi orang-orang
percaya.
Kadang-kadang orang yang dilayani itu telah menerima Yesus sementara mendengar
penjelasan Injil yaitu sebelum sampai kepada doa penerimaan. Kalau demikian, bentuk doanya
akan berubah menjadi pengucapan terima kasih, karena Yesus telah mengampuni dosanya.
Siapakah yang berdoa? Janganlah saudara menjadi seorang "dukun doa." Saudara bukan
pengantar bagi orang lain. Tugas dan hak istimewa itu dimiliki oleh Yesus (I Timotius 2:5).
Orang yang dilayani itu - ia sendirilah yang harus berurusan dengan Yesus. Saudara tidak boleh
diminta mewakilinya dalam doa penerimaan. Kalau ia tidak mau berdoa karena malu, pimpinlah
ia dalam satu doa pendek. Umumnya penjelasan mengenai maksud dari pada doa itu telah cukup.
Kalau Roh Kudus telah menempelak hati dia sampai insyaf bahwa ia nyaris mati di hadapan
Tuhan, maka ia akan lekas berdoa.
Doa adalah suatu percakapan bersama antara orang-orang percaya dengan Allah bapa.
Kalau perlu saudara boleh mengganggu dia sementara ia berdoa. Kalau isi doanya menyatakan
bahwa Injil belum jelas, hentikan saja doanya dan jelaskanlah kembali segala apa yang masih
kurang jelas. Kalau ia mulai berdoa dengan menyebut bermacam-macam kesulitan pribadi dan
kesulitan rumah tangga, maka hentikan saja. Sebelum Yesus diundang mendiami hatinya, ia
belum mempunyai hak untuk meminta hal-hal yang lain itu dari Allah. Pada kemudian hari ia
boleh mempersoalkan hal-hal yang lain itu, dan banyak juga persoalan-persoalan itu akan lenyap
akibat penerimaan tersebut.
Suruhlah ia berdoa terlebih dahulu. Setelah ia selesai, barulah saudara boleh menyatakan
persetujuan saudara dalam doa. Jagalah diri saudara! Hanya sedikit saja yang boleh diucapkan
oleh saudara. Kalau saudara berdoa dengan panjang lebar, doa itu akan menghalangi dalam
perkembangan imannya. Kemudian hari ia akan malu berdoa di hadapan orang lain karena
merasa belum mengetahui ucapan-ucapan yang baik, yaitu contoh dari saudara itu yang menjadi
teladan baginya. Pakailah doa yang sederhana tanpa berputar-putar, yang terdiri dari beberapa

66 | P I P R I B A D I
kalimat saja. Jangan sebutkan hal-hal yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan orang
yang dibimbing itu.
3. Langkah peneguhan
Langkah pertama dalam tugas peneguhan ini hanya mempunyai satu maksud saja, yaitu
memberikan keyakinan bahwa ia telah selamat. Setelah ia berdoa untuk menerima Yesus
jelaskanlah jalan keselamatan itu sekali lagi, dan ajaklah ia berdoa untuk kedua kalinya.
Apakah sebabnya langkah-langkah meninjau kembali itu perlu? Karena dengan
penerimaan Yesus itu ia telah menjadi orang baru dengan kedudukan baru. Sebelum penerimaan,
ia masih digolongkan orang berdosa yang terpisah dari Allah. Sekarang ia digolongkan anak-
anak Allah dan telah diberikan kedudukan baru. Ia telah selesai mempertimbangkan Injil itu,
sebagai seorang yang harus memutuskan apakah ia mau selamat atau tidak. Sekarang ia
memandang Injil itu sebagai yang memiliki keselamatan. Dengan mata rohaninya yang baru, ia
dapat memeriksa kembali jalan keselamatan itu menjadi dasar kepastian bahwa ia telah
diselamatkan melaluiNya.
Demikian pula doa kedua merupakan jenis doa yang baru. Sebelum ia bertindak
menerima dan tinjauan dasar kepastian itu, ia dapat berdoa dengan "iman." Sekarang sebagai
suatu langkah iman, ia akan berdoa mengucapkan terima kasih kepada Yesus karena ia telah
diselamatkan olehNya.
Setelah ia selesai dengan pengucapan syukur kepada Tuhan - maka tetapkanlah waktu
dan tempat untuk bertemu kembali, untuk menyelidiki Firman Allah dan berdoa bersama-sama.

RESAPKANLAH PELAJARAN No. 6


Sudahkah anda mulai menginjili pribadi-pribadi bagi Kristus?
Sudahkah anda mempunyai hasil yang nyata dari pelayanan anda?
Kalau anda dapat menjawab "Ya!" kami hanya dapat mengucap syukur bersama dengan
anda serta mengajak anda untuk berjalan terus, dan untuk belajar terus.
Seandainya anda belum sukses memperkenalkan beberapa orang kepada Juruselamatnya
janganlah meneruskan dengan pelajaran ketujuh. Tunggu dahulu. Pergilah keluar dan
mempraktekkan bahan yang anda telah pelajari itu. Pelajaran-pelajaran berikut adalah sia-sia
kalau pelajaran-pelajaran sampai sekarang belum dimanfaatkan.
Janganlah takut untuk berpraktek. Ingatlah bahwa Roh Kudus bersedia untuk menolong
anda dalam pekabaran Injil.

Pelajaran ke-7. Membimbing Anak-anak Allah

Seringkali seorang yang telah menerima Yesus Kristus harus dilayani kembali. Hal ini
mungkin disebabkan karena ia kurang dibimbing pada waktu ia mengalami suatu kesulitan yang
lain, pada kemudian harinya. Saudara harus berhati-hati dalam membuat diagnosa, karena tidak
mungkin seseorang menerima Yesus dua kali. Kalau betul-betul ia telah menerima Yesus, ia
membutuhkan jenis pelayanan yang lain lagi.
Ingatlah bahwa jarang sekali seseorang rela untuk langsung menyatakan persoalannya
yang sebenarnya, karena malu. Tambahan pula biasanya ia menyadari beberapa kesulitan saja,
yang hanya merupakan gejala-gejala. Ia belum sadar akan akar dari kesulitan-kesulitannya itu. Si
pembimbing harus mengambil sikap seperti seorang dokter yang sedang memeriksa pasiennya.
Dokter seperti seorang dokter yang sedang memeriksa pasiennya. Dokter itu akan bertanya-tanya
tentang gejala-gejala penyakit pasien itu. Segala pertanyaan itu akan menuju kepada pengupasan

67 | P I P R I B A D I
sesuatu yang belum dipikirkan oleh si pasien, akhirnya akan diketahui penyakitnya dengan tepat.
Demikian juga halnya dalam bimbingan rohani. Perkara-perkara yang ia akui sebenarnya hanya
merupakan akibat-akibat dari suatu dosa atau kekeliruan tertentu. Saudara harus mencari sesuatu
di belakang gejala-gejala yang sementara itu, untuk melihat sumber dari kesulitan yang sedang
dialaminya.
Menurut seorang penginjil yang bernama Oswald Smith, persoalan-persoalan Kristen
dapat digolongkan menjadi tiga jenis pelayanan tertentu. Pembagian yang sederhana dan praktis
itu dapat diselidiki dalam bukunya yang berjudul "The Consuming Fire" (Api yang
menghanguskan). Ketiga jenis persoalan itu adalah:
Keragu-raguan tentang keselamatan.
Keputus-asaan karena kegagalan.
Kemunduran ke dalam dosa.
Sebelum kita menyelidiki ketiga jenis persoalan itu sebaiknya ditegaskan sekali lagi
bahwa penilaian dari si petobat sendiri jarang tepat. Seseorang yang belum menerima Yesus akan
selalu mementingkan perkara-perkara kegagalan dan kesulitan hidup. Saudara harus dapat
memastikan tentang apakah ia telah menerima Kristus atau belum. Kalau ia belum menerima
Kristus, maka ia harus dilayani seperti dalam pelajaran keenam. Seringkali dengan menerima
Kristus maka perkara-perkara yang lain yang dibicarakannya itu akan lenyap dan hilang tanpa
memerlukan bimbingan khusus.
Dalam setiap jenis pelayanan ini, sedapat-dapatnya pakailah satu ayat saja, supaya
dikemudian hari ia dapat mengingat kembali dasar pelayanannya.

A. ORANG-ORANG YANG RAGU-RAGU


Keragu-raguan adalah akibat dari tidak mengetahui atau tidak mempercayai isi Alkitab.
Banyak orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Yesus Kristus, tetapi belum merasa pasti
bahwa tempat di surga itu telah disediakan bagi pribadi-pribadi mereka. Bahkan ada pendeta-
pendeta yang karena terlalu memikirkan hanya doktrin-doktrin yang tertentu saja, juga sama
sekali belum mengenal bagian-bagian dari Firman Tuhan yang menjelaskan bahwa seseorang
dapat mendapatkan kepastian tentang pengampunan dosa dan mendapat tempat di sorga. Keragu-
raguan sungguh menghina nama Yesus, karena itu berarti menyatakan pendapat bahwa
penyaliban Yesus itu tidak cukup berkuasa untuk membayar hutang dosa manusia seluruhnya.
Kitab yang paling tepat untuk seseorang yang ragu-ragu adalah Surat Pertama Yohanes.
Dalam surat itu perkataan "mengetahui" atau "mengenal" dipakai sebanyak 42 kali. Ayat yang
saudara akan pergunakan adalah I Yohanes 5:13 "Segala perkara ini telah kusuratkan kepadamu
supaya kamu mengetahui, bahwa kamu beroleh hidup yang kekal yaitu kamu yang percaya akan
nama Allah." Dalam pelayanan tersebut perlu saudara tegaskan dua perkataan yaitu:
"mengetahui" dan "kusuratkan."
1. "Mengetahui."
Rasul Yohanes berpendapat bahwa ada sesuatu yang kurang beres pada seseorang yang
belum merasa pasti mengenai keselamatannya. Dalam ayat 13 ini ia menyatakan apa sebabnya ia
telah menulis, yaitu agar orang-orang percaya mengetahui ("yakin") bahwa mereka telah
memperoleh hidup yang kekal dalam Tuhan Yesus.
Dasar keyakinan ini adalah kesempurnaan karya Yesus pada salib itu. Kesempurnaan dari
salib tidak dapat diragu-ragukan lagi (I Yohanes 2:2).

68 | P I P R I B A D I
Rasul Paulus juga mengupas persoalan yang sama. Ia memberitakan bahwa hutang dosa
telah dilunasi bagi orang-orang yang percaya (I Korintus 6:20). Yesus sendiri sebelum mati pada
salib, berkata: "Sudah genap" (Yohanes 19:30).
2. "Kusuratkan."
Kebanyakan orang yang ragu-ragu itu suka memeriksakan keadaan jiwanya pada pihak
yang salah. Mereka boleh disebut "Hippis Rohani" karena tidak meneliti Firman Allah yang
obyektip itu, melainkan meraba-raba dalam dunia khayal dan emosinya sendiri.
Titik pemeriksaan untuk mendapatkan kepastian selamat bukan terletak pada perasaan,
melainkan pada dasar yang "tersurat." Allah yang setia telah menyuratkan (menetapkan)
beberapa perjanjian. Antara lain Allah telah mengesahkan salib sebagai sumber keselamatan.
Kalau seseorang percaya kepada Yesus, maka ia telah selamat karena Allah tidak akan ingkar
janji yang disuratkanNya itu.
Tentu saja ada hal-hal yang "dirasai" oleh seorang anak-anak Allah. Ia telah
"diperanakkan pula" menjadi "kejadian yang baru" (Yohanes 3:3, 5, 6; II Korintus 5:17). Tetapi
janganlah ia salah tangkap terhadap perasaan-perasaan yang baru itu. Mulai pada saat
penerimaan Yesus, kekaburan dosa dilenyapkan oleh darah Kristus. Pembaruan itu paling
nampak pada hati kecilnya. Oleh karena proses penghalusan hati kecil itu, maka seorang anak
Allah akan merasa lebih berdosa dari pada sebelum ia menerima Yesus. Di samping dapat
dengan lebih tajam membedakan hal-hal yang baik dan yang jahat itu (Roma 12:1, 2), seorang
anak Allah akan merasa haus untuk membaca Firman Tuhan, berdoa, dan bergaul dengan
saudara-saudara seiman.
Perincian langkah-langkah pelayanan ini adalah sebagai berikut:
Bicarakanlah I Yohanes 5:13 bersama-sama.
Kalau orang yang ragu-ragu itu telah mengisyafi arti I Yohanes 5:13, pindahlah kepada
ayat yang dahulu dipakainya sebagai dasar keselamatan. Kalau ia sungguh-sungguh percaya
bahwa ayat itu benar, maka ia harus yakin bahwa ia telah memenuhi syarat yang ditetapkan
Allah.
Suruhlah ia berdoa kepada Yesus; yakin suatu doa pengucapan terima kasih, bahwa ia
telah diselamatkan oleh darah Yesus.

B. ORANG-ORANG YANG SELALU JATUH DALAM PENCOBAAN


Ada beberapa ayat yang berfaedah untuk meneguhkan seseorang yang berada dalam
penggodaan, misalnya Matius 11:28; Filipi 4:13 dan I Yohanes 4:4. Tetapi kami usulkan supaya
saudara memakai ayat yang lazim dalam bimbingan ini, I Korintus 15:57, yang berbunyi:
"Syukurlah kepada Allah yang mengaruniai kita kemenangan oleh sebab Tuhan kita Yesus
Kristus." Kalau saudara mau memakai ayat ini, jelaskanlah ketiga perkataan ini, yaitu
"syukurlah,""mengaruniai" dan "kemenangan."
1. "Kemenangan."
Alkitab tidak menawarkan sesuatu yang kosong belaka. Kemenangan telah disediakan
bagi kita dalam kemenangan Yesus. Demikian ajaibnya berkat itu sehingga I Korintus 15
menyatakan kemenangan terhadap pencobaan yang paling ngeri, yaitu maut. Kemenangan bukan
hanya berkat yang dapat dinikmati oleh anak-anak Allah, melainkan juga merupakan tugas
dalam panggilan kita (I Yohanes 3:8; Efesus 2:7). Orang-orang percaya telah dipanggil untuk
memperlihatkan kuasa rohani ini di hadapan dunia yang berdosa (Roma 6:14), bukti utama
adalah kesucian hidup.

69 | P I P R I B A D I
Banyak orang ingin "dibebaskan" dari penggodaan, tetapi rencana Allah lain, Allah telah
menempatkan orang-orang percaya di dalam dunia yang penuh dosa dan godaan ini untuk
menjadi bukti dari kuasaNya. Orang-orang beriman akan selalu digodai tetapi tidak perlu jatuh.
Kunci pertama dari kemenangan ialah kesadaran bahwa setiap orang akan dicobai seumur
hidupnya. Hanya dalam pencobaan, Yesus dapat memperlihatkan keajaiban kuasaNya. Meskipun
seorang beriman akan dicobai namun ia tidak perlu merasa takut. Iblis akan mengaum-ngaum
melihat siapa yang dapat ditipunya (I Petrus 5:8), tetapi iblis ompong, giginya telah dicabut oleh
Tuhan Yesus (I Yohanes 3:8). Di mana saja seorang Kristen memutuskan untuk sedia
menghadapi iblis itu, di situ juga ia akan menang (Roma 6:14).
2. "Mengaruniai."
Karunia bukan sesuatu yang dapat diusahakan seperti upah. Karunia adalah sesuatu yang
diberikan dengan cuma-cuma, yang diperoleh hanya melalui iman. Pada umumnya arti karunia
itu belum jelas bagi kaum Kristen. Kekaburan itu terbukti melalui demikian banyaknya
penghias-penghias dinding yang berbunyi: "Berdoa dan bekerja." Kutipan itu salah seharusnya
adalah "berdoa dan berjaga" (Matius 26:41). Orang-orang Kristen disuruh berjaga supaya jangan
ditipu oleh si iblis. Kalau iblis mendatangi mereka, mereka hanya perlu melawan dan berdoa
maka iblis terpaksa mundur (Yakobus 4:7).
Hanya dengan karunia saja seseorang dapat mengalami kemenangan rohani. Usaha
pribadi yang sekuat-kuatnyapun tidak dapat mengatasi penggodaan. Selama seseorang masih
berusaha selama itu pula belum ada kesempatan bagi Tuhan Yesus untuk memberi karunia
kemenangan itu kepadanya. Hal ini dapat dijelaskan dengan lukisan berikut. Seorang yang nyaris
mati tenggelam dalam air akan berusaha sekeras-kerasnya menyelamatkan diri, tetapi ia tidak
tahu cara berenang. Seseorang penyelamat yang berpengalaman akan bertindak dengan
menunggu sampai orang itu kehabisan tenaga, barulah orang itu dapat dihantarkan ke pantai.
Demikian pula halnya dengan Yesus yang sedang menunggu kesempatan untuk menolong orang-
orang yang gagal.
Contoh lain terdapat dalam Keluaran 14:13, yang dapat diucapkan kembali secara bebas
seperti berikut, "Berdiam diri dan melihat keselamatan Tuhan!"
3. "Syukurlah."
Agar seorang dapat menikmati kemenangan rohani ia harus memberi kesempatan kepada
Yesus untuk menolong. Tetapi cara memberikan kesempatan itu, bukanlah dengan memohonkan.
Kemenangan itu telah menjadi bagian dari rahmat Allah, telah termasuk ke dalam "hak anak"
bagi orang Kristen yang gagal tersebut, walaupun masih belum dipakainya. Bodoh sekali bagi
seseorang untuk meminta sesuatu dari Tuhan yang ia sendiri telah memiliki. Ayat 57 itu
menyuruh dia untuk mengucap syukur kepada Tuhan, karena kemenangan yang telah ada ini.
Harus ia sadari dan berjanji untuk mulai memanfaatkan kemenangan yang telah disediakan itu.

C. ORANG-ORANG YANG TELAH MUNDUR


Inilah pelayanan satu-satunya di mana seorang pembimbing harus bertanya-tanya tentang
dosa yang sebenarnya telah dilakukan. Dalam jenis-jenis pelayanan lain sudahlah cukup dengan
mengetahui adanya persoalan dan kemudian memperkenalkannya kepada jawab dalam Tuhan
Yesus. Tetapi bagi orang yang telah mundur, selalu ada titik permulaan yaitu suatu dosa tertentu
yang dilakukannya dengan sengaja. Ribuan dosa yang lain yang merupakan akibat dari
pemberontakan pertama.
Layani orang yang mundur berdasarkan I Yohanes 1:9. Ayat ini tidak menyuruh dia
untuk "minta ampun" melainkan untuk "mengakui" dosanya. Tuhan menunggu pengakuannya

70 | P I P R I B A D I
bahwa persoalan pertama itu adalah benar-benar dosa. Biasanya seseorang rela mengaku ribuan
dosa-dosanya yang lain asal dosa yang dicintainya itu boleh ia sembunyikan dan nikmati terus.
Kalau dosa itu telah diakuinya, barulah Tuhan dapat mengurusnya. Ayat 9 telah menyatakan
bahwa dengan pengakuan yang terang-terangan, ia akan diampuni dan disucikan. Tuhan bersedia
melenyapkan dosa-dosa dan noda-noda akibat dosa itu juga, supaya orang itu dapat berjalan di
dalam terang.
Suruhlah ia berdoa dengan mengaku dosa, serta mengucapkan terima kasih bahwa
pengampunan tetap tersedia dalam Yesus yang rahmatnya tidak terbatas.
Kalau ia sungguh-sungguh, ia tidak akan meneruskan dosanya itu. Kehendak Tuhan tidak
berubah sampai sekarang. Satu contoh ketetapan Allah ialah Kitab Yunus dalam Perjanjian
Lama. Karena Yunus tidak mau taat akan perintah Tuhan ia melarikan diri, sehingga ia
mengalami banyak goncangan, sampai ia ditelan oleh ikan besar. Setelah Yunus bertobat dan
dibebaskan kembali, sekali lagi Tuhan berbicara kepadanya. Tuntutan Allah itu tetap sama.
"Apakah Yunus mau pergi ke tempat di mana Allah telah menyuruhnya atau tidak?"

D. BEBERAPA TAMBAHAN
Hampir setiap kesulitan rohani dapat dilayani berdasarkan ketiga golongan di atas.
Misalnya seorang ibu yang mempersoalkan kelakuan anak-anaknya yang tidak beres, atau
suaminya yang belum percaya. Sebenarnya itu merupakan keputus-asaan atau kegagalan dari si
ibu. Apakah yang ia harus lakukan? Ia harus berterima kasih karena rahmat yang telah
disediakan baginya dalam Yesus. Biasanya dalam persoalan-persoalan pada si ibu tersebut juga.
Mungkin ia kurang menyatakan kasih dan kemenangan. Mungkin juga tujuannya tidak
beres. Kadang-kadang seorang istri ingin supaya suaminya percaya, bukan supaya jiwa suaminya
itu selamat, melainkan untuk menjamin kesejahteraan rumah tangganya saja. Wanita-wanita
yang serupa itu sebenarnya kurang mengasihi suaminya.
Sama halnya seperti dalam penginjilan, ketiga jenis pelayanan ini menuntut pelanjutan.
Bimbingan pertama hanyalah suatu krisis yang selalu harus ditinjau kembali, untuk pada
kemudian kemenangan, kepastian atau pengampunan. Perlu saudara tentukan "waktu dan
tempat" untuk bertemu kembali dengan orang yang dilayani itu. Pada pertemuan kedua itu
pelayanan pertama ditinjau kembali dan perkara-perkara yang lain lagi dapat dibicarakan.

RESAPKANLAH PELAJARAN No. 7


Hafalkanlah ketiga ayat dasar untuk pelayanan terhadap anak-anak Allah yaitu I
Yohanes 5 : 13; I Korintus 15: 57 dan I Yohanes 1 : 9.
Periksalah seluruh Surat Pertama Yohanes untuk melihat bahwa surat itu sungguh
berfaedah bagi orang-orang yang percaya. Carilah ayat- ayat tambahan di dalamnya yang dapat
dipakai untuk ketiga jenis pelayanan ini.
Selidikilah dirimu untuk melihat kalau-kalau masih terdapat sesuatu dalam hidup anda
sendiri yang perlu diselesaikan sesuai dengan ketiga macam kesulitan yang baru dipelajari ini.

Pelajaran ke-8. Bimbingan Lanjutan: Coraknya

Pelanjutan ("Follow up") adalah bimbingan yang diberikan kepada seseorang setelah ia
dilayani untuk menerima Yesus Kristus atau karena sesuatu persoalan rohani yang lain. Dalam
pelanjutan ini ia dibimbing supaya hidupnya sungguh berakar dalam Firman Tuhan. Sebenarnya

71 | P I P R I B A D I
langkah pertama dari pelanjutan ini telah dilaksanakan pada waktu bimbingan pertama, yaitu
pada waktu ia memperoleh kepastian selamat berdasarkan nats-nats tertentu dari Firman Tuhan.
A. KETAHUILAH TUJUAN DAN BATASNYA
Setelah seseorang menerima Yesus selaku Juruselamatnya ada suatu jangka waktu
(selama beberapa minggu) yang sangat berfaedah untuk pelayanan rohani. Menyesal sekali
bahwa kesempatan ini seringkali disia-siakan berhubung si pembimbing tidak tahu apa yang
harus dilaksanakannya. Saudara harus mengetahui maksud pelanjutan ini, supaya kesempatan itu
dimanfaatkan bagi Tuhan Yesus.
Saudara harus mengetahui batas pelayanan ini juga. Pada hakekatnya, bimbingan lanjutan
ini berjalan serentak dengan pelayanan yang diberikan dari pihak gereja. Dengan demikian ada
kalanya usaha pelayanan dari saudara akan disalah pahami dan dicurigai. Asal saudara jelas
mengenai maksud dan batas-batas pelayanan ini, saudara dapat memberikan jawaban yang tepat
tanpa perlu terjadi bentrokan dengan para rohaniawan.
1. Hubungan dengan gereja.
Sangat luas jenis-jenis pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan. Gereja mempunyai tugas
pelayanan sebagai gereja dan mungkin saudara turut mengambil bagian dalam pelayanan itu
sebagai anggota gereja. Tetapi sebagai pribadi saudara mempunyai tugas pelayanan juga.
Untuk melihat batas-batas bimbingan pribadi itu betapa baiknya kita merenungkan
"Amanat Yesus" dan Injil Matius 28:19, 20. Dalam ayat-ayat itu dapat dibedakan tiga fungsi dari
pelayanan, yaitu: tugas "menjadikan murid," tugas "membaptiskan" dan tugas "mengajar."
Seorang penginjil pribadi hanya menjalankan tugas yang pertama saja dengan menyerahkan
tugas yang kedua dan sebagian dari tugas ketiga itu kepada pelayanan gereja.
Meskipun pelayanan saudara hanya mencakup sebagiannya saja, tetapi seharusnya
saudara membedakan dua segi dari tugas tersebut. Tugas pelayanan saudara itu mencakup:
Membawa seorang kepada penerimaan Kristus sebagai Juruselamat.
Membawanya kepada Yesus sebagai Tuhan.
Biasanya kedua fungsi itu dibedakan dengan istilah-istilah "Penginjilan" dan
"Peneguhan." Penginjilan berarti bahwa saudara akan memperkenalkan seseorang kepada Kristus
sehingga ia lahir baru dan menjadi bayi rohani. Fungsi yang kedua, "Peneguhan" berarti bahwa
saudara akan membimbing orang itu sampai ia dapat berjalan dengan teguh atas dasar Firman
Allah.
Tugas saudara belum boleh dianggap selesai sebelum orang yang dilayani itu
dihubungkan kepada suatu gereja supaya dapat dilangsungkan tugas-tugas kedua dan ketiga dari
amanat Yesus itu. Kalau ia belum mengikuti gereja belum boleh dikatakan bahwa ia telah
diteguhkan dalam Alkitab.
2. Peneguhan bukan pelajaran Sidi.
Setelah orang yang dibimbing secara pribadi itu diserahkan kepada suatu gereja, ia akan
diberi pengajaran yang disebut "Sidi." Dalam "Sidi" ia belajar tentang Tuhan Allah, dan tentang
pertanggungjawabannya sebagai seorang Kristen dan sebagai anggota Gereja setempat. Biasanya
pokok-pokok pertumbuhan iman kurang dibicarakan dalam pelajaran sidi.
Pokok-pokok pertumbuhan iman itu harus dipertanggung jawabkan oleh saudara sendiri
sebagai penginjil pribadi. Walaupun gereja saudara menegaskan pokok-pokok tersebut,
janganlah terlalu lekas meletakkan tugas pelanjutan itu, sebelum saudara pertimbangkan hal-hal
berikut:
Seperti telah dijelaskan maksud dari pelanjutan bukan semata- mata mengajar, tetapi
untuk meneguhkan.

72 | P I P R I B A D I
Biasanya orang yang baru diinjili itu belum mempunyai ikatan dengan suatu gereja.
Belum tentu gereja saudara yang paling tepat bagi dia. Ia harus diteguhkan lalu digabungkan
dengan salah satu sidang jemaat.
Biasanya rohaniawan setempat, yaitu pendeta-pendeta dan anggota- anggota majelis,
demikian sibuk dengan waktu lagi untuk berkunjung kepada petobat-petobat baru.
Kalau seorang bayi rohani langsung diserahkan kepada salah satu gereja dengan
maksud supaya gereja itu meneruskan bimbingan, maka hal itu tidak tepat sebab kadang-kadang
ia terpaksa menunggu sampai 6 atau 10 bulan, baru dimulai kelas-kelas baru untuk calon-calon
anggota. Dan tentu saja peneguhan ini tidak boleh ditunda sedemikian lama.

B. CORAK-CORAK BAGI PELAYANAN YANG BAIK


Saudara mempunyai tugas yang sangat penting. Dan tentu saja saudara ingin mempunyai
perincian atas tugas tersebut. Bahan apakah yang harus diberikan? Apakah filsafat pendekatan
terhadap tugas ini? Apakah yang diperlukan seorang bayi rohani supaya ia dapat mewakili
Kristus dalam lingkungannya yang penuh dosa itu?
1. Corak "Pengenalan."
Kalau kita memeriksa kembali pengalaman rohani kita sendiri, maka akan menjadi nyata
bahwa "pengenalan" lebih penting dari "pengetahuan." Banyak orang mempunyai pengetahuan
yang baik, tetapi memusuhi Yesus Kristus. Mungkin tidak pernah ada seorang Kristen yang lebih
mengetahui isi Alkitab dari pada si iblis itu. Karl Marx tidak dididik dalam jurusan sosial politik.
Charles Darwin tidak dididik dalam ilmu pengetahuan alam. Kedua-duanya memperoleh gelar
dalam ilmu theologia. Tetapi mereka memusuhi Yesus Kristus. Pengetahuan itu hanyalah
merupakan barang mati, kalau belum dihidupkan melalui pengenalan akan Yesus Kristus.
Pengetahuan yang sedikit akan dimanfaatkan oleh iman, tatapi pengetahuan yang banyak akan
sia-sia kalau tidak ada ketaatan.
Kalau seseorang yang hatinya tergerak untuk taat kepada Yesus sebagai Tuhannya, maka
ia akan memanfaatkan segala sesuatu yang telah diajarkan kepadanya. Tambahan pula kalau ia
menemukan hal-hal yang belum diselidikinya, maka ia sendiri akan mencari-cari jawabannya
dari Alkitab.
Oleh karena itu corak pelayanan saudara haruslah merupakan pelayanan yang mengikut
sertakan jiwa-jiwa kepada Kristus. Pengikutsertaan mana memerlukan beberapa kesadaran,
yaitu:
a. Mengenal Tuhan Yesus.
Yang terutama dalam segala bahan pelanjutan harus ditonjolkan Tuhan Yesus Kristus.
Dalam setiap pelajaran carilah contoh-contoh dari kehidupan dan perkataan Tuhan Yesus. Inilah
corak yang harus menggariskan setiap langkah peneguhan, terhadap pokok-pokok pelajaran
manapun.
Orang itu harus demikian mengenal Yesus sehingga nama Yesus selalu dihargainya.
Dorongan terbesar untuk menjaga kesucian hidup ialah perasaan takut kalau-kalau sesuatu akan
menajiskan nama Yesus.
Pelajaran-pelajaran tentang penyaliban Yesus akan membangunkan rasa terima kasih
dan pengucapan syukur.
Pelajaran tentang kebangkitan Yesus akan memberikan kepastian selamat serta
ketegasan dalam melawan pencobaan-pencobaan.
Pelajaran tentang perumpamaan-perumpamaan dan peristiwa-peristiwa dalam
kehidupan Yesus, akan meletakkan dasar untuk mengambil keputusan-keputusan sehari-hari.

73 | P I P R I B A D I
Suatu gejala bahwa seseorang sungguh-sungguh mengenal Tuhan Yesus ialah, keinginan
untuk memperkenalkan teman-temannya kepadaNya. Gejala lain lagi ialah keinginan dan
kerinduan untuk lebih mengenal Yesus melalui Alkitab.
b. Mengenal diri sendiri.
Setiap orang Kristen harus mengenal diri sendiri. Inilah kunci yang mensukseskan hidup
dengan berkemenangan. Ada dua kesadaran yang dibutuhkan, yaitu kesadaran mengenai "waktu
dahulu" dan "waktu sekarang."
1) Waktu dahulu: Dengan Alkitab sebagai dasarnya ia harus melihat dan mengaku bahwa
sebelum ia menerima Yesus Kristus ia adalah seorang berdosa yang sesat. Seandainya ia
meninggal dunia pada waktu itu, pastilah ia telah terbuang ke neraka. Tidak ada suatu jasa
apapun yang ia perbuat dalam hidupnya yang lama itu. Semuanya termasuk kesalahannya dan
dimurkai Allah (Efesus 2:1-3). Setiap orang yang belum menerima Yesus tetap dalam kesesatan
dan kesia-siaan itu.
2) Waktu sekarang: Ia harus mengetahui dan mengakui bahwa ia telah menjadi seorang
anak Allah melalui iman kepada Yesus. Meskipun dari waktu ke waktu ia masih melihat dosa
dalam dirinya, namun ia tetap mempunyai kedudukan sebagai anak Allah (Efesus 2:4-10; I
Yohanes 1:5-2:2).
Keyakinan tentang kesesatannya yang dahulu itu mendorong pengucapan terima kasih
dan penghargaan kepada Yesus. Pengetahuan tentang kedudukannya sebagai seorang anak Allah
(Roma 8:15) memberanikan dia untuk memanfaatkan segala berkat yang telah disediakan oleh
Allah Bapa.
c. Mengenal sifat dunia ini.
Banyak orang Kristen tidak menampilkan ciri-ciri kehidupan rohani, karena mereka
belum mengakui sifat yang sebenarnya dari dunia ini. Mereka masih berharap akan pahala-
pahala duniawi. Untuk orang yang percaya hanya ada satu pengharapan yang benar, yaitu Tuhan
Yesus.
Seseorang yang baru percaya harus menyadari bahwa dunia ini akan membencinya.
Dunia yang penuh dengan dosa tentu tidak akan senang bergaul dengan seseorang yang memihak
kepada Yesus yang suci. Yesus sudah berkata bahwa Ia datang "membawa pedang" (Yohanes
15:18-27; Matius 10:34-39).
Kalau seseorang sungguh insyaf bahwa dunia ini adalah medan peperangan antara Yesus
dengan Iblis, maka ia akan menjadi berhati-hati untuk memihak kepada dunia atau berharap
kepada pahala dunia (I Yohanes 2:15-17). Kalau ia tahu bahwa segala barang yang fana ini akan
dihanguskan dengan api (II Petrus 3:10) pada Hari Kiamat, maka ia akan tahu juga bahwa semua
tawaran dunia itu kosong belaka.
Janganlah saudara sangka bahwa kesadaran ini akan melemahkan seorang bayi rohani,
tetapi sebaliknya pengetahuan ini pasti akan menguatkannya. Makin cepat ia sadar tentang sifat
sebenarnya dari dunia ini, makin cepat ia akan menjadi hamba Tuhan yang baik. Juga Iblis
mengetahui hal itu dan akan berusaha menjatuhkan dia sebelum imannya berakar dalam Alkitab.
Kalau saudara kurang berterus terang dalam pelayanan, berarti saudara akan membahayakan jiwa
baru itu. Tetapi kalau ia didasarkan tentang daya upaya iblis dan kesia-siaan dunia ini, ia akan
berlindung kepada Yesus melalui persekutuan dengan anak-anak Allah yang lain.
2. Corak "pengetahuan."
Dasar obyektip untuk kehidupan rohani yang stabil adalah Alkitab. Tugas pelanjutan
bukan semata-mata mengajarkan tentang isi Alkitab, melainkan juga membiasakan orang itu
untuk menggunakan Firman. Kalau saudara hanya mempunyai kesempatan satu atau dua kali

74 | P I P R I B A D I
saja untuk bertemu dengan orang yang dilayani itu, maka itu sudah cukup untuk memberi contoh
yang baik. Asal ia sudah tahu bagaimana caranya untuk menyelidiki satu bagian dari Alkitab,
maka ia dapat menggunakan cara yang sama itu terhadap bagian-bagian yang lain.
Bagaimanakah contoh yang baik itu, yang dapat diteladaninya pada kemudian hari? Yaitu
janganlah saudara loncat dari satu ayat ke ayat yang lain menurut suatu pokok melainkan
ambillah satu bagian yang tertentu dan batasi dari pada nats tersebut. Kalau saudara berpindah-
pindah saja, maka Alkitab akan dianggapnya sabagai teka-teki di mana ia sendiri belum
mempunyai kunci pengertiannya. Jangan lupa juga bahwa Allah lebih tahu dari kita.
Kebijaksanaan Allah dalam menyusun suatu kitab tidak boleh dilupakan.
Supaya jangan sampai Alkitab itu terlalu asing baginya, berilah penjelasan tentang kitab-
kitab yang terdapat dalam Perjanjian Baru. Setelah beberapa pelajaran saja, segera, tuntun orang
itu untuk mulai menyelidiki satu Kitab tertentu. Kitab-kitab yang baik untuk orang-orang yang
baru percaya adalah: Injil Matius, Injil Yohanes, Galatia, I Petrus dan I Yohanes. Janganlah
memakai Perjanjian Lama. Ia membutuhkan dua atau tiga tahun untuk menguasai isi Perjanjian
Baru sebelum dibacakan Perjanjian Lama.
Jauhkanlah segala tafsiran-tafsiran yang memakai kiasan. Pakailah arti yang nyata dan
jelas saja.
Padamkanlah segala kecenderungan untuk mempersoalkan karena kemudian hari bagian
Alkitab yang lain akan menerangkan ayat itu juga.
3. Corak "rahmat."
Banyak sekali orang memeriksa Alkitab untuk melihat syarat-syarat yang perlu dipenuhi,
untuk memperoleh berkat-berkat tertentu. Janganlah memakai cara itu. Pengertian itu keliru
sekali, sebab saudara mempunyai tugas untuk mengutamakan rahmat dan bukan "Torat."
Apakah arti rahmat itu? Dan apakah yang ia harus ketahui mengenai rahmat itu?
Bahwa segala sesuatu yang dibutuhkannya telah tersedia pada Yesus.
Bahwa setiap berkat itu dapat dinikmatinya melalui iman tanpa syarat-syarat
tambahan.
Dengan menerima Yesus ia sudah diberi hak untuk menikmati setiap berkat yang ada di
Alkitab. Janganlah mengajak ia "berusaha" memperoleh sesuatu berkat. Asal ia sadar bahwa
sesuatu berkat telah tersedia dalam Yesus, dengan sendirinya ia akan menikmati berkat tersebut.
Satu segi lain dari rahmat perlu dijelaskan. Kalau mengalami kesulitan, janganlah sekali-
kali dibiarkan memeriksa diri tentang kemungkinan adanya dosa-dosa tertentu yang
mengakibatkan persoalannya itu. Cara itu sangat bertentangan dengan Firman Tuhan. Itulah
sejenis ketidak percayaan. Banyak kesulitan dialami akibat lingkungan yang berdosa dan bukan
karena ketidak beresan pribadinya. Satu contoh ialah penyakit-penyakit yang hubungannya
bukan langsung dengan dosa, melainkan dengan kuman.

RESAPKANLAH PELAJARAN NO. 8


Pelajarilah kembali bahan yang dipakai bagi kelas-kelas Sidi dalam gereja anda
sendiri. Daftarkanlah pokok-pokok peneguhan yang tidak termasuk dalam rencana itu.
Siapakah Tuhan Yesus itu? Jelaskan dalam beberapa kalimat saja.
Selidikilah Efesus 2:1-10. Ringkaskanlah:
keadaan anda sebelum menerima Yesus.
Hal-hal yang baru bagi anda dalam Yesus.
Pikirkanlah pengalaman-pengalaman anda sendiri dalam penginjilan. Atau kalau anda
baru saja mulai menginjili, pertimbangkanlah pengalaman seorang penginjil yang anda kenal:

75 | P I P R I B A D I
Dalam hal-hal apakah ia dicurigai atau salah dimengerti?
Dalam hal-hal manakah ia harus dibenarkan?
Hal-hal apakah seharusnya ia perbaiki?

Pelajaran ke-9. Bimbingan Lanjutan: Cara Dan Bahan

Dalam menjalankan langkah-langkah pertama dalam pelanjutan ini, maka saudara harus
melayaninya secara pribadi. Seseorang yang baru percaya, akan mempunyai beberapa pokok
persoalan yang ingin dibicarakannya dengan saudara tanpa ditonton oleh orang lain. Itu hal yang
biasa. Jadi sedikit-dikitnya saudara harus menyediakan waktu untuk bertemu 3 atau 4 kali,
sampai bayi rohani ini dapat diikutsertakan dalam sebuah kelompok pelajaran Alkitab.
Seorang yang baru percaya, seumpama bayi yang baru lahir secara jasmani. Bayi itu
harus dilayani dengan segera pelayanan yang diberikan itu harus cukup sederhana untuk
dimanfaatkannya. Itulah kedua ciri khas dari pelayanan taraf pertama terhadap bayi-bayi rohani:
Dengan segera. Dengan sangat sederhana.
A. CARA PELAYANAN DALAM TUGAS PELANJUTAN
Telah jelas dari pelajaran yang kedelapan bahwa pelanjutan semata-mata merupakan
dorongan untuk mengikut sertakan diri sebulat-bulatnya kepada Kristus dan untuk memberi
dasar yang realistis. Tetapi bagaimanakah cara pelaksanaan terhadap tugas ini? Apakah sejumlah
bahan tertentu akan disajikan begitu saja? Atau bagaimanakah?
Petobat itu harus segera dapat berdiri sendiri sebagai seorang beriman, tanpa pelayanan
dari saudara lagi. Kalau demikian, berarti saudara harus membiasakan dia dalam menghadapi
perkara-perkara yang perlu bagi kehidupan rohaninya.
Perkara-perkara itu juga dapat diumpamakan seperti kebutuhan seorang bayi jasmani,
fungsi-fungsi kehidupan yang utama ada dua, yaitu pernafasan dan pencernaan. Seseorang harus
bernafas dan makan. Kalau tidak, ia tidak dapat meneruskan hidupnya. Bagi bayi-bayi rohani,
DOA adalah pernafasan dan ALKITAB merupakan makanannya (I Petrus 2:2).
Sebaiknya saudara jangan mengajar orang itu untuk berdoa dan mempelajari Alkitab
sebagai pelajaran-pelajaran tertentu yang tersusun rapih. Sebab sedikit demi sedikit pengertian
tentang kedua hal itu akan datang dengan sendirinya sementara ia memikirkan pokok-pokok
yang lain. Pada setiap pertemuan ajaklah ia berdoa dan mempelajari Alkitab bersama-sama
dengan saudara. Dan berikanlah dia tugas untuk mempelajari Alkitab tentang pokok-pokok yang
lain lagi. Demikian seterusnya sehingga kedua hal itu akan menjadi suatu kebiasaan dalam
hidupnya. Ia perlu juga diajar untuk tidak menunggu saja kedatangan saudara, sebelum berdoa
dan mempelajari Alkitab. Kalau saudara memberikan tugas-tugas tertentu kepadanya, ia akan
melaksanakannya sendiri.
1. Pengertian tentang doa.
Janganlah saudara saja mendoakan perkara-perkara hidupnya (I Tim 2:5). Petobat itu
sendiri harus dibiasakan berdoa dalam bentuk doa pribadi, tanpa merasa malu berdoa di hadapan
orang lain.
Haruslah ditegaskan bahwa doa adalah percakapan dengan Allah Bapa. Tidak perlu ia
mempelajari kalimat-kalimat sastra untuk bercakap-cakap dengan Bapanya sendiri. Hanya perlu
agar ia berbicara dengan sopan dan tepat. Ia harus menyadari bahwa berulang-ulang dan
berputar-putar dalam doa hanyalah merupakan kebodohan seperti orang-orang kafir saja. Allah
tidak tuli atau tertidur.

76 | P I P R I B A D I
Doa Bapa Kami dalam Injil Matius adalah contoh yang baik tentang isi doa, apalagi
contoh yang diberikan oleh Tuhan Yesus sendiri. Suruhlah agar ia mempelajarinya. Jelaskan
bahwa doa itu bukan mantera untuk diucapkan dalam bentuk sempurna, melainkan hanya untuk
menyatakan pokok-pokok yang penting dan lazim. Di samping memohonkan keperluannya
kepada Allah, ia juga harus menyediakan waktu yang tenang untuk mendengar jawab dan
petunjuk-petunjuk dari Allah. Jangan lupa bahwa doa adalah dialog.
2. Pemakaian Alkitab.
Kebutuhan yang kedua itu makanan. Makanan rohani adalah Firman Tuhan. Sama seperti
adanya jenis-jenis makanan yang tersedia, maka Alkitab juga mempunyai banyak jenis-jenis
makanan rohani. Perlu sekali saudara memberikan petunjuk-petunjuk tentang jenis-jenis
makanan yang dibutuhkan untuk petunjuk tentang jenis-jenis makanan yang dibutuhkan untuk
menjaga keseimbangan rohani. Sama seperti mengambil makanan dari warung, kalau ia
mengambil dengan sembarang saja ia akan sakit perut. Karena itu sebaiknya ia mulai dengan
Surat Pertama Yohanes, kemudian membacakan salah satu Injil, teristimewa Injil Matius atau
Injil Yohanes. Hindarkanlah Kitab-kitab Daniel dan Wahyu yang merangsang banyak teori.
Utamakanlah bagian-bagian yang praktis yang menyangkut pergaulan dan kehidupan sehari-hari.
Ingatlah bahwa bukan saudara yang mengajar (I Yohanes 2:27) melainkan ia yang
belajar. Ia harus belajar langsung dari Firman Allah. Janganlah menjelaskan setiap nats. Suruhlah
ia sendiri membacakannya dengan nyaring. Lantas tuntunlah saja dengan pertanyaan-pertanyaan
sampai ia sendiri menyimpulkan arti dari nats itu.
3. Ia membutuhkan waktu.
Janganlah saudara mengharapkan perkembangan yang terlalu cepat. Untuk seorang yang
baru percaya, setiap kebiasaan hidupnya harus dipertimbangkan kembali dalam terang Injil
Yesus Kristus. Setiap ketaatan akan menjadi pangkal untuk penyerahan yang selanjutnya.
Perubahan yang langkah demi langkah itu akan memerlukan waktu. Kalau bayi-bayi rohani
dibandingkan dengan bayi-bayi jasmani kita lihat bahwa makin lama makin luas dunia
kesadarannya. Mula-mula ia sadar akan kehadiran ibunya saja, kemudian pandangannya meluas
mencakup rumah tangga. Kemudian ia melihat tetangga-tetangga dan beberapa tahun kemudian
sesudah ia masuk sekolah dasar, dunianya makin meluas lagi.
Demikian juga bayi rohani. Ia akan mulai dengan kesadaran tentang kedudukannya
sebagai seorang anak Allah. Lambat laun pandangannya akan meluas sampai kedudukannya
yang baru dalam Kristus itu mengubahkan setiap bagian hidupnya. Perubahan itu akan mulai
nyata pada perkara-perkara yang dekat. Kalau imannya sudah dewasa, kesadaran dan rasa
bertanggung jawabnya itu akan mencakup negaranya malah seluruh umat manusia.

4. Jagalah keseimbangan.
Janganlah saudara menjadi membimbing satu-satunya yang menolong orang yang baru
percaya itu. Ia tidak boleh dibinasakan untuk bersandar kepada saudara. Untuk menghindari
kesalahan itu, sebaiknya di samping ia bertemu dengan saudara secara pribadi, hendaklah ia
diikutsertakan dalam satu kelompok saudra-saudara seiman. Perkembangan imannya akan
menjadi pesat dalam sebuah kelompok pelajaran Alkitab. Sebenarnya di samping sebagai
anggota gereja, maka setiap anak-anak Allah membutuhkan pergaulan dalam suatu kelompok
yang kecil dan intim.
Kelompok intim ini adalah kelompok perhimpunan beberapa saudara seiman, sekelamin,
seumur, di mana masing-masing dapat membuka hatinya. Anggota-anggota kelompok ini
bersama-sama mencari jawab Firman Tuhan terhadap setiap kesulitan dan perkara pribadinya.

77 | P I P R I B A D I
Kelompok-kelompok sejenis ini tidak dapat diatur secara organisasi tetapi harus dengan bebas
dipimpin oleh Roh Kudus (II Korintus 3:17) supaya berkembang. Biasanya seorang akan
berbakti dan bekerja dalam gerejanya. Tetapi "bertumbuh" dalam kelompok intimnya.
Inilah lingkungan pertumbuhan rohani yang terbaik. Makin hari makin ia bertambah
dalam pengetahuan Alkitab dan dalam kelompoknya ia akan merasa bebas untuk mengucapkan
imannya yang baru itu. Dalam kelompok ini akan segera menyesuaikan pola hidup dan tingkah
lakunya dengan kehendak Yesus. Dan akan terdorong juga untuk memberitakan Injil kepada
orang-orang lain.
B. BAHAN-BAHAN PELANJUTAN
Dalam memilih bahan, saudara harus selalu ingat akan maksud bimbingan itu dan harus
menjaga keseimbangan bahan.
Untuk menjaga keseimbangan baham daftarkanlah petobat-petobat dalam suatu kursus
Alkitab surat menyurat. Kursus itu akan berjalan serentak dengan bimbingan yang saudara
sendiri berikan dan akan menjamin teraturnya pelanjutan, walaupun saudara tidak berhubungan
dengan petobat itu lagi. Kursus-kursus yang paling lengkap di Indonesia disediakan oleh kantor
Terang Hidup, Kotak Pos 146, Bandung. Dalam kursus-kursus tersebut, petobat-petobat dituntun
selama 1 atau 2 tahun untuk meletakkan dasar pengetahuan Alkitab.
1. Pelanjutan tahap pertama.
Layanilah dia secara pribadi sampai ia rela bertindak maju sendiri. Menyesal sekali
bahwa kebanyakan bahan pelanjutan lebih mengutamakan pengetahuan dari pada penghayatan.
Saudara harus bijaksana sekali dalam memilih bahan. Bahan-bahan yang biasa, baik yang
berbentuk kursus tertulis maupun yang berbentuk buku-buku penuntun itu merupakan bahan
pendidikan. Untuk pendidikan bahan itu baik. Pada umumnya bahan tersebut tersusun sebagai
berikut:
Bagaimana caranya berdoa.
Bagaimana caranya membaca Alkitab.
Bagaimana caranya melawan Iblis.
Dan sebagainya.
Saudara boleh memakai bahan tersebut "pada waktunya." Bahan itu harus selalu
didahului dengan bahan-bahan yang lain, yang sesuai dengan corak-corak yang telah diuraikan
dalam pelajaran 8.
Urutan bahan yang paling tepat bagi seorang yang baru percaya adalah sebagai berikut:
Selalu menyelidiki hasil dari satu pelajaran sebelum menuju ke langkah berikutnya.
Langkah 1: Hafalkan tiga ayat pegangan, yaitu I Yohanes 1:9; 1 Korintus 10:13 dan I
Yohanes 5:13 sebagai senjata darurat terhadap serangan-serangan pertama dari Iblis.
Langkah 2: Renungkan penyaliban Yesus berdasarkan Injil Yohanes 19:1-37.
Langkah 3: Renungkanlah kebangkitan Yesus berdasarkan Injil Yohanes 20:1-29.
Langkah 4: Renungkanlah sifat dunia berdasarkan Injil Yohanes 15: 18-27 atau Matius
10:16-39.
Langkah 5: Pelajarilah Surat Pertama Yohanes.
Surat pertama Yohaneslah yang paling tepat bagi orang-orang yang baru percaya.
Beberapa faedah dari surat itu adalah:
Sering dikatakan - "Hai anak-anakKu" - surat ini dialamatkan kepada mereka yang sudah
percaya.
Terdapat keterangan tentang setiap kesulitan rohani yang lazim dialami oleh orang-
orang yang baru percaya.

78 | P I P R I B A D I
Banyak bahan pemeriksaan diri diberikan untuk meyakinkan seorang bahwa sungguh
ia telah menjadi anak Allah.
Dibicarakan sikap yang sebenarnya bagi seorang anak Allah terhadap dirinya sendiri,
terhadap Yesus, saudara-saudaranya seiman, dunia, dosa, roh-roh jahat, dan sebagainya.
2. Pelanjutan tahap kedua.
Selambat-lambatnya pada langkah kelima dalam pelayanan yang diuraikan di atas
berusahalah menggabungkanlah petobat itu pada sebuah kelompok intim. Serentak dengan itu
melanjutkan pelayanan pribadi selama beberapa minggu untuk membicarakan hal-hal yang lazim
dalam kehidupan Kristen. Betapa bahan yang dapat dipakai adalah tersebut di bawah ini:
Bahan "Para Navigator." Bahan ini tersusun lengkap untuk tugas peneguhan.
Beberapa buku yang sederhana tentang iman Kristen; misalnya "Apakah Agama
Kristen itu?"; "Pedoman Hidup" dan "Keluarga yang bahagia." Ketiga buku tersebut merupakan
bahan untuk orang-orang Kristen baru dan sedang diusahakan supaya lengkap dalam tiga bahasa
yaitu bahasa Indonesia, bahasa Jawa dan bahasa Sunda.
Sebuah buku penuntun untuk orang Kristen, "Jalan Menuju Kebenaran" (BPK), atau
"Rahasia Berhasilnya Kehidupan Kristen" (YAKIN).
Bahan manapun yang dipakai saudara harus selalu memeriksa bahan itu terlebih dahulu,
supaya saudara dapat menjelaskan hal-hal yang keliru dan supaya saudara dapat memilih bagian-
bagian yang tepat. Selalu memakai bahan yang menegaskan anugerah, janganlah memakai buku-
buku yang menekankan syarat-syarat atau disiplin pribadi. Petobat itu harus dibiasakan untuk
hidup dalam rahmat (Roma 6:14).
3. Pelanjutan tahap ketiga.
Boleh dikatakan bahwa tugas peneguhan pribadi telah selesai. Sekarang tinggal petobat
itu harus dibiasakan dalam suatu lingkungan pertumbuhan sebagai orang Kristen. Perlu
menggabungkan petobat itu pada sebuah kelompok seperti telah disebutkan di atas, yang
mempelajari Alkitab bersama-sama dan dengan teratur. Perlu juga bagi saudara sendiri sebagai
seorang penginjil pribadi untuk mendirikan beberapa kelompok intim yang terdiri dari orang-
orang yang telah saudara injili.
Ada beberapa buku penuntun untuk kelompok-kelompok Alkitab yang telah tersusun
dalam bahasa Indonesia, misalnya "Mengikut Tuhan Yesus" (BPK). Tetapi yang sebaiknya
kelompok-kelompok ini berjalan tanpa buku penuntun. Tugaskan sebuah kitab yang sederhana
dan pendek. Suruhlah kelompok ini untuk merenungkan dan membahasnya pasal demi pasal.
Nasihatkan agar mereka hanya mempersoalkan ayat-ayat yang gampang dimengerti saja. Dan
percayalah bahwa Roh Kudus sendiri akan menghasilkan buah-buah yang tak terhingga melalui
kelompok bebas itu (I Yohanes 2:27), tanpa pimpinan dari saudara.
Perlu ditambahkan bahwa bagi saudara juga perlu untuk turut serta dalam suatu
kelompok pelajaran Alkitab. Janganlah saudara menjadi kering kerohaniannya karena terlalu
sibuk untuk meluangkan waktu bagi perkembangan diri saudara sendiri. Tetapi gabungkan diri
pada suatu kelompok yang terdiri dari penginjil-penginjil. Janganlah menggabungkan orang-
orang baru dan penginjil-penginjil dalam kelompok yang sama, hal itu pasti memadamkan
inisiatip dari orang-orang baru itu.

RESAPKANLAH PELAJARAN No. 9


Carilah sebuah "kelompok intim" bagi anda sendiri. Kalau tidak ada di dekat tempat
tinggal anda, kumpulkan beberapa teman seiman, sekelamin, dan seumur dan mulai saja.
Pakailah bahan untuk tahap pertama itu untuk memperteguh iman anda sendiri.

79 | P I P R I B A D I
Selidikilah buku-buku yang disebut dalam pelajaran ini sebagai bahan tahap kedua dan
memilih buku-buku yang anda sendiri hendak gunakan.

Pelajaran ke-10. Petunjuk-Petunjuk Untuk Kebangunan Rohani

Prinsip dan cara pelaksanaan kampanye-kampanye kebangunan rohani akan diuraikan


dalam jilid lain dari serie buku ini. Dalam pelajaran ini kami hanya memberikan beberapa
patokan kepada saudara sebagai seorang pembimbing.
A. KESUKSESAN BERKISAR PADA RUANG BIMBINGAN
Percayakah saudara, bahwa saudara pembimbing mempunyai tugas yang sama
pentingnya dengan pengkhotbah? Pada umumnya ruang bimbingan ialah kunci kesuksesan dari
suatu kebangunan rohani. Asal seri kebaktian tersebut direncanakan dengan serius dan disertai
dengan banyak doa, hasilnya tidak akan tergantung dari sang pengkhotbah. Hal itu dapat terjadi
karena Tuhan tidak bermaksud menghormati seorang manusia saja, melainkan untuk
menghormati FirmanNya sendiri.
Ruang bimbingan itu penting, karena di sanalah Alkitab menjadi dasar iman. Tampilnya
orang-orang pada waktu ajakan hanyalah menyatakan bahwa ada kebutuhan-kebutuhan rohani
yang belum diketahui jawabannya. Meskipun Injil sudah jelas sekali dalam khotbah yang
didengarnya itu, belum tentu mereka telah mengetahui Injil itu. Pada umumnya mulai dari saat
Roh Kudus menempelak kesadarannya, mereka tidak lagi terlalu ingat akan isi khotbahnya itu,
melainkan mereka hanya menunggu kesempatan untuk dilayani secara pribadi, dan saudaralah
yang harus memberi terang Firman itu kepadanya.
Tugas pembimbing
Tugas saudara sebagai pembimbing rohani itu terlalu penting untuk dirugikan dengan
kesibukan-kesibukan lain. Kalau saudara ingin melayani dalam suatu kampanye, janganlah
saudara aktip pula dalam paduan suara ataupun dalam suatu tugas administrasi. Pekerjaan
bimbingan pribadi ini menuntut tenaga saudara sebaik-baiknya. Tinjaulah daftar yang berikut ini
untuk melihat betapa beratnya tugas itu.
1. Persiapan (selama 3 bulan sebelum kampanye).
Tinjau kembali dasar pelayanan pribadi.
Periksalah bahan pelanjutan yang akan dipakai.
Mengikuti setiap latihan persiapan, dan banyaklah berdoa.
2. Pelayanan (Membutuhkan antara 4 bulan dan 1 tahun).
Melayani di ruang bimbingan selama kampanye berjalan.
Mengunjungi para petobat selama beberapa bulan.
Kalau belum ada kelompok-kelompok di mana para petobat dapat mempelajari
Alkitab, saudara sendirilah yang harus membentuk dan mengasuh kelompok-kelompok tersebut.
Dalam suatu kebangunan rohani, para petugas lain dapat bernafas lega pada kebaktian
terakhir. Tetapi para pembimbing harus berjalan terus sampai setiap petobat telah
menggabungkan diri dengan sebuah persekutuan Kristen.
B. PELAYANAN DALAM RUANG BIMBINGAN
Sebelum kebaktian dimulai, semua petugas di ruang bimbingan harus berkumpul untuk
menyediakan bahan-bahan dan tempat, juga untuk berdoa. Sebagian boleh ditugaskan mengikuti
acara dalam ruang kebaktian. Semua orang yang tampil ke depan akan dibagikan kepada para
pembimbingnya; laki-laki dengan laki-laki dan wanita dengan wanita. Setelah pelayanan selesai
maka setiap pembimbing akan memperkenalkan petobat yang dilayaninya kepada seorang

80 | P I P R I B A D I
peneguh. Setelah ia selesai berbicara dengan peneguh itu, dan setelah ditentukan waktu dan
tempat untuk bertemu kembali, ia harus diantar keluar dari ruang bimbingan. Perlu bagi saudara
pembimbing untuk menghemat waktu, karena seringkali orang yang dilayani itu ditunggu oleh
familinya.
Sebagai patokan, kalau seseorang memasuki ruang bimbingan dengan serius, maka
saudara seharusnya dapat menyelesaikan pelayanan dalam waktu 10 atau 15 menit. Kalau dapat,
pakailah Alkitab yang mempunyai huruf yang agak besar, karena biasanya ruang bimbingan
tidak terlalu terang. Janganlah corat-coret Alkitab saudara, karena banyak juga orang yang akan
merasa bahwa hal itu merupakan suatu penghinaan kepada Firman Allah. Kalau saudara tidak
mempunyai huruf yang agak besar, saudara juga boleh menulis beberapa ayat Alkitab di atas
blanko-blanko, supaya lebih gampang untuk melayani mereka yang matanya sudah lemah.
Orang-orang yang sakit dan yang ingin didoakan dan orang-orang yang dirasuk setan
harus diasingkan ke dalam ruangan yang lain, biasanya di dalam kamar doa. Di dalam ruangan
itu beberapa pembimbing yang berpengalaman akan memberi pelayanan seperlunya.
Beberapa pembimbing yang berpengalaman diberi tugas sebagai "peneguh," fungsi
mereka adalah sebagai berikut:
Mereka akan memberi pertolongan sebagaimana yang dibutuhkan oleh para
pembimbing.
Setelah seseorang dilayani maka mereka akan mendengar kesaksiannya dan
memutuskan apakah bimbingan itu telah selesai atau belum. Kalau ternyata ia masih keliru, tugas
pelayanan harus diserahkan kembali kepada seorang pembimbing dengan petunjuk-petunjuk
tertentu.
Waktu petobat-petobat mau pulang, harus dicek kembali agar waktu dan tempat
pelanjutan sudah ditetapkan.
C. PERBEDAAN DARI PENGINJILAN PRIBADI
Tugas bimbingan dalam suatu kampanye lebih ringan dari pada tugas penginjilan pribadi.
Dalam penginjilan pribadi saudara harus memberikan waktu untuk mendekati orang itu. Dalam
suatu kampanye, orang-orang yang masuk ruang bimbingan telah terbuka, telah ingin tahu dan
ingin untuk memutuskan perkara rohaninya. Demikian tugas saudara menjadi lebih sederhana.
Meskipun demikian, janganlah melalaikan taraf diagnosa. Saudara harus menentukan
dengan tepat kebutuhan rohani yang sebenarnya bagi orang itu. Kemudian baru ia dilayani dalam
penerimaan Kristus atau untuk persoalan yang lain. Cara pelayanan ini adalah sama seperti
diagnosa dan pelayanan penginjilan pribadi.
Setiap kampanye mempunyai sistem pelanjutan sendiri. Saudara harus merelakan diri
untuk mengikuti bahan pelanjutan yang telah ditetapkan panitia penyelenggara. Bahan itu harus
diselidiki sedalam-dalamnya supaya saudara dapat memakainya dengan baik. Saudara yang
harus menyesuaikan diri dengan sistem administrasi yang ditentukan. Tujuan administrasi itu
adalah untuk menghindari kelalaian-kelalaian dalam pelayanan.

RESAPKANLAH PELAJARAN No. 10


Menghadiri beberapa kebaktian kebangunan rohani di kota anda sendiri. Nilailah
pelaksanaan pelayanan itu.
Apakah pengajakannya diberikan dengan tegas dan tepat?
Apakah khotbah-khotbahnya sungguh berlandaskan bagian-bagian Alkitab yang tepat?
Ataukah khotbah-khotbah itu hanyalah beberapa lukisan sebagai dorongan emosi belaka?

81 | P I P R I B A D I
Apakah pelayanan pribadi diberikan? Kalau demikian bicaralah dengan seorang yang
melayani. Sudahkah ia mengikuti persiapan khusus bagi tugas ini? Bahan apakah dari Alkitab
yang dipakainya?
Selidikilah kalau-kalau para petobat dilayani dalam suatu rencana "follow-up" tertentu.

Pelajaran ke-11. Pelajaran Berkelompok

Menurut pengalaman, penginjil-penginjil pribadi sering diundang untuk memberi


renungan di kebaktian-kebaktian rumah tangga dan pada pertemuan-pertemuan lain. Inilah
kesempatan yang baik untuk penginjilan.
Di samping melayani kelompok-kelompok tersebut sebagai seorang tamu, saudara sendiri
akan mengelompokkan orang-orang yang baru percaya itu, untuk menghemat waktu dalam tugas
pelanjutan.
DUA MACAM KELOMPOK
Jangan saudara sengaja mencampuri orang yang belum percaya dengan mereka yang
sudah menerima Yesus. Orang-orang yang baru percaya membutuhkan pelajaran-pelajaran
Alkitab untuk peneguhan kehidupan imannya. Mereka akan dirugikan kalau kelompok itu
dipakai untuk menjelaskan Injil terhadap seribu satu macam pertanyaan orang yang masih
bingung (Ibrani 6:1-2). Saudara harus terang-terangan mengatakan bahwa bagi orang yang belum
menerima Kristus, belum waktunya masuk ke dalam suatu kelompok peneguhan. Pikiran mereka
harus terlebih dahulu diperbarui dalam Kristus sebelum mereka dapat mengerti bahan yang akan
dipelajari itu (Yohanes 3:31; I Korintus 2:14).
Kalau saudara merasa terdorong untuk menginjili secara kelompok Alkitab, bentuknya
dua kelompok terpisah, satu antaranya untuk penginjilan dan yang lain untuk peneguhan. Segera
setelah seseorang menerima Yesus, pindahkan dia ke dalam kelompok peneguhan itu.

A. KELOMPOK-KELOMPOK PENEGUHAN
Corak-corak dan bahan pelajaran untuk kelompok-kelompok peneguhan telah
dibicarakan dalam pelajaran-pelajaran delapan dan sembilan. Yang berikut hanyalah sekedar
penjelasan mengenai beberapa segi teknis dari pelayanan berkelompok itu.
Kumpulkanlah mereka dalam kelompok-kelompok kecil. Janganlah lebih dari enam
orang dalam satu kelompok. Kalau satu kelompok menjadi terlalu besar, maka satu atau dua
orang akan menyombongkan dirinya terhadap yang lain dengan berdebat. Empat atau lima orang
masih dapat belajar bersama-sama tanpa kesulitan itu, dan masing-masing memperoleh
faedahnya dari pelajarannya.
Kalau tempat mengijinkan, lebih banyak orang dapat dikumpulkan dengan acara berikut:
Semua bernyanyi bersama-sama. Kemudian kelompok besar itu dibagi menjadi beberapa
kelompok kecil yang intim untuk pelajaran Alkitab dan doa.
B. KELOMPOK PENGINJILAN
Sebaiknya jangan saudara sendiri mengusahakan suatu "kelompok penginjilan."
Kelompok itu pasti dihadiri oleh yang suka berdebat saja. Hasil penginjilannya akan sedikit
sekali.
Untuk penginjilan berkelompok, sebaiknya saudara hadir sebagai tamu saja. Kelompok-
kelompok pergaulan biasa dan ormas-ormas merupakan kesempatan yang baik. Saudara boleh
menawarkan diri untuk memberi penjelasan tentang Injil. Kalau mereka rela mengundang
saudara, itu berarti bahwa saudara boleh berterus terang dan tegas menjelaskan Injil serta

82 | P I P R I B A D I
mengajak mereka untuk percaya. Apalagi kalau saudara hanyalah sebagai tamu dengan demikian
saudara sangat menghemat waktu. Orang-orang lain yang harus mengurus tempat, makanan kecil
dan sebagainya. Orang-orang lain itulah yang sibuk mengumpulkan teman-temannya. Ialah yang
akan memberitahukan kepada bapak R.T. dan sebagainya.
1. Ciri-ciri kelompok-kelompok Penginjilan.
Penginjilan berkelompok sifatnya lain dengan penginjilan pribadi. Dalam penginjilan
pribadi saudara harus mencari jalan untuk menuju kepada Injil. Tetapi dalam kelompok, mereka
sendirilah yang sudah meminta penjelasan sehingga saudara boleh langsung menuju kepada Injil
itu.
Kalau saudara diundang sebagai tamu, biasanya tidak akan ada reaksi negatip terhadap
penjelasan saudara. Tentu saja sebagian orang-orang tidak akan mau menerima Injil itu tetapi
mereka tidak dapat mempersalahkan saudara, mereka sendiri yang telah mengundang saudara,
bukan? Injillah yang ditolaknya.
Sebaiknya renungan diberikan secara bebas. Janganlah membekukan kesempatan ini
dengan berkotbah. Berusahalah membawa suasana kepada "percakapan terpimpin," sehingga
para hadirin diikut sertakan dalam pokok-pokok pemberitaan itu. Kalau suasananya telah bebas,
para hadirin tidak akan malu mengaku suatu kebutuhan rohani mereka.
Selalu sediakan sebuah renungan yang jelas dan tertib sebagai permulaan. Tetapi
janganlah ikatkan diri saudara pada batas- batas renungan tersebut.
Kalau kelompok itu tetap kaku, renungan itu boleh dipakai terus. Kalau suasana mulai
bebas, lekas berpindah dari renungan itu dan masuk ke dalam ruang tanya jawab. Seringkali
terjadi bahwa seseorang mempunyai suatu persoalan tertentu yang menghalangi penerimaan
terhadap Yesus. Kalau pertanyaan itu terjawab, ia akan menjadi terbuka terhadap Injil. Tetapi
saudara harus dapat menghindarkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak serius. Kalau sudah
tercapai suasana bebas dalam ruang tanya jawab ini, dengan segera kemukakan sebuah persoalan
yang hidup bagi kelompok itu, sehingga saudara dapat beralih kepada suatu penjelasan Alkitab
yang tepat.
2. Cara pengajakan dalam kelompok.
Pengajakan harus diberi dengan tenang dan sopan. Dalam kelompok-kelompok yang
kecil, seseorang akan malu menonjolkan diri di hadapan teman-temannya seandainya diajak
untuk tampil ke depan. Itulah sebabnya harus ada kebebasan dalam kelompok-kelompok
penginjilan. Kadang-kadang suasana akan mengijinkan saudara untuk bertanya langsung kepada
beberapa orang tua kalau mereka sudah menerima Yesus (bukan kepada pemuda/i terlebih
dahulu).
Tetapi janganlah langsung melayani mereka di hadapan orang-orang lain. Kalau mereka
belum lahir baru, janganlah bertanya kalau mereka "mau" lahir baru. Beritahukanlah bahwa
setelah kebaktian selesai, mereka akan dilayani dari Firman Tuhan secara pribadi. Pada waktu
beramah-tamah mereka dapat ditolong sedemikian rupa untuk menghilangkan keragu-raguan
mereka dan untuk memiliki perhubungan yang baik dengan Tuhan Yesus Kristus, dan tanpa
ditonton oleh orang-orang yang kurang serius.
3. Suasana dalam kelompok-kelompok penginjilan.
Saudara harus rela menyesuaikan diri dengan suasana setempat. Kadang-kadang saudara
akan merasa jengkel terhadap suatu kebiasaan yang tidak cocok dengan Firman Tuhan. Tetapi
ingatlah, Roh Tuhanlah yang harus bekerja sedemikian rupa sampai mereka meresapkan Injil itu.
Kalau saudara tidak dapat bersikap tenang terhadap hal-hal duniawi, saudara tidak dipakai oleh
Roh Kudus dalam penginjilan berkelompok.

83 | P I P R I B A D I
Sikap yang positip selalu dihargai. Meskipun saudara menjelaskan Injil dengan
sempurna, kalau saudara bersikap murung dan kecewa mereka tidak akan menerima berita itu;
bahkan saudara akan lebih menjauhkan mereka, untuk tidak mau menerima penjelasan Injil dari
penginjil yang lain pada kemudian hari. Kalau mereka bertindak untuk menerima Kristus,
dengan sendirinya suasana itu akan mulai berubah. Saudara tidak diundang untuk menegur,
melainkan untuk menjelaskan Injil.
Kalau saudara telah mengenal tempat itu, dan merasa bahwa saudara tidak dapat bertahan
diri karena ada beberapa perkara yang mengganggu saudara, berbicaralah dengan tuan rumah.
Tetapi percakapan itu harus diadakan sebelum saudara berjanji untuk menghadirinya. Saudara
boleh meminta batas-batas waktu dan ketentuan-ketentuan lain asal semuanya itu diurus oleh
tuan rumah atau ketua kelompok itu sebelum mereka berkumpul. Tetapi bagaimanapun
janganlah mempersoalkan hal-hal yang tidak penting. Janganlah lupa bahwa saudara adalah tamu
dan tidak mempunyai hak untuk mengacau acara mereka. Segala instruksi dan larangan harus
berasal dari tuan rumah atau yang memimpin acara. Kalau saudara mengetahui suasana di tempat
itu terlalu ramai karena gangguan anak-anak, mintalah agar disediakan papan tulis atau bawalah
alat-alat peraga. Kalau berita dari saudara cukup menarik, maka anak-anak itu akan menaruh
perhatian juga.

RESAPKANLAH PELAJARAN No. 11


Bagaimanakah sikap anda sampai sekarang ini? Pernahkah anda mengeluh atau
mempersulit orang-orang lain karena perkara-perkara yang sebenarnya tidak berarti?
Daftarkanlah 10 pokok pelajaran yang tepat untuk kelompok-kelompok penginjilan
dan 10 pokok yang lain untuk kelompok-kelompok.
Selidikilah setiap nats Alkitab yang disebut dalam buku ini untuk memperluas
pengertian anda terhadap Firman Allah.

Lampiran A -Apakah Injil itu?


Karangan di bawah sangat jelas tentang Injil. Penjelasan ini diterbitkan sebagai traktat
oleh Kalam Al Hayat Kota Pos 312, Bandung; dan dapat diberikan kepada mereka yang ingin
selamat tetapi masih ragu-ragu tentang arti Injil. Setelah orang yang dilayani memikirkan traktat
ini, adalah perlu untuk saudara bertemu kembali dengan dia untuk pelayanan berikutnya.
Alkitab mulai dengan suatu upacara yang sangat sederhana: "Pada mula pertama
dijadikan Allah akan langit dan bumi." Maksud Firman Tuhan bukan untuk memaksa manusia
percaya kepada Tuhan Allah secara logika, dengan jalan menyajikan sekian banyak fakta yang
mengagumkan, melainkan untuk memperkenalkan Tuhan kepada mereka yang telah salah jalan
dalam dunia yang serba kompleks ini.
Sifat utama Tuhan Allah yang ditekankan dalam Alkitab ialah kasihNya. Dengan
sungguh-sungguh Tuhan mengasihi kita. Hal ini berarti juga bahwa Ia selalu mengerti akan kita
dan selalu menyatakan kehendakNya kepada kita. Kasih semacam ini bukan sesuatu yang pasif
melainkan kasih yang hidup, dengan memperlihatkan DiriNya secara praktis. Justru ayat Alkitab
yang terkenal menyatakan kebenaran itu kepada kita: "Karena demikianlah Allah mengasihi isi
dunia ini, sehingga dikaruniakanNya AnakNya yang tunggal itu ...." (1). Kasih adalah sifat
mutlak dari Tuhan. Tuhan bukan hanya seorang polisi tingkat kosmos - sebagaimana anggapan
sebahagian orang - yang selalu mencari jalan untuk melenyapkan segala penghiburan manusia.
Sama sekali tidak benar, melainkan sebaliknya: Tuhan mengasihi kita.

84 | P I P R I B A D I
Juga Tuhan Allah suci dan adil. Banyak orang menyangka bahwa suci harus diartikan
"aneh" atau "ganjil." Mereka membayangkan seorang biarawan. Tetapi arti yang sebenarnya dari
suci itu adalah "tidak bercela" dan "tanpa kejahatan." Tuhanlah menjadi inti dari kata "suci" itu
dan pribadiNyalah mengukur kebenaran. Sepuluh Perintah Allah telah menjadi suatu ucapan
mengenai tabiatNya. Dapat ditegaskan bahwa Allah sendiri adalah Hakim tertinggi. TabiatNya
yang murni merupakan ukuran mutlak yang akan menguji segala kelakuan manusia. Dan
Tuhanlah yang nanti akan menghakimi segala sesuatu yang kurang dari ukuran yang sempurna
itu.
Pada permulaan sejarah Tuhan Allah sendiri memutuskan untuk menciptakan manusia.
Di dalam kita Ia telah menanamkan banyak sifat dari tabiatNya sendiri, misalnya: kecakapan
berfikir, mengetahui sesuatu, memutuskan sesuatu dan untuk bertindak secara pribadi. Ia
memberikan kepada kita kesanggupan untuk menaruh kasih.
Dan di dalam segala hal diberiNya kepada manusia semacam kehidupan yang tidak
dialami oleh makhluk-makhluk lain. Kita dapat hidup bersekutu dengan Allah. Suatu gambar
dari persekutuan ini adalah Taman Firdaus (2) di mana Adam dan Hawa telah mengalami suatu
persekutuan erat dengan Tuhan. Damai adalah istilah yang paling tepat untuk melukiskan
suasana di Taman Firdaus itu. Justru di dalam perhubungan itu, yaitu persekutuan rohani dengan
Tuhan, kita mendapat arti bagi hidup kita dan dapat mengalami puncak kepribadian kita masing-
masing kehidupan yang berkelimpahan dalam persekutuan rohani dengan Tuhan Allah sendiri.
Akan tetapi fakta yang mengecewakan dalam sejarah manusia maupun riwayat hidup
setiap pribadi adalah bahwa kita telah menjadi manusia durhaka. Kita telah menjauhkan diri kita
dari Tuhan. Fakta ini telah diucapkan oleh seorang nabi demikian: "Sesatlah kita sekalian seperti
domba, masing-masing kita balik (dari Tuhan) kepada jalannya sendiri." (3) Meskipun
berkesempatan untuk hidup dalam persekutuan pribadi dengan Allah kita telah mengambil sikap
sebagai pemberontak-pemberontak rohani. Penyakit itu telah menjadi hal yang biasa bagi
manusia. Kita tidak menghargai persekutuan dengan Tuhan melainkan lebih menyukai mengepal
tangannya melawan Tuhan dengan menegaskan: "Janganlah mengganggu saya!" "Keluarlah dari
hidupku!" "Biarlah saya hidup seenak-enaknya!" Sebahagian lain hanya sibuk dengan hidup
menurut keinginannya sendiri, dengan tidak memperdulikan/tidak mengindahkan Tuhan; lalu
Tuhan tidak dianggap penting lagi dalam dunia modern ini.
Kemasabodohan ini pernah diungkapkan demikian: "Kita telah menyangkal Tuhan yang
benar dan suci supaya memegang jabatan Ketuhanan bagi diri kita sendiri. Sekarang kita senang
menentukan jalan kita sendiri, kita memilih apa yang kita kehendaki, kita memutuskan sendiri
apa yang benar/salah secara waras." Justru inilah, saudara-saudara, yang dimaksudkan dengan
istilah DOSA di dalam Firman Tuhan (Alkitab). Dosa berarti kita tidak lagi mengijinkan Allah
memangku FungsiNya di dalam hidup pribadi kita. Perbuatan-perbuatan yang biasanya disebut
dosa (berdusta, mencuri, berjinah, dan sebagainya) hanya merupakan tanda-tanda yang
menyatakan bahwa memang benar kita telah menjauhkan diri kita dari Tuhan Allah.
Kesalahan ini menimbulkan dua akibat: "Segala kejahatan kita sudah menceraikan kita
dari pada Allah" (4). Kita telah terpisah dari Allah, satu-satunya sumber dari hidup dan tujuan
hidup ini. Kita sekarang telah menjadi seperti sebuah kapal terbang pada waktu malam yang
sedang mengelilingi lapangan menunggu untuk mendarat, tetapi perhubungan dengan pusat telah
putus karena pesawat radio kita rusak, mati. Pemisahan dan Tuhan ini menimbulkan bermacam-
macam gejala dalam manusia. Penyakitnya sama, tetapi gejala-gejalanya berlainan. Ada yang
merasa bersalah terhadap Tuhan, ada yang merasa kekosongan jiwa, yang lain mencari arti dan

85 | P I P R I B A D I
tujuan hidup dengan sia-sia, yang lain tidak sanggup menahan sesuatu, dan yang lain
bercenderung memikirkan hal-hal yang tidak susila.
Alkitab yang kedua adalah suatu hukuman: mati untuk selama-lamanya. Tuhan telah
menegaskan bahwa "upah dosa itulah maut" (5). Tuhan telah menerapkan DiriNya menjadi
Hakim atas dunia ini, dan Ia yang Maha Adil, tidak akan membebaskan orang-orang berdosa
dengan begitu saja. Masyarakatpun tidak mau mempertahankan seorang hakim yang cukup
membebaskan pembunuh-pembunuh dan pencuri-pencuri. Seorang hakim harus menjatuhkan
suatu hukuman yang setimpal dengan kesalahan/pelanggaran. Hukuman Tuhan atas perlawanan
kita telah ditetapkan: kita harus diasingkan dari Tuhan, sumber kasih itu, untuk selama-lamanya.
Meskipun kita telah menjadi orang-orang berdosa. Tuhan Allah masih tetap mengasihi
kita. Inilah suatu sifat Tuhan yang sangat mengherankan kita. KasihNya begitu dalam sehingga
Ia sendiri telah rela bertindak menciptakan kembali jalan persekutuan rohani yang telah
dirusakkan manusia. Untuk melakukan hal ini Ia telah menghampakan diriNya, menjelma
menjadi manusia dalam Yesus Kristus ... (6). Allah sendiri mengunjungi bumi ini pada Hari
Natal Pertama itu. Pada saat Yesus lahir di palungan. Ia datang untuk membuka kembali
kesempatan bagi manusia untuk bersekutu dengan Tuhan dalam keadaan rohani.
Yesus telah hidup secara sempurna sebagai manusia. Setiap Kitab Injil menyatakan
kemurnian hidupNya, belas-kasihanNya terhadap orang-orang lain, KuasaNya menyembuhkan
orang-orang sakit dan kuasaNya mengalahkan si Jahat. Ia menyatakan DiriNya Allah yang telah
menjelma menjadi manusia. Ia melihat dalam DiriNya jawaban atas segala kebutuhan rohani
manusia; makanan untuk orang yang lapar (7), terang untuk orang yang hidup dalam kegelapan
(8), jalan kembali kepada Tuhan Allah (9). Sumber pengampunan dosa dan Sumber Hidup yang
kekal.
Setelah memberitakan kerajaan sorga selama tiga tahun Ia ditangkap oleh petugas-
petugas pemerintah agama dan disalibkan. Yesus sendiri tidak heran diperlakukan demikian,
karena Ia telah menyatakan tujuan penjelmaanNya yaitu untuk menyerahkan NyawaNya
menggantikan orang-orang lain. Jauh sebelum Ia harus menghadapi salib itu, Ia telah
memberitahukan kepada murid-muridNya, bahwa Ia harus memberikan NyawaNya menjadi
tebusan bagi orang banyak (10). Dengan kematianNya pada kayu salib itu telah dilunaskannya
100% hutang dosa kita. Ia telah mati menggantikan kita, "Orang benar karena orang-orang yang
tiada benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah" (11). Atas alasan itu Ia dapat mengampuni
kita masing-masing. Tiga hari setelah Ia dikuburkan Ia bangkit kembali menjadi Pemenang atas
kuasa maut. Sekarang Ia hidup dan menawarkan hidup kekal kepada setiap orang yang ingin
mendekatiNya, suatu hidup baru penuh persekutuan dengan Tuhan. Perkataan-perkataanNya
adalah: "Aku ini datang supaya domba itu memperoleh kehidupan dengan berkelimpahan" (12).
Mungkin sekarang saudara ingin bertanya: "Bagaimanakah caranya untuk memiliki
perjanjian itu untuk diri saya?" Pertama saudara harus insyaf akan kebutuhan pribadi saudara dan
rela berpaling dari dosa-dosa saudara serta datang kepada Yesus yang suci itu. Saudara tak dapat
sendiri membersihkan lebih dahulu hidup saudara untuk menjadi layak menghadap Yesus.
Pembaharuan hidup saudara tidak didasarkan atas usaha-usaha saudara. Untuk memperbaiki
perhubungan rohani yang telah rusak, adalah suatu hal yang sama sekali di luar
kesanggupan/kemampuan saudara. Saudara hanya dapat mengaku dosa-dosa Saudara dan
mengaku bahwa saudara telah menjauhkan diri dari Tuhan Allah. Dan saudara harus dengan
tegas berhenti memberontak melawan Tuhan. Inilah arti pertobatan.
Yang kedua, saudara harus percaya dengan sungguh-sungguh bahwa Yesus telah mati
menggantikan hukuman saudara pribadi atas hal dosa dan bahwa pada saat ini juga Yesus

86 | P I P R I B A D I
menawarkan pengampunan kepada saudara: pengampunan itu akan mulai berlaku pada saat
Yesus diterima dalam hidup/hati saudara.
Yang ketiga, saudara harus bertindak secara tegas menerima Yesus menjadi Juruselamat
dan Tuhan di dalam hidup saudara dengan memberi suatu undangan pribadi kepadaNya, serta
memohon sudilah Ia masuk ke dalam hidup saudara. Di dalam Alkitab Yesus telah
mengumpamakan hidup saudara sebagai sebuah rumah. Dalam gambaran ini Yesus telah berdiri
di muka pintu dari rumah itu sambil mengetuk, dengan menunggu putusan dan undangan saudara
(13). Ia tidak akan memaksa atau mendobrak pintu itu. Ia selalu menunggu suatu undangan
pribadi dari pemilik rumah itu yaitu saudara sendiri. Kalau pada saat ini saudara menyampaikan
undangan itu kepadaNya, pasti Ia akan masuk untuk menyucikan hidup saudara dan memberi
hidup yang baru kepada saudara. "Jikalau barang seorang hidup di dalam Kristus, maka ialah
kejadian yang baharu" (14). Perjanjian itu diucapkan demikian dalam Injil Yohanes: "Seberapa
banyak orang yang menerima Dia (Yesus Kristus) kepada mereka itulah diberiNya hak menjadi
anak-anak Allah" (15).
Doa ini dapatlah menjadi doa saudara sendiri: "Tuhan Allah, saya telah menjauhkan
Tuhan dari hidup saya. Sekarang saya minta supaya Engkau kembali menjadi Tuhan dalam hati
saya. Saya percaya, bahwa Yesus Kristus telah mati menggantikan hukuman pribadi saya, dan
bahwa Yesus ingin mengampuni dosa saya. Pada saat ini saya membuka pintu hati saya.
Masuklah Tuhan Yesus, jadilah Tuhan dan Juruselamat saya. Amin."
(1) Yohanes 3:16 (9) Yohanes 14:6
(2) Kejadian 2:3 (10) Markus 10:45
(3) Yesaya 53:6a (11) I Petrus 3:18
(4) Yesaya 59:2 (12) Yohanes 10:10b
(5) Roma 6:23 (13) Wahyu 3:20
(6) Filipi 2:5-8 (14) II Kor 5:17
(7) Yohanes 6:35 (15) Yohanes 1:12
(8) Yohanes 8:12

DAFTAR PUSTAKA

Ayat-ayat dikutip dari ALKITAB Terjemahan Baru (TB) LAI 1974.


Bahan Pelanjutan khusus dapat dipesan dari kantor-kantor berikut:
"Kalam Al Hayat," Kotak Pos 312, Bandung.
"Para Navigator," Kotak Pos 281, Bandung.
Budiardjo, Tri. Gereja dan Kemiskinan. April, 2002.
Coleman, R.A., "Rencana Agung Penginjilan" (Kalam Hidup, 1968).
David J. Hesselgrave, Communicating Christ – Cross Culturally. Malang: Literatur SAAT
2004.
Edward, G., "How To Have a Soul Winning Church" (1962).
Hans, Andrias. Model Pelayanan Tuhan Yesus. Buletin Mitra, 2008.
Herlianto. Pelayanan Urban. Yabina Ministry
. Panggilan Urban. Yabina Ministry.
Hill, Malcolm, My God and My Neighbor, Sain Publications, 902 Syone Way Dr. Lebanon,
Tennessee, 1965.
Highers, Alan E., The Spiritual Sword, 1511 Getwell Road, Memphis, Tennessee, 1993.
Jones, M.A., Bagian kedua dari "Keluarga yang Bahagia" (YAKIN).

87 | P I P R I B A D I
Kursus-kursus Alkitab surat menyurat tersedia pada:
"Kantor Terang Hidup," Kotak Pos 156, Bandung.
"Pusat Hidup Baru," Kotak Pos 14, Solo.
McGrath, Alister, Bersaksi tanpa kehilangan teman, Bandung: LLB, 1988.
Moore, W.B., "New Testament Follow-Up" (1963)
Osborne, Cecil G., Seni Bergaul (Mengungkap Rahasia Pergaulan dengan Semua Bentuk
Kepribadian, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996.
Overholtzer, J.I., "Buku Pegangan tentang Penginjilan Anak-anak" (P. E. A., Kotak Pos 312,
Bandung, 1967).
Paul Borthwick. Pemberitaan Injil Tugas Siapa?. Yayasan Kalam Hidup, Bandung 1995.
"Penuntun Belajar untuk Pembimbing-pembimbing Rohani" (Institut Alkitab Tiranus, 1975).
Quester, Jeffrey, .
Piper. John, Let The Nations Be Glad, Michigan: Grand Rapids, 1993.
Purwanta, Iswara Rintis, Prapenginjilan (Menyingkirkan Kendala-kendala Intelektual dalam
Penginjilan), Yogyakarta: Andi, 2012.
Riemer, G., Kunjungan Rumah, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1995.
Roper, David, Everyman's Guide To Salvation dalam Truth for Today, ed. Eddie Cloer 2209 S.
Benton, Searcy, Arkansas, 1999.
Simamora, Rianto G. Misi Kemanusiaan dan Globalisasi. Jakarta: Ink Media, 2006.
Simanjuntak, Togi, The Art of Mentoring, Metanioa Publishing, 2012.
Smith, O.J., "The Consuming Fire" (1954).
Stewart, J.A., "Pergilah Kamu" (B.P.K. 1966).
Stott, John, R., "Fundamentalisme dan Penginjilan" (Kalam Hidup, 1975).
Tomatala, Yakob, Teologi Misi,YT Leadership Foundation, Jakarta 2003.
Weekly, W.W., "Merencanakan Kampanye Kebangunan Rohani" (Sidang Jemaat Allah,
Malang, 1968).
Wessels, Anton, Memandang Yesus (Gambar Yesus Dalam Berbagai Budaya), Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1990.
Widyatmadja, Josef P. Yesus dan Wong Cilik. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010.
Wilkes, A.P., "The Dynamics of Service" (1955).
Yoo, Jaepil, Kisah Injil dengan Pancake, Bandung: PT Visi Anugerah Indonesia, 2014.

88 | P I P R I B A D I

Anda mungkin juga menyukai