Anda di halaman 1dari 34

MPENELITIAN SOSIAL DAN TINDAKAN

PANDANGAN TEOLOGIS TERHADAP PERNIKAHAN PASANGAN CERAI

HIDUP DI KORPS 1 PALU DIVISI PALU RAYA

Disusun Oleh :

Fahril Putra Pratama

Nim :T. 02. 20. 027

PROGRAM STUDI TEOLOGI

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BALA KESELAMATAN PALU

MEI 2023
ii

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur hanya kepada Tuhan Yesus Kristus oleh kasih dan

Kemurahan-Nya penulis diberikan kesehatan, kemampuan, dan hikmat untuk dapat

mengerjakan dan menyelesaikan penulisan makalah tentang metode penulisan

proposal dengan judul Pandangan Teologis Terhadap Pernikahan Pasangan Cerai

Hidup Di Korps 1 Palu Divisi Palu Raya

Dengan selesainya makalah ini, tentunya penulis merasa senang karena

adanya dukungan, perhatian, motivasi, dan doa yang diberikan oleh dosen dan rekan-

rekan sekerja di dalam Tuhan. Untuk itu izinkan penulis untuk menyampaikan ucapan

terima kasih kepada :

1. Bapak Dekrius Kuntaua, S.Pd., MM., M.Th selaku dosen pengampuh

mata kuliah Penelitian Sosial dan Tindakan yang telah memberikan

penjelasan mengenai materi penelitian sosial dan tindakan secara khusus

penelitian kuantitatif sehingga penulis dapat menyelasaikan penulisan

makalah ini.

2. Rekan-rekan seangkatan Program Studi Teologi dan PAK yang telah

membantu dalam diskusi mengenai penelitian Kuantitatif sehingga itu

juga yang menjadi masukkan dalam penulisan makalah ini.


iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................i

KATA PENGANTAR..................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................iii

BAB I PENDAHLUAN...............................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah..........................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................3

1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan.................................................3

1.4 Ruang Lingkup Penelitian.......................................................3

1.5 Manfaat Penelitian...................................................................4

1.6 Metode Penlitian......................................................................5

1.7 Sistematika Penulisan..............................................................5

BAB II LANDASAN TEORI......................................................7

2.1 Teologi....................................................................................7

2.1.1 Pengertian Teologi.............................................................8

2.1.2 Jenis-jenis Teologi.............................................................10

2.1.3 Tujuan Teologi...................................................................11

2.2 Pernikahan........................................................................12

2.2.1 Pengertian Pernikahan.......................................................12


iv

2.2.2 Pandangan Teologis terhadap Pernikahan Pasangan yang Cerai Hidup di Jemaat

Korps 1 Palu berdasarkan Matius 5:32…………………………..17

2.2.3 Kajian Matius 5:32………………………………………….19

2.2.4 Latar Be;akang………………………………………………19

BAB III METODE PENELITIAN.............................................17

3.1 Rancangan Penelitian...............................................................17

3.1.1 Desain atau Model Penelitian............................................17

3.2 Model Penelitian................................................................18

3.2.1 Sejarah Gereja Bala Keselamatan Korps 1 Palu................19

3.2.2 Sumber Data......................................................................30

DAFTAR PUSTAKA...................................................................34
v

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bagian ini, penulis akan memaparkan mengenai latar belakang,

penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penelitian, ruang lingkup

penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

1.1 Latar Belakang

Pernikahan Kristen adalah pernikahan yang sakral yang dilakukan sekali dan

berlaku seumur hidup, merujuk pada perkataan Yesus dalam Matius 19:6,

"Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah

dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia".

Pemahaman akan konsep ini pada jaman sekarang ini telah mengalami

pergeseran disebabkan oleh beberapa faktor antara lain tidak adanya kecocokan

lagi, kekerasan dalam rumah tangga, faktor ekonomi, perselingkuhan sehingga

terjadilah perceraian. Inilah yang sering terjadi dalam masyarakat bahkan tidak

terkecuali dalam gereja masa kini. Pernikahan tidak lagi menjadi hal yang sakral

dan harus dipertahankan dan perceraian sudah menjadi hal yang biasa terjadi.

Gereja Bala Keselamatan adalah salah satu gereja yang sangat menekankan

pengajaran Alkitab dalam kehidupan sehari-hari. Alkitab merupakan standar

pengajaran gereja dan Gereja Bala Keselamatan adalah salah satu Gereja yang

menjadikan Alkitab sebagai satu-satunya dasar pengajaran, hal ini dibuktikan

dengan dirumuskannya doktrin yang berbunyi:


vi

"Kami percaya bahwa Alkitab yang terdiri dari Perjanjian Lama dan Baru ditulis

dengan Ilham Allah; dan bahwa kedua-duanya itu sajalah merupakan peraturan

Ilahi mengenai iman dan praktek kehidupan Kristen".!1

Gereja Bala Keselamatan mendukung jemaatnya untuk menjunjung tinggi

nilai-nilai kebenaran Alkitab lebih khusus dalam hal pernikahan dan menolak

adanya perceraian apalagi pernikahan kembali yang "cerai hidup" sesuai dengan

prinsip pernikahan yang telah diajarkan oleh Yesus bahwa "mereka bukan lagi

dua, melainkan satu" dan "Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh

diceraikan manusia".

Penerapan nilai-nilai kebenaran Alkitab dan prinsip pernikahan yang sakral ini

disampaikan melalui ibadah-ibadah yang dilakukan dan firman Tuhan yang

disampaikan. Sesuai dengan tema Gereja Bala Keselamatan secara teritorial pada

tahun 2022 adalah "Menjadi Bejana Kekudusan di dalam Kristus". Umat Bala

Keselamatan diajak untuk menjaga kekudusan perkawinannya di dalam Kristus

dan menjadi sebuah bejana indah di pandang.

Dalam pengamatan penulis selama dua tahun dan enam bulan berada di

Gereja Bala Keselamatan Korps 1 Palu telah lima pasang jemaat yang "cerai

1
Bala Keselamatan, Pengakuan Iman, ed. by Kantor Pusat Bala Keselamatan

Bandung, 2001st edn (Bandung: KPT Bala Keselamatan, Jalan Jawa no. 20

Bandung,40117, 2001)
vii

hidup" meminta untuk diberkati di gereja dengan membawa surat cerai dari

pengadilan maupun surat pernyataan cerai dari suami/istri pertama, dan ada tiga

belas pasangan yang cerai hidup telah hidup sebagai suami istri dan telah

memiliki anak. Hal ini membuktikan bahwa sesungguhnya masih banyak jemaat

yang belum memahami nilai-nilai kebenaran Alkitab dan prinsip dasar Alkitabiah

tentang perceraian dan pernikahan kembali sehingga ketika permintaan tersebut

ditolak menimbulkan polemik di dalam jemaat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana yang telah dipaparkan maka

yang menjadi rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Apa Pandangan Teologis Terhadap Pernikahan Pasangan Cerai hidup?

2. Apa yang dimaksud dengan Pernikahan yang “Cerai Hidup”?

3. Bagaimana Pandangan teologis Kristen tentang pernikahan berdasarkan

Matius 5:32?

1.3 Tujuan Penulisan

Dengan melihat latar belakang penulisan dan rumusan masalah yang ada maka

yang menjadi tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui :

1. Untuk menegtahui apa yang di maksud dengan pernikahan pasangan yang

cerai Hidup di dalam Jemaat Gereja Bala Keselamatan Korps 1 Palu.

2. Untuk mengetahui padangan teologis terhadap pernikahan Kristen

berdasarkan Matius 5:32.


viii

1.4 Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian

Penulis membatasi tulisan mengenai pandangan teologis terhadap pernikahan

yang Cerai Hidup berdasarkan Matius 5:32. Penelitian ini dilaksanakan pada jemaat

Gereja Bala Keselamatan Korps 1 Palu, Divisi Palu Raya. Pembatasan penelitisn dan

ruang lingkup penelitian dilakukan agar peneliti memiliki focus dalam meneliti.

1.5 Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini penulis berharap akan bermanfaat bagi:

a. Masyarakat/Jemaat Korps 1 Palu Bermanfaat bagi masyarakat/jemaat Korps 1

Palu dalam mengembangkan pengetahuan atau pemahaman tentang firman

Tuhan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pernikahan "cerai hidup"

sehingga dapat menyadari betapa pentingnya pernikahan Kristen yang

sesungguhnya.

b. Gereja dan Hamba Tuhan

Dapat menambah bahan referensi bagi Gereja dan hamba Tuhan yang

melayani di Gereja Bala Keselamatan Korps 1 Palu tentang pernikahan "cerai

hidup" sehingga Gereja nampak berperan penting dalam penerapan nilai-nilai

ke Kristenan khususnya tentang pernikahan Kristen.

c. Akademis

Menambah daftar perpustakaan khususnya di Sekolah Tinggi Teologi Bala

Keselamatan Palu sehingga memberi sumbangsih ilmu pengetahuan tentang


ix

kebenaran firman Tuhan khususnya dalam hal-hal yang berhubungan dengan

pernikahan "cerai hidup".

d. Penulis

Sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk mendapatkan gelar Sarjana

Teologi di Sekolah Tinggi Teologi Bala Keselamatan Palu

e. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dan terarahnya skripsi ini, maka penulis memaparkan

sistematika penulisan sebagai berikut:

1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara ilmiah yang dipakai atau dilakukan untuk

memperoleh data, tujuan dan kegunaan tertentu. Data yang diperoleh dapat digunakan

untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah. Dalam penelitian ini

penulis menggunakan metode penelitian kuantitatif.

1.7 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dan terarahnya skripsi ini, maka penulis memaparkan

sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I menjelaskan pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penulisan, batasan dan ruang lingkup penelitian, metode penelitian,

dan sistematika penulisan.


x

BAB II menjelaskan landasan teori tentang pandangan teologis terhadap pernikahan

pasangan yang "cerai hidup" yang meliputi pengertian pernikahan, pengertian cerai,

bagaimana pandangan Alkitab berdasarkan Matius 5:32.

BAB III menjelaskan metodologi penelitian yang meliputi: rancangan penelitian,

lokasi dan waktu penelitian, populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel, teknik

pengumpulan data, instrumen penelitian serta teknik analisa data.

BAB IV menjelaskan tentang pandangan teologis terhadap pernikahan "cerai hidup"

yang ada di Korps 1 Palu Divisi Palu Raya yang meliputi.


xi

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Teologi

Kata "teologi" berasal dari kata Yunani theos, yang berarti Tuhan, dan logos,

yang berarti ucapan, pemikiran, pembicaraan. Jadi teologi adalah: berpikir atau

berbicara tentang Tuhan. Ketika kita mengatakan bahwa teologi adalah berpikir

tentang Tuhan, kita dapat mengatakan bahwa itu adalah sesuatu yang dapat kita

lakukan dalam kesendirian. Sebenarnya, memikirkan Tuhan, atau yang lainnya,

bukanlah kebiasaan yang bisa dilakukan dalam kesendirian. Berpikir tentang Tuhan

atau apa pun harus menjadi latihan bersama, petualangan bersama, jadi teologi adalah

berpikir tentang Tuhan dan semua hal mengenai Tuhan. Teologi adalah dialog, bukan

monolog, dan terjadi dalam persekutuan orang percaya." 2

Menurut Charles C. Ryrie, membahas teologi sekaligus berarti membicarakan

ruang lingkup, penekanan, dan batasannya. Kata "teologi" berasal dari kata theos,

yang berarti Tuhan, dan logos, yang berarti pernyataan rasional. Jadi, kata tersebut

berarti interpretasi rasional dari keyakinan agama.


3

2
Avis, Paul, Ambang Pintu Teologi, 4th edn (PT. BPK Gunung Mulia, 2001)
3
Charles C. Ryrie Teologi Dasar 1, II (Yogyakarta: Yayasan ANDI, 1992).
xii

Menurut Paul Enns, kata teologi berasal dari kata Yunani theos, yang berarti

Tuhan, dan logos, yang berarti "kata" atau "dialog". Jadi, teologi berarti "berbicara

tentang Tuhan". 4

Ketiga pendapat ini menjelaskan hal yang sama tentang teologi, sehingga dapat

disimpulkan bahwa teologi adalah perkataan, pikiran dan percakapan tentang Allah

yang rasional yang berhubungan dengan iman keagamaan

2.1.1 Pengertian Teologi

Henk Venema mengatakan bahwa teologi adalah ilmu yang mempelajari

tentang Tuhan, selama ia dapat diketahui dari perkataan dan perbuatannya. Teologi

yang berkaitan dengan dampak firman dan perbuatan Tuhan terhadap dunia konkret,

khususnya perkembangan kehidupan manusia. Teologi mempertimbangkan dan

mengevaluasi pandangan orang-orang seperti yang tampak sepanjang sejarah, sambil

menegaskan pandangan yang tampaknya benar dan menolak pandangan yang tidak

sesuai dengan Firman Tuhan. 5

Menurut Richard Muller yang dikutip oleh Yoseph Rasiman mengatakan

bahwa secara Etimologi "Teologi adalah ilmu pengetahuan mengenai hal-hal Ilahi

mengenai Allah, bukan menurut rasio manusia tetapi wahyu Ilahi, yang menunjukkan

bukan hanya Siapakah Allah di dalam diri-Nya tetapi juga apakah Dia berelasi

dengan kita. Bukan hanya mendiskusikan natur-Nya tetapi juga kehendak-Nya,

4
Paul Enns, The Moody HandBook Of Theology, I ( Malang: Literatur Saat, 2003).
5
Henk Venema, Berteologi Abad XXI (Perkantas, 2015).
xiii

pengajaran yang Allah harapkan dari kita dan apa yang seharusnya kita harapkan dari

Allah, apa yang seharusnya kita takuti”. 6

Menurut Niko Syukur Dister dalam bukunya Filsafat agama Kristen (1985)

yang dikutip oleh BS. Sidjabat mengatakan harus diakui bahwa teologi adalah tentang

pengetahuan supernatural yang metodis, sistematis, dan koheren yang diwahyukan

oleh Tuhan. Dapat dikatakan bahwa teologi adalah refleksi "ilmiah" tentang iman.

Jadi, esensi teologi adalah berhubungan dengan wahyu Tuhan. Tuhan (supranatural)

yang memanifestasikan dirinya dalam berbagai cara.

Dengan demikian, Wayne Grudem di dalam bukunya Bible Doctrine yang

menulis tentang hubungan teologi dan kerohanian yang dikutip oleh Yoseph Rasiman

mengatakan bahwa mempelajari teologi dapat membantu kita mengatasi kepercayaan

yang salah. Karena hati kita yang penuh dosa dan karena kita tidak sempurna dalam

pengetahuan alkitabiah kita yang menolak beberapa ajaran alkitabiah dari waktu ke

waktu. Kemudian mempelajari teologi membantu kita bertumbuh sebagai orang

Kristen. Semakin kita mengenal Tuhan, Firman-Nya, dan hubungannya dengan dunia

dan manusia, semakin kita mempercayai Dia, semakin kita memuji Dia, dan semakin

6
Charles C. Ryrie Teologi Dasar 1, II (Yogyakarta: Yayasan ANDI, 1992).

Barclay M. Newman JR, Kamus Ynani-Indonesia Perjanjian Baru, ed. by Staf Redaksi BPK Gunung

MUlia, ketigabela (Jakarta: BPK Gunung Mulia,

2012)
xiv

kita menaati Dia. Mempelajari teologi akan membuat kita menjadi orang Kristen

yang lebih dewasa. Jika tidak demikian, maka kita tidak belajar seperti yang Allah

kehendaki. Calvin di dalam buku Institute of Christian Religion mengatakan bahwa

Pengetahuan tentang Tuhan berhubungan dengan pengetahuan tentang diri sendiri.

Mengenal Tuhan yang baik membuat kita sadar akan diri kita yang buruk dan

menuntun pada kerendahan hati. 7

2.1.2 Jenis-jenis Teologi

Konsep umum teologi yaitu (1) teologi dapat dipahami. Teologi mudah

dipahami oleh pikiran manusia dengan cara yang sederhana. (2) Teologi harus bisa

dijelaskan. Hal ini melibatkan eksegesis dan sistematisasi. (3) Iman Kristen

bersumber pada Alkitab. Jadi, teologi Kristen adalah ilmu pengetahuan yang

berdasarkan Alkitab."

Berdasarkan fokusnya teologi dapat didaftarkan dalam beberapa jenis:

a. Teologi Historis

Teologi sejarah (historis) adalah teologi yang mempelajari tentang Allah dan

tindakan-Nya dari perspektif masa lalu, oleh siapa, kapan, dan mengapa. Kebenaran

saat ini digambarkan sebagai interpretasi dari apa yang dikatakan dan ditulis di masa

lalu. Terkadang kebenaran datang dalam bentuk komentar atau kritik yang dibuat

oleh penulis atau aliran pemikiran baru, 10

b. Teologi Alkitab
7
BS Sidjabata, Strategi Pendidikan Kristen (PBMR ANDI, 2021).
xv

Teologi Alkitab adalah teologi yang mempelajari tentang Allah berdasarkan

Alkitab (eksegetis). Teologi Alkitab lebih fokus menguraikan pernyataan diri Allah

dalam Alkitab.

Ciri-diri teologi Alkitab

a) Hasil studinya disajikan dalam bentuk yang sistematis.

b) Berfokus pada penyataan diri Allah, siapa penulis Alkitab, apa yang mendorong

mereka untuk menulis dan keadaan penerima tulisan.

c) Menjelaskan penyataan Allah dengan menggunakan orang dari latarbelakang yang

berbeda.

d) Sumber teologi Alkitab adalah Alkitab itu sendiri."

c. Teologi Sistematika

Teologi sistematika meliputi latar belakang sejarah, pembelaan, dan karya eksegetis.

Fokusnya pada struktur total tentang doktrin Allah.12

2.1.3 Tujuan Teologi

Teologi adalah penemuan, penyusunan, dan penyampaian kebenaran- kebenaran

tentang Allah dan relasinya dengan alam semesta, sehingga tujuan teologi dapat

dijabarkan demikian:8

8
Royke Lepa, ‘Diktat Prolegomena Bibliologi, Dan Teo. Proper’ (STT Bala Keselamatan
Palu, 2017)
xvi

a. Untuk memahami fakta-fakta tentang Allah dan relasinya dengan alam semesta

bukan sekedar menciptakan suatu pengetahuan tentang Allah dan hubungannya

dengan ciptaan lain melainkan mengungkapkan keseluruhan aspek yang berhubungan

dengan kemahakuasaan Allah terhadap alam semesta ini, sehingga tujuan teologi

untuk memahami fakta-fakta tentang Allah dan alam semesta ini.

2.2 Pernikahan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 'pernikahan' berarti ikatan

perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama;

sakramen yang menganugerahkan rahmat kepada pasangan pengantin untuk

mencapai kekudusan dalam kehidupan perkawinan mereka; membentuk keluarga

dengan lawan jenis. 14

Pernikahan adalah persekutuan antara dua makhluk insani yang saling mengasihi

bukan hanya menyangkut jasmani tetapi semua hal. Laki-laki dan perempuan yang

saling membutuhkan, rela saling mengabdikan diri, saling mengisi dan berusaha

untuk saling menyukseskan kehidupan pernikahan sehingga yang satu tak dapat

bekerja tanpa yang lain. 15

Menurut UU tentang Perkawinan Republik Indonesia BAB I, Pasal 1, tahun 1974,

mengatakan bahwa Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan

seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah

tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 16
xvii

Dengan demikian pernikahan adalah dipersatukannya dua kehidupan untuk hidup

bersama dalam suatu hubungan intim dalam jangka panjang atau seumur hidup atau

hubungan antara satu laki-laki dan satu perempuan yang mengadakan kesepakatan

untuk hidup bersama secara sah dan hidup sebagai suami istri sesuai dengan

peraturan perundang-undangan baik agama maupun pemerintah.

2.2.1 Pengertian Pernikahan

Pernikahan yang mula-mula adalah pernikahan yang diprakarsai oleh Allah

sendiri. Allah menciptakan Adam dan melihat bahwa tidak baik manusia itu seorang

diri saja sehingga Tuhan menjadikan seorang penolong yang sepadan baginya. Tuhan

membuat Adam tertidur dan menciptakan seorang wanita dari tulang rusuknya yang

diberi nama Hawa (Kejadian 2:18-25) lalu Allah memberkati mereka (Kejadian

1:28).17

Pernikahan Kristen adalah pernikahan yang sakral karena mengandung janji bukan

hanya janji di antara manusia tetapi juga janji di hadapan Tuhan dan manusia harus

mempertanggungjawabkan janji itu di hadapan Tuhan. Janji nikah adalah sebuah janji

yang tanpa syarat dan bersifat selamanya. Suami istri saling mengasihi dan setia baik

dalam keadaan senang atau susah, sehat atau sakit, kaya atau miskin, kelimpahan atau

kekurangan sampai maut memisahkan1

Pernikahan Kristen menurut pendapat beberapa tokoh:


xviii

Julius A. Fritze, pendeta dan konselor pernikahan dalam bukunya 'The Essence of

Marriage', "Pernikahan adalah perpaduan emosi dua pribadi..." Wayne Oates,

professor di Southern Baptist Theological Seminary, "Pernikahan adalah perjanjian

dari cinta yang bertanggung jawab, suatu persekutuan yang membawa pertobatan dan

pengampunan." David Augsburger, pendeta dan penulis, "Pernikahan bukanlah hal

utama

atau hakiki untuk mengikat suatu perjanjian baik secara hukum maupun sosial...

Pernikahan sebagai perjanjian yang dibuat di hadapan Allah dan jemaat...perjanjian

tak bersyarat...lebih hikmat, lebih mengikat dan mantap..."

Dwight Small, konselor dan penulis, "Pernikahan adalah suatu kehidupan baru yang

hadir di dalam dua orang."

Dr. David Hubbard, rektor Fuller Theological Seminary, "Pernikahan tidak menuntut

kesempurnaan, tetapi prioritas... Pernikahan terdapat kemuliaan etika dipandang

sebagai cara Allah membawa kita melalui kurikulumNya yang utama yakni kasih dan

kebenaran." 19

Today's Biblical Encyclopedia mendefinisikan pernikahan sebagai tahap

kehidupan di mana seorang pria dan seorang wanita dapat hidup bersama dan

menikmati seks yang 20 sah.2


xix

Lembaga terkecil dalam masyarakat adalah keluarga. Kesejahteraan masyarakat,

kemajuan organisasi agama dan kemakmuran bangsa berawal dari pengaruh dalam

keluarga. Oleh sebab itu seorang laki-laki dan perempuan yang akan menikah harus

mempunyai perencanaan dan kesepakatan untuk masa depan pernikahan mereka.

Banyak pernikahan yang gagal di tengah jalan karena tidak mempunyai perencanaan

yang matang. 21

Dalam pernikahan bukan hanya cinta antara pria dan wanita yang dibutuhkan t…

Keterbukaan berarti antara suami/istri harus ada keterbukaan satu dengan lainnya,

masing-masing mengetahui keadaan pasangannya. Tidak boleh menyembunyikan

sesuatu di hadapan pasangannya. Segala kekurangan dan kelebihan harus

diberitahukan kepada pasangan sebab sebagaimana pasangan menerima dirinya

dengan segala kekurangan dan kelebihannya demikian juga dia akan menerima

pasangannya. 25

d. Komitmen: Dalam setiap pernikahan selalu ada komitmen (janji) pernikahan.

Komitmen ini sakral karena bukan hanya diucapkan di hadapan manusia tetapi

terlebih lagi di hadapan Tuhan sehingga bersifat kekal.

"Elizabeth Achtemeier dalam buku The Committed Marriage menyatakan pernikahan

kristiani seharusnya mempunyai komitmen dalam enam hal ini: komitmen secara

total, komitmen untuk menerima, komitmen secara eksklusif, komitmen terus

menerus, komitmen yang bertumbuh dan komitmen yang berpengharapan."26


xx

e. Kasih; Prinsip utama dalam pernikahan Kristen adalah harus ada kasih.. Sebuah

pernikahan dapat bertahan atau tidak bergantung pada ada tidaknya 'kasih' dalam

pernikahan tersebut. Kasih memegang peranan penting dalam setiap hubungan lebih

khusus dalam pernikahan. Kita mengenal ada empat macam kasih yaitu kasih Eros,

Filia, Storge dan Agape. Dalam hubungannya dengan pernikahan kasih yang

dimaksudkan adalah kasih Agape. Kasih Agape adalah kasih Allah/Ilahi yang

datangnya dari Allah (Kristus). Karena ia berasal dari Allah (Kristus) maka hanya

orang-orang yang ber-Tuhankan Kristus saja yang bisa memiliki kasih (Agape)

seperti ini dengan kata lain orang-orang yang tidak memiliki Kristus tidak mungkin

bisa memiliki kasih (Agape) ini. Rasul Paulus menjelaskan secara terperinci

mengenai kasih (Agape) dalam 1 Kor. 13:1-7 bahwa "Sekalipun aku dapat berkata-

kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak

mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang

gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku

mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku

memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak

mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna" (1 Kor.13:1-2). Dengan kata lain

tanpa kasih (Agape) apa pun usaha manusia tidak berguna. Betapa pentingnya kasih

(Agape) ini sehingga menjadi tolok ukur dalam setiap lini kehidupan manusia tidak

terkecuali dalam kehidupan pernikahan Kristen. 27


xxi

2.2.2 Pandangan Teologis Terhadap Pernikahan Pernikahan Pasangan Yang

Cerai Hidup Di Jemaat Korps Lawua Berdasarkan Matius 5:32

Berdasarkan pandangan teologis terhadap pernikahan Alkitab memberikan petunjuk

dan konsep serta prinsip yang sangat lengkap tentang pernikahan, maka pandangan

teologis terhadap pernikahan pasangan yang cerai hidup secara prinsip dapat

dinyatakan bahwa pernikahan pasangan yang cerai hidup sangat teologis karena

pernikahan ini juga memiliki prinsip mempersatukan seorang laki-laki dan

perempuan untuk hidup bersama dalam norma-norma pernikahan. Namun jika

dibandingkan dengan Matius 5:32 yang menyatakan bahwa laki-laki yang menikah

dengan perempuan yang diceraikan atau sebaliknya, dia berbuat zinah (dosa)

sehingga tidak ada unsur teologisnya.

Berdasarkan pandangan-pandangan serta penjelasan di atas, maka penulis menarik

suatu kesimpulan bahwa pernikahan pasangan yang cerai hidup tidaklah cukup untuk

mengesahkan seorang laki-laki dan seorang perempuan Kristen untuk menjadi suami

istri jika ditinjau dari Matius 5:32. Jadi, ikatan pernikahan Kristen berdasarkan

Alkitab mutlak diperlukan untuk mengesahkan sebuah pernikahan


xxii

2.2.3 Kajian Matius 5:32

2.2.4 Latar Belakang

Injil Matius adalah kitab yang ditulis untuk dan bagi orang Kristen Yahudi

dan penulisnya sendiri adalah orang Yahudi. Injil Matius menunjukkan bahwa

pengajaran-pengajaran Yesus di dasarkan pada Hukum dan ajaran Perjanjian Lama.

Di gunung Sinai Allah memberi hukum kepada Musa tentang tata cara yang mengatur

kehidupan bangsa IsraelYesus dalam khotbah-Nya naik di atas bukit dan

mengajarkan aturan-aturan hidup yang sesuai dengan kehendak Allah. Ayat yang

berbicara tentang karya dan ajaran Yesus dalam Injil Matius dikelompokkan menjadi

lima bagian sebagaimana lima kitab Musa dalam Perjanjian Lama. Kitab Matius juga

menunjukkan bahwa sebagian besar perbuatan dan perkataan Yesus telah di

nubuatkan dalam Perjanjian Lama ratusan tahun sebelumnya oleh para nabi Israel.

Kitab Matius mencatat bahwa Yesus membawa harapan baru bagi segala bangsa

bukan saja kepada bangsa yang hidup di bawah hukum Taurat. 49

Injil Matius berbicara mengenai hidup dan ajaran-ajaran Yesus, apa artinya

menjadi umat Allah dan nasihat-nasihat tentang bagaimana hidup yang sesuai dengan

kehendak Allah. 50

Matius menulis kepada pembacanya yang adalah orang-orang Kristen Yahudi

yang membutuhkan penjelasan mengenai kemesiasan Yesus untuk menguatkan iman


xxiii

mereka dan juga membantah lawan-lawan mereka.51

Matius 5-7 merupakan khotbah dan pengajaran yang di sampaikan Yesus di

atas bukit yang berisi pernyataan dari prinsip-prinsip kebenaran Allah di mana semua

orang percaya harus hidup dalam kebenaran yang di ajarkan oleh Yesus. Pengajaran-

pengajaran yang disampaikan oleh Yesus selalu berdasarkan peristiwa- peristiwa

yang terjadi di sekitar-Nya. Demikian juga dengan Matius 5:32 yang merupakan

bagian dari khotbah Yesus di bukit, Yesus berbicara mengenai pernikahan dan

perzinaan, hal ini di latar belakangi oleh terjadinya kemerosotan moral dan keadaan

di mana kehidupan keluarga mulai menuju kepada kehancuran. Pada jaman Yesus

perceraian semakin gampang sehingga tidak memberikan kenyamanan bagi para

perempuan untuk menikah. Hal ini disebabkan oleh adanya dua latar belakang

kekristenan, yang pertama adalah dunia ke-Yahudia-an, dan yang kedua adalah dunia

Romawi dan Yunani yang membawa pengaruh yang buruk terhadap kehidupan

pernikahan. Pada waktu itu bangsa Yahudi berada di bawah kekuasaan Herodes

(Romawi) (Matius 2:1) kemudian datanglah orang-orang Yunani ke dalam

masyarakat Romawi. Secara militer maupun politik Romawi mengalahkan Yunani,

tetapi secara moral dan sosial orang Yunanilah yang mengalahkan Romawi sebab

moralitas Yunani telah masuk dan mempengaruhi Romawi, Sejarah telah

membuktikan bahwa pada awal mula hadirnya kekristenan di dunia ini ikatan dan

hubungan pernikahan sedang terancam oleh kehancuran yang sangat hebat yaitu
xxiv

bahaya hancur totalnya hubungan perkawinan dan kehidupan berumah tangga yang

disebabkan oleh pengaruh-pengaruh dari dunia Romawi dan Yunani.

Ada dua hal yang merusak pernikahan dalam dunia Yunani, yang pertama

adalah hubungan laki-laki dan perempuan di luar nikah sama sekali tidak dianggap

tercela; setiap laki-laki menuntut istrinya memiliki kesucian moral yang sempurna

sedangkan baginya menuntut kebebasan amoral yang sebesar-besarnya. Kedua,

perceraian tidak memerlukan proses hukum sama sekali.

Sedangkan bagi masyarakat Romawi pada mulanya kehidupan masyarakat dibangun

berdasarkan kehidupan keluarga di rumah tangga. Dasar dari kesejahteraan

masyarakat Romawi adalah 'patria protestas' atau kuasa bapak. Bagi orang Romawi

rumah adalah segala-galanya. Setelah masuknya orang Yunani maka moralitas

Yunani pun mendominasi dalam masyarakat Romawi sehingga terjadilah

kemerosotan moral itu di mana perceraian itu sama seringnya dengan pernikahan.

Seorang perempuan mempunyai sepuluh suami.

Yesus mengajarkan tentang tuntutan kemurnian, kesetiaan dan kesucian

pernikahan dalam kekristenan, dan hal ini pasti menimbulkan pergolakan dalam dunia

Romawi dan dunia Yunani


xxv

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan atau desain penelitian dalam arti sempit dimaknai sebagai suatu

proses pengumpulan dan analisis data penelitian. Dalam arti luas rancangan penelitian

meliputi proses perencanaan dan pelaksanaan penelitianPada dasarnya rancangan

penelitian merupakan "blue print" yang menjelaskan setiap prosedur penelitian mulai

dari tujuan penelitian sampai dengan analisis data. Rancangan penelitian dibuat

dengan tujuan agar pelaksanaan penelitian dapat dijalankan dengan baik, benar dan

lancar.85

3.1.1 Desain atau Model Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian kuantitatif. Data

yang ada penulis kumpulkan dan ditindak lanjuti dengan alat ukur data supaya dapat

merumuskan masalah. Data sekunder diperoleh dari wawancara dan pengisian

kuesioner dan disajikan sebagai informasi pelengkap dalam tabel. Hasil penelitian

diambil dari pemeriksaan data yang sebelumnya dijadikan alat penelitian.

Pengelolahan data dilakukan dengan metode analisis Frekuensi, korelasi dan regresi

yang menggunakan program komputer SPSS (Statestical Package For The Social

Science).
xxvi

Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama

untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif.

Menurut Sukmadinata N.S,86 penelitian deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan

atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat

alamiah atau rekayasa manusia.

Penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala

pada saat penelitian dilakukan. Jenis-jenis penelitiannya, yaitu studi kasus, survai,

studi perkembangan, studi tindak lanjut (follow-up), analisis dokumenter, analisis

kecenderungan dan studi korelasi.87

Penulis mendeskripsikan mengenai Gereja Bala Keselamatan Korps 1 Palu dalam

pelayanan gereja melalui peranan gereja dalam memberikan "Pandangan Teologis

Terhadap Pernikahan Pasangan Cerai Hidup berdasarkan Matius 5:32 Di Korps 1

Palu Divisi Palu Raya." Sehubungan dengan itu penulis menggunakan kepustakaan

yakni mempelajari buku-buku yang ada kaitannya dengan tulisan ini serta penelitian

lapangan untuk mendapatkan informasi langsung dari jemaat melalui kuisioner atau

angket.

3.2 Model Penelitian

Para ahli penelitian telah mengelompokkan penelitian dalam berbagai jenis (ragam)

penelitian sesuai dengan kriteria yang ditetapkan menurut kepentingannya.


xxvii

Di antaranya bila dipandang dari tujuan/maksud penelitian dikenal adanya penelitian

eksploratif, penelitian pengembangan, atau penelitian verifikasi." Melihat penelitian

yang ada, jenis penelitian yang akan dipergunakan adalah kuantitatif dengan metode

eksploratif. Penelitian eksploratif merupakan penelitian yang bertujuan untuk

menemukan sebab-sebab terjadinya sesuatu hal dan suatu cara dari sekian cara yang

pernah dilakukan dalam mencari kebenaran.89

3.2.1. Sejarah Gereja Bala Keselamatan Korps 1 Palu

Bala keselamatan merupakan suatu organisasi yang bertujuan untuk

menyediakan pelayanan kemanusian dan bantuan bagi kaum miskin sebagai n dasar

misi penginjilan dan kesaksian. Dalam pernyataan misi organisasinya, Bala

keselamatan menyebut dirinya sebagai sebuah gerakan internasional dan bagian

gereja Kristen yang injili, yang ajaran-ajarannya didasarkan pada Alkitab.

Bala Kesalamatan menggunakan Alkitab sebagai bahan pengajar dalam

kehidupan sehari-hari. Bala Keselamatan merupakan sebuah gereja yang memiliki

motto pelayanan yaitu “Heart To God and Hand To Man” (Hati Kepada Allah dan

Tangan kepada Manusia). Bala Keselamatan masuk di Indonesia pada Tahun 1894,

dan pada waktu itu Indonesia dikenal sebagai Negara Hindia Belanda.

Bukan hanya itu, akan tetapi Bala Keselamatan berkembang di beberapa daerah di

Indonesia. Salah satunya adalah di wilayah Sulawesi Tengah pada Tahun 1913. Salah

satu tonggak sejarah perkembangan gereja Bala Keselamatan Korps 1 Palu.


xxviii

Pelayanan Bala Keselamatan Korps 1 Palu dibuka didaratan kota palu oleh Kapten

dan nyonya Yansen pada tanggal 30 Agustus 1926, dan merupakan gereja pertama

yang ada di kota palu saat itu.

Melalui pelayanan para Hambah Tuhan atau Opsir Bala Keselamatan, warga Bala

Keselamatan yang berdomisili di kota palu dari waktu ke waktu terus bertambah

banyak. Perihal yang membuat bertambahnya anggota gereja yaitu melalui jumlah

kelahiran dan simpatisan yang dating ke kota palu untuk melanjutkan pendidikan

maupun untuk bekerja sehingga kapasitas Gereja Bala Keselamatan Koprs 1 Palu

tidak dapat menampung jemaat yang ada.

Oleh sebab itu, dibuka Pos luar dari Gereja Bala Keselamatan Korps 1 Palu yang

letak nya berada di jalan kancil dan Pos luar tersebut dinamakan Pos luar Tatura. Pos

luar Tatura merupakan bagian yang tidak dapat terpisahakan dari Gereja Bala

Keselamatan Korps 1 Palu.

Gereja Bala Keselamatan Korps 1 Palu merupakan gereja Bala Keselamatan

yang pertama didirikan di kota palu. Bahkan sampai sekarang (2021) gereja Bala

Keselamatan Korps 1 Palu, telah melahirkan 3 korps yakni Gereja Bala Keselamatan

Korps 2, Korps Woodward dan Korps Towua. Korps 1 Palu juga memiliki dua cikal

bakal gereja (bayi) yang nantinya akan berubah menjadi Korps, yang biasanya
xxix

disebut dengan Pos Luar. Pos luar tersebut adalah Pos luar Kalukubula, Pos luar

Wuasa – Napu , dan Pos luar Tangkura Poso.

Gereja Bala Keselamatan Korps 1 Palu, terdapat 6 kelompok di mana kelompok-

kelompok ini selalu mengadakan ibadah tiap minggunya. Yakni, kelompak Sejahtera,

kelompak Sukacita, kelompok Pengharapan, kelompok Gloria, kelompok Hosana,

kelompok Sion. Jikalau di lihat dari segi jumlah, jemaat gereja Bala Keselamatan

Korps 1 Palu memiliki jumlah jemaat kurang lebih 767 anggota. Akan tetapi jika

dilihat dari kondisi real dalam ibadah, seperti dalam ibadah kesucian 1 jemaat yang

hadir kurang lebih 300-400 orang, ibadah Tebusan jemaat yang hadir kurang lebih

300 orang. Dari sini kita bisa lihat adanya ketidakseimbangan jumlah dalam

kehadiran jemaat gereja Bala Keselamatan Korps 1 Palu dalam mengikuti ibadah

yang dilaksanakan.

Letak Geografis

Gereja Bala Keselamatan Korps 1 Palu letaknya berada di pusat kota. Gereja

Bala keselamatan Korps 1 Palu memiliki tempat yang berada didaerah keramaian

kota, karena berada di pusat perbelanjaan. Dengan keadaan seperti ini, maka Gereja

Bala Keselamatan Korps 1 Palu, merupakan gereja yang mudah dijangkau.

3.2.2 Sumber Data

Setelah data-data diperoleh berdasarkan teknik pengumpulan data atau angket,

maka data-data tersebut dipaparkan secara analisis dan membandingkannya dengan


xxx

Pandangan Teologis Terhadap Pernikahan pasangan Cerai Hidup berdasarkan Matius

5:32 di Korps 1 Palu Divisi Palu Raya

Analisis data merupakan tahap yang penting, yaitu dapat menjelaskan secara

detail tentang data-data yang telah dikumpulkan untuk menemukan hasil pengamatan

yang teruji. Dengan memakai metode penelitian kuantitatif maka data yang ada

penulis kumpulkan dan ditindak lanjuti dengan alat ukur data supaya dapat

merumuskan masalah. Data sekunder diperoleh dari wawancara dan pengisihan

kuisioner dan disajikan sebagai informasi pelengkap dalam tabel. Hasil penelitian

diambil dari pemeriksaan data yang sebelumnya dijadikan alat penelitian.

Pengelolahan data dilakukan dengan metode analisis frekuensi, korelasi dan regresi

yang menggunakan program komputer SPSS (Statestical Package For The Social

Science).

Analisis frekuensi mengelompokkan data sesuai dengan kategori data untuk

pengambilan kesimpulan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan tabel yang

diperoleh dari frekuensi responden yang mengisi angket, kemudian penulis

melakukan uraian dan penafsiran berdasarkan tabel-tabel tersebut. Tabel

memudahkan penulis dalam proses penelitian untuk menyajikan hasil penelitian.

Data ini disajikan dari hasil penelitian yang telah di analisa berdasarkan

presentase tingkat gradual, yang dimaksud dengan presentase gradual adalah


xxxi

frekuensi jawaban responden dibagi jumlah responden secara keseluruhan, dikali

seratus persen. Untuk perhitungan ini menggunakan rumus:

P = ------- x100

Keterangan:

P: Presentase yang di capai

F : Frekuensi Masing-masing Variabel

N: Jumlah Keseluruhan Responden/Sampel

100% : Angka Presentase


xxxii

DAFTAR PUSTAKA

PERNIKAHAN MENURUT ALKITAB | Chandra Sigalingging -

Academia.Edu'

<https://www.academia.edu/35474061/PERNIKAHAN_MENURUT_ALKI

TAB> [accessed 10 April 2022]

Adina Chapman, Pengantar Perjanjian Baru (Bandung: Penerbit Kalam Hidup,

1980)

Avis, Paul, Ambang Pintu Teologi, 4th edn (PT. BPK Gunung Mulia, 2001)

B.F.Drewes, Wilfrit Haubeck, Heinrich von Siebenthal, Kunci Bahasa Yunani

Perjanjian BAru, ed. by Chrisostomus Sihotang, ketiga (Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 2013)

Bala Keselamatan, Pengakuan Iman, ed. by Kantor Pusat Bala Keselamatan

Bandung, 2001st edn (Bandung: KPT Bala Keselamatan, Jalan Jawa no. 20

Bandung,40117, 2001)

Charles C. Ryrie Teologi Dasar 1, II (Yogyakarta: Yayasan ANDI, 1992).

Barclay M. Newman JR, Kamus Ynani-Indonesia Perjanjian Baru, ed. by Staf

Redaksi BPK Gunung MUlia, ketigabela (Jakarta: BPK Gunung Mulia,

2012)

Charles F. Pfeiffer, Everett F. Harrison, ed., The Wycliffe Bible Commentary,

pertama (Malang: Yayasan penerbit Gandum Mas, 2001)


xxxiii

Charles G. Ward, Buku Pegangan Pelayanan, . by Charles G. Ward, Kelima

(Jakarta: Persekutuan Pembaca Alkitab, 1996)

Djaja SMeliala, 'Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang

Perkawinan, Nuansa Aulia, 2008, 1

https://repository.unpar.ac.id/bitstream/handle/123456789/3838/Djaja_1422 29-

p.pdf?sequence=3&isAllowed=y> [accessed 5 May 2022]

Dorothy M. Weymann, Thus Saith God's Word, kedelapan (Jakarta: Yayasan

Pekabaran Injil Immanuel', 2002)

‘Eksposisi Injil Matius<<https://www.golgothaministry.org/matius/matius-5_31-

32.htm> [accessed 16 April 2022] Enns, Paul, The Moody HandBook Of Theology, I

(Malang: Literatur Saat, 2003) Haary A. Hollett, Clarence E. Macartney, Dua Belas

Murid Tuhan Ditambah

Paulus (Malang: Penerbit Gandum Mas, 1980)

Iksantoro, 'Perspektif Alkitab Tentang Perceraian Dan Perkawinan Kembali |

Matematika: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristen'

<https://sttbethelsamarinda.ac.id/e-

journal/index.php/mathetes/article/view/9> [accessed 13 April 2022]

'Injil Yohanes: Aplikasi Kehidupan Untuk Remaja Dan Dewasa - Tomi Yulianto -

Google Books'

<https://books.google.com/books?id=_M2KDwAAQBAJ&pg=PA17&dq=pe

rceraian&hl=ban&sa=X&ved=2ahUKEwjp8MLu2Y73AhWCKZQIHVDSD
xxxiv

GwQuwV6BAgKEAc#v=onepage&q=perceraian&f=false> [accessed 12 April

2022]

J.T.Lobby Loekmono, Konseling Pernikahan, ed. by J.T. Lobby Loekmono,

Pertama (Salatiga: Pusat Bimbingan Universitas Kristen Satya Wacana, 1989)

*Jangan Bercerai (Matius 5:31-32) REC - Reformed Exodus Community'

Anda mungkin juga menyukai