NIM : 16.01.1464
Tingkat/Jurusan : V-B/Teologi
(Tinjauan Dogmatis Terhadap Tugas Pelayan Penatua di GKPI Simpang Raya Resort
Pardomuan Diperhadapkan dengan Agenda Pentahbisan Penatua GKPI)
Catatan: Sebelum saya melanjutkan bandingan saya, dalam membandingkan seminar yang
diajukan oleh saudara Penyeminar (Rindu Roito Situumeang), saya menemukan
bahwa bahan seminar yang disampaikan memiliki kesamaan yang sama dengan tulisan
yang dimuat di dalam blogspot saudara Johannes Nababan dengan alamat link:
https://berbagiilmuteologia.blogspot.com/2019/03/tugas-penatua-dalam-agenda-
gkpi.html1. Terdapat kesamaan dalam pokok bahasan. Jadi dimohon penjelasan
penyeminar atas hal ini. Meski demikian, saya akan tetap menyampaikan kritik dan
saran atau tambahan layaknya bandingan seminar seperti biasa.
I. Pendahuluan
Sesuai dengan ketetapan yang sudah ditentukan dalam kurikulum seminar dogmatika
maka pembanding akan meninjau lebih dalam hasil judul seminar dan pembahasan yang
telah disediakan sehingga dapat memberikan kritik dan masukan-masukan serta mengulas
metodologi kerja dari penyeminar sehingga dapat menambah pemahaman mengenai judul
seminar yang telah disediakan.
Dari judul dan sub judul penyeminar, pembanding setuju dengan pemilihan judul
yang diberikan oleh penyeminar dan begitu juga sub judul yang penyeminar ajukan karena
1
https://berbagiilmuteologia.blogspot.com/2019/03/tugas-penatua-dalam-agenda-gkpi.html, diakses 21
September 2020, Pukul. 22.15 WIB.
dapat memperdalam titik fokus penyeminar dalam mengerjakan bahan seminar ini dan juga
tidak menjangkau terlalu luas fokus yang ingin diteliti oleh penyeminar.
Permasalahan yang dapat ditemukan dari seminar ini yaitu realisasi dari
tugas pelayan penatua yang sebagian tidak bisa menjalankan tugas yang diembannya
baik di dalam maupun di luar gereja. Para pelayan penatua menyadari bahwa ada
tugas yang harus dikerjakan sebagai pelayan penatua, akan tetapai menjadi dilema
bagi mereka adalah ketika menghadapi pergmulan pribadi maupun pergumulan
bersama baik dari segi pekerjaan, keluargaa, dan kekompakan/ solid antar pelayan.
Nas Alkitab yang paling penting dalam hubungan ini ialah Markus 10:45,
dimana Yesus mengatakan bahwa “Ia” (= Anak Manusia) bukan datang untuk
dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawanya menjadi
tebusan (= harga tebusan) bagi banyak orang. Nas ini mempunyai makna untuk
menentukan bagi seluruh pelayanan yang dilakukan oleh pejabat-pejabat gerejawi.
Melayani dalam arti kitab suci yaitu melayani dengan seluruh penyerahan diri dalam
kasih, sama seperti Kristus-hanya dapat kita pelajari dari Dia. Karena itu harus kita
ingat, supaya dari mulanya yaitu mulai dari waktu pemangku-pemangku jabatan kita
diteguhkan dalam jabatan mereka. Mereka harus menunaikan tugas mereka dengan
rendah hati. Calvin berkata, bahwa “orang itu harus memenuhi jabatannya dengan
jalan melayani dan bahwa ia harus mengingat bahwa bukan untuk dirinya sendiri ia
telah diterima dalam jabatan yang terhormat itu, melainkan untuk orang-orang lain.2
Dalam latar belakang masalah, penyeminar kurang memperdalam situasi dan kondisi
jemaat yang ada di GKPI Simpang Raya Resort Pardomuan. Sehingga memperdalam seminar
saudara untuk melihat bagaimana permasalahan yang ada disana, jika situasi/kondisi jemaat
dicantumkan lebih rinci.
Kata petanua berasal dari bahasa Yunani presbyteros yang berarti seseorang yang berfikir
matang, penatua juga dapat diartikan sebagai pemimpin kristen, dan setiap gereja mempunyai
penatua.4 Penatua adalah jabatan yang diemban dalam gereja, akan tetapi jabatan dalam
gereja tidak sama dengan jabatan dalam pemerintah. Jabatan dalam gereja bukan pangkat,
2
J.I.Ch. Abineno, Penatua Jabatannya dan Pekerjaannya, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2011), 3.
3
Artikel Tulisan Yakub Tri Handoko, Diakses Pada Senin 21 September 2020.
4
W.R.F. Browing, Kamus Alkitab, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2009), 322-323.
bukan derajat. Jabatan dalam gereja adalah nama yang digunakan oleh gereja untuk orang-
orang yang ia panggil dan angkat untuk melayani dalam jemaat. Secara prinsipil pejabat-
pejabat gerejawi tidak berbeda dengan anggota-anggota jemaat. Sama-sama mereka
terpanggil untuk melayani dalam gereja. Yang membedakan mereka sebagai pejabat dengan
anggota-anggota jemaat ialah fungsi atau tugas mereka.5
Jabatan gereja tidak timbul dari jemaat. Ia berasal dari Allah. Allahlah yang oleh RohNya
yang kudus memperlengkapi manusia untuk pelayanan-pelayanan yang tertentu dalam
jemaat. Tugas pokok dari pejabat-pejabat (pelayaan pentua) ialah, melayani dan membangun
jemaat, atau seperti yang dikatakan dalam Efesus 4; “memperlengkapi orang-orang kudus”.
Karena itu pekerjaan mereka lebih banyak berlangsung di dalam daripada di luar gereja.
Menurut Abineno, kedudukan pelayan sederajat, setara, dan sama dengan jemaat. Di gereja
tidak ada tuan karena semua anggota jemaat ialah pelayan. Sebagai pelayan mereka wajib
mengikuti teladan Yesus (Yoh.13:4,5), mereka bersikap rendah hati untuk kepentingan
bersama melayaani Kristus. Calvin menegaskan bahwa semua orang bekerja memberitakan
ajaran Yesus dan melaksanakan pelayanan dengan taat.6
Pada saat Paulus akan meninggalkan jemaat Efesus untuk selamanya, ia hanya
mengundang para penatua untuk menemui dia di Miletus (Kis 20:16-17). Tidak ada
diaken/penatua yang diundang. Dalam pidatonya Paulus juga menandaskan bahwa para
penatua bertugas menilik jemaat dan menjaga mereka (Kis 20:28). Tugas ini dapat
disamakan dengan tugas penggembalaan (1 Pet 5:1-4). Sebagai penilik dan gembala jemaat,
para penatua harus berpegang pada kebenaran dan mampu mengajarkannya kepada jemaat (1
Tim 3:2; 2 Tim 2:24; Tit 1:9). Mereka harus menjaga gereja dari kesesatan (Kis 20:29-30).
Jikalau ada kebingungan tentang suatu ajaran, para penatua harus memberikan solusi buat
persoalan ini (Kis 15:1-4; 16:4). Bahkan tatkala ada dosa terselubung yang menyebabkan
hukuman Allah atas diri seseorang, para penatua perlu dipanggil untuk memberikan
konseling dan mendoakan (Yak 5:14-15). Para penatua diberi mandat untuk melayani
kebutuhan jasmani jemaat (Kis 6:1, 3) supaya para rasul dapat fokus pada doa dan
pemberitaan firman Allah (Kis 6:2, 4).7
5
J.I.Ch. Abineno, Penatua Jabatannya dan Pekerjaannya, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2011), 6
6
M. Alie Humaedi, Etnografi Bencana, (Yogyakarta: IKAPI, 2016), 111.
7
Artikel Tulisan Yakub Tri Handoko, Diakses Pada Senin 21September 2020.
IV. Kesimpulan Akhir Pembanding
Melalui seminar ini pembanding dapat menyimpulkan bahwa seminar ini sudah
membantu untuk menjawab permasalahan yang dilihat dan digumulkan para penatua yang
ada di GKPI Simpang Raya Resort Pardomuan mengenai pemahaman penatua akan tugas
dan perannya sebagai pelayan sesuai agenda tahbisan di GKPI, sehingga penatua yang sadar
akan panggilannya bisa melakukannya dengan kesadaran hati, ketulusan, dan Kerjasama
yang baik antar pelayan. Dengan demikian yang perlu diperbaiki dapat diperbaiki melalui
ajaran gereja dan tinjauan secara dogmatis. Penyeminar bisa menambahkan materi yang
sudah pembanding usulkan tindakan nyata bagi penatua dalam merealisasikan tugas sebagai
penatua. Supaya dalam seminar ini terlihat jelas penelitian yang dilakukan penyeminar, ada
baiknya penyeminar dapat memberikan dan melengkapi sehingga dapat menjawab tantangan
yang ada.
V. Daftar Pustaka
Abineno J.I.Ch., Penatua Jabatannya dan Pekerjaannya, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2011
Browing W.R.F., Kamus Alkitab, Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2009
Humaedi M. Alie, Etnografi Bencana, Yogyakarta: IKAPI, 2016
https://berbagiilmuteologia.blogspot.com/2019/03/tugas-penatua-dalam-agenda-gkpi.html,
diakses 21 September 2020, Pukul. 22.15 WIB.
Artikel Tulisan Yakub Tri Handoko, Diakses Pada Senin 21 September 2020.