Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN BACAAN

BUKU FILSAFAT ILMU


DISUSUN

O
L
E
H

NAMA : STAIN LYUS CILI


NIM : 2019 312 3097
DOSEN : KETTY SUMARLINA, M.Pd.K
SEMESTER : III (TIGA)

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI EKKLESIA PONTIANAK


TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas Kasih Karunia Tuhan Yesus Kristus, sehingga saya dapat membuat dan
menyelesaikan tugas Laporan Bacaan ini. Tugas ini disusun sebagai tugas mata kuliah “Psikologi
Pendidikan”. Harapan saya, semoga Laporan Bacaan ini dapat bermanfaat bagi pendidikan pada
umumnya dan Pendidikan Agama Kristen pada khususnya. Demikianlah tugas ini saya susun,
saya menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan tugas ini. Sekian dari
saya, saya ucapkan Terima Kasih Tuhan Yesus Memberkati.

 
A. PENDAHULUAN

Judul : Filsafat Ilmu


Penulis : Drs. H. A. Fuad Ihsan
Penerbit : Rineka Cipta, 2010
Kota Terbit : Jakarta, cetakan pertama, Februari 2010
Ukuran Buku : 20,5 cm
Tebal Buku : + 295 halaman

BAB I
Membicarakan tentang mengenal filsafat ilmu, mencakup Pengertian Filsafat dan Filsafat Ilmu,
Definisi Filsafat dan Filsafat Ilmu, Objek dan Metode Filsafat Ilmu, Cabang-cabang Filsafat dan
Kegunaan Filsafat serta Ruang Lingkup Filsafat.
Dilihat dari segi pengertian praktisnya, filsafat bearti alam pikiran atau alam berfikir. Berfilsafat
artinya berpikir. Namun,tidak semua berpikir itu berarti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir
secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sebuah semboyan mengatakan bahwa: setiap manusia
adalah filsuf.Semboyan ini benar juga, sebab semua manusia berpikir. Akan tetapi, secara umum
semboyan itu tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir adalah filsuf. Filsuf
hanyalah orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan
mendalam.
Tegasnya: Filsafat adalah hasil akal seseorang manusia yang mencari dan memikirkan suatu
kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain: Filsafat adalah ilmu yang mempelajari
dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.
Dikatakan filsafat sebagai ilmu karena dalam pengertian filsafat terkandung pertanyaan ilmiah,
yaitu: bagaimakah, mengapakah, ke manakah dan apakah. Berfikir secara filsafat dapat diartikan 
sebagai berfikir yang sangat mendalam sampai kepada hakikat, atau berfikir secara global
(menyeluruh), atau berfikir yang dilihat dari berbagai sudut pandang pemikiran atau sudut
pandang ilmu pengetahuan. Untuk dapat memeroleh ilmu salah satu yang harus dipahami oleh
seoranag ilmuwan adalah mengetahui cara apa yang harus digunakan? Ilmu dapat digali atau
dicari menggunakan prosedur yang disebut metode ilmiah.
Langkah-langkah sebagai alur berpikir ilmiah yang tercakup  dalam metode ilmiah dapat
dijabarkan dalam suatu prosedur yang mencerminkan tahapan-tahapan dalam kegiatan ilmiah
sebagai berikut:
 Rumusan Masalah
 Menentukan khasanah pengetahuan ilmiah
 Penyusunan kerangka berpikir dalam penyususnan hipotesis
 Penyusunan hipotesis
 Pengujian hipotesis
 Penarikan kesimpulan
Cabang filsafat menurut para ahli terdiri atas: Metafisika, logika, etika, estetika, epistemologi,
dan filsfat-filsfat khusus lainnya. Manfaat mempelajari filsafat ada bermacam-macam. Namun
sekurang-kurangnya ada empat macam faedah, yaitu:
1. Agar terlatih berpikir serius
2. Agar mampu memahami filsafat
3. Agar mungkin menjadi ahli filsafat
4. Agar menjadi warga negara yang baik
Pembagian filsafat berdasarkan struktur pengetahuan filsafat yang berkembang sekarang ini,
terbagi menjadi tiga bidang, yaitu filsafat sistematis, filsafat khusus, dan filsafat keilmuan.
BAB II 
Membicarakan Filsafat, Pengetahuan, dan Ilmu, mencakup Sumber Filsafat, Filsafat, Ilmu,
Kebudayaan, dan Agama, serata Metode Ilmiah.
Untuk dapat memahami perbedaan antara filsafat dan ilmu, harus terjawab terlebih dahulu apa
itu filsafat?, dan apa itu ilmu?, pertanyaan pertama telah dujelaskan penulis pada bagian Bab I.
Maka sekarang yang harus kita jawab pertanyaan kedua. Ilmu adalah pengetahuan. Tetapi ada
berbabagai pengetahuan. Dengan “pengetahuan ilmu” dimaksud pengetahuan yang pasti, eksat
dan betul-betul terorganisasi. Jadi pengetahuan yang berasaskan kenyataan dan tersusun baik.
Untuk memahami hubungan filsafat dengan kebudayaan, harus terjawab pertanyaan berikut
terlebih dahulu. Apa itu kebudayaan?. Kebudayaan adalah soal manusia. Maju selangkah lagi
dapat kita katakan, bahwa manusialah yang berkebudayaan. Apakah makhluk-makhluk lain,
hewan misalnya, tidak berkebudayaan? Jawabannya Tidak. Kenapa manusia berkebudayaan
sedangkan hewan tidak? Karena manusia memiliki sesuatu yang esensial yang tidak ada pada
hewan. Manusia mempunyai roh atau jiwa, yang menyatakan diri pada berpikir dan merasa
rohaniah. Hewan memang mempunyai otak tapi otaknya tidak berpikir. Ia mempunyai hati, tapi
aktivitasnya tidak membentuk rasa rohaniah. Rupanya kehidupan batiniah atau rohaniahlah yang
merupakan pangkal kebudayaan. Suatu kebudayaan ialah caraberpikir dan cara merasa, yang
menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan sekelompok manusia, yang membentuk kesatuan
sosial dalam suatu ruang dan suatu waktu.
Filsafat agama datang mengetengahi sebagai orang agama, filsuf itu percaya, hasil penghayatan
hatinya. Sebagai filsuf, ia mempersoalkan kepercayaan itu mengangkat ke alam budi, sehinggah
secara rasional dapat didudukan. Persamaan lain antara filsafat dan agama ialah, masing-masing
merupakan sumber nilai, terutama nilai-nilai etika. Perbedaannya lagi dalam hal ini, nilai-nilai
etika filsafat merupakan produk akal, sedangkan nilai-nilai agama dipercayai sebagai ditentukan
oleh Tuhan.
Ada beberapa teori yang dapat dijadikan acuan untuk menjadikan untuk menentukan apakah
pengetahuan itu benar atau salah, yaitu :
a) Teori korespondensi ( correspondence theory )
b) Teori koherensi ( coherence thory )
c) Teori pragmatisme ( pragmatism theory )
Persoalan pengetahuan yang bertalian dengan sumber-sumber pengetahuan, dijawab oleh aliran-
aliran berikut ini : rasionalisme, emperisme, realissme, kritisisme. Persoalan pengetahuan yang
menekankan pada hakikat pengetahuan, dijawab oleh aliran-aliran berikut: idealisme,
emperisme,positivisime,pragmatisme
Manusia berusahamencari pengetahuan dan kebenaran, yang dapat diperolehnya denga melalui
beberapa sumber :
a) Pengetahuan Wahyu ( revaled knowledge )
b) Pengetahuan intuitf ( intuitive knowledge )
c) Pengetahuan rasional ( rational knowledge )
d) Pengetahuan emperis ( emperical knowledge )
e) Pengetahuan otoritar ( autthoritative knowledge )
Dalam mengejar ilmu pengetahuan, metode adalah cara bekerja menurut aturan-aturan yang
berdasarkan pada objeknya, untuk mencapai suatu kebenaran.

BAB III 
Tentang Dasar-dasar Pengetahuan mencakup, Definisi dan Ciri-ciri Ilmu Pengetahuan, Penalaran
dan Logika, Sumber Pengetahuan, Kriteria dan Cara Penemuan Kebenaran serta Ilmu, Teknologi
dan Seni.
Adapun menurut Bahm definisi ilmu pengetahuan melibatkan paling tidak enam macam
komponen, yaitu masalah, sikap, metode, aktivitas, kesimpulan dan beberapa pengaruh. Ilmu
pengetahuan atau pengetahuan ilmiah mempunyai lima ciri pokok antara lain: empiris,
sistematis, objektif, analitis, dan Vertifikatif.
Prinsip-prnsip penalaran ada empat yang terdiri atas tiga prinsip dari Aristoteles dan satu dari
George Leibniz. Prinsip penalarandari Aristoteles adalah: prinsip identitas, kontraiksi, eksklusi
tertii dan pinsip cukup alasan (Leibniz). Proposisi kategoris menghasilkan empat proposisi yakni
sebagai berikut: Proposisi universal afirmatif, universal negatif, partikular afirmatif dan proposisi
partikular negatif.
Buah dari berpikir adalah pengetahuan. Berpikir adalah suatu proses, proses berpikir ini biasa
disebut sebagai bernalar.Logika sebagai sarana berpikir ilmiah akan memberikan suatu jaminan
bahwa pengetahuan yang didapat sebagai hasil penarikan simpulan atau konklusi itu adalan
sahih. Logika menuntut dan menjaga proses berpikir itu terhindar dari kekeliruan-kekeliruan,
sehingga dengan demikian kecermatan dalam berpikir dapat dicapai.
Sumber pengetahuan dapat diperoleh melalui rasionalisme, empirisme, intuisi, dan wahyu. Untuk
menentukan kebenaran suatu pengetahuan ada tiga teori yang dapat dijadikan sebagai kriteria,
yaitu: Teori koherensi, korespondensi dan teoripragmatism.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan manusia untuk memperoleh kebenaran melalui cara
nonilmiah, di antaranya adalah:
1) Akal sehat
2) Prasangka
3) Pendekatan intuasi
4) Penemuan kebetulan dan coba-coba
5) Pendekatan otoritas ilmiah dan pikiran kritis
Pengetahuan yang diperoleh melalui pendekatan ilmiah berupa kegiatan penelitian ilmiah dan
dibangun diatas teori-teori tertentu. Cara ilmiah merupakan syarat mutlak untuk menemukan
suatu ilmu yang dapat berpikir secara ilmah, maka tiga tahapan berpikir yang harus dilalui yaitu:
skeptik, analitik,dan kritis.
Ilmu, teknologi, dan seni sebagai produk menjadi milik manusia. Artinya ilmu, teknologi, dan
seni didapat melalui pola berfikie analogi ilmiah derngan menggunakan metode keilmuan yang
runtut membawa kearahtitik temu pada suatu konklusi  yang bersifat nisbi, namun terhindar dari
dekadensi silang pendapat fundamental dikalangan bagi para ilmuan dalam kurun waktu,
sehingga terbuka untuk dimungkinkan adanya pembuktian dan pengujian akan kebenarannya.
BAB IV 
Tentang Filsafat Abad Modern mencakup Bagaimanakah perkembangan filsfafat pada massa
Renaisnance, Ranasionalisme, Idealisme, Empirisme, Kantianisme, dan pada massa yang lainnya
seperti: Pragmatisme, Eksistensialisme, Positivisme, Marxisme, dan Anti Theisme atau
Atheisme.
BAB V 
Tentang Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan mencakup Zaman Purba (15 SM – 7 SM),
Zaman Yunani (7 SM – 6 SM), Zaman Pertengahan, Zaman Renaissance, Zaman Modern, dan
Zaman Kontemporer.
Secara umum dapat dinyatakan bahwa pengetahuan pada zaman purba ditandai dengan adanya
lima kemampuan, yaitu: pengetahuan didasarkan pada pengalaman; pengetahuan berdasarkan
pengalaman itu diterima sebagai fakta dengan sikap receptive mind; kemampuan menemukan
abjad dan sistem bilangan alam sudah menampakkan perkembangan pemikiran manusia ke
tingkat abstraksi; kemampuan menulis, berhitung, menyusun kalender yang didasarkan atas
sintesis; kemampuan meramalkan peristiwa-peristiwa fisis atas dasar peristiwa-peristiwa
sebelumnya yangpernah terjadi.
Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini orang
memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Selanjutnya pada Zaman
pertengahan merupakan suatu kurun waktu yang ada hubungannya dengan sejarah bangsa-
bangsa di benua eropa. Zaman pertengahan ini ditandai dengan pengaruh yang cukup besar dari
agam Katolik terhadap kekaisaran dan perkembangan kebudayaan pada saat itu.
Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran yang bebas dari dogma-
dogma agama. Renaissance adalah zaman peralihan ketika kebudayaan Abad Pertengahan mulai
berubah menjadi suatu kebudyaan modern. Sedangkan pada Zaman modern ditandai degan
berbagi penemun dalam bidang ilmia. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern
sesunguhnya sudah dirintis sejak Zaman Renaissance. Seperti Rene Descartes, tokoh yang
terkenal bapak filsafat modern.
Pekmbangan ilmu pengetahuan pada zaman kontemporer berkebang dengan sangat cepat.
Masing-masig ilmu mengembangkan disiplin  keilmuannya dan berbagai macam pertemua-
petemuannya. Penemuan dnan penciptaan terjadi selih berganti dan makin sering. Informasi
ilmiah diproduksi dengan cepat, melipat dua setiap tahun, bahan dalam disiplin-disiplin tertentu
seperti genetik setip dua tahun (Jacob, 1993:19) Di sisi lain pada zaman kontemporer
ini,pengembangan ilmu juga ditandai degan terjadinya spesialisasi-spesialisasi ilmu yang
semakin menajam dalam spesialisasi dan subspesialisasinya.
BAB VI 
Tentang Etika Keilmuan mencakup Pengertian, Antara Etika, Moral, Norma, dan Kesusilaan,
Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologi, Hubungan Antara Nilai dan Budaya serta
Peranan Ilmu Terhadap Pengembangan KebudayaanNasional.
Ilmu dan moral termasuk ke dalam genus pengetahuan yang mempunyai karakteristik masing-
masing. Tiap-tiap pengetahuan mempunyai tiga komponen yang merupakan penyanggah tubuh
pengetahuan yang disusunnya. Komponen tersebut adalah ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Agar mendapatkan pengertian yang jelas mengenai kaitan antara ilmu dan moral maka kajiannya
harus didekati dari ketiga komponen tiang penyangga tubuh pengetahuan yakni ontologi,
epistemolgi, dan aksiologi. Namun sebelum sampai pendekatan dari ketiga hal tersebut dibahas
dahulu tentang antara etika, moral, norma dan kesusilaan, kemudian pengertian dan ciri-ciri ilmu.
Dalam bab ini juga mengkaji bagaimana hubungan antara etika, moral, norma dan kesusilaan,
selain itu juga mengkaji dimensi ontologis, epistemologis, dan aksilogi.
BAB VII 
Tentang Ilmu, Teknologi dan Budaya mencakup Dimensi Ilmu, Teknologi, dan Seni, Peranan
Filsafat Ilmu dalam Penjelajahan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni, Teknologi dan Seni
serta Visi Ilmu di Indonesia.
Ilmu, teknologi dan seni sebagai produk menjadi milik manusia. Artinya ilmu, teknologi, dan
seni didapat melalui pola pikir analogi ilmiah dengan menggunakan metode keilmuan yang
runtut membawa ke arah titik temu pada suatu konklusi yang bersifat nisbi, namun terhindar dari
dedikasi silang pendapat fundamental dikalangan bagi para ilmuwan dalam kurun waktu,
sehingga terbuka untuk dimungkinkan adanya pembuktian dan pengujian akan kebenaran.
BAB VIII 
Tentang Bagaimana Ilmu Dalam Perspektif Kemaslahatan Hidup Insani mencakup Ilmu dan
Moral,danbagimana pula Hubungan Antara Etika, Moral, Norma dan Kesusilaan serta Tanggung
Jawab Ilmuwan.
Etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan moral yang menentukan
danterwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik secara pribadi maupun sebagai
kelompok. Etika adalah perwujudan dan pengejawantahan secarakritis dan rasional ajaran moral
yang siap pakai, sedangkam moral adalah penunjuk konkret yang siap pakai tentang bagaimana
kita harus hidup.

B.  KOMENTAR
Buku ini banyak memberikan sumbangsih dalam kajian filsafat, terutama dalam bidang
filsafat ilmu, karena penulisnya berusaha memaparkan hakiakat ilmu pengatahuan dan
memaparkan permasalahan yang terdapat dalam ilmu, yaitu yang menyangkut sifat pengetahuan
ilmiah, serta cara-cara bagaimana mencapai pengetahuan ilmiah. Buku ini bagus digunakan oleh
mahasiswa yang belajar filsafat, juga oleh tenaga edukatif untuk  menambah referensi dan juga
dalam proses belajar mengajar karena mengandung isi yang berkualitas, serta juga bermanfaat
bagi para peminat filsafat untuk mengembangkan wawasan filsafatnya. Pembahasan dalam buku
ini disususun berdasarkan sistematika filsafat ilmu yaitu: ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Dengan mempelajari buku ini kita akan memahami refleksi, mendasar dan integral tentang
hakikat ilmu pengetahuan serta memahami dan menilai metode-metode pemikiran ilmiah dalam
kehidupan sehari-hari.

D.  PENUTUP
Buku ini berbicara tentang berbagai hal terkait dengan persoalan filsafat, buku ini
banyak memberikan sumbangsih dalam kajian filsafat, terutama dalam bidang filsafat ilmu,
karena penulisnya berusaha memaparkan hakiakat ilmu pengatahuan dan memaparkan
permasalahan yang terdapat dalam ilmu, yaitu yang menyangkut sifat pengetahuan ilmiah, serta
cara-cara bagaimana mencapai pengetahuan ilmiah.  Saya yakin buku ini sangat sarat akan
muatan filsafat, meskipun diramu dengan bahasa yang sederhana, buku ini bagus digunakan oleh
mahasiswa yang belajar filsafat, juga oleh tenaga edukatif untuk  menambah referensi dan juga
dalam proses belajar mengajar karena mengandung isi yang berkualitas, serta juga bermanfaat
bagi para peminat filsafat untuk mengembangkan wawasan filsafatnya.
Kelemahan buku ini seperti pengakuan penulis pada kata pengantar yang menyatakan buku ini
masih ada kekurangan dan masih jauh dari harapan dan kesempurnaan, kalau ditinjau dari
pernyataan penulis memang benar tak ada gading yang tak retak, kelemahan buku ini terletak
pada tidak dilengkapi dengan biodata penulis sehingga pembaca  tidak mendapatkan informasi
tentang penulis dan karya yang lainnya, walaupun begitu dari segi mutu dan cetakannya sudah
sangat baik.
Baiklah sekian Laporan Bacaan dari saya, saya ucapkan Terima Kasih Tuhan Yesus Meberkati.

Anda mungkin juga menyukai