Anda di halaman 1dari 15

HUKUM GEREJA DAN KETATALAYANAN

“PERATURAN TENTANG PELAYAN KHUSUS”

Disusun Oleh :

Marcela Sampel (202041109)

Samuel Sayangbati (202041210)

Dosen :

Pdt. Dr. Olga N. Komaling M.Th

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON

YAYASAN DS. ALBERTUS ZAKARIAS ROENTURAMBI WENAS

FAKULTAS TEOLOGI

2023
PERATURAN TENTANG PELAYAN KHUSUS

BAB 1

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

1. Pelayan Khusus adalah anugerah Tuhan yang diyakini sebagai hikmat Allah dalam
Roh Kudus dan bukan hikmat manusia.

2. Pelayanan Pelayan Khusus adalah dalam rangka mewujudkan amanat Yesus Kristus
untuk melayani, bersaksi, dan bersekutu yang berpola pada Yesus kristus sendiri sebagai
Imam, Nabi, Raja, Guru dan Hamba.

3. Pelayan Khusus adalah anggota sidi jemaat yang dipanggil oleh Yesus Kristus dari
antara seluruh anggota jemaat dan dipercayakan tugas pelayanan untuk memperlengkapi
seluruh anggota jemaat agar mereka mampu melaksanakan panggilan Gereja sebagaimana
diatur dalam Tata Dasar Bab II Pasal 5 ayat 1.

4. Proses pemanggilan Pelayan Khusus adalah melalui pemilihan, penetapan,


peneguhan, serta pemberian diri sepenuhnya untuk tugas Gerejawi.

5. Pelayan Khusus mengemban tugas pelayanan secara kebersamaan dan kerekanan


dengan uraian tugas masing-masing.

6. Pelayan Khusus adalah syamas, Penatua, Guru Agama dan Pendeta.

7. Syamas dan Penatua melaksanakan tugas jabatan gerejawi sesuai periode pelayanan.

8. Guru Agama dan Pendeta dipanggil untuk me-laksanakan pelayanan seumur hidup.

9. Syamas, Penatua, Guru Agama dan Pendeta adalah panggilan pelayanan kehambaan.

Penjelasan

1-2. cukup jelas.

3. Berdasarkan Imamat orang percaya (1Petrus2:9,10) pada dasarnya semua anggota


jemaat adalah pelayan. Oleh karena itu Panggilan Pelayan Khusus hanya dapat dipahami
dalam rangka imamat orang percaya.

4. Penetapan dan peneguhan adalah wewenang Badan Pekerja Majelis Sinode.


5-6 Cukup jelas.

7. Istilah syamas berasal dari bahasa Ibrani: Shemas (band: Daniel 7:9-10), artinya yang
melakukan pekerjaan shamar, yaitu pekerjaan untuk memelihara taman/bumi seperti
dimaksudkan Kejadian 2:15. Dalam bahasa Yunani disebut “diakonos” yang sama artinya
dengan diaken.

Istilah Penatua dari bahasa Yunani: Presbyteros, yang berarti tua-tua atau yang
dituakan.

8. Cukup Jelas.

9. Yang dimaksud dengan kehambaan adalah suatu pekerjaan Gerejawi yang


mengutamakan pelayanan sebagaimana yang dicontohkan oleh Yesus Kristus dalam
kesaksian Filipi 2 : 5 – 10.

BAB II

TUGAS-TUGAS PELAYAN KHUSUS

PASAL 2

Tugas Bersama

Syaman, Penatua, Guru Agama dan Pendeta

1. Mengunjungi anggota jemaat untuk mengembalakan agar tetap memelihara


persekutuan dengan Tuhan Allah sambil memelihara rahasia jabatan sebagai Pelayan
khusus.

2. Memberikan pertolongan rohani dan jasmani kepada anggota-anggota jemaat dan


orang-orang lain yang membutuhkannya.

3. Membimbing dan memberi penyuluhan dengan perkataan maupun contoh-contoh


kepada anggota jemaat dan masyarakat untuk hidup sehat secara fisik, psikis dan sosial.

4. Memimpin pelayanan kesaksian, pengembalaan, penilikan dan disiplin gerejawi.


5. Mengumpulkan anggota jemaat dalam ibadah bersama guna memelihara dan
mengembangkan Ajaran dan pengakuan Iman Gereja.

6. Memimpin dan mengajarkan kepada anggota - anggota jemaat agar mereka dapat
menggembalakan dan menyaksikan imannya kepada masyarakat sekitar.

7. Memberikan pendapat untuk kerjasama di bidang pengajaran dan pendidikan tentang


Ajaran, Iman dan Pengakuan dengan jemaat-jemaat GMIM lainnya dan Gereja-gereja
lainnya.

8. Bertanggungjawab atas pelaksanaan semua ibadah dalam jemaat.

9. Bersama-sama melaksanakan pelayanan peng-gembalaan, penilikan dan disiplin


gerejawi.

10. Merencanakan dan melaksanakan Pembinaan Warga Gereja secara menyeluruh.

11. Merencanakan dan melaksanakan hubungan kerja sama dengan jemaat-jemaat GMIM,
Gereja-gereja, Pemerintah dan Masyarakat yang meliputi segala bidang Pelayanan Gereja.

12. Tugas-tugas lainnya yang dipercayakan oleh Sidang Majelis Sinode atau Badan
Pekerja Majelis Sinode.

Penjelasan

1-12. Cukup jelas.

Pasal 3

Tugas Syamas

1. Bertugas dan bertanggung jawab atas pelayanan Diakonia.

2. Bertugas dan bertanggung jawab atas pengelolaan, penerimaan, penggunaan dan


pemeliharaan sumber Daya dan Dana yang dianugerahkan Tuhan untuk pelaksanaan tugas-
tugas di bidang Diakonia.

Penjelasan

1. Pelayanan diakonia meliputi diakonia karitatif dan diakonia pengembangan prakarsa


masyarakat.
a. Diakonia Karitatif berupa:

1. Perawatan kepada orang sakit, lanjut usia, yatim piatu, janda-janda, duda-duda dan
anak-anak terlantan termasuk orang cacat dan putus sekolah;

2. Bimbingan bagi rumah tangga-rumah tangga baru, mereka yang terancam hidupnya
karena pengaruh narkotik, minuman keras, pelacuran dan tindakan kriminalitas lainnya dan
keluarga yang terancam cerai.

3. Pertolongan bagi mereka yang tertekan dan teraniaya karena iman.

4. Bantuan darurat bagi mereka yang mengalami kesulitan sosial, ekonomi karena
bencana alam dan sebagainya.

b. Diakonia pengembangan prakarsa masyarakat berupa usaha-usaha:

1. Untuk menyadarkan warga masyarakat akan hak dan kewajiban mereka sebagai warga
negara dalam segala bidang kehidupan: politik, sosial, ekonomi,kebudayaan,pertahanan dan
keamanan;

2. Untuk menunjuk kepada pemerintah dan masya-rakat guna mengusahakan pembangunan


yang mendatangkan keadilan, perdamaian dan ke- utuhan ciptaan, melalui usul-usul maupun
contoh-contoh.

Pasal 4

Tugas Penatua

1. Bertugas dan bertanggung jawab atas pelaksanaan ibadah-ibadah, pemberitaan firman


dan kesaksian.

2. Mengkoordinasikan pelaksanaan pelayanan Katekisasi.

Penjelasan

1-2 Cukup jelas.

Pasal 5

Tugas Guru Agama


1. Melaksanakan pendidikan dan pengajaran mengenai Iman, Ajaran dan Pengakuan
Gereja di sekolah- sekolah.

2. Melaksanakan tugas lainnya yang dipercayakan oleh Badan Pekerja Majelis Sinode.

Penjelasan

1. Yang dimaksud dengan sekolah-sekolah ialah baik sekolah yang diasuh oleh GMIM
maupun sekolah lainnya.

2. Cukup jelas.

Pasal 6

Tugas Pendeta

1. Bertanggung jawab atas pemberitaan Firman Allah dan pelayanan sakramen-sakramen.

2. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas jemaat sebagaimana tercantum dalam


Peraturan Tentang jemaat Bab II pasal 3.

3. Melaksanakan sakramen-sakramen.

4. Melaksanakan pelayanan katekisasi.

5. Melaksanakan pelayanan diakonia dalam segala bentuknya.

6. Memperlengkapi para pelayan Khusus lainnya agar mampu memperlengkapi anggota-


anggota jemaat dan bersama-sama dengan Pelayan Khusus lainnya memperlengkapi semua
anggota jemaat agar dewasa dalam iman.

7. Bersama-sama dengan Komisi Pelayanan Kategorial dan komisi lainnya bertanggung


jawab dalam pelayanan sesuai bidang masing-masing.

8. Melaksanakan tugas lainnya yang dipercayakan oleh Badan Pekerja Majelis Sinode.

Penjelasan
1. Pelayanan sakramen dan peneguhan pemberkatan nikah adalah tugas pendeta. Jika
dalam tugas pelayanan itu tiba-tiba pendeta berhalangan dan tidak ada penggantinya
maka Majelis Jemaat melalui Badan Pekerja Majelis Jemaat berunding dan menunjuk
pendeta diwilayah bersangkutan.

2-5. Cukup jelas.

6. Penekanan pengajaran iman bagi orang dewasa.

7. Penekanan pada pengajaran iman untuk anak-anak,remaja dan pemuda.

8. Cukup jelas.

BAB III

PEMILIHAN PELAYAN KHUSUS SYAMAS,

PENATUA DAN MASA PELAYANAN

SERTA PENGISIAN LOWONG

Pasal 7

Calon Syamas dan Penatua

Calon syamas dan calon penatua adalah anggota sidi jemaat yang memenuhi kriteria
sebagaimana diatur dalam pasal 8 peraturan ini.

Penjelasan

Disebut calon sebab syamas dan penatua melaksanakan tugas setelah ditetapkan dan
diteguhkan oleh Badan pekerja Majelis Sinode.
Pasal 8

Kriteria Calon Syamas dan Penatua

1. Bakal calon syamas dan penatua ialah anggota sidi jemaat yang berumur sekurang-
kurangnya 25 tahun dan setinggi-tingginya 65 tahun.

2. Terdaftar dan tinggal tetap di jemaat dan kolom yang bersangkutan sekurang-
kurangnya enam bulan secara terus menerus sebelum pemilihan.

3. Sudah dikenal jati diri, keteladanan dan kesetiaannya pada GMIM.

4. Memahami dan sanggup melaksanakan tugas sebagai pelayan khusus sebagaiana


diatur dalam pasal 2,3 dan 4 Bab II Peraturan ini.

5. Tidak sedang dikenakan disiplin gerejawi.

6. Kriteria calon mengacu pada kesksian Alkitab, antara lain I Timotius 3: 1 – 13 dan
titus 1 : 5-9.

Penjelasan

1. Khusus untuk penatua karena keketuaan dalam komisi pelayanan kategoorial


Anak dan remaja tidak harus dua puluh lima tahun dan yang sudah kawin, khusus
pemuda berusia 17 – 30 tahun dan belum kawin.

2-6. Cukup jelas.

PASAL 9

Calon Guru agama dan Pendeta

1. Calon guru agama harus melalui masa vikariat selama satu tahun di sekolah
sebelum diteguhkan dan ditetapkan.

2. Calon pendeta harus melalui masa vikariat selama dua tahun di jemaat sebelum
diteguhkan dan ditetapkan.
3. Calon guru agama dan pendeta yang diterima ialah lulusan sekolah teologia yang
diakui oleh GMIM dan berasal dari jemaat GMIM.

4. Calon guru agama dan pendeta kriteria usianya memperhatikan Peraturan Tentang
Pekerja GMIM.

Penjelasan

1-2. Badan Pekerja Majelis Sinode mengeluarkan panduan untuk masa vikariat. Vikariat
berasal dari kata Latin Vicaria/vicarius yang artinya wakil,pengganti, pembantu, penjabat.

3 Sekolah teologia yang dimaksud antara lain anggota PERSETIA (Persekutuan


Sekolah-sekolah Teologia di indonesia) dan ASETIA (Association of Theological Education
in South East Asia).

4 Cukup jelas.

Pasal 10

Pemilih

Pemilih calon syamas dan penatua ialah semua anggota sidi jemaat GMIM yang tercantum
dalam daftar sidi jemaat di kolom yang bersangkutan.

Penjelasan

Setiap pemilih berhak memeriksa daftar sidi jemaat yang didalamnya tercantum namanya.

Pasal 11

Cara Pemilihan

1. Pemilihan diselenggarakan oleh Panitia Pemilihan sesuai Petunjuk Pelaksanaan yang


dikeluarkan oleh Badan Pekerja Majelis Sinode.

2. Calon syamas dan penatua dipilih oleh dan dari anggota sidi jemaat dalam kolom
yang bersangkutan.
3. Pemilihan calon syamas dan penatua dilaksanakan sekali dalam satu periode
pelayanan untuk empat tahun.

4. Calon penatua yang karena keketuaan dalam Komisi Pelayanan Kategorial ialah
mereka yang dimaksud dalam Peraturan Tentang Jemaat Bab VIII pasal 34.

5. Syamas dan penatua melaksanakan tugasnya sesudah ditetapkan dan diteguhkan


dalam ibadah jemaat oleh Badan Pekerja Majelis sinode dan serah terima pelayanan yang
disaksikan oleh Badan Pekerja Majelis Wilayah.

Penjelasan

1-5. Cukup jelas.

Pasal 12

Panitia Pemilihan

1. Panitia Pemilihan ditetapkan oleh sidang majelis jemaat atas usul Badan Pekerja
Majelis Jemaat.

2. Panitia Pemilihan dilantik dan dibubarkan dalam ibadah jemaat.

3. Panitia pemilihan melaksanakan tugas sesuai dengan Petunjuk pelaksanaan


pemilihan yang dikeluarkan oleh Badan Pekerja Majelis Sinode.

Penjelasan

1-3. Cukup jelas.

Pasal 13

Masa Pelayanan dan Pengisian Lowong

1. Masa pelayanan Syamas dan penatua adalah empat tahun.

2. Kelowongan syamas dan atau penatua diisi melalui pemilihan dengan memperhatikan
ketentuan dalam pasal 8 Peraturan ini.
3. Masa pelayanan syamas dan penatua yang mengisi lowong sama dengan masa
pelayanan yang sedang berjalan.

4. Pemilihan pengisian lowong dilakukan setelah tiga bulan terjadi kelowongan.

Penjelasan

1. Masa pelayanan yang dimaksud ialah dari 1 januari tahun pertama sampai dengan 31
Desember tahun trakhir.

2. Kelowongan terjadi apabila meninggal dunia, berpindah tempat tinggaal, tidak


berada di jemaat lebih dari enam bulan berturut-turut, menderita sakit dan karenanya tidak
dapat melaksanakan tugas, permintaan sendiri secara tertulis dan dikenakan disiplin gereja.
Pemilihan pengisian lowong diatur oleh Badan pekerja Majelis Jemaat.

3. Cukup jelas.

4. Kelowongan oleh karena meninggal dunia, tidak harus menunggu tiga bulan.

BAB IV

KETERTIBAN PELAYAN KHUSUS

Pasal 14

1. Pelayan khusus harus memenuhi ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam Tata
Dasar Bab V pasal 19 ayat 1-3 dan hidup serta melayani sesuai pengakuan dan janji
peneguhan.

2. Pelayan khusus wajib menjalankan, menampakkan dan mempertanggungjawabkan


panggilan dan pelayanannya sesuai Tata Gereja.

3. Pelayan khusus hendaknya menampakkan sikap keteladanan.

4. Pelayan khusus wajib hadir dalam setiap sidang dan rapat.

Penjelasan

1-2. Cukup jelas.


3. “ Sikap keteladanan” ialah hidup tidak bercela dan tidak melakukan tindakan-
tindakan, seperti judi, mabuk, dan perzinahan.

4. Wajib hadir dalam hal ini mengharuskan pelayan khusus hadir dalam setiap sidang
majelis jemaat, tetapi dalam hal berhalangan hendaknya memberitahukan secara tertulis
ketidakhadirannya kepada Badan Pekerja Majelis Jemaat.

BAB V

PERLENGKAPAN PELAYAN KHUSUS

Pasal 15

Pelaksanaan Perlengkapan Pelayan Khusus

Badan pekerja majelis sinode, Badan Pekerja Majelis Wilayah dan Badan Pekerja Majelis
Jemaat, merencanakan dan melaksanakan perlengkapan pelayan-pelayan khusus.

Penjelasan

Bentuk-bentuk perlengkapan berupa : pembinaan, pengajaran, Pendidikan, latihan dan


penyediaan bahan-bahan bacaan.

BAB VI

BERAKHIRNYA JABATAN PELAYAN KHUSUS

Pasal 16

Berakhirnya Jabatan Pelayan Khusus

1. Jabatan syamas dan penatua berakhir karena:

a. meninggal dunia;

b. berakhirnya periode pelayanan;

c. berpindah tempat tinggal di jemaat yang sama;

d. tidak dapat melaksanakan tugas karena ber- halangan tetap;


e. diberhentikan karena mengingkari pengakuan iman dan ajaran gereja dan melanggar
Tata Gereja;

f. atas permintaan sendiri dengan pernyataan tertulis;

g. tidak bertugas selama enam bulan tanpa pemberitahuan.

2. Pendeta dan Guru Agama berakhir karena:

a. Meninggal dunia;

b. Tidak dapat melaksanakan tugas karena ber- halangan tetap;

c. Diberhentikan karena mengingkari pengakuan iman dan ajaran Gereja dan melanggar
Tata Gereja;

d. Atas permintaan sendiri dengan pernyataan tertulis.

Penjelasan

1-2. Cukup jelas.

BAB VII

PERUBAHAN, LAIN-LAIN DAN KETENTUAN

PERALIHAN

Pasal 17

Perubahan

1. Perubahan peraturan ini hanya dapat dilakukan dan ditetapkan oleh sidang majelis
sinode.

2. Usul perubahan dapat diajukan oleh Badan pekerja Majelis Jemaat melalui Badan
Pekerja Majelis Wilayah ke Badan Pekerja Majelis Sinode dan selanjutnya diteruskan ke
sidang majelis sinode.
3. Usul perubahan yang disampaikan oleh Badan Pekerja Majelis Sinode, dapat dibahas
jika didukung oleh sekurang-kurangnya duapertiga jumlah anggota Majelis Sinode.

Penjelasan

1-3. Cukup jelas.

Pasal 18

Lain-lain

Hal-hal lain mengenai pelayan khusus yang belum diatur dalam peraturan ini, dapat diatur
oleh Badan Pekerja Majelis Sinode dengan Keputusan Badan Pekerja Majelis Sinode yang
tidak bertentangan dengan Tata Gereja GMIM.

Penjelasan

Cukup jelas.

Pasal 19

Ketentuan Peralihan

1. Peraturan ini ditetapkan oleh Sidang Sinode Istimewa tahun 2007 dan berlaku mulai 1
Januari 2009.

2. Dengan berlakunya Peraturan ini, maka Peraturan Tentang Pelayan khusus dalam Tata
gereja GMIM tahun 1999 dinyatakan tidak berlaku lagi.

3. Hal-hal yang menyangkut perubahan akibat ditetapkannya peraturan ini memerlukan


masa peralihan sampai dengan berakhirnya periode pelayanan 2005-2010.

4. Hasil addendum dari Peraturan ini diberlakukan setelah ditetapkan dalam Sidang
Majelis Sinode ke-76 Istimewa.

Penjelasan
1-4. Cukup jelas.

Anda mungkin juga menyukai