Anda di halaman 1dari 14

TUGAS PRAKTIKUM V dan VI

MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI


TUGAS DARI
PDT.DR. KELOSO S.UGAK
DOSEN PENGAMPUH MATA KULIAH AGAMA
KRISTEN

Disusun oleh Kelompok 4


Anggota :
1. Elna Lamayanti (2210512320007)
2. Karisma Tia Krisba (2210512120006)
3. Paska Apriyani Mulyadi (2210512320004)
4. Srinanda Jutami (2210512220008)
5. Yosua Youngki (2210512310022)

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2022
KATA PENGANTAR

Shalom segala puji dan syukur,kami panjatkan kepada Tuhan Yesus


Kristus,atas berkat dan anugerah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini. Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas praktikum mata kuliah pendidikan agama kristen protestan dan untuk
dapat lebih memahami arti dan makna darI Menjelaskan pokok Eklesiologi
menurut perspektif perjanjian Baru: bebe-rapa gambaran mengenai Gereja dan
memahami dasar kepelbagaian denominasi Gereja dan sikap terhadap
kepelbagaian denominasi Gereja.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Pdt.dr.Keloso S.Ugak


selaku dosen mata kuliah pendidikan agama kristen protestan . kami menyadari
bahwa makalah ini masih terbatas dan jauh dari, kata sempurna, karena
waktu,pengalaman,dan pengetahuan yang kami miliki masih sangat terbatas.
Namun , kami telah berusaha dan bekerja keras agar ni makalah ini dapat selesai
dan juga bermanfaat bagi pembaca sekalian. Dan kami juga mengharapkan kritik
dan saran pembaca sekalian untuk menjadi bahan perbaikan kami.
Akhir kata kami ucapkan Terima Kasih,shalom. Tuhan Yesus Memberkati
kita sekalian.

Banjarbaru,16 November 2022


Penulis,

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................2
1.1 latar belakang............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................4
2.1 Menjelaskan pokok EKLESIOLOGI Dalam PERJANJIAN BARU;.......................4
2.2 Menjelaskan pokok EKLESIOLOGI: memahami dasar kepelbagaian
denominasi Gereja dan sikap terhadap kepelbagaian denominasi Gereja.......................6
BAB III PENUTUP.........................................................................................................8
3.1 Kesimpulan................................................................................................................8
3.2 Saran .........................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................10
REFLEKSI DIRI...........................................................................................................11

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Shalom segala puji dan syukur,kami panjatkan kepada Tuhan Yesus


Kristus,atas berkat dan anugerah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini. Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk memenuhi
salah satu tugas praktikum mata kuliah pendidikan agama kristen protestan
dan untuk dapat lebih memahami arti dan makna darI Menjelaskan pokok
Eklesiologi menurut perspektif perjanjian Baru: bebe-rapa gambaran
mengenai Gereja dan memahami dasar kepelbagaian denominasi Gereja dan
sikap terhadap kepelbagaian denominasi Gereja.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Pdt.dr.Keloso S.Ugak
selaku dosen mata kuliah pendidikan agama kristen protestan . kami
menyadari bahwa makalah ini masih terbatas dan jauh dari, kata sempurna,
karena waktu,pengalaman,dan pengetahuan yang kami miliki masih sangat
terbatas. Namun , kami telah berusaha dan bekerja keras agar makalah ini
dapat selesai dan juga bermanfaat bagi pembaca sekalian. Dan kami juga
mengharapkan kritik dan saran pembaca sekalian untuk menjadi bahan
perbaikan kami.
Akhir kata kami ucapkan Terima Kasih, shalom. Tuhan Yesus Memberkati
kita sekalian.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Menjelaskan pokok EKLESIOLOGI Dalam PERJANJIAN BARU.

Yesus Kristus dipahami sebagai dasar Gereja yang hadir untuk menjadi Kepala
yang memanggil-memilihmengutus-memperlengkapi Gereja-Nya dalan
menjalankan tugas panggilan.

Gereja memandang bahwa "ikan" atau umat manusia yang «berkeliaran» di dalam
dunia hidup dalam kekotoran dan bahaya sehingga perlu segera ditangkap dan
dimenangkan untuk Tuhan Yesus sebagai Penjala Utama.
Ikan-ikan yang ditangkap terdiri dari berbagai kemungkinan jenisnya, dari yang
kecil sampai yang besar, dari yang baik sampai yang buruk.
Hal tersebut menggambarkan kenyataan dari umat manusia yang berhimpun di
dalam Gereja.

Satu Tuhan – dan Satu Allah Bapa ==> Satu Pengharapan – Satu Iman

– satu Baptisan.
Dalam pertumbuhan berkelanjutan, Allah sendiri melengkapi Gereja-Nya dengan
berbagai karunia agar seluruh anggota Tubuh bisa tumbuh bersama

Alkitab adalah ecclesia atau ecclesiae . Kata ecclesia berarti


«persekutuan orang-orang yang dipanggil keluar dari kegelapan
dosa untuk datang menghadap dan menerima anugerah
penyelamatan Allah melalui Yesus dan Roh Kudus namun
selanjutnya diutus ke dalam dunia untuk mewartakan anugerah
penyelamatan Allah tersebut». Adanya persekutuan murid-murid
atau orang-orang percaya yang dibentuk dan dikuduskan
olehAllah dalam Yesus Kristus melalui Roh Kudus serta mengakui
Allah dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.

4
Adanya persekutuan murid-murid atau orang percaya yang
merespons panggilan – pilihan –penyelamatan – pengutusan
Allah melalui hidup bersekutu.
Adanya persekutuan murid-murid atau orang percaya yang hadir
ke dalam dunia sebagai wadah bagi orang-orang percaya untuk
bersaksi – melayani.
«Pentakosta = Lahirnya Eklesia»
Pentakosta . adanya ikan yang menjadi objek tangkapan; dan
adanya sungai-laut-danau atau air sebagai tempat peristiwa
tersebut berlangsung.
Para murid yang bersedia hadir bersama-sama atau bersekutu
bersama dalam menjalankan tugas panggilan yang diperintahkan
kepada mereka.

Jala untuk menunjuk pada alat atau wadah untuk menangkap


dan tempat penampungan sementara sampai pada waktunya
«ikan tangkapan» tersebut dipersembahkan kepada Yesus
sebagai pemilik jala.
Sebuah persekutuan bisa disebut sebagai Gereja ketika ia
berhasil dalam aksinya untuk mempersembahkan banyak orang
menjadi umat Allah di dalam Yesus Kristus.
Gereja memandang bahwa «ikan» atau umat manusia yang
«berkeliaran» di dalam dunia hidup dalam kekotoran dan bahaya
sehingga perlu segera ditangkap dan dimenangkan untuk Tuhan
Yesus sebagai Penjala Utama.
Ikan-ikan yang ditangkap terdiri dari berbagai kemungkinan
jenisnya, dari yang kecil sampai yang besar, dari yang baik
sampai yang buruk. Hal tersebut menggambarkan kenyataan
dari umat manusia yang berhimpun di dalam Gereja.
Yesus. Jala adalah adalah ALAT KERJA. Jenis jala yang digunakan
disesuaikan dengan tempat menebarnya dan ikan yang akan di
tangkap.
Hal ini mengambarkan tuntutan KREATIFITAS para
NELAYAN dalam memanfaatkan samahalnya ALAT KERJA agar
pelayanan Gereja menjangkau semua.

BERPARTISIPASI di dalam Kristus. BERDASARKAN 1 KOR.


Allah melalui kematian dan kebangkitan Kristus.

BERDASARKAN 1 KOR. 12 & 14 - KOL. 3:9-13 berisikan


kepelbagaian pelayan dan bentuk-bentuk pelayanan: the
diversities of ministries in one body.
berisikan kepelbagaian latar belakang sosial budaya anggotanya,
namun demikian tetap satu sebagai Tubuh Kristus: the unity of

5
Jews and Gentiles in one body.

Gereja yang didasarkan atas the same God, the same Lord, and
the same Spirit.

Persekutuan yang di dalamnya tiap-tiap anggota ada dalam


keserasian untuk saling «menopang» sebagai wujud ketaatan
kepada Kristus sebagai Kepala.

Gereja menjadi wujud kehadiran karya pendamaian Kristus


sekaligus persekutuan yang ambil bagian dalam karya
pendamaian yang berkelanjutan.
Satu Tuhan – dan Satu Allah Bapa ==> Satu Pengharapan – Satu
Iman – satu Baptisan.
Dalam pertumbuhan berkelanjutan, Allah sendiri melengkapi
Gereja-Nya dengan berbagai karunia agar seluruh anggota
Tubuh bisa tumbuh bersama.
Mengacu 1 Kor.
 Perlunya pengaturan dan bahwa aturan yang dibuat supaya
«segala sesuatu berlangsung dengan sopan dan teratur», Hukum
Gereja memiliki peran dan wibawa untuk mengatur, dan menjadi
HAMBA atau ALAT agar kegiatan gerejawi berlangsung dengan
baik.
Ketaatan utama bukan kepada Hukum atau Peraturan Gereja,
melainkan kepada Yesus Kristus sebagai Kepala Gereja.
Dalam sejarah Gereja, bentuk hubungan antara eklesiologi
dengan Hukum Gereja ini tampak dalam pemahaman mengenai
Gereja sebagai Institusi dengan asumsi: apabila Gereja tidak
memiliki para pejabat yang bertanggung jawab dan prosedur-
prosedur yang sah, maka pada satu pihak, Gereja tidak dapat
mempersatukan manusia dari berbagai bangsa ke dalam suatu
komunitas dengan keyakinan-keterlibatan-harapan yang kokoh,
di pihak lain, Gereja tidak dapat melayani secara efektif
kebutuhan umat atau warganya.

Tuhan Yesus bersama mereka, maupun bersifat pengutusan ke


depan.
Para murid dibagi ke dalam berapa kelompok secara «hirarkis»,
yaitu ada kelompok «3», kelompok «12» dan kelompok «70».
Gereja dan penahbisan kepada para pejabat gerejawi.
Kedua: mengacu pengajaran Paulus, dalam 1 Kor.
dan Ef. 4: Allah sendiri telah menetapkan sejumlah pelayan-
pejabat di dalam Jemaat untuk membangun dan memelihara
Jemaat tersebut.

6
2.2 Menjelaskan pokok EKLESIOLOGI: memahami dasar kepelbagaian
denominasi Gereja dan sikap terhadap kepelbagaian denominasi Gereja.
Dasar pertama-tama untuk memahami kepelbagaian denominasi Gereja
adalah Alkitab sendiri. Alkitab menyediakan gambaran tentang Gereja, baik
gambaran MINOR maupun gambaran MAYOR yang memberi penekanan
berbeda-beda. Keanekaragaman tersebut terus berkembang sejalan dengan
makin luasnya Kekristenan dalam Sejarah Gereja mulai dari kecenderungan
sekterian dari beberapa tokoh hingga perpecahan atau pemisahan antar
kelompok jemaat. Perkembangan keanekaragaman tersebut masih terus
berlanjut seiring dengan berdirinya sejumlah lembaga zending dan hadirnya
Gereja-gereja di berbagai belahan dunia yang secara kontekstual berbeda satu
dari yang lain.

Perkembangan tersebut agaknya akan terus berlanjut pada masa kini yang
menuntut respons secara terus menerus oleh Gereja dan umat
manusia. Kekristenan yang dibawa oleh Pemerintahan Portugal menjadi cikal
bakal lahirnya Gereja Katolik Roma, sementara kekristenan yang dibawa
Hindia Belanda menjadi cikal bakal lahirnya Gereja Protestan di Indo-nesia
yang ajarannya mengacu pada Confessio Belgica yang memuat ajaran
Gereformeerd – Calvinis. Di Eropa badan zending itu dibentuk oleh sejumlah
warga Gereja yang dibangun kesadaran dan tanggungjawabnya untuk
mengabarkan Injil ke seluruh dunia. Pada mulanya lembaga zending tersebut
bersifat non-konvensional namun lama-kelamaan semakin bersifat
konvensional sehingga makin terikat dengan organ resmi suatu lembaga
Gereja tertentu.

Keanekaragaman yang dihasilkan dari sejumlah lembaga zending tersebut


menghasilkan dua kelompok utama aliran kegerejaan di Indonesia, yakni
Gereja Katolik Roma dan Gereja-Gereja Protestan main-stream. Namun pada
kenyataanya, tidak sedikit dari lembaga tersebut melakukan kegiatan yang
bersifat konvensional, yakni melakukanpelayanan yang seharusnya dilakukan
oleh Gereja sebagai Lembaga , dan ada yang hadir sebagai perpanjangan
tangan dari lembaga Gereja atau denominasi tertentu.

7
KEPALA–TUBUH–ANGGOTA

Dasar bagi Gereja sebagai Tubuh Kristus adalah peristiwa penyelamatan


Allah yang memungkinkan manusia beralih dari BERPARTISIPASI di dalam
Adam menjadi BERPARTISIPASI di dalam Kristus. Kepelbagaian tersebut
perlu tetap dikelola dalam rangka kesatuan Gereja yang didasarkan atas the
same God, the same Lord, and the same Spirit. Gereja menjadi wujud
kehadiran karya pendamaian Kristus sekaligus persekutuan yang ambil bagian
dalam karya pendamaian yang berkelanjutan. Dalam pertumbuhan
berkelanjutan, Allah sendiri melengkapi Gereja-Nya dengan berbagai karunia
agar seluruh anggota Tubuh bisa tumbuh bersama.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Eklesiologi tentang bagaimana fungsi dan hakikat gereja di dunia.Jadi kita


bisa tau atau bisa juga belajar bahwasannya gereja itu ada berbagai
macam ,juga banyak perbedaan² di dalam nya seperti tata ibadahnya akan
tetapi initinya di sini yaitu menjelaskan bagaimana kita dapat menyikapi
kehadiran gereja itu di dunia. Dan bagaimana pengaruh untuk kita sebagai
orang² kristen dalam bergereja..

3.2 SARAN
Sebagai orang percaya alangkah baiknya kita memahami ciri dan latar
belakang tiap gereja yang berbeda² entah dari segi tata ibadah,puji-
pujian,saat teduh,atau pun pada saat persembahan.

8
Oleh karena itu, kita harus dapat berpikir kritis,terbuka,kan
kontekstual.pada setiap gereja dan bagaimana keberadaan gereja tesebut
bagi keyakinan tiap orang yang percaya dengan istilah yang kita pakai
adalah the same God, the same Lord, and the same Spirit. 

DAFTAR PUSTAKA

S.Ugak, Keloso.19 September 2022.PPTX Agama Kristen Protestan materi


9.Banjarbaru:Indonesai
S.Ugak, Keloso.19 September 2022.PPTX Agama Kristen Protestan materi
10.Banjarbaru:Indonesia

9
https://id.linkedin.com/pulse/allah-tritunggal-sebuah-refleksi-mengenai-
pentingnya-belajar-chintya

REFLEKSI DIRI

ELNA LAMAYANTI

EKLESIOLOGI merupakan salah satu ilmu teologi yang membahas


mengenai hakikat dan fungsi gereja, berkaitan dengan identitas dan misi
gereja di dalam dunia. Setelah mempelajari materi EKLESIOLOGI ini yang

10
dapat saya Refleksi yaitu menyeluruh, rasional dan teratur mengenai realitas
yang disebutkan dan diimani sebagai Gereja Kristus

KARISMA TIA KRISBA

Setelah mempelajari materi EKLESIOLOGI ini yang saya


dapat ambil dan terapkan yaitu dalam menyikapi berbagai
macam denominasi kita harus berpikir kritis dan terbuka, dan juga dalam
memahaminya kita harus memahami secara
kontekstual. Kita juga harus harus memahami dasar-dasar kepelbagaian
gereja,agar tidak salah paham.

PASKA APRIYANI MULYADI

Refleksi pribadi tentang Eklesiologi

Eklesiologi merupakan teologi yang diterapkan dalam pembahasan mengenai


being dan doing Gereja. Eklesiologi berbicara mengenai being di mana hal
ini
menunjuk pada identitas Gereja, siapa Gereja dan doing yang mengkaji
relevansi
mengenai apa yang dikerjakan Gereja. Dan kali ini saya akan menyampaikan
refleksi tentang ibadah online pada saat pandemi.
Pandemi covid-19 yang sedang dihadapi saat ini membawa dampak yang
besar bagi kehidupan bukan hanya bagi mereka yang ada di satu negara atau
pun satu tempat, namun pandemi Covid-19 ini membawa dampak bagi
seluruh dunia.
Pandemi ini membawa dunia termasuk umat manusia di dalamnya
mengalami perubahan yang begitu cepat dalam cara hidup tetapi juga
aktivitas dan kegiatan yang di luar kebiasaan. Perubahan yang

11
dialami bukan hanya pada satu bidang kehidupan, tetapi juga menyangkut
berbagai bidang kehidupan seperti, ekonomi, pendidikan, keagamaan dan
sebagainya. Perubahan yang dialami menuntut semua orang untuk membatasi
aktivitas dan berkumpul dengan banyak orang, sehingga kebanyakan aktivitas
dilakukan dari rumah, seperti bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan
ibadah juga dari rumah, dengan memanfaatkan teknologi yang ada saat ini
atau dikenal dengan kegiatan yang dilakukan secara online yaitu dengan
menggunakan jaringan internet dan gadget yang dimiliki. Dengan
dilaksanakannya ibadah dalam ruangan online dianggap sebagai hal yang
kurang tepat yang dilakukan gereja dalam mengemban tugas memberitakan
mengenai pekerjaan Allah di dalam Yesus Kristus melalui Roh Kudus bagi
jemaatnya.
Bahkan sebagian orang menganggap
bahwa ibadah online hanya sekadar formalitas yang mendorong
spiritualitas. Hal yang demikian juga bukan hanya sebatas anggapan tetapi
juga pada praktiknya di mana ibadah online hanya dijadikan formalitas
sehingga kadang jemaat tidak fokus dalam melaksanakan ibadah secara
online.
Kejadian 12:8, ia juga mendirikan kemah ibadah keluarga dan orang-orang
yang bersama dengannya dalam Kejadian 13:18 . Hal ini memberi penjelasan
bahwa makna dari ibadah bukan terbatas pada ibadah yang berpusat pada
gedung gereja, melainkan lebih dari itu. Ibadah harus dimaknai sebagai
sebuah perjumpaan antara manusia dengan Allah dan persekutuan melalui
umat-Nya, sehingga dalam ibadah yang dilaksanakan jemaat, jemaat dapat
memaknai Yesus Kristus yang sangat menggetarkan hati dan mampu
mengubahkan kehidupan orang percaya kepada Tuhan, sehingga ibadah di
mana pun dan dalam bentuk apapun terus dimaknai sebagai sebuah
perjumpaan dengan Kristus.

SRI NANDA JUTAMI

Materi eklesiologi saya refleksikan dalam kehidupan sehari hari yaitu dalam
kita menjalani kehidupan kita yang penuh dengan dosa dan godaan godaan
duniawi dan terkadang kita sering berbuat seenaknya dan bahkan melukai hati
Tuhan, peran gereja membimbing dan merangkul dan menemukan kembali
orang-orang yang telah sesat/meninggalkan Tuhan. Dalam hal tersebut dapat
diambil pelajaran bahwa gereja sebagai bait Allah akan bertanggung jawab
serta mempertahankan keutuhan jemaat yang ada dalam sebuah gereja. Begitu
juga hal nya dengan kita sebagai orang kristen kita harus mempertahankan
bait Allah yang ada dalam diri kita, dan tetap percaya kepadanya agar kita
tidak tersesat dan tidak mudah roboh layaknya bangunan yang tidak kokoh

12
YOSUA YOUNGKI

Menjadi seorang mahasiswa kirsten di Universitas Lambung Mangkurat saya


di ajarkan tentang eklesiologi tentang bagaimana cara bersikap seharusnya
dalam menghadapi perbedaan denominasi gereja yang ada di dunia khususnya
Indonesia tidak seharusnya kita saling menghakimi, perlu studi yang
mendalam untuk mengerti dan memahami perbedaan tersebut karena semua
dilandasi oleh kepercayaan dan keyakinan yang sama hanya saja bereda
dalam mengekspresikannya.

13

Anda mungkin juga menyukai