NIM : 18.3373
(Studi Kasus Minimnya Minat Jemaat terhadap Jabatan Penatua di Gereja HKBP Ressort
Hataran Jawa)
BAB I
PENDAHULUAN
Penatua dalam gereja HKBP memiliki peranan penting dalam bidang pelayanan gereja.
Menurut aturan peraturan HKBP, penatua adalah orang-orang yang mau memberikan dirinya
untuk melayani di tengah-tengah gereja. 1 Kata memberikan menjadi kata kunci untuk memahami
bahwa seorang penatua telah memilih untuk melayani gereja sehingga kata memberikan dapat
dipahami sebagai suatu penyerahan diri untuk melayani. Pelayanan yang diberikan oleh penatua
dapat dikatakan sebagai pelayanan yang memberikan dampak, dalam artian bahwa ketika
pelayanan yang dilakukan merupakan melayanan yang memang menunjukkan pemberian diri
secara penuh maka gereja yang dilayani oleh penatua memiliki kemungkinan besar untuk
berkembang. Penatua merupakan salah satu jabatan pelayanan di tengah-tengah gereja yang
Menurut J.R.Hutauruk jabatan sebagai penatua merupakan jabatan yang bersifat dinamis,
artinya ada batasan, dan juga diharapkan adanya pertukaran dan pergantian. Sehingga ketika
HKBP menyusun konsep Tata Gereja 1982,1994 dan juga 2002 pelayanan penatua sudah
dibicarakan agar menjadi jabatan yang memiliki periode, dengan tujuan supaya jabatan itu
bersifat dinamis.3 Dengan pemahaman itu jabatan sintua kemungkinan dapat diinovasi sesuai
dengan perkembangan pemikiran dari para penerus. Sebagaimana dikatakan oleh J.R. Hutauruk
bahwasanya, jemaat dengan penatua yang terus beregenerasi tentu dapat menghadirkan inovasi-
inovasi yang baru dan pemikiran yang berkembang pula. Dengan demikian gereja tidak menjadi
gereja yang statis namun menjadi gereja yang dinamis. Keberlangsungan gereja dapat menjadi
sesuatu yang memiliki perkembangan ketika pelayanan para penatua juga berkembang.
Andar Lumbantobing mengatakan bahwa penatua merupakan orang yang penting dalam
gereja dimana penatualah yang menjadi wakil dari seorang pendeta ketika pendeta memiliki
kendala, penatua jugalah yang memperhatikan jemaat untuk mengetahui apa yang menjadi
kebutuhan jemaat.4 Lebih lanjut menurut Andar Lumbantobing dalam kajian sejarah yang dia
lakukan bahwa Nommensen yang baru tiba di Barus melakukan beberapa hal seperti mencari
orang yang dapat membantunya dan bersedia membantunya dalam melakukan tugasnya dan
melayani masyarakat Batak pada masa itu. Dia juga mengutip perkataan Warneck yang
mengatakan bahwa tenaga-tenaga penatua yang oleh Nommensen dengan tekun dibimbing dalam
pekerjaan di jemaat-jemaat baru itu telah memperlihatkan keberhasilan. 5 Sehingga penatua yang
terpilih diberikan tugas untuk mewakili Nommensen melakukan pelayanan kepada masyarakat
Batak pada masa itu dan juga turut membantu Nommensen untuk memahami budaya Batak. 6
3
J.R.Hutauruk, Menata Rumah Allah, (Tarutung: Kantor Pusat HKBP, 2008) 29
4
Andar Lumbantobing, Makna Wibawa Jabatan dalam Gereja Batak, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2022) 145
5
Andar Lumbantobing, Makna Wibawa Jabatan dalam Gereja Batak, 145
6
Andar Lumbantobing, Makna Wibawa Jabatan dalam Gereja Batak, 146
3
Sehingga dari kajian sejarah tersebut, dapat diketahui bahwa penatua memiliki peranan sebagai
rekan sekerja dari pemimpin jemaat, untuk membantu mengawasi, merawat serta melayani para
jemaat. Peran tersebut dibutuhkan dengan tujuan untuk keberlangsugan serta pembangunan
jemaat dengan proses yang baik dan berkembang dengan baik. Penatua yang memberikan dirinya
untuk menjadi rekan, melayani setiap orang dengan penuh tanggungjawab. Sehingga jabatan dan
juga peran sebagai penatua merupakan peran dengan tanggungjawab yang penting.
Hal yang serupa juga dikemukakan oleh Lothar Schreiner dalam tulisannya. Dia juga
menggunakan perspektif sejarah untuk melihat peranan penatua dalam gereja Batak. Dimana
peranan penatua dalam gereja Batak memiliki peranan penting. Gereja Batak yang pada masa itu
masih kental dengan perspektif suku yang mendalam. Peranan dari para penatua pada masa itu
yaitu mencurahkan perhatian mereka terhadap desa dan memajukan agama Kristen di gereja itu.
Kemudian para penatua tersebut melakukan kunjungan kepada wilayah-wilayah yang masih
sangat kental dengan agama suku.7 Dari perspektif sejarah tersebut dapat dilihat peranan para
penatua untuk menjaga dan juga membuat kekristenan menjadi berkembang di wilayah yang
dipercayakan kepadanya. Konteks masyarakat Kristen khususnya gereja Batak memang tidaklah
seperti pada masa para misionaris, namun dari penjelasan-penjelasan yang dipaparkan dapat
dilihat peranan dari penatua masih tetap sama yaitu memperhatikan, menjaga dan membuat
jemaat berkembang secara Iman dan juga secara psikologis. Perspektif sejarah tersebut
menunjukkan kembali bagaimana peranan penatua yang sebenarnya diharapkan. Gereja Batak
dari awal membutuhkan penatua sebagai rekan dan bagian dari gereja untuk membuat gereja
berkembang.8
7
Lothar Schreiner, Adat dan Injil: Perjumpaan Adat dengan Iman Kristen di Tanah Batak, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2019) 49
8
Lothar Schreiner, Adat dan Injil: Perjumpaan Adat dengan Iman Kristen di Tanah Batak, 49
4
J.l. Ch. Abineno mengatakan bahwa anggota jemaat yang sudah dipilih dan diangkat
menjadi pelayan gerejawi, seharusnya dapat menghidupi panggilannya, meyakini bahwa mereka
dipilih oleh Allah. Tidak ada alasan untuk meninggikan diri atau merasa memiliki kekuasaan
yang besar di tengah-tengah gereja. Para penatua tadi harus melakukan tugas tanggung jawabnya
dengan bersungguh-sungguh melayani jemaat (bnd Efesus 4: 11-12). Dalam bahasa Yunani
sendiri ada 2 kata yang merujuk kepada kata “Penatua”, yang pertama presbyteros dimana
kemudian kata ini berkembang menjadi imam. Kata kedua ialah episkopos, kata ini kemudian
berkembang menjadi “uskup”, dan kata episkopos memiliki arti penilik dan lebih cocok kepada
penatua.9 Penilik sendiri bisa diartikan mengawasi, penatua memiliki tugas mengawasi di tengah-
tengah jemaat. Tentu ketika kita memiliki tugas untuk mengawasi hal tersebut tidak bisa
dilakukan hanya sekali dua kali, harus dilakukan secara intensif, dalam arti dilakukan dengan
sungguh-sungguh.
Sebagai seorang yang terpanggil, penatua harus datang ke tengah-tengah jemaat sebagai
pribadi yang melayani yang mengarahkan jemaatnya kepada hidup yang lebih baik dan
membangun jemaat yang dilayani secara rohani sesuai dengan tri tugas panggilan gereja
(Marturia, Diakonia, Koinonia). Tentu dalam pelayanannya penatua tidak bisa berdiri sendiri,
penatua juga harus membangun relasi dengan para pelayan gereja lainnya, sehingga terjalin
kerjasama pelayanan yang dibangun bisa lebih efektif. Penatua bukanlah satu-satunya pejabat
dalam jemaat. Penatua juga melayani bersama-sama dengan pelayan yang lain. 10 Tugas mereka
yaitu memberikan pengajaran-pengajaran yang benar dan harus secara benar disampaikan sesuai
dengan kehendak Allah. Pelayan-pelayan Gereja harus melaksanakan pelayanan Firman dengan
setia, dan ajaran keselamatan tidak boleh mereka palsukan, tetapi harus mereka ajarkan kepada
9
J.L.CH. Abineno, Penatua Jabatan dan Pekerjaannya,15
10
J.L.CH. Abineno, Penatua Jabatan dan Pekerjaannya,16
5
umat Allah secara murni dan utuh. 11 Maka dari sini kita melihat para penatua harus dengan serius
melakukan pengajaran yang dapat membantu jemaat dalam pertumbuhan iman yang sejati.
Pertumbuhan Iman hanya dapat terjadi apabila para penatua memahami tanggungjawab dan juga
peranan mereka sebagai penatua. Berdasarkan pemahaman tersebut, penatua dapat dikatakan
juga sebagai tonggak utama untuk pertumbuhan jemaat. Penatua tidak harus selalu berfokus
kepada pendeta dan selalu merasa pendetalah yang harus banyak berperan.
Penatua merupakan pelayan gereja yang terpanggil dari tengah-tenga jemaat, yang
bertugas atau yang melayani sesuai dengan tri tugas panggilan gereja (Marturia, Diakonia,
Koinonia). Hal Tersebut juga tertuang dalam konfessi HKBP 1951, pasal 9 tentang pelayan
gereja, bahwasanya orang Kristen terpanggil untuk menjadi saksi Kristus dimana Allah
memanggil jemaat di tengah-tengah gereja sesuai dengan tugas Kristus yang tiga itu: Nabi, Imam
dan Raja (1 Kor. 12:28).12 Bukan hanya itu, tugas dan tanggung jawab penatua HKBP juga
tertera di dalam Agenda HKBP sebagai tugas pokok yang harus dijalankan dan dilaksanakan
sebagai bentuk tanggung jawab pelayanan dalam menjalani tugas Tersebut. Karena memang bisa
dikatakan, walaupun secara jam kerja, Penatua merupakan pelayan paruh waktu, para penatua
inilah biasanya senantiasa mau membantu para pelayan penuh waktu yang ada di gereja untuk
bersama-sama melayani jemaat. Dalam Jemaat kita sebagai jemaat protestan jabatan penatua
menempati suatu tempat yang penting.13 Sehingga ketika tugas panggilan ini dilakukan secara
serius, akan berdampak pada kemajuan pelayanan ditengah-tengah gereja terlebih dalam hal
pembanguan jemaat. Sehingga jemaat boleh betul-betul merasakan kehadiran Allah dalam
11
Yohanes Calvin, Institutio, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, cet ke-6, 2008), 106
12
Huria Kristen Batak Protestan, Pengakuan Iman, (Kantor Pusat HKBP, Pearaja Tarutung, 2002), 63
13
J.L.CH. Abineno, Penatua Jabatan dan Pekerjaannya, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, ttp), 1
6
Dalam kajian ini penulis melakukan studi kasus terhadap situasi di gereja HKBP Ressort
Hataran Jawa. Observasi sementara penulis, terdapat penatua di gereja HKBP Ressort Hataran
Jawa termasuk dibeberapa gereja pagaran dari Ressort tersebut yang memiliki penatua dengan
usia yang sudah hampir menginjak usia pensiun sesuai dengan ketentuan HKBP. Sehingga
dibutuhkan adanya pengganti sebagai seorang penatua. Namun minat dari jemaat untuk menjadi
penatua di gereja HKBP Ressort Hataran Jawa dapat dikatakan cukup rendah, sehingga untuk
menemukan pengganti dari para penatua dengan usia tua tersebut cukup sulit. Oleh sebab itu lah
penulis ingin mengkaji serta meneliti penyebab dari menurunnya minat dari jemaat untuk
menjadi penatua di HKBP Ressort Hataran Jawa. Hal tersebut akan dikaji dalam tulisan ini
dengan judul:
(Studi Kasus Minimnya Minat Jemaat terhadap Jabatan Penatua di Gereja HKBP
II.Rumusan Masalah
2.1. Bagaimana peranan penatua di dalam kehidupan jemaat HKBP Ressort Hataran Jawa?
2.2.Apa saja tantangan dan hambatan yang dialami penatua dalam menjalankan tugas
2.3. Rencana aksi apa yang perlu dilakukan untuk menumbuhkan minat jemaat menerima tugas
III.Tujuan Penulisan
7
3.1.Menggali serta meneliti pandangan dari jemaat HKBP Ressort Hataran Jawa terhadap jabatan
Penatua.
3.2.Mengkaji pemahaman dari jemaat HKBP Ressort Hataran Jawa terhadap jabatan Penatua.
3.3.Mengkaji apakah terdapat jemaat dari HKBP Resort Hataran Jawa yang mau dan bersedia
IV.Manfaat Penulisan
4.1.Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari tulisan dan penelitian ini yaitu menjelaskan dan memaparkan
pentingnya peranan penatua secara teoritis dalam gereja melalui kajian-kajian terhadap literatur
dan juga kajian dalam penelitian nantinya. Akan dipaparkan juga secara teoritis yang menjadi
tanggungjawab dari penatua dalam pembangunan jemaat terkhusus dalam gereja Batak.
4.2.Manfaat Praksis
Manfaat praksis dari tulisan dan penelitian ini yaitu dengan kasus ini diharapkan bahwa
informasi yang diberikan melalui hasil penelitian dapat memberikan pemahaman dan juga
V.Hipotesa
Penatua merupakan jabatan gerejawi yang penting dalam gereja HKBP sebab
tanggungjawab yang diemban penatua juga tentu sangat penting, keadaan itu menyebabkan
jemaat menunda keinginan menjadi penatua dengan beberapa pertimbangan yang berkaitan
8
dengan kesibukan diri, pengalaman diri dan ketidaksanggupan melaksanakan tugas penatua
secara pribadi.
VI.Metodologi Penelitian
Penelitian ini didasari pada pendekatan kualitatif yang menunjuk kepada prosedur-
prosedur riset yang menghasilkan data kualitatif tanpa ungkapan atau catatan seseorang atau
tingkah laku yang diobservasi, serta mengarah kepada keadaan-keadaan secara holistik (utuh).
Metode kualitatif memungkinkan peneliti memahami secara personal dan memandang subjek
tersebut maka peneliti harus dapat “menangkap” proses interpretasi dan melihat segala sesuatu
dari sudut pandang orang yang diteliti. Pendekatan ini berasumsi bahwa peneliti tidak memahami
arti segala sesuatu dari orang-orang yang sedang diteliti. Menggunakan pendekatan-pendekatan
ini peneliti berusaha mendalami aspek “subjektif” dari perilaku manusia dengan cara ‘masuk’ ke
dunia konseptual orang-orang yang diteliti. Dengan cara tersebut diharap peneliti dapat mengerti
VII.Sistematika Penulisan
I.Pendahuluan
Penulis akan memaparkan latar belakang dari judul penulis. Dalam bab ini dituliskan
rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan dan juga hipotesa dari sajian dan
metodologi penelitian.
II.Landasan Teori
14
Bagong Suyanto, dkk. Metode Penelitian Sosial-Berbagai Pendekatan Alternatif, (Jakarta: Prenadamedia Group,
2005), hlm 166
15
Bagong Suyanto, dkk, hlm 168
9
Memaparkan teori yang menjadi landasan dalam penulisan. Dalam bab ini memuat
etimologi dan terminologi dari penatua dan HKBP, memuat landasan biblis dari penatua,
memuat pandangan para ahli mengenai penatua dan juga pandangan dokumen HKBP mengenai
penatua.
Penulis juga memaparkan isi dari ajaran atau pun konfesi terkait dengan penatua untuk
mendukung sajian dan kajian dari penulis. Dokumen resmi gereja juga akan penulis gunakan
dengan tujuan untuk mengkaji peranan penatua yang ditetapkan dalam gereja HKBP. Sehingga
menjadi jelas mengapa peranan penatua dalam gereja HKBP menjadi sesuatu yang penting dan
yang harus dimiliki. Penulis juga akan mengkaji pandangan Martin Luther terkait dengan kasus
penulis.
III.Metodologi Penelitian
Metodologi yang ingin penulis lakukan yaitu dengan melakukan penelitian kualitatif.
Penyajian dan pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dengan pihak-pihak tertentu
yang nantinya mendukung untuk menjadi sumber data dari penulis. Dengan tujuan pengumpulan
data demi menjawab rumusan masalah dan menemukan kesimpulan sesuai dengan hipotesa
penulis. Penulis juga memaparkan gambaran ringkas tentang lokasi. Kemudian dalam
metodologi penelitian ini, penulis juga akan memaparkan bagaimana data tersebut akan
dianalaisis sesuai dengan hasil wawancara diperhadapkan dengan dokumen dan juga buku-buku
yang mendukung untuk memperoleh suatu sudut pandang yang mendukung pembahasan atau
Penulis akan memaparkan mengenai hasil penelitan dan juga pembahasan mengenai hasil
penelitian. Penulis juga akan melakukan analisis terhadap data-data yang telah didapat oleh
penulis melalui metode-metode yang penulis lakukan seperti wawancara. Sehingga dari hasil
penelitian yang telah dianalisis tersebut penulis dapat merumuskan suatu rencana aksi terkait
Pada bagian ini penulis akan meyimpulan keseluruhan pembahasan penulis dengan
menemukannya melalui data dan kajian penulis sehingga dapat mencakup keseluruhan
pembahasan dan juga memperhadapkannya dengan hipotesa penulis untuk menentukan apakah
hipotesa penulis benar atau tidak. Penulis juga akan memaparkan saran yang dapat penulis
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.1. Jabatan
Jabatan menurut Mustadin Taggala adalah identitas yang dirancang untuk memudahkan
dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Dia mengatakan bahwa dalam jabatan terdapat tugas
dan juga tanggungjawab yang melekat sehingga tugas yang dilaksanakan ditentukan oleh minat
Pengertian lain dari jabatan yaitu kelompok posisi yang sama dalam tingkatan pekerjaan
dan juga jenis pekerjaan. Jumlah orang atau pun kelompok dalam suatu organisasi bergantung
pada ukuran organisasi yang bersangkutan. Sehingga banyaknya jabatan dipengaruhi oleh besar
kecilnya suatu organisasi.17 Sehingga dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa jabatan
merupakan posisi dalam suatu pekerjaan yang di dalamnya terdapat tugas dan juga
tanggungjawab yang harus dikerjakan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan suatu
2.1.2. Penatua
Menurut kamus The International Dictionary of New Testament Theology Volume 1 kata
penatua berasal dari bahasa Yunani yaitu presbuteros atau presbuterion yang digunakan untuk
16
Mustadin Taggala, Analisis Jabatan, (Depok: Kurnia Global Publishing, 2015) 12
17
Mustadin Taggala, Analisis Jabatan, 14
12
menyebut penatua terkhusus dalam teks-teks perjanjian baru. Istilah ini diartikan sebagai
orangtua, penatua dan juga orang yang lebih tua dibandingkan yang lain. Kata ini sendiri berasal
dari kata presbutes yang berarti “orangtua”. Dalam status sosial presbuteros dianggap sebagai
orang-orang yang memiliki kebijaksanaan dan juga dianggap sebagai orang yang disegani.
Meskipun memang pada awalnya kata presbuteros hanya digunakan untuk menyatakan usia
seseorang yang lebih tua, pemaknaan akan kata tersebut kemudian bergesar menjadi suatu status
sosial dalam masyarakat, sehingga presbuteros diberikan kepada para penatua yang dianggap
sebagai orang yang bijak dan berwibawa.18 Orang-orang yang dianggap sebagai penatua dalam
strata sosial dianggap sebagai orang yang pantas untuk memiliki rasa hormat tertinggi dari
masyarakat. Sehingga setiap orang yang diberikan gelar presbuteros merupakan orang-orang
yang menginjak usia 50 tahun ke atas dan dianggap sebagai orang yang pantas untuk dihormati.19
Jabatan ataupun posisi sebagai seorang elders dianggap sebagai komunitas orang-orang
yang mengatur suatu daerah. Para elders dalam komunitasnya dianggap sebagai orang yang
memiliki hak dan juga dianggap sebagai pemimpin dari komunitas mereka tersebut. Sehingga
kepemimpinan dipegang oleh elder tersebut. Pengertian lain dari presbuteros yaitu presbuteros
Dalam bahasa Ibrani kata penatua diartikan sebagai zaqen, Menurut Theological
Dictionary of The Old Testament kata ini berasal dari kata benda zaqan yang berarti janggut
(beard). Dengan demikian kata ini sering digunakan merujuk kepada seorang pria yang memiliki
janggut, dengan kata lain usia yang sudah cukup tua. Dalam perjanjian lama kata zaqen selalu
merujuk kepada orangtua dan juga penatua sebagai orang yang bertanggungjawab dalam suatu
18
Collin Brown (ed), The International Dictionary of New Testament Theology Volume 1 , (USA: Grand
Rapids,1971), 192
19
Collin Brown (ed), The International Dictionary of New Testament Theology Volume 1, 193
20
Collin Brown (ed), The International Dictionary of New Testament Theology Volume 1, 193
13
daerah. Sehingga jelas bahwa kata zaqen selalu diberikan dan dirujuk untuk menyatakan
penatua.21
sebagai pemimpin. Dalam konteks Alkitab elders atau pun penatua-penatua dianggap sebagai
seorang pemimpin. Sehingga kata ini digunakan dalam tulisan-tulisan perjanjian Baru dengan
merujuk kepada para pemerintah pada masa itu. Dengan kata lain kata penatua digunakan kepada
para pemimpin. Paulus beberapa kali menyebutkan peranan dan juga ketaatan kepada
pemerintah. Dalam Ibrani juga dijelaskan mengenai ketaatan kepada pemerintah (Ibrani 13:17).
Oleh sebab itulah secara terminologi kata penatua digunakan untuk menunjukkan kedudukan
2.1.3. HKBP
Maka dengan mengaitkan kedua hal tersebut, minat jemaat secara khusus HKBP
diperhadapkan dengan penatua haruslah memiliki ketertarikan dan juga hubungan secara
psikologis. Secara garis sejarah Terbentuknya suatu gereja ditentukan dalam 3 hal yaitu: Ibadah
pertama gereja tersebut, Baptisan pertama, dan hasil dari Rapat atau pun Sinode. Apabila HKBP
dilahirkan berdasarkan Ibadah pertama maka hari jadi atau hari lahir HKBP adalah pada tahun
1824 dihitung ketika dua misionaris dari gereha Baptist, London, Inggris yaitu Richard Burton
dan Nathanael Ward yang berkhotbah pertama kali di tanah Batak yaitu di Tarutung. Apabila
hari jadi HKBP dilihat dari Baptisan Pertama maka hari jadi HKBP harusnya adalah 31 Maret
1861. Namun tanggal lahir HKBP yang sebenarnya berasal dari rapat atau sinode yang dilakukan
pada 7 Oktober 1861. Sebenarnya rapat atau sinode selalu dilakukan pada tanggal 7 Oktober
21
G. Johannes Botterweck & Helmer Ringgren, Dictionary Of The Old Testmaent Vol.4, (Germany: William B.
Eerdmans Publishing Co, 1980) 123
22
Benjamin L. Merkle, Why Elders? A Biblical And Practical Guide For Church Members, (Michigan: Grand
Rapids, 2009) 17
14
berarti ada kemungkinan bahwa sebelum 7 Oktober 1861 rapat atau sinode juga sudah pernah
dilakukan, maka bisa dikatakan bahwa ada alasan tertentu sehingga penetapan tanggal lahir
Penetapan tanggal lahir HKBP pada 7 Oktober 1861 ditetapkan dengan dasar pemikiran
yang sangat teologis. Rapat atau sinode tersebut sebenarnya bukanlah acara besar-besaran dan
istilah sinode godang bukan berarti jumlah peserta yang datang ke rapat tersebut sangat banyak.
Dan rapat sebelum 7 Oktober 1861 juga sebenarnya pernah dilakukan, maka bisa dikatakan
bukanlah pelaksanaan rapat yang penting disini namun keputusan yang diambil dari rapat
tersebut. Keputusan yang diambil dari sinode pada 7 Oktober 1861 merupakan tonggal penentu
sejarah kelahiran HKBP. Pada 7 Oktober 1861 lah ditetapkan mengenai pembagian wilayah
penginjilan dimana keputusan tersebut dipahami sebagai re-orientasi strategi pelayanan dan tugas
para misionaris sekaligus sebagai perluasan wilayah penginjilan. Keputusan tersebut disemangati
dan didasarkan pada firman Tuhan yang juga diterima oleh para rasul. Berdasarkan Kisah Para
Rasul 15:28 “ Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami”. Sehingga keputusan
dalam rapat dapat dikatakan sebagai hasil dari keputusan Roh Kudus bersama-sama dengan
keputusan para pekerja gereja. Atas keyakinan ini lah keputusan yang diambil dari rapat 7
Oktober 1861 dilihat sebagai keputusan yang benar. Atas keputusan ini juga penginjilan di tanah
Batak mulai mengalami perkembangan. Maka bisa dikatakan bahwa kelahiran HKBP 7 Oktober
1861 dilihat dari gerakan HKBP itu sendiri dalam PI dengan mulai membagi wilayah-wilayah
penginjilan.24
23
Darwin Lumbantobing, Tumbuh Lokal Berbuah Universal, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018) 333-335
24
Darwin Lumbantobing, Tumbuh Lokal Berbuah Universal, 333-335
15
Minat secara etimologi dapat diartikan sebagai usaha dan juga kemauan untuk
mempelajari sesuatu. Sedangkan minat secara terminologi dapat diartikan sebagai keinginan,
kesukaan dan kemauan terhadap sesuatu. Yayat Suhayat dalam tulisannya mengutip beberapa
pandangan untuk mengkaji mengenai minat. Dia mengutip pandangan dari Hilgar yang
menyatakan bahwa minat merupakan suatu proses yang konsisten untuk memfokuskan diri
kepada sesuatu yang ingin ditekuni dengan adanya perasaan senang saat melakukannya.
Sehingga menurut Hilgar, minat secara psikologis akan membangkitkan rasa senang dalam diri
seseorang.25 Yayat Suhayat juga mengutip pandangan dari Andi Marpare yang menyatakan
bahwa minat merupakan suatu “Perangkat” mental yang di dalamnya tercampur perasaan yang
mengarahkan dan juga mengindikasikan individu kepada suatu pikiran tertentu. 26 Sehingga dapat
diartikan bahwa minat merupakan keinginan yang besar yang berkaitan dengan perasaan.
H.C. Witherington mengatakan bahwa minat adalah kesadaran individu bahwa terdapat
sangkut pau antara dirinya terhadap objek lain yang ada di sekitarnya baik itu individu yang lain,
benda, atau pun suatu kegiatan dan situasi. 27 Crow and Crow berpendapat bahwa minat
merupakan sesuatu yang berhubungan dengan daya gerak yan mengakibatkan seorang individu
Sedangkan kata jemaat, dalam konteks perjanjian baru lebih sering digambarkan dengan
gereja. Apabila dikaji melalui teks-teks bahasa Yunani, jemaat selalu disebut sebagai ekklesian
atau pun ekklesia yang mana lebih merujuk kepada jemaat yang merupakan perkumpulan orang
percaya tergabung dalam gereja tersebut. Secara terminologi, menurut Kamus Besar Bahasa
25
Hilgar, dalam Yayat Suhayat, Hubungan Antara Sikap, Minat, Dan Perilaku Manusia, (Artikel Unisma Bekasi,
2009) 8
26
Andi Marpare, dalam Yayat Suhayat, Hubungan Antara Sikap, Minat, Dan Perilaku Manusia, 8
27
H.C. Witherington, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: Aksara Baru, 1982) 122
28
Crow and Crow, dalam Yayat Suhayat, Hubungan Antara Sikap, Minat, Dan Perilaku Manusia, 9
16
Indonesia Edisi Kelima, Gereja diartikan sebagai Tempat ibadah umat Kristen, yang mana dalam
pengertian ini gereja dilihat sebagai gedung ibadah untuk umat Kristen. Menurut KBBI juga di
Secara etimologi gereja dalam Perjanjian Baru diterangkan dengan memakai kata
ekklhsia. Ekklhsia berasal dari kata ek-kaleo yang dapat diartikan sebagai pemanggilan
“kawanan” untuk bersatu, hal tersebut dilihat dari kata kaleo yang merupakan kata kerja yang
berarti memanggil. Sehingga dari kata Yunani nya yaitu ekklhsia dapat diartikan sebagai
penyatuan. Kemudian apabila dilihat dari bahasa Ibrani, kata gereja berasal dari kata qahal yang
diartikan sebagai perkumpulan dari banyak orang yang digambarkan sebagai kawanan domba
Theology Vol.1 dikatakan bahwa gereja pada masa munculnya translasi terhadap Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru, gereja merupakan tempat dimana orang-orang berpolitik. Dalam
gereja lah masyarakat menyampaikan aspirasi mereka terhadap pemerintah dan juga kebijakan-
kebijakan pemerintah. Menurut kamus ini juga bahwa di dalam gereja setiap orang dapat
mengutarakan apapun yang menjadi keluhan dari jemaat tersebut. Sehingga dalam gereja sendiri
sering dilakukan proses pengambilan atau pengumpulan suara dengan tujuan untuk memperoleh
kesepakatan. Hal tersebut terjadi ketika pengaruh besar dari Yunani dan budaya Helenis terjadi. 31
Menurut The Oxford Encyclipedia Ancient Egypt dikatakan bahwa kata lain untuk
menggambarkan atau menyatakan gereja sering digunakan kata synagoge. Dimana dalam
persembahan, berdoa dalam ruang lingkup ceremony keagamaan. Sehingga dalam synagoge
29
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V
30
Jeff A.Banner, New Testament Greek to Hebrew Dictionary, (USA: ) 46
31
Colin Brown (ed.), Dictionary of New Testament Theology Vol.1, (Michigan: Grand Rapids, ) 291-292
17
terjadi proses ritus tertentu dengan konsep keagamaan yang dianut oleh masyarakat pada masa
sebelum munculnya translasi untuk kitab Perjanjian Lama dan juga Perjanjian Baru. 32
Jean Yves Lacoste mengartikan gereja dengan melihat bagaimana pemanggilan terhadap
bangsa Israel dan juga bagaimana pemanggilan Yesus terhadap umat manusia. Dalam perspektif
PL dia mengartikan Gereja dengan melihat bangsa Israel yang terpanggil dan terpilih oleh Allah
sendiri sehingga mereka menjadi umat Allah. Sehingga dalam perspektif PL, bangsa yang
terpanggil dan berkumpul tersebutlah yang kemudian menurut Lacoste menjadi esensi dari
gereja. Kemudian dari perspektif PB dia meliaht bagaimana Yesus yang menjadi kunci utama
yaitu dalam pemanggilan para murid sampai kepada amanat agung yang bertujuan untuk
memanggil dan mengumpulkan orang-orang percaya. Sehingga menurut dia Gereja dapat
diartikan sebagai perkumpulan yang didasarkan dengan pemanggilan yang bertujuan untuk
peribadahan dan secara religius dikatakan bahwa perkumpulan tersebut bertujuan untuk
keutuhan gereja, dia memakai metafora yaitu tubuh Kristus. Dia menggambarkan gereja dengan
metafora tersebut untuk menyatakan bahwa gereja bukan hanya perkumpulan namun juga
perkumpulan dari orang-orang yang majemuk. Sehingga makna atau pengertian terhadap
kesatuan menjadi jelas, bahwa kesatuan yang dimaksud tidak hanya kesatuan yang satu suku atau
pun latarbelakang namun kesatuan yang dimaksud adalah kesatuan dalam Kristus. Sehingga
apabila dikaji menurut pandangan Paulus, latarbelakang tidak menjadi kendala dalam
pemanggilan dan persekutuan dalam gereja sebagai tubuh Kristus, namun menurut Paulus
32
Donald B.Redford (ed.) The Oxford Encyclopedia Ancient Egypt Vol.1 (New York: Oxford University Press,
2001) 262
33
Jean Yves Lacoste, Encyclopedia of Christian Theology, (New York: Routledge,2004) 299-300
18
disitulah keindahan dari tubuh Kristus sebagai gereja dimana semua disatukan dengan
Gereja akan selalu berproses dan akan selalu berkembang dan menata dirinya untuk
dunia, dengan penataan ini akan membuahkan tri-tugas panggilan gereja yaitu bersekutu
(koinonia), bersaksi (marturia) dan melayani (diakonia). Hal ini ada agar gereja dapat bertumbuh
secara kuantitas dan kualitas (kedewasaan dalam iman anggota jemaat) yang terus bersaksi dan
melayani dunia. Gereja lahir atas pilihan dan panggilan Yesus Kristus, sehingga dalam
persekutuannya juga tidak akan lepas dari peranan dari Roh Kudus yang mempersatukan dan
menguduskan.35
Dalam dunia Israel kuno, istilah penatua disebut dengan zegenim=yang berjanggut, ini
mengacu pada orang tua dalam penjajaran untuk anak laki-laki. Istilah penatua yang disebutkan
pertama kali dalam teks Alkitab adalah “para penatua Israel” Istilah lain untuk sebutan penatua
ini adalah sekelompok orang yang bekerja sebagai penasihat administrasi di istana kerajaan yang
disebut “penatua istana raja” atau singkatnya “penatua” (bnd 2 Samuel 12:17; Kejadian 24:2;
50:7; 1 Raja 12:6-15; Mazmur 105:22).36 Selain itu terdapat juga istilah lain dari penatua yaitu
sebutan untuk tetua kota. Konsep penatua mirip dengan senator dalam bahasa Latin dan syekh
34
Bittlinger dalam Gift and Graces, (London: Hodder and Stoughton, 1967) hal 54-55
35
Lumbantobing, Darwin, Pdt. Dr & Pdt Colan Pakpahan, M.Th, Gerakan Persekutuan Eskatologis, Ekklesiologi,
Jabatan dan Struktur Gereja,…39-40
36
Nili Sacher Fox, In The Service of the King: Officialdom in Ancient Israel and Judah, (Cincinnati: Hebrew Union
Colege Press, 2000), 63-64
37
J. Conrad, “Elder”, dalam Theological Dictionary of the Old Testament, peny., G. Johannes Botterwick and
Helmer Ringgren, terj., David E. Green, (Grand Rapids” Eerdmans Publishing, 2003), 123
19
Posisi penatua di bawah hukum Musa berbeda dengan posisi penatua dalam Perjanjian
Baru. Tampaknya “penatua” memiliki fungsi organik. Masyarakat mereka menghormati mereka
dan mereka sangat berpengaruh bagi masyarakat. Penatua dalam Perjanjian Lama adalah pelayan
dan tetap berada dalam batas-batas mereka. Mreka bekerja bersama dengan para hakim, raja dan
pemimpin bangsa. Memang tanggung jawab mereka terbatas namun sangat penting sebab
mereka diharapkan untuk dapat melakukan pekerjaan Tuhan untuk menggembalakan kawanan.38
Untuk melihat peranan dan juga tugas dari penatua yang terdapat dalam Perjanjian Lama,
penulis mengkaji melalui teks Keluaran 18:19-22. Penatua dalam Perjanjian Lama memiliki
peranan penting terutama dalam bidang agama dan juga dalam bidang etika. Penatua juga
penting ketika terjadi pertengkaran dan juga perseteruan dalam bangsa Israel. Hal tersebut dapat
dilihat dari Allah yang memilih Musa untuk menjadi orang dan juga penatua di tengah-tengah
bangsa tersebut. Bimbingan yang diberikan oleh Musa berasal dari Allah sepenuhnya sehingga
nilai-nilai yang terlihat dari Musa dan juga nasihatnya kepada bangsa Israel mengandung seluruh
nilai dalam berbagai bidang kehidupan seperti keagamaan, etika dan juga politik. Dapat
dikatakan bahwa orang-orang yang dipilih oleh Allah termasuk dalam hal ini adalah Musa
memiliki kemampuan dan karakter yang berbeda dari pada orang-orang yang lainnya, sehingga
orang-orang yang demikian termasuk Musa melayani Allah dan juga umat-Nya.39
Dalam ayat 19 dan ayat 21, Yitro memberikan nasihat kepada Musa dan kemudian Musa
memberikan nasihat kepada bangsa Israel sehingga dapat dikatakan bahwa nasihat yang
diberikan oleh Yitro dan nasihat yang diberikan oleh Musa kepada bangsa Israel merupakan
nasihat yang berasal dari Allah, sehingga baik Yitro dan Musa merupakan rekan kerja Allah
untuk bangsa-Nya. Penerimaan bangsa Israel terhadap nasihat dan bimbingan yang diberikan
38
Conrad, “Elder”, Theological Dictionary of the Old Testament, 120
39
Robert M. Paterson, Kitab Keluaran, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009) 242
20
oleh Musa, dapat dikatakan juga bahwa bangsa Israel telah menerima Allah. Begitu juga ketika
para pembantu Musa memberikan nasihat kepada bangsa tersebut, nasihat itu berasal dari sumber
yang sama sehingga memiliki tujuan yang sama pula. Pemilihan akan pembantu Musa dalam
melaksanakan tugasnya, harus dilakukan dengan sangat hati-hati yang dipilih dari seluruh bangsa
Israel dan mencakup orang-orang yang mampu, tegas dan juga jujur. Sehingga orang-orang
ditetapkan dengan tujuan agar orang-orang yang telah dipilih mampu untuk menjalankan tugas
pelayanan bagi bangsa Israel. Seperti halnya Musa yang telah dipilih oleh Allah sebagai
perantara Allah atas bangsa Israel untuk mencari dan menyelesaikan masalah termasuk
Penatua dalam ayat 21 dianggap sebagai pemimpin bangsa Israel yang mana pemimpin
yang dimaksud tersebut merupakan orang-orang yang takut akan Allah. Sehingga dari
pernyataan tersebut dapat dipaham bahwa penatua haruslah orang-orang yang takut terhadap
Allah. Dengan pemahaman bahwa setiap yang takut kepada Allah tidak akan melanggar perintah
dan perkataan Allah. Dalam Keluaran 18 ini juga dapat dilihat bahwa penatua memiliki sifat
yang membenci pengajaran suap atau pun perilaku suap yaitu perilaku yang gemar mencari
keuntungan atas dirinya sendiri dengan mengorbankan orang lain. 41 Sikap demikian dianggap
sebagai sikap yang tidak jujur dan tidak layak diangkat sebagai penatua atau pun sebagai
pemimpin. Para penatua ditugaskan untuk menciptakan keamanan dan juga menangani perkara-
perkara yang terjadi dalam bangsa Israel sehingga terwujud situasi yang aman dan juga damai
40
John I. Durham, World Biblical Commentary Vol.3, (Colombia: Nelson Reference & Electronic, 1987), 250-252
41
Robert M. Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Keluaran, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009) 242-244
21
dalam bangsa Israel. Usulan Yitro tersebut tidak hanya membantu Musa tetapi seluruh orang
Disebutkan secara umum mengenai fungsi penatua yaitu untuk melayani kapasitas
yudisial. Juga terdapat hukum yang secara khusus menyebutkan peran para tetua yang hanya
berlaku hanya untuk kasus pembunuhan (Ulangan 19:1-13; 21:1-9; Yosua 20:1-9), anak-anak
yang memberontak (Ulangan 21:18-21), perkawinan levirate (Ulangan 25:5-10; Rut 4:1-12), dan
perzinahan (Ulangan 22:!3-21). Juga ada beberapa keterlibatan para penatua dalam transaksi
tanah (mis Rut 4:1-12). Selain itu juga terdapat bagian yang menyebutkan bagaimana sesepuh
dapat berfungsi menjadi wakil komunitas untuk berhubungan dengan orang luar (1 Samuel
16:15).43
Ada bukti bahwa struktur dan fungsi dari tua-tua kota Israel banyak berubah selama
berabad-abad. Perubahan yang paling signifikan yaitu ketika orang-orang Israel diasingkan KKE
Asyur dan ke Babel. Banyak orang-orang yahudi dipendahkan ke kota-kota dan orang-orang non
Yahudi. Dikota itu kemudian mereka membentuk semacam kota dalam sebuah kota, sebuah
“distrik” atau “kawasan” Yahudi. Orang-orang terkemuka dalam komunita Yahudilah kemudian
yang akan melayani sebagai penatua dengan gaya kehidupan yang religious dan berada dalam
sinagoga.44 Perjanjian Lama juga mencatat bahwa ada beberapa kualifikasi bagi seseorang yang
disebut penatua yaitu 1) penatua adalah anggota senior dari keluarga besar, 2) kaya, namun juga
dermawan dan ramah, 3) karakternya mencontohkan standar etika dan moralitas yang paling
dijunjung tinggi oleh masyarakat, 4) ahli dalam “pengetahuan rahasia” rakyatnya (baik dalam hal
keagamaan, adat istiadat maupun sejarah), dan 5) dikenal masyarakat karena keahliannya dalam
42
Robinson Butarbutar, Citra Pemberita Firman dalam Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017) 59
43
J. R. Miller, Elders Lead a Helathy Family: Shared Leadership for a Vibrant Church, (Eugene: Wipf&Stock,
2003), 4
44
J. R. Miller, Elders Lead a Helathy Family: Shared Leadership for a Vibrant Church, 5
22
berpidato, khususnya keahlian persuasif. Juga terdapat beberapa karakteristik, yaitu pertama,
memiliki sifat kekeluargaan, kedua, memiliki moral kebenaran etis dan murah hati yang
ditunjukkan dalam keluarganya dan masyarakat bahwa dia adlah pelayan untuk masyarakat
bukan untuk kepentingan pribadinya sendiri. Ketiga, memiliki pengetahuan dan keterampilan
Kata “penatua” (presbuteros) bukanlah kata untuk babtis, melainkan sebutan untuk
pengajar, pelayan, penilik dan diaken. 45 Tiga bagian dalam Perjanjian Baru menunjukkan bahwa
setiap kota (Tit 1:5). Sama dengan Kisah Para Rasul 14:23, dia memahami bahwa
gereja muda membutuhkan pemimpin yang saleh yang dapat mengajarkan doktrin
sehat dan menyangkal kesalahan (Tit 1:9). Dalam Titus 1:5 disebut tua-tua namun
diayat berikutnya disebut sebagai “penilik” (ay.7). Dalam hal ini Paulus menyebutkan
2. Ketika Paulus mendarat di Miletus, dia memanggil para penatua dari Efesus untuk
(ay 20). Ia mencurahkan isi hatinya kepada mereka dan mendorong mereka untuk
kawanan domba Allah, “yang oleh Roh Kudus telah mnejadikan kamu penilik” (ayat
45
Paul. A. F. Castellano, As it is in Heaven: a Biblical, Historical, and Theological, Introduction, to The Traditional
Church and Her Worship, (USA: Wheatmark, 2021) 103
46
Benjamin L. Merkle, Why Elders? A Biblical and Practical Guidee for Church Members, (Grand Rapids, 2009),
21
23
28). Seperti dalam suratnya kepada Titus, penggunaan kata “penatua” dan “penilik”
kawanan domba Allah yang ada diantara kamu” (1 Pet 5:2). Dalam konteksnya, dia
kawanan. Sama seperti dia, sebagai seorang penatua, maka berusaha untuk memberi
dalam perikop ini, Petrus juga berbicara tentang para oenatua gembala adalah sebagai
“pengawas”.48
jika penatua, penilik merupakan istilah yang berbeda untuk jabatan yang sama. Baru setelah
Perjanjian baru ditutup, para penatua dan uskup (penilik) mulai berpisah sebagai jabatan yang
berbeda.
Ketika membahas penatua dalam Perjanjian Baru maka tidak jauh beda dengan penatua
di dunia Israel kuno yaitu terdapat persamaan yaitu berbasis kekerabatan. Dimana penatua, harus
mengurus rumah tangganya terlebih dahulu dengan baik (bnd. 1 Tim 3:4-5), dan anak-anaknya
juga menjadi bagian dari persekutuan orang percaya (Titus 1:6). Selain itu, penatua harus
memiliki standar hidup yang ramah dan tidak mencintai uang dan tidak rakut akan keuntungan (1
Tim 3:2-3; Tit 1:7). Penatua harus memiliki standar hidup yang teladan dalam hal spiritual, etika
47
Merkle, Why Elders?, 30
48
Merkle, Why Elders?, 32
24
dan moralitas.49 Mereka harus hidup tanpa cela, suami dari satu istri sederhana, bijaksana dan
bermartabat (bnd 1 Tim 3:2) dan ia harus menjadi pecinta kebaikan dan tuan atas dirinya sendiri,
jujur, suci dan dapat menguasai diri (Titus 1:8). Penatua haruslah dapat meneruskan tradisi yaitu
kepercayaan masyarakatnya maka penatua bukanlah orang yang baru bertobat (bnd 1 Tim 3:6)
dan ia harus berpegang teguh pada perkataan yang pasi seperti yang diajarkan agar ia dapat
memberi petunjuk dalam ajaran yang sehat… (Tit 1:9). Terakhir, penatua harus menjadi
pembicara yang baik, mampu meuakinkan anggotanya dan mampu menjadi guru yang tepat (1
Tim 3:2).50
Dalam kitab Perjanjian Baru tidak dijelaskan bagaimana proses pemilihan seorang
penatua. Namun dapat dilihat bahwa jemaatlah yang memilih penatua mereka (Kis. 6: 3-4).
Tugas penatua dalam konteks Perjanjian Baru yaitu untuk mendampingi para rasul dalam
memberitakan firman dan juga mengembangkan jemaat. 1 Korintus 16: 15-16, dapat dilihat
dimana para Rasul meminta agar orang-orang Kristen lebih tunduk kepada mereka yang sudah
terlebih dahulu percaya kepada Yesus, karena dapat dikatakan orang-orang yang demikianlah
1. Watchman Nee
Menurut Watchman Nee dalam bukunya yang berjudul Kehidupan Gereja yang Normal
berpendapat bahwa sebutan kata penatua pada mulanya berasal dari dunia Perjanjian Lama.
Dimana orang-orang Israel disetiap kotanya memiliki penatua. Tidak hanya dalam Perjanjian
49
Gene A. Getz, Elders and Leaders: God’s Plan for Leading the Church, (Chicagi: Moody Publishers, 2003),139-
141
50
Miller, Elders Lead, 10
51
Andar Lumbantobing, Makna Wibawa jabatan dalam Gereja Batak, 342
25
Lama, Perjanjian baru juga menyebutkan mengenai penatua yaitu dalam keempat Injil. Kisah
Para Rasul juga memuat mengenai penatua. Terkait dengan hal kapankan mulainya penatua
diberlakukan dalam sebuah gereja yaitu dengan melihat Alkitab yang mencatat bahwa para
penatua di gereja muncul di Yerusalem namun tidak diketahui bagaimana mereka dilantik.
Alkitab juga mencatat bahwa bahwa Allah tidak berbicara mengenai gereja di Yerusalem yang
diatur, karena Allah tidak bermaksud menjadikan gereja di Yerusalem menjadi contoh kemudian
bagi gereja-gereja lokal. Demikianlah murid-murid Yesus kemudian disebut Kristen ketika di
Yerusalem terdapat penatua namun tetap Alkitab tidak membicarakan mengenai pelantikannya
namun mencatat eksistensinya yang dicatat dalam Kis 11:30 yaitu bagaimana Barnabas dan
Paulus mengantarkan sejumlah uang untuk bantuan gereja dan membantu para penatua yang
melayani disana. Inilah yang menjadi catatan pertama mengenai penatua dalam Alkitab. 52
Setelah para rasul memberitakan Injil bagi gereja setempat demikianlah gereja berdiri.
Kemudian setelah berdirinya gereja maka diperlukan para penilik bagi gereja yang berguna
untuk kepengurusan, pembinaan dan penggembalaan. Maka jika muncul pertanyaan tentang
siapa yang akan bertanggung jawab untuk melakukan pengurusan gereja jawabannya adalah para
penatua yang dilantik menjadi penilik jemaat. Alkitab mencatat ini. Urusan mengenai gereja
berada di tangan para penatua bukan para rasul sebab Allah tidka pernah memanggil dan
mengutus seorang rasul yang bertugas mengurus gerjea dan membina mereka. Pada akhirnya,
Allah berkehendak adalah tanpa “gembala” bukan tanpa orang yang akan bertugas mengurus,
bertanggung jawab dan membina gereja yaitu para penatua yang kemudian di bantu oleh para.
52
Watchman Nee, Kehidupan Gereja yang Normal, (Yayasan Pendidikan Injil, 2020), 56
26
Dalam melakukan pelayanannya rasul tidak hanya hidup dalam satu gereja melainkan harus
Para penatua adalah yang bertugas sebagai penilik jemaat. Penilik berarti pengawas.
Pengawas bukan berarti untuk menggantikan tugas orang lain dalam melakukan pekerjaannya
bahwa saudara-saudaralah yang bekerja, dan tugas seorang penatua adalah sebagai pengawas dan
diantara saudara-saudara itu tidak boleh ada yang menganggur melainkan semuanya harus
bekerja itulah yang menjadi tugas para penatua. Mereka yang disebut sebagai penatua adalah
sebagai pemrakarsa, yang bertugas sebagai penilik. Tugas mutlaknya adalah sebagai komandan.
Ketika ditemukan pekerja yang tidak melakukan pekerjaannya atau melakukan pekerjaannya
dengan nyali yang kecil, tidak berani keluar, apatis, pesimis untuk melakukan pekerjaannya
maka tugas penatualah untuk datang memberi dorongan dan mengingatkan mereka serta
menguatkan mereka. Juga dalam melakukan tugasnya, penatua bukanlah pengganti pekerja yang
lain untuk melakukan pekerjaannya melainkan mengawasi mereka. Pada akhirnya, penatua
bukanlah para pemborong yang melakukan tugas yang tidak dikerjakan oleh para saudara pekerja
Alkitab mencatat bahwa para penatua memiliki dua aspek khusus dalam kewajiabnnya
1. Bersfitaf urusan. Tugas untuk mengurus, menggembalakan dan mengajar adalah tugas
utama para penatua. Mereka memiliki tugas utama untuk mengurus gereja Allah di dunia
ini (bnd 1 Tim 3:5), bertanggung jawab atas semua rencana dan sega urusan dalam suatu
gereja lokal. Berdasarkan hal ini, gereja bukanllah terdiri dari sekelompok orang yang
53
Nee, Kehidupan, 58
54
Nee, Kehidupan, 58
27
pekerja Allah dengan “timbal-balik” sebab gereja adalah satu terhadap yang lain (Rom
12:3) dan tidak ada yang menjadi kepala karena satu-satunya Kepada gereja adalah
Kristus demikianlah tanggung jawab penatua sebagai penilik bukan untuk memerintah
melainkan menjadi teladan (bnd 1 Pet 5:3). Mengenai memerintah dan menjadi teladan
sangat berbeda sekali. Jika memerintah berarti terdapat perintah yang dikeluarkan dan si
pemberi perintah tidak melakukan pekerjaan sama sekali sedangkan menjadi teladan
berarti harus melakukan hal baik sebagai teladan dengan kemudian mengajak orang lain
untuk bersama-sama bekerja. Maka tugas para penatua adalah menjadi teladan dengan
berkerja melakukan yang terbaik dan melalui itu kemudian para penatua menjadi teladan.
2. Bersifat rohani. Para penatua haruslah berkarunia dan dengan karunia itu kemudian dia
dapat melakukan tugasnya dalam aspek rohani. Dalam 1 Timotius 5:17 “penatua-penatua
yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama merkea yang dengan jerih
payah berkhotbah dan mengajar”. Jika pada umumnya tugas mereka adalah mengurus
gereja maka mereka juga harus berkarunia sebab mereka adalah sama seperti seorang
nabi maupun pengajar yang dapat mengajar orang banyak melalui khotbahnya. Melalui
ini adalah tugas khusus para penatua karena Allah telah memilih orang-orang tertentu
yang dianggap mampu untuk melakukan tugas penggembalaan. Mereka kemudian juga
55
Nee, Kehidupan, 60
56
Nee, Kehidupan, 64
28
Pada akhirnya, dapat dilihat bahwa Alkitab pada mulanya mengadakan tugas penatua
atau penilik adalah sebagai pekerja yang mengawasu satu gerjea lokal. Dalam hal ini tidak
pernah ada penilik yang terdiri dari satu orang melainkan terdiri dari beberapa orang. Allah tidak
menginginkan seseorang untuk mengurus gerejanya hanya berdiri pada satu posisi istimewa lalu
membiarkan orang lain utnuk bekerja sendirian dan memaksakan mereka untuk tunduk
kepadanya. Melainkan, Allah menyukai jika dalam sebuah gereja terdapat beberapa ornag untuk
mengurus gerejanya. Cara ini dilakukan oleh Allah pada mulanya adalah untuk melindungi
gereja-Nya agar tidak menjadikan gereja itu milik pribadinya dan mengenakan warna tertentu
sesuai selera pribadinya terhadap gereja. Demikianlah harus tersedia beberapa orang dalam hal
para penatua unutk dapat bersama-sama bertanggung jawab mengurus satu gereja agar tidak ada
yang dapat melakukan tugasnya dengan semena-mena melainkan bekerja bersama dan melihat
2. Alexander Strauch
Strauch berpendapat bahwa penatua sangat diperlukan perannya bagi gereja mula-mula dan hal
ini ditekankan oleh ayat-ayat Alkitab karena kepenatuaan sudah seharusnya menjadi prioritas
utama yang perlu dibicakan dalam hal pastoral dalam jemaat. Dikarenakan banyak sekali muncul
tradisi-tradisi yang sesat para penatua kemudian menjadi benar-benar disalahgunakan dalam
gereja. Sudah banyak cara dilakukan untuk mencengah hal ini semakin marak termasuk dengna
memunculkan banyak buku yang berusaha membahas mengenai pembaruan dan reformasi
gereja. Walau demikian hal ini masih tetap diabaikan. Terdapat persyaratan bagi kepenatuaan,
yaitu dimana harus terdapat sifat tegas sehingga dapat berkualifikasi secara rohani maupun
57
Nee, Kehidupan, 61-63
29
moral. Dalam Perjanjian Baru, dua kali disebutkan bahwa seorang penilik jemaat harus
bersungguh-sungguh dapat memenuhi syarat yaitu tak bercacat, suami dari satu istri, dapat
menahan diri, memiliki anak-anak yang beriman, bijaksana, tidak angkuh, sopan, bukan
pemberang, bukan peminum, bukan pemarah tidak serakah, suka memberi tumpangan, cakap
mengajar orang, sopan, bukan pemimpin, suka akan yang baik, adil, saleh, pendamai, peramah,
bukan hamba uang, mejadi kepada keluarga yang baik dan bukan pemarah, bukan orang yang
baru bertobat, mempunyai nama baik diluar jemaat, dapat menguasai diri dan berpegang kepada
perkataan yang benar supaya dapat menasihati dan meyakinkan(bnd. 1 Tim 3:7; Tit 1:5-9). Itulah
kualifiikasi yang sebenarnya yang dinginkan oleh Allah dan tersurat dalam Alktab. Demikian
banyak sekali terjadi banyak kelemahan yang dikarenakan lalainya para anggota jemaat
memimpin para anggotanya dalam melihat kualifikasi pemimpin yang baik dan benar
berdasarkan Alkitab.58
Beberapa nilai dan sifat yang harus dimiliki oleh penatua adalah sebagai berikut:
1) Menjalin persaudaraan. Alkitab memuat bahwa Allah menetapkan adanya para penatua
untuk melayani di gereja dan memberikan tugas yang khusus yaitu melakukan
penggembalaan dalam gerjea. Dengan adanya para penatua maka diharapkan dapat
mendorong sesama warga gereja untuk meningkatkan tali persaudaraan, keimanan dan
menjadi hamba yang baik bagi gereja. Namun dikarenakan situasi budaya setiap warga
kekeluargaan bagi jemaat. Ini diharapkan untuk meningkatkan tali persaudaraan Kristen
58
Alexander Strauch, Manakah yang Alkitabiah: Kepenatuaan atau Kependetaan?, (Yogyakarta, 2021), 102
59
Strauch, Manakah, 2
30
dan ini adalah rencana Allah. Ini menjadi sangat utama karena dalam gereja, aspek
kekeluargaan adalah penting karena akan memuat mengenai jalinan antar manusia hingga
hubungan intim sekalipun. Dengan hubungan ini kemudian sikap mengasihi akan
terdapat, hubungan indah yang baru yang terjalin antar manusia dengan Allah menjadi
sangat dekat. Namun demikian kembali lagi bahwa hal yang paling penting dalam
kepenatuaan adlah mengenai persaudaaran sesama warga gereja yaitu agar terjadi
persaudaraan yang kemudian menjadi pedoman bimbingan dalam tingkah laku diantara
orang-orang Kristen (bnd Rom 14:15, 21; 1 Kor 6:8; 8:11-13). Dengan adanya para
penatua dalam pemerintahan gereja maka diharapkan menjalin persaudaraan satu sama
2) Rendah hati. Bukan hanya sifat persaudaraan namun sifat untuk rendah hati juga menjadi
sangat penting dimiliki oleh seorang penatua. Karena jelas Alkitab memuat bahwa
perintah utama adalah menjadi hamba daripada saudara. Yesus berulang-ulang mengajar
murid-Nya mengenai kerajaan sorga yang hanya dapat dicapai dengan kerendahan hati.
Demikianlah para penatua harus memiliki sifat kerendahan hati karena karakter
3) Karakter moral yang baik.. Para penatua yang bertugas sebagai penilik jemaat
diharapkan memiliki karakter moral yang bik dan tidak bercacat dalam semua segi
kehidupannya. Demikianlah harus diperhatikan bahwa para penatua harus bebea lepas
dari segala hal yang tidak sopan, merusak karakter dan tingkah laku dan sebagainya. Para
60
Strauch, Manakah, 11
61
Strauch, Manakah, 12
62
Strauch, Manakah, 102
31
4) Menjadi kepala keluarga yang baik. Hal ini menjadi sangat penting karena merupakan
kehendak Allah yaitu bahwa para penatua adalah para kepala keluarga yang disegani dan
dihormati oleh anak-anaknya sehingga hal yang harus dilakukan adalah bersikap baik dan
ramah. Mengenai hal berumah tangga menjadi ditekankan dalam hal ini adalah sikap
konsekuen dan aktifnya dalam berjemaat. Maka dengan demikian, jika seseorang ingin
mengetahui seperti apa apakah penatua maka harus diamati juga cara dia mengurus anak-
anaknya dan bagaimana hubungannya dengan istrinya. Akhirnya, penatua dalam rumah
5) Cakap mengajrkan firman Allah. Surat 1 Timotius dan Titus, secara tegas menyatakan
bahwa untuk menjadi penatua harus mengenal Alkitab dan dapat mengajarkannya kepada
orang lain. Mereka harus sungguh-sungguh berpegang pada firman Tuhan dan siap
3. F.H. Sianipar
Dalam tulisannya dia berpendapat bahwa penatua merupakan seorang yang memiliki
pengetahuan, memiliki pengalaman dan juga berhikmat kepada semua anggota gereja. 65
Alkitab mengenai gembala adalah seorang yang mampu merawat kawanan dombanya,
sengar dan air jernih, membawa yang lemah, mencari yang hilang, menghangatkan yang
terluka, merawat yang sakit.66. Rasul Petrus mengingatkan para penatua untuk tidak pernah
“memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi
63
Strauch, Manakah, 108
64
Strauch, Manakah, 110
65
F. H. Sianipar, Tohonan Sintua, (Pematang Siantar: Yayasan STT HKBP Pematang Siantar, 1996), 48
66
Sianipar, Tohonan Sintua, 33
32
teladan bagi kawanan domba itu” (1 Pet 5:3). Domba harus digiring. Seorang gembala yang
baik mengetahui hal ini; mereka tidak akan ‘menguasai’ kawanan ‘dengan kekuatan dan
kekerasan’ (Yeh 34:4). Sebaliknya, kata Tuhan “Aku sendiri akan menggembalakan domba-
domba-Ku dan Aku akan membiarkan mereka berbaring…” (Yeh 34:15). Gembala
memimpin dengan teladan hidup mereka 67. Sehingga Sianipar memandang jabatan penatua
4. Alexander Straught
Dalam tulisannya Alexander Straugh mengatakan bahwa penatua harus dapat menjadi
penasihat yang cakap bagi jemaat untuk dapat menjalankan tanggung jawab serta
membimbing jemaat ke jalan yang seharusnya mereka tempuh. Kadang, mereka perlu
memberi penilaian dalam beberapa situasi tertentu, tetapi mereka melakukannya dengan
mempertimbangkan dampak penilaian mereka terhadap kawanan. 68. Straught juga dalam
Allah. Jadi ketika Paulus dan Petrus secara langsung menasihati para penatua untuk
menggambarkan bahwa Penatua sebagai gembala adalah yang ditempatkan Allah di tengah-
67
Sianipar, Tohonan Sintua, 48
68
Alexander Straught, Biblical Eldership: an Urgent Call to Restore Biblical Church Leadership, Peny., Stephen &
Amanda Sorenson, (Littleton: Lewis & Roth Publishers, 1995), 25
69
Straught, Biblical Eldership, 16
33
Penatua harus memberi makan kawanan. Salah satu tuduhan terhadap para gembala yang
jahat atas Israel adalah “…oleh sebab gambala-gembala-Ku tidak memperhatikan domba-
tidak digembalakannya” (Yeh 34:8). Oleh karena itu, Allah berfirman “… celakalah
harus terampil untuk mengajar Firman yang cakap (1 Tim 3:2; 5:17; Ibr 13:7). Orang-orang
ini harus berpegang teguh pada perkataan yang benar yang sesuai dengan ajaran sehingga ia
dapat menasihati ajaran yang sehat dna menyangkal mereka yang bertentangan (Tit 1:9).
Orang yang tidak ‘cenderung mengajar’ tidak layak melayani sebagai gembala kawanan. Apa
gunanya seorang gembala yang tidak bisa memberi makan domba? Sebagai pemelihara
domba, penatua harus melindungi, memberi makan, memimpin dan merawat banyak
kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus” (Ef 4:11-12). Sehingga
sangat jelas bahwa pekerjaan mereka adalah mengembangkan para jemaat dalam hal iman
dan mendewasakan pemahaman mereka tentang hubungan mereka dengan Kristus (Ef 4:13).
Jadi, penatua yang baik adalah memperlengkapi dan memungkinkan para murid yang mereka
cari untuk memotivasi tindakan pelayanan. Mereka bukanlah menejer mikro, melainkan
mempercayakan berbagai tugas pelayanan kepada laki-laki dan perempuan yang bertanggung
5. JL C.H. Abineno
70
Straught, Biblical Eldership, 17
71
Straught, Biblical Eldership, 29-30
34
Abineno dalam tulisannya berpendapat bahwa Penatua merupakan salah satu jabatan
pelayan yang berada ditengah-tengah gereja yang terpanggil dari kalangan jemaat atau biasa
disebut juga dengan istilah penatua. Penatua inilah yang bersama-sama dengan pendeta dan para
pelayan gereja lainnya bersama-sama memikirkan dan melakukan pelayanan bagi jemaat
setempat. Namun hal yang perlu diingat bahwa ketika penatua diangkat dari tengah-tengah
jemaat, bahwa pada dasarnya jabatan seorang penatua bukanlah seperti jabatan pada umumnya
yang bisa kita lihat ditempat lain. Mereka inilah yang nantinya sesuai dengan panggilannya akan
melayani jemaat dengan pelayanan yang sungguh. Karena jabatan gerejawi berasal dari Allah:
Allah lah yang – oleh RohNya yang Kudus memperlengkapi manusia untuk pelayanan-
Anggota jemaat yang sudah dipilih dan diangkat menjadi pelayan gerejawi, ketika dengan
serius menghidupi panggilannya, dan meyakini bahwa mereka dipilih oleh Allah, maka tidak ada
alasan untuk meninggikan diri atau merasa memiliki kekuasaan yang besar ditengah-tengah
gereja. Para penatua tadi harus mau melakukan suatu terobosan dengan membina jemaat atau
membangun jemaat secara rohani dan dengan bersungguh-sungguh melayani jemaat (bnd Efesus
4: 11-12). Dalam bahasa yunani sendiri ada 2 kata yang merujuk kepada kata “Penatua”, yang
pertama presbyteros dimana kemudia kata ini berkembang menjadi imam. Kata kedua ialah
episkopos, kata ini kemudian berkembang menjadi “uskup”, dimana kata episkopos memiliki arti
menilik dan lebih cocok kepada penatua.73 Penilik sendiri bisa diartikan sebagai mangawasi,
penatua memiliki tugas mengawasi ditengah-tengah jemaat. Tentu ketika kita memiliki tugas
untuk mengawasi hal tersebut tidak bisa dilakukan hanya sekali dua kali, harus dilakukan secara
72
Dr. J.L.CH. Abineno, Penatua Jabatan dan Pekerjaannya, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992), 6
73
Dr. J.L.CH. Abineno, Penatua Jabatan dan Pekerjaannya,15
35
Sebagai seorang yang terpanggil, penatua harus datang ketengah-tengah jemaat sebagai
pribadi yang melayani yang mengarahkan jemaatnya kepada hidup yang lebih baik dan
membangun jemaat yang dilayani secara rohani sesuai dengan Tri Tugas Panggilan Gereja
(Marturia, Diakonia, Koinonia). Tentu dalam pelayanannya penatua tidak bisa berdiri sendiri,
penatua juga harus membangun relasi dengan para pelayan gereja lainnya, sehingga ada suatu
kerjasama yang dilakukan, dan pelayanan yang dibangaun bisa lebih efektif. Karena penatua
bukanlah satu-satunya pejabat dalam jemaat. Penatua juga melayani bersama-sama dengan
berlandaskan Alkitab yang harus secara benar disampaikan kepada jemaat sesuai dengan
setia, dan ajaran keselamatan tidak boleh mereka palsukan, tetapi harus mereka ajarkan kepada
umat Allah secara murni dan utuh. 75 Maka dari sini kita melihat bahwasanya para penatua harus
dengan serius melakukan pengajaran yang dapat membantu jemaat dalam pertumbuhan iman
yang sejati.
Dalam ruang lingkup desa Batak yang tradisional, Nommensen dalam usaha untuk
pengabaran Injil memerlukan bantuan dari penduduk setempat guna mendalami adat Batak,
situasi dan kondisi tiap-tiap desa dan juga menjaga desa tersebut. Sehingga dalam sejarah gereja
Batak Nommensen kemudian menunjuk empat orang sebagai penatua yang merupakan penatua
yang “pertama” dalam gereja Batak dengan tujuan untuk membantu dalam penggembalaan,
perawatan orang sakit dan terutama dalam pengabaran Injil. Lothar Schreiner mengatakan dalam
74
Dr. J.L.CH. Abineno, Penatua Jabatan dan Pekerjaannya,16
75
Dr. J.L.CH. Abineno, Penatua Jabatan dan Pekerjaannya,16
36
bukunya bahwa pengabdian para penatua jemaat di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas
masih memeluk agama suku dilihat sebagai faktor dasar untuk gereja suku. Dia mengatakan
bahwa pengangkatan penatua-penatua itu berkaitan dengan tata desa. Yang mana dalam
masyarakat Batak sendiri yang masih sangat tradisional. Sehingga peranan para penatua penting
dalam membantu pekabaran Injil secara perlahan dalam masyarakat Batak. Menurut keterangan
dari tulisan Schreiner, dia mengatakan bahwa para penatua yang menerima tugas tersebut
menjalankan tugasnya secara sukarela, tanpa adanya imbalan yang bersifat materil. Dan ternyata
mengabarkan Injil semakin teratur. Sehingga dengan keteraturan tersebut, Schreiner mengatakan
bahwa para pendeta utusan pada masa itu kemudian menunjuk dan mengangkat dua orang
penatua dalam setiap desa. Para penatua tersebut ditugaskan untuk mencurahkan perhatian dan
tenaga kepada keadaan dan juga kemajuan agama Kristen dalam setiap desa. Para pentua yang
telah diangkat juga diwajibkan untuk mengadakan kunjungan yang teratur kepada kampung-
kampung tetangga yang masih erat dengan agama suku. Setiap penatua diutus berpasang-
pasangan ke setiap desa. Schreiner menegaskan bahwa ketika diutus maka mereka (para penatua)
akan melakukan tugas mereka dengan sukarela. Peranan dari para penatua tersebut menurut
bertambahnya jumlah yang telah masuk dalam jemaat, maka jumlah penatua juga ditingkatkan.
Menurut Schreiner bahwa jabatan penatua dapat dikatakan sebagai jabatan yang diidamkan pada
76
Lothar Schreiner, Adat dan Injil: Perjumpaan Adat dengan Iman Kristen di Tanah Batak, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2019) 49-50
37
kepengaturan dan kepemimpinan yang menurutnya berdikari dalam jemaat yang ada di desa.
Kepada orang-orang yang menurut Pendeta utusan dapat melakukan tugas tersebut akan
diberikan kesempatan dan tugas dalam mengambil prakarsa dan juga untuk memimpin dalam
desa tersebut. Schreiner mengatakan bahwa jabatan sebagai penatua dalam gereja Batak pada
masa Nommensen merupakan faktor kemasyarakatan yang baru, Para penatua yang diutus
memiliki amanat yang diberikan dan juga merupakan suatu yang baru bagi masyarakat Batak
pada masa itu.77 Dengan kata lain Schreiner berpendapat bahwa kehadiran penatua dalam desa-
desa Batak yang menganut agama suku memiliki dampak dan pembaharuan serta perkembangan
yang belum pernah dialami oleh masyarakat Batak sebelum hadirnya Nommensen. Dengan kata
lain bahwa para penatua memberikan pembangunan jemaat yang berdampak pistif, memberikan
pengaruh yang positif dan juga memberikan perhatian yang baik bagi jemaat-jemaat. Para
penatua yang diberikan tanggungjawab untuk memimpin suatu desa, mengawasi dan merawat
serta menyebarkan Injil ternyata menunjukkan hasil yang positif. Para jemaat pada masa itu
menerima edukasi dan pengajaran yang baik dalam bidang keagamaan, kesehatan, managemen
dan lain sebagainya. Sehingga kehadiran penatua memberikan dampak yang besar. Yang paling
menarik bahwa Schreiner sangat menekankan bahwa peranan atau pun jabatan penatua
merupakan jabatan yang dilaksanakan dengan sukarela. Terbukti dengan hasil menurut
perspektif sejara yang menunjukkan kemajuan. Dapat dikatakan bahwa para penatua pada masa
itu menjalankan tugasnya dengan baik dan juga yang terutama dengan sukarela. Tugas dan
tanggungjawab yang mereka terima justru membuat jemaat semakin berkembang. Dapat
dikatakan bahwa peranan penatua pada masa Nommensen masih tergolong berat karena
77
Lothar Schreiner, Adat dan Injil: Perjumpaan Adat dengan Iman Kristen di Tanah Batak, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2019) 50
38
berhadapan secara langsung dengan agama-agama suku namun ternyata memberikan dampak
Andar Lumbantobing dalam tulisannya juga mengatakan bahwa Nommensen yang telah
tiba di Barus yang merupakan perjalanan pertamanya di Indonesia, yang pertama dilakukan
adalah mencari orang yang bersedia membantu Nommensen dalam melakukan tugas-tugasnya.
Dia mencari orang-orang tersebut untuk mengajari dia dalam hal bahasa, aturan dan hukum adat
istiadat dan juga soal-soal kebiasaan atau pun tradisi yang ada di tempat barunya tersebut.
Orang-orang yang dipercayanya itu lah yang kemudian menjadi penatua dengan tujuan
membantunya untuk mengerjakan pekabaran Injil di tanah Batak. 78 Dalam tulisannya Andar
baru didirikannya menugaskan para penatua untuk mengamati tingkah laku setiap anggota
jemaat dengan tujuan agar mereka benar-benar melaksanakan kehidupan Kristen sesuai dengan
ketentuan yang diaturkan. Penatua juga ditugaskan untuk membimbing orang-orang yang ingin
menjadi Kristen pada masa itu supaya mereka benar-benar memahami bahwa mereka harus
tunduk dan taat kepada peraturan gereja. Penatua juga diwajibkan membimbing setiap orang
yang telah dibaptis dalam nama Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus mengetahui bahwa kehidupan
78
Andar Lumbantobing, Makna Wibawa dan Jabatan dalam Gereja Batak, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2022) 145
79
Pandangan Warneck yang dikutip oleh Andar Lumbantobing dalam Andar Lumbantobing, Makna Wibawa dan
Jabatan dalam Gereja Batak, 145
39
mereka harus taat kepada hukum dan peraturan gereja. Tugas lain sebagai penatua yang
2. Penatua harus mengusahakan supaya jemaat yang sakit, tidak pergi kepada datu untuk
3. Penatua harus mengamati para wanita agar tidak menjunjung keranjang atau beban di atas
kepala, melakukan pekerjaan pada hari Minggu seperti bekerja di sawah dan lading.
4. Penatua juga diberikan tugas untuk memberik pertolongan dan juga penghiburan kepada
orang-orang yang tidak berhasil atau mengganggap dirinya sendiri sebagai orang Kristen
yang gagal.80
Menurut keterangan yang juga dituliskan oleh Andar Lumbantobing dikatakan bahwa
para penatua akan berada di depan ketika ibadah untuk melihat jemaat-jemaat yang hadir dan
yang tidak hadir dalam ibadah. Ketika terganggu gangguan dalam ibadah, para penatua juga
dapat melihatnya dengan jelas. Termasuk menjaga anak-anak yang menangis ketika ibadah
berlangsung, dan tanpa mengganggu orang lain akan dibawa keluar dari rumah ibadah. Dalam
gereja-gereja tertentu para penatua justru duduk diantara jemaat secara berpencar, dengan tujuan
Dari perspektif sejarah tersebut dapat dilihat bagaimana peranan dari para penatua yang
begitu berat pada masa itu. Tanggungjawab yang mereka emban demi mendukung pertumbuhan
jemaat di desanya masing-masing sangat berat. Para penatua yang langsung dipercayai dapat
80
Andar Lumbantobing, Makna Wibawa dan Jabatan dalam Gereja Batak, 147
81
Andar Lumbantobing, Makna Wibawa dan Jabatan dalam Gereja Batak, 147
40
menjadi perantara dari para missionaris pada masa itu diharapkan dapat memunculkan perubahan
dalam cara hidup, dan juga dalam pemahaman mereka terhadap kekristenan. Dapat dikatakan
bahwa peranan penatua pada masa itu memberikan hasil yang baik. Para jemaat tidak lagi
bergantung kepada datu dalam hal pengobatan namun para penatua yang sudah paham dan
cerdas dalam hal tersebut dapat membantu dan menolong para jemaat. Pertumbuhan jemaat yang
terjadi didukung dengan adanya edukasi yang diberikan kepada penatua dan kemudian didukung
dengan baik dalam implikasinya oleh penatua itu sendiri. Tentu masalah yang dihadapi para
penatua merupakan masalah yang berat karena langsung berhadapan dengan agama suku dan
pola pemikiran yang sangat tradisional. Namun dengan tanggungjawab yang diamplikasikan
dengan baik, dengan pernyataan dan penjelasan sejarah tersebut dapat dikatakan bahwa para
penatua menjadi salah satu faktor bertumbuh dan berkembangnya ajaran Kekristenan pada masa
Dalam konfessi HKBP tidak dicantumkan pasal khusus mengenai penatua namun pada
pasal 9 konfessi HKBP 1951 mengenai pelayan pelayan gereja dan pasal 9 konfessi HKBP 1996
mengenai majelis jemaat diterangkan bagaimana para pelayan dalam gereja seharusnya berperan.
Dalam konfessi 1951 pasal 9 dikatakan bahwa berdasarkan 1 Korintus 12:28 setiap orang
dipanggil oleh Allah untuk melayani sesuai dengan tugas yang diberikan oleh Kristus. Dijelaskan
2. Untuk melayani sakramen baik sakramen Baptisan Kudus dan Sakramen Perjamuan
Kudus.
4. Untuk menjaga kemurnian ajaran, melakukan tuntunan jiwa, melawan ajaran-ajaran yang
sesat.
Memang dalam konfessi HKBP terkhusus konfessi HKBP 1951 tidak menjelaskan secara
rinci mengenai penatua, namun dalam pasal 9 ini dapat dipahami bagaimana peranan dan tugas
dari para penyandang jabatan pelayanan tidak terkecuali kepada penatua. Dengan kata lain
penatua juga memiliki peranan dalam menggembalakan, melakukan pekerjaan diakonia, menjaga
kemurnian ajaran, melakukan tuntunan, melawan ajaran-ajaran yang sesat. Sehingga dalam
Dalam konfessi 1996 pada pasal 9 mengenai majelis jemaat dituliskan terdapat 9 poin
1. Mengkhotbahkan kabar baik di tengah gereja, di dunia ini dan kepada segala makhluk.
2. Memelihara dan melayankan dua sakramen yaitu baptisan kudus dan perjamuan kudus.
6. Menjalankan hukum siasat gereja dan penggembalaan dan menentang ajaran sesat.
82
Pengakuan Iman HKBP: Konfessi HKBP 1951& 1996, Panindangion Haporseaon, (Tarutung: Kantor Pusat
HKBP) 63-64
83
Pengakuan Iman HKBP: Konfessi HKBP 1951& 1996, Panindangion Haporseaon, (Tarutung: Kantor Pusat
HKBP) 139
42
Dapat dilihat dalam konfessi 1996 dituliskan lebih rinci mengenai jabatan dalam HKBP
itu sendiri melalui poin-poin yang terdapat dalam pasal 9 ini. Dalam konfessi ini juga dinyatakan
para pejabat dalam gereja yang berperan penting dalam gereja mula-mula yaitu rasul, nabi,
pemberita Injil, gembala, pengajar, diaken, diakones, penetua, episkopos untuk melayani tubuh
Kristus.84 Penulis juga berpendapat bahwa peranan penatua juga terlibat dalam poin-poin tersebut
Untuk menjadi penatua di HKBP tentu tidak diangkat begitu saja, ada kriteria dan syarat
yang harus dipenuhi seorang jemaat ketika akan diangkat menjadi seorang penatua. Adapun
syarat dan ketentuan untuk menjadi seorang penatua, telah diatur dan tertuang dalam tata dasar
dan tata laksana HKBP 2002 setelah Amandemen ketiga bab VII pasal 27, tentang pelayan
tahbisan di HKBP, atau sering disebut dengan aturan peraturan HKBP, diantaranya85:
7. Dipilih oleh warga jemaat dari antara mereka dan ditetapkan oleh rapat pelayan tahbisan.
84
Pengakuan Iman HKBP: Konfessi HKBP 1951& 1996, Panindangion Haporseaon, (Tarutung: Kantor Pusat
HKBP) 139
85
Huria Kristen Batak Protestan, Tata Dasar dan Tata Laksana HKBP 2002 Setelah Amandemen Ketiga, (Kantor
Pusat HKBP Pearaja Tarutung, 2019), 169
43
Dalam struktur gereja HKBP kita mengenal pelayan jemaat yang sifatnya tidak penuh waktu,
namun dengan niat untuk melayani ditengah-tengah gereja, mereka bersedia diangkat dari
tengah-tengah jemaat itulah yang kita sebut dengan nama penatua. Mereka inilah para pelayan
tidak penuh waktu, dimana mereka dengan sukarela mempersembahkan dirinnya tanpa adanya
menerima belanja dari gereja yang bersangkutan (bnd, AP HKBP 2002 Amandemen ke 3,
halaman 61). Tentu jika dilihat dari hal tersebut, ini menjadi menarik karena mereka bersedia
melayani ditengah-tengah gereja. Tidak seperi pelayan penuh waktu lainnya yang menerima
belanja dari jemaat, penatua adalah pelayan tidak penuh waktu yang bersedia melayani tanpa
menerima belanja dari jemaat. Lalu bagaimana dengan tugas pokok penatua HKBP? Tugas
pokok penatua HKBP sudah diatur secara terstruktur didalam agenda HKBP, dan inilah yang
menjadi dasar penatua untuk melakukan pelayanan ditengah-tengah gereja HKBP yang di
1. Mereka adalah pelayan jemaat untuk mengamati anggota-anggota jemaat dan meneliti
perilakunya. Apabila mereka mengetahui seseorang tidak berperangai yang baik, dia
harus ditegor dan diberitahukan kepada guru jemaat dan kepada pendeta untuk dinasihati.
2. Mengajak anggota jemaat untuk datang beribadah dan meneliti alasan-alasan orang-orang
4. Mengunjungi orang sakit dan memberi bantuan sesuai dengan kemampuannya, namun
yang terpenting adalah mengingatkan mereka akan firman Allah dan mendoakannya.
5. Menghibur orang yang berdukacita, merawat orang yang susah dan orang yang miskin.
86
Huria Kristen Batak Protestan, Agenda, (Percetakan HKBP: Pematang Siantar, 2002), 44
44
6. Membimbing penyembah berhala, orang sesat, supaya turut serta memperoleh hidup
Dari tugas pokok yang diberikan kepada para penatua, kita bisa melihat ini merupakan
suatu tanggung jawab yang harus dijalani dalam pelayanan yang ada didalam gereja. Penatua
harus benar-benar mengawasi dan melihat bagaimana keadaan jemaat yang dilayani, meskipun
mereka bukanlah pelayan penuh waktu, namun mereka harus secara rutin memantau keadaan
jemaat, sehingga persoalan-persoalan yang ada ditengah-tengah jemaat bisa ditangani secara
serius. Mereka juga bersama-sama menghidupi Tri Tugas panggilan gereja yang dimana
biasanya ditingkat huria, para penatualah yang membidangi ketiga bagian panggilan gereja
tersebut. maka ketika proses pelayanan yang terjadi ditengah-tengah gereha, jemaat dan penatua
harus aktif melakukan interaksi, sehingga ketika ada sumbangsih pemikiran yang diberikan
jemaat untuk kemajuan pelayanan, bisa terealisasi dan disampaikan kepada Pendeta gereja.
pedomannya untuk mengamati tingkah laku setiap anggota supaya para penatua untuk
mengamati tingkah laku setiap anggota supaya mereka benar-benar melaksanakan tata kehidupan
Kristen sesuai dengan ketentuan yang diaturkan. Dalam hal ini dapat dikatakan, para penatua
bertugas sebagai kepala puak dikampungnya. Mereka bertugas untuk membimbing orang-orang
yang mau menjadi Kristen supaya mereka benar-benar sadar, bahwa dia harus tunduk kepada
peraturan gereja selama hidupnya dan bahwa hukum kekristenan itu jauh berbeda dari hukum-
hukum agama suku. Mereka juga harus menjelaskan bahwa sekalipun seorang sudah dibaptiskan
dalam nama Allah Tritunggal dan dia percaya bahwa Tuhan Yesus adalah juruselamatnya, dia
belum dengan sendirinya terbebas dari tuntutan hukum. Malah sebaliknya, dia harus lebih patuh
45
terhadap hukum, karena dengan demikianlah dia menyatakan kasihnya kepada Allah.
Sehubungan dengan soal hukum itu, banyak orang datang kepada Nommensen, untuk
menanyakan bagaimanakah sebenarnya mereka harus merayakan hari Minggu itu. Diantara tugas
para penatua terdapat kewajiban untuk mengamati, agar cara kehidupan para anggota senantiasa
sesuai dengan peraturan baru itu. Tugas-tugas lain yang dipercayakan kepada para penatua itu
b. Mereka juga harus mengusahakan supaya semua orang yang menderita sakit dan tidak
c. Mereka harus mengamati supaya para wanita tidak menjunjung keranjang atau beban
Mereka juga bertugas untuk memberi pertolongan dan penghiburan kepada orang-orang
yang tidak berhasil atau menganggap dirinya gagal menjadi orang Kristen.87
BAB III
87
Andar Lumbantobing, Makna Wibawa Jabatan dalam Gereja Batak, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 114-
123
46
Metode kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan dengan tujuan untuk
memperoleh dan menghasilkan data deskriptif mengenai suatu data baik data yang diungkapkan
secara lisan, maupun data dalam bentuk tulisan. Bahkan dalam penelitian, tingkah laku juga
dapat dijadikan sebagai data dalam penelitian. 88 Menurut Steven J. Taylor, dkk metode penelitian
kualitatif melihat suatu makna yang melekat dalam diri seseorang sehingga makna tersebut
merupakan data yang akan diolah dalam penelitian. 89. Oleh sebab itu dalam penelitian kualitatif
sangat penting untuk penelitian melihat dan terjun langsung dalam suatu lingkungan yang
hendak diteliti sehingga makna yang melekat dalam ruang lingkup masyarakat dapat terlihat
dengan jelas.
mengungkapkan dan juga menggali mengenai makna yang tersembunyi dibalik realitas yang ada.
Dengan demikian, peneliti yang menggunakan metode penelitian kualitatif akan secara langsung
mengamati bagaimana seorang individu atau pun sekelompok orang hidup, berpikir dan juga
bertindak dalam kehidupannya sehari-hari.90 Penelitian kualitatif akan membuat peneliti mencari
makna yang terdapat dalam suatu konteks kehidupan. Sehingga penelitian kualitatif melibatkan
keikutsertaan peneliti untuk menggali dan juga mendapatkan informasi secara langsung dalam
suatu konteks tertentu yang berlaku dalam masyarakat. Fenomena kehidupan dianggap sebagai
sesuatu yang memiliki makna untuk diteliti. Konteks kehidupan yang berbeda-beda
88
Emy Susanti Hendarso, Penelitian Kualitatif Sebuah pengantar, dalam Bagong Suyanto (peny.), Metode
Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan Edisi Ketiga, (Jakarta: Kencana, 2005) 166
89
Steven J. Taylor, dkk. Introduction to Qualitative Research Methods Guidebook and Resource Fourth Edition,
(USA: John Wiley and Sons, Inc, 2016) 7
90
Steven J. Taylor, dkk. Introduction to Qualitative Research Methods Guidebook and Resource Fourth Edition, 9
47
mengakibatkan munculnya makna yang berbeda-beda pula dalam kehidupan yang berkaitan
dengan konteks.91
Informasi yang telah diperoleh dala penelitian selama dilapangan akan dijadikan sebagai
alat dalam penarikan hipotesa. Dengan kata lain metode kualitatif melibatkan penarikan hipotesis
berdasarkan data dan informasi yang telah didapatkan di lapangan. 92 Data diperoleh dengan
melakukan observasi, wawancara, analisa, dan kemudian interpretasi dengan terlibat langsung
dalam konteks kehidupan sekelompok orang tertentu. Dalam penelitian kualitatif, kemampuan
peneliti untuk mengumpulkan serta menganalisa data sangatlah penting dan merupakan kunci
Peneliti yang terjun langsung dalam konteks kehidupan masyarakat tertentu hanya
memiliki satu tujuan yaitu untuk pengumpulan data dan juga makna yang ada sesuai dengan
pemahman dan konteks kelompok orang yang diteliti. 94 Oleh karena itu dalam penelitian
kualitatif, data yang diperoleh merupakan data yang benar-benar murni merupakan hasil
penelitian dimana peneliti terlibat secara langsung. 95 Sarah J. Racy mengungkapkan bahwa
dalam penelitian kualitatif peneliti tidak boleh memaksakan kehendak atau pun pendapatnya
berdasarkan pemahaman pribadi atau pun nilai-nilai tertentu yang dipahami secara pribadi
terhadap realitas ruang linkup penelitian. Dengan kata lain Racy mengatakan bahwa posisi
peneliti adalah untuk mencari dan memperoleh makna bukan memaksakan bahkan merubah
makna yang ada dalam suatu fenomena. 96 Oleh sebab itu realitas yang akan diteliti oleh peneliti
91
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan, ( Jakarta: Kencana, 2014) 328
92
Nuriman, Memahami Metodologi Studi Kasus, Grounded Theory, dan Mixed-Method untuk Penelitian
Komunikasi, Psikologi, Sosiologi dan Pendidkan, (Jakarta: Kencana, 2021) 53
93
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan, 332
94
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan, 336
95
J.R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya, (Jakarta: Grasindo, 2013) 57
96
Sarah J. Racy, Qualitative Research Methods Collecting Evidence, Crafting Analysis, Comunicating Impact,
( UK: John Wiley and Sons, 2013) 161
48
yaitu realitas kurangnya minat jemaat untuk menjadi seorang penatua di HKBP Ressort Hataran
Jawa.
3.2.Informan Penelitian
informan tidak dapat dilepaskan dalam penelitian terutama penelitian kualitatif dikarenakan
informan dalam penelitian merupakan titik utama untuk memberikan informasi atau pun data
mengenai topik penelitian atau kasus penelitian. Sehingga informan dalam penelitian diharapkan
merupakan informan yang memang memiliki informasi dan juga data yang jelas dan juga konkrit
terhadap kasus penelitian. Dalam tulisannya Hendrano menjelaskan bahwa informan dalam
penelitian terbagi atas tiga yaitu: Informan kunci, informan utama dan informan tambahan.
Informan kunci merupakan informan yang memiliki pengetahuan pokok terhadap penelitian.
Informan utama yaitu informan yang terlibat dalam kasus yang diteliti. Informan tambahan yaitu
informan yang dapat memberikan informasi atau pun data meskipun tidak terlibat secara
langsung.97
97
Emy Susanti Hendrano, Penelitian Kualitatif : Sebuah Pengantar dalam Metode Penelitian Sosial, (Jakarta:
Prenamedia Group, 2005) 172
49
Pardamean Ressort
Hataran Jawa
Pardamean Ressort
Hataran Jawa.
Hataran Jawa
Hataran Jawa
3.3.1. Wawancara
51
Angela M Cirucci bahwa wawancara merupakan metode yang paling sering dan paling
dasar dalam metode penelitian kualitatif. Bahkan dalam mencari dan menggali informasi,
wawancara menjadi cara yang dapat dikatakan sebagai metode yang paling fleksibel karena
dapat digunakan untuk menggali informasi dan data dalam banyak bidang ilmu seperti psikologi,
sosiologi, antropologi dll. Cirucci mengatakan bahwa wawancara merupakan suatu metode
penggalian informasi yang dilakukan dengan cara berkomunikasi secara langsung dengan
narasumber. Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk menggali serta menemukan suatu
infromasi yang mendalam terhadap suatu fenomena, sekaligus juga dengan metode ini
pewawancara juga akan mengetahui pikiran, perasaan, pengalaman dan motivasi dari suatu
kebiasaan.98
Jane Mola Okoko dkk, mengatakan dalam tulisan mereka bahwa wawancara dilakukan
dengan pertanyaan yang telah disusun dan ditanyakan kepada narasumber yang berbeda-beda.
Pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan merupakan pertanyaan yang sama dengan tujuan untuk
memperoleh data yang konkrit dengan berbagai perspektif terhadap suatu pokok permasalahan
yang diangkat. Sehingga dengan pertanyaan yang disampaikan tersebut akan didapatkan data
yang kemudian akan dianalisis oleh si peneliti. Hasil wawancara atau pun data digunakan untuk
mengumpulkan pandangan dan pendapat terhadap suatu kasus, sehingga si peneliti mendapatkan
hasil pemikiran dari berbagai narasumber yang mungkin saja dihasilkan dari pengalaman,
98
Angela M. Cirucci, UX Research Methods for Media and Communication Studies: An Introduction To
Contemporary Qualitative Methods, (New York: Routledge, 2022) 73
99
Jane Mola Okoko, dkk. Introduction to a Variety of Qualitative Research Methods, (Switzerland: Springer Nature,
2023) 6
52
Dalam penelitian ini, wawancara akan dilakukan dengan Pendeta Ressort, Penatua dan
juga dengan jemaat. 2 orang dari penatua dan 2 orang dari jemaat dari setiap gereja yang
Kisi-kisi wawancara
3.Jemaat Jawa?
penatua
juga?
penatua?
3.3.2. Observasi
Menurut Mardalis observasi merupakan salah satu metode dalam mendapatkan data
dalam penelitian. Dalam observasi peneliti akan melakukan pengamatan terhadap kasus-kasus
sosial yang terjadi, data yang diperoleh kemudian akan dicatat sebagai data yang mendukung.
1. Observasi Partisipan, dalam metode observasi partisipan peneliti akan terlibat dalam
kegiatan yang sedang diamati. Cara ini dilakukan untuk dapat mendapat hasil
pengamatan yang lebih dalam sehingga data yang diperoleh juga data yang jelas dan
rinci.
55
2. Observasi Simulasi, dalam metode observasi simulasi peneliti akan melakukan dan
dengan simulasi tersebut diharapkan bahwa peneliti mendapatkan data yang mendukung
dalam penelitian.100
Kisi-kisi Observasi
Mengamati bagaimana
Hataran Jawa
Mengamati bagaimana
penatua.
menanggapi pertanyaan
100
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006) 28
56
peneliti mengenai
tanggungjawab penatua
menumbuhkan minat
sekaligus mengantisipasi
mensosialisasikan kepada
jemaat mengenai
pentingnya regenerasi
3.3.3. Literatur
(kepustakaan) sebagai sumber data. Dalam metode ini peneliti akan melakukan penelitian dengan
menggunakan buku-buku yang mendukung terkait dengan kasus yang diangkat oleh peneliti,
membaca, mencatat serta mengolah data yang telah diperoleh dengan buku-buku. Menurut
Mestika Zed, terdapat beberapa ciri-ciri dari metode penelitian literature yaitu:
1.Penelitian literatur hanya melibatkan penggalian data dengan menggunakan buku sehingga
penelitian lapangan merupakan penelitian yang mendukung. Dengan kata lain penelitian literatur
akan menggali dan mengumpulkan data secara literatur kemudian data tersebut akan digunakan
2. Dalam melakukan penelitian literatur, peneliti hanya berhadapan dengan buku dan data yang
3.Data yang diperoleh dalam penelitian literatur merupakan data sekunder. Yang berarti data
literatur merupakan data yang melengkapi data primer yaitu penelitian lapangan.
58
4. Dalam penelitian literature, data yang diperoleh dianggap sebagai data “mati” yang digali
melalui buku-buku atau dengan kata lain tersimpan dalam rekaman tertulis. Sehingga penelitian
literatur memiliki data yang statis. Oleh sebab itu lah kondisi data literatur tidak dibatasi oleh
Penelitian literatur dalam proses penelitian ini akan melibatkan beberapa buku terkhusus
dokumen-dokumen HKBP untuk melihat peranan penatua dalam pelayana gereja terkhusus
HKBP.
Peneliti melakukan penelitian di gereja HKBP Ressort Hataran Jawa yang terletak di
Parbalogan, Kec. Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun. Peneliti akan melakukan penelitian di 5
gereja yang merupakan gereja HKBP Hataran Jawa Ressort Hataran Jawa dan pagaran nya yaitu:
HKBP Nagasaribu yang berlokasi di PTPN IV Kebun Marihat dengan jumlah penatua yang
melayani adalah 1 orang dengan jumlah jemaat sebanyak 12 Kepala Keluarga, HKBP Maranatha
yang berlokasi di Desa Totap Majawa Kec.Tanah Jawa dengan jumlah penatua 4 orang dengan
jumlah jemaat sebanyak 80 Kepala Keluarga, HKBP Sinta Nauli yang berlokasi di Desa Silau
Manik Kec.Siantar Kab. Simalungun yang memiliki penatua sebanyak 3 orang dengan jumlah
jemaat sebanyak 25 Kepala Keluarga dan HKBP Siku Pardamean yang berlokasi di Desa
Marubun Jaya Kec.Tanah Jawa dengan jumlah penatua sebanyak 5 orang dan jumlah jemaat
101
Penjelasan mengenai penelitian literatur dan juga ciri-cirinya dikutip dari Mestika Zed, Metode Penelitian
Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006) 3-5
59
bentuk pola, kategori, dan satuan uraian sehingga dengan demikian dapat ditemukan tema dan
dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. 102 Analisis data dalam
penelitian kualitatif bersifat iterative yang berarti ada perulangan dan keterkaitan antara
Menurut Samiaji Sarosa tahap-tahap dalam analisis data kualitatif terbagi dalam tiga
tahap dan tahap-tahap tersebutlah yang akan digunakan dalam meneliti serta menganalisis data
terkait minat jemaat untuk menjadi penatua di HKBP resort Hataran Jawa. Tahap-tahap yang
dimaksud yaitu:103
1. Memadatkan data. Dalam tahap ini dilakukan proses memilih, memusatkan perhatian,
2. Menampilkan data yang sudah dipadatkan tersetbu ke bentuk tertentu untuk membantu
penarikan kesimpulan.
diverifikasi sehingga keimpulan yang telah ditarik tersetbu sesuai dan didukung oleh data
Untuk memperoleh data mengenai peranan penatua dalam gereja secara khusus di HKBP
Ressort Hataran Jawa, peneliti melakukan wawancara kepada Pendeta Ressort, Penatua dan juga
jemaat dari HKBP Ressort Hataran Jawa, penatua dan juga jemaat dari HKBP Maranatha,
102
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004) 103
103
Samiaji Sarosa, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Kanisius, 2021) 3-4
60
penatua dan juga jemaat dari HKBP Sinta Nauli, penatua dan juga jemaat dari HKBP
Pendeta beranggapan bahwa peranan penatua secara khusus di HKBP Ressort Hataran
Jawa memiliki peranan yang penting. Dia mengatakan bahwa pendeta sendiri bertugas untuk
mengarahkan dan juga mengajarkan tahap-tahap yang perlu dilakukan sedangkan dalam hal
pelaksanaan penatua yang akan banyak berperan. Sehingga ia mengatakan bahwa penatua
Beliau menilai bahwa peranan penatua secara khusus di HKBP Ressort Hataran Jawa ini
melakukan tugas dan kewajiban mereka dengan baik. Meskipun memang terdapat beberapa
orang penatua yang ada di gereja pagaran yang ia nilai belum melakukan tugasnya atau
Berbicara mengenai kuantitas penatua yang ada di gereja HKBP Ressort Hataran Jawa,
Beliau mengatakan bahwa untuk beberapa gereja di pagaran memiliki jumlah yang tidak
proporsional dan menurutnya harus ditambah. Namun terdapat kesulitan dalam mengajak para
jemaat untuk menjadi seorang penatua dikarenakan berbagai alasan yang dimiliki tiap jemaat.
Keterangan yang diterima bahwa usia dari kebanyakan penatua di HKBP Ressort Hataran Jawa
berkisar 35-55 tahun, dengan jumlah terbanyak penatua menginjak usia 40 dan 50 tahun.
61
merupakan hal yang penting. Hal tersebut dikarenakan menurutnya penatua merupakan ujung
tombang yang ada dalam tiap-tiap gereja. Dengan adanya regenerasi dari penatua menurutnya
gereja akan semakin mudah untuk mengeksplor talenta-talenta yang bisa diarahkan dan juga
dikembangkan di gereja.
mengakui kalau minat jemaat untuk menjadi penatua susah untuk ditingkatkan. Dia mengatakan
alasan yang paling mungkin adalah karena kebanyakan jemaat berpendapat bahwa seorang
penatua haruslah memiliki sifat dan kepribadian yang lebih. Yang dimaksud disini yaitu lebih
baik dalam hal karakter, lebih baik dalam hal mengatur waktu dan juga memberikan waktu untuk
pelayanan di gereja.
Beliau mengatakan bahwa cara untuk mengatasi kurangnya minat jemaat tersebut yang
diperhadapkan dengan pentingnya regenerasi penatua, dia mengatakan bahwa tindakan yang
akan ia ambil yaitu memperpanjang masa tohonan dari para penatua yang telah berusia 65 tahun.
3.6.2. Penatua
Penatua yang menjadi narasumber dalam penelitian ini berjumlah 9 orang penatua dari
gereja resort dan juga pagaran. Melalui wawancara dengan para penatua, ditemukan beberapa
jawaban apabila berbicara mengenai peran dan juga tanggungjawab dari penatua. Ketika ditanya
mengenai tantangan dan hambatan, para penatua memiliki tantangan dan juga hambatan mereka
masing-masing. Terdapat penatua yang mengatakan bahwa hambatan yang dialami ketika waktu
62
yang untuk dia melayani kemudian bertabrakan dengan waktu untuk melakukan hal penting
lainnya. Terdapat pula penatua yang mengatakan bahwa tantangan dan hambatan yang dihadapi
berasal dari para jemaat yang jarang beribadah, jarang memberikan iuran kepada gereja dan juga
Terdapat juga yang mengatakan bahwa tantangan yang dia hadapi melibatkan
kemampuan ataupun kecerdasan dari para jemaat dalam menerima informasi yang ia sampaikan
kepada mereka. Dia mengataka bahwa ia harus menyesuaikan diri dengan pemahaman jemaat
agar informasi yang ia sampaikan kemudian dapat diterima dengan baik oleh jemaat. Tantangan
lain yang diutarakan yaitu kemampuan dalam memahami not dalam musik, beliau mengatakan
bahwa penatua harus bisa menjadi pemandu dalam musik, sehingga anggapan tersebut
Terdapat penatua yang mengatakan bahwa tantangan dan hambatan yang ia alami terjadi
ketika ia menjadi penatua pertama kali. Tantangan yang ia alami pertama sekali ketika ia
menerima tahbisan penatua, dia khawatir bagaimana dengan respon keluarganya terkait hal
tersebut. Yang ia maksud yaitu bagaimana keluarganya menunjukkan dirinya sebagai keluarga
dengan anggota keluarga yang merupakan penatua. Kemudian tanntangan yang lain yaitu ketika
pertama kali menjadi penatua, beliau mengatakan bahwa dirinya tidak mengetahui sama sekali
mengenai yang dia kerjakan sehingga membutuhkan proses belajar. Tantangan dan hambatan
yang lain yaitu ketika teman-temannya tidak sepihak dengan dirinya bahkan memiliki motif
ingin menjatuhkan.
peranan penatua dalam pelayanan gereja, seluruh narasumber menjawab dan mengatakan bahwa
peranan penatua merupakan peranan yang penting dalam pelayanan gereja. Beberapa diantara
63
mereka beranggapan bahwa penatua menjadi pemimpin dalam gejera secara khusus gereja
pagaran. Beberapa penatua juga beranggapan bahwa peranan penatua menjadi penting karena
penatua juga terlibat dalam menjalankan program yang telah disusunkan oleh gereja.
Hampir seluruh narasumber yang merupakan penatua ini mengaku bahwa mereka pernah
mengajak dan menawarkan jemaat untuk menjadi penatua. Alasan mereka mengajak, para
penatua ini sudah mengamati jemaat tertentu dan merasa bahwa orang tersebut layak untuk
menjadi penatua. Namun seluruh narasumber yang mengajak tersebut kemudian ditolak oleh
jemaatnya.
Alasan yang mereka terima, jemaat tersebut mengatakan bahwa mereka tidak dapat
mengatur waktu, ada juga jemaat yang mengatakan bahwa mereka belum siap untuk menjadi
penatua, ada juga jemaat yang mengatakan bahwa usia mereka masih terlalu muda. Ada juga dari
jemaat tersebut yang mengatakan bahwa alasan dirinya tidak menjadi penatua bahwa dia merasa
3.6.3. Jemaat
Narasumber yang merupakan jemaat dalam penelitian ini berjumlah 10 orang. Hampir
seluruh narasumber beranggapan bahwa peran dan tanggungjawab penatua yang dijalankan
menurut mereka sudah menjalankan tugasnya dengan baik. Meskipun terdapat salah satu jemaat
yang beranggapan bahwa terdapat penatua yang masih belum melakukan tugasnya dengan baik.
64
Berbicara mengenai seberapa penting kehadiran penatua dalam gereja, seluruh jemaat
mengatakan bahwa penatua memiliki peranan penting dan juga tanggungjawab yang penting
dalam pelayanan gereja. Mereka beranggapan bahwa pelayanan gereja secara khusus ibadah
dapat terlaksana dengan kehadiran dari para penatua yang turut membantu dalam pelayanan
gereja. Namun keterangan yang diterima dari para narasumber meskipun mereka menganggap
bahwa kehadiran dan juga peran penatua merupakan hal yang penting bagi gereja, mereka tetap
Mereka menilai bahwa tugas yang mereka kerjakan yaitu berkunjung ke rumah-rumah
jemaat, memberikan informasi dari pendeta ke tiap jemaat maupun dari jemaat kepada pendeta
dapat dilakukan dengan baik. Jemaat tersebut juga memberikan informasi bahwa penatua di
gereja juga melakukan pendataan untuk mengetahui jemaat yang sedang sakit dan juga yang
malas ke gereja. Sehingga para jemaat berpendapat bahwa penatua mereka telah melakukan
tugas dengan baik selayaknya para penatua secara khusus di gereja HKBP
merupakan hal yang penting, tetap saja minat mereka untuk menjadi penatua masih sangat
minim. Sebagian besar narasumber yang merupakan jemaat ini telah ditawarkan dan diajak untuk
Alasan yang banyak diungkapkan oleh para narasumber yaitu masalah dengan waktu.
Mereka mengatakan bahwa mereka belum mampu membagi waktu antara pekerjaan dan juga
tanggungjawab menjadi penatua sehingga mereka merasa belum waktunya untuk menjadi
penatua. Terdapat pula jemaat yang mengatakan bahwa mereka masih terlalu muda. Usia mereka
65
muda menurut salah satu jemaat berpotensi mengakibatkan adanya perdebatan ketika
Terdapat juga dari mereka yang mengatakan bahwa alasan mereka menolak adalah
karena kurangnya pengalaman. Alasan lain yang diungkapkan yaitu ketidaksanggupan untuk
menjalankan tanggungjawab menjadi penatua. Beberapa jemaat juga mengatakan bahwa diri
mereka belum bisa menjadi contoh bagi jemaat, karena mereka beranggapan bahwa penatua
harus menjadi sosok yang dapat ditiru oleh jemaat melalui cara hidup mereka.
66
BAB IV
4.1. Analisa
Melalui penelitian yang telah dilakukan, dapat dikatakan bahwa gereja HKBP Ressort
Hataran Jawa beserta gereja pagarannya menyadari kurangnya minat jemaat untuk menjadi
seorang penatua. Pendeta sendiri yang mengakui bahwa di beberapa gereja pagaran terdapat
kuantitas penatua yang tidak memadai. Bahkan dia sendiri telah melakukan dan juga mengajak
para jemaat untuk menjadi penatua namun masih banyak jemaat yang menolak. Strategi akhir
yang dipersiapkan adalah untuk meminta dan memperpanjang masa aktif dari penatua yang
Sehingga dari keterangan tersebut terlihat pendeta resort dari HKBP Hataran Jawa juga
merasakan kesulitan dan juga kendala yang sama. Dia mempersiapkan strategi yang menurut
data HKBP dapat dikatakan sebagai “melanggar” ketetapan HKBP yang hanya menetapkan
penatua aktif sampai usia 65 tahun. Strategi dipersiapkan mau tidak mau karena mengantisipasi
kurangnya kuantitas penatua di jemaat secara khusus gereja HKBP Hataran Jawa.
Melalui wawancara dengan para penatua dari gereja HKBP Ressort Hataran Jawa Beserta
dengan pagarannya, terlihat juga para penatua yang telah berusaha mengajak dan juga mencoba
menawarkan kepada jemaat untuk menjadi seorang penatua. Dalam wawancara mereka
kebanyakan mengatakan bahwa jemaat yang mereka tawarkan tersebut menurut mereka memiliki
potensi untuk menjadi seorang penatua. Bahkan dengan analisis tersebut, para jemaat masih
memiliki minat yang kurang untuk menjadi seorang penatu. Melalui keterangan wawancara
dengan para penatua dapat dilihat memang benar para penatua memiliki kendala dan juga
67
mereka merasa tidak ada hambatan dan juga kesulitan namun dapat dipastikan tentu terdapat
Hampir semua penatua yang menjadi narasumber pernah mencoba untuk mengajak
jemaat mereka namun kemudian ditolak. Menurut keterangan alasan para jemaat tersebut
menolak kebanyakan adalah karena usia dan juga karena pekerjaan sehingga sulit untuk
membagi waktu. Peneliti sendiri melihat bahwa memang para jemaat kurang memiliki hati yang
terbuka untuk menjadi seorang penatua seperti yang dikatakan beberapa penatua di dalam proses
wawancara. Sehingga umur dan juga pekerjaan dijadikan sebagai alasan. Alasan yang paling
banyak ditemukan juga dalam proses wawancara yaitu para jemaat yang belum mampu
Dapat dikatakan bahwa hal tersebut sebenarnya telah diantisipasi oleh gereja HKBP
dengan melaksanakan program learning bagi para calon penatua untuk lebih menggali dan juga
mempersiapkan diri. Sehingga dapat dikatakan bahwa alasan demikian sebenarnya telah
menemukan jalan keluar. Dalam proses learning tersebutlah para calon penatua mendapat
gambaran akan tugas dan juga tanggungjawab yang akan diemban nantinya setelah menjadi
seorang penatua. Melalui proses learning tersebutlah para jemaat mampu untuk melihat potensi
diri dan juga mencoba merefleksi diri untuk menerima ataupun menolak untuk menjadi seorang
penatua.
Dapat dikatakan bahwa jemaat di gereja HKBP Ressort Hataran Jawa memang masih
lebih mementingkan pekerjaan. Bahkan hal tersebut didukung oleh keterangan dari penatua yang
mengatakan bahwa terkadang jemaatnya akan lebih memilih untuk bekerja pada hari minggu
ketimbang beribadah. Sehingga terdapat keterangan dari penatua yang menurut peneliti benar,
68
dalam ibadah para jemaat sudah sulit untuk membuka hati terlebih untuk mengemban
Hal ini didukung oleh keterangan dari para narasumber yang merupakan jemaat dari
gereja-gereja yang merupakan lokus penelitian. Kebanyakan dari mereka mengatakan dan
mengakui bahwa gereja membutuhkan penatua dalam proses pelayanannya. Mereka mengakui
bahwa peranan penatua merupakan peranan yang penting dalam gereja namun mereka justru
tidak berminat untuk tergabung di dalamnya. Terlebih terdapat gereja yang hanya memiliki 1
orang penatua dan bahkan sudah berusaha menawarkan serta mengajak jemaatnya untuk
bergabung namun kemudian ditolak karena merasa belum sanggup untuk mengemban dan juga
Tugas dan juga tanggungjawab menjadi seorang penatua memang dapat dikatakan
sebagai tugas dan tanggungjawab yang cukup berat. Seperti yang dikatakan oleh Watchman Nee
bahwa penatua haruslah Para penatua adalah yang bertugas sebagai penilik jemaat. Penilik
berarti pengawas. Pengawas bukan berarti untuk menggantikan tugas orang lain dalam
pekerjaannya. Alkitab memuat bahwa saudara-saudaralah yang bekerja, dan tugas seorang
penatua adalah sebagai pengawas dan diantara saudara-saudara itu tidak boleh ada yang
menganggur melainkan semuanya harus bekerja itulah yang menjadi tugas para penatua. Mereka
yang disebut sebagai penatua adalah sebagai pemrakarsa, yang bertugas sebagai penilik. Tugas
mutlaknya adalah sebagai komandan. Ketika ditemukan pekerja yang tidak melakukan
pekerjaannya atau melakukan pekerjaannya dengan nyali yang kecil, tidak berani keluar, apatis,
pesimis untuk melakukan pekerjaannya maka tugas penatualah untuk datang memberi dorongan
dan mengingatkan mereka serta menguatkan mereka. Juga dalam melakukan tugasnya, penatua
69
bukanlah pengganti pekerja yang lain untuk melakukan pekerjaannya melainkan mengawasi
mereka. Pada akhirnya, penatua bukanlah para pemborong yang melakukan tugas yang tidak
tanggungjawab yang mudah menurut keterangan tersebut. Hal tersebutlah yang sebenarnya
membuat para jemaat kurang berminat untuk menjadi seorang penatua. Hal tersebut sangatlah
terbukti dalam proses wawancara ini dimana para narasumber juga mengatakan dan menjelaskan
ketidak mampuan mereka dalam mengemban dan menjalankan tanggungjawab tersebut dan oleh
Dari proses wawancara juga dapat dilihat bahwa para jemaat enggan untuk menerima dua
tanggungjawab sekaligus. Kebanyakan jemaat mengatakan bahwa mereka kurang mampu dalam
hal membagi waktu namun dapat dikatakan bahwa mereka kurang mampu untuk menempatkan
Dapat terlihat melalui jawaban yang kebanyakan mengatakan bahwa mereka tidak
mampu untuk membagi waktu namun diwaktu yang bersamaan terdapat penatua yang mampu
dan bisa untuk membagi waktu. Dilihat dari kedua kasus tersebut,dapat terlihat bahwa para
jemaat justru menunjukkan bahwa mereka tidak mampu untuk menjalankan dua tanggungjawab.
Dan ada juga jemaat yang mengatakan bahwa usia adalah alasan mereka.
Dapat dikatakan bahwa usia tidak ada sangkut pautnya dalam mengemban tugas menjadi
seorang penatua. Justru pemikiran dari orang yang lebih muda lah yang dapat mentransformasi
pelayanan di gereja. Sehingga alasan dengan mengatakan umur yang masih muda seharusnya
104
Pandangan Watchmann Nee mengenai penatua yang telah dimuat pada bab 2 poin 2.3. pandangan para ahli
mengenai penatua
70
tidak menjadi alasan penghambat menjadi penatua. Dengan usia yang muda tidak berarti akan
selalu berbeda cara berpikir dengan para penatua yang sudah tua. Justru para penatua dengan
usia yang muda dapat membagikan pola dan ide yang baru sedangkan yang tua dapat
membagikan pengalaman mereka sebagai penatua, sehingga keduanya justru saling melengkapi
Oleh sebab itulah, melalui proses wawancara peneliti melihat bahwa sebenarnya para
jemaat memiliki minat yang kecil faktor utama nya adalah mengenai tanggungjawab. Gambaran
penatua yang melekat adalam para pelayan dengan kesibukan dan juga tanggungjawab,
gambaran ini juga bisa menjadi faktor utama yang mengakibatkan para jemaat enggan untuk
Melalui hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab III, maka akan dipaparkan
Penatua merupakan jabatan yang penting dalam pelayanan gereja. Hal ini didukung oleh
seluruh informan yang mengatakan bahwa penatua merupakan jabatan yang penting
untuk gereja. Pendeta mengatakan bahwa penatua menjadi penting untuk menjalankan
segala hal yang telah disusun dalam gereja, mulai dari program dan seluruh hal-hal yang
merupakan posisi ataupun identitas yang dirancang untuk memudahkan dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan,105 maka penatua yang merupakan jabatan bertujuan untuk
mencapai tujuan dari program gereja itu sendiri. Oleh karena itulah, jabatan penatua
menjadi penting untuk menjalankan pelayanan gereja baik di resort maupun dipagaran,
dan hal ini lah yang disetujui oleh pendeta, penatua dan juga jemaat.
105
Dimuat pada bab II pada poin 2.1.1. mengenai jabatan
71
Pentingnya penatua dalam pelayanan gereja juga dipengaruhi oleh anggapan bahwa
penatua merupakan pemimpin. Hal ini terbukti dari narasumber penelitian yang
kebanyakan pagaran dipimpin oleh penatua. Oleh sebab itulah sosok pemimpin melekat
dan menjadi identitas dari penatua itu sendiri. 106 Penatua dianggap sebagai sosok yang
berpengaruh dalam lingkungan gereja, hal tersebut terlihat dari seluruh narasumber yang
kebanyakan mengakui bahwa penatua telah mengerjakan tugasnya dengan baik dan
mereka mengakui bahwa peran penatua merupakan peran yang begitu penting bagi
gereja, sehingga hal ini sesuai dengan pemahaman penatua dalam PL yang juga melihat
penatua sebagai orang dan posisi yang sangat berpengaruh bagi masyarakat.107
Pendeta HKBP Hataran Jawa Ressort Hataran Jawa dalam proses wawancara juga
melalui perkataan dan perspektifnya mengenai penatua, dapat dipahami bahwa penatua
terkhusus di beberapa wilayah pagaran. Esensi tersebut sudah menjadi esensi penatua
apabila dikaji melalui sejarah penatua dalam gereja HKBP yang memang sedari awal
sudah merupakan rekan dari para pendeta untuk mensukseskan program pelayanan yang
ada di gereja.108 Oleh karena itulah pernyataan dari seluruh narasumber yang mengatakan
bahwa peranan penatua merupakan peranan dan jabatan yang penting dalam gereja
Apabila diperhadapkan dengan konfessi HKBP tahun 1951 pasal 9 dan konfessi HKBP
tahun 1996 pasal 9 mengenai majelis gereja, diungkapkan beberapa poin yang menjadi
tugas dari seluruh majelis gereja yang mana di dalamnya tentu penatua juga termasuk.
memberitakan injil kepada warga jemaat, dan lain-lain 109, dapat diakui bahwa para
penatua memiliki peran yang amat penting dalam gereja yang tentu ikut serta dalam
menjalankan tugas majelis gereja yang telah dimuat pada konfessi 1951 pasal 9.
Apabila dilihat dari perspektif jemaat yang mengatakan bahwa sosok penatua merupakan
orang-orang yang harus menjadi orang yang layak ditiru di lingkungan jemaat, hal ini
dapat dikatakan sebagai hal yang benar. Didukung oleh dokumen HKBP yang
mengatakan bahwa syarat untuk menjadi seorang penatua adalah orang-orang yang tidak
berperilaku bercela.110. Sehingga benar apabila dikatakan bahwa penatua harus bisa
menjadi orang-orang yang dapat ditiru dalam lingkungan gereja yang dia layani.
standar hidup yang teladan dalam hal spiritual, etika dan juga moralitas. Penatua menurut
PB juga adalah orang-orang yang hidup tanpa cela dan juga bermartabat.111
Pendapat yang diungkapkan oleh Alexander Strauch mengenai penatua yang mana dia
menguraikan beberapa poin mengenai sifat dan nilai yang harus dimiliki oleh penatua
yaitu:112
penatua untuk melayani di gereja dan memberikan tugas yang khusus yaitu
persaudaraan, keimanan dan menjadi hamba yang baik bagi gereja. Namun
109
Dimuat pada Bab II poin 2.4.2. mengenai Penatua menurut Konfessi HKBP
110
Dimuat pada Bab II poin 2.4.3. mengenai tanggungjawab penatua berdasarkan dokumen HKBP
111
Dimuat pada Bab II poin 2.2.2. mengenai landasan biblis menurut perspektif PB terhadap penatua
112
Dimuat pada Bab II poin 2.3. mengenai pandangna para ahli tepatnya pendapat yang dikemukakan oleh
Alexander Strauch
73
dikarenakan situasi budaya setiap warga sangat beraneka ragam maka ini mungkin
2. Rendah hati. Bukan hanya sifat persaudaraan namun sifat untuk rendah hati juga
menjadi sangat penting dimiliki oleh seorang penatua. Karena jelas Alkitab memuat
bahwa perintah utama adalah menjadi hamba daripada saudara. Yesus berulang-ulang
mengajar murid-Nya mengenai kerajaan sorga yang hanya dapat dicapai dengan
kerendahan hati. Demikianlah para penatua harus memiliki sifat kerendahan hati
3. Karakter moral yang baik. Para penatua yang bertugas sebagai penilik jemaat
diharapkan memiliki karakter moral yang baik dan tidak bercacat dalam semua segi
kehidupannya. Demikianlah harus diperhatikan bahwa para penatua harus bebea lepas
dari segala hal yang tidak sopan, merusak karakter dan tingkah laku dan sebagainya.
Para penatua harus benar-benar dapat memiliki karakter moral yang baik.
4. Menjadi kepala keluarga yang baik. Hal ini menjadi sangat penting karena
merupakan kehendak Allah yaitu bahwa para penatua adalah para kepala keluarga
yang disegani dan dihormati oleh anak-anaknya sehingga hal yang harus dilakukan
5. Cakap mengajrkan firman Allah. Surat 1 Timotius dan Titus, secara tegas
menyatakan bahwa untuk menjadi penatua harus mengenal Alkitab dan dapat
firman Tuhan dan siap mengajarkan kebenaran firman kepada orang lain.
74
Melalui pandangan Strauch tersebut, dapat dikatakan bahwa persepsi yang melekat dalam
diri penatua memanglah persepsi bahwa penatua memiliki hidup dan pribadi yang tidak
Namun dapat dikatakan bahwa karena persepsi yang melekat dalam diri penatua yang
perilaku yang baik, hal tersebut justru membuat para jemaat enggan untuk menjadi
penatua dikarenakan terlebih dahulu menilai dan menganggap bahwa diri mereka belum
Sebagian dari narasumber yang merupakan jemaat, mengatakan bahwa dia tidak berminat
menjadi penatua karena dirinya merasa tidak menjadi sosok yang dapat ditiru oleh orang
lain sehingga belum layak menjadi penatua. Penatua di gereja tersebut beberapa
menurut mereka layak untuk menjadi penatua. Orang-orang yang menurut mereka layak
merupakan orang yang sempat mereka tawarkan menjadi penatua. Hal ini terbukti dari
pernah bahkan sering untuk mengajak beberapa orang dari jemaat mereka untuk menjadi
seorang penatua. Namun kebanyakan dari mereka justru menolak dengan salah satu
Minat jemaat untuk menjadi penatua melalui penelitian ini bisa dikatakan memiliki minat
yang kecil untuk menjadi penatua. Hal ini terlihat dengan fakta bahwa kebanyakan dari
narasumber yang diwawancarai mengaku sudah pernah diminta dan diajak untuk menjadi
Alasan-alasan yang diungkapkan juga beragam. Ada beberapa jemaat yang mengatakan
bahwa alasan mereka menolak karena umur mereka yang masih mudah. Dengan data
yang menunjukkan bahwa kebanyakan jemaat yang menjadi narasumber sudah berusia
minimal 30 tahun ke atas, dan dengan dokumen HKBP yang mengatakan bahwa usia
minimal untuk menjadi penatua adalah 25 tahun 113, dapat dikatakan bahwa alasan tersebut
tidak dapat diterima. Usia minimum jemaat untuk menjadi penatua adalah 25 tahun
dengan lama pelayanan kurang lebih 40 tahun, dapat dikatakan bahwa dengan
narasumber yang berusia sudah 30 tahun ke atas namun memakai alasan usia yang masih
terlalu muda dapat mempengaruhi lamanya pelayanan dengan kata lain pelayanannya
untuk gereja akan semakin cepat, sehingga membutuhkan pengganti yang lebih cepat.
Hal tersebut terlihat dari salah satu gereja yang menjadi lokus penelitian, yang mana di
gereja tersebut hanya memiliki satu orang penatua saja, dan kebanyakan jemaat disana
menolak untuk menjadi penatua sehingga tidak ada rekan yang dimiliki penatua tersebut
untuk menjalankan tugas dan pelayanan gereja, jemaat juga hanya dapat bergantung pada
satu orang penatua saja. Dengan usia penatua yang melayani di tempat tersebut berusia
54 tahun, dan tidak memiliki rekan tentu ada kendala yang dialami.
Alasan umur menurut hasil wawancara ini, memiliki kemungkinan berkaitan dengan
pengalaman dalam gereja, ada kemungkinan jemaat beranggapan bahwa jemaat dengan
usia yang lebih tua memiliki pengalaman yang lebih sehingga lebih layak menjadi
penatua. Ada juga dari jemaat yang mengatakan bahwa dengan usia mudanya, jemaat
tersebut memiliki kekhawatiran tidak dapat berkomunikasi dengan baik dengan para
penatua senior yang sudah lebih tua karena perbedaan ide. Keterangan-keterangan
tersebut menurut peneliti tidak dapat dijadikan sebagai alasan. Apabila dikaitkan dengan
113
Dimuat pada Bab II poin 2.4.3. mengenai Syarat dan Tanggungjawab Penatua berdasarkan Dokumen HKBP
76
pengalaman, setiap jemaat yang ingin menjadi penatua pasti belum pernah menjadi
penatua, para penatua di gereja-gereja tersebut juga sebelum menjadi penatua, tentu tidak
memiliki pengalaman sebagai penatua. Oleh karena itulah HKBP sendiri sebelum
memberikan tahbisan kepada jemaat yang ingin menjadi penatua terlebih dahulu
menjalankan program learning, dengan tujuan memberikan gambaran akan pekerjaan dan
juga tanggungjawab dari penatua, dari sana setiap jemaat dapat menerima nasihat dari
penatua yang sudah memiliki pengalaman dan juga melalui pengamatan, sehingga
pengalaman tersebut dapat dipelajari secara bertahap. Justru peneliti beranggapan bahwa
dengan usia yang muda, justru lebih memungkinkan seseorang tersebut memperoleh
lebih banyak pengalaman dibandingkan menahan-nahan dengan alasan umur yang terlalu
muda. Seperti yang dikatakan oleh J.R. Hutauruk bahwa regenerasi diperlukan dengan
tujuan adanya ide baru114, tentu orang dengan usia lebih muda lebih paham mengenai ide
dan juga perubahan yang diperhadapkan dengan konteks dan juga predikis akan masa
yang akan datang sehingga program yang disusun juga sesuai dengan kebutuhan jemaat
dalam jangka waktu yang panjang. Jemaat yang mengatakan bahwa dia tidak
berkeinginan menjadi penatua dengan alasan akan menimbulkan perbedaan ide. Peneliti
berpendapat bahwa munculnya perbedaan ide tidak dipengaruhi karena usia, kelompok
orang dengan usia yang sama juga akan mengalami perbedaan ide, justru perbedaan ide
tersebut harus diatasi dengan diskusi dan juga rapat sehingga didapatkan keputusan yang
sesuai dengan kebutuhan jemaat. Oleh karena itu usia tidak menjadi faktor penyebab
munculnya perbedaan ide, karena perbedaan ide merupakan hal yang lumrah untuk
terjadi. Alasan jemaat yang mengatakan bahwa usia mereka menjadi alasan tidak menjadi
Alasan lain yang banyak dikemukakan oleh para narasumber yang merupakan jemaat
adalah mereka mengatakan bahwa mereka tidak dapat membagi waktu antara pekerjaan
dan juga tanggungjawab menjadi penatua sehingga kebanyakan dari mereka lebih
memilih untuk berfokus melakukan pekerjaannya. Alasan ini muncul karena jemaat yang
satu penatua kalau di gereja yang ia layani, kebanyakan jemaat tetap menjalankan
pekerjaan pada hari minggu dan lebih memilih untuk tetap mengerjakan pekerjaan
mereka. Peneliti melihat bahwa alasan ini menunjukkan adanya dilema dalam diri jemaat
faktor ekonomi berupa pekerjaan bisa saja mempengaruhi waktu yang dipakai, namun
apabila dilihat secara fakta, para penatua yang aktif melayani di gereja HKBP Hataran
Jawa Ressort Hataran Jawa beserta gereja-gereja pagarannya juga memiliki pekerjaan
mengatakan bahwa tantangan yang mereka alami berada di waktu, namun faktnya para
penatua tersebut dapat melakukan tugas dan tanggungjawab mereka dengan baik.
Keberhasilan tersebut terjadi karena adanya koordinasi yang baik dari seluruh majelis
pelayanan yang dilakukan di gereja. Sehingga terbukti bahwa kesulitan dalam membagi
waktu dapat diatasi apabila ada kerjasama yang baik antar penatua.
Pekerjaan memang harus diakui sebagai sesuatu yang penting, namun peneliti
berpendapat bahwa apabila pekerjaan dikatakan sebagai faktor sehingga sulit untuk
membagi waktu, agaknya alasan tersebut sulit untuk diterima apabila kuantitas dari
78
penatua memadai dalam pelayanan gereja. Peneliti melihat kembali kepada gereja dengan
jumlah penatua yang minim, seperti gereja pagaran dengan satu penatua. Apabila
pekerjaan menjadi alasan utama, tentu penatua ini seharusnya juga memiliki pekerjaan
dalam memenuhi kebutuhan yang harus dilakukan, namun yang terjadi justru penatua
tersebut bekerja sendiri dan tidak memiliki rekan dikarenakan jemaat yang enggan
menjadi penatua. Penatua tersebut tentu memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi,
terlebih lagi dia hanya melakukan pelayanan dengan tenaga dan pikirannya sendiri di
gereja pagaran tersebut. Namun fakta membuktikan bahwa beliau dapat mengerjakannya
dengan baik, bahkan dengan usia yang sudah tua. Sehingga ketika pekerjaan dijadikan
alasan sehingga tidak dapat membagi waktu, beberapa penatua membuktikan bahwa
Peneliti beranggapan bahwa alasan tersebut muncul dikarenakan pikiran jemaat yang
memang masih berfokus kepada hasil yang berupa materi demi mendukung
perekonomian. Penatua dalam pelayanan gereja sama sekali tidak memiliki gaji yang
dapat menopang dan memenuhi kebutuhan ekonomi dan kehidupan, sehingga pusat dan
dahulu.
Alasan lain dari jemaat yang diungkapkan pada proses wawancara yaitu
teori yang telah dituliskan pada bab II dapat dipahami bahwa tentu tanggungjawab
penatua merupakan tanggungjawab yang tidak main-main dan tidak dapat dianggap
tugas dan tanggungjawab penatua. Oleh karena itu berbicara mengenai tanggungjawab
dapat dikatakan bahwa tentu dalam menjalankannya merupakan hal yang berat.
Namun disatu sisi, dalam proses wawancara dengan penatua, beberapa dari mereka
mengatakan bahwa tanggungjawab akan menjadi ringan dan tidak menjadi berat apabila
tugas dan tanggungjawab sebagai penatua merupakan hal yang penting. Berdasarkan
pengertiannya, minat berarti keinginan untuk mempelajari sesuatu, minat juga dapat
diartikan sebagai keingina, kesukaan dan juga kemauan dari diri sendiri untuk melakukan
sesuatu.115 Sehingga ketika tidak ada muncul minat dalam diri seseorang tentu dalam
melakukan suatu tugas dan tanggungjawab berbagai alasan dan faktor tertentu akan
muncul. Minat yang berasal dari diri sendiri mendorong seseorang untuk berkemauan dan
melakukan sesuatu termasuk untuk menjadi penatua dibutuhkan minat dari diri sendiri
dalam menjalankannya. Terbukti dari beberapa penatua yang telah diwawancarai dan
mengaku bahwa dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab penatua, hambatan dan
tantangan tidak menjadi penghambat karena mereka mengatakan bahwa mereka menjadi
penatua berdasarkan keinginan sendiri dan kemauan sendiri. Terbukti pula dari pelayanan
yang tetap berjalan meskipun para penatua tersebut memiliki kesibukannya masing-
masing. Melalui penelitian ini dapat dilihat bahwa kurangnya minat untuk menjadi
penatua dipengaruhi oleh beberapa alasan yang justru semakin mengubur minat tersebut.
115
Dimuat pada bab II poin 2.1.4. mengenai minat jemaat.
80
Paradigma dan juga stigma terhadap penatua yang harus menjadi teladan bahkan
dijadikan alasan sehingga menurunkan minat dari diri sendiri dan menutup diri.
Pada tata dasar dan tata laksana HKBP 2002 setelah amandemen ketiga dikatakan bahwa
syarat untuk menjadi penatua poin yang pertama yaitu warga jemaat yang
sudah memastikan bahwa minat dari diri sendiri merupakan titik dasar untuk menjadi
penatua. Kata mempersembahkan pada poin pertama ini bisa diartikan bahwa jemaat
yang ingin menjadi penatua harus terlebih dahulu memiliki minat sehingga kata
pelayanan gereja.
Melalui hasil penelitian dan analisa penelitian dapat dikatakan bahwa jemaat memiliki
minat yang rendah untuk menjadi penatua meskipun menganggap bahwa peran dan
tanggungjawab penatua dalam pelayanan gereja merupakan hal yang penting. Faktor
yang menyebabkan hal tersebut diantaranya usia yang dianggap masing terlalu muda,
menganggap diri sendiri belum bisa menjadi contoh bagi jemaat, tidak bisa membagi
pelayanan gereja.
minat dari warga gereja untuk menjadi penatua tidak kian bertambah besar, keterangan
yang didapatkan dari pendeta resort bahwa terpaksa para penatua yang seharusnya telah
pensiun tetap diaktifkan sebagai penatua dan diperpanjang masa pelayanannya di gereja.
Berdasarkan hasil penelitian dan juga analisa penelitian, maka rencana aksi yang dapat
2. Gereja menyusun program secara berkala dan konsisten mengenai sosialisasi terhadap
3. Gereja dengan programnya menyadarkan jemaat bahwa kehadiran dari penatua dalam
4. Gereja menyusun sosialisasi kepada para jemaat untuk menyadarkan pentingnya peran
5. Gereja menanamkan rasa tanggungjawab dalam diri jemaat sehingga kebanyakan jemaat
Melalui hasil penelitian dan juga analisis penelitian, rumusan masalah yang telah ditetapkan
sudah terjawab. Peranan penatua dalam perspektif pendeta, penatua, dan juga jemaat dari HKBP
Hataran Jawa Ressort Hataran Jawa beserta gereja-gereja pagaran telah menjalankan perannya
dengan baik. Meskipun salah satu jemaat mengatakan dan menilai bahwa terdapat penatua yang
belum menjalankan secara maksimal panggilannya sebagai penatua, hal tersebut juga dibenarkan
dengan keterangan dari pendeta resort yang juga mengatakan bahwa terdapat beberapa penatua
di gereja-gereja pagaran yang masih belum maksimal dalam menjalankan perannya. Tantangan
dan hambatan yang dialami oleh para penatua juga beraneka ragam. Mulai dari penatua yang
merasa bahwa menghadapi jemaat yang memiliki keinginan beribadah rendah merupakan suatu
tantangan, ada juga penatua yang menganggap bahwa jemaat yang lebih mementingkan
82
pekerjaan termasuk pada hari minggu juga merupakan hambatan. Rencana aksi telah disusun
seperti yang telah dipaparkan pada poin 4.2. mengenai rencana aksi.
Hipotesa yang telah ditetapkan yaitu penatua merupakan jabatan gerejawi yang penting
dalam gereja HKBP sebab tanggungjawab yang diemban penatua juga tentu sangat penting,
keadaan itu menyebabkan jemaat menunda keinginan menjadi penatua dengan beberapa
pertimbangan yang berkaitan dengan kesibukan diri, pengalaman diri dan ketidaksanggupan
melaksanakan tugas penatua secara pribadi. Setelah pelaksanaan penelitian dan analisa hasil
penelitian, hipotesa dapat dibuktikan. Terlihat melalui uraian hasil penelitian dan juga analisa
hasil penelitian bahwa seluruh narasumber menganggap penatua merupakan jabatan gerejawi
yang penting dalam gereja HKBP. Tanggungjawab yang penting itu juga yang menyebabkan
kurang. Bahkan didapatkan juga terdapat faktor lain dari yang diuraikan sebagai hipotesa, umur
juga menjadi faktor yang menyebabkan jemaat memiliki minat yang kurang untuk menjadi
penatua.
BAB V
5.1. Kesimpulan
83
Setelah hasil penelitian diuraikan dan setelah analisa penelitian dilakukan untuk
1. Keseluruhan narasumber, baik pendeta resort, para penatua dan juga jemaat menganggap
dan mengakui bahwa peran penatua dalam pelayanan gereja di HKBP Ressort Hataran
Jawa termasuk gereja-gereja pagaran melakukan peran mereka dengan baik. Namun
pendeta resort sendiri menilai bahwa terdapat beberapa penatua yang belum menjalankan
tugas mereka dengan baik, hal tersebut juga diutarakan oleh salah seorang dari
narasumber yang merupakan jemaat, beliau juga beranggapan bahwa masih ada penatua
2. Tantangan dan hambatan yang dialami oleh para penatua dalam menjalankan tugas dan
yang dimaksud yaitu: Membagi waktu, menghadapi jemaat yang jarang beribadah
dikarenakan pekerjaan, mempelajari musik, dan juga menghadapi jemaat yang sulit
3. Beberapa penatua juga mengatakan bahwa mereka tidak mengalami tantangan dan
hambatan yang berat. Mereka beranggapan bahwa selama pekerjaan dan juga
4. Melalui hasil penelitian dan analisa penelitian dapat dikatakan bahwa jemaat memiliki
minat yang rendah untuk menjadi penatua meskipun menganggap bahwa peran dan
5. Faktor penyebab dari kurangnya minat jemaat untuk menjadi penatua yaitu persepsi
jemaat yang melekat pada penatua yang menganggap bahwa penatua memiliki tugas dan
tanggungjawab yang berat. Penatua juga harus menjadi contoh bagi jemaat yang dilayani.
Sehingga justru hal tersebut memunculkan penilaian jemaat terhadap diri mereka sendiri
bahwa mereka belum mampu untuk menjalankan tanggungjawab yang berat tersebut,
mereka juga beranggapan bahwa mereka belum mampu untuk menjadi contoh karena
adanya perilaku dari dir mereka sendiri yang menurut mereka buruk, kurangnya
pengalaman, tidak mampu membagi waktu, dan juga karena usia yang menurut beberapa
minat dari warga gereja untuk menjadi penatua tidak kian bertambah besar, keterangan
yang didapatkan dari pendeta resort bahwa terpaksa para penatua yang seharusnya telah
pensiun tetap diaktifkan sebagai penatua dan diperpanjang masa pelayanannya di gereja.
8. Hipotesa yang telah ditetapkan yaitu penatua merupakan jabatan gerejawi yang penting
dalam gereja HKBP sebab tanggungjawab yang diemban penatua juga tentu sangat
penting, keadaan itu menyebabkan jemaat menunda keinginan menjadi penatua dengan
beberapa pertimbangan yang berkaitan dengan kesibukan diri, pengalaman diri dan
penelitian dan analisa hasil penelitian, hipotesa dapat dibuktikan. Terlihat melalui uraian
hasil penelitian dan juga analisa hasil penelitian bahwa seluruh narasumber menganggap
penatua merupakan jabatan gerejawi yang penting dalam gereja HKBP. Tanggungjawab
terdapat faktor lain dari yang diuraikan sebagai hipotesa, umur juga menjadi faktor yang
5.2. Saran
86
memperhatikan dengan baik perilaku dari tiap-tiap warga jemaat, dengan tujuan untuk
mendapatkan jemaat-jemaat tertentu yang menurut pengamatan para majelis gereja dapat
2. Gereja melakukan pendekatan kepada para jemaat, seperti melakukan kunjungan khusus
kepada jemaat-jemaat yang telah diamati dan sudah dianggap layak untuk menjadi
3. Menunjukkan pelayanan yang maksimal di depan seluruh jemaat, dan juga menerangkan
kepada jemaat bahwa peran dan juga tanggungjawab penatua bukan tanggungjawab yang
4. Menunjukkan partisipasi yang baik dalam kehidupan bermasyarakat untuk menarik dan
5. Gereja harus menciptakan lingkungan jemaat dimana para penatua dapat berinteraksi
secara intens kepada para jemaat sehingga kehadiran para penatua lebih terasa
jemaat dan keinginan untuk memahami peran dan tanggungjawab dari penatua.
87