Anda di halaman 1dari 20

PROGRAM PEMBEKALAN & PENINGKATAN

JABATAN DI LINGKUNGAN GUPDI

Materi Pembekalan : Sejarah GUPDI


Masa Pembekalan : 20 April, 11 juni 2021
Fasilitator/Pengajar : Pdt. Drs. Pilipus Obadja, MA.
Jenis Tugas : Paper/Makalah Refleksi
Nama Peserta : Nurdin Daeli
Tanggal penyerahan : 24 mei 2021

SejarahSingkatGUP
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat

dan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya juga tidak lupa mengucapkan banyak Terima kasih kepada Dosen

pengasuh “Pdt. Drs. Pilipus Obadja, MA.“ yang telah meluangkan waktunya untuk

mengajari saya dalam tugas saya ini dengan judul “Sejarah GUPDI “.

Saya menyadari begitu banyak kesalahan dalam pembuatan makalah ini, maka

saya sangat membutuhkan kritik dan saran dari kita semua yang sifatnya sangat

membangun, agar pembuatan makalah pada tugas berikutnya dapat lebih baik. Dan

semoga makalah ini dapat bermanfaat buat kita semua. Akhir kata saya ucapkan, Terima

kasih.

Nias Barat, 18 MEI 2021

Nurdin Daeli

i
e DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang............................................................................. 1


1.2. Rumusan Masalah....................................................................... 1
1.3. Tujuan........................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1........................................................................................................... Gereja
Beraliran Pantekosta Dl Indonesia...............................................2
2.2........................................................................................................... Gereja
Pantekosta Di Indonesia................................................................9
2.3........................................................................................................... Sejarah
GUPDI Di Sirombu........................................................................ 14

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................... 16
3.2 Saran ........................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... iii

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mengapa Sejarah Gereja Penting? Karena jika kita mengabaikan masa lalu,
sikap ini akan menghambat pembentukan spiritual kita. Sejarah Gereja mengingatkan
kita bahwa ada orang-orang percaya dari setiap zaman yang menjadi saksi, bagaikan
awan yang mengelilingi kita, untuk membawa kita menuju pada kekudusan (Ibrani
12:1).
Penulis Michael Crichton mengatakan, “Jika Anda tidak tahu sejarah, maka
Anda tidak tahu apa-apa.” Artinya , jika kita mengabaikan sejarah membuat kita tidak
memperoleh kebijaksanaan dan perspektif yang disediakan oleh sejarah itu. Sejarah
Gereja akan membantu kita mengetahui kebenaran, dan lebih memahami identitas kita
di dalam Yesus, memiliki persekutuan yang kuat dengan saudara-saudara seiman, serta
memperkuat apa yang kita yakini.
Sejarah gereja adalah merupakan kisah keluarga kita sendiri. Penting untuk
mengetahui cerita tentang bagaimana gereja kita didirikan atau bahkan bagaimana
denominasi kita terbentuk. Tantangan apa yang dialami oleh pendiri jemaat kita di
beberapa generasi sebelumnya, sehingga kita memperoleh gambaran penuh yang jelas.
Belajar tentang sejarah gereja dengan tepat dan bijaksana, dapat memperdalam akar
iman kita, bahkan Roh Kudus akan membimbing dan memberi kita hikmat untuk
mencari kebenaran (Yoh.14:15-27).

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana Gereja Beraliran Pantekosta Dl Indonesia?
2. Bagaimana Gereja Pantekosta Di Indonesia?
3. Bagaimana Sejarah Gup Di Sirombu?

1.3 .Tujuan
1. Untuk mengetahui Gereja Beraliran Pantekosta Dl Indonesia
2. Untuk mengetahui Gereja Pantekosta Di Indonesia\
3. Untuk mengetahui Sejarah Gup Di Sirombu

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. GEREJA BERALIRAN PANTEKOSTA Dl INDONESIA.

Aliran Pantekosta masuk ke Indonesia melalui dua cara, baik yang berasal dan
Amerika maupun yang berasal dan Eropa.Pertama, dibawa oleh perorangan dengan cara
menularkan spirit Pantekosta dalam persekutuan doa yang sudah ada di Indonesia. Pada
mulanya mereka tidak bermaksud untuk mendirikan Gereja yang beraliran
Pantekosta.Kedua, dibawa oleh para Misionaris-Pantekosta yang memang bermaksud
untuk mendirikan Gereja beraliran Pantekosta di Indonesia.

J.Barnhard seorang pengusaha lnggris penganut ajaran Pantekosta yang berdomisili


di Temanggung, Jawa Tengah bergabung dan mempengaruhi persekutuan doa yang
sudah ada disana dengan ajaran Pantekosta, diantara pengikut persekutuan Doa itu
adalah Suster M.A.Van Alt dan F.Van Abkoude. Kemudian hari, mereka bersama
dengan tokoh aliran Pantekosta yang lain di Indonesia mendirikan “Pinkster Gemeente”
dan membentuk kepemimpinan gerakan Pantekosta dalam badan yang bernama
“Pinkster-Convent”.

Demikian juga sejarah berdirinya Gereja Gerakan Pantekosta (GGP) - dimulai oleh
seorang Zendeling Leerar (Guru Injil) yang bemama J.Theissen. Semula, J.Theissen
bekerja untuk gereja aliran Minonete daerah Tapanuli selama 13 tahun, ketika Theissen
cuti ke Eropa sempat mengikuti Kebaktian Kebangunan Rohani di Swiss yang diadakan
oleh kelompok aliran Pinkster (Pantekosta). Disana Theissen menerima kepenuhan Roh
Kudus, kemudian ia berkenalan dengan Pastor Paul tokoh perintis Pinksterbeweging di
Jerman dan Roelof Polman perintis Pinksterbeweging di Negeri Belanda. Ketika
Theissen kembali ke Indonesia tidak bekerja lagi untuk Minonete tetapi mendirikan
sendiri gereja aliran Pantekosta yang bernama Pinksterbeweging pada tanggal 29 Maret
1923. kemudian bergabung dalam “Pinkster Gemente” namun pada tahun 1932 -
Pdt.Theissen memisahkan diri lagi dari “Pinkster Gemente”  dan meneruskan lagi gereja
“Pinksterbeweging” - nya yang kemudian dikenal sebagai GEREJA GERAKAN
PANTEKOSTA

5
Sedangkan utusan injil pertama dan gereja aliran Pantekosta yang masuk ke Indonesia
adalah keluarga R. Van Klaveren dan keluarga C.E.Groesbeck, keduanya bekas perwira
Bala Keselamatan yang diutus oleh Bethel Temple, Seattle, Washington, Amerika
Serikat. Dasar pengutusan itu karena mereka mendapatkan penglihatan (vision).

Kedua keluarga itu terpanggil menjadi missionaris ke luar negeri atau Iebih
khusus lagi ke Pulau Jawa, Indonesia, mereka kemudian menghadap Pdt.Offiler
Gembala Sidang Bethel Temple minta untuk dikirim ke Pulau Jawa. Biaya yang
diperlukan untuk pemberangkatan kedua keluarga tersebut sebesar US $ 2.200, pada
waktu itu baru terkumpul US$ 1.700. Rupanya gereja ini belum mempunyai badan misi
khusus keluar negeri jadi pengiriman misi masih spontanitas.

Kemudian Tuhan meneguhkan panggilanNya melalui peristiwa kesembuhan-


ilahi seorang wanita yang menderita penyakit tumor. Setelah wanita itu didoakan oleh
kedua keluarga itu, tumornya seberat lebih kurang 18,5 pound (9,5 kg) jatuh kelantai.
Melalui wanita ini kekurangan dana misi sebesar US$ 500, terpenuhi!. Dengan
terpenuhinya kebutuhan dana-misi tersebut, berangkatlah kedua keluarga misionaris itu
ke Jawa, Indonesia.

Misionaris-Pantekosta ini akhimya berhasil mendirikan jemaat Pantekosta yang


pertama di Jawa yaitu di Cepu, Jawa Timur pada tahun 1923. Kemudian tokoh-tokoh
yang lain bergabung dengan kedua misionaris ini untuk melembagakan kelompok--
kelompok persekutuan doa aliran Pantekosta dan gereja-gereja aliran Pantekosta yang
pada waktu itu belum terorganisir dengan baik mereka mendirikan Pinkster Gemente
pada tanggal 4 Juni 1924.

Kepemimpinan Gereja-Gereja aliran Pantekosta ini kemudian sepakat


mendirikan badan yang disebut “Pinkster Convent”  yang terdiri beberapa hamba Tuhan
yang dituakan karena pengalaman, yaitu selain kedua utusan Injil tersebut masih ada
lagi yang lain yaitu Ir. F.G.Van Gessel, Zr. M.A. Alt, Weenink V. Loon, F.Van
Abkoude dan H. Horstman.

Namun selanjutnya sejarah mencatat bahwa kepemimpinan bersama ini akhimya pecah
menjadi tiga kelompok dikarenakan adanya campur tangan teologis dari Pdt. Offiler -

6
Badan Misi Amerika (Bethel Temple, Seattle) mengenal : Pembatasan Pelayanan
Mimbar terhadap Wanita, Perpuluhan dan Baptisan ulang. Sedangkan Rev Niky J.
Sumual menambahkan bahwa alasan perpecahan juga mengenai ajaran Pdt. Offiler
tentang Allah dan namaNya. Dengan adanya campur tangan ini “Pinkster-Convent”
pecah menjadi tiga kelompok.

Kelompok Pertama ialah : Van Klaveren dan Groesbeck, yang taat kepada pusat
misi Los Angeles kemudian didukung oleh lr.F.G.Van Gessel mendirikan organisasi
gereja sendiri, pada tanggal 4 Juni 1924 diakui oleh pemerintah Hindia Belanda dengan
nama ”De Pinkster Gemente in Nederlandsche Indie” yang diketuai oleh D.H.W.    
Weenink v. Loon. Sebelum perang Pasifik, Convent menyerahkan pimpinan kepada
H.N.Runkat, SP Lumoindong dan RM Suprapto -kemudian hari nama gereja menjadi
”GEREJA PANTEKOSTA Dl INDONESIA” (GPdI).

Kelompok Kedua ialah : Br. van Abkoude, yang menolak campur tangan
teologis Pdt. Offiler dari Amerika, mereka mendirikan organisasi gereja dengan nama
“Gemente van God’ - “SIDANG JEMAAT ALLAH” kemudian hari bergabung dengan
Assemblies of God dari Amenka yang juga masuk ke Indonesia.

Kelompok Ketiga dipimpin oleh Zr. M.A van Alt yang menolak antara lain
“Pembatasan Pelayanan Mimbar Terhadap Wanita” – juga mendirikan organisasi gereja
dengan nama “Pinkster Zending” (GEREJA UTUSAN PANTEKOSTA DI
INDONESIA) pada tanggal 22 JANUARI 1935 dalam suatu konperensi yang diadakan
dikota Malang, para pengurusnya berada dikota Kediri, Jawa Timur. Tahun itu juga
“Pinkster Zending” diakui oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai Lembaga Gereja
(“Kerkgenootschap”) I Badan Hukum dengan Beslit No.26, Bogor tanggal 17
September 1935. Kemudian oleh Pemerintah Republik Indonesia, Gereja Utusan
Pantekosta Di Indonesia diakui sah berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jendral
Bimbingan Masyarakat (Kristen) Protestan Departemen Agama RI No. 13, tanggal 7
Pebruari 1989.

Itulah perpecahan pertama dikalangan aliran Pantekosta yang mengakibatkan Pinkster


Gemente dengan kepemimpinan Pinkster-Convent  - bubar!. Rupanya perpecahan yang
pertama ini berlanjut dengan perpecahan-perpecahan berikutnya, sehingga hampir
7
semua gereja-gereja aliran Pantekosta yang ada di Indonesia adalah hasil dari pada
perpecahan-perpecahan tersebut.

Th van der Ena dan J.Weitjens, S.J. dalam bukunya “Ragi dan Cerita” mencatat
bahwa perpecahan kepemimpinan gereja aliran Pantekosta di Indonesia baik perpecahan
organisasi gereja maupun penggabungan organisasi gereja sangat tinggi dalam kurun
waktu 1931-1970.Para ahli sejarah Indonesia mengakui akan kesulitan melacak
perkembangan awal sejarah gereja Pantekosta di Indonesia hal ini disebabkan karena
banyaknya perpecahan, dan kurangnya data tertulis dan gereja-gereja Pantekosta.
Disinyalir karena gereja-gereja ini kurang memperhatikan pentingnya sejarah dan
pentingnya data-data. Dalam buku “Jernih dan Juang” pada halaman 108 dikatakan al.
gereja-gereja aliran Pentakosta yang bersifat jemaat-sentris (extreme congregationalism)
pada umumnya menganggap laporan-laporari, notulen-notulen, angka-angka dan
sebagainya merupakan masalah duniawi, sehingga mereka kurang memperhatikan
masalah sejarah maupun organisasi. Ditambahkan, sulitnya menulis sejarah masuknya
aliran Pantekosta di Indonesia antara lain karena : “Sesuai dengan watak gerakan
Pentakosta yang spontan dan tidak memiliki organisasi yang ketat, cara masuknya ke
Indonesia tidak melalui perencanaan yang matang bahkan bersamaan waktu di beberapa
tempat”

Faktor kesulitan lain untuk membuat kronologis perkembangan awal sejarah


gereja aliran Pantekosta ialah keterkaitannya satu dengan yang lain sangat erat.Jadi
sebenarnya hanya ada 4 Kelompok Gereja aliran Pantekosta di Indonesia yang
merupakan cikal bakal dan semua gereja-gereja beraliran Pantekosta yang lahir dan
bertumbuh di Indonesia ini, yaitu:

1. “Pinksterbeweging” yang kemudian dikenal dengan nama “GEREJA GERAKAN


PANTEKOSTA” (GGP), yang pertama kali diakui Pemerintah Hindia Belanda pada
tanggal 29 Maret 1923. Gereja ini kemudian bergabung dengan “Pinkster Gemeente”
yang diakui Pemerintah Belanda tanggal 6 Apill 1924 dengan nama “Pinkster
Gemeente in Nederlandsche Indie” tetapi kemudian berpisah lagi pada tahun 1932
dan berdiri sendiri dengan nama yang lama yaitu “Pinksterbeweging”.

8
2. “Pinkster-Gemeente” diakui oleh Pemenntah Hindia Belanda dengan nama baru
yaitu “Pinkster Gemeente in Nederlandsche Indie” kemudian pada tanggal 6 Juni
1937 berganti menjadi “De Pinkster Kerk in Nederlandsche Indie” dan pada jaman
Jepang menjadi “GEREJA PANTEKOSTA Dl INDONESIA” (GPdI).

3. “Gemente van God” - memisahkan diri dari “Pinkster Gemeente” pada tahun 1931
kemudian bergabung dengan aliran Pantekosta dari Amerika yaitu Assemblies of
God, dengan nama “SIDANG JEMAAT ALLAH”.

4. “De Pinkster Zending” juga berasal dari “Pinkster Gemeente” kemudian dikenal
dengan nama “GEREJA UTUSAN PANTEKOSTA Dl INDONESIA”.

Dalam perkembangan selanjutnya diakui bahwa Gereja Pantekosta di Indonesia


(GPdI) adalah Gereja yang paling pesat pertumbuhannya di Indonesia walaupun diakui
juga paling banyak mengalami perpecahan-perpecahan. Sedangkan yang paling lambat
pertumbuhannya baik jumlah anggota jemaat maupun jumlah gerejanya adalah Gereja
Utusan Pantekosta Di Indonesia (GUPDI), tetapi dipuji oleh Dr. Colley dan Dr. F Ukur
dalam “Jernih dan Juang” sebagai satu-satunya Gereja Pantekosta yang tidak pernah
mengalami perpecahan lagi sejak memisahkan diri dari “Pinkster Gemeente” (Sejak
tahun 1935).Bahkan penolakan akan “Pembatasan Pelayanan Mimbar Terhadap
Wanita” oleh Pendiri GUPDI (Zr. MA. van Alt) akhirnya diikuti oleh hampir semua
gereja-gereja aliran Pantekosta saat ini.

Hampir semua penulis sejarah gereja di Indonesia menggolongkan gereja


Pantekosta adalah gereja bidat atau sekte. Salah satunya ialah Th. Muller Kruger dalam
bukunya ia memasukkan gereja aliran Pantekosta tidak didalam golongan gereja tetapi
dalam golongan sekte. Ia juga mencatat bahwa aliran Pantekosta adalah aliran sekte
yang paling besar dan paling luas di Indonesia.

            Dalam buku “Direktori Organisasi Kemasyarakatan” yang diterbitkan oleh


Direktorat Pembinaan Masyarakat, Direktorat Jenderal Sosial Politik Departemen
Dalam Negeri tahun 1995 - telah terdaftar 246 Organisasi Kristen Protestan. Gereja
Utusan Pantekosta terdaftar dalam urutan nomor 15 halaman 164 buku itu.

9
2.2. GEREJA UTUSAN PANTEKOSTA DI INDONESIA

2.2.1. PERIODE TAHUN 1935 — 1942 (7 Tahun Masa Awal)

Sejak berdirinya sampai tahun 1941, Gereja Utusan Pantekosta dipimpin oleh
Alm. Suster M.A van ALT. Dalam bukunya yang berjudul : ”Herinneringen uit mijn
leven” (“Kenang-kenangan dari kehidupanku”) Suster Alt menulis antara lain:

“Dimana-mana tempat di Jawa Timur,  Tuhan telah membuka banyak cabang-


cabang. Mereka minta kepada kami untuk membawakan kabar lnjil sepenuh. ltulah hari-
hari yang penuh Kesukaan dan Kuasa. Banyak orang sakit disembuhkan dan dibaptis
dengan Roh Kudus. Konperensi diadakan dimana-mana dengan berpuluh puluh
penginjil, kadang-kadang berjalan sampai tiga hari berturut-turut, dimana diadakan doa
dan puasa untuk orang orang sakit.Berkat dan anugerah Tuhan dinyatakan luar biasa,
karena Tuhan yang berkuasa — Gereja Utusan Pantekosta berbuah! Karena dipandang
telah berjasa dalam hidupnya, oleh Pemerintah Belanda telah diberikan penghargaan
“De orde van Oranye —Nassau”

Sejak berdirinya, Gereja Utusan Pantekosta Di Indonesia adalah Gereja yang


independen tidak pemah menerima bantuan apapun dariluar negeri tetapi tetap eksis
sampai saat ini semata mata karena TUHAN mempunyai maksud melalui gerejaNya
ini.Dalam periode ini, GUP yang berpedoman memberitakan Injil Empat Segi (“Four
Square Gospel”), yaitu :

Yesus sebagai Juru Selamat dunia,

Tabib diatas segala tabib,

Pembaptis dengan Roh Kudus,

Raja diatas segala raja yang akan datang kembali

telah mengalami kebangunan rohani yang besar-besaran, kuasa Roh Kudus bekerja
seperti pada jaman para rasul-rasul, mujizat, kesembuhan ilahi, berkata-kata berbagai
10
bahasa mulai bermunculan disana sini. Karya-karya dan pekerjaan-perkerjaan Roh
Kudus inilah yang sebenamya merupakan ciri khas GUP pada awal berdirinya.

            Almarhum Pendeta Jusak Poncoutomo (Ong Ngo Tjwan) adalah Pendeta yang
dipakai Tuhan luar biasa, banyak orang sakit mendapat kesembuhan ilahi sekalipun
hanya melalui percikan minyak. Dalam pelayanannya, almarhum pernah menghentikan
iring-iringan orang yang akan menguburkan jenazah, dengan Kuasa Tuhan almarhum
membangkitkan jenazah/ orang mati yang akan dikuburkan itu!

            Suatu kali almarhum melihat ular dikebun, dan teringatlah akan Firman Allah
dalam Markus 16:17-18 ‘...tanda2 yang menyertai orang percaya, ..... mereka akan
memegang ular ….” Dan memang almarhum tidak terpengaruh apa2 oleh gigitan ular
Itu.

2.2.2. PERIODE TAHUN 1942 — 1952 (10 Tahun Masa Krisis)

Periode ini merupakan masa krisis bagi perkembangan GUP, banyak pendeta
GUP yang berkebangsaan Belanda ditawanan oleh Pemerintah Jepang, akhimya Jemaat-
jemaat yang ditinggalkan pendetanya bergabung dengan gereja-gereja lain. Setelah
Jepang menyerah pada bulan Agustus 1945, pendeta-pendeta yang telah dibebaskan dan
tawanan Jepang mencari tempat tempat yang aman, karena keadaan masih belum tenang
- masih terjadi revolusi. Zr.M.A.van AIt setelah dibebaskan dari tawanan Jepang,
kembali memimpin GUP. Ketika terjadi perebutan kekuasaan Indonesia - Belanda,
Zr.AIt pindah ke “Irian Barat” (pada waktu itu masih dikuasai oleh Pemerintah
Belanda). Akhimya, Zr.Alt kembali kenegeri Belanda dan meninggal dunia pada
tanggal 22 Maret 1962 dinegeri Belanda dalam usia 79 tahun.

Sementara itu terjadi pengelompokan diantara gereja-gereja GUP, kelompok yang


satu berada didaerah pendudukan tentara Belanda, kelompok yang lain berada didaerah
pedalaman RI. sehingga kelompok yang satu tidak bisa berkomunikasi dengan
kelompok yang lain. Akhirnya gereja-gereja GUP yang berada didaerah pendudukan
Belanda menggabungkan diri dengan Gereja Sidang Jemaat Allah.

11
            Tahun 1951, setelah Belanda menyerah dan mengembalikan kekuasaan kepada
Pemerintah Republik Indonesia, keadaan menjadi tenang dan aman. Setelah keadaan
aman, Gereja Sidang Jemaat Allah menawarkan kepada pendeta-pendeta GUP yang
berada didaerah pedalaman RI untuk meleburkan dalam Gereja Sidang Jemaat Allah.
Kalau seandainya pendeta- pendeta GUP pada waktu itu menerima tawaran tersebut 
maka berakhirlah sejarah GUP sampai saat itu saja!

            Tetapi TUHAN menghendaki GUP tetap eksis dibumi Nusantara ini. Bahkan
TUHAN menyatakan kasihNya kepada gerejaNya ini dengan  memberikan visi dan
kekuatan kepada hamba-hambaNya untuk tetap setia dan mampu melewati masa-masa
yang berat tersebut.

2.2.3. PERIODE TAHUN 1952 — 1972 (20 Tahun Masa Konsolidasi)

            Bulan Oktober 1952, almarhum Pdt. YAHYA SUBRATA melanjutkan


kepemimpinan GUP menggantikan Zr.MA.van Alt.  Sebagai Ketua Majelis Pusat,
beliau mempunyai kerinduan untuk

membuka Sekolah Latihan Pekabaran Injil di Kediri. Karena tidak mendapat dukungan
bahkan menghadapi tantangan yang tidak ringan, akhirnya sekolah yang dikelolannya
sendiri bersama dua orang guru lainnya hanya bertahan selama dua periode yaitu dalam
tahun 1953 dan tahun 1954. Mengingat usia yang mendekati 70 tahun, maka jabatan
sebagai Ketua Majelis Pusat diteruskan oleh Pdt. PETRUS IMAN SANTOSO,
almarhum adalah pemimpin GUP setelah Pdt. Yahya Subrata dipanggil pulang Tuhan
pada bulan Agustus 1980 dalam usia 77 tahun.

Pdt. Petrus iman Santoso (Gembala Jemaat GUP di Solo) dipercayakan beberapa
periode menjabat Ketua Majelis Pusat GUP Di Indonesia. Pada tanggal 11 Nopember
1990 beliau dipanggil pulang Tuhan, kemudian Pdt.Ibu Petrus menggantikan jabatan
Gembala Jemaat GUP Solo sampai akhir hidupnya tahun 1994.Pdt.Petrus Iman Santoso
adaIah seorang pemimpin yang mempunyai prinsip yang kuat dan sangat berhati hati
dalam setiap tindakannya.

12
            GUP mempunyai kerja sama yang baik dengan Gereja Isa Almasih, hal ini sudah
lama dirintis oIeh alm.Pdt. Petrus Iman Santoso dengan alm. Pdt. Tan Hok Tjoan dan
Gereja Isa Almasih. Kerja sama sudah sampai tingkat tukar mimbar antar kedua
organisasi Sinode ini. Akhimya timbul gagasan bersama untuk melebur menjadi satu
wadah dengan nama yang diusulkan oleh Pdt. Yahya Sutandi dan GIA Semarang:
“Gereja Utusan isa Almasih” — tetapi gagasan ini tidak pernah terjadi karena tidak
semua pendeta GUP sepakat.Pdt. JAHJA NEHEMIA OBADJA (Gembala Jemaat
GUP.Bandung) kemudian meneruskan kepemimpinan GUP menggantikan almarhum
Pdt. Petrus man Santoso.

            Pandangan Pdt. Jahja N.Obadja tentang sekolah Alkitab, adalah lebih baik kalau
calon hamba Tuhan disekolahkan disekolah Alkitab/ Teologi yang sudah banyak di
Indonesia, tinggal pilih yang paling sesuai dengan doktrin GUP. Beberapa calon-
pendeta-pendeta disekolahkan di ABDIEL, Institut Injil Indonesia, SDA, Karanglo,
SAT dan tempat tempat lain.

2.2.4. PERIODE TAHUN 1972 -1992 (20 Tahun Masa Pemantapan)

Beberapa calon hamba Tuhan yang disekolahkan satu persatu telah


menyelesaikan studinya sehingga dapat memenuhi kebutuhan jemaat lokal, demikian
juga dengan penggabungan beberapa hamba Tuhan dalam GUP.Di Tulungagung dan
sekitarnya, Pdt. R. SOEPRODJO adalah Hamba Tuhan yang tidak bisa dilupakan dalam
sejarah perkembangan GUP beliau termasuk pejuang iman yang lebih memilih
melayani Tuhan sampai akhir hidupnya (1969) dari pada menyelesaikan tahun-tahun
terakhir studi-nya di Fakultas Kedokteran.

Setelah beliau dipanggil pulang, ibu Soeprodjo melanjutkan penggembalakan


Jemaat Tulungagung, yang akhimya pada tahun 1977 pekerjaan Tuhan di Tulungagung
dan sekitamya diserahkan kepada Pdt. JAMES AGUS ELISA PUTRA Pdt. SIEM BIE
SWIE — Gembala Jemaat GUP di Madiun juga merupakan salah satu tokoh dalam
sejarah perkembangan GUP beliau mendirikan beberapa Jemaat disekitar Madiun antara
lain, Ponorogo, Ngawi, Caruban, Maospati.

13
Ketika pada tahun 1981 Pdt. Siem Bie Swie dipanggil pulang dalam usia 79
tahun, semua gereja gereja cabang-nya telah terisi hamba Tuhan yang sudah
dipersiapkan, termasuk putranya sendin : Pdt.YAHYA GUNAWAN (Siem King Twan).
Akan tetapi Pdt. Yahya Gunawan juga dipanggil pulang Tuhan dan diteruskan oleh
Pdt.NATHAN SANDJAJA menjadi Gembala Jemaat GUP di Madiun.Setelah melewati
masa yang panjang, akhirnya pada tahun 1986 GUP mendirikan Pusat Latihan
Pekabaran Injil (PLPII) di Kedin yang kemudian dipindahkan ke Bolon (dekat
Kartasura).

2.2.5. PERIODE TAHUN 1992 — 1997 (5 Tahun Masa Pengembangan


Kwantitas)

Sekalipun sampai dengan tahun 1994 GUP masih mempunyal 28 jemaat lokal
yang hanya tersebar dalam lima propinsi di Indonesia, yaitu: Jawa Timur, Jawa Tengah,
Jawa Barat, DKI dan Sulawesi Selatan, tetapi dalam Dalam buku “Jerih dan Juang”
halaman 108 disebutkan bahwa Gereja Utusan Pantekosta Di Indonesia termasuk dalam
jajaran “Gereja Tingkat Nasional”.

Atas pertolongan Tuhan, dalam periode 1994 -1997 ini terjadi pengembangan
dalam jumlah anggota jemaat dan jumlah gereja lokal. Pengembangan ini terjadi selain
bertambahnya anggota jemaat gereja induk juga dikarenakan pendewasaan Pos-pos PI
yang dikelola oleh gereja induk menjadi gereja dewasa/ mandiri, dan juga
penggabungan-penggabungan jemaat dari luar, misalkan dari Medan, Batam, Manado
dan Mataram.

Dalam tiga tahun tersebut, GUP sudah bertambah dari 28 gereja lokal menjadi
53 gereja Iokal yang sudah tersebar di 14 propinsi, yaltu Sumatra Utara, Riau, Sumatra
Setatan, Lampung, DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur,
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Nusa
Tenggara Barat.Sekalipun pengembangan kwantitas GUP sudah mulai terjadi dalam
periode ini, baik anggota jemaat maupun gereja lokal, tetapi kuasa Pantekosta yang
pemah dialami oleh hamba-hamba Tuhan GUP secara luar biasa khususnya pada awal
berdinnya GUP masih belum terulang kembali. Dengan melihat sejarah GUP yang
dipimpin oleh hamba-hamba Tuhan yang sederhana dan bersahaja, tetapi toh mampu
14
bertahan melewati masa-masa krisis yang panjang, bahkan mampu berbuah,
dikarenakan  ... RohKU, firman TUHAN semesta alam (Zakharia 4:6). Akhirnya, kita
menyadari bahwa jikalau GUP masih tetap eksis dibumi Nusantara ini sampai saat ini
(selama 71 tahun) — pasti Tuhan mempunyal maksud yang indah melalui gerejaNYA
ini pada masa-masa mendatang!

2.2.6 PERIODE  1997 – 2004 (7 tahun masa pengembangan jangkauan)

Ketika muker 2003 diadakan di Batu, Malang, jumlah gereja lokal GUPDI
dilaporkan telah mencapai  67 jemaat dengan 106 TPJ yang tersebar di seluruh
Indonesia dengan tenaga full timer sebanyak 220 orang.Sadar bahwa selama ini GUPDI
terlalu terfokus pada upaya pengembangan gereja hanya didalam negeri saja maka
muker tersebut disepakati bahwa GUPDI mulai serius memikirkan dan mengambil
langkah-langkah konkrit untuk pengembangan jemaat ke luar negeri. GUPDI di
Frankfurt-Jerman menjadi jemaat ke 68 dengan beberapa pos pi nya Kita imani bahwa
kedepan nanti, kita akan menjangkau banyak negara lain untuk pelebaran dan
pemekaran GUPDI

2.3. Sejarah GUPDI Di Sirombu

GUPDI SIROMBU yang didirikan di daerah Gawuduho dirintis oleh seorang


bernama nurdin daeli pada tanggal 2 juli 2017. Diawali oleh sebuah persekutuan dari
beberapa keluarga ini memakai sebuah rumah yang berlokasi di rumah bapak nurdin
daeli dan di pimpin langsung oleh bapak nurdin daeli. Semakin lama, semakin banyak
orang yang mengikuti persekutuan tersebut dan menjadi jemaat, sehingga semakin
banyak jemaat di namai lah nama persekutuan itu adalah Pondok Daud Ministry.

Sehingga pemimpin pondok daud ministry atas nama nurdin daeli mengambil
keputusan untuk memohon penggabungan dengan GUPDI jemaat muara karang yang
di pimpin oelh pdt. Handoyo. Dan setelah ada persetujuan dari GUPDI Muara Karang
maka di laksanakan pengangkatan merek pada tanggal 15 juni 2018. Dan setelah
pengangkatan merek seluruh jemaat mulai memikirkan pembangunan rumah ibadah
sementara yang terbuat dari atap daun rumbia dengan dinding dari bambu.

15
Untuk memdirikan tempat ibadah sementara para jemaat mengambil bagian untuk
pembangunannya dengan cara bergotong royong. Setelah beberapa lama kemudian
gembala GUPDI MUARA KARANG atas nama pdt. Handoyo mendorong jemaat untuk
beriman untuk pembangunan gereja permanen sehingga pada tanggal 5 september 2018
di laksanakan peletakan batu pertama gerejea permanen atas penyertaan dan berkat
tuhan gereja permanen dapat penyelesaian pada tanggal 22 desember 2020 sehingga
dilaksanakan peresmian pada tanggal 27 desember 2020.
Dan sampai hari ini GUPDI jemaat muara karang tpj sirombu berjalan dengan
baik.

16
BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Ada banyak tujuan dalam belajar sejarah gereja, disini hanya dikemukakan beberapa
tujuan saja. Tujuan belajar sejarah gereja menolong mahasiswa.
Agar mahasiswa menghargai para utusan Injil (dari berbagai denominasi) yang mula-
mula walaupun mereka melakukan kekeliruan di beberapa tempat di Indonesia, namun
rela meneladani perkara-perkara yang baik dari kehidupan dan pelayanan mereka (para
penginjil/zending/misionaris) pada masa lampau.

Agar mahasiswa mengerti dan berpegang pada prinsip: ‘Benih Injil Yesus Kristus
yang ditabur/diberitakan dan yang mendapat tempat dihati yang tulus akan
menghasilkan buah yang baik’. Sejarah Gereja Indonesia adalah kisah tentang
aktifitas misionaris (misi) dan respon orang-orang di Nusantara terhadap panggilan
Yesus Kristus melalui pemberitaan Injil oleh para misionaris yang bermisi ke Nusantara
pada abad ke 7 – 19.

3.2. Saran

Saya menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan.Oleh karena
itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dan terutama kepada dosen
pembimbing saya.Demi perbaikan makalah selanjutnya.

17
Daftar Pustaka
- Sejarah Gerakan Pantekosta ( Steven H Talumewo, MTh )
- Jalan Hidupku ( Halim Darmadji )
- Buku MUKER GUPDI KE XXII- 1997.
- Rangkuman Materi Pembekalan Kenaikan Jenjang (Anies YPR),diedit & dilengkapi
(Philip O.)

SejarahSingkatGUP

18
i

Anda mungkin juga menyukai