Anda di halaman 1dari 6

A.

FILSAFAT MENURUT PARA AHLI


Filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno “philosophia”, dari akar kata philo

berarti cinta, dan sophia yang berarti kebijaksanaan atau hikmah. Jadi filsafat secara

etimologi berarti Love of Wisdom (Cinta kepada kebijaksanaan atau kearifan). Definisi

yang diberikan oleh para filsuf menurut pemahaman mereka masing-masing :

Bertrand Russell: Filsafat adalah tidak lebih dari suatu usaha untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan ter- akhir, tidak secara dangkal atau

dogmatis seperti kita lakukan pada kehidupan sehari-hari dan bahkan dalam

ilmu pengetahuan, akan tetapi secari kritis.

R. Beerling: Filsafat adalah pemikliran-pemikiran yang bebas, diilhami oleh

rasio, mengenai segala sesuatu yang timbul dari pengalaman-pengalaman.

Corn Verhoeven: Filsafat adalah meradikalkan keheranan ke segala jurusan.

Arne Naess: Filsafat terdiri dari pandangan-pandangan yang menyeluruh,

yang diungkapkan dalam pengertian- pengertian.

Walter Kaufmann: Filsafat adalah pencarian akan kebenaran dengan

pertolongan fakta-fakta dan argu- mentasi-argumentasi, tanpa memerlukan

kekuasaan dan tanpa mengetahui hasilnya terlebih dahulu.

Plato: Filsafat adalah penyelidikan tentang sebab-sebab dan asas-asas yang

paling akhir dari segala sesuatu yang ada.

Aristoteles: Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang senantiasa berupaya

mencari prinsip-prinsip dan penyebab-penyebab dari realitas yang ada ini.

Rene Descartes: Filsafat adalah himpunan dari segala pengetahuan yang

pangkal penyelidikannya adalah mengenai Tuhan, alam, dan manusia.


B. TUJUAN DAN MANFAAT FILSAFAT ILMU

Menurut Wahana (2016) Filsafat Ilmu Pengetahuan memiliki tiga landasan

pembahasan terhadap ilmu pengetahuan, yaitu: ontologis, epistemologis, dan

aksiologis.

Landasan pembahasan ontologis, kita diharap memiliki gambaran yang

benar dan menyeluruh tentang ilmu pengetahuan; dapat menemukan ciri-ciri

khas ilmu pengetahuan bila dibandingkan dengan berbagai macam kegiatan

yang kita lakukan., misalnya filsafat, agama dan seni. Kita diharapkan

menyadari bahwa ilmu pengatahuan merupakan kegiatan akal budi manusia

yang tentu saja juga memiliki arah dan tujuan (bersifat teleologis). Filsafat Ilmu

Pengetahuan diharapkan dapat menunjukkan arah-tujuan dari kegiatan ilmu

pengetahuan yang dilakukannya, yaitu memperoleh pengetahuan ilmiah, yang

kebenarannya memang cukup dapat dipertanggungja- wabkan, di samping perlu

disadari adanya tingkatan target yang perlu diusahakan dalam kegiatan ilmiah.

Beberapa target yang secara berjenjang menjadi sasaran kegiatan ilmiah, yaitu:

pengetahuan deskriptik, pengetahuan kau- satif, pengetahuan prediktif, dan

pengetahuan operatif. Dengan demikian Filsafat Ilmu Pengetahuan akan mampu

menunjukkan orientasi yang tepat dari kegiatan ilmu pengetahuan.

Landasan pembahasan epistemologis diharapkan memberikan

penjelasan tentang metode-metode dan langkah-langkah yang relevan demi

tercapainya tujuan kegiatan ilmu pengetahuan yang dilakukannya. Ada

beberapa pola prosedural yang perlu dipahami dalam rangka dapat

menemukan data-data serta menyusun hasil ilmu pengetahuan yang

diharapkan, misalnya: wawancara, observasi, eksperimen. Dengan

pembahasan epistemologis ini, diharap Filsafat Ilmu Pengetahuan mampu


menuntun langkah-langkah mahasiswa untuk melakukan kegiatan ilmiah agar

sampai pada tujuan yang sebenarnya.

Landasan pembahasan secara aksiologis. Dari landasan

pemahaman secara aksiologis. diharap mampu menunjukkan pada

mahasiswa tentang nilai-nilai yang sekiranya layak diperjuangkan dalam

kegiatan ilmu pengetahuan. Di samping memiliki nilai kebenaran yang

bersifat teoritis, ilmu pengetahuan pada gilirannya memiliki nilai praktis

pragmatis, karena mampu memberikan dasar yang cukup dapat

dipertanggungjawabkan bagi penyeleng- garaan kehidupan manusia. Dengan

demikian Filsafat Ilmu Pengetahuan diharapkan mampu menunjukkan arah

kegiatan ilmiah, tidak hanya sekedar secara teoritis menun- jukkan

kebenaran ilmiah, tetapi lebih jauh menunjukkan arah kegiatan ilmiah yang

bersifat pragmatis, yaitu mewujudkan kesejahteraan bagi kehidupan umat

manusia. Dengan demikian ilmu pengetahuan tidak dipandang sebagai yang

membebani pemikiran manusia, melainkan dirasakan sebagai kegiatan yang

dapat mempertajam pemikiran manusia dalam rangka menghadapi berbagai

permasalahan kehidupan untuk memberkan pemecahan yang dapat

bermanfaat bagi kehidupan manusia.

C. ASAL MULA FILSAFAT


Menurut Rapar (1998), ada empat hal yang merangsang manusia berfilsafat,

yaitu ketakjuban, ketidakpuasan, hasrat bertanya, dan keraguan.

Ketakjuban. Banyak filsuf mengatakan bahwa yang menjadi awal

kelahiran filsafat ialah thaumasia (keka- guman, keheranan, atau ketakjuban).

Aristoteles mengata- kan bahwa karena ketakjubannya manusia mulai berfilsa-

fat.
Ketidakpuasan. Sebelum filsafat lahir, berbagai mitos dan mite

memainkan peranan yang amat penting dalam kehidupan manusia. Manusia

yang tidak puas dan terus-menerus mencari penjelasan dan keterangan yang

lebih pasti itu lambat-laun mulai berpikir secara rasional. Akibatnya, akal budi

sema- kin berperan. Berbagai mitos dan mite yang diwariskan oleh tradisi

turun-temurun semakin tersisih dari perannya semua yang begitu besar. Ketika

rasio berhasil menu- runkan mitos-mitos dan mite-mite dari singgasananya,

lahirlah filsafat, yang pada masa itu mencakup seluruh ilmu pengetahuan

yang ada dan yang telah dikenal.

Hasrat bertanya. Ketakjuban manusia telah melahir- kan pertanyaan-

pertanyaan, dan ketidakpuasan manusia membuat pertanyaan-pertanyaan itu

tak kunjung habis. Pertanyaan tak boleh dianggap sepele, karena pertanyaan-

lah yang membuat kehidupan serta pengetahuan manusia berkembang dan

maju. Pertanyaanlah yang membuat manusia melakukan pengamatan,

penelitian, dan penyelidikan. Dan ketiga hal litulah yang menghasilkan

penemua-penemuan baru yang semakin memperkaya manusia dengan

pengetahuan yang terus bertambah. Hasrat bertanya membuat manusia

mempertanyakan segalanya. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan itu tidak

sekedar terarah pada wujud sesuatu, melainkan juga terarah pada dasar dan

hakikatnya.

D. SIFAT DASAR FILSAFAT ILMU


Menurut pendapat Rapar (1996), ada beberapa sifat dasar filsafat,

antara lain :

1. Berfilsafat berarti berpikir secara radikal.

2. Senantiasa mencari asas


3. Memburu kebenaran

4. Berusaha memperoleh kejelasan

5. Berpikir secara rasional (berpikir logis, sistematis, dan kritis)

E. MANFAAT MEMPELAJARI FILSAFAT ILMU


Menurut Soelaiman (2019), mempelajari filsafat banyak manfaatnya, antara lain:

1. Filsafat akan menyadarkan kita kepada berbagai masalah yang kita jumpai dalam

kehidupan, dan kita akan semakin mampu memecahkan masalah-masalah

kehidupan dengan lebih bijaksana, karena dengan mempelajari filsafat akan

memperluas wawasan kita dan melatih kita berpikir kritis, sistematis, dan logis.

2. Filsafat akan membantu kita menentukan pandangan hidup yang tegas, yang

menjadi pedoman dan landasan bagi perbuatan kita sehari-hari.

3. Dengan mendalami filsafat akan membawa kita kepada kemungkinan untuk

menjadi ahli filsafat.

F. HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN AGAMA


Menurut konsep Barat, antara ilmu pengetahuan dengan agama pada dasarnya

merupakan dua hal yang sangat berbeda (kontras), dan malah bertentangan (konflik).

Kontras maksud- nya antara keduanya tidak ada hubungan, masing-masing berjalan

sendiri. Ilmu berhubungan dengan kehidupan duniawi, sedangkan agama sekaligus

menyangkut kehidupan duniawi dan kehidupan akhirat. Menurut konsep Barat yang

ada adalah kehidupan duniawi sedangkan kehidupan akhirat itu hanyalah ilusi, sesuatu

yang sebenarnya tidak ada. Konflik maksudnya bahwa keberadaan agama akan

menghambat kemajuan ilmu pengetahuan. Keduanya bertetangan dan keduanya

dipandang tidak bisa dirujukkan. Banyak ilmuan Barat yang sangat yakin bahwa

agama tidak akan pernah bisa didamaikan dengan ilmu. Alasan utama mereka ialah

bahwa agama jelas-jelas tidak dapat membuktikan kebenaran ajaran- ajarannya dengan
tegas, pada hal sains bisa melakukan hal itu (Haught, 2004:2).

Di samping pendekatan kontras dan konflik yang digunakan oleh ilmuan Barat

dalam melihat hubungan antara ilmu dan agama, terdapat juga dua pendekatan lainnya,

yaitu pendekatan kontak dan konfirmasi. Pendekatan kontak maksudnya ada upaya

untuk mengadakan dialog, interaksi, dan upaya penyesuaian antara ilmu dan agama,

misalnya mengupayakan cara bagaimana ilmu ikut mempengaruhi pemahaman

religius dan teologis. Pendekatan konfirmasi maksudnya adalah upaya menyoroti cara-

cara agama mendukung dan menghidupkan kegiatan ilmiah. Artinya, sekalipun titik

tolak keduanya berbeda, filsafat dan ilmu pengetahuan bermula dengan ragu-ragu atau

tidak percaya, sedangkan agama dimulai dengan yakin dan percaya (iman). Karena

dimulai dengan tidak percaya atau ragu-ragu (skeptis), maka filsafat dan ilmu selalu

mempertanyakan sesuatu. Filsafat dan ilmu adalah mengenai pengetahuan, sedangkan

agama adalah mengenai kepercayaan atau keyakinan. Pengetahuan tidak sama dengan

keyakinan, namun keduanya mempunyai hubungan yang erat. Keyakinan dapat

menjiwai atau mempengaruhi ilmu pengetahuan, yang karena itu ilmu pengetahuan

tidak bersifat netral atau bebas nilai.

G. FILSAFAT MENURUT PENDAPAT PENULIS


Filsafat ilmu merupakan pendekatan berfikir logis, sistematis, dan kritis dalam

suatu hal. Hal ini penulis akan mengaitkan cara berpikir terhadap agama atau aliran

kepercayaan.

Ilmu filsafat dan agama kaitannya sangat kontras, keduanya memiliki perbedaan

yang masing-masing berjalan sendiri.

Anda mungkin juga menyukai