Anda di halaman 1dari 87

1

Nama : Rian Sunandar Silaen

NIM : 18.3373

Dosen Pembimbing I : Pdt. Joksan M.P. Simanjuntak, M.Th

Dosen Pembimbing II : Pdt. Nelly M. Hutahaean, M.Si

Jabatan Penatua Di HKBP

(Studi Kasus Minimnya Minat Jemaat terhadap Jabatan Penatua di Gereja HKBP Ressort

Hataran Jawa)

BAB I

PENDAHULUAN

I.Latar Belakang Masalah

Penatua dalam gereja HKBP memiliki peranan penting dalam bidang pelayanan gereja.

Menurut aturan peraturan HKBP, penatua adalah orang-orang yang mau memberikan dirinya

untuk melayani di tengah-tengah gereja. 1 Kata memberikan menjadi kata kunci untuk memahami

bahwa seorang penatua telah memilih untuk melayani gereja sehingga kata memberikan dapat

dipahami sebagai suatu penyerahan diri untuk melayani. Pelayanan yang diberikan oleh penatua

dapat dikatakan sebagai pelayanan yang memberikan dampak, dalam artian bahwa ketika

pelayanan yang dilakukan merupakan melayanan yang memang menunjukkan pemberian diri

secara penuh maka gereja yang dilayani oleh penatua memiliki kemungkinan besar untuk

berkembang. Penatua merupakan salah satu jabatan pelayanan di tengah-tengah gereja yang

terpanggil dari kalangan jemaat.2


1
Aturan Dohor Paraturan HKBP 2022 Dung Amandemen Paduahon, (Tarutung: Kantor Pusat HKBP, 2015) 9
2
J.L.CH. Abineno, Penatua Jabatan dan Pekerjaannya, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, ttp) 6
2

Menurut J.R.Hutauruk jabatan sebagai penatua merupakan jabatan yang bersifat dinamis,

artinya ada batasan, dan juga diharapkan adanya pertukaran dan pergantian. Sehingga ketika

HKBP menyusun konsep Tata Gereja 1982,1994 dan juga 2002 pelayanan penatua sudah

dibicarakan agar menjadi jabatan yang memiliki periode, dengan tujuan supaya jabatan itu

bersifat dinamis.3 Dengan pemahaman itu jabatan sintua kemungkinan dapat diinovasi sesuai

dengan perkembangan pemikiran dari para penerus. Sebagaimana dikatakan oleh J.R. Hutauruk

bahwasanya, jemaat dengan penatua yang terus beregenerasi tentu dapat menghadirkan inovasi-

inovasi yang baru dan pemikiran yang berkembang pula. Dengan demikian gereja tidak menjadi

gereja yang statis namun menjadi gereja yang dinamis. Keberlangsungan gereja dapat menjadi

sesuatu yang memiliki perkembangan ketika pelayanan para penatua juga berkembang.

Andar Lumbantobing mengatakan bahwa penatua merupakan orang yang penting dalam

gereja dimana penatualah yang menjadi wakil dari seorang pendeta ketika pendeta memiliki

kendala, penatua jugalah yang memperhatikan jemaat untuk mengetahui apa yang menjadi

kebutuhan jemaat.4 Lebih lanjut menurut Andar Lumbantobing dalam kajian sejarah yang dia

lakukan bahwa Nommensen yang baru tiba di Barus melakukan beberapa hal seperti mencari

orang yang dapat membantunya dan bersedia membantunya dalam melakukan tugasnya dan

melayani masyarakat Batak pada masa itu. Dia juga mengutip perkataan Warneck yang

mengatakan bahwa tenaga-tenaga penatua yang oleh Nommensen dengan tekun dibimbing dalam

pekerjaan di jemaat-jemaat baru itu telah memperlihatkan keberhasilan. 5 Sehingga penatua yang

terpilih diberikan tugas untuk mewakili Nommensen melakukan pelayanan kepada masyarakat

Batak pada masa itu dan juga turut membantu Nommensen untuk memahami budaya Batak. 6

3
J.R.Hutauruk, Menata Rumah Allah, (Tarutung: Kantor Pusat HKBP, 2008) 29
4
Andar Lumbantobing, Makna Wibawa Jabatan dalam Gereja Batak, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2022) 145
5
Andar Lumbantobing, Makna Wibawa Jabatan dalam Gereja Batak, 145
6
Andar Lumbantobing, Makna Wibawa Jabatan dalam Gereja Batak, 146
3

Sehingga dari kajian sejarah tersebut, dapat diketahui bahwa penatua memiliki peranan sebagai

rekan sekerja dari pemimpin jemaat, untuk membantu mengawasi, merawat serta melayani para

jemaat. Peran tersebut dibutuhkan dengan tujuan untuk keberlangsugan serta pembangunan

jemaat dengan proses yang baik dan berkembang dengan baik. Penatua yang memberikan dirinya

untuk menjadi rekan, melayani setiap orang dengan penuh tanggungjawab. Sehingga jabatan dan

juga peran sebagai penatua merupakan peran dengan tanggungjawab yang penting.

Hal yang serupa juga dikemukakan oleh Lothar Schreiner dalam tulisannya. Dia juga

menggunakan perspektif sejarah untuk melihat peranan penatua dalam gereja Batak. Dimana

peranan penatua dalam gereja Batak memiliki peranan penting. Gereja Batak yang pada masa itu

masih kental dengan perspektif suku yang mendalam. Peranan dari para penatua pada masa itu

yaitu mencurahkan perhatian mereka terhadap desa dan memajukan agama Kristen di gereja itu.

Kemudian para penatua tersebut melakukan kunjungan kepada wilayah-wilayah yang masih

sangat kental dengan agama suku.7 Dari perspektif sejarah tersebut dapat dilihat peranan para

penatua untuk menjaga dan juga membuat kekristenan menjadi berkembang di wilayah yang

dipercayakan kepadanya. Konteks masyarakat Kristen khususnya gereja Batak memang tidaklah

seperti pada masa para misionaris, namun dari penjelasan-penjelasan yang dipaparkan dapat

dilihat peranan dari penatua masih tetap sama yaitu memperhatikan, menjaga dan membuat

jemaat berkembang secara Iman dan juga secara psikologis. Perspektif sejarah tersebut

menunjukkan kembali bagaimana peranan penatua yang sebenarnya diharapkan. Gereja Batak

dari awal membutuhkan penatua sebagai rekan dan bagian dari gereja untuk membuat gereja

berkembang.8

7
Lothar Schreiner, Adat dan Injil: Perjumpaan Adat dengan Iman Kristen di Tanah Batak, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2019) 49
8
Lothar Schreiner, Adat dan Injil: Perjumpaan Adat dengan Iman Kristen di Tanah Batak, 49
4

J.l. Ch. Abineno mengatakan bahwa anggota jemaat yang sudah dipilih dan diangkat

menjadi pelayan gerejawi, seharusnya dapat menghidupi panggilannya, meyakini bahwa mereka

dipilih oleh Allah. Tidak ada alasan untuk meninggikan diri atau merasa memiliki kekuasaan

yang besar di tengah-tengah gereja. Para penatua tadi harus melakukan tugas tanggung jawabnya

dengan bersungguh-sungguh melayani jemaat (bnd Efesus 4: 11-12). Dalam bahasa Yunani

sendiri ada 2 kata yang merujuk kepada kata “Penatua”, yang pertama presbyteros dimana

kemudian kata ini berkembang menjadi imam. Kata kedua ialah episkopos, kata ini kemudian

berkembang menjadi “uskup”, dan kata episkopos memiliki arti penilik dan lebih cocok kepada

penatua.9 Penilik sendiri bisa diartikan mengawasi, penatua memiliki tugas mengawasi di tengah-

tengah jemaat. Tentu ketika kita memiliki tugas untuk mengawasi hal tersebut tidak bisa

dilakukan hanya sekali dua kali, harus dilakukan secara intensif, dalam arti dilakukan dengan

sungguh-sungguh.

Sebagai seorang yang terpanggil, penatua harus datang ke tengah-tengah jemaat sebagai

pribadi yang melayani yang mengarahkan jemaatnya kepada hidup yang lebih baik dan

membangun jemaat yang dilayani secara rohani sesuai dengan tri tugas panggilan gereja

(Marturia, Diakonia, Koinonia). Tentu dalam pelayanannya penatua tidak bisa berdiri sendiri,

penatua juga harus membangun relasi dengan para pelayan gereja lainnya, sehingga terjalin

kerjasama pelayanan yang dibangun bisa lebih efektif. Penatua bukanlah satu-satunya pejabat

dalam jemaat. Penatua juga melayani bersama-sama dengan pelayan yang lain. 10 Tugas mereka

yaitu memberikan pengajaran-pengajaran yang benar dan harus secara benar disampaikan sesuai

dengan kehendak Allah. Pelayan-pelayan Gereja harus melaksanakan pelayanan Firman dengan

setia, dan ajaran keselamatan tidak boleh mereka palsukan, tetapi harus mereka ajarkan kepada

9
J.L.CH. Abineno, Penatua Jabatan dan Pekerjaannya,15
10
J.L.CH. Abineno, Penatua Jabatan dan Pekerjaannya,16
5

umat Allah secara murni dan utuh. 11 Maka dari sini kita melihat para penatua harus dengan serius

melakukan pengajaran yang dapat membantu jemaat dalam pertumbuhan iman yang sejati.

Pertumbuhan Iman hanya dapat terjadi apabila para penatua memahami tanggungjawab dan juga

peranan mereka sebagai penatua. Berdasarkan pemahaman tersebut, penatua dapat dikatakan

juga sebagai tonggak utama untuk pertumbuhan jemaat. Penatua tidak harus selalu berfokus

kepada pendeta dan selalu merasa pendetalah yang harus banyak berperan.

Penatua merupakan pelayan gereja yang terpanggil dari tengah-tenga jemaat, yang

bertugas atau yang melayani sesuai dengan tri tugas panggilan gereja (Marturia, Diakonia,

Koinonia). Hal Tersebut juga tertuang dalam konfessi HKBP 1951, pasal 9 tentang pelayan

gereja, bahwasanya orang Kristen terpanggil untuk menjadi saksi Kristus dimana Allah

memanggil jemaat di tengah-tengah gereja sesuai dengan tugas Kristus yang tiga itu: Nabi, Imam

dan Raja (1 Kor. 12:28).12 Bukan hanya itu, tugas dan tanggung jawab penatua HKBP juga

tertera di dalam Agenda HKBP sebagai tugas pokok yang harus dijalankan dan dilaksanakan

sebagai bentuk tanggung jawab pelayanan dalam menjalani tugas Tersebut. Karena memang bisa

dikatakan, walaupun secara jam kerja, Penatua merupakan pelayan paruh waktu, para penatua

inilah biasanya senantiasa mau membantu para pelayan penuh waktu yang ada di gereja untuk

bersama-sama melayani jemaat. Dalam Jemaat kita sebagai jemaat protestan jabatan penatua

menempati suatu tempat yang penting.13 Sehingga ketika tugas panggilan ini dilakukan secara

serius, akan berdampak pada kemajuan pelayanan ditengah-tengah gereja terlebih dalam hal

pembanguan jemaat. Sehingga jemaat boleh betul-betul merasakan kehadiran Allah dalam

pelayanan yang dilakukan oleh gereja.

11
Yohanes Calvin, Institutio, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, cet ke-6, 2008), 106
12
Huria Kristen Batak Protestan, Pengakuan Iman, (Kantor Pusat HKBP, Pearaja Tarutung, 2002), 63
13
J.L.CH. Abineno, Penatua Jabatan dan Pekerjaannya, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, ttp), 1
6

Dalam kajian ini penulis melakukan studi kasus terhadap situasi di gereja HKBP Ressort

Hataran Jawa. Observasi sementara penulis, terdapat penatua di gereja HKBP Ressort Hataran

Jawa termasuk dibeberapa gereja pagaran dari Ressort tersebut yang memiliki penatua dengan

usia yang sudah hampir menginjak usia pensiun sesuai dengan ketentuan HKBP. Sehingga

dibutuhkan adanya pengganti sebagai seorang penatua. Namun minat dari jemaat untuk menjadi

penatua di gereja HKBP Ressort Hataran Jawa dapat dikatakan cukup rendah, sehingga untuk

menemukan pengganti dari para penatua dengan usia tua tersebut cukup sulit. Oleh sebab itu lah

penulis ingin mengkaji serta meneliti penyebab dari menurunnya minat dari jemaat untuk

menjadi penatua di HKBP Ressort Hataran Jawa. Hal tersebut akan dikaji dalam tulisan ini

dengan judul:

Jabatan Penatua Di HKBP

(Studi Kasus Minimnya Minat Jemaat terhadap Jabatan Penatua di Gereja HKBP

Ressort Hataran Jawa)

II.Rumusan Masalah

2.1. Bagaimana peranan penatua di dalam kehidupan jemaat HKBP Ressort Hataran Jawa?

2.2.Apa saja tantangan dan hambatan yang dialami penatua dalam menjalankan tugas

panggilannya di HKBP Ressort Hataran Jawa?

2.3. Rencana aksi apa yang perlu dilakukan untuk menumbuhkan minat jemaat menerima tugas

sebagai penatua di HKBP Ressort Hataran Jawa?

III.Tujuan Penulisan
7

3.1.Menggali serta meneliti pandangan dari jemaat HKBP Ressort Hataran Jawa terhadap jabatan

Penatua.

3.2.Mengkaji pemahaman dari jemaat HKBP Ressort Hataran Jawa terhadap jabatan Penatua.

3.3.Mengkaji apakah terdapat jemaat dari HKBP Resort Hataran Jawa yang mau dan bersedia

untuk menjadi penatua.

IV.Manfaat Penulisan

4.1.Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari tulisan dan penelitian ini yaitu menjelaskan dan memaparkan

pentingnya peranan penatua secara teoritis dalam gereja melalui kajian-kajian terhadap literatur

dan juga kajian dalam penelitian nantinya. Akan dipaparkan juga secara teoritis yang menjadi

tanggungjawab dari penatua dalam pembangunan jemaat terkhusus dalam gereja Batak.

4.2.Manfaat Praksis

Manfaat praksis dari tulisan dan penelitian ini yaitu dengan kasus ini diharapkan bahwa

informasi yang diberikan melalui hasil penelitian dapat memberikan pemahaman dan juga

memberikan gambaran akan tanggunjawab seorang penatua dan bagaimana fenomena

berkurangnya minat menjadi penatua berkurang.

V.Hipotesa

Penatua merupakan jabatan gerejawi yang penting dalam gereja HKBP sebab

tanggungjawab yang diemban penatua juga tentu sangat penting, keadaan itu menyebabkan

jemaat menunda keinginan menjadi penatua dengan beberapa pertimbangan yang berkaitan
8

dengan kesibukan diri, pengalaman diri dan ketidaksanggupan melaksanakan tugas penatua

secara pribadi.

VI.Metodologi Penelitian

Penelitian ini didasari pada pendekatan kualitatif yang menunjuk kepada prosedur-

prosedur riset yang menghasilkan data kualitatif tanpa ungkapan atau catatan seseorang atau

tingkah laku yang diobservasi, serta mengarah kepada keadaan-keadaan secara holistik (utuh).

Metode kualitatif memungkinkan peneliti memahami secara personal dan memandang subjek

pandangan dunianya.14 Mendasarkan kepada pemikiran mengenai pendekatan-pendekatan

tersebut maka peneliti harus dapat “menangkap” proses interpretasi dan melihat segala sesuatu

dari sudut pandang orang yang diteliti. Pendekatan ini berasumsi bahwa peneliti tidak memahami

arti segala sesuatu dari orang-orang yang sedang diteliti. Menggunakan pendekatan-pendekatan

ini peneliti berusaha mendalami aspek “subjektif” dari perilaku manusia dengan cara ‘masuk’ ke

dunia konseptual orang-orang yang diteliti. Dengan cara tersebut diharap peneliti dapat mengerti

bagaimana makna sosial dan wacana-wacana dikembangkan dalam kehidupan sehari-harinya. 15

VII.Sistematika Penulisan

I.Pendahuluan

Penulis akan memaparkan latar belakang dari judul penulis. Dalam bab ini dituliskan

rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan dan juga hipotesa dari sajian dan

metodologi penelitian.

II.Landasan Teori

14
Bagong Suyanto, dkk. Metode Penelitian Sosial-Berbagai Pendekatan Alternatif, (Jakarta: Prenadamedia Group,
2005), hlm 166
15
Bagong Suyanto, dkk, hlm 168
9

Memaparkan teori yang menjadi landasan dalam penulisan. Dalam bab ini memuat

etimologi dan terminologi dari penatua dan HKBP, memuat landasan biblis dari penatua,

memuat pandangan para ahli mengenai penatua dan juga pandangan dokumen HKBP mengenai

penatua.

Penulis juga memaparkan isi dari ajaran atau pun konfesi terkait dengan penatua untuk

mendukung sajian dan kajian dari penulis. Dokumen resmi gereja juga akan penulis gunakan

dengan tujuan untuk mengkaji peranan penatua yang ditetapkan dalam gereja HKBP. Sehingga

menjadi jelas mengapa peranan penatua dalam gereja HKBP menjadi sesuatu yang penting dan

yang harus dimiliki. Penulis juga akan mengkaji pandangan Martin Luther terkait dengan kasus

penulis.

III.Metodologi Penelitian

Metodologi yang ingin penulis lakukan yaitu dengan melakukan penelitian kualitatif.

Penyajian dan pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dengan pihak-pihak tertentu

yang nantinya mendukung untuk menjadi sumber data dari penulis. Dengan tujuan pengumpulan

data demi menjawab rumusan masalah dan menemukan kesimpulan sesuai dengan hipotesa

penulis. Penulis juga memaparkan gambaran ringkas tentang lokasi. Kemudian dalam

metodologi penelitian ini, penulis juga akan memaparkan bagaimana data tersebut akan

dianalaisis sesuai dengan hasil wawancara diperhadapkan dengan dokumen dan juga buku-buku

yang mendukung untuk memperoleh suatu sudut pandang yang mendukung pembahasan atau

pun judul penulis.

IV.Hasil Penelitian, Analisis & Rencana Aksi


10

Penulis akan memaparkan mengenai hasil penelitan dan juga pembahasan mengenai hasil

penelitian. Penulis juga akan melakukan analisis terhadap data-data yang telah didapat oleh

penulis melalui metode-metode yang penulis lakukan seperti wawancara. Sehingga dari hasil

penelitian yang telah dianalisis tersebut penulis dapat merumuskan suatu rencana aksi terkait

kasus yang diangkat penulis.

V.Kesimpulan dan Saran

Pada bagian ini penulis akan meyimpulan keseluruhan pembahasan penulis dengan

menemukannya melalui data dan kajian penulis sehingga dapat mencakup keseluruhan

pembahasan dan juga memperhadapkannya dengan hipotesa penulis untuk menentukan apakah

hipotesa penulis benar atau tidak. Penulis juga akan memaparkan saran yang dapat penulis

sampaikan dalam tulisan penulis dikaitkan dengan pembahasan penulis.


11

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Etimologi dan Terminologi

2.1.1. Jabatan

Jabatan menurut Mustadin Taggala adalah identitas yang dirancang untuk memudahkan

dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Dia mengatakan bahwa dalam jabatan terdapat tugas

dan juga tanggungjawab yang melekat sehingga tugas yang dilaksanakan ditentukan oleh minat

dan juga kemampuan.16

Pengertian lain dari jabatan yaitu kelompok posisi yang sama dalam tingkatan pekerjaan

dan juga jenis pekerjaan. Jumlah orang atau pun kelompok dalam suatu organisasi bergantung

pada ukuran organisasi yang bersangkutan. Sehingga banyaknya jabatan dipengaruhi oleh besar

kecilnya suatu organisasi.17 Sehingga dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa jabatan

merupakan posisi dalam suatu pekerjaan yang di dalamnya terdapat tugas dan juga

tanggungjawab yang harus dikerjakan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan suatu

kelompok orang atau pun organisasi.

2.1.2. Penatua

Menurut kamus The International Dictionary of New Testament Theology Volume 1 kata

penatua berasal dari bahasa Yunani yaitu presbuteros atau presbuterion yang digunakan untuk
16
Mustadin Taggala, Analisis Jabatan, (Depok: Kurnia Global Publishing, 2015) 12
17
Mustadin Taggala, Analisis Jabatan, 14
12

menyebut penatua terkhusus dalam teks-teks perjanjian baru. Istilah ini diartikan sebagai

orangtua, penatua dan juga orang yang lebih tua dibandingkan yang lain. Kata ini sendiri berasal

dari kata presbutes yang berarti “orangtua”. Dalam status sosial presbuteros dianggap sebagai

orang-orang yang memiliki kebijaksanaan dan juga dianggap sebagai orang yang disegani.

Meskipun memang pada awalnya kata presbuteros hanya digunakan untuk menyatakan usia

seseorang yang lebih tua, pemaknaan akan kata tersebut kemudian bergesar menjadi suatu status

sosial dalam masyarakat, sehingga presbuteros diberikan kepada para penatua yang dianggap

sebagai orang yang bijak dan berwibawa.18 Orang-orang yang dianggap sebagai penatua dalam

strata sosial dianggap sebagai orang yang pantas untuk memiliki rasa hormat tertinggi dari

masyarakat. Sehingga setiap orang yang diberikan gelar presbuteros merupakan orang-orang

yang menginjak usia 50 tahun ke atas dan dianggap sebagai orang yang pantas untuk dihormati.19

Jabatan ataupun posisi sebagai seorang elders dianggap sebagai komunitas orang-orang

yang mengatur suatu daerah. Para elders dalam komunitasnya dianggap sebagai orang yang

memiliki hak dan juga dianggap sebagai pemimpin dari komunitas mereka tersebut. Sehingga

kepemimpinan dipegang oleh elder tersebut. Pengertian lain dari presbuteros yaitu presbuteros

dianggap sebagai juru bicara (spokesman).20

Dalam bahasa Ibrani kata penatua diartikan sebagai zaqen, Menurut Theological

Dictionary of The Old Testament kata ini berasal dari kata benda zaqan yang berarti janggut

(beard). Dengan demikian kata ini sering digunakan merujuk kepada seorang pria yang memiliki

janggut, dengan kata lain usia yang sudah cukup tua. Dalam perjanjian lama kata zaqen selalu

merujuk kepada orangtua dan juga penatua sebagai orang yang bertanggungjawab dalam suatu

18
Collin Brown (ed), The International Dictionary of New Testament Theology Volume 1 , (USA: Grand
Rapids,1971), 192
19
Collin Brown (ed), The International Dictionary of New Testament Theology Volume 1, 193
20
Collin Brown (ed), The International Dictionary of New Testament Theology Volume 1, 193
13

daerah. Sehingga jelas bahwa kata zaqen selalu diberikan dan dirujuk untuk menyatakan

penatua.21

Secara terminologi penatua berfungsi untuk mengatakan seseorang yang dianggap

sebagai pemimpin. Dalam konteks Alkitab elders atau pun penatua-penatua dianggap sebagai

seorang pemimpin. Sehingga kata ini digunakan dalam tulisan-tulisan perjanjian Baru dengan

merujuk kepada para pemerintah pada masa itu. Dengan kata lain kata penatua digunakan kepada

para pemimpin. Paulus beberapa kali menyebutkan peranan dan juga ketaatan kepada

pemerintah. Dalam Ibrani juga dijelaskan mengenai ketaatan kepada pemerintah (Ibrani 13:17).

Oleh sebab itulah secara terminologi kata penatua digunakan untuk menunjukkan kedudukan

seseorang sebagai pemimpin.22

2.1.3. HKBP

Maka dengan mengaitkan kedua hal tersebut, minat jemaat secara khusus HKBP

diperhadapkan dengan penatua haruslah memiliki ketertarikan dan juga hubungan secara

psikologis. Secara garis sejarah Terbentuknya suatu gereja ditentukan dalam 3 hal yaitu: Ibadah

pertama gereja tersebut, Baptisan pertama, dan hasil dari Rapat atau pun Sinode. Apabila HKBP

dilahirkan berdasarkan Ibadah pertama maka hari jadi atau hari lahir HKBP adalah pada tahun

1824 dihitung ketika dua misionaris dari gereha Baptist, London, Inggris yaitu Richard Burton

dan Nathanael Ward yang berkhotbah pertama kali di tanah Batak yaitu di Tarutung. Apabila

hari jadi HKBP dilihat dari Baptisan Pertama maka hari jadi HKBP harusnya adalah 31 Maret

1861. Namun tanggal lahir HKBP yang sebenarnya berasal dari rapat atau sinode yang dilakukan

pada 7 Oktober 1861. Sebenarnya rapat atau sinode selalu dilakukan pada tanggal 7 Oktober
21
G. Johannes Botterweck & Helmer Ringgren, Dictionary Of The Old Testmaent Vol.4, (Germany: William B.
Eerdmans Publishing Co, 1980) 123
22
Benjamin L. Merkle, Why Elders? A Biblical And Practical Guide For Church Members, (Michigan: Grand
Rapids, 2009) 17
14

berarti ada kemungkinan bahwa sebelum 7 Oktober 1861 rapat atau sinode juga sudah pernah

dilakukan, maka bisa dikatakan bahwa ada alasan tertentu sehingga penetapan tanggal lahir

HKBP melalui sinode yang ditentukan pada 7 Oktober 1861 tersebut.23

Penetapan tanggal lahir HKBP pada 7 Oktober 1861 ditetapkan dengan dasar pemikiran

yang sangat teologis. Rapat atau sinode tersebut sebenarnya bukanlah acara besar-besaran dan

istilah sinode godang bukan berarti jumlah peserta yang datang ke rapat tersebut sangat banyak.

Dan rapat sebelum 7 Oktober 1861 juga sebenarnya pernah dilakukan, maka bisa dikatakan

bukanlah pelaksanaan rapat yang penting disini namun keputusan yang diambil dari rapat

tersebut. Keputusan yang diambil dari sinode pada 7 Oktober 1861 merupakan tonggal penentu

sejarah kelahiran HKBP. Pada 7 Oktober 1861 lah ditetapkan mengenai pembagian wilayah

penginjilan dimana keputusan tersebut dipahami sebagai re-orientasi strategi pelayanan dan tugas

para misionaris sekaligus sebagai perluasan wilayah penginjilan. Keputusan tersebut disemangati

dan didasarkan pada firman Tuhan yang juga diterima oleh para rasul. Berdasarkan Kisah Para

Rasul 15:28 “ Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami”. Sehingga keputusan

dalam rapat dapat dikatakan sebagai hasil dari keputusan Roh Kudus bersama-sama dengan

keputusan para pekerja gereja. Atas keyakinan ini lah keputusan yang diambil dari rapat 7

Oktober 1861 dilihat sebagai keputusan yang benar. Atas keputusan ini juga penginjilan di tanah

Batak mulai mengalami perkembangan. Maka bisa dikatakan bahwa kelahiran HKBP 7 Oktober

1861 dilihat dari gerakan HKBP itu sendiri dalam PI dengan mulai membagi wilayah-wilayah

penginjilan.24

2.1.4. Minat Jemaat

23
Darwin Lumbantobing, Tumbuh Lokal Berbuah Universal, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018) 333-335
24
Darwin Lumbantobing, Tumbuh Lokal Berbuah Universal, 333-335
15

Minat secara etimologi dapat diartikan sebagai usaha dan juga kemauan untuk

mempelajari sesuatu. Sedangkan minat secara terminologi dapat diartikan sebagai keinginan,

kesukaan dan kemauan terhadap sesuatu. Yayat Suhayat dalam tulisannya mengutip beberapa

pandangan untuk mengkaji mengenai minat. Dia mengutip pandangan dari Hilgar yang

menyatakan bahwa minat merupakan suatu proses yang konsisten untuk memfokuskan diri

kepada sesuatu yang ingin ditekuni dengan adanya perasaan senang saat melakukannya.

Sehingga menurut Hilgar, minat secara psikologis akan membangkitkan rasa senang dalam diri

seseorang.25 Yayat Suhayat juga mengutip pandangan dari Andi Marpare yang menyatakan

bahwa minat merupakan suatu “Perangkat” mental yang di dalamnya tercampur perasaan yang

mengarahkan dan juga mengindikasikan individu kepada suatu pikiran tertentu. 26 Sehingga dapat

diartikan bahwa minat merupakan keinginan yang besar yang berkaitan dengan perasaan.

H.C. Witherington mengatakan bahwa minat adalah kesadaran individu bahwa terdapat

sangkut pau antara dirinya terhadap objek lain yang ada di sekitarnya baik itu individu yang lain,

benda, atau pun suatu kegiatan dan situasi. 27 Crow and Crow berpendapat bahwa minat

merupakan sesuatu yang berhubungan dengan daya gerak yan mengakibatkan seorang individu

tertarik terhadap suatu hal.28

Sedangkan kata jemaat, dalam konteks perjanjian baru lebih sering digambarkan dengan

gereja. Apabila dikaji melalui teks-teks bahasa Yunani, jemaat selalu disebut sebagai ekklesian

atau pun ekklesia yang mana lebih merujuk kepada jemaat yang merupakan perkumpulan orang

percaya tergabung dalam gereja tersebut. Secara terminologi, menurut Kamus Besar Bahasa

25
Hilgar, dalam Yayat Suhayat, Hubungan Antara Sikap, Minat, Dan Perilaku Manusia, (Artikel Unisma Bekasi,
2009) 8
26
Andi Marpare, dalam Yayat Suhayat, Hubungan Antara Sikap, Minat, Dan Perilaku Manusia, 8
27
H.C. Witherington, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: Aksara Baru, 1982) 122
28
Crow and Crow, dalam Yayat Suhayat, Hubungan Antara Sikap, Minat, Dan Perilaku Manusia, 9
16

Indonesia Edisi Kelima, Gereja diartikan sebagai Tempat ibadah umat Kristen, yang mana dalam

pengertian ini gereja dilihat sebagai gedung ibadah untuk umat Kristen. Menurut KBBI juga di

gereja merupakan tempat orang Kristen melakukan upacara agama.29

Secara etimologi gereja dalam Perjanjian Baru diterangkan dengan memakai kata

ekklhsia. Ekklhsia berasal dari kata ek-kaleo yang dapat diartikan sebagai pemanggilan

“kawanan” untuk bersatu, hal tersebut dilihat dari kata kaleo yang merupakan kata kerja yang

berarti memanggil. Sehingga dari kata Yunani nya yaitu ekklhsia dapat diartikan sebagai

penyatuan. Kemudian apabila dilihat dari bahasa Ibrani, kata gereja berasal dari kata qahal yang

diartikan sebagai perkumpulan dari banyak orang yang digambarkan sebagai kawanan domba

kemudian dikumpulkan dihadapan pengembalanya.30 Menurut Dictionary of New Testament

Theology Vol.1 dikatakan bahwa gereja pada masa munculnya translasi terhadap Perjanjian

Lama dan Perjanjian Baru, gereja merupakan tempat dimana orang-orang berpolitik. Dalam

gereja lah masyarakat menyampaikan aspirasi mereka terhadap pemerintah dan juga kebijakan-

kebijakan pemerintah. Menurut kamus ini juga bahwa di dalam gereja setiap orang dapat

mengutarakan apapun yang menjadi keluhan dari jemaat tersebut. Sehingga dalam gereja sendiri

sering dilakukan proses pengambilan atau pengumpulan suara dengan tujuan untuk memperoleh

kesepakatan. Hal tersebut terjadi ketika pengaruh besar dari Yunani dan budaya Helenis terjadi. 31

Menurut The Oxford Encyclipedia Ancient Egypt dikatakan bahwa kata lain untuk

menggambarkan atau menyatakan gereja sering digunakan kata synagoge. Dimana dalam

synagogue ini dilakukan ritual-ritual keagamaan , seperti pembakaran kurban, pemberian

persembahan, berdoa dalam ruang lingkup ceremony keagamaan. Sehingga dalam synagoge

29
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V
30
Jeff A.Banner, New Testament Greek to Hebrew Dictionary, (USA: ) 46
31
Colin Brown (ed.), Dictionary of New Testament Theology Vol.1, (Michigan: Grand Rapids, ) 291-292
17

terjadi proses ritus tertentu dengan konsep keagamaan yang dianut oleh masyarakat pada masa

sebelum munculnya translasi untuk kitab Perjanjian Lama dan juga Perjanjian Baru. 32

Jean Yves Lacoste mengartikan gereja dengan melihat bagaimana pemanggilan terhadap

bangsa Israel dan juga bagaimana pemanggilan Yesus terhadap umat manusia. Dalam perspektif

PL dia mengartikan Gereja dengan melihat bangsa Israel yang terpanggil dan terpilih oleh Allah

sendiri sehingga mereka menjadi umat Allah. Sehingga dalam perspektif PL, bangsa yang

terpanggil dan berkumpul tersebutlah yang kemudian menurut Lacoste menjadi esensi dari

gereja. Kemudian dari perspektif PB dia meliaht bagaimana Yesus yang menjadi kunci utama

yaitu dalam pemanggilan para murid sampai kepada amanat agung yang bertujuan untuk

memanggil dan mengumpulkan orang-orang percaya. Sehingga menurut dia Gereja dapat

diartikan sebagai perkumpulan yang didasarkan dengan pemanggilan yang bertujuan untuk

peribadahan dan secara religius dikatakan bahwa perkumpulan tersebut bertujuan untuk

menerima berkat dari Allah.33

Perspektif Paulus sendiri dalam menggambarkan gereja atau pun menggambarkan

keutuhan gereja, dia memakai metafora yaitu tubuh Kristus. Dia menggambarkan gereja dengan

metafora tersebut untuk menyatakan bahwa gereja bukan hanya perkumpulan namun juga

perkumpulan dari orang-orang yang majemuk. Sehingga makna atau pengertian terhadap

kesatuan menjadi jelas, bahwa kesatuan yang dimaksud tidak hanya kesatuan yang satu suku atau

pun latarbelakang namun kesatuan yang dimaksud adalah kesatuan dalam Kristus. Sehingga

apabila dikaji menurut pandangan Paulus, latarbelakang tidak menjadi kendala dalam

pemanggilan dan persekutuan dalam gereja sebagai tubuh Kristus, namun menurut Paulus

32
Donald B.Redford (ed.) The Oxford Encyclopedia Ancient Egypt Vol.1 (New York: Oxford University Press,
2001) 262
33
Jean Yves Lacoste, Encyclopedia of Christian Theology, (New York: Routledge,2004) 299-300
18

disitulah keindahan dari tubuh Kristus sebagai gereja dimana semua disatukan dengan

peranannya masing-masing dengan satu tujuan yaitu perkumpulan dan peribadahan.34

Gereja akan selalu berproses dan akan selalu berkembang dan menata dirinya untuk

dunia, dengan penataan ini akan membuahkan tri-tugas panggilan gereja yaitu bersekutu

(koinonia), bersaksi (marturia) dan melayani (diakonia). Hal ini ada agar gereja dapat bertumbuh

secara kuantitas dan kualitas (kedewasaan dalam iman anggota jemaat) yang terus bersaksi dan

melayani dunia. Gereja lahir atas pilihan dan panggilan Yesus Kristus, sehingga dalam

persekutuannya juga tidak akan lepas dari peranan dari Roh Kudus yang mempersatukan dan

menguduskan.35

2.2. Landasan Biblis

2.2.1. Perjanjian Lama

Dalam dunia Israel kuno, istilah penatua disebut dengan zegenim=yang berjanggut, ini

mengacu pada orang tua dalam penjajaran untuk anak laki-laki. Istilah penatua yang disebutkan

pertama kali dalam teks Alkitab adalah “para penatua Israel” Istilah lain untuk sebutan penatua

ini adalah sekelompok orang yang bekerja sebagai penasihat administrasi di istana kerajaan yang

disebut “penatua istana raja” atau singkatnya “penatua” (bnd 2 Samuel 12:17; Kejadian 24:2;

50:7; 1 Raja 12:6-15; Mazmur 105:22).36 Selain itu terdapat juga istilah lain dari penatua yaitu

sebutan untuk tetua kota. Konsep penatua mirip dengan senator dalam bahasa Latin dan syekh

dalam bahasa Arab.37

34
Bittlinger dalam Gift and Graces, (London: Hodder and Stoughton, 1967) hal 54-55
35
Lumbantobing, Darwin, Pdt. Dr & Pdt Colan Pakpahan, M.Th, Gerakan Persekutuan Eskatologis, Ekklesiologi,
Jabatan dan Struktur Gereja,…39-40
36
Nili Sacher Fox, In The Service of the King: Officialdom in Ancient Israel and Judah, (Cincinnati: Hebrew Union
Colege Press, 2000), 63-64
37
J. Conrad, “Elder”, dalam Theological Dictionary of the Old Testament, peny., G. Johannes Botterwick and
Helmer Ringgren, terj., David E. Green, (Grand Rapids” Eerdmans Publishing, 2003), 123
19

Posisi penatua di bawah hukum Musa berbeda dengan posisi penatua dalam Perjanjian

Baru. Tampaknya “penatua” memiliki fungsi organik. Masyarakat mereka menghormati mereka

dan mereka sangat berpengaruh bagi masyarakat. Penatua dalam Perjanjian Lama adalah pelayan

dan tetap berada dalam batas-batas mereka. Mreka bekerja bersama dengan para hakim, raja dan

pemimpin bangsa. Memang tanggung jawab mereka terbatas namun sangat penting sebab

mereka diharapkan untuk dapat melakukan pekerjaan Tuhan untuk menggembalakan kawanan.38

Untuk melihat peranan dan juga tugas dari penatua yang terdapat dalam Perjanjian Lama,

penulis mengkaji melalui teks Keluaran 18:19-22. Penatua dalam Perjanjian Lama memiliki

peranan penting terutama dalam bidang agama dan juga dalam bidang etika. Penatua juga

penting ketika terjadi pertengkaran dan juga perseteruan dalam bangsa Israel. Hal tersebut dapat

dilihat dari Allah yang memilih Musa untuk menjadi orang dan juga penatua di tengah-tengah

bangsa tersebut. Bimbingan yang diberikan oleh Musa berasal dari Allah sepenuhnya sehingga

nilai-nilai yang terlihat dari Musa dan juga nasihatnya kepada bangsa Israel mengandung seluruh

nilai dalam berbagai bidang kehidupan seperti keagamaan, etika dan juga politik. Dapat

dikatakan bahwa orang-orang yang dipilih oleh Allah termasuk dalam hal ini adalah Musa

memiliki kemampuan dan karakter yang berbeda dari pada orang-orang yang lainnya, sehingga

orang-orang yang demikian termasuk Musa melayani Allah dan juga umat-Nya.39

Dalam ayat 19 dan ayat 21, Yitro memberikan nasihat kepada Musa dan kemudian Musa

memberikan nasihat kepada bangsa Israel sehingga dapat dikatakan bahwa nasihat yang

diberikan oleh Yitro dan nasihat yang diberikan oleh Musa kepada bangsa Israel merupakan

nasihat yang berasal dari Allah, sehingga baik Yitro dan Musa merupakan rekan kerja Allah

untuk bangsa-Nya. Penerimaan bangsa Israel terhadap nasihat dan bimbingan yang diberikan
38
Conrad, “Elder”, Theological Dictionary of the Old Testament, 120
39
Robert M. Paterson, Kitab Keluaran, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009) 242
20

oleh Musa, dapat dikatakan juga bahwa bangsa Israel telah menerima Allah. Begitu juga ketika

para pembantu Musa memberikan nasihat kepada bangsa tersebut, nasihat itu berasal dari sumber

yang sama sehingga memiliki tujuan yang sama pula. Pemilihan akan pembantu Musa dalam

melaksanakan tugasnya, harus dilakukan dengan sangat hati-hati yang dipilih dari seluruh bangsa

Israel dan mencakup orang-orang yang mampu, tegas dan juga jujur. Sehingga orang-orang

dengan karakter demikianlah dapat memimpin bangsa tersebut. 40 Syarat-syarat tersebut

ditetapkan dengan tujuan agar orang-orang yang telah dipilih mampu untuk menjalankan tugas

pelayanan bagi bangsa Israel. Seperti halnya Musa yang telah dipilih oleh Allah sebagai

perantara Allah atas bangsa Israel untuk mencari dan menyelesaikan masalah termasuk

menyelamatkan bangsa Israel. Sehingga bentuk tanggungjawab, ketegasan, dan kejujuran

menjadi faktor penting untuk menjadi perantara Allah.

Penatua dalam ayat 21 dianggap sebagai pemimpin bangsa Israel yang mana pemimpin

yang dimaksud tersebut merupakan orang-orang yang takut akan Allah. Sehingga dari

pernyataan tersebut dapat dipaham bahwa penatua haruslah orang-orang yang takut terhadap

Allah. Dengan pemahaman bahwa setiap yang takut kepada Allah tidak akan melanggar perintah

dan perkataan Allah. Dalam Keluaran 18 ini juga dapat dilihat bahwa penatua memiliki sifat

yang membenci pengajaran suap atau pun perilaku suap yaitu perilaku yang gemar mencari

keuntungan atas dirinya sendiri dengan mengorbankan orang lain. 41 Sikap demikian dianggap

sebagai sikap yang tidak jujur dan tidak layak diangkat sebagai penatua atau pun sebagai

pemimpin. Para penatua ditugaskan untuk menciptakan keamanan dan juga menangani perkara-

perkara yang terjadi dalam bangsa Israel sehingga terwujud situasi yang aman dan juga damai

40
John I. Durham, World Biblical Commentary Vol.3, (Colombia: Nelson Reference & Electronic, 1987), 250-252
41
Robert M. Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Keluaran, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009) 242-244
21

dalam bangsa Israel. Usulan Yitro tersebut tidak hanya membantu Musa tetapi seluruh orang

yang bersamanya yakni untuk bersama-sama menanggung tanggungjawab dan pekerjaan.42

Disebutkan secara umum mengenai fungsi penatua yaitu untuk melayani kapasitas

yudisial. Juga terdapat hukum yang secara khusus menyebutkan peran para tetua yang hanya

berlaku hanya untuk kasus pembunuhan (Ulangan 19:1-13; 21:1-9; Yosua 20:1-9), anak-anak

yang memberontak (Ulangan 21:18-21), perkawinan levirate (Ulangan 25:5-10; Rut 4:1-12), dan

perzinahan (Ulangan 22:!3-21). Juga ada beberapa keterlibatan para penatua dalam transaksi

tanah (mis Rut 4:1-12). Selain itu juga terdapat bagian yang menyebutkan bagaimana sesepuh

dapat berfungsi menjadi wakil komunitas untuk berhubungan dengan orang luar (1 Samuel

16:15).43

Ada bukti bahwa struktur dan fungsi dari tua-tua kota Israel banyak berubah selama

berabad-abad. Perubahan yang paling signifikan yaitu ketika orang-orang Israel diasingkan KKE

Asyur dan ke Babel. Banyak orang-orang yahudi dipendahkan ke kota-kota dan orang-orang non

Yahudi. Dikota itu kemudian mereka membentuk semacam kota dalam sebuah kota, sebuah

“distrik” atau “kawasan” Yahudi. Orang-orang terkemuka dalam komunita Yahudilah kemudian

yang akan melayani sebagai penatua dengan gaya kehidupan yang religious dan berada dalam

sinagoga.44 Perjanjian Lama juga mencatat bahwa ada beberapa kualifikasi bagi seseorang yang

disebut penatua yaitu 1) penatua adalah anggota senior dari keluarga besar, 2) kaya, namun juga

dermawan dan ramah, 3) karakternya mencontohkan standar etika dan moralitas yang paling

dijunjung tinggi oleh masyarakat, 4) ahli dalam “pengetahuan rahasia” rakyatnya (baik dalam hal

keagamaan, adat istiadat maupun sejarah), dan 5) dikenal masyarakat karena keahliannya dalam

42
Robinson Butarbutar, Citra Pemberita Firman dalam Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017) 59
43
J. R. Miller, Elders Lead a Helathy Family: Shared Leadership for a Vibrant Church, (Eugene: Wipf&Stock,
2003), 4
44
J. R. Miller, Elders Lead a Helathy Family: Shared Leadership for a Vibrant Church, 5
22

berpidato, khususnya keahlian persuasif. Juga terdapat beberapa karakteristik, yaitu pertama,

memiliki sifat kekeluargaan, kedua, memiliki moral kebenaran etis dan murah hati yang

ditunjukkan dalam keluarganya dan masyarakat bahwa dia adlah pelayan untuk masyarakat

bukan untuk kepentingan pribadinya sendiri. Ketiga, memiliki pengetahuan dan keterampilan

dalam berkhotbah yang persuasif sebagai alatnya untuk pengambilan keputusan.

2.2.2. Perjanjian Baru

Kata “penatua” (presbuteros) bukanlah kata untuk babtis, melainkan sebutan untuk

pengajar, pelayan, penilik dan diaken. 45 Tiga bagian dalam Perjanjian Baru menunjukkan bahwa

pengertian apostolik dari jabatan ini yaitu :

1. Paulus berkata bahwa ia meninggalkan Titus di Kreta untuk mengangkat peatua di

setiap kota (Tit 1:5). Sama dengan Kisah Para Rasul 14:23, dia memahami bahwa

gereja muda membutuhkan pemimpin yang saleh yang dapat mengajarkan doktrin

sehat dan menyangkal kesalahan (Tit 1:9). Dalam Titus 1:5 disebut tua-tua namun

diayat berikutnya disebut sebagai “penilik” (ay.7). Dalam hal ini Paulus menyebutkan

jenis orang yang sama.46

2. Ketika Paulus mendarat di Miletus, dia memanggil para penatua dari Efesus untuk

datang dan bergabung dengannya (Kis 20:17). Ia mengingatkan mereka tentang

pelayanannya, terutama dalam pengajarannya didepan umum dari rumah ke rumah

(ay 20). Ia mencurahkan isi hatinya kepada mereka dan mendorong mereka untuk

waspada terhadap guru-guru palsu, dia memerintahkan mereka untuk memelihara

kawanan domba Allah, “yang oleh Roh Kudus telah mnejadikan kamu penilik” (ayat
45
Paul. A. F. Castellano, As it is in Heaven: a Biblical, Historical, and Theological, Introduction, to The Traditional
Church and Her Worship, (USA: Wheatmark, 2021) 103
46
Benjamin L. Merkle, Why Elders? A Biblical and Practical Guidee for Church Members, (Grand Rapids, 2009),
21
23

28). Seperti dalam suratnya kepada Titus, penggunaan kata “penatua” dan “penilik”

dapat saling diartikan. 47

3. Istilah “penatua” dalam 1 Petrus 5, Petrus ditugaskan oleh Yesus untuk

menggembalakan domba-dombanya (Yohanes 21:15-17) dengan menyebut dirinya

sebagai seorang penatua dan menugaskan sesama penatua untuk “menggembalakan

kawanan domba Allah yang ada diantara kamu” (1 Pet 5:2). Dalam konteksnya, dia

menjelaskan bahwa peran penatua adalah menggembalakan atau menggembalakan

kawanan. Sama seperti dia, sebagai seorang penatua, maka berusaha untuk memberi

makan kawanannya, demikian pula para penatua harus menggembalakan kawanan

Tuhan dengan memberi makan domba-domba dengan firman Tuhan. Menariknya,

dalam perikop ini, Petrus juga berbicara tentang para oenatua gembala adalah sebagai

“pengawas”.48

Demikianlah secara keseluruhan Perjanjian Baru dengan semua istilah-istilahnya, jelaslah

jika penatua, penilik merupakan istilah yang berbeda untuk jabatan yang sama. Baru setelah

Perjanjian baru ditutup, para penatua dan uskup (penilik) mulai berpisah sebagai jabatan yang

berbeda.

Ketika membahas penatua dalam Perjanjian Baru maka tidak jauh beda dengan penatua

di dunia Israel kuno yaitu terdapat persamaan yaitu berbasis kekerabatan. Dimana penatua, harus

mengurus rumah tangganya terlebih dahulu dengan baik (bnd. 1 Tim 3:4-5), dan anak-anaknya

juga menjadi bagian dari persekutuan orang percaya (Titus 1:6). Selain itu, penatua harus

memiliki standar hidup yang ramah dan tidak mencintai uang dan tidak rakut akan keuntungan (1

Tim 3:2-3; Tit 1:7). Penatua harus memiliki standar hidup yang teladan dalam hal spiritual, etika
47
Merkle, Why Elders?, 30
48
Merkle, Why Elders?, 32
24

dan moralitas.49 Mereka harus hidup tanpa cela, suami dari satu istri sederhana, bijaksana dan

bermartabat (bnd 1 Tim 3:2) dan ia harus menjadi pecinta kebaikan dan tuan atas dirinya sendiri,

jujur, suci dan dapat menguasai diri (Titus 1:8). Penatua haruslah dapat meneruskan tradisi yaitu

kepercayaan masyarakatnya maka penatua bukanlah orang yang baru bertobat (bnd 1 Tim 3:6)

dan ia harus berpegang teguh pada perkataan yang pasi seperti yang diajarkan agar ia dapat

memberi petunjuk dalam ajaran yang sehat… (Tit 1:9). Terakhir, penatua harus menjadi

pembicara yang baik, mampu meuakinkan anggotanya dan mampu menjadi guru yang tepat (1

Tim 3:2).50

Dalam kitab Perjanjian Baru tidak dijelaskan bagaimana proses pemilihan seorang

penatua. Namun dapat dilihat bahwa jemaatlah yang memilih penatua mereka (Kis. 6: 3-4).

Tugas penatua dalam konteks Perjanjian Baru yaitu untuk mendampingi para rasul dalam

memberitakan firman dan juga mengembangkan jemaat. 1 Korintus 16: 15-16, dapat dilihat

dimana para Rasul meminta agar orang-orang Kristen lebih tunduk kepada mereka yang sudah

terlebih dahulu percaya kepada Yesus, karena dapat dikatakan orang-orang yang demikianlah

yang memberikan tempat tinggal mereka untuk menjadi tempat persekutuan.51

2.3. Pandangan Para Ahli

1. Watchman Nee

Menurut Watchman Nee dalam bukunya yang berjudul Kehidupan Gereja yang Normal

berpendapat bahwa sebutan kata penatua pada mulanya berasal dari dunia Perjanjian Lama.

Dimana orang-orang Israel disetiap kotanya memiliki penatua. Tidak hanya dalam Perjanjian

49
Gene A. Getz, Elders and Leaders: God’s Plan for Leading the Church, (Chicagi: Moody Publishers, 2003),139-
141
50
Miller, Elders Lead, 10
51
Andar Lumbantobing, Makna Wibawa jabatan dalam Gereja Batak, 342
25

Lama, Perjanjian baru juga menyebutkan mengenai penatua yaitu dalam keempat Injil. Kisah

Para Rasul juga memuat mengenai penatua. Terkait dengan hal kapankan mulainya penatua

diberlakukan dalam sebuah gereja yaitu dengan melihat Alkitab yang mencatat bahwa para

penatua di gereja muncul di Yerusalem namun tidak diketahui bagaimana mereka dilantik.

Alkitab juga mencatat bahwa bahwa Allah tidak berbicara mengenai gereja di Yerusalem yang

diatur, karena Allah tidak bermaksud menjadikan gereja di Yerusalem menjadi contoh kemudian

bagi gereja-gereja lokal. Demikianlah murid-murid Yesus kemudian disebut Kristen ketika di

Antiokhia gereja berdiri sehingga dari Antiokhialah kektistenan bermula. Walaupun di

Yerusalem terdapat penatua namun tetap Alkitab tidak membicarakan mengenai pelantikannya

namun mencatat eksistensinya yang dicatat dalam Kis 11:30 yaitu bagaimana Barnabas dan

Paulus mengantarkan sejumlah uang untuk bantuan gereja dan membantu para penatua yang

melayani disana. Inilah yang menjadi catatan pertama mengenai penatua dalam Alkitab. 52

Setelah para rasul memberitakan Injil bagi gereja setempat demikianlah gereja berdiri.

Kemudian setelah berdirinya gereja maka diperlukan para penilik bagi gereja yang berguna

untuk kepengurusan, pembinaan dan penggembalaan. Maka jika muncul pertanyaan tentang

siapa yang akan bertanggung jawab untuk melakukan pengurusan gereja jawabannya adalah para

penatua yang dilantik menjadi penilik jemaat. Alkitab mencatat ini. Urusan mengenai gereja

berada di tangan para penatua bukan para rasul sebab Allah tidka pernah memanggil dan

mengutus seorang rasul yang bertugas mengurus gerjea dan membina mereka. Pada akhirnya,

Allah berkehendak adalah tanpa “gembala” bukan tanpa orang yang akan bertugas mengurus,

bertanggung jawab dan membina gereja yaitu para penatua yang kemudian di bantu oleh para.

52
Watchman Nee, Kehidupan Gereja yang Normal, (Yayasan Pendidikan Injil, 2020), 56
26

Dalam melakukan pelayanannya rasul tidak hanya hidup dalam satu gereja melainkan harus

berpindah-pindah sedangkan penatua akan menetap.53

Para penatua adalah yang bertugas sebagai penilik jemaat. Penilik berarti pengawas.

Pengawas bukan berarti untuk menggantikan tugas orang lain dalam melakukan pekerjaannya

melainkan mengawasi para pekerja-pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Alkitab memuat

bahwa saudara-saudaralah yang bekerja, dan tugas seorang penatua adalah sebagai pengawas dan

diantara saudara-saudara itu tidak boleh ada yang menganggur melainkan semuanya harus

bekerja itulah yang menjadi tugas para penatua. Mereka yang disebut sebagai penatua adalah

sebagai pemrakarsa, yang bertugas sebagai penilik. Tugas mutlaknya adalah sebagai komandan.

Ketika ditemukan pekerja yang tidak melakukan pekerjaannya atau melakukan pekerjaannya

dengan nyali yang kecil, tidak berani keluar, apatis, pesimis untuk melakukan pekerjaannya

maka tugas penatualah untuk datang memberi dorongan dan mengingatkan mereka serta

menguatkan mereka. Juga dalam melakukan tugasnya, penatua bukanlah pengganti pekerja yang

lain untuk melakukan pekerjaannya melainkan mengawasi mereka. Pada akhirnya, penatua

bukanlah para pemborong yang melakukan tugas yang tidak dikerjakan oleh para saudara pekerja

melainkan sebagai penilik.54

Alkitab mencatat bahwa para penatua memiliki dua aspek khusus dalam kewajiabnnya

sebagai penilik. Pertama yang bersifat urusan, kedua bersifat rohani:

1. Bersfitaf urusan. Tugas untuk mengurus, menggembalakan dan mengajar adalah tugas

utama para penatua. Mereka memiliki tugas utama untuk mengurus gereja Allah di dunia

ini (bnd 1 Tim 3:5), bertanggung jawab atas semua rencana dan sega urusan dalam suatu

gereja lokal. Berdasarkan hal ini, gereja bukanllah terdiri dari sekelompok orang yang
53
Nee, Kehidupan, 58
54
Nee, Kehidupan, 58
27

dikomando melainkan sekelompok orang yang saling melakukan pekerjaannya sebagai

pekerja Allah dengan “timbal-balik” sebab gereja adalah satu terhadap yang lain (Rom

12:3) dan tidak ada yang menjadi kepala karena satu-satunya Kepada gereja adalah

Kristus demikianlah tanggung jawab penatua sebagai penilik bukan untuk memerintah

melainkan menjadi teladan (bnd 1 Pet 5:3). Mengenai memerintah dan menjadi teladan

sangat berbeda sekali. Jika memerintah berarti terdapat perintah yang dikeluarkan dan si

pemberi perintah tidak melakukan pekerjaan sama sekali sedangkan menjadi teladan

berarti harus melakukan hal baik sebagai teladan dengan kemudian mengajak orang lain

untuk bersama-sama bekerja. Maka tugas para penatua adalah menjadi teladan dengan

berkerja melakukan yang terbaik dan melalui itu kemudian para penatua menjadi teladan.

Demikianlah kepengurusan gereja yang benar yang dimuat dalam Alkitab.55

2. Bersifat rohani. Para penatua haruslah berkarunia dan dengan karunia itu kemudian dia

dapat melakukan tugasnya dalam aspek rohani. Dalam 1 Timotius 5:17 “penatua-penatua

yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama merkea yang dengan jerih

payah berkhotbah dan mengajar”. Jika pada umumnya tugas mereka adalah mengurus

gereja maka mereka juga harus berkarunia sebab mereka adalah sama seperti seorang

nabi maupun pengajar yang dapat mengajar orang banyak melalui khotbahnya. Melalui

pengajarannya maka para penatua diharapkan dapat melakukan penggembalaan karena

ini adalah tugas khusus para penatua karena Allah telah memilih orang-orang tertentu

yang dianggap mampu untuk melakukan tugas penggembalaan. Mereka kemudian juga

menjadi seorang gembala harus melakukan tugas penggembalaan.56

55
Nee, Kehidupan, 60
56
Nee, Kehidupan, 64
28

Pada akhirnya, dapat dilihat bahwa Alkitab pada mulanya mengadakan tugas penatua

atau penilik adalah sebagai pekerja yang mengawasu satu gerjea lokal. Dalam hal ini tidak

pernah ada penilik yang terdiri dari satu orang melainkan terdiri dari beberapa orang. Allah tidak

menginginkan seseorang untuk mengurus gerejanya hanya berdiri pada satu posisi istimewa lalu

membiarkan orang lain utnuk bekerja sendirian dan memaksakan mereka untuk tunduk

kepadanya. Melainkan, Allah menyukai jika dalam sebuah gereja terdapat beberapa ornag untuk

mengurus gerejanya. Cara ini dilakukan oleh Allah pada mulanya adalah untuk melindungi

gereja-Nya agar tidak menjadikan gereja itu milik pribadinya dan mengenakan warna tertentu

sesuai selera pribadinya terhadap gereja. Demikianlah harus tersedia beberapa orang dalam hal

para penatua unutk dapat bersama-sama bertanggung jawab mengurus satu gereja agar tidak ada

yang dapat melakukan tugasnya dengan semena-mena melainkan bekerja bersama dan melihat

Allah sebagai kepalanya dalam melakukan pekerjaan-pekerjaannya dalam mengurus gereja. 57

2. Alexander Strauch

Dalam bukunya Manakah yang Alkitabiah: Kepenatuaan atau Kependetaan?, Alexander

Strauch berpendapat bahwa penatua sangat diperlukan perannya bagi gereja mula-mula dan hal

ini ditekankan oleh ayat-ayat Alkitab karena kepenatuaan sudah seharusnya menjadi prioritas

utama yang perlu dibicakan dalam hal pastoral dalam jemaat. Dikarenakan banyak sekali muncul

tradisi-tradisi yang sesat para penatua kemudian menjadi benar-benar disalahgunakan dalam

gereja. Sudah banyak cara dilakukan untuk mencengah hal ini semakin marak termasuk dengna

memunculkan banyak buku yang berusaha membahas mengenai pembaruan dan reformasi

gereja. Walau demikian hal ini masih tetap diabaikan. Terdapat persyaratan bagi kepenatuaan,

yaitu dimana harus terdapat sifat tegas sehingga dapat berkualifikasi secara rohani maupun

57
Nee, Kehidupan, 61-63
29

moral. Dalam Perjanjian Baru, dua kali disebutkan bahwa seorang penilik jemaat harus

bersungguh-sungguh dapat memenuhi syarat yaitu tak bercacat, suami dari satu istri, dapat

menahan diri, memiliki anak-anak yang beriman, bijaksana, tidak angkuh, sopan, bukan

pemberang, bukan peminum, bukan pemarah tidak serakah, suka memberi tumpangan, cakap

mengajar orang, sopan, bukan pemimpin, suka akan yang baik, adil, saleh, pendamai, peramah,

bukan hamba uang, mejadi kepada keluarga yang baik dan bukan pemarah, bukan orang yang

baru bertobat, mempunyai nama baik diluar jemaat, dapat menguasai diri dan berpegang kepada

perkataan yang benar supaya dapat menasihati dan meyakinkan(bnd. 1 Tim 3:7; Tit 1:5-9). Itulah

kualifiikasi yang sebenarnya yang dinginkan oleh Allah dan tersurat dalam Alktab. Demikian

banyak sekali terjadi banyak kelemahan yang dikarenakan lalainya para anggota jemaat

memimpin para anggotanya dalam melihat kualifikasi pemimpin yang baik dan benar

berdasarkan Alkitab.58

Beberapa nilai dan sifat yang harus dimiliki oleh penatua adalah sebagai berikut:

1) Menjalin persaudaraan. Alkitab memuat bahwa Allah menetapkan adanya para penatua

untuk melayani di gereja dan memberikan tugas yang khusus yaitu melakukan

penggembalaan dalam gerjea. Dengan adanya para penatua maka diharapkan dapat

melakukan tugas penggembalaan yang berfungsi kemudian untuk menyelaraskan dan

mendorong sesama warga gereja untuk meningkatkan tali persaudaraan, keimanan dan

menjadi hamba yang baik bagi gereja. Namun dikarenakan situasi budaya setiap warga

sangat beraneka ragam maka ini mungkin akan fleksibel dalam

penyesuaiannya.59Perjanjian Baru memandang bahwa sifat kepenatuaan haruslah bersifat

kekeluargaan bagi jemaat. Ini diharapkan untuk meningkatkan tali persaudaraan Kristen
58
Alexander Strauch, Manakah yang Alkitabiah: Kepenatuaan atau Kependetaan?, (Yogyakarta, 2021), 102
59
Strauch, Manakah, 2
30

dan ini adalah rencana Allah. Ini menjadi sangat utama karena dalam gereja, aspek

kekeluargaan adalah penting karena akan memuat mengenai jalinan antar manusia hingga

hubungan intim sekalipun. Dengan hubungan ini kemudian sikap mengasihi akan

terdapat, hubungan indah yang baru yang terjalin antar manusia dengan Allah menjadi

sangat dekat. Namun demikian kembali lagi bahwa hal yang paling penting dalam

kepenatuaan adlah mengenai persaudaaran sesama warga gereja yaitu agar terjadi

persaudaraan yang kemudian menjadi pedoman bimbingan dalam tingkah laku diantara

orang-orang Kristen (bnd Rom 14:15, 21; 1 Kor 6:8; 8:11-13). Dengan adanya para

penatua dalam pemerintahan gereja maka diharapkan menjalin persaudaraan satu sama

lain dalam kasih.60

2) Rendah hati. Bukan hanya sifat persaudaraan namun sifat untuk rendah hati juga menjadi

sangat penting dimiliki oleh seorang penatua. Karena jelas Alkitab memuat bahwa

perintah utama adalah menjadi hamba daripada saudara. Yesus berulang-ulang mengajar

murid-Nya mengenai kerajaan sorga yang hanya dapat dicapai dengan kerendahan hati.

Demikianlah para penatua harus memiliki sifat kerendahan hati karena karakter

demikianlah yang dinyatakan Allah kepada hamba-Nya.61

3) Karakter moral yang baik.. Para penatua yang bertugas sebagai penilik jemaat

diharapkan memiliki karakter moral yang bik dan tidak bercacat dalam semua segi

kehidupannya. Demikianlah harus diperhatikan bahwa para penatua harus bebea lepas

dari segala hal yang tidak sopan, merusak karakter dan tingkah laku dan sebagainya. Para

penatua harus benar-benar dapat memiliki karakter moral yang baik.62

60
Strauch, Manakah, 11
61
Strauch, Manakah, 12
62
Strauch, Manakah, 102
31

4) Menjadi kepala keluarga yang baik. Hal ini menjadi sangat penting karena merupakan

kehendak Allah yaitu bahwa para penatua adalah para kepala keluarga yang disegani dan

dihormati oleh anak-anaknya sehingga hal yang harus dilakukan adalah bersikap baik dan

ramah. Mengenai hal berumah tangga menjadi ditekankan dalam hal ini adalah sikap

konsekuen dan aktifnya dalam berjemaat. Maka dengan demikian, jika seseorang ingin

mengetahui seperti apa apakah penatua maka harus diamati juga cara dia mengurus anak-

anaknya dan bagaimana hubungannya dengan istrinya. Akhirnya, penatua dalam rumah

tangganya harus menjadi teladan kepada orang lain.63

5) Cakap mengajrkan firman Allah. Surat 1 Timotius dan Titus, secara tegas menyatakan

bahwa untuk menjadi penatua harus mengenal Alkitab dan dapat mengajarkannya kepada

orang lain. Mereka harus sungguh-sungguh berpegang pada firman Tuhan dan siap

mengajarkan kebenaran firman kepada orang lain.64

3. F.H. Sianipar

Dalam tulisannya dia berpendapat bahwa penatua merupakan seorang yang memiliki

pengetahuan, memiliki pengalaman dan juga berhikmat kepada semua anggota gereja. 65

Sehingga sianipar menggambarkan penatua sebagai seorang gembala. Menurutnya Gambaran

Alkitab mengenai gembala adalah seorang yang mampu merawat kawanan dombanya,

berdiri berjam-jam untuk memastikan keamanannya, membawanya ke padang rumput yang

sengar dan air jernih, membawa yang lemah, mencari yang hilang, menghangatkan yang

terluka, merawat yang sakit.66. Rasul Petrus mengingatkan para penatua untuk tidak pernah

“memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi

63
Strauch, Manakah, 108
64
Strauch, Manakah, 110
65
F. H. Sianipar, Tohonan Sintua, (Pematang Siantar: Yayasan STT HKBP Pematang Siantar, 1996), 48
66
Sianipar, Tohonan Sintua, 33
32

teladan bagi kawanan domba itu” (1 Pet 5:3). Domba harus digiring. Seorang gembala yang

baik mengetahui hal ini; mereka tidak akan ‘menguasai’ kawanan ‘dengan kekuatan dan

kekerasan’ (Yeh 34:4). Sebaliknya, kata Tuhan “Aku sendiri akan menggembalakan domba-

domba-Ku dan Aku akan membiarkan mereka berbaring…” (Yeh 34:15). Gembala

memimpin dengan teladan hidup mereka 67. Sehingga Sianipar memandang jabatan penatua

merupakan jabatan yang dibutuhkan oleh gereja sebagai “Penggembala”

4. Alexander Straught

Dalam tulisannya Alexander Straugh mengatakan bahwa penatua harus dapat menjadi

penasihat yang cakap bagi jemaat untuk dapat menjalankan tanggung jawab serta

membimbing jemaat ke jalan yang seharusnya mereka tempuh. Kadang, mereka perlu

memberi penilaian dalam beberapa situasi tertentu, tetapi mereka melakukannya dengan

memikirkan kepentingan terbaik dari orang-orang yang mereka layani dengan

mempertimbangkan dampak penilaian mereka terhadap kawanan. 68. Straught juga dalam

tulisannya menggunakan penggambaran domba yang perlu diarahkan sebagai tanggungjawab

dari penatua. Dia mengatakan bahwa Alkitab mengungkapkannya berulang untuk

menggambarkan kasih saying Tuhan kepada umat-Nya. Alkitab juga menggunakan

perumpamaan gembala untuk menggambarkan pekerjaan orang-orang yang memimpin umat

Allah. Jadi ketika Paulus dan Petrus secara langsung menasihati para penatua untuk

melakukan tugas mereka, mereka berdua mengunakan gambaran penggembalaan. Paulus

menggambarkan bahwa Penatua sebagai gembala adalah yang ditempatkan Allah di tengah-

tengah kawanan domba.69

67
Sianipar, Tohonan Sintua, 48
68
Alexander Straught, Biblical Eldership: an Urgent Call to Restore Biblical Church Leadership, Peny., Stephen &
Amanda Sorenson, (Littleton: Lewis & Roth Publishers, 1995), 25
69
Straught, Biblical Eldership, 16
33

Penatua harus memberi makan kawanan. Salah satu tuduhan terhadap para gembala yang

jahat atas Israel adalah “…oleh sebab gambala-gembala-Ku tidak memperhatikan domba-

domba-Ku, melainkan mereka menggembalakan dirinya sendiri, tetapi domba-domba-Ku

tidak digembalakannya” (Yeh 34:8). Oleh karena itu, Allah berfirman “… celakalah

gembala-gembala Israel yang menggembalakan dirinya sendiri!..” (Yeh 34:2). Gembala

harus terampil untuk mengajar Firman yang cakap (1 Tim 3:2; 5:17; Ibr 13:7). Orang-orang

ini harus berpegang teguh pada perkataan yang benar yang sesuai dengan ajaran sehingga ia

dapat menasihati ajaran yang sehat dna menyangkal mereka yang bertentangan (Tit 1:9).

Orang yang tidak ‘cenderung mengajar’ tidak layak melayani sebagai gembala kawanan. Apa

gunanya seorang gembala yang tidak bisa memberi makan domba? Sebagai pemelihara

domba, penatua harus melindungi, memberi makan, memimpin dan merawat banyak

kebutuhan praktis kawanan.70

Tuhan telah memberikan kepada penatua tugas “… untuk memperlengkapi orang-orang

kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus” (Ef 4:11-12). Sehingga

sangat jelas bahwa pekerjaan mereka adalah mengembangkan para jemaat dalam hal iman

dan mendewasakan pemahaman mereka tentang hubungan mereka dengan Kristus (Ef 4:13).

Jadi, penatua yang baik adalah memperlengkapi dan memungkinkan para murid yang mereka

cari untuk memotivasi tindakan pelayanan. Mereka bukanlah menejer mikro, melainkan

mempercayakan berbagai tugas pelayanan kepada laki-laki dan perempuan yang bertanggung

jawab di gereja. Mereka memperlengkapi dan mengaktifkan, lalu menyingkir dan

membiarkan anggota mengambil tanggung jawab.71

5. JL C.H. Abineno
70
Straught, Biblical Eldership, 17
71
Straught, Biblical Eldership, 29-30
34

Abineno dalam tulisannya berpendapat bahwa Penatua merupakan salah satu jabatan

pelayan yang berada ditengah-tengah gereja yang terpanggil dari kalangan jemaat atau biasa

disebut juga dengan istilah penatua. Penatua inilah yang bersama-sama dengan pendeta dan para

pelayan gereja lainnya bersama-sama memikirkan dan melakukan pelayanan bagi jemaat

setempat. Namun hal yang perlu diingat bahwa ketika penatua diangkat dari tengah-tengah

jemaat, bahwa pada dasarnya jabatan seorang penatua bukanlah seperti jabatan pada umumnya

yang bisa kita lihat ditempat lain. Mereka inilah yang nantinya sesuai dengan panggilannya akan

melayani jemaat dengan pelayanan yang sungguh. Karena jabatan gerejawi berasal dari Allah:

Allah lah yang – oleh RohNya yang Kudus memperlengkapi manusia untuk pelayanan-

pelayanan tertentu dalam jemaat.72

Anggota jemaat yang sudah dipilih dan diangkat menjadi pelayan gerejawi, ketika dengan

serius menghidupi panggilannya, dan meyakini bahwa mereka dipilih oleh Allah, maka tidak ada

alasan untuk meninggikan diri atau merasa memiliki kekuasaan yang besar ditengah-tengah

gereja. Para penatua tadi harus mau melakukan suatu terobosan dengan membina jemaat atau

membangun jemaat secara rohani dan dengan bersungguh-sungguh melayani jemaat (bnd Efesus

4: 11-12). Dalam bahasa yunani sendiri ada 2 kata yang merujuk kepada kata “Penatua”, yang

pertama presbyteros dimana kemudia kata ini berkembang menjadi imam. Kata kedua ialah

episkopos, kata ini kemudian berkembang menjadi “uskup”, dimana kata episkopos memiliki arti

menilik dan lebih cocok kepada penatua.73 Penilik sendiri bisa diartikan sebagai mangawasi,

penatua memiliki tugas mengawasi ditengah-tengah jemaat. Tentu ketika kita memiliki tugas

untuk mengawasi hal tersebut tidak bisa dilakukan hanya sekali dua kali, harus dilakukan secara

intensif, dalam arti dilakukan secara serius.

72
Dr. J.L.CH. Abineno, Penatua Jabatan dan Pekerjaannya, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992), 6
73
Dr. J.L.CH. Abineno, Penatua Jabatan dan Pekerjaannya,15
35

Sebagai seorang yang terpanggil, penatua harus datang ketengah-tengah jemaat sebagai

pribadi yang melayani yang mengarahkan jemaatnya kepada hidup yang lebih baik dan

membangun jemaat yang dilayani secara rohani sesuai dengan Tri Tugas Panggilan Gereja

(Marturia, Diakonia, Koinonia). Tentu dalam pelayanannya penatua tidak bisa berdiri sendiri,

penatua juga harus membangun relasi dengan para pelayan gereja lainnya, sehingga ada suatu

kerjasama yang dilakukan, dan pelayanan yang dibangaun bisa lebih efektif. Karena penatua

bukanlah satu-satunya pejabat dalam jemaat. Penatua juga melayani bersama-sama dengan

pejabat-pejabat yang lain.74 Tugas mereka ialah memberikan pengajaran-pengajaran yang

berlandaskan Alkitab yang harus secara benar disampaikan kepada jemaat sesuai dengan

kehendak Allah. Pelayan-pelayan Gereja harus menyelenggarakan pelayanan Firman dengan

setia, dan ajaran keselamatan tidak boleh mereka palsukan, tetapi harus mereka ajarkan kepada

umat Allah secara murni dan utuh. 75 Maka dari sini kita melihat bahwasanya para penatua harus

dengan serius melakukan pengajaran yang dapat membantu jemaat dalam pertumbuhan iman

yang sejati.

2.4. Penatua dalam Dokumen Gereja HKBP

2.4.1. Berdasarkan Sejarah HKBP

Dalam ruang lingkup desa Batak yang tradisional, Nommensen dalam usaha untuk

pengabaran Injil memerlukan bantuan dari penduduk setempat guna mendalami adat Batak,

situasi dan kondisi tiap-tiap desa dan juga menjaga desa tersebut. Sehingga dalam sejarah gereja

Batak Nommensen kemudian menunjuk empat orang sebagai penatua yang merupakan penatua

yang “pertama” dalam gereja Batak dengan tujuan untuk membantu dalam penggembalaan,

perawatan orang sakit dan terutama dalam pengabaran Injil. Lothar Schreiner mengatakan dalam
74
Dr. J.L.CH. Abineno, Penatua Jabatan dan Pekerjaannya,16
75
Dr. J.L.CH. Abineno, Penatua Jabatan dan Pekerjaannya,16
36

bukunya bahwa pengabdian para penatua jemaat di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas

masih memeluk agama suku dilihat sebagai faktor dasar untuk gereja suku. Dia mengatakan

bahwa pengangkatan penatua-penatua itu berkaitan dengan tata desa. Yang mana dalam

masyarakat Batak sendiri yang masih sangat tradisional. Sehingga peranan para penatua penting

dalam membantu pekabaran Injil secara perlahan dalam masyarakat Batak. Menurut keterangan

dari tulisan Schreiner, dia mengatakan bahwa para penatua yang menerima tugas tersebut

menjalankan tugasnya secara sukarela, tanpa adanya imbalan yang bersifat materil. Dan ternyata

terdapat hasil yang menunjukkan bahwa kehidupan di Silindung tempat Nommensen

mengabarkan Injil semakin teratur. Sehingga dengan keteraturan tersebut, Schreiner mengatakan

bahwa para pendeta utusan pada masa itu kemudian menunjuk dan mengangkat dua orang

penatua dalam setiap desa. Para penatua tersebut ditugaskan untuk mencurahkan perhatian dan

tenaga kepada keadaan dan juga kemajuan agama Kristen dalam setiap desa. Para pentua yang

telah diangkat juga diwajibkan untuk mengadakan kunjungan yang teratur kepada kampung-

kampung tetangga yang masih erat dengan agama suku. Setiap penatua diutus berpasang-

pasangan ke setiap desa. Schreiner menegaskan bahwa ketika diutus maka mereka (para penatua)

akan melakukan tugas mereka dengan sukarela. Peranan dari para penatua tersebut menurut

keterangan yang dituliskan oleh Schreiner menunjukkan adanya perkembangan dengan

didirikannya jemaat-jemaat dari tiap-tiap desa. Dengan semakin meningkatnya dan

bertambahnya jumlah yang telah masuk dalam jemaat, maka jumlah penatua juga ditingkatkan.

Menurut Schreiner bahwa jabatan penatua dapat dikatakan sebagai jabatan yang diidamkan pada

masa itu karena diakui oleh kolonial.76

76
Lothar Schreiner, Adat dan Injil: Perjumpaan Adat dengan Iman Kristen di Tanah Batak, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2019) 49-50
37

Secara ringkas Schreiner mengatakan bahwa jabatan penatua merupakan faktor

kepengaturan dan kepemimpinan yang menurutnya berdikari dalam jemaat yang ada di desa.

Kepada orang-orang yang menurut Pendeta utusan dapat melakukan tugas tersebut akan

diberikan kesempatan dan tugas dalam mengambil prakarsa dan juga untuk memimpin dalam

desa tersebut. Schreiner mengatakan bahwa jabatan sebagai penatua dalam gereja Batak pada

masa Nommensen merupakan faktor kemasyarakatan yang baru, Para penatua yang diutus

memiliki amanat yang diberikan dan juga merupakan suatu yang baru bagi masyarakat Batak

pada masa itu.77 Dengan kata lain Schreiner berpendapat bahwa kehadiran penatua dalam desa-

desa Batak yang menganut agama suku memiliki dampak dan pembaharuan serta perkembangan

yang belum pernah dialami oleh masyarakat Batak sebelum hadirnya Nommensen. Dengan kata

lain bahwa para penatua memberikan pembangunan jemaat yang berdampak pistif, memberikan

pengaruh yang positif dan juga memberikan perhatian yang baik bagi jemaat-jemaat. Para

penatua yang diberikan tanggungjawab untuk memimpin suatu desa, mengawasi dan merawat

serta menyebarkan Injil ternyata menunjukkan hasil yang positif. Para jemaat pada masa itu

menerima edukasi dan pengajaran yang baik dalam bidang keagamaan, kesehatan, managemen

dan lain sebagainya. Sehingga kehadiran penatua memberikan dampak yang besar. Yang paling

menarik bahwa Schreiner sangat menekankan bahwa peranan atau pun jabatan penatua

merupakan jabatan yang dilaksanakan dengan sukarela. Terbukti dengan hasil menurut

perspektif sejara yang menunjukkan kemajuan. Dapat dikatakan bahwa para penatua pada masa

itu menjalankan tugasnya dengan baik dan juga yang terutama dengan sukarela. Tugas dan

tanggungjawab yang mereka terima justru membuat jemaat semakin berkembang. Dapat

dikatakan bahwa peranan penatua pada masa Nommensen masih tergolong berat karena

77
Lothar Schreiner, Adat dan Injil: Perjumpaan Adat dengan Iman Kristen di Tanah Batak, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2019) 50
38

berhadapan secara langsung dengan agama-agama suku namun ternyata memberikan dampak

dan perkembangan bagi masyarakat Batak.

Andar Lumbantobing dalam tulisannya juga mengatakan bahwa Nommensen yang telah

tiba di Barus yang merupakan perjalanan pertamanya di Indonesia, yang pertama dilakukan

adalah mencari orang yang bersedia membantu Nommensen dalam melakukan tugas-tugasnya.

Dia mencari orang-orang tersebut untuk mengajari dia dalam hal bahasa, aturan dan hukum adat

istiadat dan juga soal-soal kebiasaan atau pun tradisi yang ada di tempat barunya tersebut.

Orang-orang yang dipercayanya itu lah yang kemudian menjadi penatua dengan tujuan

membantunya untuk mengerjakan pekabaran Injil di tanah Batak. 78 Dalam tulisannya Andar

Lumbantobing mengutip pandangan dari Warneck mengenai peranan penatua selama

Nommensen berada di tanah Batak:

“Tenaga-tenaga penatua yang oleh Nommensen dengan tekun dibimbing dalam

pekerjaan di jemaat-jemaat baru itu, telah memperlihatkan keberhasilan.” 79

Nommensen yang telah selesai menyusun pedoman-pedoman untuk jemaat-jemaat yang

baru didirikannya menugaskan para penatua untuk mengamati tingkah laku setiap anggota

jemaat dengan tujuan agar mereka benar-benar melaksanakan kehidupan Kristen sesuai dengan

ketentuan yang diaturkan. Penatua juga ditugaskan untuk membimbing orang-orang yang ingin

menjadi Kristen pada masa itu supaya mereka benar-benar memahami bahwa mereka harus

tunduk dan taat kepada peraturan gereja. Penatua juga diwajibkan membimbing setiap orang

yang telah dibaptis dalam nama Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus mengetahui bahwa kehidupan

78
Andar Lumbantobing, Makna Wibawa dan Jabatan dalam Gereja Batak, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2022) 145
79
Pandangan Warneck yang dikutip oleh Andar Lumbantobing dalam Andar Lumbantobing, Makna Wibawa dan
Jabatan dalam Gereja Batak, 145
39

mereka harus taat kepada hukum dan peraturan gereja. Tugas lain sebagai penatua yang

dituliskan dalam buku Andar Lumbantobing pada masa Nommensen yaitu:

1. Penatua harus mengawasi setiap kebaktian-kebaktian yang dilakukan di rumah (rumah

tangga) sesuai dengan yang ditetapkan dan berjalan dengan baik.

2. Penatua harus mengusahakan supaya jemaat yang sakit, tidak pergi kepada datu untuk

meminta perawatan dan kesembuhan dan juga obat-obatan.

3. Penatua harus mengamati para wanita agar tidak menjunjung keranjang atau beban di atas

kepala, melakukan pekerjaan pada hari Minggu seperti bekerja di sawah dan lading.

4. Penatua juga diberikan tugas untuk memberik pertolongan dan juga penghiburan kepada

orang-orang yang tidak berhasil atau mengganggap dirinya sendiri sebagai orang Kristen

yang gagal.80

Menurut keterangan yang juga dituliskan oleh Andar Lumbantobing dikatakan bahwa

para penatua akan berada di depan ketika ibadah untuk melihat jemaat-jemaat yang hadir dan

yang tidak hadir dalam ibadah. Ketika terganggu gangguan dalam ibadah, para penatua juga

dapat melihatnya dengan jelas. Termasuk menjaga anak-anak yang menangis ketika ibadah

berlangsung, dan tanpa mengganggu orang lain akan dibawa keluar dari rumah ibadah. Dalam

gereja-gereja tertentu para penatua justru duduk diantara jemaat secara berpencar, dengan tujuan

untuk mengamati para jemaat agar peribadahan berjalan dengan baik.81

Dari perspektif sejarah tersebut dapat dilihat bagaimana peranan dari para penatua yang

begitu berat pada masa itu. Tanggungjawab yang mereka emban demi mendukung pertumbuhan

jemaat di desanya masing-masing sangat berat. Para penatua yang langsung dipercayai dapat

80
Andar Lumbantobing, Makna Wibawa dan Jabatan dalam Gereja Batak, 147
81
Andar Lumbantobing, Makna Wibawa dan Jabatan dalam Gereja Batak, 147
40

menjadi perantara dari para missionaris pada masa itu diharapkan dapat memunculkan perubahan

dalam cara hidup, dan juga dalam pemahaman mereka terhadap kekristenan. Dapat dikatakan

bahwa peranan penatua pada masa itu memberikan hasil yang baik. Para jemaat tidak lagi

bergantung kepada datu dalam hal pengobatan namun para penatua yang sudah paham dan

cerdas dalam hal tersebut dapat membantu dan menolong para jemaat. Pertumbuhan jemaat yang

terjadi didukung dengan adanya edukasi yang diberikan kepada penatua dan kemudian didukung

dengan baik dalam implikasinya oleh penatua itu sendiri. Tentu masalah yang dihadapi para

penatua merupakan masalah yang berat karena langsung berhadapan dengan agama suku dan

pola pemikiran yang sangat tradisional. Namun dengan tanggungjawab yang diamplikasikan

dengan baik, dengan pernyataan dan penjelasan sejarah tersebut dapat dikatakan bahwa para

penatua menjadi salah satu faktor bertumbuh dan berkembangnya ajaran Kekristenan pada masa

itu sehingga dapat menjadikan gereja Batak seperti sekarang.

2.4.2. Penatua menurut Konfessi HKBP

Dalam konfessi HKBP tidak dicantumkan pasal khusus mengenai penatua namun pada

pasal 9 konfessi HKBP 1951 mengenai pelayan pelayan gereja dan pasal 9 konfessi HKBP 1996

mengenai majelis jemaat diterangkan bagaimana para pelayan dalam gereja seharusnya berperan.

Dalam konfessi 1951 pasal 9 dikatakan bahwa berdasarkan 1 Korintus 12:28 setiap orang

dipanggil oleh Allah untuk melayani sesuai dengan tugas yang diberikan oleh Kristus. Dijelaskan

mengenai jabatan-jabatan pelayanan terdapat 5 poin yaitu:

1. Untuk memberitakan Injil kepada anggota-anggota gereja dan di luar Gereja

2. Untuk melayani sakramen baik sakramen Baptisan Kudus dan Sakramen Perjamuan

Kudus.

3. Untuk menggembalakan anggota-anggota jemaat.


41

4. Untuk menjaga kemurnian ajaran, melakukan tuntunan jiwa, melawan ajaran-ajaran yang

sesat.

5. Untuk melakukan pekerjaan diakonia.82

Memang dalam konfessi HKBP terkhusus konfessi HKBP 1951 tidak menjelaskan secara

rinci mengenai penatua, namun dalam pasal 9 ini dapat dipahami bagaimana peranan dan tugas

dari para penyandang jabatan pelayanan tidak terkecuali kepada penatua. Dengan kata lain

penatua juga memiliki peranan dalam menggembalakan, melakukan pekerjaan diakonia, menjaga

kemurnian ajaran, melakukan tuntunan, melawan ajaran-ajaran yang sesat. Sehingga dalam

peranan tersebut tentu penatua juga mengambil peranan yang penting.

Dalam konfessi 1996 pada pasal 9 mengenai majelis jemaat dituliskan terdapat 9 poin

yang menerangkan mengenai jabatan dalam gereja yaitu:

1. Mengkhotbahkan kabar baik di tengah gereja, di dunia ini dan kepada segala makhluk.

2. Memelihara dan melayankan dua sakramen yaitu baptisan kudus dan perjamuan kudus.

3. Menggembalakan warga gereja.

4. Mengawasi seluruh kegiatan gereja.

5. Mengajarkan dan memelihara ajaran yang murni.

6. Menjalankan hukum siasat gereja dan penggembalaan dan menentang ajaran sesat.

7. Menjalankan pelayanan kasih.

8. Membebaskan orang dari berbagai kemiskinan dan kebodohan.

9. Ikut serta melaksanakan pembangunan yang berdasarkan kebenaran dan keadilan.83

82
Pengakuan Iman HKBP: Konfessi HKBP 1951& 1996, Panindangion Haporseaon, (Tarutung: Kantor Pusat
HKBP) 63-64
83
Pengakuan Iman HKBP: Konfessi HKBP 1951& 1996, Panindangion Haporseaon, (Tarutung: Kantor Pusat
HKBP) 139
42

Dapat dilihat dalam konfessi 1996 dituliskan lebih rinci mengenai jabatan dalam HKBP

itu sendiri melalui poin-poin yang terdapat dalam pasal 9 ini. Dalam konfessi ini juga dinyatakan

para pejabat dalam gereja yang berperan penting dalam gereja mula-mula yaitu rasul, nabi,

pemberita Injil, gembala, pengajar, diaken, diakones, penetua, episkopos untuk melayani tubuh

Kristus.84 Penulis juga berpendapat bahwa peranan penatua juga terlibat dalam poin-poin tersebut

dengan tujuan untuk pembangunan tubuh Kristus itu sendiri.

2.4.3. Syarat dan Tanggungjawab Penatua berdasarkan Dokumen HKBP

Untuk menjadi penatua di HKBP tentu tidak diangkat begitu saja, ada kriteria dan syarat

yang harus dipenuhi seorang jemaat ketika akan diangkat menjadi seorang penatua. Adapun

syarat dan ketentuan untuk menjadi seorang penatua, telah diatur dan tertuang dalam tata dasar

dan tata laksana HKBP 2002 setelah Amandemen ketiga bab VII pasal 27, tentang pelayan

tahbisan di HKBP, atau sering disebut dengan aturan peraturan HKBP, diantaranya85:

1. Warga jemaat yang mempersembahkan dirinya menjadi penatua di jemaat.

2. Rajin mengikuti kebaktian minggu dan perjamuan kudus.

3. Berperilaku tidak bercela.

4. Paling sedikit umurnya 25 tahun.

5. Sehat rohani dan jasmani.

6. Sekurang-kurangnya berpendidikan Sekolah Lanjut Tingkat Pertama.

7. Dipilih oleh warga jemaat dari antara mereka dan ditetapkan oleh rapat pelayan tahbisan.

84
Pengakuan Iman HKBP: Konfessi HKBP 1951& 1996, Panindangion Haporseaon, (Tarutung: Kantor Pusat
HKBP) 139
85
Huria Kristen Batak Protestan, Tata Dasar dan Tata Laksana HKBP 2002 Setelah Amandemen Ketiga, (Kantor
Pusat HKBP Pearaja Tarutung, 2019), 169
43

Dalam struktur gereja HKBP kita mengenal pelayan jemaat yang sifatnya tidak penuh waktu,

namun dengan niat untuk melayani ditengah-tengah gereja, mereka bersedia diangkat dari

tengah-tengah jemaat itulah yang kita sebut dengan nama penatua. Mereka inilah para pelayan

tidak penuh waktu, dimana mereka dengan sukarela mempersembahkan dirinnya tanpa adanya

menerima belanja dari gereja yang bersangkutan (bnd, AP HKBP 2002 Amandemen ke 3,

halaman 61). Tentu jika dilihat dari hal tersebut, ini menjadi menarik karena mereka bersedia

mempersembahkan dirinya, meskipun memiliki pekerjaan utama, namun mereka bersedia

melayani ditengah-tengah gereja. Tidak seperi pelayan penuh waktu lainnya yang menerima

belanja dari jemaat, penatua adalah pelayan tidak penuh waktu yang bersedia melayani tanpa

menerima belanja dari jemaat. Lalu bagaimana dengan tugas pokok penatua HKBP? Tugas

pokok penatua HKBP sudah diatur secara terstruktur didalam agenda HKBP, dan inilah yang

menjadi dasar penatua untuk melakukan pelayanan ditengah-tengah gereja HKBP yang di

tempati. Adapun tugas pokok tersebut ialah86:

1. Mereka adalah pelayan jemaat untuk mengamati anggota-anggota jemaat dan meneliti

perilakunya. Apabila mereka mengetahui seseorang tidak berperangai yang baik, dia

harus ditegor dan diberitahukan kepada guru jemaat dan kepada pendeta untuk dinasihati.

2. Mengajak anggota jemaat untuk datang beribadah dan meneliti alasan-alasan orang-orang

yang tidak mengikutinya.

3. Mengajak para anak untuk rajin bersekolah.

4. Mengunjungi orang sakit dan memberi bantuan sesuai dengan kemampuannya, namun

yang terpenting adalah mengingatkan mereka akan firman Allah dan mendoakannya.

5. Menghibur orang yang berdukacita, merawat orang yang susah dan orang yang miskin.

86
Huria Kristen Batak Protestan, Agenda, (Percetakan HKBP: Pematang Siantar, 2002), 44
44

6. Membimbing penyembah berhala, orang sesat, supaya turut serta memperoleh hidup

dalam Yesus Kristus.

7. Membantu pengumpulan dana dan tugas pelayanan Kerajaan Allah.

Dari tugas pokok yang diberikan kepada para penatua, kita bisa melihat ini merupakan

suatu tanggung jawab yang harus dijalani dalam pelayanan yang ada didalam gereja. Penatua

harus benar-benar mengawasi dan melihat bagaimana keadaan jemaat yang dilayani, meskipun

mereka bukanlah pelayan penuh waktu, namun mereka harus secara rutin memantau keadaan

jemaat, sehingga persoalan-persoalan yang ada ditengah-tengah jemaat bisa ditangani secara

serius. Mereka juga bersama-sama menghidupi Tri Tugas panggilan gereja yang dimana

biasanya ditingkat huria, para penatualah yang membidangi ketiga bagian panggilan gereja

tersebut. maka ketika proses pelayanan yang terjadi ditengah-tengah gereha, jemaat dan penatua

harus aktif melakukan interaksi, sehingga ketika ada sumbangsih pemikiran yang diberikan

jemaat untuk kemajuan pelayanan, bisa terealisasi dan disampaikan kepada Pendeta gereja.

Setelah Nommensen selesai menyusun sebuah buku peraturan dengan pedoman-

pedomannya untuk mengamati tingkah laku setiap anggota supaya para penatua untuk

mengamati tingkah laku setiap anggota supaya mereka benar-benar melaksanakan tata kehidupan

Kristen sesuai dengan ketentuan yang diaturkan. Dalam hal ini dapat dikatakan, para penatua

bertugas sebagai kepala puak dikampungnya. Mereka bertugas untuk membimbing orang-orang

yang mau menjadi Kristen supaya mereka benar-benar sadar, bahwa dia harus tunduk kepada

peraturan gereja selama hidupnya dan bahwa hukum kekristenan itu jauh berbeda dari hukum-

hukum agama suku. Mereka juga harus menjelaskan bahwa sekalipun seorang sudah dibaptiskan

dalam nama Allah Tritunggal dan dia percaya bahwa Tuhan Yesus adalah juruselamatnya, dia

belum dengan sendirinya terbebas dari tuntutan hukum. Malah sebaliknya, dia harus lebih patuh
45

terhadap hukum, karena dengan demikianlah dia menyatakan kasihnya kepada Allah.

Sehubungan dengan soal hukum itu, banyak orang datang kepada Nommensen, untuk

menanyakan bagaimanakah sebenarnya mereka harus merayakan hari Minggu itu. Diantara tugas

para penatua terdapat kewajiban untuk mengamati, agar cara kehidupan para anggota senantiasa

sesuai dengan peraturan baru itu. Tugas-tugas lain yang dipercayakan kepada para penatua itu

adalah sebagai berikut:

a. Mereka harus mengawasi supaya kebaktian-kebaktian rumah tangga yang sudah

ditetapkan berlangsung dengan baik

b. Mereka juga harus mengusahakan supaya semua orang yang menderita sakit dan tidak

mencari pertolongan pada datu mendapat perawatan dan obat-obatan

c. Mereka harus mengamati supaya para wanita tidak menjunjung keranjang atau beban

diatas kepala, pergi ke ladang atau sawah pada hari-hari Minggu

Mereka juga bertugas untuk memberi pertolongan dan penghiburan kepada orang-orang

yang tidak berhasil atau menganggap dirinya gagal menjadi orang Kristen.87

BAB III

METODE PENELITIAN DAN HASIL PENELITIAN

87
Andar Lumbantobing, Makna Wibawa Jabatan dalam Gereja Batak, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 114-
123
46

3.1. Metode Penelitian

3.1.1. Pendekatan Kualitatif

Metode kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan dengan tujuan untuk

memperoleh dan menghasilkan data deskriptif mengenai suatu data baik data yang diungkapkan

secara lisan, maupun data dalam bentuk tulisan. Bahkan dalam penelitian, tingkah laku juga

dapat dijadikan sebagai data dalam penelitian. 88 Menurut Steven J. Taylor, dkk metode penelitian

kualitatif melihat suatu makna yang melekat dalam diri seseorang sehingga makna tersebut

merupakan data yang akan diolah dalam penelitian. 89. Oleh sebab itu dalam penelitian kualitatif

sangat penting untuk penelitian melihat dan terjun langsung dalam suatu lingkungan yang

hendak diteliti sehingga makna yang melekat dalam ruang lingkup masyarakat dapat terlihat

dengan jelas.

Taylor juga dalam tulisannya menyatakan bahwa penelitian kualitatif akan

mengungkapkan dan juga menggali mengenai makna yang tersembunyi dibalik realitas yang ada.

Dengan demikian, peneliti yang menggunakan metode penelitian kualitatif akan secara langsung

mengamati bagaimana seorang individu atau pun sekelompok orang hidup, berpikir dan juga

bertindak dalam kehidupannya sehari-hari.90 Penelitian kualitatif akan membuat peneliti mencari

makna yang terdapat dalam suatu konteks kehidupan. Sehingga penelitian kualitatif melibatkan

keikutsertaan peneliti untuk menggali dan juga mendapatkan informasi secara langsung dalam

suatu konteks tertentu yang berlaku dalam masyarakat. Fenomena kehidupan dianggap sebagai

sesuatu yang memiliki makna untuk diteliti. Konteks kehidupan yang berbeda-beda

88
Emy Susanti Hendarso, Penelitian Kualitatif Sebuah pengantar, dalam Bagong Suyanto (peny.), Metode
Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan Edisi Ketiga, (Jakarta: Kencana, 2005) 166
89
Steven J. Taylor, dkk. Introduction to Qualitative Research Methods Guidebook and Resource Fourth Edition,
(USA: John Wiley and Sons, Inc, 2016) 7
90
Steven J. Taylor, dkk. Introduction to Qualitative Research Methods Guidebook and Resource Fourth Edition, 9
47

mengakibatkan munculnya makna yang berbeda-beda pula dalam kehidupan yang berkaitan

dengan konteks.91

Informasi yang telah diperoleh dala penelitian selama dilapangan akan dijadikan sebagai

alat dalam penarikan hipotesa. Dengan kata lain metode kualitatif melibatkan penarikan hipotesis

berdasarkan data dan informasi yang telah didapatkan di lapangan. 92 Data diperoleh dengan

melakukan observasi, wawancara, analisa, dan kemudian interpretasi dengan terlibat langsung

dalam konteks kehidupan sekelompok orang tertentu. Dalam penelitian kualitatif, kemampuan

peneliti untuk mengumpulkan serta menganalisa data sangatlah penting dan merupakan kunci

keberhasilan penelitian dengan metode kualitatif.93

Peneliti yang terjun langsung dalam konteks kehidupan masyarakat tertentu hanya

memiliki satu tujuan yaitu untuk pengumpulan data dan juga makna yang ada sesuai dengan

pemahman dan konteks kelompok orang yang diteliti. 94 Oleh karena itu dalam penelitian

kualitatif, data yang diperoleh merupakan data yang benar-benar murni merupakan hasil

penelitian dimana peneliti terlibat secara langsung. 95 Sarah J. Racy mengungkapkan bahwa

dalam penelitian kualitatif peneliti tidak boleh memaksakan kehendak atau pun pendapatnya

berdasarkan pemahaman pribadi atau pun nilai-nilai tertentu yang dipahami secara pribadi

terhadap realitas ruang linkup penelitian. Dengan kata lain Racy mengatakan bahwa posisi

peneliti adalah untuk mencari dan memperoleh makna bukan memaksakan bahkan merubah

makna yang ada dalam suatu fenomena. 96 Oleh sebab itu realitas yang akan diteliti oleh peneliti

91
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan, ( Jakarta: Kencana, 2014) 328
92
Nuriman, Memahami Metodologi Studi Kasus, Grounded Theory, dan Mixed-Method untuk Penelitian
Komunikasi, Psikologi, Sosiologi dan Pendidkan, (Jakarta: Kencana, 2021) 53
93
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan, 332
94
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan, 336
95
J.R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya, (Jakarta: Grasindo, 2013) 57
96
Sarah J. Racy, Qualitative Research Methods Collecting Evidence, Crafting Analysis, Comunicating Impact,
( UK: John Wiley and Sons, 2013) 161
48

yaitu realitas kurangnya minat jemaat untuk menjadi seorang penatua di HKBP Ressort Hataran

Jawa.

3.2.Informan Penelitian

Pandangan dari Emy Susanto Hendrano dalam tulisannya mengungkapkan bahwa

informan tidak dapat dilepaskan dalam penelitian terutama penelitian kualitatif dikarenakan

informan dalam penelitian merupakan titik utama untuk memberikan informasi atau pun data

mengenai topik penelitian atau kasus penelitian. Sehingga informan dalam penelitian diharapkan

merupakan informan yang memang memiliki informasi dan juga data yang jelas dan juga konkrit

terhadap kasus penelitian. Dalam tulisannya Hendrano menjelaskan bahwa informan dalam

penelitian terbagi atas tiga yaitu: Informan kunci, informan utama dan informan tambahan.

Informan kunci merupakan informan yang memiliki pengetahuan pokok terhadap penelitian.

Informan utama yaitu informan yang terlibat dalam kasus yang diteliti. Informan tambahan yaitu

informan yang dapat memberikan informasi atau pun data meskipun tidak terlibat secara

langsung.97

Informan dalam penelitian ini yaitu:

Nama Status Umur Gereja

Pdt. Parlin Sihite, Pendeta Ressort 36 Tahun HKBP Hataran Jawa

97
Emy Susanti Hendrano, Penelitian Kualitatif : Sebuah Pengantar dalam Metode Penelitian Sosial, (Jakarta:
Prenamedia Group, 2005) 172
49

S.Th Ressort Hataran Jawa

St. T.P. Siallagan Penatua 58 tahun HKBP Hataran Jawa

Ressort Hataran Jawa

St. M. Simanungkalit Penatua 50 tahun HKBP Hataran Jawa

Ressort Hataran Jawa

Hefri Pasaribu Jemaat 34 tahun HKBP Hataran Jawa

Ressort Hataran Jawa

Timbul Tambunan Jemaat 37 tahun HKBP Hataran Jawa

Ressort Hataran Jawa

St. Deson Sitorus Penatua 56 tahun HKBP Maranatha

Ressort Hataran Jawa

St. Timbul Aritonang Penatua 57 tahun HKBP Maranatha

Ressort Hataran Jawa

Hotdi Mariana Sinaga Jemaat 41 tahun HKBP Maranatha

Ressort Hataran Jawa

Herti Siregar Jemaat 42 tahun HKBP Maranatha

Ressort Hataran Jawa

St. Omasti Br. Penatua 52 tahun HKBP Sinta Nauli

Banjarnahor Ressort Hataran Jawa

St. Juraida Hutagaol Penatua 64 tahun HKBP Sinta Nauli

Ressort Hataran Jawa

Leonardo Manalu Jemaat 38 tahun HKBP Sinta Nauli

Ressort Hataran Jawa

Sardi Sitorus Jemaat 42 tahun HKBP Sinta Nauli


50

Ressort Hataran Jawa

St. Masria Br. Penatua 54 tahun HKBP Nagasaribu

Pandiangan Ressort Hataran Jawa

Jefri Gultom Jemaat 38 tahun HKBP Nagasaribu

Ressort Hataran Jawa

Tupa Simarmata Jemaat 53 tahun HKBP Nagasaribu

Ressort Hataran Jawa

St. A. Br. Sianturi Penatua 62 tahun HKBP Siku

Pardamean Ressort

Hataran Jawa

St. U. Butar-Butar Penatua 55 tahun HKBP Siku

Pardamean Ressort

Hataran Jawa.

Terina Br. Jemaat 40 tahun HKBP Siku

Lumangaol Pardamean Ressort

Hataran Jawa

Morasenda Br. Jemaat 35 tahun HKBP Siku

Manalu Pardamean Ressort

Hataran Jawa

3.3. Teknik Pengelolahan Data

3.3.1. Wawancara
51

Angela M Cirucci bahwa wawancara merupakan metode yang paling sering dan paling

dasar dalam metode penelitian kualitatif. Bahkan dalam mencari dan menggali informasi,

wawancara menjadi cara yang dapat dikatakan sebagai metode yang paling fleksibel karena

dapat digunakan untuk menggali informasi dan data dalam banyak bidang ilmu seperti psikologi,

sosiologi, antropologi dll. Cirucci mengatakan bahwa wawancara merupakan suatu metode

penggalian informasi yang dilakukan dengan cara berkomunikasi secara langsung dengan

narasumber. Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk menggali serta menemukan suatu

infromasi yang mendalam terhadap suatu fenomena, sekaligus juga dengan metode ini

pewawancara juga akan mengetahui pikiran, perasaan, pengalaman dan motivasi dari suatu

kebiasaan.98

Jane Mola Okoko dkk, mengatakan dalam tulisan mereka bahwa wawancara dilakukan

dengan pertanyaan yang telah disusun dan ditanyakan kepada narasumber yang berbeda-beda.

Pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan merupakan pertanyaan yang sama dengan tujuan untuk

memperoleh data yang konkrit dengan berbagai perspektif terhadap suatu pokok permasalahan

yang diangkat. Sehingga dengan pertanyaan yang disampaikan tersebut akan didapatkan data

yang kemudian akan dianalisis oleh si peneliti. Hasil wawancara atau pun data digunakan untuk

mengumpulkan pandangan dan pendapat terhadap suatu kasus, sehingga si peneliti mendapatkan

hasil pemikiran dari berbagai narasumber yang mungkin saja dihasilkan dari pengalaman,

perasaan atau yang sedang dirasakan oleh narausmber.99

98
Angela M. Cirucci, UX Research Methods for Media and Communication Studies: An Introduction To
Contemporary Qualitative Methods, (New York: Routledge, 2022) 73
99
Jane Mola Okoko, dkk. Introduction to a Variety of Qualitative Research Methods, (Switzerland: Springer Nature,
2023) 6
52

Dalam penelitian ini, wawancara akan dilakukan dengan Pendeta Ressort, Penatua dan

juga dengan jemaat. 2 orang dari penatua dan 2 orang dari jemaat dari setiap gereja yang

berjumlah 5 gereja, dengan total keseluruhan narasumber berjumlah 20 orang.

Kisi-kisi wawancara

No Aspek Indikator Informan Format Pertanyaan

1. Peran Penatua 1.Tanggungjawa 1.Pendeta 1.Bagaimana peranan penatua dalam

di HKBP b penatua yang pelayanan di gereja HKBP Ressort Hataran

Ressort dijalankan di Jawa?

Hataran Jawa gereja HKBP 2.Apakah menurut Bapak Pendeta para

Ressort Hataran penatua di gereja HKBP Ressort Hataran Jawa

Jawa. sudah melakukan perannya dan

tanggungjawabnya dengan baik?

2.Penatua 1. Apa saja tantangan dan hambatan yang

dialami penatua dalam menjalankan tugas

panggilannya di HKBP Ressort Hataran

3.Jemaat Jawa?

1. Menurut Bapak/ Ibu bagaimana peranan

penatua dalam pelayanan yang dilaksanakan

di gereja HKBP Ressort Hataran Jawa?

2. Menurut Bapak/ Ibu apakah peranan dan

tanggungjawab penatua dalam gereja

2.Kesulitan 1.Penatua merupakan hal yang penting?

menjalankan 1.Menurut Bapak/Ibu kesulitan apa saja yang


53

tugas dan pernah dialami selama menjalankan tugas dan

tanggungjawab tanggungjawab sebagai penatua?

penatua

2 Fenomena 1.Minat jemaat 1.Pendeta 1.Menurut Bapak bagaiamana minat jemaat

kurangnya untuk menjadi apabila dilihat dari minat mereka untuk

minat jemaat penatua menjadi penatua?

menjadi 2.Penatua 1.Pernahkah Bapak/Ibu menawarkan seorang

penatua jemaat untuk menjadi penatua?

2. Apabila terjadi penolakan menurut

Bapak/Ibu mengapa jemaat yang ditawarkan

tersebut menolak ajakan dari Bapak dan Ibu?

3.Jemaat 1. Apakah Bapak/ Ibu pernah menerima

ajakan baik dari Pendeta ataupun penatua

yang ada di gereja untuk menjadi penatua

juga?

2.Apabila Bapak/Ibu menolak ajakan tersebut,

2.Faktor 1.Pendeta apakah alasan utama dari penolakan tersebut?

penyebab 1.Menurut Bapak, apa yang menyebabkan

kurangnya minat atau faktor apa yang menyebabkan fenomena

jemaat menjadi kurangnya minat jemaat untuk menjadi

penatua 2.Penatua penatua ini terjadi?

1.Menurut Bapak/Ibu mengapa jemaat di


54

gereja Ressort Hataran Jawa memiliki minat

yang cukup kecil untuk menjadi penatua

apabila diperhadapkan dengan pengalaman

3.Mengatasi 1.Pendeta Bapak/Ibu selama menjadi penatu

fenomena 1. Bagaimana cara Bapak mengatasi apabila

kurangnya minat terdapat kesulitan untuk mencari pengganti

jemaat untuk para penatua yang telah tua tersebut

menjadi penatua dikarenakan minat jemaat yang kurang untuk

2.Penatua menjadi penatua?

1.Bagaimana Bapak/Ibu menyikapi kurangnya

minat jemaat tersebut untuk menjadi seorang

penatua?

3.3.2. Observasi

Menurut Mardalis observasi merupakan salah satu metode dalam mendapatkan data

dalam penelitian. Dalam observasi peneliti akan melakukan pengamatan terhadap kasus-kasus

sosial yang terjadi, data yang diperoleh kemudian akan dicatat sebagai data yang mendukung.

Mardalis dalam tulisannya membedakan observasi dalam dua bentuk yaitu:

1. Observasi Partisipan, dalam metode observasi partisipan peneliti akan terlibat dalam

kegiatan yang sedang diamati. Cara ini dilakukan untuk dapat mendapat hasil

pengamatan yang lebih dalam sehingga data yang diperoleh juga data yang jelas dan

rinci.
55

2. Observasi Simulasi, dalam metode observasi simulasi peneliti akan melakukan dan

memberikan simulasi kepada responden sesuai dengan keinginan peneliti sehingga

dengan simulasi tersebut diharapkan bahwa peneliti mendapatkan data yang mendukung

dalam penelitian.100

Kisi-kisi Observasi

No Aspek Indikator observasi Kisi-kisi Observasi

1 Peran dan Pemahaman tentang peran Mengamati bagaimana

Tanggungjawab Penatua. dan tanggungjawab penatua penatua menjalankan tugas

dalam pelayanan gereja dan tanggungjawabnya

Mengamati bagaimana

pandangan para jemaat

terhadap penatua yang ada

di gereja HKBP Ressort

Hataran Jawa

Mengamati bagaimana

relasi yang diciptakan

antara jemaat dengan

penatua.

Mengamati cara jemaat

menanggapi pertanyaan

100
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006) 28
56

peneliti mengenai

tanggungjawab penatua

sebagai data untuk

mengkaji kurangnya minat

jemaat menjadi penatua

2 Tantangan dan Hambatan Cara para penatua Mengamati tindakan para

dalam tugas Penatua menghadapi tantangan dan penatua dalam pelayanan.

hambatan dalam menjalan Hal ini dilakukan untuk

tugas penatua melihat dan mengamati

dengan baik cara para

penatua untuk mengatasi

hambatan dan juga

tantangan yang dialami

selama menjadi penatua.

3 Rencana aksi untuk Tindakan gereja dan strategi Mengamati tindakan

jemaat gereja dalam menghadapi gereja baik dari program

fenomena minimnya minat gereja yang telah

jemaat menjadi penatua dilaksanakan untuk

menumbuhkan minat

jemaat menjadi penatua

sekaligus mengantisipasi

fenomena minimnya minat


57

jemaat menjadi penatua

yang semakin parah dan

juga dari cara gereja

mensosialisasikan kepada

jemaat mengenai

pentingnya regenerasi

penatua dalam gereja.

3.3.3. Literatur

Metode penelitian literature merupakan metode penelitian yang menggunakan literature

(kepustakaan) sebagai sumber data. Dalam metode ini peneliti akan melakukan penelitian dengan

menggunakan buku-buku yang mendukung terkait dengan kasus yang diangkat oleh peneliti,

membaca, mencatat serta mengolah data yang telah diperoleh dengan buku-buku. Menurut

Mestika Zed, terdapat beberapa ciri-ciri dari metode penelitian literature yaitu:

1.Penelitian literatur hanya melibatkan penggalian data dengan menggunakan buku sehingga

penelitian lapangan merupakan penelitian yang mendukung. Dengan kata lain penelitian literatur

akan menggali dan mengumpulkan data secara literatur kemudian data tersebut akan digunakan

dan diperkaya pada penelitian lapangan.

2. Dalam melakukan penelitian literatur, peneliti hanya berhadapan dengan buku dan data yang

telah jadi melalui buku-buku.

3.Data yang diperoleh dalam penelitian literatur merupakan data sekunder. Yang berarti data

literatur merupakan data yang melengkapi data primer yaitu penelitian lapangan.
58

4. Dalam penelitian literature, data yang diperoleh dianggap sebagai data “mati” yang digali

melalui buku-buku atau dengan kata lain tersimpan dalam rekaman tertulis. Sehingga penelitian

literatur memiliki data yang statis. Oleh sebab itu lah kondisi data literatur tidak dibatasi oleh

ruang dan waktu.101

Penelitian literatur dalam proses penelitian ini akan melibatkan beberapa buku terkhusus

dokumen-dokumen HKBP untuk melihat peranan penatua dalam pelayana gereja terkhusus

HKBP.

3.4. Deskripsi Lokasi Penelitian

Peneliti melakukan penelitian di gereja HKBP Ressort Hataran Jawa yang terletak di

Parbalogan, Kec. Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun. Peneliti akan melakukan penelitian di 5

gereja yang merupakan gereja HKBP Hataran Jawa Ressort Hataran Jawa dan pagaran nya yaitu:

HKBP Nagasaribu yang berlokasi di PTPN IV Kebun Marihat dengan jumlah penatua yang

melayani adalah 1 orang dengan jumlah jemaat sebanyak 12 Kepala Keluarga, HKBP Maranatha

yang berlokasi di Desa Totap Majawa Kec.Tanah Jawa dengan jumlah penatua 4 orang dengan

jumlah jemaat sebanyak 80 Kepala Keluarga, HKBP Sinta Nauli yang berlokasi di Desa Silau

Manik Kec.Siantar Kab. Simalungun yang memiliki penatua sebanyak 3 orang dengan jumlah

jemaat sebanyak 25 Kepala Keluarga dan HKBP Siku Pardamean yang berlokasi di Desa

Marubun Jaya Kec.Tanah Jawa dengan jumlah penatua sebanyak 5 orang dan jumlah jemaat

sebanyak 46 Kepala Keluarga.

3.5. Teknik Analisis Data

101
Penjelasan mengenai penelitian literatur dan juga ciri-cirinya dikutip dari Mestika Zed, Metode Penelitian
Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006) 3-5
59

Moleong mengatakan bahwa analisis data merupakan proses mengorganisasikan data ke

bentuk pola, kategori, dan satuan uraian sehingga dengan demikian dapat ditemukan tema dan

dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. 102 Analisis data dalam

penelitian kualitatif bersifat iterative yang berarti ada perulangan dan keterkaitan antara

pengumpulan data dan juga analisis data.

Menurut Samiaji Sarosa tahap-tahap dalam analisis data kualitatif terbagi dalam tiga

tahap dan tahap-tahap tersebutlah yang akan digunakan dalam meneliti serta menganalisis data

terkait minat jemaat untuk menjadi penatua di HKBP resort Hataran Jawa. Tahap-tahap yang

dimaksud yaitu:103

1. Memadatkan data. Dalam tahap ini dilakukan proses memilih, memusatkan perhatian,

meringkas dan kemudian mentransformasikan data mentah.

2. Menampilkan data yang sudah dipadatkan tersetbu ke bentuk tertentu untuk membantu

penarikan kesimpulan.

3. Menrik kesimpulan. Dalam tahap ini penelitian kemudian disimpulkan sekaligus

diverifikasi sehingga keimpulan yang telah ditarik tersetbu sesuai dan didukung oleh data

yang telah dikumpulkan dan dianalisis.

3.6. Hasil Penelitian

Untuk memperoleh data mengenai peranan penatua dalam gereja secara khusus di HKBP

Ressort Hataran Jawa, peneliti melakukan wawancara kepada Pendeta Ressort, Penatua dan juga

jemaat dari HKBP Ressort Hataran Jawa, penatua dan juga jemaat dari HKBP Maranatha,

102
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004) 103
103
Samiaji Sarosa, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Kanisius, 2021) 3-4
60

penatua dan juga jemaat dari HKBP Sinta Nauli, penatua dan juga jemaat dari HKBP

Nagasaribu, penatua dan juga jemaat dari HKBP Siku Pardamean.

3.6.1. Pendeta Ressort Hataran Jawa

3.6.1.1. Peran dan Tanggungjawab Penatua

Pendeta beranggapan bahwa peranan penatua secara khusus di HKBP Ressort Hataran

Jawa memiliki peranan yang penting. Dia mengatakan bahwa pendeta sendiri bertugas untuk

mengarahkan dan juga mengajarkan tahap-tahap yang perlu dilakukan sedangkan dalam hal

pelaksanaan penatua yang akan banyak berperan. Sehingga ia mengatakan bahwa penatua

merupakan sesuatu yang wajib dimiliki tiap-tiap gereja.

Beliau menilai bahwa peranan penatua secara khusus di HKBP Ressort Hataran Jawa ini

melakukan tugas dan kewajiban mereka dengan baik. Meskipun memang terdapat beberapa

orang penatua yang ada di gereja pagaran yang ia nilai belum melakukan tugasnya atau

tohonannya dengan baik.

3.6.1.2. Minimnya Minat Jemaat Menjadi Penatua

Berbicara mengenai kuantitas penatua yang ada di gereja HKBP Ressort Hataran Jawa,

Beliau mengatakan bahwa untuk beberapa gereja di pagaran memiliki jumlah yang tidak

proporsional dan menurutnya harus ditambah. Namun terdapat kesulitan dalam mengajak para

jemaat untuk menjadi seorang penatua dikarenakan berbagai alasan yang dimiliki tiap jemaat.

Keterangan yang diterima bahwa usia dari kebanyakan penatua di HKBP Ressort Hataran Jawa

berkisar 35-55 tahun, dengan jumlah terbanyak penatua menginjak usia 40 dan 50 tahun.
61

Beliau mengatakan bahwa berbicara mengenai “pengganti” ataupun regenerasi penatua

merupakan hal yang penting. Hal tersebut dikarenakan menurutnya penatua merupakan ujung

tombang yang ada dalam tiap-tiap gereja. Dengan adanya regenerasi dari penatua menurutnya

gereja akan semakin mudah untuk mengeksplor talenta-talenta yang bisa diarahkan dan juga

dikembangkan di gereja.

Kemudian berbicara mengenai minat jemaat, beliau mengatakan bahwa ia harus

mengakui kalau minat jemaat untuk menjadi penatua susah untuk ditingkatkan. Dia mengatakan

alasan yang paling mungkin adalah karena kebanyakan jemaat berpendapat bahwa seorang

penatua haruslah memiliki sifat dan kepribadian yang lebih. Yang dimaksud disini yaitu lebih

baik dalam hal karakter, lebih baik dalam hal mengatur waktu dan juga memberikan waktu untuk

pelayanan di gereja.

Beliau mengatakan bahwa cara untuk mengatasi kurangnya minat jemaat tersebut yang

diperhadapkan dengan pentingnya regenerasi penatua, dia mengatakan bahwa tindakan yang

akan ia ambil yaitu memperpanjang masa tohonan dari para penatua yang telah berusia 65 tahun.

3.6.2. Penatua

3.6.2.1. Peran dan Tanggungjawab Penatua

Penatua yang menjadi narasumber dalam penelitian ini berjumlah 9 orang penatua dari

gereja resort dan juga pagaran. Melalui wawancara dengan para penatua, ditemukan beberapa

jawaban apabila berbicara mengenai peran dan juga tanggungjawab dari penatua. Ketika ditanya

mengenai tantangan dan hambatan, para penatua memiliki tantangan dan juga hambatan mereka

masing-masing. Terdapat penatua yang mengatakan bahwa hambatan yang dialami ketika waktu
62

yang untuk dia melayani kemudian bertabrakan dengan waktu untuk melakukan hal penting

lainnya. Terdapat pula penatua yang mengatakan bahwa tantangan dan hambatan yang dihadapi

berasal dari para jemaat yang jarang beribadah, jarang memberikan iuran kepada gereja dan juga

mementingkan pekerjaan termasuk melakukan pekerjaan pada hari minggu.

Terdapat juga yang mengatakan bahwa tantangan yang dia hadapi melibatkan

kemampuan ataupun kecerdasan dari para jemaat dalam menerima informasi yang ia sampaikan

kepada mereka. Dia mengataka bahwa ia harus menyesuaikan diri dengan pemahaman jemaat

agar informasi yang ia sampaikan kemudian dapat diterima dengan baik oleh jemaat. Tantangan

lain yang diutarakan yaitu kemampuan dalam memahami not dalam musik, beliau mengatakan

bahwa penatua harus bisa menjadi pemandu dalam musik, sehingga anggapan tersebut

memunculkan tantangan dan juga hambatan bagi dirinya.

Terdapat penatua yang mengatakan bahwa tantangan dan hambatan yang ia alami terjadi

ketika ia menjadi penatua pertama kali. Tantangan yang ia alami pertama sekali ketika ia

menerima tahbisan penatua, dia khawatir bagaimana dengan respon keluarganya terkait hal

tersebut. Yang ia maksud yaitu bagaimana keluarganya menunjukkan dirinya sebagai keluarga

dengan anggota keluarga yang merupakan penatua. Kemudian tanntangan yang lain yaitu ketika

pertama kali menjadi penatua, beliau mengatakan bahwa dirinya tidak mengetahui sama sekali

mengenai yang dia kerjakan sehingga membutuhkan proses belajar. Tantangan dan hambatan

yang lain yaitu ketika teman-temannya tidak sepihak dengan dirinya bahkan memiliki motif

ingin menjatuhkan.

Ketika ditanya pendapat dari masing-masing narasumber mengenai seberapa penting

peranan penatua dalam pelayanan gereja, seluruh narasumber menjawab dan mengatakan bahwa

peranan penatua merupakan peranan yang penting dalam pelayanan gereja. Beberapa diantara
63

mereka beranggapan bahwa penatua menjadi pemimpin dalam gejera secara khusus gereja

pagaran. Beberapa penatua juga beranggapan bahwa peranan penatua menjadi penting karena

penatua juga terlibat dalam menjalankan program yang telah disusunkan oleh gereja.

3.6.2.2. Minimnya Minat Jemaat Menjadi Penatua

Hampir seluruh narasumber yang merupakan penatua ini mengaku bahwa mereka pernah

mengajak dan menawarkan jemaat untuk menjadi penatua. Alasan mereka mengajak, para

penatua ini sudah mengamati jemaat tertentu dan merasa bahwa orang tersebut layak untuk

menjadi penatua. Namun seluruh narasumber yang mengajak tersebut kemudian ditolak oleh

jemaatnya.

Alasan yang mereka terima, jemaat tersebut mengatakan bahwa mereka tidak dapat

mengatur waktu, ada juga jemaat yang mengatakan bahwa mereka belum siap untuk menjadi

penatua, ada juga jemaat yang mengatakan bahwa usia mereka masih terlalu muda. Ada juga dari

jemaat tersebut yang mengatakan bahwa alasan dirinya tidak menjadi penatua bahwa dia merasa

dirinya belum bisa menjadi contoh bagi para jemaat.

3.6.3. Jemaat

3.6.3.1. Peran dan Tanggungjawab Penatua

Narasumber yang merupakan jemaat dalam penelitian ini berjumlah 10 orang. Hampir

seluruh narasumber beranggapan bahwa peran dan tanggungjawab penatua yang dijalankan

menurut mereka sudah menjalankan tugasnya dengan baik. Meskipun terdapat salah satu jemaat

yang beranggapan bahwa terdapat penatua yang masih belum melakukan tugasnya dengan baik.
64

Berbicara mengenai seberapa penting kehadiran penatua dalam gereja, seluruh jemaat

mengatakan bahwa penatua memiliki peranan penting dan juga tanggungjawab yang penting

dalam pelayanan gereja. Mereka beranggapan bahwa pelayanan gereja secara khusus ibadah

dapat terlaksana dengan kehadiran dari para penatua yang turut membantu dalam pelayanan

gereja. Namun keterangan yang diterima dari para narasumber meskipun mereka menganggap

bahwa kehadiran dan juga peran penatua merupakan hal yang penting bagi gereja, mereka tetap

enggan untuk menjadi seoran penatua.

Mereka menilai bahwa tugas yang mereka kerjakan yaitu berkunjung ke rumah-rumah

jemaat, memberikan informasi dari pendeta ke tiap jemaat maupun dari jemaat kepada pendeta

dapat dilakukan dengan baik. Jemaat tersebut juga memberikan informasi bahwa penatua di

gereja juga melakukan pendataan untuk mengetahui jemaat yang sedang sakit dan juga yang

malas ke gereja. Sehingga para jemaat berpendapat bahwa penatua mereka telah melakukan

tugas dengan baik selayaknya para penatua secara khusus di gereja HKBP

3.6.2. Minimnya Minat Jemaat Menjadi Penatua

Meskipun para jemaat menganggap bahwa peranan dan tanggungjawab penatua

merupakan hal yang penting, tetap saja minat mereka untuk menjadi penatua masih sangat

minim. Sebagian besar narasumber yang merupakan jemaat ini telah ditawarkan dan diajak untuk

menjadi penatua namun seluruhnya kemudian menolak tawaran tersebut.

Alasan yang banyak diungkapkan oleh para narasumber yaitu masalah dengan waktu.

Mereka mengatakan bahwa mereka belum mampu membagi waktu antara pekerjaan dan juga

tanggungjawab menjadi penatua sehingga mereka merasa belum waktunya untuk menjadi

penatua. Terdapat pula jemaat yang mengatakan bahwa mereka masih terlalu muda. Usia mereka
65

muda menurut salah satu jemaat berpotensi mengakibatkan adanya perdebatan ketika

membicarakan ide pelayanan.

Terdapat juga dari mereka yang mengatakan bahwa alasan mereka menolak adalah

karena kurangnya pengalaman. Alasan lain yang diungkapkan yaitu ketidaksanggupan untuk

menjalankan tanggungjawab menjadi penatua. Beberapa jemaat juga mengatakan bahwa diri

mereka belum bisa menjadi contoh bagi jemaat, karena mereka beranggapan bahwa penatua

harus menjadi sosok yang dapat ditiru oleh jemaat melalui cara hidup mereka.
66

BAB IV

ANALISA DAN RENCANA AKSI

4.1. Analisa

Melalui penelitian yang telah dilakukan, dapat dikatakan bahwa gereja HKBP Ressort

Hataran Jawa beserta gereja pagarannya menyadari kurangnya minat jemaat untuk menjadi

seorang penatua. Pendeta sendiri yang mengakui bahwa di beberapa gereja pagaran terdapat

kuantitas penatua yang tidak memadai. Bahkan dia sendiri telah melakukan dan juga mengajak

para jemaat untuk menjadi penatua namun masih banyak jemaat yang menolak. Strategi akhir

yang dipersiapkan adalah untuk meminta dan memperpanjang masa aktif dari penatua yang

bahkan telah memasuki usia pensiun.

Sehingga dari keterangan tersebut terlihat pendeta resort dari HKBP Hataran Jawa juga

merasakan kesulitan dan juga kendala yang sama. Dia mempersiapkan strategi yang menurut

data HKBP dapat dikatakan sebagai “melanggar” ketetapan HKBP yang hanya menetapkan

penatua aktif sampai usia 65 tahun. Strategi dipersiapkan mau tidak mau karena mengantisipasi

kurangnya kuantitas penatua di jemaat secara khusus gereja HKBP Hataran Jawa.

Melalui wawancara dengan para penatua dari gereja HKBP Ressort Hataran Jawa Beserta

dengan pagarannya, terlihat juga para penatua yang telah berusaha mengajak dan juga mencoba

menawarkan kepada jemaat untuk menjadi seorang penatua. Dalam wawancara mereka

kebanyakan mengatakan bahwa jemaat yang mereka tawarkan tersebut menurut mereka memiliki

potensi untuk menjadi seorang penatua. Bahkan dengan analisis tersebut, para jemaat masih

memiliki minat yang kurang untuk menjadi seorang penatu. Melalui keterangan wawancara

dengan para penatua dapat dilihat memang benar para penatua memiliki kendala dan juga
67

hambatannya masing-masing, meskipun terdapat beberapa penatua yang mengatakan bahwa

mereka merasa tidak ada hambatan dan juga kesulitan namun dapat dipastikan tentu terdapat

momen-momen tertentu yang dirasa cukup sulit.

Hampir semua penatua yang menjadi narasumber pernah mencoba untuk mengajak

jemaat mereka namun kemudian ditolak. Menurut keterangan alasan para jemaat tersebut

menolak kebanyakan adalah karena usia dan juga karena pekerjaan sehingga sulit untuk

membagi waktu. Peneliti sendiri melihat bahwa memang para jemaat kurang memiliki hati yang

terbuka untuk menjadi seorang penatua seperti yang dikatakan beberapa penatua di dalam proses

wawancara. Sehingga umur dan juga pekerjaan dijadikan sebagai alasan. Alasan yang paling

banyak ditemukan juga dalam proses wawancara yaitu para jemaat yang belum mampu

mengemban tugas dan juga tanggungjawab sebagai seorang penatua.

Dapat dikatakan bahwa hal tersebut sebenarnya telah diantisipasi oleh gereja HKBP

dengan melaksanakan program learning bagi para calon penatua untuk lebih menggali dan juga

mempersiapkan diri. Sehingga dapat dikatakan bahwa alasan demikian sebenarnya telah

menemukan jalan keluar. Dalam proses learning tersebutlah para calon penatua mendapat

gambaran akan tugas dan juga tanggungjawab yang akan diemban nantinya setelah menjadi

seorang penatua. Melalui proses learning tersebutlah para jemaat mampu untuk melihat potensi

diri dan juga mencoba merefleksi diri untuk menerima ataupun menolak untuk menjadi seorang

penatua.

Dapat dikatakan bahwa jemaat di gereja HKBP Ressort Hataran Jawa memang masih

lebih mementingkan pekerjaan. Bahkan hal tersebut didukung oleh keterangan dari penatua yang

mengatakan bahwa terkadang jemaatnya akan lebih memilih untuk bekerja pada hari minggu

ketimbang beribadah. Sehingga terdapat keterangan dari penatua yang menurut peneliti benar,
68

dalam ibadah para jemaat sudah sulit untuk membuka hati terlebih untuk mengemban

tanggungjawab sebagai penatua.

Hal ini didukung oleh keterangan dari para narasumber yang merupakan jemaat dari

gereja-gereja yang merupakan lokus penelitian. Kebanyakan dari mereka mengatakan dan

mengakui bahwa gereja membutuhkan penatua dalam proses pelayanannya. Mereka mengakui

bahwa peranan penatua merupakan peranan yang penting dalam gereja namun mereka justru

tidak berminat untuk tergabung di dalamnya. Terlebih terdapat gereja yang hanya memiliki 1

orang penatua dan bahkan sudah berusaha menawarkan serta mengajak jemaatnya untuk

bergabung namun kemudian ditolak karena merasa belum sanggup untuk mengemban dan juga

menjalankan tugas sebagai seorang penatua.

Tugas dan juga tanggungjawab menjadi seorang penatua memang dapat dikatakan

sebagai tugas dan tanggungjawab yang cukup berat. Seperti yang dikatakan oleh Watchman Nee

bahwa penatua haruslah Para penatua adalah yang bertugas sebagai penilik jemaat. Penilik

berarti pengawas. Pengawas bukan berarti untuk menggantikan tugas orang lain dalam

melakukan pekerjaannya melainkan mengawasi para pekerja-pekerja dalam melakukan

pekerjaannya. Alkitab memuat bahwa saudara-saudaralah yang bekerja, dan tugas seorang

penatua adalah sebagai pengawas dan diantara saudara-saudara itu tidak boleh ada yang

menganggur melainkan semuanya harus bekerja itulah yang menjadi tugas para penatua. Mereka

yang disebut sebagai penatua adalah sebagai pemrakarsa, yang bertugas sebagai penilik. Tugas

mutlaknya adalah sebagai komandan. Ketika ditemukan pekerja yang tidak melakukan

pekerjaannya atau melakukan pekerjaannya dengan nyali yang kecil, tidak berani keluar, apatis,

pesimis untuk melakukan pekerjaannya maka tugas penatualah untuk datang memberi dorongan

dan mengingatkan mereka serta menguatkan mereka. Juga dalam melakukan tugasnya, penatua
69

bukanlah pengganti pekerja yang lain untuk melakukan pekerjaannya melainkan mengawasi

mereka. Pada akhirnya, penatua bukanlah para pemborong yang melakukan tugas yang tidak

dikerjakan oleh para saudara pekerja melainkan sebagai penilik.104

Sehingga memang benar bahwa tanggungjawab menjadi seorang penatua bukanlah

tanggungjawab yang mudah menurut keterangan tersebut. Hal tersebutlah yang sebenarnya

membuat para jemaat kurang berminat untuk menjadi seorang penatua. Hal tersebut sangatlah

terbukti dalam proses wawancara ini dimana para narasumber juga mengatakan dan menjelaskan

ketidak mampuan mereka dalam mengemban dan menjalankan tanggungjawab tersebut dan oleh

karena itulah mereka menolak.

Dari proses wawancara juga dapat dilihat bahwa para jemaat enggan untuk menerima dua

tanggungjawab sekaligus. Kebanyakan jemaat mengatakan bahwa mereka kurang mampu dalam

hal membagi waktu namun dapat dikatakan bahwa mereka kurang mampu untuk menempatkan

diri sesuai tanggungjawab yang mereka emban.

Dapat terlihat melalui jawaban yang kebanyakan mengatakan bahwa mereka tidak

mampu untuk membagi waktu namun diwaktu yang bersamaan terdapat penatua yang mampu

dan bisa untuk membagi waktu. Dilihat dari kedua kasus tersebut,dapat terlihat bahwa para

jemaat justru menunjukkan bahwa mereka tidak mampu untuk menjalankan dua tanggungjawab.

Dan ada juga jemaat yang mengatakan bahwa usia adalah alasan mereka.

Dapat dikatakan bahwa usia tidak ada sangkut pautnya dalam mengemban tugas menjadi

seorang penatua. Justru pemikiran dari orang yang lebih muda lah yang dapat mentransformasi

pelayanan di gereja. Sehingga alasan dengan mengatakan umur yang masih muda seharusnya

104
Pandangan Watchmann Nee mengenai penatua yang telah dimuat pada bab 2 poin 2.3. pandangan para ahli
mengenai penatua
70

tidak menjadi alasan penghambat menjadi penatua. Dengan usia yang muda tidak berarti akan

selalu berbeda cara berpikir dengan para penatua yang sudah tua. Justru para penatua dengan

usia yang muda dapat membagikan pola dan ide yang baru sedangkan yang tua dapat

membagikan pengalaman mereka sebagai penatua, sehingga keduanya justru saling melengkapi

dalam memajukan kualitas pelayanan di gereja.

Oleh sebab itulah, melalui proses wawancara peneliti melihat bahwa sebenarnya para

jemaat memiliki minat yang kecil faktor utama nya adalah mengenai tanggungjawab. Gambaran

penatua yang melekat adalam para pelayan dengan kesibukan dan juga tanggungjawab,

gambaran ini juga bisa menjadi faktor utama yang mengakibatkan para jemaat enggan untuk

menjadi seorang penatua.

Melalui hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab III, maka akan dipaparkan

beberapa poin analisa seperti berikut:

 Penatua merupakan jabatan yang penting dalam pelayanan gereja. Hal ini didukung oleh

seluruh informan yang mengatakan bahwa penatua merupakan jabatan yang penting

untuk gereja. Pendeta mengatakan bahwa penatua menjadi penting untuk menjalankan

segala hal yang telah disusun dalam gereja, mulai dari program dan seluruh hal-hal yang

bersangkutan dengan gereja. Apabila diperhadapkan dengan pengertian jabatan yang

merupakan posisi ataupun identitas yang dirancang untuk memudahkan dalam mencapai

tujuan yang telah ditetapkan,105 maka penatua yang merupakan jabatan bertujuan untuk

mencapai tujuan dari program gereja itu sendiri. Oleh karena itulah, jabatan penatua

menjadi penting untuk menjalankan pelayanan gereja baik di resort maupun dipagaran,

dan hal ini lah yang disetujui oleh pendeta, penatua dan juga jemaat.

105
Dimuat pada bab II pada poin 2.1.1. mengenai jabatan
71

 Pentingnya penatua dalam pelayanan gereja juga dipengaruhi oleh anggapan bahwa

penatua merupakan pemimpin. Hal ini terbukti dari narasumber penelitian yang

kebanyakan pagaran dipimpin oleh penatua. Oleh sebab itulah sosok pemimpin melekat

dan menjadi identitas dari penatua itu sendiri. 106 Penatua dianggap sebagai sosok yang

berpengaruh dalam lingkungan gereja, hal tersebut terlihat dari seluruh narasumber yang

kebanyakan mengakui bahwa penatua telah mengerjakan tugasnya dengan baik dan

mereka mengakui bahwa peran penatua merupakan peran yang begitu penting bagi

gereja, sehingga hal ini sesuai dengan pemahaman penatua dalam PL yang juga melihat

penatua sebagai orang dan posisi yang sangat berpengaruh bagi masyarakat.107

 Pendeta HKBP Hataran Jawa Ressort Hataran Jawa dalam proses wawancara juga

melalui perkataan dan perspektifnya mengenai penatua, dapat dipahami bahwa penatua

berperan penting untuk menjadi rekan pendeta dalam melayani jemaat-jemaatnya

terkhusus di beberapa wilayah pagaran. Esensi tersebut sudah menjadi esensi penatua

apabila dikaji melalui sejarah penatua dalam gereja HKBP yang memang sedari awal

sudah merupakan rekan dari para pendeta untuk mensukseskan program pelayanan yang

ada di gereja.108 Oleh karena itulah pernyataan dari seluruh narasumber yang mengatakan

bahwa peranan penatua merupakan peranan dan jabatan yang penting dalam gereja

merupakan pernyataan yang benar.

 Apabila diperhadapkan dengan konfessi HKBP tahun 1951 pasal 9 dan konfessi HKBP

tahun 1996 pasal 9 mengenai majelis gereja, diungkapkan beberapa poin yang menjadi

tugas dari seluruh majelis gereja yang mana di dalamnya tentu penatua juga termasuk.

Diungkapkan bahwa majelis gereja berfungsi untuk menggembalakan para jemaat,


106
Dimuat pada bab II pada poin 2.1.2 mengenai penatua
107
Dimuat pada bab II poin 2.2.1. mengenai landasan biblis menurut perspektif PL mengenai Penatua
108
Dimuat pada Bab II poin 2.4.1 mengenai penatua berdasarkan sejarah HKBP
72

memberitakan injil kepada warga jemaat, dan lain-lain 109, dapat diakui bahwa para

penatua memiliki peran yang amat penting dalam gereja yang tentu ikut serta dalam

menjalankan tugas majelis gereja yang telah dimuat pada konfessi 1951 pasal 9.

 Apabila dilihat dari perspektif jemaat yang mengatakan bahwa sosok penatua merupakan

orang-orang yang harus menjadi orang yang layak ditiru di lingkungan jemaat, hal ini

dapat dikatakan sebagai hal yang benar. Didukung oleh dokumen HKBP yang

mengatakan bahwa syarat untuk menjadi seorang penatua adalah orang-orang yang tidak

berperilaku bercela.110. Sehingga benar apabila dikatakan bahwa penatua harus bisa

menjadi orang-orang yang dapat ditiru dalam lingkungan gereja yang dia layani.

 Pandangan PB mengenai penatua juga mengatakan bahwa penatua harus memiliki

standar hidup yang teladan dalam hal spiritual, etika dan juga moralitas. Penatua menurut

PB juga adalah orang-orang yang hidup tanpa cela dan juga bermartabat.111

 Pendapat yang diungkapkan oleh Alexander Strauch mengenai penatua yang mana dia

menguraikan beberapa poin mengenai sifat dan nilai yang harus dimiliki oleh penatua

yaitu:112

1. Menjalin persaudaraan. Alkitab memuat bahwa Allah menetapkan adanya para

penatua untuk melayani di gereja dan memberikan tugas yang khusus yaitu

melakukan penggembalaan dalam gerjea. Dengan adanya para penatua maka

diharapkan dapat melakukan tugas penggembalaan yang berfungsi kemudian untuk

menyelaraskan dan mendorong sesama warga gereja untuk meningkatkan tali

persaudaraan, keimanan dan menjadi hamba yang baik bagi gereja. Namun

109
Dimuat pada Bab II poin 2.4.2. mengenai Penatua menurut Konfessi HKBP
110
Dimuat pada Bab II poin 2.4.3. mengenai tanggungjawab penatua berdasarkan dokumen HKBP
111
Dimuat pada Bab II poin 2.2.2. mengenai landasan biblis menurut perspektif PB terhadap penatua
112
Dimuat pada Bab II poin 2.3. mengenai pandangna para ahli tepatnya pendapat yang dikemukakan oleh
Alexander Strauch
73

dikarenakan situasi budaya setiap warga sangat beraneka ragam maka ini mungkin

akan fleksibel dalam penyesuaiannya. Perjanjian Baru memandang bahwa sifat

kepenatuaan haruslah bersifat kekeluargaan bagi jemaat. Ini diharapkan untuk

meningkatkan tali persaudaraan Kristen dan ini adalah rencana Allah.

2. Rendah hati. Bukan hanya sifat persaudaraan namun sifat untuk rendah hati juga

menjadi sangat penting dimiliki oleh seorang penatua. Karena jelas Alkitab memuat

bahwa perintah utama adalah menjadi hamba daripada saudara. Yesus berulang-ulang

mengajar murid-Nya mengenai kerajaan sorga yang hanya dapat dicapai dengan

kerendahan hati. Demikianlah para penatua harus memiliki sifat kerendahan hati

karena karakter demikianlah yang dinyatakan Allah kepada hamba-Nya.

3. Karakter moral yang baik. Para penatua yang bertugas sebagai penilik jemaat

diharapkan memiliki karakter moral yang baik dan tidak bercacat dalam semua segi

kehidupannya. Demikianlah harus diperhatikan bahwa para penatua harus bebea lepas

dari segala hal yang tidak sopan, merusak karakter dan tingkah laku dan sebagainya.

Para penatua harus benar-benar dapat memiliki karakter moral yang baik.

4. Menjadi kepala keluarga yang baik. Hal ini menjadi sangat penting karena

merupakan kehendak Allah yaitu bahwa para penatua adalah para kepala keluarga

yang disegani dan dihormati oleh anak-anaknya sehingga hal yang harus dilakukan

adalah bersikap baik dan ramah.

5. Cakap mengajrkan firman Allah. Surat 1 Timotius dan Titus, secara tegas

menyatakan bahwa untuk menjadi penatua harus mengenal Alkitab dan dapat

mengajarkannya kepada orang lain. Mereka harus sungguh-sungguh berpegang pada

firman Tuhan dan siap mengajarkan kebenaran firman kepada orang lain.
74

 Melalui pandangan Strauch tersebut, dapat dikatakan bahwa persepsi yang melekat dalam

diri penatua memanglah persepsi bahwa penatua memiliki hidup dan pribadi yang tidak

bercela dan dapat untuk ditiru.

 Namun dapat dikatakan bahwa karena persepsi yang melekat dalam diri penatua yang

kebanyakan jemaat mengatakan bahwa penatua merupakan orang-orang yang memiliki

perilaku yang baik, hal tersebut justru membuat para jemaat enggan untuk menjadi

penatua dikarenakan terlebih dahulu menilai dan menganggap bahwa diri mereka belum

bisa menjadi contoh, dan belum siap menjadi contoh.

 Sebagian dari narasumber yang merupakan jemaat, mengatakan bahwa dia tidak berminat

menjadi penatua karena dirinya merasa tidak menjadi sosok yang dapat ditiru oleh orang

lain sehingga belum layak menjadi penatua. Penatua di gereja tersebut beberapa

mengatakan bahwa jemaat-jemaat dengan alasan tersebut kebanyakan orang yang

menurut mereka layak untuk menjadi penatua. Orang-orang yang menurut mereka layak

merupakan orang yang sempat mereka tawarkan menjadi penatua. Hal ini terbukti dari

kebanyakan narasumber yang merupakan penatua mengatakan bahwa mereka sudah

pernah bahkan sering untuk mengajak beberapa orang dari jemaat mereka untuk menjadi

seorang penatua. Namun kebanyakan dari mereka justru menolak dengan salah satu

alasannya adalah perilaku mereka yang belum layak menjadi penatua.

 Minat jemaat untuk menjadi penatua melalui penelitian ini bisa dikatakan memiliki minat

yang kecil untuk menjadi penatua. Hal ini terlihat dengan fakta bahwa kebanyakan dari

narasumber yang diwawancarai mengaku sudah pernah diminta dan diajak untuk menjadi

penatua namun kemudian menolak.


75

 Alasan-alasan yang diungkapkan juga beragam. Ada beberapa jemaat yang mengatakan

bahwa alasan mereka menolak karena umur mereka yang masih mudah. Dengan data

yang menunjukkan bahwa kebanyakan jemaat yang menjadi narasumber sudah berusia

minimal 30 tahun ke atas, dan dengan dokumen HKBP yang mengatakan bahwa usia

minimal untuk menjadi penatua adalah 25 tahun 113, dapat dikatakan bahwa alasan tersebut

tidak dapat diterima. Usia minimum jemaat untuk menjadi penatua adalah 25 tahun

dengan lama pelayanan kurang lebih 40 tahun, dapat dikatakan bahwa dengan

narasumber yang berusia sudah 30 tahun ke atas namun memakai alasan usia yang masih

terlalu muda dapat mempengaruhi lamanya pelayanan dengan kata lain pelayanannya

untuk gereja akan semakin cepat, sehingga membutuhkan pengganti yang lebih cepat.

Hal tersebut terlihat dari salah satu gereja yang menjadi lokus penelitian, yang mana di

gereja tersebut hanya memiliki satu orang penatua saja, dan kebanyakan jemaat disana

menolak untuk menjadi penatua sehingga tidak ada rekan yang dimiliki penatua tersebut

untuk menjalankan tugas dan pelayanan gereja, jemaat juga hanya dapat bergantung pada

satu orang penatua saja. Dengan usia penatua yang melayani di tempat tersebut berusia

54 tahun, dan tidak memiliki rekan tentu ada kendala yang dialami.

 Alasan umur menurut hasil wawancara ini, memiliki kemungkinan berkaitan dengan

pengalaman dalam gereja, ada kemungkinan jemaat beranggapan bahwa jemaat dengan

usia yang lebih tua memiliki pengalaman yang lebih sehingga lebih layak menjadi

penatua. Ada juga dari jemaat yang mengatakan bahwa dengan usia mudanya, jemaat

tersebut memiliki kekhawatiran tidak dapat berkomunikasi dengan baik dengan para

penatua senior yang sudah lebih tua karena perbedaan ide. Keterangan-keterangan

tersebut menurut peneliti tidak dapat dijadikan sebagai alasan. Apabila dikaitkan dengan
113
Dimuat pada Bab II poin 2.4.3. mengenai Syarat dan Tanggungjawab Penatua berdasarkan Dokumen HKBP
76

pengalaman, setiap jemaat yang ingin menjadi penatua pasti belum pernah menjadi

penatua, para penatua di gereja-gereja tersebut juga sebelum menjadi penatua, tentu tidak

memiliki pengalaman sebagai penatua. Oleh karena itulah HKBP sendiri sebelum

memberikan tahbisan kepada jemaat yang ingin menjadi penatua terlebih dahulu

menjalankan program learning, dengan tujuan memberikan gambaran akan pekerjaan dan

juga tanggungjawab dari penatua, dari sana setiap jemaat dapat menerima nasihat dari

penatua yang sudah memiliki pengalaman dan juga melalui pengamatan, sehingga

pengalaman tersebut dapat dipelajari secara bertahap. Justru peneliti beranggapan bahwa

dengan usia yang muda, justru lebih memungkinkan seseorang tersebut memperoleh

lebih banyak pengalaman dibandingkan menahan-nahan dengan alasan umur yang terlalu

muda. Seperti yang dikatakan oleh J.R. Hutauruk bahwa regenerasi diperlukan dengan

tujuan adanya ide baru114, tentu orang dengan usia lebih muda lebih paham mengenai ide

dan juga perubahan yang diperhadapkan dengan konteks dan juga predikis akan masa

yang akan datang sehingga program yang disusun juga sesuai dengan kebutuhan jemaat

dalam jangka waktu yang panjang. Jemaat yang mengatakan bahwa dia tidak

berkeinginan menjadi penatua dengan alasan akan menimbulkan perbedaan ide. Peneliti

berpendapat bahwa munculnya perbedaan ide tidak dipengaruhi karena usia, kelompok

orang dengan usia yang sama juga akan mengalami perbedaan ide, justru perbedaan ide

tersebut harus diatasi dengan diskusi dan juga rapat sehingga didapatkan keputusan yang

sesuai dengan kebutuhan jemaat. Oleh karena itu usia tidak menjadi faktor penyebab

munculnya perbedaan ide, karena perbedaan ide merupakan hal yang lumrah untuk

terjadi. Alasan jemaat yang mengatakan bahwa usia mereka menjadi alasan tidak menjadi

penatua, sebenarnya tidak dapat dijadikan sebagai alasan.


114
Dimuat pada Bab I pada poin 1.1. mengenai pendahuluan
77

 Alasan lain yang banyak dikemukakan oleh para narasumber yang merupakan jemaat

adalah mereka mengatakan bahwa mereka tidak dapat membagi waktu antara pekerjaan

dan juga tanggungjawab menjadi penatua sehingga kebanyakan dari mereka lebih

memilih untuk berfokus melakukan pekerjaannya. Alasan ini muncul karena jemaat yang

masih memusatkan perhatiannya kepada perekonomian. Bahkan dari keterangan salah

satu penatua kalau di gereja yang ia layani, kebanyakan jemaat tetap menjalankan

pekerjaan pada hari minggu dan lebih memilih untuk tetap mengerjakan pekerjaan

mereka. Peneliti melihat bahwa alasan ini menunjukkan adanya dilema dalam diri jemaat

untuk memilih, sehingga seakan-akan menolak untuk melakukan keduanya. Memang

faktor ekonomi berupa pekerjaan bisa saja mempengaruhi waktu yang dipakai, namun

apabila dilihat secara fakta, para penatua yang aktif melayani di gereja HKBP Hataran

Jawa Ressort Hataran Jawa beserta gereja-gereja pagarannya juga memiliki pekerjaan

mereka masing-masing. Melalui keterangan dari beberapa penatua, mereka juga

mengatakan bahwa tantangan yang mereka alami berada di waktu, namun faktnya para

penatua tersebut dapat melakukan tugas dan tanggungjawab mereka dengan baik.

Keberhasilan tersebut terjadi karena adanya koordinasi yang baik dari seluruh majelis

yang ada di gereja-gereja tersebut. Kesediaan untuk menggantikan penatua yang

berhalangan untuk melayani menjadi faktor yang mendukung untuk mensukseskan

pelayanan yang dilakukan di gereja. Sehingga terbukti bahwa kesulitan dalam membagi

waktu dapat diatasi apabila ada kerjasama yang baik antar penatua.

 Pekerjaan memang harus diakui sebagai sesuatu yang penting, namun peneliti

berpendapat bahwa apabila pekerjaan dikatakan sebagai faktor sehingga sulit untuk

membagi waktu, agaknya alasan tersebut sulit untuk diterima apabila kuantitas dari
78

penatua memadai dalam pelayanan gereja. Peneliti melihat kembali kepada gereja dengan

jumlah penatua yang minim, seperti gereja pagaran dengan satu penatua. Apabila

pekerjaan menjadi alasan utama, tentu penatua ini seharusnya juga memiliki pekerjaan

dalam memenuhi kebutuhan yang harus dilakukan, namun yang terjadi justru penatua

tersebut bekerja sendiri dan tidak memiliki rekan dikarenakan jemaat yang enggan

menjadi penatua. Penatua tersebut tentu memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi,

terlebih lagi dia hanya melakukan pelayanan dengan tenaga dan pikirannya sendiri di

gereja pagaran tersebut. Namun fakta membuktikan bahwa beliau dapat mengerjakannya

dengan baik, bahkan dengan usia yang sudah tua. Sehingga ketika pekerjaan dijadikan

alasan sehingga tidak dapat membagi waktu, beberapa penatua membuktikan bahwa

mereka dapat mengerjakannya dengan baik meskipun ada kesibukan tertentu.

 Peneliti beranggapan bahwa alasan tersebut muncul dikarenakan pikiran jemaat yang

memang masih berfokus kepada hasil yang berupa materi demi mendukung

perekonomian. Penatua dalam pelayanan gereja sama sekali tidak memiliki gaji yang

dapat menopang dan memenuhi kebutuhan ekonomi dan kehidupan, sehingga pusat dan

perhatian kebanyakan jemaat masih berfokus untuk memperbaiki perekonomian terlebih

dahulu.

 Alasan lain dari jemaat yang diungkapkan pada proses wawancara yaitu

ketidaksanggupan untuk menjalankan tanggungjawab dari penatua. Melalui landasan

teori yang telah dituliskan pada bab II dapat dipahami bahwa tentu tanggungjawab

penatua merupakan tanggungjawab yang tidak main-main dan tidak dapat dianggap

rendah. Tanggungjawab penatua melibatkan pelayanan kepada jemaat sehingga tentu

dapat dikatakan bahwa tanggungjawab penatua sebagai tanggungjawab yang berat.


79

Bahkan beberapa penatua yang merupakan narasumber membenarkan hal tersebut

dengan mengungkapkan kesulitan dan hambatan masing-masing dalam menjalankan

tugas dan tanggungjawab penatua. Oleh karena itu berbicara mengenai tanggungjawab

dapat dikatakan bahwa tentu dalam menjalankannya merupakan hal yang berat.

 Namun disatu sisi, dalam proses wawancara dengan penatua, beberapa dari mereka

mengatakan bahwa tanggungjawab akan menjadi ringan dan tidak menjadi berat apabila

mengerjakannya berdasarkan keinginan dan hati pribadi. Pendapat tersebut kemudian

memunculkan pemikiran bahwa minat untuk melakukan sesuatu termasuk menjalankan

tugas dan tanggungjawab sebagai penatua merupakan hal yang penting. Berdasarkan

pengertiannya, minat berarti keinginan untuk mempelajari sesuatu, minat juga dapat

diartikan sebagai keingina, kesukaan dan juga kemauan dari diri sendiri untuk melakukan

sesuatu.115 Sehingga ketika tidak ada muncul minat dalam diri seseorang tentu dalam

melakukan suatu tugas dan tanggungjawab berbagai alasan dan faktor tertentu akan

muncul. Minat yang berasal dari diri sendiri mendorong seseorang untuk berkemauan dan

melakukan sesuatu termasuk untuk menjadi penatua dibutuhkan minat dari diri sendiri

dalam menjalankannya. Terbukti dari beberapa penatua yang telah diwawancarai dan

mengaku bahwa dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab penatua, hambatan dan

tantangan tidak menjadi penghambat karena mereka mengatakan bahwa mereka menjadi

penatua berdasarkan keinginan sendiri dan kemauan sendiri. Terbukti pula dari pelayanan

yang tetap berjalan meskipun para penatua tersebut memiliki kesibukannya masing-

masing. Melalui penelitian ini dapat dilihat bahwa kurangnya minat untuk menjadi

penatua dipengaruhi oleh beberapa alasan yang justru semakin mengubur minat tersebut.

115
Dimuat pada bab II poin 2.1.4. mengenai minat jemaat.
80

Paradigma dan juga stigma terhadap penatua yang harus menjadi teladan bahkan

dijadikan alasan sehingga menurunkan minat dari diri sendiri dan menutup diri.

 Pada tata dasar dan tata laksana HKBP 2002 setelah amandemen ketiga dikatakan bahwa

syarat untuk menjadi penatua poin yang pertama yaitu warga jemaat yang

mempersembahkan dirinya menjadi penatua di jemaat. Dengan poin tersebut, gereja

sudah memastikan bahwa minat dari diri sendiri merupakan titik dasar untuk menjadi

penatua. Kata mempersembahkan pada poin pertama ini bisa diartikan bahwa jemaat

yang ingin menjadi penatua harus terlebih dahulu memiliki minat sehingga kata

mempersembahkan berarti jemaat memiliki minat yang penuh untuk melakukan

pelayanan gereja.

 Melalui hasil penelitian dan analisa penelitian dapat dikatakan bahwa jemaat memiliki

minat yang rendah untuk menjadi penatua meskipun menganggap bahwa peran dan

tanggungjawab penatua dalam pelayanan gereja merupakan hal yang penting. Faktor

yang menyebabkan hal tersebut diantaranya usia yang dianggap masing terlalu muda,

menganggap diri sendiri belum bisa menjadi contoh bagi jemaat, tidak bisa membagi

waktu antara pekerjaan dan tanggungjawab menjadi penatua, ketidaksanggupan untuk

menjalankan tanggungjawab, dan kurangnya pengalaman sebagai penatua di dalam

pelayanan gereja.

 Adapun tindakan yang telah dipertimbangkan gereja apabila kemudian pertumbuhan

minat dari warga gereja untuk menjadi penatua tidak kian bertambah besar, keterangan

yang didapatkan dari pendeta resort bahwa terpaksa para penatua yang seharusnya telah

pensiun tetap diaktifkan sebagai penatua dan diperpanjang masa pelayanannya di gereja.

4.2. Rencana Aksi


81

Berdasarkan hasil penelitian dan juga analisa penelitian, maka rencana aksi yang dapat

disusun berdasarkan hasil dan analisa penelitian adalah sebagai berikut:

1. Gereja mempersiapkan para jemaat untuk menjadi penatua dengan memperkenalkan

kepada jemaat mengenai tugas dan tanggungjawab dari penatua.

2. Gereja menyusun program secara berkala dan konsisten mengenai sosialisasi terhadap

peran dan juga tanggungjawab penatua.

3. Gereja dengan programnya menyadarkan jemaat bahwa kehadiran dari penatua dalam

pelayanan gereja merupakan hal yang sangat penting.

4. Gereja menyusun sosialisasi kepada para jemaat untuk menyadarkan pentingnya peran

dan tanggungjawab menjadi penatua.

5. Gereja menanamkan rasa tanggungjawab dalam diri jemaat sehingga kebanyakan jemaat

merasa bahwa pelayanan gereja merupakan hal yang penting.

Melalui hasil penelitian dan juga analisis penelitian, rumusan masalah yang telah ditetapkan

sudah terjawab. Peranan penatua dalam perspektif pendeta, penatua, dan juga jemaat dari HKBP

Hataran Jawa Ressort Hataran Jawa beserta gereja-gereja pagaran telah menjalankan perannya

dengan baik. Meskipun salah satu jemaat mengatakan dan menilai bahwa terdapat penatua yang

belum menjalankan secara maksimal panggilannya sebagai penatua, hal tersebut juga dibenarkan

dengan keterangan dari pendeta resort yang juga mengatakan bahwa terdapat beberapa penatua

di gereja-gereja pagaran yang masih belum maksimal dalam menjalankan perannya. Tantangan

dan hambatan yang dialami oleh para penatua juga beraneka ragam. Mulai dari penatua yang

merasa bahwa menghadapi jemaat yang memiliki keinginan beribadah rendah merupakan suatu

tantangan, ada juga penatua yang menganggap bahwa jemaat yang lebih mementingkan
82

pekerjaan termasuk pada hari minggu juga merupakan hambatan. Rencana aksi telah disusun

seperti yang telah dipaparkan pada poin 4.2. mengenai rencana aksi.

Hipotesa yang telah ditetapkan yaitu penatua merupakan jabatan gerejawi yang penting

dalam gereja HKBP sebab tanggungjawab yang diemban penatua juga tentu sangat penting,

keadaan itu menyebabkan jemaat menunda keinginan menjadi penatua dengan beberapa

pertimbangan yang berkaitan dengan kesibukan diri, pengalaman diri dan ketidaksanggupan

melaksanakan tugas penatua secara pribadi. Setelah pelaksanaan penelitian dan analisa hasil

penelitian, hipotesa dapat dibuktikan. Terlihat melalui uraian hasil penelitian dan juga analisa

hasil penelitian bahwa seluruh narasumber menganggap penatua merupakan jabatan gerejawi

yang penting dalam gereja HKBP. Tanggungjawab yang penting itu juga yang menyebabkan

jemaat mempertimbangnkan kemudian menunda keinginan mereka untuk menjadi penatua

dengan pertimbangan-pertimbangan seperti pekerjaan, ketidaksanggupan, pengalaman yang

kurang. Bahkan didapatkan juga terdapat faktor lain dari yang diuraikan sebagai hipotesa, umur

juga menjadi faktor yang menyebabkan jemaat memiliki minat yang kurang untuk menjadi

penatua.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
83

Setelah hasil penelitian diuraikan dan setelah analisa penelitian dilakukan untuk

menjawab tiga rumusan masalah maka dihasilkan kesimpulan yakni:

1. Keseluruhan narasumber, baik pendeta resort, para penatua dan juga jemaat menganggap

dan mengakui bahwa peran penatua dalam pelayanan gereja di HKBP Ressort Hataran

Jawa termasuk gereja-gereja pagaran melakukan peran mereka dengan baik. Namun

pendeta resort sendiri menilai bahwa terdapat beberapa penatua yang belum menjalankan

tugas mereka dengan baik, hal tersebut juga diutarakan oleh salah seorang dari

narasumber yang merupakan jemaat, beliau juga beranggapan bahwa masih ada penatua

yang belum melakukan panggilannya sebagai penatua dengan maksimal.

2. Tantangan dan hambatan yang dialami oleh para penatua dalam menjalankan tugas dan

juga tanggungjawabnya melalui wawancara penelitian, didapatkan keterangan bahwa

para penatua memiliki tantangan dan hambatannya masing-masing. Beberapa hambatan

yang dimaksud yaitu: Membagi waktu, menghadapi jemaat yang jarang beribadah

dikarenakan pekerjaan, mempelajari musik, dan juga menghadapi jemaat yang sulit

membayarkan kas gereja.

3. Beberapa penatua juga mengatakan bahwa mereka tidak mengalami tantangan dan

hambatan yang berat. Mereka beranggapan bahwa selama pekerjaan dan juga

tanggungjawab tersebut dikerjakan berdasarkan keinginan pribadi, maka tantangan dan

hambatan tidak akan dirasakan.

4. Melalui hasil penelitian dan analisa penelitian dapat dikatakan bahwa jemaat memiliki

minat yang rendah untuk menjadi penatua meskipun menganggap bahwa peran dan

tanggungjawab penatua dalam pelayanan gereja merupakan hal yang penting.


84

5. Faktor penyebab dari kurangnya minat jemaat untuk menjadi penatua yaitu persepsi

jemaat yang melekat pada penatua yang menganggap bahwa penatua memiliki tugas dan

tanggungjawab yang berat. Penatua juga harus menjadi contoh bagi jemaat yang dilayani.

Sehingga justru hal tersebut memunculkan penilaian jemaat terhadap diri mereka sendiri

bahwa mereka belum mampu untuk menjalankan tanggungjawab yang berat tersebut,

mereka juga beranggapan bahwa mereka belum mampu untuk menjadi contoh karena

adanya perilaku dari dir mereka sendiri yang menurut mereka buruk, kurangnya

pengalaman, tidak mampu membagi waktu, dan juga karena usia yang menurut beberapa

narasumber mereka masih terlalu muda.

6. Adapun tindakan yang telah dipertimbangkan gereja apabila kemudian pertumbuhan

minat dari warga gereja untuk menjadi penatua tidak kian bertambah besar, keterangan

yang didapatkan dari pendeta resort bahwa terpaksa para penatua yang seharusnya telah

pensiun tetap diaktifkan sebagai penatua dan diperpanjang masa pelayanannya di gereja.

7. Rencana aksi telah disusun seperti berikut:

 Gereja mempersiapkan para jemaat untuk menjadi penatua dengan

memperkenalkan kepada jemaat mengenai tugas dan tanggungjawab dari penatua.

 Gereja menyusun program secara berkala dan konsisten mengenai sosialisasi

terhadap peran dan juga tanggungjawab penatua.

 Gereja dengan programnya menyadarkan jemaat bahwa kehadiran dari penatua

dalam pelayanan gereja merupakan hal yang sangat penting.

 Gereja menyusun sosialisasi kepada para jemaat untuk menyadarkan pentingnya

peran dan tanggungjawab menjadi penatua.


85

 Gereja menanamkan rasa tanggungjawab dalam diri jemaat sehingga kebanyakan

jemaat merasa bahwa pelayanan gereja merupakan hal yang penting.

8. Hipotesa yang telah ditetapkan yaitu penatua merupakan jabatan gerejawi yang penting

dalam gereja HKBP sebab tanggungjawab yang diemban penatua juga tentu sangat

penting, keadaan itu menyebabkan jemaat menunda keinginan menjadi penatua dengan

beberapa pertimbangan yang berkaitan dengan kesibukan diri, pengalaman diri dan

ketidaksanggupan melaksanakan tugas penatua secara pribadi. Setelah pelaksanaan

penelitian dan analisa hasil penelitian, hipotesa dapat dibuktikan. Terlihat melalui uraian

hasil penelitian dan juga analisa hasil penelitian bahwa seluruh narasumber menganggap

penatua merupakan jabatan gerejawi yang penting dalam gereja HKBP. Tanggungjawab

yang penting itu juga yang menyebabkan jemaat mempertimbangnkan kemudian

menunda keinginan mereka untuk menjadi penatua dengan pertimbangan-pertimbangan

seperti pekerjaan, ketidaksanggupan, pengalaman yang kurang. Bahkan didapatkan juga

terdapat faktor lain dari yang diuraikan sebagai hipotesa, umur juga menjadi faktor yang

menyebabkan jemaat memiliki minat yang kurang untuk menjadi penatua.

5.2. Saran
86

1. Gereja melakukan pengawasan kepada tiap-tiap jemaat, mengatamati dan juga

memperhatikan dengan baik perilaku dari tiap-tiap warga jemaat, dengan tujuan untuk

mendapatkan jemaat-jemaat tertentu yang menurut pengamatan para majelis gereja dapat

direkomendasikan sebagai penatua.

2. Gereja melakukan pendekatan kepada para jemaat, seperti melakukan kunjungan khusus

kepada jemaat-jemaat yang telah diamati dan sudah dianggap layak untuk menjadi

penatua dan berdiskusi mengenai hal tersebut.

3. Menunjukkan pelayanan yang maksimal di depan seluruh jemaat, dan juga menerangkan

kepada jemaat bahwa peran dan juga tanggungjawab penatua bukan tanggungjawab yang

harus dianggap sebagai beban yang memberatkan.

4. Menunjukkan partisipasi yang baik dalam kehidupan bermasyarakat untuk menarik dan

juga menumbuhkan minat jemaat untuk menjadi penatua.

5. Gereja harus menciptakan lingkungan jemaat dimana para penatua dapat berinteraksi

secara intens kepada para jemaat sehingga kehadiran para penatua lebih terasa

dibandingkan sebelumnya. Dengan demikian akan menumbuhkan simpati dalam diri

jemaat dan keinginan untuk memahami peran dan tanggungjawab dari penatua.
87

Anda mungkin juga menyukai