Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KEPEMIMPINAN KRISTEN
DISUSUN

O
L
E
H

NAMA : STAIN LYUS CILI


NIM : 2019 312 3097
DOSEN : DR. BARNABAS SIMIN M.Th
SEMESTER : IV (EMPAT)

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI EKKLESIA PONTIANAK


TAHUN 2021/2021
BAB I
Pendahuluan
A.       Latar Belakang Masalah
Dalam Amsal 11:14 (BIS), “Bangsa akan hancur jika tidak ada pimpinan, semakin
banyak penasihat, semakin terjamin keselamatan”. Oleh sebab itu sangat penting untuk
mengetahui latar belakang kepemimpinan tersebut. Berbicara mengenai Kepemimpinan berarti
berbicara sebuah tim dalam kelompok kecil maupun besar, golongan-golongan tertentu,
organisasi formal maupun informal dan juga mencakup skala yang lebih besar baik itu Nasional
maupun Internasional. Dalam Kehidupan Gereja pun juga tidak terlepas dari yang namanya
seorang Leader (Pemimpin), sebab Gereja juga termasuk salah satu organisasi dari sekian
banyaknya kelompok organisasi. Jikalau ada Pemimpin pastilah  ia memiliki sekelompok
anggota, kalau ada anggota pastilah seorang pemimpin  membentuk sebuah Tim.
Dalam Kehidupan organisasi  adakalanya suatu organisasi mengalami keberhasilan,
stagnanisasi, maupun kegagalan. Pasang surutnya suatu organisasi ditentukan bagaimana
organisasi itu ketika menghadapi suatu masalah, mengapa? Karena setiap organisasi pastilah
akan menghadapi yang namanya hambatan-hambatan (masalah-masalah) internal maupun
eksternal. Oleh karena itu perlunya mempelajari apa itu Kepemimpinan secara umum dan juga
bagaimana Kepemimpinan Kristen (Rohani) dalam Tanggung Jawabnya menjadi seorang
Pemimpin. Setelah mengetahui maksud-maksud kepemimpinan itu barulah dapat memngetahui
bagaimana Gaya Kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin tersebut dalam memimpin
suatu organisasi.
B.       Rumusan Masalah
1.      Apa Kepemimpinan secara Umum itu?
2.      Bagaimana Kepemimpinan Kristen itu?
3.      Apa saja Gaya Kepemimpinan itu?
4.      Bagaimana Tanggung Jawab Seorang pemimpin itu?
5.      Bagaimana Implikasi Gaya Kepemimpinan Gembala

C.     Tujuan Penulisan
1.      Sebagai Persyaratan untuk memenuhi Mata Kuliah kepemimpinan Kristen
2.      Untuk mengetahui Bagaimana Kepemimpinan Secara Umum
3.      Untuk mengetahui Bagaimana Kepemimpinan Kristen itu
4.      Untuk mengetahui Gaya Kepemimpinan
5.      Untuk mengetahui dan memahami Tanggung Jawab Sebagai Pemimpin
6.      Untuk mengetahui bagaimana Implikasi Gaya Kepemimpinan Gembala

BAB II
Kajian Teori
A.     Kepemimpinan Secara Umum
Bila di tinjau dari pandangan secara Umum mengenai Kepemimpinan banyak sekali
pendapat yang dikemukakan oleh para ahli mengenenai definisi dari Kepemimpinan. Berikut ini
beberapa pandangan mengenai Kepemimpinan secara umum yaitu, sebagai berikut:
a.       Hughes (yang dikutip dari Thomas Kristo, 2012 :1)
Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi aktivitas suatu tim yang diorganisasikan
kearah pencapaian tujuan.
b.       Ralph M. Stogdill (yang dikutip dari Thomas Kristo, 2012:1)
Kepemimpinan adalah proses memengaruhi aktivitas dari suatu kelompok yang terorganisir
dalam setiap usahanya menuju tujuan yang ditetapkan dan prestasi.
c.       Corsby PB (yang dikutip dari Thomas Kristo, 2012:2)
Kepemimpinan adalah penyebab dari tindakan yang di gerakkan oleh orang (people driven
action) secara sengaja dengan cara yang terencana dan cermat (planned fashion) yang bertujuan
menyelesaikan agenda pemimpin.
d.      Thomas Kristo (2012)
Kepemimpinan adalah Kita diciptakan sebagai seorang pemimpin. Kita dilahirkan sebagai
seorang Pemimpin , karena kita mempunyai tugas untuk memengaruhi.
e.       John Maxwell (yang dikutip dari Sonny Eli Zaluchu, 2004)
Kepemimpinan adalah pengaruh. Makin jauh anda pergi, makin banyak orang yang mengikuti
anda.
Dengan demikian menurut penjelasan definisi di atas, tuntutan kemampuan seorang
pemimpin sangat dibutuhkan untuk menjadi pemimpin yang lebih (unggul). Menurut Thomas
Kristo untuk menjadi Pemimpin yang handal dalam  Inspirasi Pemimpin, ia mengutarakan
adanya “4P” yang akan menjadikan pemimpin yang dapat memengaruhi lingkungan sekitar
secara kreatif.
1.      Person. Adalah modal utama untuk menjadi pemimpin yang luar biasa. Setiap orang akan
menyadari bahwa dirinya adalah pemimpin ketika diri orang tersebut terbuka dan menyadari
akan kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Setiap dari kita yang mampu menemukan
kelebihan dan kekurangannya, maka dialah yang dapat dikatakan sebagai good person, karena
dari dalam diri sendiri itulah manusia mampu memperbesar atau memperkecil lingkaran positif
mereka, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang-orang yang ada di sekitarnya. Pemimpin
yang baik adalah yang senantiasa memperbesar lingkaran positifnya serta mampu memengaruhi
orang-orang di sekitarnya.
2.      Presh (Push) atau dorongan. Pemimpin yang baik juga mampu menerima dorongan dari
lingkungan  di sekelilingnya. Pemimpin yang baik adalah mereka yang mampu menerima serta
menghargai dorongan yang diberikannya.
3.      Process. Ketika kita memiliki kemampuan dan kekuatan pada diri kita
sebagai leader, ditambah lagi dengan berbagai masukan yang kita terima baik lewat bacaan,
seminar, maupun lewat pengalaman hidup baik dari diri sendiri maupun orang lain, maka secara
otomatis keseluruhannya akan berlangsung dalam menjalankan roda kepemimpinan kita. Dan
semuanya hanya seperti membalikan telapak tangan kita. Kita butuh waktu, ada harga yang harus
dibayar guna mencapai kesemuanya itu. Inilah proses pembentukan jati diri seorang pemimpin
yang baik.
4.      Product. Aplikasi yang mampu diberikan dari seorang good leader adalah hasil akhir dari jati
diri sang pemimpin. Pemimpin yang baik mampu memberikan good
atitude atau character mampu menjadi alat penilaian dari sebuah kepemimpinan. Pemimpin yang
baik akan mampu menghasilkan  produk yang luar biasa. Produk itu adalah attitude.
Untuk mendukung menjadi Pemimpin yang handal, Pemimpin yang baik membutuhkan
sebuah Tim, salah satu faktor pendukung itu ialah Kerja Sama. Helen Keler, yang menjadi
inspirasi dunia, mengatakan, Alone we can do so a little, but together we can do so much. Ketika
kita melakukan segala sesuatu bersama-sama, maka itu akan menghasilkan sesuatu yang
besar.Peter F. Drucker dalam Classic Drucker mengatakan bahwa organisasi modern harus
dikelola sebagai sebuah tim, bukan hanya main perintah tetapi mengilhami setiap anggotanya
untuk mampu berkontribusi guna menghasilkan sesuatu yang lebih baik.
Pemimpin yang baik ialah mereka yang mampu menciptakan Team
building yang excellent. Berikut tujuh faktor yang menentukan terciptanya sebuah tim
yang excellent:
1.      Goal (adanya arah dan tujuan yang jelas). Goal atau tujuan dijadikan arahan yang menjadikan
fokus arah yang menyelaraskan antara tindakan atau perilaku anggota tim dalam mencapai
sebuah sasaran tertentu.
2.      Member (adanya anggota tim yang berbakat). Seleksi member sangatlah penting untuk melihat
seberapa besar kontribusi dan kemampuannya sebagai anggota tim.
3.      Responsibility (tanggung jawab), adalah modal utama pada setiap orang yang akan menyokong
satu bendera tim sehingga visi dan misi tim dapat tercapai dengan baik.
4.      Operating Procedures (tahapan-tahapan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab), karena
sebuah tim pasti akan menemui masalah. Prosedur operasi yang tepat akan sangat menentukan
bagaimana tim tersebut dapat mengatasi mengatasi dan keluar dari masalah yang ada serta
bagaimana membangun dan memelihara kepercayaan (trust and confidence).
5.      Efective Communications (hubungan yang komunikatif antaranggota tim). Membangun
hubungan baik, memelihara perbedaan, mengatasi komunikasi antaranggota tim.
6.      Reinforcement System (sistem penguat aktif), yang mampu membangkitkan kerjasama tim
lewat pujian, penghargaan, umpan balik yang diberikan sesama anggota tim, serta menghargai
pendapat orang lain.
7.      External Relations (hubungan eksternal yang konstruktif). Tim yang efektif harus membangun
dengan pemain kunci dan dengan kelompok di luar tim. Mampu mengakui kelemahan diri
sendiri dan kekuatan orang lain adalah kunci terkuat kesuksesan sebuah tim.
B.     Kepemimpinan Kristen
Apakah kepemimpinan Kristen itu? Kepemimpinan Kristen ialah kepemimpinan yang
domotivasi oleh kasih dan disediakan khusus untuk melayani. Itu merupakan kepemimpinan
yang telah diserahkan kepada kekuasaan Kristus dan teladan-Nya. Para pemimpin Kristen yang
terbaik memperlihatkan sifat-sifat yang penuh dengan dedikasi tanpa pamrih, keberanian,
ketegasan, belas kasihan, dan kepandaian persuasif yang menjadi ciri pemimpin agung.
Pemimpin Kristen sejati telah menemukan bahwa kepemimpinan dimulai dari handuk dan
baskom dalam peran seorang pelayan. Dedikasi tanpa pamrih dimungkinkan karena orang
Kristen tahu bahwa Allah mempunyai strategi besar dimana ia menjadi bagiannya. Keberanian
diperbesar oleh kekuatan yang datang dari Roh yang berdiam di dalam hati kita. Ketegasan
datang karena mengetahui bahwa tanggung jawab akhir tidak terletak pada dirinya. Kepandaian
persuasif didasarkan pada kesetiaan kepada satu alasan yang melampaui segala alasan lainnya.
Kerendahan hati berasal dari kesadaran bahwa Allahlah yang melakukan pekerjaan tersebut.
Menurut J. Robert Clinton, Seorang pemimpin Kristen adalah seorang yang mendapat kapasitas
dan tanggung jawab dari Allah untuk memberi pengaruh kepada kelompok umat Allah tertentu
untuk menjalankan kehendak Allah bagi kelompok tersebut.  James Kouzes dan Barry Posner
menekankan, Kepemimpinan bukanlah milik pribadi dari beberapa orang yang memiliki
kharisma . Kepemimpinan adalah proses yang digunakan oleh orang-orang biasa ketika mereka
memberikan apa yang terbaik dari diri mereka dan dari orang lain. Kepemimpinan adalah
kapasitas Anda menuntun orang lain ke tempat yang belum pernah mereka (dan anda) datangi.
Dari penjelasan di atas Kepemimpinan Secara Umum dan Kepemimpinan Kristiani
memiliki beberapa kesamaan, dalam artian bahwa sama-sama sebagai Pemimpin yang menjadi
Motor (penggerak) suatu Organisasi atau lembaga tertentu. Namun bila di tinjau dari sisi
tanggung jawab akan sangat jelas berbeda sekali, Kepemimpinan yang secara umum hanya
mengembangkan pengikut, bertanggung jawab kepada Manusia, karena fokus utama bukan
Allah. Sedangkan Kepemimpinan Kristiani lebih dari pada itu, Kepemimpinannya
mengembangkan pemimpin , fokus utama adalah Allah dan bertanggung jawab Kepada Allah.
C.     Tanggung Jawab Seorang Pemimpin
Salomo mengemukakan empat tanggung jawab yang harus dipikul seorang Pemimpin,
dan keempat hal ini secara langsung membantu menjaga keharmonisan dan persatuan yang
dibutuhkan untuk menjaga agar orang-orang tetap berada pada sasarannya dan menggugah
mereka untuk melaksanakan tugas itu.Empat Tanggung jawab itu menurut Leroy Eims adalah
sebagai berikut:
1.      Integritas. Salomo berkata, “Bibir orang benar menggembalakan banyak orang, tetapi orang
bodoh mati karena kurang akal budi” (Amsal 10;21). Jika seorang pemimpin rajin memenuhi
kebutuhan orang-orangnya, menolong mereka agar dapat belajar, menolong mereka dalam
melaksanakan pekerjaan mereka, dan mengajarkan Firman Allah kepada mereka, maka dengan
demikian ia sedang meletakkan dasar untuk membina keharmonisan dan kedamaian.
Orang-orang itu mengetahui bahwa mereka sedang diperkaya dalam arti yang
sebenarnya. Paulus berbicara tentang menjadi “miskin, namun memperkaya banyak orang” (II
Korintus 6:10). Orang-orang itu akan diperteguh dengan Firman itu pada waktu pemimpin
mereka menggali kekayaan dari Firman yang diam dengan melimpah di dalam hatinya (Kolose
3:16). Ia dan orang-orangnya akan mengalami kepemimpinan yang benar sebagaimana yang
dilukiskan oleh Meleakhi: Pengajaran yang benar ada dalam mulutnya dan kecurangan tidak
terdapat pada bibirnya. Dalam damai sejahtera dan kejujuran ia mengikuti Aku dan banyak orang
dibuatnya berbalik daripada kesalahan. Sebab bibir seorang Imam memelihara pengetahuan dan
orang mencari pengajaran dari mulutnya, sebab dialah utusan Tuhan semesta alam (2:6-7).
2.      Sikap Menahan Diri. Salomo berkata, “Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman,
tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah” (Amsal 15:1). Seorang pemimpin harus
tetap bersikap dingin di tengah-tengah kekacauan dan perselisihan. Jika ia menanggapi kata-kata
yang panas dengan cara yang sama panasnya maka ia hanya menyebarluaskan api perselisihan
dan perpecahan. Jika ia menyerah kepada godaan untuk membenarkan dirinya sendiri, dan
sebagai gantinya ia menyalahkan orang lain atau memaksa bahwa dirinyalah yang harus
mengambil keputusan, ia telah kalah dalam pertempuran  untuk mendapatkan perdamaian.
Seorang yang menahan diri adalah seorang pendamai. Orang yang menahan diri sudah
memenangkan dua macam pertempuran – menang atas dirinya sendiri dan menang atas orang-
orang lain. Seorang pendamai menerapkan Roma 12:19: “Janganlah kamu sendiri menuntut
pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah
hak-Ku Akulah yang akan menuntut pembalasan, Firman Tuhan”. Lidah seorang pemimpin
harus didisiplin dan diabdikan kepada Allah. “Akal budi membuat seseorang panjang sabar dan
orang itu dipuji karena memaafkan pelanggaran” (Amsal 19:11).
3.      Suasana Hati yang Gembira. Salomo berkata, “Hati yang gembira adalah obat yang manjur,
tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang” (Amsal 17:22). Pemikiran yang dinyatakan
dalam Ibrani 1:9 senantiasa membuat saya kagum “Engkau mencintai keadilan dan membenci
kefasikan; sebab itu Allah, Allah-Mu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda
kesukaan, melebihi teman-teman sekutu-Mu”. Walaupun Tuhan Yesus adalah Seorang yang
mengalami banyak penderitaan dan sudah mengetahui dengan baik apa itu kesedihan, Ia lebih
banyak memperlihatkan bahwa ia bersukacita jika dibandingkan dengan orang-orang di sekitar-
Nya.
4.      Persahabatan. Salomo berkata, “Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi
seorang saudara dalam kesukaran ... Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga
sahabat yang lebih karib daripada seorang saudara” (Amsal 17:17); 18:24). Seorang pemimpin
yang baik ramah kepada mereka yang berada di dalam kelompoknya.
Seorang pemimpin yang menjaga jarak akan menimbulkan suasana dingin dalam
kelompoknya. Seorang pemimpin yang bersedia untuk bersahabat akan menimbulkan
kehangatan. Besar manfaatnya jika seorang pemimpin bersedia mengasihi orang yang kurang
dikasihi, ramah kepada yang tidak ramah, menghibur yang sedang patah semangat, dan memuji
mereka yang memberikan segalanya. Dengan berbuat demikian, ia akan membangun sebuah
kelompok yang mempunyai semangat juang dan motivasi yang dapat digunakan oleh Roh Allah
untuk memperluas Kerajaan Allah.
D.    Gaya Kepemimpinan
Karena gaya kepemimpinan mencakup bagaimana seseorang bertindak dalam konteks
organisasi tersebut, maka yang paling mudah untuk membahas berbagai jenis gaya ialah dengan
menggambarkan jenis organisasi atau situasi yang dihasilkan oleh atau cocok bagi satu gaya
tertentu.Untuk melihat bagaimana para pemimpin memimpin orang-orang yang dipimpinya,
berikut masing-masing gaya kepemimpinan menurut cara kerja pemimpinnya dalam organisasi.
1.      Birokratis. Ini adalah salah satu gaya yang ditandai dengan keterikatan yang terus-menerus
kepada aturan-aturan organisasi. Gaya ini menganggap bahwa kesulitan-kesulitan akan dapat
diatasi bila setiap orang mematuhi peraturan. Keputusan-keputusan dibuat berdasarkan prosedur-
prosedur baku. Pemimpinya adalah seorang diplomat dan tahu bagaimana memakai sebagian
besar peraturan untuk membuat orang-orang melaksanakan tugasnya. Kompromi merupakan
suatu jalan hidup karena untuk membuat satu keputusan diterima oleh mayoritas, orang sering
harus mengalah kepada yang lain.
2.      Permesif. Disini keinginannya adalah membuat setiap orang dalam kelompok tersebut puas,
membuat orang-orang tetap senang adalah aturan mainnya. Gaya ini menganggap bahwa bila
orang-orang merasa puas dengan diri mereka sendiri dan orang lain, maka organisasi tersebut
akan berfungsi dan dengan demikian pekerjaan akan bisa diselesaikan. Koordinasi sering
dikorbankan dalam gaya ini.
3.      Laissez-fire. Ini sama sekali bukanlah kepemimpinan. Gaya ini membiarkan segala sesuatunya
berjalan dengan sendirinya. Pemimpin hanya melaksanakan fungsi pemeliharaan saja. Misalnya,
seorang pendeta mungkin hanya namanya saja ketua dari organisasi tersebut dan hanya
menangani urusan khotbah, sementara yang lainnya mengerjakan segala pernik mengenai
bagaimana organisasi tersebut harus beroperasi. Gaya ini kadang-kadang dipakai oleh pemimpin
yang sering bepergian atau yang hanya bertugas sementara.
4.      Partisipatif. Gaya ini dipakai oleh mereka yang percaya bahwa cara untuk memotivasi orang-
orang adalah dengan melibatkan mereka dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini
diharapkan menciptakan rasa memiliki sasaran dan tujuan bersama. Disini masalahnya adalah
lambatnya tindakan dalam masa-masa krisis.
5.      Otokratis. Gaya ini ditandai dengan ketergantungan kepada yang berwenang dan biasanya
menganggap bahwa orang-orang tidak akan melakukan apa-apa, kecuali jika diperintahkan.
Pemimpin menganggap dirinya sangat diperlukan. Keputusan dapat dibuat dengan cepat.
Walaupun ada banyak perbedaan yang sangat jelas dari berbagai gaya kepemimpinan,
setiap dari gaya kepemimpinan itu pastilah memiliki nilai positif tersendiri sebab tergantung
pada pandangan seorang pemimpin itu terhadap orang banyak dan apa yang memotivasi mereka.
E.     Implikasi Gaya Kepemimpinan Gembala
Menurut pengamatan penulis Gaya kepemimpinan yang di terapkan oleh Gembala Sidang
di GSA Bekasi timur ialah Gaya kepemimpinan Central Komando. Lebih condong kepada Gaya
Kepemimpinan Otokratis, beliau beberapa kali penulis perhatikan  melakukan perintah satu arah.
Seperti halnya pemimpin dengan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda pastilah memiliki
keunggulan dan kekurangan pula.
Disini penulis menemukan hambatan-hambatan yang menghambat laju pertumbuhan
pelayanan gereja, beberapa hambatan dari sisi  internal:
1.      Struktur Kepengurusan Pemuda masih belum terbentuk.
2.      Visi Gembala harus Disampaikan Kepada Jemaat.
3.      Belum terwujudnya External Relations antar Gereja-gereja di wilayah sekitar.
Beberapa hambatan dari sisi Eksternal:
1.      Bahwa lingkungan Gereja termasuk lingkungan Marginal
2.      Menurut keterangan daerah Bekasi sebenarnya tidak terbuka untuk Gereja.
3.      Menurut keterangan Waktu sedang mengadakan ibadah pernah dianggap mengganggu
ketenangan lingkungan, gembala pernah mendatangkan kodim dan Polres dalam penyelesaian
masalahnya.
Hal-hal positif yang perlu dikembangkan dalam menunjang pelayanan di masa mendatang:
1.      Tindakan pendekatan secara Propetif terhadap lingkungan secara dinamis (sedang berlangsung
sampai saat ini)
2.      Aksi-aksi sosial perlu untuk membangun external relationship terhadap gereja lain, sebab ini
sangat penting sekali.
3.      Wilayah Gereja termasuk wilayah strategis, jemaat bisa datang dari mana saja apabila gereja di
dekat jalan raya.
4.      Merekonstruksi kepengurusan pemuda kembali.

BAB III
Kesimpulan
A.     Kesimpulan

Jadi, dari penjelasan di atas, Karena fungsi dari kepemimpinan ialah memimpin, maka membuat
orang-orang ikut sangatlah penting. Pemimpin ialah yang mampu melihat jauh tujuan kedepan
sebelum yang lain melihat, sama seperti kapten kapal, seorang nahkoda kapal hanya bisa
mengemudikan kapal tetapi hanya kapten lah yang tahu arah dan tujuan kapal berlabuh. Dengan
demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa untuk menjadi seorang Pemimpin, dibutuhkan
Otoritas penuh dalam menjalankan sebuah organisasi tersebut, alasannya karena tidak mungkin
seorang Pemimpin meniup terompet dengan ragu-ragu.
B.     Saran
Ada banyak manfaat yang saya dapatkan Dengan mempelajari Mata Kuliah
Kepemimpinan ini, saya sendiri sangat bersyukur sekali bahwa kesempatan  belajar dari
Kepemimpinan Gembala yang ada di tempat pelayanan  secara langsung. Penulisan makalah ini
akan menjadi bekal untuk pembelajaran bagi saya.

Anda mungkin juga menyukai