Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SEJARAH GEREJA HKBP HINALANG SILALAHI

GURU PEMBIMBING
Dewi Sitepu, S.Pd.

DISUSUN OLEH
JOVITA KEZIA FRANSISCA NAINGGOLAN

SMA NEGERI 2 BALIGE


2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan kasih-
Nya saya dapat menyelesaikan tugas membuat makalah tentang sejarah gereja HKBP
Hinalang. Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman akan sejarah Gereja
HKBP Hinalang. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk menumbuhkan proses belajar
mandiri kepada siswa-siswi agar lebih kreativitas dan penguasaan materi sekolah dapat
optimal sesuai dengan yang diharapkan.
Penulis menyadari betul kalau makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Namun,
penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan senantiasa menjadi sahabat dalam
belajar.
Balige, 05 Desember
2022
Penulis

(Jovita K.F Nainggolan)


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian..................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................3
2.1 Sejarah Gereja.........................................................................................................3
2.1.1 Defenisi Gereja.............................................................................................4
2.1.2 Sejarah Berdirinya Gereja HKBP Hinalang.................................................5
2.2 Misi Pelayanan........................................................................................................6
2.2.1 Pelayanan Marturia.......................................................................................6
2.2.2 Pelayanan Diakonia......................................................................................6
2.2.3 Pelayanan Kononia.......................................................................................6
2.2.4 Kegiatan-Kegiatan Pelayanan Di HKBP Hinalang Silalahi.........................6
2.3 Misi Pelayanan Gereja............................................................................................7
2.3.1 Pekabaran Injil..............................................................................................7
2.3.2 Tugas dan Kegiatan......................................................................................7
2.4 Struktur Gereja........................................................................................................7

BAB III MISI PELAYANAN BERDASARKAN ALKITAB..........................................9


3.1 Pelayanan Marturia Berdasarkan Alkitab...............................................................9
3.2 Pelayanan Diakonia Berdasarkan Alkitab..............................................................9
3.3 Pelayanan Kononia Berdasrkan Alkitab.................................................................10

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................11


4.1 Kesimpulan.............................................................................................................11
4.2 Saran ......................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebelum agama Kristen masuk ke Tapanuli khususnya daerah Balige, masyarakat Batak
Toba sudah mempunyai sistem kepercayaan tentang “Mula Jadi Nabolon” yang memiliki
kekuasaan di atas langit dan pancaran kekuasaan-Nya terwujud dalam “Debata Natolu”.
Masyarakat Batak Toba dulunya sering terjadi perang antara satu kampung dengan kampung
yang lain. Masyarakat Batak Toba saat itu sangat takut dengan kekuatan jimat. Untuk
mengubah cara berpikir masyarakat Batak Toba tersebut, para missionaris berusaha
mengenalkan Pendidikan. Masuknya agama Kristen kemudian mengakibatkan semakin
berkurangnya perang antarkampung. Hal ini tidak lepas dari usaha para missionaris yang
datang ke Tanak Batak untuk memajukan masyarakat dan cara berpikirnya melalui
pendidikan dan ajaran agama Kristen.
Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, ada catatan bahwa pertumbuhan gereja tidak
selamanya lancar. Ada kalanya pertumbuhan gereja mengalami kendala, seperti jumlah warga
gereja mulai berkurang dan akhirnya lenyap sama sekali, hal ini sebenarnya tidak hanya
terjadi di Tapanuli. Pada abad 17 di Eropa suatu organisasi gereja tertentu bisa hilang atau
mengikuti keputusan Raja di wilayah tertentu karena pergeseran sosial dan politik akibat
timbulnya Reformasi.
Berbicara tentang gereja, khususnya gereja Protestan harus berbicara juga tentang
“Martin Luther” sebagai tokoh pertama reformasi gereja pada abad ke- 16. Ada 8 organisasi
gereja di Indonesia yang mengaku menganut paham atau termasuk aliran Lutheran serta
menjadi anggota LWF (The Lutheran World Federation), yaitu HKBP, GKPS, GBKP, GKPI,
HKI, GKLI, GKPA, dan GKPM. Semuanya berpusat di Sumatera Utara dan sekitarnya. Salah
satu yang akan dibahas dalam penulisan ini adalah Gereja Huria Kristen Batak Protestan
(HKBP).
HKBP ditata mengikuti sistem keuskupan, mirip dengan gereja-gereja yang menganut
sistem episkopal seperti Gereja Katolik Roma, Gereja Anglikan, Gereja Methodist, dan lain
sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah


Berangkat dari latar belakang di atas maka dibuatlah suatu perumusan masalah yang
hendak diteliti sebagai landasan utama dalam penelitian. Penelitian ini dibuat untuk
membahas “Sejarah Gereja HKBP Hinalang”. Untuk mempermudah tulisan dalam upaya
menghasilkan penelitian yang obyektif, maka pembahasannya dirumuskan dalam masalah-
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Sejarah berdirinya Gereja HKBP Hinalang Silalahi Resort Hinalang
Silalahi?
2. Bagaimana Perkembangan Gereja HKBP Hinalang Silalahi Resort Hinalang
Silalahi?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui latar belakang berdirinya Gereja HKBP Hinalang Silalahi Resort
Hinalang Silalahi
2. Menjelaskan perkembangan Gereja HKBP Hinalang Silalahi Resort Hinalang
Silalahi
Disamping tujuan di atas, juga diharapkan akan menghasilkan manfaat antara lain sebagai
berikut :
1. Memberikan informasi kepada pembaca tentang sejarah dan perkembangan Gereja
HKBP Hinalang Silalahi Resort Hinalang Silalahi.
2. Memberikan motivasi dan dorongan bagi pembaca sebagai bahan untuk penelitian
selanjutnya bagi yang ingin meneliti permasalahan yang sama atau yang
berhubungan dengan masalah dalam penelitian ini.
1.4 Manfaat Penelitian
Dalam kehidupan manusia, masa lampau memang tidak dapat ditampilkan lagi
seutuhnya. Meskipun demikan, manusia perlu mempelajari sejarah masa lampau, masa kini,
dan masa yang akan datang karena akan memberikan pelajaran bagi manusia untuk tidak
melakukan kesalahan yang sama pada masa kini dan akan datang.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Gereja HKBP


Gereja Huria Kristen Batak Protestan lahir pada tanggal 7 Oktober 1861 yang
ditetapkan melalui Sinode Pertama. Gereja HKBP dibawa oleh Misionaris Jerman
danBelanda yang merupakan asal nama Gereja HKBP yaitu Pdt. Heine, Pdt. Klemmer, Pdt.
Betz, dan Pdt. Asselt. Penetapan hari jadi HKBP tanggal 7 Oktober 1861memiliki makna
sejarah dan teologis yang mendalam. Tanggal 7 Oktober 1861 menjadi titik balik sejarah
penginjilan dan sejarah Gereja HKBP. Sejarah penginjilan dan sejarah gereja adalah ibarat
dua sisi dari satu mata uang logam yang sama. Gereja tanpa penginjilan bukanlah Gereja.
Itulah sebabnya peristiwa 7 oktober 1861 diartikan dan dimaknai dari dua segi, yakni
penginjilan dan gereja. Hasil penginjilan ditanah batak adalah agama kristen atau kekristenan
yang didalamnya terdapat sejumlah jemaat atau pargodungan (setasi sending dan sekaligus
huria/jemaat). Jemaat-jemaat tersebut sejak awal sudah diarahkan akan membentuk sebuah
gereja-sending yang kelak menjadi sebuah gereja yang mandiri dari lembaga zending barat
(RMG).
Selanjutnya perkembangan Gereja HKBP dilanjutkan oleh Ephorus pertama Gereja
HKBP yaitu Pdt. I. L. Nommensen yang melalui banyak rintangan untuk mengembangkan
Gereja HKBP di Tanah Batak. Penolakan – penolakan yang pada awalnya dilakukan suku
Batak mulai mencair saat Pdt Nommensen berhasil membaptis 4 pasangan suami istri pada
tanggal 27 Agustus tahun 1865 di Silindung. Kemudian berlanjut hingga 20 sampai 50 orang
ikut dalam suatu acara ibadah. Perkembangan agam Kristen semakin terasa setelah Pdt.
Nommensen membangun sebuah perkampungan yang dinamakan Desa Huta Dame di
Saitnihuta. Pada mulanya, Huta Dame dikelilingi dinding pengamanan dan dijaga setiap hari
oleh orang-orang yang belum mengikuti Kristen, namun di kemudian hari semakin banyak
yang menjadi agama Kristen. Setelah 3 tahun perkembangan agama Kristen menjadi lebih
cepat setelah dibaptisnya Raja Batak Pontas Lumbantobing yang diikuti oleh masyarakat
setempat.
Setelah itu ia pergi ke Humbang dan tiba di Desa Huta Ginjang. Kemudian pada 1876 ia
berangkat ke Toba ditemani Pendeta Johannsen dan sampai di Balige. Tetapi, akibat situasi
yang gawat waktu itu, ketika pertempuran antara pasukan Sisingamangaraja XII dengan
pasukan Belanda sedang terjadi, merekapun menangguhkan perjalanan dan kembali ke
Silindung. Pada 1886 Nommensen kembali ke Toba (Laguboti dan Sigumpar). Dari
Sigumpar, Nommensen bersama beberapa pendeta lainnya melanjutkan zending dengan
menaiki “solu” (perahu) melintasi Danau Toba yang dikaguminya menuju Pulau Samosir.
Maka, pada 1893 Pendeta J. Warneck puntiba di Nainggolan, 1898 Pendeta Fiise di Palipi,
1911 Pendeta Lotz di Pangururan dan 1914 Pendeta Bregenstroth di Ambarita. Misi zending
tak berhenti sampai di sana. Nommensen lalu mengajukan permohonan kepada RMG Barmen
agar misinya diperluas hingga wilayah Simalungun. Permohonan itu ditanggapi dengan
mengutus Pendeta Simon, Pendeta Guillaume dan Pendeta Meisel menuju Sigumpar pada 16
Maret 1903. Dari sana mereka pergi ke Tiga Langgiung, Purba, Sibuha-buhar, Sirongit,
Bangun Purba, Tanjung Morawa, Medan, Deli Tua, Sibolangit dan Bukum. Bersama
Nommensen, merekapun melanjutkan perjalanan melalui Purba, Raya, Pane, Dolok Saribu
hingga Onan Runggu.

2.1.1 Defenisi Gereja


Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, gereja berarti:
1. Gedung (rumah) tempat berdoa dan melakukan upacara agama Kristen.
2. Badan (organisasi) umat Kristen yang sama kepercayaan, ajaran dan tata caranya
(Katolik, -Protestan, dan lain-lain).
Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, gereja adalah:
1. (Port) rumah tempat beribadah bagi orang Kristen.
2. Mazhab atau kaum Kristen: persekutuan.
3. Organisasi umat Kristen yang sama aliran, ajaran dan tata caranya (misalnya:
Katolik, Protestan, dan lain-lain).
Jadi, gereja adalah rumah, tempat ibadah/persekutuan atau tempat berdoa dan tempat
untuk melakukan upacara yang sama kepercayaan, ajaran dan tata caranya (Katolik,
Protestan, dan lain-lain). Pengertian lain gereja menurut pengamatan gereja-gereja di
Yogyakarta adalah tempat atau sarana dan prasana untuk melakukan ibadah, persekutan
orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus serta tempat melakukan pelayanan kepada
jemaat gereja (belajar doa, katekisasi, belajar menyanyi dan lain-lain) dan pelayanan kepada
masyarakat di sekitar gereja.
Menurut asal katanya yaitu, Gereja berasal dari Bahasa Portugis igreja dan Bahasa
Yunani ekklêsia yang berarti dipanggil keluar (ek=keluar; klesia dari kata kaleo=memanggil).
Jadi, ekklesia berarti persekutuan orang-orang yang dipanggil keluar dari kegelapan datang
kepada terang Allah yang ajaib. Kata gereja dalam Bahasa Indonesia memiliki beberapa arti:
1. Arti pertama gereja ialah “umat” atau lebih tepat persekutuan orang Kristen. Gereja
pertama-tama bukan sebuah gedung. Dalam hal ini, gereja terbentuk 50 hari setelah
kebangkitan Yesus Kristus pada hari raya Pentakosta, yaitu: ketika Roh Kudus yang
dijanjikan Allah diberikan kepada semua yang percaya pada Yesus Kristus. Arti
kedua gereja adalah sebuah perhimpunan atau pertemuan ibadah umat Kristen, bisa
bertempat di rumah kediaman, lapangan, ruangan di hotel, atau pun tempat rekreasi.
Jadi, gereja belum tentu sebuah gedung khusus ibadah.
2. Arti ketiga gereja ialah mazhab (aliran) atau denominasi dalam agama Kristen,
misalnya: Gereja Katolik, Gereja Protestan, dll.
3. Arti keempat gereja ialah lembaga (administratif) daripada sebuah mazhab Kristen.
4. Arti terakhir dan juga arti umum gereja adalah sebuah “rumah ibadah” umat Kristen,
di mana umat bisa berdoa atau bersembahyang.

2.1.2 Sejarah Berdirinya Gereja HKBP Hinalang Resort Hinalang Silalahi


Jemaat HKBP Hinalang Silalahi ini memasuki usia ke 121 dalam tahun 2022 terhitung
sejak tahun 1901 sebagai tahun berdirinya dan mulai sekitar tahun 1998/1999 membentuk
ressort Hinalang Silalahi. Mengingat sejarah, gereja beserta bangunan lainnya seperti rumah
dinas berdiri di atas tanah dengan luas sekitar + 800 Meter yang dipersembahkan oleh
Keluarga Op. Abraham Siahaan. Seiring dengan pengembangan pelayanan, jemaat sudah
banyak bertambah dan bukan hanya dari 2 marga saja tetapi juga dari marga – marga yang
merupakan pendatang ke daerah ini. Sejak menjadi ressort, sudah ada lima pendeta ressort
yang silih berganti memimpin ressort Hinalang ini diantaranya, Pdt. Rudolf M. Sitorus, Pdt.
Partungkuon Simanjuntak, Pdt. Robinhod Lumbangaol, Pdt. Patar Hutagalung, dan saat ini
Pdt. Sarma br. Siregar, tutur St. Siahaan.
Gambar 1.1 Gereja HKBP Hinalang Silalahi

2.2 Misi Pelayanan


2.2.1 Pelayanan Marturia
Marturia (dari bahasa Yunani: martyria) adalah salah satu istilah yang dipakai gereja
dalam melakukan aktivitas imannya, sebagai tugas panggilan gereja, yaitu dalam hal
kesaksian iman. Kesaksian iman yang dimaksud adalah pemberitaan Injil sebagai berita
keselamatan bagi manusia. Marturia biasanya disandingkan dengan tugas gereja yang lain,
yaitu koinonia yang berarti persekutuan dan diakonia atau pelayanan.

2.2.2 Pelayanan Diakonia


Pelayanan diakonia adalah tugas gereja untuk melakukan pelayanan kasih kepada
sesama yang berkekurangan dalam berbagai bentuk, agar mereka dapat mandiri dan menjadi
berkat bagi orang lain pula (Matius 25:35-40). Kegiatan yang dapat dilakukan oleh gereja
sehingga
diakonia ini lebih nyata dalam rangka terjadinya pertumbuhan gereja adalah dengan
meningkatkan kepedulian-kepedulian sosial, pelayanan masyarakat.

2.2.3 Pelayanan Koinonia


Koinonia (bersekutu), maksudnya; Hidup dalam persekutuan sebagai anak Tuhan
dengan perantaraan Kristus dalam kuasa Roh Kudus. Kita dipanggil dalam persekutuan erat
dengan Tuhan. Melalui koinonia ini dapat menjadi sarana untuk membentuk jemaat yang
berpusat kepada Kristus. Kita diharapkan dapat menciptakan kesatuan dan persekutuan antar
jemaat dan jemaat antar masyarakat. Koinonia ini diwujudkan dengan menghayati hidup
berjemaat, yaitu bersama-sama berkumpul menghadap hadirat Tuhan, bernyanyi dan berdoa
bersama, melakukan pelayanan sakramen, peneguhan dan penguatan orang yang lemah,
saling melayani dalam keperdulian bersama.

2.2.4 Kegiatan-Kegiatan Pelayanan Di HKBP Hinalang Silalahi


Kegiatan pelayanan yang telah dilaksanakan maupun sedang berjalan di HKBP
Hinalang Silalahi meliputi:
1. Pelayanan Ibadah
2. Seminar Rohani
3. Paduan Suara Gereja
4. Mengadakan Pelayanan Kasih
5. Bakti Sosial
6. Menjadi Pengurus Gereja
2.3 Zending/ Misi Pelayanan Gereja
2.3.1 Pekabaran Injil
Pekabar Injil adalah karunia Allah, sebagai penggenapan rencana Allah. Orang kristen
berani mengalami kerugian demi Injil seperti yang ada dalam Kisa Para Rasul 19:19 tentang
orang yang menjadi percaya Yesus Kristus mengawali karya-Nya di dunia dengan
mewartakan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat dan semua orang diajak untuk bertobat dan
percaya kepada Injil.

2.3.2 Tugas dan Kegiatan Zending Gereja


1. Memberitakan Injil ke seluruh dunia dan menjadikan setiap bangsa murid Tuhan.
2. Untuk melayani sebagai komunitas yang memuji dan bersekutu bersama, dengan
demikian mewujudkan kehadiran dan kasih Kristus.Untuk mendewasakan orang-
orang percaya dan memersiapkan mereka untuk melakukan tugas pelayanan.
3. Untuk mewakili Kerajaan Allah di tengah-tengah dunia dan untuk memengaruhi
masyarakat di sekitar kita dengan prinsip-prinsip ilahi.

2.4 Struktur Gereja


Gambar 2.1 Struktur HKBP

Adapun jabatan-jabatan struktural di HKBP berdasarkan aturan dan peraturan di HKBP


adalah sebagai berikut:
1. Ephorus
Ephorus adalah yang memimpin segenap HKBP dan wakil HKBP terhadap
pemerintah, gereja dan badan-badan organisasi lainnya. Jabatannya harus diembannya
sesuai dengan Konfensi, Tata Gereja dan Siasat Gereja HKBP. Periode
kepemimpinannya selama 4 tahun dan dia dapat dipilih kembali untuk memimpin
selama 2 periode.
2. Praeses
Adapun tugas praeses adalah sebagai berikut :
a. Memimpin distrik bersama-sama dengan para kepala bidan
b. Menyusun rencana strategis dan program kerja tahunan distrik sesuai dengan
Sinode Agung, Majelis Pekerja Sinode, dan Rapat Pimpinan HKBP.
c. Membina dan mengembalakan pelayan-pelayan tahbisan dalam pekerjaan yang
sesuai dengan tugas pelayanannya masing-masing.
3. Sekretaris Jenderal
Tugasnya yaitu :
a. Menyertai Ephorus memimpin HKBP bersama-sama dengan Kepala Departemen
b. Memimpin administrasi HKBP sesuai dengan aturan dan peraturan HKBP
c. Menerima laporan-laporan pelayanan dari organ-organ pelayana di bawahnya
4. Pendeta Resort
Tugasnya yaitu :
a. Memimpin resort bersama-sama dengan majelis resort
b. Memimpin jemaat induk resort bersama-sama dengan pelayan tahbisan lainnya
c. Memimpin rapat resort, rapat majelis resort, dan rapat-rapat lain di tingkat resort
d. Memikirkan semua yang dibutuhkan demi membangkitkan dan menghidupkan
jemaat bersama-sama dengan pelayan di resort itu
e. Melaksanakan keputusan Sinode Agung, Rapat Majelis Pekerja Sinode, Sinode
f. Distrik, Rapat Majelis Pekerja Distrik, dan rapat resort.

BAB III
MISI PELAYANAN BERDASARKAN ALKITAB

3.1 Pelayanan Marturia Berdasarkan Alkitab


Pada masa kini, istilah “bersaksi” disamakan dengan kegiatan mengkomunikasikan Injil
secara pribadi. Pada masa Alkitab, yang salah satu kisahnya kita baca dalam bagian ini,
“bersaksi” lebih merupakan pernyataan di muka umum di tengah tantangan dan
penganiayaan. Orang-orang percaya ditangkap, dihina, diadili, diancam, disesah, dianiaya.
Bukannya susah, mereka justru bergembira boleh menderita karena Kristus. Bukannya
berhenti, mereka terus mengajar dan memberitakan Injil, setiap hari. Sejarah mencatat bahwa
pengakuan dan pengorbanan orang-orang percaya mula-mula ini sangat mempengaruhi
orang-orang pada masa itu. Ketegaran mereka dalam penderitaan juga meneguhkan betapa
bernilainya kebenaran yang mereka beritakan. Bisa jadi hal inilah yang kemudian
menyebabkan banyak imam juga menyerahkan diri dan percaya.

3.2 Pelayanan Diakonia Berdasarkan Alkitab


Diakonia di dalam Perjanjian Lama, pemeliharaan Allah atas umat-Nya dipahami
sebagai diakonia yaitu Allah membebaskan umat Israel dari perbudakan Mesir. sedangkan di
dalam Perjanjian Baru, merupakan kabar baik atau berita kesukaan bagi orang-orang yang
lemah yang akan memperoleh kekuatan, bagi orang-orang yang lapar yang akan menerima
makanan, bagi orang-orang yang berduka yang akan dihibur, bagi orang-orang yang sakit
akan disembuhkan. Diakonia di dalam Perjanjian Baru yang telah Yesus lakukan selama
pelayanan-Nya di dunia ini, sehingga diakonia adalah tindakan Allah melalui kasihNya dan
disempurnakan melalui kehadiran Yesus Kristus.
Penulis menemukan hal yang berbeda dalam pelaksaan diakonia menurut rasul Paulus.
Dalam surat 2 Korintus 8:1-5, rasul Paulus menjadikan jemaat-jemaat Makedonia sebagai
teladan dalam melakukan diakonia kepada jemaat Korintus. Jemaat-jemaat Makedonia adalah
jemaat yang miskin dan banyak mengalami penderitaan namun mereka tetap melakukan
diakonia. Diakonia yang diberikan jemaat-jemaat Makedonia kepada jemaat Yerusalem pada
saat itu adalah dengan membantu jemaat Yerusalem karena jemaat Yerusalem adalah jemaat
yang miskin yang di timpah kelaparan (Kisah Para Rasul 11:28; Roma 15:25-26). Oleh sebab
itu jemaat-jemaat Makedonia mengambil bagian dalam membantu jemaat Yerusalem.
Menurut rasul Paulus dalam suratnya yang kedua kepada jemaat Korintus, diakonia bukan
hanya sekedar memberikan uang. Seperti dengan jemaat-jemaat Makedonia mereka tidak
mungkin menjadi
teladan bagi jemaat Korintus karena mereka adalah jemaat yang miskin, seharusnya jika
dilihat sekedar memberikan uang, jemaat Korintuslah yang harus menjadi teladan karena
jemaat Korintus adalah jemaat yang kaya. Akan tetapi ada hal yang lain yang dapat dilakukan
lebih dari pada sekedar memberi uang.

3.3 Pelayanan Koinonia Berdasarkan Alkitab


Koinonia adalah istilah Yunani yang ditemui sebanyak 20 kali di dalam Alkitab. Makna
utama Koinonia adalah "persekutuan, kesamaan antar sesama, dan komuni." Pertama kali kita
menjumpai istilah koinonia adalah di dalam Kisah 2:42, "Mereka bertekun dalam pengajaran
rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan
berdoa." Persekutuan Kristen adalah satu aspek pokok dari kehidupan Kristiani. Orang
percaya dalam Kristus bergabung bersama dalam kasih, iman, dan saling mendukung. Itulah
makna koinonia.

Filipi 2:1-2 mengajar, " Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih,
ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, karena itu sempurnakanlah
sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu
tujuan." Koinonia adalah bersepakat antara satu dengan yang lain, bersatu dalam tujuan, dan
saling melayani bersama. Koinonia kita dengan sesama didasari koinonia kita dengan Yesus
Kristus. Satu Yohanes 1:6-7 mengajar, "Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan
dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan
kebenaran. Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka
kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu,
menyucikan kita dari pada segala dosa."
Salah satu contoh bentuk koinonia dalam prakteknya dapat ditemukan jika kita
mempelajari ungkapan "saling" atau "bersama" di dalam Alkitab. Alkitab memerintah supaya
kita saling mengasihi (Roma 12:10; 1 Petrus 1:22; 1 Yohanes 3:11, 3:23, 4:7, 4:11-12), saling
menghormati (Roma 12:10), hidup harmonis antara satu dengan yang lain (Roma 12:16; 1
Petrus 3:8), saling menerima (Roma 15:7), saling melayani dalam kasih (Galatia 5:13),
bersikap ramah dan berbelas kasih kepada sesama (Efesus 4:32), saling mengajar (Kolose
3:16), saling menyemangati (1 Tesalonika 5:11; Ibrani 3:13), saling mendorong dalam kasih
dan dalam pekerjaan baik (Ibrani 10:24), dan menunjukkan keramahtamahan (1 Petrus 4:9).
Itulah wujud asli dari koinonia yang alkitabiah.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN
HKBP adalah gereja, bukan lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Oleh sebab itu yang
dibutuhkan oleh jemaat HKBP adalah pelayanan yang takut akan Tuhan, bukan pelayanan
yang memiliki gelar. HKBP juga bukan lembaga pelestarian Budaya Batak. Tujuan dari
dipeliharanya adat Batak oleh para missionaris dari Jerman adalah agar orang Batak bias
menerima 100 % Firman Tuhan yang mereka bawa. Itu adalah salah satu strategi penginjilan
untuk memenangkan Kristus.

4.2 SARAN
Perlunya penambahan/perbanyakan literatur mengenai kehidupan orang Batak Toba dan
Suku-suku lainnya. Karena dapat menambah kasanah pengetahuan perkembangan suatu
daerah atau suku bangsa, terutama suku Batak Toba.

Anda mungkin juga menyukai