Anda di halaman 1dari 4

BB 1.4.1.

BUKAN BOS TAPI PEMIMPIN


Oleh : Gunawan Wibisono1
Senin, 29/07/2002, 12:21 WIB

satunet.com - Belakangan ini sering kali kita mendengar istilah krisis kepemimpinan yang
dapat diterjemahkan, bangsa Indonesia tidak memiliki orang yang memiliki kwalitas sebagai
pemimpin nasional.
Ada orang yang memiliki kemampuan memimpin namun tidak dapat ditunjukkan karena
terhalang oleh beberapa hal atau situasi memang membuat keadaan, di mana seorang
pimpinan tidak bisa lahir.
Apapun representasi kita dalam menerjemahkan kata tersebut, adalah hal yang wajib dalam
sebuah kelompok dipilih seorang pimpinan. Namun begitu seperti kata pepatah “semakin
tinggi pohon cemara, maka semakin tinggi angin yang menerjang”, begitu juga perjalanan
seorang pimpinan.
Kwalitas seorang pimpinan tidak dapat kita nilai pada saat dia dilantik dengan menggunakan
pakaian kebesaran yang membuatnya tampat berwibawa atau hiruk-pikuk massa
pendukung. Kualitas pimpinan akan terlihat bagaimana pada saat dia menghadapi “angin-
angin” tersebut.
Dalam sebuah diskusi yang bertema mencari kepemimpinan bangsa, pembicara
menanyakan pada floor mengenai apa yang membuat seseorang dapat menjadi pemimpin,
dijawab oleh salah seorang peserta sebagai “Kemampuan orang itu dalam mempengaruhi
orang lain dalam mencapai tujuan bersama”, dan itu bukan jawaban yang salah. Namun apa
yang membuat orang tadi dapat mempengaruhi orang lain sehingga orang mau mengikuti
apa yang dikatakannya.

Ciri khas seorang pemimpin


Apabila kita melihat pada dunia militer, hal yang wajar terjadi adalah bahwa pemimpin yang
dipilih, biasanya orang yang memiliki pengalaman tempur yang baik, dan kemampuan
tersebut sering dikenal dengan keberanian fisik. Keberanian fisik merupakan hal mutlak yang
harus dimiliki setiap prajurit.
Namun begitu tentu anda akan berpikir, apa cukup? Ya benar tentu dengan keberanian fisik
saja tidak cukup, namun itu merupakan hal yang vital bagi dunia militer. Dan anda pasti
setuju bahwa pimpinan tidak hanya ada di militer, pimpinan juga bisa berada di bidang sipil,
yang tentu saja keberanian fisik bukan merupakan hal yang mutlak. Tentu ada kemampuan
lain yang diminta dalam kelompok tersebut.
Namun begitu ada beberapa hal lain yang biasanya dimiliki oleh orang sehingga dia bisa
menjadi pimpinan walaupun dia hanya memiliki kemampuan rata-rata dalam kelompoknya
tersebut. Hal lain tersebut berupa kwalitas–kwalitas yang dituntut dan dihargai selama hidup.
Kualitas yang harus dimiliki oleh pimpinan adalah:

1
mahasiswa pasca sarjana pada Universitas Bina Nusantara, selain itu juga bekerja sebagai Dosen dan Staff IT
di perguruan tinggi yang sama.

PM2 - Kepemimpinan 1
BB 1.4.1.
1. Integritas. Didefinisikan sebagai kualitas yang membuat seseorang mempercayai
anda. Kepercayaan adalah yang terpenting, dalam membentuk hubungan pribadi.
Integritas ditunjukkan dari seluruh pribadi.
2. Antusiasme. Dapat digambarkan sebagai semangat seorang pimpinan dalam
mencapai tujuan bersama.
3. Kehangatan. Orang yang kaku tidak cocok menjadi pemimpin.
4. Ketenangan. Hal ini sangat diperlukan terutama dalam pengambilan keputusan,
sejarahwan Romawi, Tacitus, pernah mengatakan bahwa ‘Pertimbangan nalar yang
diambil dengan tenang itulah kualitas istimewa yang dimiliki pemimpin’.
5. Tegas dan adil. Kombinasi ketegasan dan keadilan telah muncul sebagai kualitas
yang dituntut oleh setiap organisasi pada pimpinannya. Kecendrungan salah satu
faktor penyebabnya adalah semakin dinamisnya perubahan dan untuk itu diperlukan
pemimpin yang konsisten.

Komponen-komponen tersebut seperti senyawa kimia yang apabila anda gunakan dengan
tepat ukurannya ditambah dengan kemampuan khusus yang dibutuhkan organisasi akan
menghasilkan sebuah zat yang bermamfaat dan dapat diterima oleh banyak pihak.

Jenis pemimpin
Dalam kenyataannya pun memang pemimpin dari asalnya dapat kita katagorikan dalam 2
(dua) macam, yaitu pemimpin yang dilahirkan dan pemimpin yang dibentuk oleh situasi.
Pemimpin yang dilahirkan, kita bisa ambil contoh dari negara yang menganut sistem
kerajaan, dimana seorang putra mahkota dilahirkan untuk menjadi seorang pimpinan.
Sedangkan bagi para penganut kelompok situasional, mereka menganggap bahwa tidak ada
istilah “dilahirkan sebagai pimpinan”, semuanya tergantung dari situasi. Mereka mengatakan
bahwa tempatkanlah seseorang dalam suatu kondisi maka mungkin dia akan menjadi
seorang pimpinan. Tempatkanlah dia dalam situasi lain dan mungkin dia tidak akan menjadi
pimpinan.
Churchill tak diragukan adalah pemimpin besar pada masa perang, namun apakah demikian
juga dalam masa damai? Pada awal pemerintahan Churcill tahun 1940, W.O. Jenkins,
profesor dari Amerika memuat studi tentang kepemimpinan dan dia mengatakan
“Kepemimpinan bersifat spesifik menurut situasi tertenu yang diamati. Satu – satunya faktor
paling umum tampaknya bahwa pemimpin dalam bidang khusus perlu cenderung memiliki
kemampuan di atas rata-rata atau kompentensi atau kemampuan teknis dalam bidangnya”.
Dalam perkataan profesor tadi “kemampuan diatas rata-rata atau kompentensi atau
kemampuan teknis dalam bidangnya”, maka mungkin dapat kita bayangkan ada tiga macam
otoritas dalam kepemimpinan, yaitu otoritas berdasarkan kedudukan atau pangkat, otoritas
berdasarkan pengetahuan dan otoritas berdasarkan kepribadian. Nampaknya memang
pendekatan situasional menekankan pada otoritas yang kedua. Dan memang pengalaman
menunjukkan bahwa kecuali berada dalam lingkungan kerajaan, pemimpin yang baik adalah
orang yang lahir dari kelompok dan diakui eksistensinya oleh kelompok tersebut. Kondisi
tersebutlah yang membuat dia memiliki otoritas.

PM2 - Kepemimpinan 2
BB 1.4.1.
Mengendalikan Tim

Adalah suatu hal yang pasti seorang pemimpin bekerja dalam sebuah tim dimana tim
memiliki tujuan bersama. Untuk menyelesaikan tugas dan mempertahankan kebersamaan
kelompok secara bersama, fungsi-fungsi pokok tertentu harus dijalankan. Beberapa fungsi
pokok tersebut adalah:
1. Menentukan Tujuan. Menentukan batasan atau mengidentifikasikan maksud, tujuan
dan sasaran organisasi atau kelompok.
2. Merencanakan. Memastikan bahwa ada rencana yang disetujui semua pihak, bila
mungkin untuk mencapai sasaran. Pemimpin tahu apa yang akan dicapainya,
bagaimana memulainya dan bagaimana berhentinya.
3. Memberi brifing. Menjelaskan tujuan dan rencana dengan gamblang. Pepmimpin
harus mampu menjawab bertanyaan yangkerap diucapkan yaitu: “Mengapa kita
melaksanakan dengan cara ini bukan dengan cara itu”.
4. Mengontrol. Mengontrol, mengawasi dan memantau semua hal yang mengacu pada
pekerjaan yang sedang berlangsung.
5. Mengevaluasi. Evaluasi ini digunakan sebagai bahan yang bermamfaat untuk
memberikan feedback bagi kelompok dengan harapan memperbaiki kekurangan dan
menghasilkan sesuatu yang lebih baik.

Mungkin pernah juga ada pertanyaan apa perbedaan dari bos dengan pemimpin. Satu
pertanyaan yang mendasar, ada sebuah analogi mengatakan bos adalah orang yang
memiliki kedudukan, berhak mengatur sumber daya baik alam maupun orang, namun belum
tentu dapat diterima oleh tim yang dipimpinya, sedangkan pimpinan adalah orang yang
diakui keberadaannya, memiliki otoritas karena orang secara suka rela memberikan padanya
dan dia diberi tempat “spesial” karena kemampuannya itu.
Anda bisa saja ditunjuk untuk menjadi seorang bos, tetapi anda bukan seorang pemimpin
sampai kepribadian dan karakter anda, pengetahuan dan kecakapan anda dalam
melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan diakui dan diterima oleh semua oranglain yang
bekerja bersama anda. Inilah perbedaan yang sangat fundamental.

Pemimpin dan perubahan


Kepemimpinan dan perubahan berlangsung seiring. Pemimpin menyukai perubahan, itulah
unsur pilihan mereka. Mereka menyenanginya karena mereka memiliki banyak ide
cermelang yang dapat digunakan untuk peningkatan kinerja tim dan usaha pencapaian
organisasi. Sebaliknya bos menyukai menjalankan organisasinya bagaikan mesin. Mereka
merasa paling bahagia dalam keadaan yang mapan, tanpa suatu apapun yang mengancam
kemapanan itu.
Meskipun pemimpin tulen secara insting berusaha mengubah dan meningkatkan segala
keadaan, usahanya tidak akan cukup berhasil kecuali jika perubahan eksternal dan internal
mempengaruhi organisasinya juga. Selain perubahan yang diciptakan oleh ide – ide yang
dimilikinya seorang pimpinan yang baik juga harus siap menghadapi perubahan yang tidak
dipredisksikan, misalnya bencana alam, demo karyawan atau perubahan susunan
managerial yang mendadak, dan ada wajib memiliki toleransi tinggi terhadap hal tersebut.

PM2 - Kepemimpinan 3
BB 1.4.1.
Untuk menghadapi latar belakang perubahan itu dan terus menerus berupaya agar tetap
berhasil dalam proses perubahan itu, diperlukan konsep yang dapat digunakan yaitu:
1. Keterarahan. Seorang pemimpin selalu akan menemukan jalan untuk maju.
Pemimpin akan mengidentifikasi sasaran baru, produk atau bentuk pelayanan baru
dan pasar baru.
2. Inspirasi/motivasi. Kepemimpinan berkait erat dengan inspirasi.
3. Pendekatan seorang pemimpin dan sikap yang diperlihatkannya mengobarkan
motivasi yang ada dalam diri organisasi, tim dan individu.
4. Membangun tim. Seorang pemimpin dengan sendirinya akan berpikir dalam
kerangka tim.
5. Teladan. Kepemimpinan pada dirinya sendiri adalah teladan. Seorang pemimpin
harus memiliki sumbangsih langsung kepada tugas umum, sehingga membuatnya
“memimpin dari depan”.
6. Penerimaan. Anda bisa menjadi bos, namun belum menjadi pemimpin sampai
penunjukan itu diterima hati dan pikiran orang yang bekerja bersama anda.

Dari berbagai jenis pendekatan dan pemahaman kepemimpinan yang ada selalu memiliki
tujuan akhir yaitu bagaimana menciptakan sebuah tim dengan kinerja yang tinggi, karena
memang itulah hasil dari pemimpin yang baik. Tim yang memiliki kinerja tinggi itu memiliki
ciri–ciri sebagai berikut:
1. sasaran yang realistis
2. rasa tanggung jawab bersama terhadap tujuan
3. penggunaan sumber daya sebaik mungkin
4. suasana keterbukaan
5. mengkaji kembali kemajuan yang telah dicapai
6. membangun pengalaman
7. bertahan dalam krisis

Tim dengan ciri–ciri seperti hal diatas, dapat dibangun dengan peran aktif seorang pemimpin
didalamnya. Keberhasilan dari sebuah tim lima puluh persen tergantung dari pemimpin dan
lima puluh persen sisanya tergantung dari kualitas, pelatihan dan moral mereka yang bekerja
bersama anda sebagai pimpinan.
Satu hal yang perlu diperhatikan pimpinan sebagai usaha mawas diri adalah “Prisip Peter” di
mana dikatakan, “Keberhasil seorang pimpinan dalam satu tingkat, tidak selalu bahwa
pemimpin tersebut memimpin dengan baik pada tingkat berikutnya”, karena para karyawan
dalam hirarki cenderung akan naik samapai dimana kompetensi (kemampuan) mereka
mentok. Hal ini sangat perlu diperhatikan seorang bos supaya dapat menjadi pimpinan,
karena kepemimpinan merupakan peran kunci dalam setiap organisasi.

PM2 - Kepemimpinan 4

Anda mungkin juga menyukai