Anda di halaman 1dari 9

POLA PELAYANAN YESUS DAN RELEVANSINYA BAGI DIAKONIA GEREJA

MASA KINI
( Dibuat Sebagai Syarat Penilaian Pada Mata Kuliah Metode Penelitian II )
Dosen Pengampu : Drs. M. Labobar, M.Th

OLEH :

AMBUN R. TINORING
NIM : 2020. 01. 0005
SEMESTER : IV / A
JURUSAN : TEOLOGI

SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN PROTESTAN NEGERI


( STAKPN – SENTANI )
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan untuk Tuhan Yesus atas segala anugerah-Nya sehingga
penelitian ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa penulis mengucapkan terima
kasih kepada dosen Bapak.Drs.M.Labobar, M.Th sebagai pengampu Mata Kuliah atas
kontribusi yang diberikan lewat materi dan pembimbingan penulisan. Penulis sangat berharap
semoga penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan
penulis berharap lebih jauh lagi agar penelitian ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan
sehari-hari. Bagi penulis sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penelitian ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan penelitian
ini.

Sentani, 30 Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................


DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...........................................................................................
B. Rumusan Masalah ......................................................................................
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Filosofis, Terminologi, Trilogi Gereja.........................................................
1. Filosofis Gereja ...............................................................................
2. Terminologi Gereja .........................................................................
3. Trilogi Gereja .................................................................................
B. Gereja Dipanggil Untuk Menjadi Garam dan Terang Dunia ........................
C. Pola Pelayanan Diakonia Yesus
D. Pola Pelayanan Diakonia Gereja .................................................................
E. Berdiakonia Adalah Tanggung Jawab Gereja .............................................
F. Gereja Yang Berdiakonia Secara Aktif dan Kreatif .....................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................
B. Saran ..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pola berarti “gambar yang dipakai, model,
sistem, cara kerja, bentuk atau struktur yang tetap.1” Pola pelayanan berarti gambaran atau
cara kerja pelayanan yang dilakukan. Istilah untuk pelayanan yang sering terdengar yaitu
service. Pelayanan ini dibidang bisnis dan jasa umum atau transportasi yang melayani bukan
dengan tanpa pamrih. Kamus Besar Bahasa Indonesia, dari kata layan berubah menjadi
melayani artinya orang yang memiliki pekerjaan sebagai seorang yang melayani, pembantu,
jadi arti dari pelayanan yaitu berusaha untuk melayani kebutuhan orang lain dengan
memperoleh imbalan. Bila ditinjau secara etimologi, kata “pelayanan” memiliki makna yang
kompleks. Dalam bahasa Yunani dipakai beberapa istilah bahasa, yaitu: dou/loj, melayani
sebagai hamba (Mat 10:24). Seorang yang disebut budak adalah seorang yang sama sekali tidak
memiliki kepentingan untuk dirinya sendiri. Dalam ketaatan dan penuh kerendahan hati ia
hanya bisa untuk berkata dan bertindak atas nama tuannya. Dalam hal ini tuannya berkata-kata
dan bertindak melalui dia. Hamba tidak pernah mendapat sanjungan apalagi imbalan yang
pantas. dihko,nei, melayani sebagai pelayan dapur, yang menantikan segala perintah di sekitar
meja makan (Mat. 8:15). Ini bukanlah pekerjaan yang menyenangkan, karena seringkali ia akan
menerima kata-kata yang kasar dari orang-orang yang merasa kurang puas dilayani. Dalam
pengertian luas kata ini menyatakan seseorang yang memperhatikan kebutuhan orang lain,
kemudian berupaya untuk dapat menolong memenuhi kebutuhan itu.
Orang bisa saja bekerja sebagai seorang budak (doulos) dan tidak menolong
seorangpun; tetapi jika ia seorang dia ,konoj. dia ,konoj berkaitan erat dengan upaya untuk
menolong orang lain (Yoh. 12:26; Tim. 3:13). Kata pelayanan berdasarkan kehidupan Kristen
yaitu pelayanan untuk Tuhan. Pelayanan bersifat rohani yakni ibadah, kebaktian dan doa.
Pelayanan sebatas ritual atau rohani. Melayani menyangkut permasalahan konkret di bidang
etik. Melayani orang lain adalah tugas pelayan, “layanilah seorang akan yang lain oleh kasih”
(Gal 5:13). Siapa mengasihi lebih, bertindak lebih. Jika judul tulisan ini tentang Pola Pelayanan
Yesus, maka itu artinya penulis hendak menyoroti dan membahas lebih dalam tentang sistem
atau cara yang dipakai Tuhan Yesus dalam pelayanan-Nya dan bagaimana supaya gereja masa

1
https://www.google.com/search?q=pelayanan+holistik+gereja&sxsrf=ALeKk02GYq0kD57-y- &sclient=gws-
wiz, diakses tgl.28 Maret, Pukul 12:34 WIT.
kini dapat meneladaninya dan dapat menerapkannya dalam tugas pelayanannya. Karena salah
satu tugas yang harus dilakukan oleh gereja adalah diakonia.Panggilan tugas gereja untuk
diakonia sudah dimulai sejak era Perjanjian Lama (PL) sampai di era Perjanjian Baru (PB)
hingga sampai sekarang ini. Dan tatkala dalam melakukan tugas diakonianya tokoh yang
menjadi dasar teladannya adalah Yesus Kristus yang lahir di Betlehem Efrat Palestina. Gerakan
Yesus ketika melakukan pelayanan-Nya tidak dapat dipisahkan dari gerakan solidaritas
terhadap orang-orang miskin “nominal dan marginal” (Mat. 11: 5).
Solidaritas itu dapat diwujudnyatakan oleh gereja melalui diakonia gereja. Tanpa
diakonia gereja yang memperhatikan orang-orang miskin, maka sebuah gereja tidak dapat
disebut tubuh Kristus, di mana sang Kepala Gereja adalah Yesus Kristus itu sendiri. “Diakonia
merupakan salah satu fungsi misi gereja yang biasa dikenal dengan istilah trilogy gereja, yaitu
koinonia (persekutuan), marturia (kesaksian), diakonia (pelayanan), bahkan ada yang
menambahkan satu tugas/fungsi gereja yaitu pengajaran (didaskalia) 2” Kata “diakonia” berasal
dari bahasa Yunani “διακονοσ” diakonos yang memiliki arti “pelayanan meja”. Jadi diakonos
artinya merupakan orang yang melayani meja. Di dalam Perjanjian Baru, kata “diakonia”
dipakai dalam menunjukan kepada kehidupan dan pekerjaan Yesus serta kepada jemaat-Nya
(Abineno). Inti dari tugas pelayanan misi Yesus di dunia adalah pelayanan kasih (love servant)
dan pemberitaan tentang kedatangan Kerajaan Allah (euangelion). Kasih dimaksud tidak dalam
arti yang terbatas (amal), tetapi kasih yang merupakan hak dari setiap orang (fundamental).
Dengan kata lain, melakukan kasih berarti melakukan kebenaran dan keadilan Allah
(dikaiosune). Maka ketika kita menghilangkan misi kasih dan keadilan Allah yang Yesus
lakukan, itu sama artinya kita telah menghilangkan seluruh makna dari misi Yesus Kristus di
dunia ini, dimana Dia datang bukan untuk dilayani melainkan Ia datang sebagai pelayan yang
mau melayani siapa saja tanpa memandang suku, ras dan golongan apapun juga. Karena itu
Gereja seharusnya dapat membuka diri terhadap setiap orang yang berada di muka bumi ini.
Dan Gereja juga harus bisa melakukan diakonia tanpa tawar hati. Karena untuk melakukan
diakonia itu tidak harus dengan materi uang tetapi juga bisa dengan hal yang lain (all service).
Misalnya melakukan diakonia dengan mendoakan orang sakit, menolong orang yang dalam
kesusahan, membantu sesama dalam melakukan suatu hal dan lain sebagainya.
Gereja di dalam tulisan ini lebih berfokus kepada person (organisme) orang yang
melayani. Bagaimana supaya gereja-gereja zaman sekarang bisa untuk berhati melayani

2
Staf Redaksi BPK Gunung Mulia, ed., SULUH SISWA 3: BERKARYA DALAM KRISTUS, 3rd ed. (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2009). 19.
dengan sungguh-sungguh, mau melayani untuk kemuliaan Tuhan saja. Biasanya kita menyebut
seluruh umat Kristen dengan nama “gereja”. Tetapi, sebenarnya, kita hanya dapat memberikan
nama “gereja” kepada semua orang yang membiarkan diri dipanggil ke luar dari kegelapan
oleh Tuhan sendiri. Hanya mereka yang mau mendengar suara Gembala Agung, yang layak
untuk disebut “gereja”. Ekklesia diterjemahkan dalam bahasa-bahasa Eropa Barat secara
berbeda-beda. Dalam bahasa Perancis jelas bahwa kata “eglise” berasal dari ekklesia. Dalam
bahasa-bahasa lain “gereja” mengacu pada kata kuriakos; dalam bahasa Inggris “church”;
bahasa Belanda “kerk”; bahasa Jerman “kirche”; bahasa Scotlandia “kirk” 3. Bila ditinjau dari
Alkitab Perjanjian Baru maka Gereja memiliki arti perkumpulan orang yang telah terpanggil
dari kegelapan kepada terang Allah. Kita semua tahu bahwa orang beriman tidak diselamatkan
hanya sebagai individu saja, melainkan diselamatkan dalam upaya mengumpulkan umat Allah
sebagai kelompok persekutuan.
Definisi istilah gereja, etimologi katanya dari bahasa Yunani “ekklesia” dari kata
ek,”keluar” dan kaleoo,“dipanggil”. Jadi ekklesia berarti dipanggil keluar, untuk bersaksi dan
mengabarkan Injil Kristus. Tepatnya definisi gereja tersebut dikonfirmsi oleh firman Tuhan
yang tertulis dalam kitab 1 Petrus 2:9-10; “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang
rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan
perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan
kepada terang-Nya yang ajaib: kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang
telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas
kasihan”. Artinya, seorang pribadi diselamatkan oleh Tuhan Yesus, dikumpulkan dalam gereja,
tetapi tidak untuk sekadar kumpul, melainkan untuk bertindak aktif dan kreatif keluar.

Konteks diakonia gereja yang di bahas dalam tulisan ini yaitu bagaimana seseorang
mau melayani seperti Kristus melayani, dimana Dia sampai mengorbankan nyawa-Nya untuk
menggantikan kita yang adalah orang berdosa. Dia yang tidak berdosa mau merelakan nyawa-
Nya untuk pengampunan dosa kita sebagai umat manusia (Yoh.3: 16). Untuk itu kita sebagai
Gereja zaman sekarang harus melakukan diakonia kepada semua orang sebagai bukti cinta
kasih kita atas pengorbanan-Nya di kayu salib. Dilihat dalam terang ini sebenarnya
mengejutkan, bahwa dalam Perjanjian Baru “diakonia” digunakan untuk menyebut hidup dan
pekerjaan Yesus dan juga hidup dan pekerjaan jemaat-Nya. Contoh yang paling jelas dari hal

3
Henk Boersema, Jan A., Venema, Berteologi Abad XXI, ed. Wati Purwanto, 1st ed. (Jakarta: Literatur
Perkantas, 2015). 760.
ini ialah jawaban Yesus atas permintaan ibu Yohanes dan Yakobus, supaya anak-anaknya
diperbolehkan untuk duduk kelak di sebelah kanan dan kiri-Nya dalam Kerajaan Allah.

“Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah dari bangsa-bangsa memerintahkan


mereka dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan
keras atas mereka. Tetapi kamu tidak demikian! Barangsiapa ingin menjadi besar di
antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayan kamu, dan barangsiapa ingin menjadi
terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba kamu. Sama seperti Anak
Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk
memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Mat. 20: 22- 28)”4
Ketika setiap orang yang mau untuk berdiakonia tetapi telah mengalami sifat keegoisan
maka akan muncul konflik atau kesalahpahaman antara orang yang melayani dan yang
dilayani. Menurut Dr. A. Noordegraaf menyatakan bahwa kita tidak boleh menenggelamkan
kekhasan pekerjaan ini dalam suatu pengertian umum “pelayanan kasih” dan kita juga tidak
boleh melepaskan diakonia jemaat Kristus dari pelayanan kesaksian, penggembalaan dan doa
syafaat. Diakonia sebagai pelayanan terhadap yang miskin dan yang berkekurangan berkaitan
dengan pelayanan pemberitaan Firman5.

Dalam melakukan tugas diakonia di zaman sekarang tentu sangat memerlukan uang
untuk kepentingan jasmani, tetapi ingat uang bukanlah segala-galanya karena ada banyak hal
yang tidak bisa diselesaikan/ dibeli dengan uang. Hal ini menjadi peringatan dini bagi pelayan
dan pelayanan Diakonia karena dengan uang berpotensi membuat kita bisa hidup dalam
ketamakan dan keangkuhan. Dengan uang kita tidak hanya dapat menggunakannya untuk
membeli barang tetapi juga status. Makin banyak uang maka makin tinggi status kita di mata
orang. Dan ketika semakin tinggi status kita maka semakin terbuka juga pintu keangkuhan
dalam diri kita. Kita akan merasa lebih tinggi dari kebanyakan orang dan kita akan mulai untuk
mengukur orang dengan uang yang dimilikinya. Ketika uang sudah mulai berlimpah dalam
pelayanan (apalagi tidak dimanfaatkan dengan benar dan tepat) maka akan berlimpah pula
masalah dan dosa yang akan mendatanginya. Di dalam ketamakan kita akan berpotensi untuk
gelap mata dan pada akhirnya menggelapkan uang. Di dalam keangkuhan kita berpotensi untuk
berbuat kejahatan dan akhirnya merugikan orang. Maka kita perlu menjaga agar pelayanan

4
J.L.Ch Abineno, Diaken Diakonia Dan Diakonat Gereja, 1st ed. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010). 3.
5
Noordegraaf. A, Orientasi Diakonia Gereja, ed. Staff Redaksi BPK Gunung Mulia, 1st ed. (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2004). 5.
bebas dari pengaruh uang yang buruk. Seperti yang Firman Tuhan sampaikan bahwa akar dari
segala kejahatan adalah cinta akan uang (1 Tim. 6: 10)6.

Satu hal yang juga dibutuhkan dalam berdiakonia adalah mengajar. Mengajar
merupakan langkah lanjutan sesudah melakukan penginjilan dan baptisan (bukti pertobatan).
Matius 28: 19-20 berisi beberapa kata kerja yang berurutan: jadikan semua bangsa murid Tuhan
Yesus (penginjilan), baptislah (bukti pertobatan), dan ajarlah. Penginjilan yang dapat membuat
hidup seseorang berubah untuk percaya kepada Tuhan Yesus merupakan tahap awal sebelum
melakukan pengajaran. Sesudah seseorang dapat diinjili dan percaya kepada Tuhan Yesus,
maka orang tersebut akan siap untuk diajar. “Kata didaktik berasal dari kata Yunani didaskein.
Septuaginta (Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani) dan Perjanjian Baru bahasa Yunani
memakai beberapa kata yang berbeda untuk menjelaskan kata mengajar, misalnya ginoskein
adalah mengajar/belajar untuk mengetahui, manthanein adalah mengajar/belajar untuk
melakukan. Kata didaskein lebih berarti mengajar/belajar untuk bertindak secara jitu. Dari akar
kata yang sama Perjanjian Baru menggunakan banyak perkataan seperti didaktos (pelajar),
didaskalos (pengajar), didaskalia atau didache (pengajaran), dan didaktikos (cakap
mengajar).7”

Semakin cepatnya perkembangan zaman dalam berbagai segi memiliki dampak yang
begitu besar terhadap tugas diakonia (pelayanan) gereja. Maka penelitian ini sangat signifikan
untuk terus dilakukan agar dapat berkontribusi dalam memberikan dorongan bagi gereja yang
melakukan tugas diakonia pada masa kini dan masa yang akan datang. Berdasarkan uraian latar
belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pola Pelayanan
Yesus dan Relevansinya Bagi Gereja Masa Kini”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana gereja dapat memahami tugas panggilan diakonia dengan benar?
2. Bagaimana caranya agar gereja bisa mengikuti pola pelayanan Tuhan Yesus?
3. Bagaimana relevansinya bagi gereja masa kini?

6
Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab, 2nd ed. (Jakarta: Lemabaga Alkitab Indoensia, 1974). 1 Tim.6:10.
7
Ismail Andar, Ajarlah Mereka Melakukan, ed. Ismail Andar (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998). 80.
C. Tujuan Penulisan
Penelitian ini dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut:
1. Menjelaskan tugas panggilan pelayanan diakonia gereja dengan benar,
2. Menjelaskan bagaimana cara untuk mengikuti pola pelayanan yang diajarkan Tuhan
Yesus,
3. Menjelaskan relevansinya bagi gereja masa kini

Anda mungkin juga menyukai