Anda di halaman 1dari 26

Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

UJIAN AKHIR SEMESTER


Evaluasi Terhadap Praktik Glosolalia, Gambaran Gereja Sebagai
Garam dan Terang Dunia, dan Kerajaan 1000 Tahun

MAKALAH

Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester


Mata Kuliah: Pembimbing Teologi Sistematika
Dosen Pengampu: Pdt. Dr. Keloso

OLEH:
STEPHANUS
19.24.73

Program Sarjana Program Studi Teologi


BANJARMASIN
DESEMBER 2020
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih karunia yang

telah diberikan setiap saat sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat

waktu.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pdt. Dr. Keloso selaku dosen

pengampu mata kuliah Pembimbing Teologi Sistematika yang mempercayakan

kepada penulis untuk menulis makalah sebagai tugas ujian akhir semester. Makalah

ini diambil dari berbagai macam sumber yang menjadi peninjauan dalam

pembuatan makalah. Penulis juga mengharapkan makalah ini dapat digunakan

sebagaimana mestinya. Jika ada kritik dan saran atas makalah ini penulis menerima

dengan senang hati.

Banjarmasin, 1 Desember 2020

Penulis

i
Daftar Isi
hlm
Kata Pengantar ................................................................................. i
Daftar Isi .......................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................ 2
1.3. Tujuan Penulisan ............................................................................. 2
1.4. Metode Penulisan ............................................................................ 2
BabII Pembahasan ...................................................................................
2.1. Penilaian Kritis Terhadap Praktik Bahasa Roh (Glosolalia) dan
Klaim Gereja Korintus..................................................................... 3
2.2. Gambaran Gereja Sebagai Garam Dunia dan Terang Dunia ........... 8
2.3. Kerajaan 1000 Tahun Dalam Hubungannya dengan Parousia ........ 12
Bab III Penutup ........................................................................................... 17
3.1. Saran ................................................................................................ 17
3.2. Kesimpulan ...................................................................................... 17
Daftar Pustaka ................................................................................................ 19

ii
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ada banyak pertanyaan orang-orang Kristen mengenai hal-hal yang jarang

didengar dalam khotbah pada umumnya. Pertanyaan-pertanyaan ini sudah sering

ditanyakan dalam lingkup jemaat yang menuntut para pelayan Tuhan untuk

menjawabnya. Misalnya praktik bahasa roh dalam ibadah agama Kristen yang

sering dilakukan oleh aliran gereja kharismatik dan pantekosta sehingga muncul

klaim bahwa gereja yang ada Roh Kudus, maka jemaatnya harus bisa berbahasa

roh. Ini menimbulkan perdebatan hangat antara beberapa aliran kekristenan.

Bahkan akibat dari perdebatan ini membuat beberapa jemaat pindah aliran kristen.

Hal ini tidak sesuai dengan 1 Korintus 12:17 “Kamu semua adalah tubuh Kristus

dan kamu masing-masing adalah anggotanya.” Ini menjadi perhatian gereja dalam

menyikapi praktik bahasa roh.

Dalam kalangan para teolog, hal yang menjadi perbincangan hangat adalah

mengenai kerajaan 1000 tahun yang sampai saat ini masih dibahas. Kerajaan 1000

tahun merupakan salah satu pokok teologis tentang eskatologi yang tidak asing lagi

dalam ilmu teologi. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai gambaran kerajaan

1000 tahun dan waktu terjadinya kerajaan 1000 tahun, apakah sebelum atau sesudah

kedatangan Yesus kedua kalinya (parousia).

Penulis juga membahas mengenai gambaran gereja sebagai garam dunia dan

terang dunia yang menjadi gambaran yang tepat bagi gereja masa kini. Gambaran

1
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

mengenai gereja sebagai garam dunia dan terang dunia akan dijelaskan berdasarkan

kerangka berpikir eklesiologi.

2.2. Rumusan Masalah

2.2.1. Bagaimana evaluasi terhadap praktik glosolalia atau bahasa roh di gereja

Korintus dan klaim gereja Korintus bahwa gereja yang hidup adalah

jemaatnya harus bisa berbahasa roh?

2.2.2. Bagaimana penjelasan mengenai gambaran gereja sebagai garam dunia dan

terang dunia?

2.2.3. Apa itu kerajaan 1000 tahun dalam hubungannya dengan parousia dan

kapan kerajaan 1000 tahun terjadi?

2.3. Tujuan Penulisan

2.3.1. Mengetahui hasil evaluasi terhadap praktik glosolalia atau bahasa roh di

gereja Korintus dan meninjau kembali klaim gereja Korintus bahwa gereja

yang hidup adalah jemaatnya harus bisa berbahasa roh.

2.3.2. Memahami gambaran gambaran gereja sebagai garam dunia dan terang

dunia melalui kerangka berpikir eklesiologi.

2.3.3. Mengetahui tentang kerajaan 1000 tahun dalam hubungannya dengan

parousia dan waktu terjadinya kerajaan 1000 tahun sebagai salah satu pokok

teologis tentang eskatologi.

2.4. Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini mendasari penulisan dengan menggunakan

metode pustaka dari google books. Penulis menyusun penulisan makalah sesuai

dengan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Penulis mempelajari dan

2
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

mengumpulkan data serta informasi dari buku-buku, bahan ajar kuliah, dan sumber-

sumber terpercaya yang berkaitan dengan pokok bahasan dalam makalah ini.

3
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Penilaian Kritis Terhadap Praktik Bahasa Roh (Glosolalia) dan

Klaim Gereja Korintus

Salah satu dari karunia Roh Kudus adalah karunia berbahasa roh dan selalu

dikaitkan juga dengan karunia menafsirkan bahasa roh. Karunia bahasa roh dipakai

untuk membangun jemaat. Bahasa roh merupakan karunia yang berisi suatu pesan

yang berasal dari Roh Kudus dalam bentuk bahasa yang asing bagi pemakainya.

Bahasa roh harus disertai oleh suatu penafsiran yang diberikan dalam bahasa yang

digunakan oleh jemaat. Karunia bahasa roh adalah pesan dari Roh Kudus bagi

gereja secara umum atau bisa juga untuk individu. Roh Kuduslah yang menetapkan

kapan seseorang boleh memakainya.1 Baptisan atas orang-orang percaya di dalam

Roh Kudus diawali dan disaksikan oleh tanda lahiriah berupa berbicara dalam

bahasa lidah, sebagaimana kemampuan yang diberikan Allah kepada para rasul

(bdk. Kis. 2:4). Berbahasa lidah dalam nast ini pada hakikatnya sama dengan

karunia lidah dalam 1 Korintus 12:4-10, 28, tetapi berbeda dalam maksud dan

penggunannya.2 Dalam 1 Korintus 14:19, Paulus sedang berbicara tentang karunia

bahasa roh sebagai suatu pesan. Paulus memberitahukan bahwa untuk

menyampaikan pesan dalam bahasa roh kepada seluruh jemaat tanpa menafsirkan

1
Brian J. Bailey, Roh Kudus Sang Penghibur: Pribadi, Pelayanan, dan 7 Roh Allah (Maverly:
Zion Christian, 1996), bab 8, diakses tanggal 20 November 2020,
https://books.google.co.id/books/about/Roh_Kudus.html?id=bEriDwAAQBAJ&redir_esc=y
2
Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 20088), 190, diakses tanggal 18 November 2020,
https://books.google.co.id/books/about/Berbagai_aliran_di_dalam_dan_di_sekitar.html?id=iTvXD
eVZchEC&redir_esc=y

4
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

artinya adalah tidak cukup berguna. Tidak ada satu orang pun yang dibangun karena

tidak ada yang mengerti tentang apa yang sedang diucapkan.3

2.1.1. Evaluasi Terhadap Praktik Bahasa Roh di Gereja Korintus

Melihat praktik glosolalia pada gereja Korintus tersebut merupakan gambaran

umum yang sering ditemukan pada gereja masa kini, seperti aliran gereja

pantekosta dan kharismatik. Penulis sering melihat dan mendengar praktik bahasa

roh saat ibadah di salah satu gereja di kota Palangka Raya, bahkan dahulu saat

ibadah di sekolah pun juga terjadi praktik bahasa roh. Kalimat atau kata yang sering

didengar, yaitu: sikiraba, sikirama, horalaba, horalama, sandaralaba, sikiaralaba.

Pada awalnya penulis takjub mendengar bahasa roh tersebut, bahkan mereka

sampai berteriak dengan suara nyaring, namun penulis tidak mengerti apa yang

diucapkan oleh mereka. Penulis bertanya kepada pendeta yang melayani, tetapi

pendeta tersebut juga tidak bisa menjelaskan apa arti dari bahasa roh yang

diucapkan oleh jemaatnya. Berangkat dari pengalaman tersebut, apabila penulis

mendengar bahasa roh yang diucapkan dalam ibadah, penulis merasa sudah biasa

mendengarnya dan tidak lagi menggubrisnya.

Kehadiran Roh Kudus di gereja merupakan suatu hal yang benar terjadi.

Gejala kehadiran Roh Kudus juga beragam, tidak hanya pada satu cara saja. Seperti

pada Kisah Para Rasul 2:1-11, Roh Kudus hadir dengan disertai tanda-tanda yang

menakjubkan, seperti mujizat, bahasa roh, dan lain-lain. Roh Kudus dapat hadir dan

bekerja dengan cara berbeda-beda dan berubah-ubah. Roh Kudus bekerja tidak

menggunakan pola tetap dan tidak bisa dipolakan menurut aturan atau cara

3
Brian J. Bailey, Roh Kudus Sang Penghibur: Pribadi, Pelayanan, dan 7 Roh Allah…, bab 8.

5
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

tertentu.4 Praktik glosolalia dalam ibadah di gereja Korintus cukup intensif. Pada

saat proses ibadah baik selama pujian, penyembahan, doa, beberapa anggota jemaat

Korintus melakukan praktik bahasa roh. Bahkan gereja Korintus memberikan

waktu selama beberapa menit agar jemaat berbahasa roh. Ini merupakan suatu tanda

atau gejala atas kehadiran Roh Kudus. Gejala kehadiran Roh Kodus dalam bentuk

bahasa roh bukan merupakan sesuatu yang dianggap sesat, karena Roh Kudus dapat

memakai siapa saja dan kapan saja sesuai dengan otoritas-Nya. Ada orang yang

bisa berbahasa roh karena Roh Kudus menggerakkan orang dan memilih orang

tersebut untuk berbahasa roh, dan ada juga orang yang seolah-olah sedang

berbahasa roh, namun bukan dari otoritas Roh Kudus. Orang-orang yang berbahasa

roh, namun bukan atas otoritas Roh Kudus atau memaksakan dirinya sendiri,

terkadang mereka berbahasa roh karena hanya ingin mendapatkan pengakuan dari

jemaat bahwa mereka seolah-olah dekat dengan Allah dan seolah-olah mereka

adalah manusia yang saleh. Hal ini sering kali terjadi dalam ibadah di jemaat

Korintus.

Penulis tidak merasa terganggu apabila dalam suatu ibadah ada jemaat yang

berbahasa roh. Namun, hal tersebut dapat menganggu apabila jemaat yang

berbahasa roh berteriak nyaring. Jemaat lain yang mendengar bahasa roh bukannya

merasakan damai, namun merasa terganggu dan berisik. Menarik sekali bahwa ada

beberapa jemaat yang kelihatannya memang benar-benar berbahasa roh, yaitu

terlihat dari pembawaannya yang tenang, damai, dan tidak berteriak, hanya bibir

saja yang terlihat berucap dengan sedikit berbisik. Dalam beberapa kasus, ada juga

4
Keloso, “Menjelaskan Pokok Pneumatologi Tentang Roh Kudus dan Hakikat Roh Kudus
Dalam Perjanjian Baru” (Mata Kuliah Pembimbing Teologi Sistematika di STT GKE, Banjarmasin,
20 Oktober 2020).

6
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

seseorang yang bisa berbahasa asing (xenolalia), padahal orang tersebut tidak bisa

berbahasa yang diucapkan saat Roh Kudus memenuhinya. Namun, di atas

semuanya itu tidak ada bahasa apa pun yang menjadi ukuran kehadiran Allah dalam

hidup seseorang atau persekutuan orang percaya.

Karunia berbahasa roh dapat terjadi dengan spontan, baik secara pribadi

bahkan di depan umum. Bahasa roh ini adalah bahasa pujian kepada Allah dalam

bahasa asing atau bahasa yang tidak dikenal oleh orang yang berbicara. Bahasa roh

seringkali digambarkan sebagai bahasa bayi yang bercanda dengan ibunya. Dalam

bercanda dengan ibunya, bayi hanya dapat tertawa dan terkekeh-kekeh, tetapi si ibu

tahu bahwa anaknya gembira.5 Hal ini mirip dengan bahasa anak kecil. Seorang

anak kecil belum bisa berbicara dengan baik, tetapi ibunya bisa memahami atau

mengerti dengan baik apa yang diucapkan anak tersebut.6 Sering pula bahasa roh

disebut sebagai “bahasa cinta”.7 Bahasa roh adalah bahasa yang bisa dihidupkan

ketika Roh Kudus hadir. Allah mengerti semua bahasa yang ada di dunia. Roh

Kudus menjadi jembatan antara Allah dan manusia. Roh Kudus merupakan media

atas kata-kata manusia. Manusia tidak bisa bertemu dengn Tuhan secara langsung,

tetapi manusia memerlukan perantara. Sebaliknya, terkadang Tuhan

menyampaikan pesan melalui bahasa roh.8 Dalam 1 Korintus 14, Paulus sendiri

merasa senang dengan semua karunia, termasuk bahasa roh. Malahan Paulus

5
Roni Nurhayanto, Kuasa Roh Kudus atau Kuasa Paranormal? (Yogyakarta: Kanisius, 2012),
70, adobe pdf eBook.
6
Rijnardus A. van Kooij dan Yam’ah Tsalatsa A., Bermain dengan Api: Relasi antara Gereja-
Gereja Mainstream dan Kalangan Kharismatik Pentakosta (Jakarta: Gunung Mulia, 2007), 89,
diakses tanggal 20 November 2020,
https://books.google.co.id/books/about/Bermain_dengan_api.html?id=wqdyF1veo0QC&redir_esc
=y
7
Roni Nurhayanto, Kuasa Roh Kudus atau Kuasa Paranormal? …, 70.
8
Rijnardus A. van Kooij dan Yam’ah Tsalatsa A., Bermain dengan Api: Relasi antara
Gereja-Gereja Mainstream dan Kalangan Kharismatik Pentakosta…, 89.

7
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

menasihatkan agar mereka berdoa supaya dapat menafsrikan bahasa roh itu. Paulus

lebih suka mengucapkan lima kata dengan akal budinya supaya dengan suaranya ia

dapat mengajar orang lain juga daripada mengucapkan ribuan kata dengan bahasa

roh (1 Kor. 14:18, 19).9 Belajar dari Paulus, seharusnya gereja Korintus memiliki

orang-orang yang memiliki karunia menafsirkan bahasa roh. Bahasa roh dengan

tafsirannya bisa saja membawa banyak kekuatan bagi gereja, termasuk penyataan

(pengertian tentang arti kebenaran-kebenaran rohani), pengetahuan (pengetahuan

rohani), nubuat (berita untuk memberi dorongan atau menasihati), doktrin

(pengajaran yang memberikan petunjuk praktis atau menjelaskan kebenaran

rohani).10 Oleh karena itu setiap orang yang berkata-kata dengan bahasa roh harus

berusaha memperoleh karunia untuk menafsirkan, bukan hanya sekedar

membangun iman pribadi. Bagi gereja Korintus dianjurkan agar selama ibadah di

dalam gereja haruslah dengan seia sekata dan semua orang juga harus sehati,

sepikiran, dan sejiwa. Bukan maksudnya bahwa beribadah dengan bahasa roh tanpa

penafsiran pun adalah sama sekali tidaklah berguna, namun kasih akan

menginginkan agar orang lain dibangun juga.

2.1.2. Klaim Gereja Korintus Bahwa Tanda Gereja yang Hidup adalah

Jemaatnya Harus Bisa Berbahasa Roh

Jeff Hammond dalam bukunya “Lidah Api: Kuasa Dahsyat Roh Kudus”

menjabarkan secara jelas tentang beragam seluk beluk bahasa roh yang tercatat

dalam Alkitab serta relevansinya dengan kehidupan kekristenan hingga saat ini. Jeff

9
Stanley M. Horton, Oknum Roh Kudus (Malang: Gandum Mas, 2019), 188, diakses tanggal
20 November 2020,
https://books.google.co.id/books/about/Oknum_Roh_Kudus_gandummas.html?id=zSeDDwAAQ
BAJ&redir_esc=y
10
Ibid., 190

8
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

Hammond menuliskan bahwa orang-orang yang sudah dibaptis dalam baptisan Roh

Kudus harus bisa berbahasa roh tidak pernah disebutkan dalam Alkitab. Dalam

Perjanjian Baru, bahasa roh disebutkan sebagai awal dari janji kehadiran penolong

yang lain bagi setiap orang yang sudah menerima baptisan Roh Kudus. Namun

kemampuan bahasa roh tidak menjadi patokan seseorang dipenuhi dengan Roh

Kudus.11 Apabila gereja Korintus tetap mempertahankan klaim tersebut, maka hal

tersebut tidak sesuai dengan objek kelahiran Roh Kudus. Hakikat Roh Kudus

adalah Allah, maka Roh Kudus akan bebas turun kepada siapa saja dan kapan saja

menurut kekuasaan dan ketetapan-Nya. Tidak ada bahasa apa pun yang bisa

menjadi tolok ukur kehadiran Allah dalam kehidupan gereja.12 Hal yang dianggap

salah apabila gereja Korintus menyatakan bahwa gereja yang hidup, maka

jemaatnya harus bisa bahasa Roh.

2.2. Gambaran Gereja Sebagai Garam Dunia dan Terang Dunia

Istilah gereja berasal dari bahasa latin ecclesia dan berasal dari bahasa Yunani

ekklesia. Kata “gereja” tertulis dalam Perjanjian Baru yang diterjemahkan dengan

kata “orang” atau “jemaat”; jemaat di suatu kota (Kis. 5:11); jemaat yang

berkumpul di sebuah rumah (Rm. 16:5).13 Eka Darmaputra baik secara etimologis

maupun semantik, gereja adalah orang-orangnya. Martin Luther mengatakan bahwa

gereja adalah sebuah kongregasi, sebuah asembly, dan sebuah komunitas.

11
Lori, “Apakah Setiap Orang Percaya Harus Berbahas Roh?”, diakses tanggal 23 November
2020,
https://www.jawaban.com/read/article/id/2015/06/19/58/150618155015/apakah_setiap_orang_perc
aya_harus_berbahasa_roh
12
Keloso, “Menjelaskan Pokok Pneumatologi Tentang Roh Kudus dan Hakikat Roh Kudus
Dalam Perjanjian Baru” (Mata Kuliah Pembimbing Teologi Sistematika di STT GKE, Banjarmasin,
20 Oktober 2020).
13
R. Soedarmo, Kamus Istilah Teologi (Jakarta: Gunung Mulia, 2002), 30, diakses tanggal 22
November 2020,
https://books.google.co.id/books?id=wdpj7X0KIrsC&printsec=frontcover&hl=id#v=snippet&q=je
maat%20yang%20berkumpul&f=false

9
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

Singkatnya gereja adalah sebuah persekutuan di dalam Kristus dan persekutuan

dengan Kristus.14 Gereja merupakan persekutuan orang-orang percaya yang

melakukan tiga tugas panggilan, yaitu bersekutu, bersaksi, dan melayani. Hal yang

paling praktis dan terbatas dalam memahami gereja, yaitu menunjuk kepada wadah

atau gedung tempat dari orang-orang percaya untuk mewujudkan koinonia,

marturia, dan diakonia.15 Gereja sebagai garam dan terang dunia adalah yang

memberikan dampak pada kota, memengaruhi komunitas, dan mentransformasikan

bangsa mereka.16 Penjelasan gereja sebagai garam dunia dan terang dunia mengacu

pada kerangka berpikir eklesiologi sebagai berikut.

2.2.1. Bahan Alkitab “Gereja Sebagai Garam Dunia dan Terang Dunia

Matius 5:13-16 yang memuat (1) ada Yesus yang mengajarkan para murid

saat sedang di atas bukit; (2) adanya murid-murid yang menjadi garam dunia dan

terang dunia; (3) adanya garam sebagai penyedap rasa dan pengawet makanan; (4)

adanya terang sebagai sumber cahaya.

2.2.2. Gambaran Tentang Eksistensi Gereja Sebagai Garam Dunia dan

Terang Dunia

(1) Yesus Kristus menjadi sumber cahaya yang menerangi jalan gereja untuk

menjalankan tugas panggilan di dalam dunia. Sebuah persekutuan bisa disebut

14
Martin L. Sinaga, Pergulatan Kehadiran Kristen di Indonesia: Teks-Teks Terpilih Eka
Darmaputra (Jakarta: Gunung Mulia, 2001), 409-410, diakses tanggal 22 November 2020,
https://books.google.co.id/books/about/Pergulatan_kehadiran_Kristen_di_Indonesi.html?id=g8Hk
MpM1yu8C&redir_esc=y
15
Keloso S. Ugak, “IBADAH JEMAAT DI ERA 4.0: Pertimbangan Teologi Kontekstual
Ibadah Jemaat GKE di Era Pandemi COVID 19,” Jurnal Teologi Pambelum 9, no 1 (Juni 2020): 48,
diakses tamggal 20 November 2020, https://stt-gke.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/Jurnal-
Teologi-Pambelum-Volume-9-No-2-Juni-2020-SIAP-CETAK-3.pdf
16
Jimmy Oentero, Gereja Impian: Menjadi Gereja yang Berpengaruh (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2010), xlvii, diakses tanggal 20 November 2020,
https://books.google.co.id/books/about/Gereja_Impian_Mejadi_Gereja_Yang_Berpeng.html?id=H
dRO4UUGAWYC

10
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

sebagai gereja ketika persekutuan tersebut bersedia menempatkan Yesus sebagai

pemimpin, penuntun, dan pembimbing; (2) para murid bersama-sama

melaksanakan panggilan sebagai garam dunia dan terang dunia. Sebuah

persekutuan dapat dikatakan sebagai gereja ketika persekutuan tersebut bersedia

hidup bersekutu dan mengikuti arahan dan tuntunan untuk menjalankan perintah

Yesus sebagai pemimpin, penuntun, dan pembimbing; (3) garam menujuk pada

benda yang siap untuk “larut” menyedapkan masakan dan mengawetkan makanan.

Terang menunjuk pada pelita yang hadir di tengah gelapnya suasana. Sebuah

persekutuan bisa disebut sebagai gereja ketika berhasil menjadi berkat bagi banyak

orang.

2.2.3. Ciri-Ciri Khusus Gereja Sebagai Garam Dunia dan Terang Dunia

(1) Gereja memandang bahwa garam sebagai bumbu penyedap utama dalam

masakan yang mampu membuat rasa masakan menjadi lezat. Gereja menyadari

bahwa dirinya harus berguna dan bermanfaat bagi semua manusia; (2) garam

berfungsi juga sebagai pengawet makanan. Ini merupakan gambaran bahwa gereja

mempunyai peranan yang penting dalam dunia; (3) kegunaan dan fungsi garam

banyak sekali. Hal ini menegaskan bahwa menjadi garam dunia adalah dengan

menunjukkan kasih kepada sesama, melalui kesucian hati jemaatnya, dan melalui

pengharapan yang ditaruh kepada Tuhan; (4) gereja memandang terang sebagai

sumber cahaya bagi semua orang supaya perbuatan-perbuatan baik gereja dilihat

oleh semua orang; (5) perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan oleh gereja dapat

membuat banyak orang terheran-heran dan kemudian memuliakan Allah.17

17
J. J. de Heer, Tafsiran Alkitab: Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000),
74-76, diakses tanggal 21 November 2020,
https://books.google.co.id/books?id=8t705s3aJmcC&pg=PA65&source=gbs_toc_r&cad=4#v=one
page&q&f=false

11
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

Pemaparan berdasarkan kerangka berpikir eklesiologi di atas merupakan cara

yang praktis untuk memahami peran gereja dalam dunia ini. Eksistensi gereja dalam

dunia menjadi sorot mata oleh semua orang. Gereja dituntut untuk melakukan

kegiatan-kegiatan yang menyesuaikan dengan konteks masa kini. Dalam ucapan

bahagia yang dikhotbahkan Yesus di atas bukit banyak disinggung mengenai

penindasan yang dialami oleh pengikut-pengikut Kristus. Tetapi Yesus juga

berbicara mengenai peranan yang positif dari-pengikut-pengikut-Nya, bahwa

mereka adalah garam dan terang dunia.18 Yesus memakai gambaran yang sederhana

dan diambil dari keseharian orang-orang di Galilea. Setiap rumah tangga di Galilea

mengetahui bahwa garam melezatkan makanan mereka dan dapat mengawetkan

ikan-ikan hasil dari tangkapan mereka yang akan dikirimkan ke kota-kota di

sekitarnya. Rumah-rumah di Galilea tersedia pelita yang diisi dengan minyak zaitun

yang diletakkan di atas kaki dian agar sinar pelita tersebar lebih luas.19

Gereja dipanggil dan diutus sebagai persekutuan oikumenis (keesaan

dianggap mutlak perlu) dan sebagai garam dan terang untuk memberi dengan

perkataan dan perbuatan, pegangan, dan harapan baru dalam dunia yang sedang

mengalami sekularisasi dan pergeseran nilai-nilai.20 Sama seperti garam membuat

makanan menjadi lezat serta mencegah kebusukan, begitu juga gereja mempunyai

peranan di dunia. Prof. W. Grundmann mengatakan bahwa para pengikut Kristus

menjadi garam dunia dengan jalan contoh yang mereka berikan, melalui kasih yang

mereka perlihatkan terhadap sesama manusia, melalui kesucian hatinya, dan

18
J. J. de Heer, Tafsiran Alkitab: Injil Matius Pasal 1-22 …, 74.
19
Ibid., 74-75.
20
Christiaan de Jonge dan Jan S. Aritonang, Apa dan Bagaimana Gereja?: Pengantar Sejarah
Eklesiologi (Jakarta: Gunung Mulia, 2011), 58, diakses tanggal 24 November 2020,
https://books.google.co.id/books?id=TavLsNTpaSUC&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q
&f=false

12
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

melalui pengharapan yang ditaruh kepada Tuhan. Sebagai terang, maka gereja

diajak untuk bercahaya di depan banyak orang, supaya perbuatan-perbuatannya

yang baik dilihat oleh semua orang. Jelas bahwa Yesus menekankan perbuatan-

perbuatan yang baik dalam kehidupan sehari-hari sebagai orang Kristen. Dunia

akan menjadi heran dengan perbuatan-perbuatan baik, lalu memuliakan Tuhan.21

Makna gereja sebagai garam dunia adalah bersedia untuk “larut“ dalam kehidupan

persoalan jemaat di dunia sehingga bisa diatasi, hingga akhirnya dunia beroleh

solusi. Gereja menghadirkan hal-hal yang dianggap baik dalam kehidupan

bermasyarakat dan senantiasa memuliakan Allah. Makna gereja sebagai terang

dunia yaitu gereja hadir di tengah dunia sebagai pelita yang bertujuan agar dunia

tertuju kepada hal-hal yang baik dan mengarahkan kehidupan manusia kepada

Yesus yang adalah sumber terang itu sendiri. Terbukti bahwa gereja yang berhasil

menampilkan diri sesuai dengan kepribadian dan jati diri bangsanya lebih berhasil

mengemban fungsinya sebagai garam dan terang dunia.22

2.3. Kerajaan 1000 Tahun Dalam Hubungannya dengan Parousia

Kerajaan 1000 tahun merupakan bagian dari salah satu pokok eskatologi yang

sangat penting diketahui dan dipahami oleh orang percaya. Usaha memahami

mengenai kerajaan 1000 tahun melahirkan pandangan besar dalam menafisirkan

milenium, yaitu pandangan amilenialisme (kerajaan 1000 tahun tidak ada terjadi di

dunia), pramilenialisme (Kristus akan datang sebelum kerajaan 1000 tahun, dan

postmilenialisme (Kristus akan datang kembali setelah masa kerajaan 1000 tahun).

21
J. J. de Heer, Tafsiran Alkitab: Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000),
74-76, diakses tanggal 24 November 2020,
https://books.google.co.id/books?id=8t705s3aJmcC&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f
=false
22
Christiaan de Jonge dan Jan S. Aritonang, Apa dan Bagaimana Gereja?: Pengantar Sejarah
Eklesiologi …, 88.

13
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

Kitab Wahyu 19-21 TB menjadi acuan untuk menjawab pokok permasalahan

mengenai hubungan antara kerajaan 1000 tahun dengan kedatangan Yesus yang

kedua kalinya (parousia). Apabila membaca keseluruhan Wahyu 19-21 TB dengan

berurutan, maka ditemukanlah urutan kejadian seperti berikut (1) perjamuan kawin

Anak Domba (Why 19:1-10); (2) Yesus datang kedua kali (Why. 19:11-21); (3)

Satan diikat selama 1000 tahun, kebangkitan pertama, kerajaan 1000 tahun; (4)

perang Gog dan Magog (Why. 20:7-10); (5) pengadilan takhta putih dan

kebangkitan kedua (Why. 20:11-15); (6) langit dan bumi yang baru/Yerusalem baru

(Why. 21:1-27). Urutan kejadian tersebut benar-benar sesuai dengan kronologi

yang tercatat pada kitab Wahyu 19-21 TB, bukan hasil dari dugaan atau perkiraan.23

Dalam bahasa Yunani, “seribu” merupakan terjemahan dari kata khiliasmus

dan dalam bahasa Latin adalah milia. 1000 tahun disebut satu millenium, yaitu sama

dengan sepuluh abad. Seorang penafsir terkenal yang pertama menafsir kerajaan

1000 tahun adalah Papias, Bishop Hierapolis dari adan kedua. Ia berpendapat

bahwa sebelum akhir zaman datang, maka kerajaan 1000 tahun yang datang terlebih

dahulu. Ajaran tersebut didukung oleh para teolog lainnya, seperti Ireneus,

Tertullianus, dan Hippolitus.24 Namun, ajaran tersebut ditentang oleh para filsuf

Yunani, yakni Klemen dari Alkesandria dan Oerigenes yang sama sekali tidak

percaya adanya kerajaan 1000 tahun, sehingga ajaran mengenai kerajaan 1000

23
Bdk. Willyam Wen, Topik-Topik Teologi Menarik di Dalam Kekristenan dan Yudaisme,
Vol.1, Sebuah Buku yang Akan Membuka Paradigma Anda Berisikan Topik-Topik Menarik Seputar
Kekristenan dan Yudaisme, 51-52, diakses tanggal 21 November 2020,
https://books.google.co.id/books?id=WF-
SDwAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&
f=true
24
A. Munthe, Tema-Tema Perjanjian Baru (Jakarta: Gunung Mulia, 2007), 49, diakses tanggal
21 November 2020,
https://books.google.co.id/books/about/Tema_tema_Perjanjian_Baru.html?id=Kff1DxmnmQQC&
redir_esc=y

14
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

tahun hampir hilang dari pandangan kekristenan di daerah Timur Yunani. Berbeda

di bagian Barat, ajaran tersebut tidak pernah hilang. Teolog terkenal yang

mempopulerkan ajaran ini di bagian Barat pada abad kelima adalah Augustinus.

Kesimpulan Augustinus adalah bahwa kerajaan 1000 tahun telah dimulai sejak

kebangkitan Yesus sampai hari kedatangan-Nya kembali ke bumi ini. Pandangan

Augustinus ini bertahan sampai abad pertengahan, bahkan masih ada sampai

sekarang di Gereja Roma Katolik. Namun, sudah banyak teolog modern yang tidak

mengikuti ajaran itu lagi.25

Pada abad ke-17 muncul lagi minat para teolog reformasi terhadap ajaran

keraajan 1000 tahun, padahal sebelumnya mereka sempat menolak ajaran tersebut

dengan alasan ajaran tersebut berbau ajaran sesat Yahudi. Para teolog reformasi

berpendapat dan mengambil kesimpulan bahwa kerajaan 1000 tahun belum mulai.

Kerajaan itu akan berlangsung selama-lamanya, walaupun dimulai di dalam dunia

ini, dan akan berlangsung di bumi yang baru.26 Kerajaan 1000 tahun benar-benar

suatu kerajaan yang dikuasai oleh Kristus. Kerajaan 1000 tahun akan terjadi pada

akhir zaman dan yang jelas adalah bahwa kerajaan 1000 tahun itu pasti terjadi.27

Pada permulaan kerajaan 1000 tahun, maka Iblis akan dilemparkan ke dalam jurang

maut dan dirantai selama 1000 tahun (Why. 20:2-3), tetapi pada akhir kerajaan 1000

tahun Iblis akan dilepaskan untuk melakukan kegiatan jahatnya lagi.28

Pemerintahan Allah yang berbentuk kerajaan berhubungan dengan pernikahan

25
A. Munthe, Tema-Tema Perjanjian Baru …, 49.
26
Ibid., 50
27
Ibid.
28
George Eldon Ladd, The Gospel of the Kingdom: Scriptural Studies in the Kingdom of God
(Michigan: Eermands Publishing Company, 1990), 44, diakses tanggal 21 November 2020,
https://books.google.co.id/books?id=eA8AEAAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs
_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false

15
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

Anak Domba. Dalam 2 Petrus 3:8 TB, seribu tahun sama seperti satu hari dan dalam

Matius 22 TB menunjukkan bahwa pesta pernikahan adalah kerajaan 1000 tahun.

Bagi orang beriman, seribu tahun dalam kerajaan 1000 tahun merupakan pesta

nikah. Raja akan menjadi mempelai laki-laki dan orang-orang beriman percaya

adalah mempelai perempuan-Nya. Seribu tahun itu adalah bulan madu dan seribu

tahun pemerintahan Kristus adalah pesta orang-orang beriman.29

2.3.1. Waktu Terjadinya Kerajaan 1000 Tahun

Agama Kristen tidak menciptakan pokok ajaran tentang kerajaan 1000 tahun,

namun ini merupakan gagasan yang telah dipaparkan dalam kitab Wahyu kepada

Yohanes. Pada zaman Perjanjian Lama, kerajaan 1000 tahun telah dinubuatkan oleh

nabi Daniel (Daniel 2:34-35 TB), Daud (Mazmur 2:6-9 TB), Yehezkiel (Yehezkiel

40-48 TB), Zakharia (Zakharia 14 TB), dan nubuat nabi Yesaya (Yesaya 65:17-25

TB).30 Kerajaan 1000 tahun berhubungan dengan kebangkitan yang dijelaskan pada

Wahyu 20. Kebangkitan tersebut sama dengan yang dimaksud Yohanes pada

Wahyu 20:6 sebagai kebangkitan pertama bagi orang-orang percaya. Kebangkitan

kedua berlaku bagi orang-orang yang tidak percaya akan terjadi sebelum langit baru

dan Yerusalem baru. Jadi, kebangkitan pertama dan kebangkitan kedua akan

diantarai oleh kerajaan 1000 tahun. Jelas sekali bahwa pendapat kaum amilianisme

yang menyatakan bahwa tidak akan ada kerajaan seribu tahun adalah salah.

29
Witness Lee, Pelajaran Hayat: Wahyu (Surabaya: Yasperin, 2020), IV-C, diakses tanggal
22 November 2020,
https://books.google.co.id/books?id=iEfrDwAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_g
e_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false
30
Marsi Bombongan Rantesalu, “DOKTRIN KERAJAAN SERIBU TAHUN
BERDASARKAN KITAB WAHYU,” Jurnal Lembaga Marampa 1, no 1 (2016): 184, diakses
tanggal 22 November 2020,
https://scholar.google.com/citations?user=PpPpvOEAAAAJ&hl=id&oi=sra

16
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

Berangkat dari berbagai sumber-sumber terpercaya yang telah penulis baca,

terjadinya kerajaan 1000 tahun adalah sesudah kedatangan Yesus yang kedua kali

(parousia). Ada banyak pertentangan mengenai kapan kerajaan 1000 tahun mulai.

Berdasarkan pendapat para teolog reformasi di atas, penulis mengambil kesimpulan

untuk memilih bahwa kerajaan 1000 tahun belum mulai. Parousia akan berlangsung

terlebih dahulu sebelum mulainya kerajaan 1000 tahun karena yang menjadi

penguasa dan pemimpin kerajaan 1000 tahun adalah Yesus Kristus. Kerajaan 1000

tahun belum mulai karena kedatangan Yesus kedua kali ke bumi belum terjadi.

Aliran pramilenialisme menyatakan bahwa Yesus datang sebelum kerajaan

1000 tahun atau untuk memulai kerajaan 1000 tahun. Namun, aliran

postmilenialisme yang sering dikhotbahkan oleh para tokoh Kebangunan Besar

abad ke-18, terutama J. Edwards meyakini bahwa kerajaan 1000 tahun (kadang-

kadang disebut juga Kerajaan Allah) sudah berlangsung di Amerika dan Yesus akan

datang untuk kedua kalinya (parousia) pada akhir masa seribu tahun itu.31 Yohanes

mengatakan “Maka mereka hidup kembali dan memerintah sebagai raja bersama

Kristus selama seribu tahun.” (Why 20:4 BIS), maka ayat tersebut dengan tegas

menyatakan bahwa Kristus akan datang sebelum kerajaan seribu tahun dan akan

memerintah bersama dengan orang percaya yang telah dibangkitkan.32 Berdasarkan

urutan kitab Wahyu yang mencatat bahwa Yesus datang dulu kedua kalinya

(parousia), lalu Satan dikalahkan dan dikurung selama 1000 tahun, dan kemudian

barulah bediri kerajaan 1000 tahun. Hal ini tidak boleh dibolak-balik karena harus

Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja…, 292.


31

Marsi Bombongan Rantesalu, “DOKTRIN KERAJAAN SERIBU


32
TAHUN
BERDASARKAN KITAB WAHYU,” …, 185.

17
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

sesuai dengan apa yang tertulis dalam kitab Wahyu.33 Dengan argumentasi di atas,

penulis memberi jawaban bahwa menurut kitab Wahyu kerajaan 1000 tahun akan

terjadi sesudah kedatangan Kristus yang kedua kali.

33
Willyam Wen, Topik-Topik Teologi Menarik di Dalam Kekristenan dan Yudaisme, Vol.1,
Sebuah Buku yang Akan Membuka Paradigma Anda Berisikan Topik-Topik Menarik Seputar
Kekristenan dan Yudaisme…, 52.

18
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

BAB III

PENUTUP

3.1. Saran

Penulisan makalah ini bertujuan agar para pembaca dapat mengetahui secara

ringkas mengenai paraktik glosolalia, gereja sebagai garam dunia dan terang dunia,

serta tentang kaitan antara kerajaan 1000 tahun dengan parousia. Ada baiknya para

pembaca dapat meninjau ulang pembahasan materi yang telah penulis tulis.

Referensi-referensi yang telah penulis cantumkan agar dapat menguatkan

argumentasi dan pembaca dapat mengakses referensi tersebut untuk meninjau lebih

lanjut mengenai materi yang dibahas.

3.2. Kesimpulan

Materi yang dibahas oleh penulis merupakan jawaban atas pertanyaan-

pertanyaan yang sering penulis tanyakan pada diri sendiri. Adapun praktik

glosolalia yang dilakukan oleh gereja Korintus merupakan hal yang sah saja, karena

karunia bahasa roh diilhamkan oleh Roh Kudus bagi siapa saja dan kapan saja

sesuai dengan otoritas-Nya. Hal yang dianggap salah apabila gereja Korintus tetap

mempertahankan klaim bahwa gereja yang hidup adalah jemaatnya harus bisa

berbahasa roh. Mengenai praktik glosolalia tersebut, Jeff Hammond menuliskan

bahwa orang-orang yang sudah dibaptis dalam baptisan Roh Kudus harus bisa

berbahasa roh tidak pernah disebutkan dalam Alkitab.

Berangkat dari kerangka berpikir eklesiologi, maka gereja sebagai garam

dunia dan terang dunia menjadi gambaran yang tepat. Gereja sebagai garam

menggambarkan gereja yang mampu “larut” bagi persoalan kehidupan jemaat di

dunia hingga mampu memberikan solusi. Sebagai terang, gereja akan menjadi

19
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

penuntun dan pengarah kehidupan jemaat menuju sumber terang yang abadi, yaitu

Yesus Kristus.

Persoalan mengenai kerajaan 1000 tahun memunculkan berbagai macam

perdebatan di kalangan para teolog. Berangkat dari referensi-referensi yang

terpercaya, maka penulis mengambil pilihan bahwa kerajaan 1000 tahun akan

terjadi sesudah kedatangan Yesus kedua kalinya (parousia). Aliran yang meyakini

bahwa kerajaan 1000 tahun datang sesudah terjadinya parousia disebut

pramilenialisme.

20
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

DAFTAR PUSTAKA

Buku
A. van Kooij, Rijnardus dan Yam’ah Tsalatsa A. Bermain dengan Api: Relasi
antara Gereja-Gereja Mainstream dan Kalangan Kharismatik Pentakosta.
Jakarta: Gunung Mulia, 2007. Diakses tanggal 20 November 2020.
https://books.google.co.id/books/about/Bermain_dengan_api.html?id=wqdy
F1veo0QC&redir_esc=y.

Aritonang, Jan S. Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 20088. Diakses tanggal 18 November 2020.
https://books.google.co.id/books/about/Berbagai_aliran_di_dalam_dan_di_s
ekitar.html?id=iTvXDeVZchEC&redir_esc=y.

Bailey, Brian J. Roh Kudus Sang Penghibur: Pribadi, Pelayanan, dan 7 Roh Allah.
Maverly: Zion Christian, 1996. Diakses tanggal 20 November 2020.
https://books.google.co.id/books/about/Roh_Kudus.html?id=bEriDwAAQB
AJ&redir_esc=y.

Horton, Stanley M. Oknum Roh Kudus. Malang: Gandum Mas, 2019. Diakses
tanggal 20 November 2020.
https://books.google.co.id/books/about/Oknum_Roh_Kudus_gandummas.ht
ml?id=zSeDDwAAQBAJ&redir_esc=y.

J. de Heer, J. Tafsiran Alkitab: Injil Matius Pasal 1-22. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2000. Diakses tanggal 21 November 2020.
https://books.google.co.id/books?id=8t705s3aJmcC&pg=PA65&source=gbs
_toc_r&cad=4#v=onepage&q&f=false.

Jonge, Christiaan de dan Jan S. Aritonang. Apa dan Bagaimana Gereja?:


Pengantar Sejarah Eklesiologi. Jakarta: Gunung Mulia, 2011. Diakses
tanggal 24 November 2020.
https://books.google.co.id/books?id=TavLsNTpaSUC&printsec=frontcover
&hl=id#v=onepage&q&f=false.

Ladd, George Eldon. The Gospel of the Kingdom: Scriptural Studies in the
Kingdom of God. Michigan: Eermands Publishing Company, 1990. Diakses
tanggal 21 November 2020.
https://books.google.co.id/books?id=eA8AEAAAQBAJ&printsec=frontcov
er&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false.

Lee, Witness. Pelajaran Hayat: Wahyu. Surabaya: Yasperin, 2020. Diakses tanggal
22 November 2020.
https://books.google.co.id/books?id=iEfrDwAAQBAJ&printsec=frontcover
&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false.

Munthe, A. Tema-Tema Perjanjian Baru. Jakarta: Gunung Mulia, 2007. Diakses


tanggal 21 November 2020.

21
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

https://books.google.co.id/books/about/Tema_tema_Perjanjian_Baru.html?i
d=Kff1DxmnmQQC&redir_esc=y.

Nurhayanto, Roni. Kuasa Roh Kudus atau Kuasa Paranormal? Yogyakarta:


Kanisius, 2012. Adobe pdf eBook.

Oentero, Jimmy. Gereja Impian: Menjadi Gereja yang Berpengaruh. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama, 2010. Diakses tanggal 20 November 2020.
https://books.google.co.id/books/about/Gereja_Impian_Mejadi_Gereja_Yan
g_Berpeng.html?id=HdRO4UUGAWYC.

Sinaga, Martin L. Pergulatan Kehadiran Kristen di Indonesia: Teks-Teks Terpilih


Eka Darmaputra. Jakarta: Gunung Mulia, 2001. Diakses tanggal 22
November 2020.
https://books.google.co.id/books/about/Pergulatan_kehadiran_Kristen_di_In
donesi.html?id=g8HkMpM1yu8C&redir_esc=y.

Soedarmo, R. Kamus Istilah Teologi. Jakarta: Gunung Mulia, 2002. Diakses tanggal
22 November 2020.
https://books.google.co.id/books?id=wdpj7X0KIrsC&printsec=frontcover&
hl=id#v=snippet&q=jemaat%20yang%20berkumpul&f=false.

Wen, Willyam. Topik-Topik Teologi Menarik di Dalam Kekristenan dan Yudaisme,


Vol.1, Sebuah Buku yang Akan Membuka Paradigma Anda Berisikan Topik-
Topik Menarik Seputar Kekristenan dan Yudaisme. Diakses tanggal 21
November 2020, https://books.google.co.id/books?id=WF-
SDwAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&c
ad=0#v=onepage&q&f=true.

Jurnal dan Makalah


Ugak, Keloso S. “Ibadah Jemaat Di Era 4.0: Pertimbangan Teologi Kontekstual
Ibadah Jemaat GKE di Era Pandemi COVID 19”. Jurnal Teologi Pambelum
9, no 1 (Juni 2020): 48, diakses tamggal 20 November 2020, https://stt-
gke.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/Jurnal-Teologi-Pambelum-Volume-
9-No-2-Juni-2020-SIAP-CETAK-3.pdf.

_____________, “Menjelaskan Pokok Pneumatologi Tentang Roh Kudus dan


Hakikat Roh Kudus Dalam Perjanjian Baru” (Mata Kuliah Pembimbing
Teologi Sistematika di STT GKE, Banjarmasin, 20 Oktober 2020).

Rantesalu, Marsi Bombongan. “Doktrin Kerajaan Seribu Tahun Berdasarkan Kitab


Wahyu”. Jurnal Lembaga Marampa 1, no 1 (2016): 184, diakses tanggal 22
November 2020,
https://scholar.google.com/citations?user=PpPpvOEAAAAJ&hl=id&oi=sra

Sumber online
Lori, “Apakah Setiap Orang Percaya Harus Berbahas Roh?”, diakses tanggal 23
November 2020,

22
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

https://www.jawaban.com/read/article/id/2015/06/19/58/150618155015/apa
kah_setiap_orang_percaya_harus_berbahasa_roh.

23

Anda mungkin juga menyukai