Anda di halaman 1dari 14

Kata Pengantar

Puji syukur kepada Tuhan Yesus, oleh karena berkat dan karunia-Nya penulis dapat
mengerjakan tugas berupa makalah ini mengenai “Berteologi di Era Pandemi” dengan baik.
Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas yang di berikan oleh dosen di kampus.
Dalam makalah ini penulis akan menguraikan tentang perubahan pelaksanaan ibadah
Kristen dimasa pandemi Covid-19. Didalam penyusunan makalah ini penulis menyadari akan
keterbatasan penulis, masih terdapat banyak kekurangan yang mungkin ditemui oleh
pembaca. Entah dari segi kelengkapan materi, penggunaan tata bahasa yang baku, atau dari
segi penulisan.
Oleh karena itu, penulis berharap kritikan dan masukan yang membangun dari
pembaca sekalian, agar suatu saat makalah ini boleh disusun dengan lebih baik lagi. Harapan
penulis bahwa dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan para pembaca sekalian
tentang perubahan yang terjadi dalam pelaksanaan ibadah Kristen dimasa pandemi Covid-19
yang terjadi saat ini.

1
Daftar Isi

Kata Pengantar...........................................................................................................................1

Daftar Isi.....................................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................3

1.1. Latar Belakang.............................................................................................................3

1.2. Ruang Lingkup............................................................................................................3

1.3. Tujuan Penulisan.........................................................................................................4

BAB II ISI..................................................................................................................................5

2.1. Pengertian Ibadah........................................................................................................5

2.1.1. Ibadah Dalam Perjanjian Lama............................................................................6

2.1.2. Ibadah dalam Perjanjian Baru..............................................................................7

2.2. Perubahan Cara Beribadah..........................................................................................7

2.2.1. Pengertian ibadah Offline.....................................................................................7

2.2.2. Pengertian Ibadah Online.....................................................................................8

2.3. Ibadah Online Dalam Perspektif Alkitab....................................................................8

2.3.1. Pengaruh Atau Dampaknya Ibadah Online..........................................................9

2.3.1.1. Keunggulan Ibadah Online...........................................................................9

2.3.1.2. Kelemahan Ibadah Online..........................................................................10

2.3.2. Relevansi Ibadah Online Masa dan Pasca Pandemi Covid-19...........................12

BAB III PENUTUP..................................................................................................................13

3.1. Kesimpulan....................................................................................................................13

3.2. Saran..............................................................................................................................13

Bibliography.............................................................................................................................14

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyebaran virus corona yang kian meningkat dan nyaris tak terbendung telah
membuat negara-negara kelabakan dalam menghadapinya. Di Indonesia, angka
masyarakat yang terpapar setiap harinya meningkat dan diikuti oleh angka kematian
yang terus meningkat. Wabah Covid-19 tak hanya mengancam institusi-institusi,
tetapi juga membuat agama terlihat rapuh. Rumah-rumah ibadah di mana-mana kini
menjadi sepi. Tak ada lagi perayaan dan kegiatan keagamaan yang bersifat massal.
Dengan Covid-19, mata kita melihat bahwa agama tidak kebal, hanya Tuhan yang
senantiasa kebal dan kekal.
Pengaruhnya pandemi Covid-19 mengakibatkan terlaksananya ibadah online.
Dengan adanya ibadah online akibat Covid-19 ini membuat gereja terpaksa mengubah
pola peribadatan yang seperti biasanya di gereja. Pada masa pandemi ini banyak
gereja-gereja yang mengadakan ibadah melalui media online baik itu melalui
Facebook, Youtube, Zoom dan lain sebagainya yang dapat diikuti oleh banyak orang.
Hal ini tidak mengurangi iman percaya untuk tetap mencari Tuhan. Dari sinilah
kualitas iman kepercayaan diuji.
Teologi tidak boleh turut kaku di tengah bencana. Sebaliknya, kondisi krisis
saat ini harus menjadi peluang bagi teologi untuk terus mengkontekstualisasikan
dirinya. Teologi harus sanggup membawa umat beriman untuk senantiasa mengakhiri
pengurungan Tuhan dalam tempat-tempat yang dianggap suci seperti gereja. Dengan
terus menerus mewujudkan dirinya secara kontekstual, teologi akan sanggup
menolong gereja agar hadir semakin relevan, serta semakin mampu mengemban misi.

1.2. Ruang Lingkup


1.2.1. Pengertian Ibadah
1.2.2. Perubahan Cara Beribadah
1.2.3. Ibadah Online Dalam Perspektif Alkitab

3
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui permasalahan dan perubahan yang terjadi pada ibadah
Kristn yang terjadi pada masa pandemi Covid-9 ini.
1.3.2. Tujuan Khusus
Untuk menyelesaikan tugas akhir mata kuliah Teologi Sistematika
yang diberikan oleh dosen pengampu.

4
BAB II
ISI
2.1. Pengertian Ibadah
Kosa kata ibadah atau ibadat dalam Alkitab sangat luas, tetapi konsep asasinya
baik itu dari dalam Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru adalah “pelayanan”. Kata
Ibrani ibadah berasal ‫(אבד‬avoda) dan Yunani latreia yang pada mulanya menyatakan
pekerjaan budak atau upahan. Sedangkan kata Ibrani hisytakhawa atau kata Yunani
proskuneo dalam rangka mempersembahkan ibadah kepada Allah, para hamba-Nya
harus meniarap, hal ini menyatakan bahwa ibadah harus diungkapkan dengan rasa takut
penuh hormat, kekaguman dan ketakjuban penuh puja.1
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata ibadah berarti perbuatan untuk
nmenyatakan bakti kepada Allah, yang didsari ketaatan mengerjakan perintahnya, dan
menjauhi larangannya. Ibadah adalah penyembahan dan pelayanan kepada Allah. Allah
menghendaki kita menyembah Dia karena kesempurnaan-Nya membuat diri-Nya
satusatunya yang pantas disembah. Kalau kita dapat beribadah kepada Allah dan
menyembah Dia, hal ini merupakan kasih karunia-Nya kepada kita. Ibadah yang
Alkitabiah adalah ibadah yang berfokus pada Allah, berpusat pada Allah, dan
mengagungkan Allah.
Menurut Profesor Paul W. Hoon. Ibadah Kristen terikat secara langsung pada
peristiwa-peristiwa sejarah penyelamatan. Setiap peristiwa dalam ibadah ini terikat
secara langsung pada waktu dan sejarah sambil menjembatani mereka dan membawa
mereka kedalam kehidupan kita masa kini. Hoon mempertahankan bahwa “Ibadah
Kristen penyataan diri Allah sendiri dalam Yesus Kristus dan tanggapan manusia
terhadap-Nya,” atau suatu tindakan ganda: yaitu “tindakan Allah kepada jiwa manusia
dalam Yesus Kristus dan dalam tindakan tanggapan manusia melalui Yesus Kristus”.
Kata-kata kunci dalam pemahaman Hoon tentang Ibadah Kristen tampaknya adalah
“penyataan” dan “tanggapan”. 2

1
Sunarto, “IBADAH ONLINE DALAM PERSPEKTIF ALKITAB DAN RELEVANSINYA PADA MASA SERTA PASCA
PANDEMI COVID-19” TE DEUM: Jurnal Teologi dan Pengembangan Pelayanan (Ciranjang, Juni 2021) Volume
10, Nomor 2: 181-203 ISSN 2252-3871 (ojs.sttsappi.ac.id) diunduh pada 11 Oktober 2021 pukul 20:44
2
James F. White. Pengantar Ibadah Kristen. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017), hal 6-7

5
Peter Brunner, seorang teolog Lutheran dalam banyak hal sejajar dengan
pemikiran Hoon tetapi ia mengekspresikan dirinya sendiri dalam pengertian-pengertian
yang sangat berbeda dalam bukunya yang penting Worship in the Name of Jesus.
Brunner memiliki keuntungan menonjol dalam menggunakan kata Bahasa Jerman untuk
Ibadah, Gottesdienst, satu kata yang mencakup baik pelayanan Allah kepada manusia
maupun pelayanan manusia kepada Allah.3
Seperti pemikiran-pemikiran lainnya, Profesor Jean-Jacques Von Allmen tentang
ibadah gerejawi mempunyai aspek-aspek penting lainnya. Ibadah adalah” epifani
(penampakan diri) gereja”, yang “karena menyimpulkan sejarah keselamatan,
memampukan gereja untuk menjadi dirinya sendiri, untuk menjadi sadar akan dirinya
sendiri dan mengakui apa yang sebenarnya esensial”. Gereja mendapatkan identitas
dirinya dalam ibadah karena hakekatnya yang riil dijadikan nyata dan gereja dituntun
untuk mengakui keberadaannya sendiri yang sebenarnya.4
Jadi ibadah Kristen adalah suatu ungkapan untuk menyatakan rasa takut, hormat,
puji syukur dan pujian serta sukacita kepada Tuhan karena telah mengasihi dan yang
menyelamatkan sehingga melalui ibadah itu orang percaya bisa berjumpa dengan Allah
dan mengenal apa yang menjadi kehendak-Nya.

2.1.1. Ibadah Dalam Perjanjian Lama


Tekanan utama dalam ibadah Perjanjian Lama bukan hanya dilakukan sebagai
jemaat atau satu komunitas sebagai umat, tetapi ibadah juga dilakukan secara pribadi-
pribadi (Kej. 24:26; Kel. 33:9-34:8). Ibadah secara perorangan juga menempati peran
penting dalam kehidupan umat Tuhan. Namun ibadah sebagai umat atau jemaat
sangat ditekankan dalam Perjanjian Lama (Maz. 42:4; 1 Taw 29:20). Perjanjian Lama
juga mengatur bagaimana ibadah itu dikerjakan, terkait dengan tempat dan waktu.
Dalam Kemah pertemuan ketika Israel masih dalam perjalanan di padang
gurun masalah ibadah juga diatur, demikian juga ketika di Bait Suci sudah dibangun
yaitu zaman Salomo, format ibadah sudah diatur sedemikian rupa. Ketika bangsa
Israel dibuang ke negeri Babel, kehidupan dalam ibadah tidak ditinggalkan oleh
mereka. Karena mereka hidup di negeri pembuangan tentunya tidak bisa lagi
beribadah di Bait Suci di Yerusalem. Inilah yang melatar belakangi bahwa ibadah

3
ibid
4
ibid

6
pada perkembangannya tidak lagi berpusat pada satu tempat utama atau gedung
seperti Bait Suci.

2.1.2. Ibadah dalam Perjanjian Baru


Dalam Perjanjian Baru pada awalnya para murid-murid Kristus juga masih
beribadah di Bait Suci (Kis. 2:46; 3:1) dan Sinagoge yang juga digunakan sebagai
ibadah orang-orang Yahudi pada umumnya (Kis. 13:14; 14:1). Para murid atau orang-
orang percaya disamping menggunakan Bait Suci dan Sinagoge sebagai tempat
beribadah mereka juga menggunakan rumah secara bergantian sebagai tempat untuk
beribadah.

2.2. Perubahan Cara Beribadah


Melihat situasi keadaan dunia secara umum dan Indonesia secara khusus, dengan
keadaan semua dilarang berkumpul dalam jumlah besar dan harus kembali di rumah
untuk mengurangi atau menekan laju penyebaran Covid-19, hampir semua sektor
kehidupan merasakan dampaknya. Salah satunya adalah dibatasinya ibadah di gereja.
Sebagian besar gereja, baik di Indonesia maupun luar negeri sudah tidak lagi
mengadakan pertemuan bersama di gedung gereja, mereka melakukan ibadah di rumah
secara online.
Fenomena ini telah menstimulasi gereja untuk melakukan strategi dalam
beribadah, tidak terbatas pada pola konvensional, yakni bertemu di rumah ibadah. Ibadah
bersama dalam skala besar sekarang menjadi ibadah dalam skala yang lebih kecil. Dalam
kondisi seperti gereja mengalami pergumulan, berkenaan telah terjadinya perubahan
sosial. Perubahan sosial ini telah menuntut perubahan pola ibadatan bagi aktivitas
kegerejaan. Pola beribadah punmenglami perubahan yang awalnya dapat beribadah
secara tatap muka (offline) kini menjadi daring (online).

2.2.1. Pengertian ibadah Offline


Istilah offline adalah suatu istilah untuk sebutan saat seseorang tidak terhubung
dengan internet atau tidak terkoneksi. Pengertian ibadah secara offline adalah
persekutuan yang diselenggarakan orang-orang percaya atau orang-orang Kristen
yang berkumpul di satu gedung gereja atau satu ruang pertemuan tertentu untuk
berdoa, memuji Tuhan, membaca firman Allah dan mendengarkan khotbah,

7
memberikan persembahan dan atau melakukan sakramen yang diimani oleh setiap
orang percaya.
Istilah lain dari ibadah secara offline atau on site karena dalam ibadah ini
menuntut adanya pertemuan secara langsung antara para pelayan ibadah: pendeta,
majelis jemaat atau penatua, pemimpin pujian dengan anggota jemaat yang mengikuti
ibadah.

2.2.2. Pengertian Ibadah Online


Istilah online adalah saat seseorang sedang terhubung dengan internet atau
dunia maya. Apabila kata tersebut dikaitkan dengan pengertian ibadah secara online
berarti suatu kegiatan ibadah yang dilakukan oleh seseorang, beberapa orang atau
banyak orang menggunakan jaringan internet sebagai sarana dalam beribadah yang
tidak terikat oleh satu tempat tertentu atau gedung selagi di tempat tersebut terjangkau
dengan jaringan internet. Dalam ibadah online tidak menuntut satu pertemuan secara
langsung antara pelayan ibadah dengan jemaat, karena ibadah ini dapat diikuti dimana
pun tempatnya.

2.3. Ibadah Online Dalam Perspektif Alkitab


Terkait ibadah yang dilakukan di rumah atau gereja rumah kitab Perjajian Baru
juga dijelaskan dari kisah pasca kenaikan Yesus ibadah dilakukan di rumah. Dalam hal
ini, ibadah di rumah-rumah merupakan bagian dari bentuk ibadah yang diadakan dalam
situasi tidak lazim. Pada masa pasca kenaikan Yesus, sinagoge tidak lagi menjadi tempat
pemberitaan Firman oleh para rasul dan murid-murid yang tak terhitung banyaknya
setelah peristiwa Pentakosta.5
Dengan demikian, ibadah secara personal dan komunal dalam perspektif Alkitab
merupakan ibadah yang dikehendaki Allah. Ibadah yang diadakan secara personal,
keberadaan imamat ada pada diri yang bersangkutan dan secara komunal kepala keluarga
menjadi imam dalam ibadah itu. Ibadah secara online di pascapandemi covid-19 tidak
bertentangan dengan firman Allah yang paling penting adalah kehadiran Allah dan
persekutuan orang percaya.
Ibadah adalah persekutuan orang-orang percaya untuk membaca firman, bersaksi,
berdoa, memuji Tuhan, memberikan persembahan kepada Tuhan dan atau melakukan
5
Menuju Evolusi Ibadah Kristen di Masa Pandemi Covid-19 Vol 3, No 2, Maret 2021; 150-159 ISSN 2654-5691
(online); 2656-4904 (print) Available at: e-journal.sttberitahidup.ac.id/index.php/jbh

8
perjamuan Tuhan (Kis. 2:1-4; 41-47). Pada zaman Alkitab orang-orang percaya beribadah
di Bait Suci (Kis. 3:1), di Sinagoge atau rumah ibadat (Kis. 13:14-15) juga dilakukan di
rumah-rumah (Kis. 2:46).6 Apa yang mereka laksanakan jelas melakukan ibadah bukan
karena gedung atau tempatnya, tetapi karena mereka sedang memuji Tuhan,
memberitakan firman Tuhan atau Injil Kristus dan berdoa kepada Allah.

2.3.1. Pengaruh Atau Dampaknya Ibadah Online


Makna ibadah yang pertama berbicara mengenai pengalaman perjumpaan
dengan Allah. Mengalami kehadiran Allah dalam ibadah, memahami betapa besar
kasih Allah, semakin mengenal siapakah Allah, merupakan saat-saat yang sangat
berarti. Ibadah bukan sekedar mendengarkan pengkhotbah atau menyanyikan lagu-
lagu rohani, tetapi suatu pengalaman perjumpaan dengan Kristus. Pengalaman
perjumpaan dengan Yesus yang adalah pernyataan kasih Allah, pembuat mujizat,
perlu direaktualisasikan dan ditekankan kembali dalam ibadah Makna kedua dari
ibadah adalah mengembalikan kelayakan kepada Allah. persembahan dan masuklah
ke pelataranNya.”(Mazmur 96:8).7

2.3.1.1. Keunggulan Ibadah Online8


Pada masa pandemi Covid-19 hampir sebagian besar gereja yang memiliki
fasilitas pendukung penyelenggaraan ibadah secara online. Meskipun pada awalnya
diwarnai oleh berbagai perdebatan antara yang setuju atau yang menolak adanya
ibadah secara online. Kecuali sebagian gereja oleh karena berbagai keterbatasan
perlengkapan atau sarana, termasuk tidak dimilikinya sumber daya manusia mereka
tidak bisa menyelenggarakan ibadah secara online.9 Beberapa keunggulan atau
kelebihan dari ibadah yang dilakukan secara online:
1) Tidak Terbatas Tempat
Apabila ibadah diselenggarakan secara offline atau on site ibadah itu hanya
diselenggarakan pada tempat atau gedung gereja berarti anggota jemaat yang ingin
beribadah harus pergi ke gereja tersebut. Hal sebaliknya tidak terjadi pada gereja
yang menyelenggarakan ibadah secara online. Ibadah online bisa diikuti oleh

6
Sunarto, Op.Cit
7
Florensius Risno. “Dampak dari Ibadah Online bagi pertumbuhan gereja Masa Kini”. (Sekolah Tinggi Teologi
Tawangmangu) diunduh pada 19 September 2021 pukul 19:31
8
Sunarto, Op.cit
9
Ibid

9
seseorang sekalipun ia sendiri di dalam rumah. Jadi dalam ibadah online bisa
diikuti oleh satu orang, beberapa orang dalam satu keluarga, atau bahkan oleh
banyak orang yang berkumpul di suatu gedung atau tempat pertemuan.10
2) Dapat Menembus Batasan Organisasi Gereja
Ibadah secara online bisa diikuti oleh jemaat dalam satu keluarga, bisa
diikuti juga oleh banyak orang yang berkumpul di suatu gedung manapun, selama
daerah tersebut memiliki jaringan internet. Apabila dalam ibadah secara offline
biasanya hanya diikuti oleh jemaat yang berasal dari anggota gerejanya atau
simpatisan tetapnya, tetapi ibadah ini bisa menjangkau semua orang di luar
anggota jemaat.11
3) Mencegah Terjadinya Penularan Penyakit
Apabila gereja tetap menyelenggarakan ibadah secara offline atau
kehadiran secara langsung di sebuah gedung jelas ini memberikan potensi
penularan bagi penyebaran suatu penyakit.12

2.3.1.2. Kelemahan Ibadah Online13


Namun harus di akui bahwa pelaksanaan Ibadah secara Online itu bukan suatu
yang mudah. Ini memerlukan persiapan yang matang, sebab tidak semua gereja siap
dengan cara seperti ini, baik pendeta maupun jemaat masih belum terbiasa dengan
pola ibadah online, khususnya yang ada di perdesaan yang kurang sinyal atau jaringan
untuk melakukan Ibadah online. Beberapa kekurangan atau kelemahan dari ibadah
yang dilakukan secara online:
1) Tidak Ada Hubungan Secara Langsung Antara Pelayan Ibadah dengan Jemaat
Apabila ibadah yang diselenggarakan secara offline mensyaratkan
pertemuan secara langsung antara pelayan ibadah dengan jemaat, pola yang
demikian pasti membantu demi tercapainya sebuah ibadah yang tertib atau
disiplin. Dari sisi kesopanan terkait dengan pakaian yang dikenakan pada saat
ibadah, semua hadir di ruangan ibadah pasti akan memperhatikan pakaian yang
pantas dalam sebuah kebaktian, tidak demikian dalam ibadah yang
diselenggarakan secara online. Karena tidak ada pertemuan secara langsung
antara pelayan ibadah dengan jemaat yang hadir, disinilah muncul berbagai
10
ibid
11
ibid
12
ibid
13
Sunarto, Op.cit

10
kelemahan dalam ibadah ini. Maka diperlukan tingkat kematangan atau
kedewasaan iman dari semua jemaat dalam mengikuti ibadah.
Godaan yang timbul antara lain, jemaat ada kemungkinan tidak mengikuti
ibadah sesuai tatanan liturgi yang sudah diatur dalam ibadah tersebut. Misalnya
dalam liturgi sudah diatur kalau jemaat diminta untuk berdiri, belum tentu semua
jemaat juga ikut berdiri, umat diajak untuk berdoa apakah semua peserta ibadah
yang dirumah-rumah menunjukkan rasa hormatnya dalam ekspresi berdoa, hal-
hal yang demikian menuntut kedewasaan iman bagi setiap orang percaya.
2) Respons dari Pendengar Tidak Bisa Dilihat Secara Langsung
Ibadah secara online karena tidak ada pertemuan secara langsung antara
pelayan ibadah dengan jemaat yang hadir maka respons dari hadirin tidak dapat
dilihat secara langsung. Ketika seorang pemberita firman berkhotbah kepada
jemaat atau para hadirin respons yang diperlukan dari seorang pemberita adalah
ekspresi mereka dalam menanggapi berita firman. Khotbah disampaikan oleh
seorang pemberita firman bukan sekedar menghabiskan materi khotbah, tetapi
menuntut respons hadirin supaya mengetahui, memahami dan melakukan firman-
Nya. Semua materi khotbah tersebut menuntut tanggapan atau respons dari para
pendengar.
3) Ibadah Online Bergantung pada Jaringan Internet dan Teknologi Digital
Jaringan internet merupakan salah satu prasyarat utama untuk bisa
menyelenggarakan ibadah secara online. Internet adalah suatu jaringan
komunikasi yang memiliki fungsi untuk menghubungkan antara satu media
elektronik (misalnya komputer, laptop atau handphone) dengan media elektronik
yang lain dengan cepat dan tepat.
Gereja yang menyelenggarakan ibadah secara online memerlukan
perangkat yang cukup dan sumber daya manusia yang terampil untuk bisa
mengoperasikan semua peralatan pendukung. Dukungan yang tidak kalah
penting bagi terselenggarakannya ibadah secara online adalah aliran listrik yang
tidak padam. Tidak menutup kemungkinan ketika ibadah online sedang digelar,
listrik menjadi padam atau mati, kondisi yang demikian akan membuat halangan
bagi kelancaran suatu ibadah.

11
2.3.2. Relevansi Ibadah Online Masa dan Pasca Pandemi Covid-19
Situasi pandemi Covid-19 mengharuskan setiap orang untuk menghindari
berbagai kerumunan karena dianggap sebagai sarana penyebaran penyakit. Apabila
dikaitkan dengan aktivitas dalam beribadah maka pada era ini jelas dapat disebut
sebagai situasi yang darurat. Situasi daurat dapat disebut juga sebagai situasi yang
tidak normal. Maka dalam perspektif ini ibadah secara online sangat relevan untuk
bisa menjawab pokok permasalahan ibadah yang harus tetap berjalan tanpa
mengorbankan arti kesehatan manusia.14
Panggilan beribadah bukan diperintahkan oleh manusia, Allahlah yang
memanggil umatNya untuk beribadah. Seperti yang dikatakan dalam kitab Ibrani
12:28 demikian: “Jadi, karena kita menerima Kerajaan yang tidak tergoncangkan,
marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang
berkenan kepada-Nya dengan hormat dan takut.” Penekanan ayat ini jelas
memberikan arti bahwa ibadah yang benar bukan tempatnya, tetapi sikap yang benar
dihadapan Allah.

14
Ibid

12
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kebaktian dengan pola Ibadah online tidaklah bertentangan dengan kebenaran
Firman Tuhan. Di satu sisi, gereja adalah anggota tubuh Kristus yang keberadaannya
tidak terbatasi oleh ruang dan waktu. Dengan demikian, gereja harus bisa
berkontekstual terhadap suatu perubahan tanpa kehilangan esensinya sebagai tubuh
Kristus. Secara alkitabiah menyembah Allah dengan roh dan kebenaran itu adalah
penyembah yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.

3.2. Saran
Dalam pelaksanaan ibadah online, yang patut diperhatikan bukan sekadar
terlaksananya ibadah tersebut, namun makna atau nilai-nilai rohani yang terkandung
dalam ibadah seperti memiliki rasa hormat dan takut kepada Allah, itulah yang
penting untuk dilaksanakan sehingga ibadah yang dilaksanakan dalam bentuk apapun
termasuk ibadah online menjadi suatu ibadah yang berkenan kepada-Nya.
Berdasarkan hal ini, sebagai rekomendasi, gereja perlu memikirkan secara serius
pelaksaan “Ibadah online” sebagai upaya maksimalkan pelayanan gereja dan
pertumbuhan gereja dan nama Tuhan dipermuliakan.

13
Bibliography
Hutahaean, H. et.al. (2020, Juli). SPIRITUALITAS PANDEMIK: TINJAUAN
FENOMENOLOGI IBADAH DI RUMAH. : Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan
Warga Jemaat, Volume 4, 235-250. Retrieved 9 19, 2021, from
https://journal.sttsimpson.ac.id/index.php/EJTI/article/view/270

Langfan, O. (2021, April). Ibadah Online di Masa Pandemi Covid-19: Implementasi Ibrani
12:28. Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen, Volume 1, 15-28. Retrieved 9 19,
2021, from http://sttse.ac.id/e-journal/index.php/stella

Sunarto. (2021, 2 23). IBADAH ONLINE DALAM PERSPEKTIF ALKITAB . Jurnal


Teologi dan Pengembangan Pelayanan, 10, 10-12. Retrieved oktober 11, 2021, from
https://www.google.com/search?
q=IBADAH+ONLINE+DALAM+PERSPEKTIF+ALKITAB+DAN+RELEVANSIN
YA+PADA+MASA+SERTA+PASCA+PANDEMI+COVID-
19&rlz=1C1CHBF_enID970ID970&oq=IBADAH+ONLINE+DALAM+PERSPEKT
IF+ALKITAB+DAN+RELEVANSINYA+PADA+MASA+SERTA+PASCA+PAND
EMI+COVID-19&aqs=c

White, J. F. (2012). Pengantar Ibadah Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Widjaja, F. I. (2021, Maret). Menuju Evolusi Ibadah Kristen di Masa Pandemi Covid-19.
Jurnal Teologi Berita Hidup, 3. Retrieved 10 11, 2021, from e-
journal.sttberitahidup.ac.id/index.php/jbh

https://www.mabuseba.org/2020/04/berteologi-di-tengah-pandemi-covid-19.html (diakses
pada 19 September 2021 pukul 19:11)

14

Anda mungkin juga menyukai