Anda di halaman 1dari 2

Laporan

Nama : Hottua Antoni Naibaho

NIM : 0220180498

Mata Kuliah : Filsafat Pastoral

Dosen : Pdt. Dr. Budi Rahardjo, M.Th.

Pengaruh Spiritualitas Pendeta terhadap Keberhasilan Pelayanan Pastoral

Spiritualitas telah diidentifikasi sebagai dimensi kepemimpinan yang semakin mendapat


perhatian dalam literatur kepemimpinan dan organisasi, termasuk kependetaan dalam hal
pelayanan pastoralnya. Dengan meningkatnya tuntutan dan kompleksitas organisasi, para
pendeta sebagai “pemimpin gereja” cenderung berjuang dengan beban kerja dan kelelahan yang
berlebihan. Spiritualitas dan hubungannya dengan praktik spiritual spesifik berkontribusi
terhadap kesehatan emosi dan psikologis para pendeta, perasaan sejahtera, dan efektivitas
pelayanan holistik (keseluruhan; baik pastoral maupun pelayanan gerejawi lainnya). Para
pendeta, satu kelompok pemimpin yang aktif, menghadapi masalah kepemimpinan dan
kerohanian sebagai bagian dari pengembangan pribadi dan panggilan iman mereka. Rata-rata
pendeta bekerja antara lima puluh dan enam puluh jam per minggu, menghabiskan waktu
terbatas dalam kegiatan pembinaan spiritual pribadi, dan tidak memiliki asisten/teman dekat
pribadi maupun semacam jaringan pendukung. Sambil memelihara orang lain secara rohani, para
pendeta sering cenderung mengabaikan pertumbuhan spiritual pribadi mereka sendiri.

Gereja adalah institusi spiritual. Secara rohani, dipahami bahwa Yesus Kristus adalah
“kepala tubuh, yaitu jemaat/gereja” (Kol.1:18). Secara manusiawi, pendeta seharusnya
“menggembalakan kawanan domba Allah yang ada di antara dia, melakukan pengawasan, bukan
di bawah paksaan, tetapi dengan sukarela, seperti yang Allah kehendaki; bukan untuk
keuntungan yang memalukan, tetapi dengan penuh semangat untuk mengabdikan diri; tidak
mendominasi orang-orang lain, tetapi menjadi teladan bagi kawanan domba” (1 Pet. 5:2-
3). Gambaran yang dilukiskan pada seorang pendeta ini adalah gembala yang menunjukkan
kerendahan hati, kedewasaan, dan ukuran kesehatan mental yang membutuhkan kesadaran diri
dan hubungan spiritual yang mendalam dengan Tuhan. Ketika para pendeta mengabaikan sumber
daya manusia dan spiritual yang telah Allah tempatkan di sekitar mereka, mereka melakukannya

1
Laporan

atas risiko yang mereka hadapi sendiri. Kurangnya hubungan dalam fleksibilitas pengungkapan
diri akan menyoroti perlunya lebih banyak pemahaman tentang bagaimana mempertahankan
mental dan spiritual pastoral. Akan tetapi di sisi lain Rasul Paulus pernah menyatakan dalam
tulisannya, “sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan” (Fil. 4:11). Ayat
ini hendak menunjukkan bahwa sebagai pelayan jemaat, ia memahami benar gaya hidup yang
harus dipraktekkan dan perlihatkan kepada warga jemaat, bahwa dalam pelayanannya ia tidak
menuntut atau menekan warga jemaat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara berlelebihan.
Tugas dan tanggung jawab utama adalah melaksanakan tugas pelayanan sebagaimana mestinya.
Di sini Rasul Paulus melaksanakan tugas pelayanannya, bukan berdasar kehendak dan
kewibawaannya, tetapi ia melakukannya sebagai utusan dan pelayan Yesus Kristus. Jadi para
pelayan (pendeta) patut menjadikan Rasul Paulus sebagai teladan, contoh pelayan yang lebih
mengutamakan pelayanannya kepada jemaat, sebagai utusan Yesus Kristus.

Persoalan yang muncul adalah bagaimana kesejahteraan spiritualitas rohani para pendeta
secara langsung terkait dengan waktu devosional mereka atau waktu yang disediakan untuk
persekutuan dengan Allah. Oleh karena kesibukan dalam pelayanannya, tak jarang pendeta tidak
meluangkan waktunya untuk berdoa sejenak, merenungkan kehadiran kasih Tuhan dalam
pekerjaannya. Sementara memang ada beberapa pendeta yang memiliki waktu yang sangat
disiplin dengan Tuhan dalam hal waktu dan tempat, yang lain lebih fleksibel dalam pendekatan
mereka. Memang, menurut saya, ini adalah soal kedisiplinan dan manajemen pribadi setiap
pendeta. Jadi, sebagai konklusi dalam laporan singkat ini, saya hendak mengatakan bahwa
spiritual pendeta sangat berpengaruh pada keberhasilan pelayanan pastoralnya dimana
spiritualitas mencakup keseluruhan hidup sebagai pelayan yang dengan tulus dan sukacita
menggembalakan semua domba yang ada di sekitarnya. Pelayanan pastoral adalah bagian dari
tanggung jawab iman dan tugas panggilannya dalam pemeliharaan Yesus Kristus terhadap
jemaat-Nya yang juga adalah tubuh-Nya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai