Pemimpin, adalah seseorang yang memiliki kecakapan atau kelebihan positif didalam
satu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama
melakukan aktivitas tertentu dalam suatu atau satu tujuan. Pemimpin dalam bahasa
inggris berarti “LEADER” yang bertugas untuk me-LEAD anggota-anggotanya.
Makna LEAD dideskripsikan sebagai berikut :
Loyalty (Loyalitas), yang diartikan kesetiaan atau kepatuhan.
Educate (Mendidik), yang diartikan member ajaran atau tuntunan mengenai
tingkah laku kesopanan dan kecerdasan pikiran.
Advise (Menasehati), yang diartikan arahan, ajaran, pelajaran, anjuran, atau
petunjuk yang baik.
Dicipline (Disiplin), yang diartikan tata tertib yang baik untuk menjadi teladan
yang berguna bagi setiap orang.
Kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat dengan motivasi. Hal tersebut dapat
dilihat dari keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada kewibawaan, dan
juga pimpinan itu dalam menciptakan motivasi dalam diri setiap orang bawahan,
kolega, maupun atasan pimpinan itu sendiri.
Page | 1
2. Definisi Rohani
Beberapa definisi kepemimpinan Kristiani menurut para ahli, yaitu :
- Robert Clinton : “Tugas utama pemimpin adalah mempengaruhi umat Allah
untuk melaksanakan rencana Allah.”
- George Barna : “Seorang pemimpin Kristen yaitu seorang yang dipanggil
oleh Allah untuk memimpin; dia memimpin dengan dan melalui karakter
seperti Kristus; dan menunjukkan kemampuan fungsional yang
memungkinkan kepemimpinan efektif terjadi.”
- Henry & Richard Blackaby : “Kepemimpinan rohani adalah menggerakkan
orang-orang berdasarkan agenda Allah.”
Page | 2
Musa jauh sebelumnya. Dalam rencana-Nya Allah menyelamatkan Musa
dari perintah Firaun untuk membunuh seluruh bayi laki-laki orang Ibrani,
bahkan Musa diangkat sebagai anak oleh puteri Firaun (Kel. 2:9-10).
Ketika Musa sudah menerima mandat untuk membebaskan bangsa Israel,
kuasa Tuhan mulai menyertai Musa, ditandai dengan adanya mujizat-
mujizat yang diadakan oleh Tuhan melalui Musa, baik ketika masa
pembebasan Israel dengan tulah-tulah, maupun ketika masa perjalanan
bangsa Israel ke Kanaan. Kesimpulan, Kepemimpinan menurut Perjanjian
Lama bersumberkan pada panggilan Illahi. Allah memanggil seseorang
untuk menjadi seorang pemimpin. Allah yang memanggil itu, Allah yang
menyertai dan memperlengkapi pemimpin yang dipilih dan dipanggil-Nya
itu, Percaya, dan Takut akan Allah.
2) Kehidupan Sehari-hari
a. Pendoa
Melalui keteladanan Tuhan Yesus, sebelum Ia membuat keputusan
penting Ia berdoa terlebih dahulu, “Pagi-pagi benar, waktu hari masih
gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan
berdoa di sana (Mrk. 1: 35). Seorang pemimpin harus tetap berguru atau
bergaul pada Yesus, karena modal utama pemimpin dalam mewujudkan
tanggung jawabnya melalui visi dan misinya adalah kekuatan doa.
Page | 3
Kesatuan kepemimpinan dengan Allah menjadi semangat dan sumber
kebijaksanaan dalam mengembani tugasnya.
Page | 4
orang lain dan mau memperbaharui diri. Dia tidak akan menempatkan diri
sebagai superior (orang atasan) tetapi sebagai socius (teman/sahabat) yang
solider (mempunyai perasaan yang senasib).
Page | 5
g. Seorang Pendamai
“ berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan
disebut anak-anak Allah”. (Matius 5:9)
Ini menjadi bagian hidup seorang pemimpin dengan sepenuh hati yang
berlandaskan kasih dengan kuasa Tuhan, kekuatan dan kebaikan untuk
suatu tujuan untuk memuliakan nama Allah. Nyatanya, berdamai dengan
diri sendiri lebih sulit dibandingkan berdamai dengan orang lain,
sedangkan jiwa kepemimpinan Kristen harus mampu membawa
kedamaian bagi diri sendirinya terlebih dahulu dengan selalu mengucap
syukur atas segala hal sehingga seorang pemimpin bisa membuktikan
untuk sanggup pembawa damai dalam suatu perselisihan yang terjadi.
Kita harus mengizinkan Allah untuk ikut masuk atau berurusan dengan kehidupan
kepemimpinan kita. Dan didalam Dia, kita akan selalu merasakan sakit sehingga
timbul ketidaknyamanan, tetapi kita harus tetap percaya bahwa dibalik semua itu
Allah mau membentuk kita menjadi sempurna dalam hal memimpin.
Page | 6
Bijak dalam memimpin harus bijak juga dalam bertanggung jawab, jangan pilih-
pilih, melakukan segala sesuatu hal dengan natural, dan dapat menentukan apa
yang benar dan tidak benar.
4. Allah memakai orang-orang yang mau menyelesaikan apa yang telah mereka
mulai. Seorang pemimpin Kristen yang sukses tidak akan membiarkan
permasalahan yang terjadi begitu saja. Dia harus memegang teguh atau komitmen
dalam pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan. Dan jika ada resiko yang
dihadapkan seorang pemimpin harus mampu menyelesaikan dalam Tuhan
meskipun tidak sesuai dengan harapan tetap yakin bahwa rencana Tuhan begitu
luar biasa.
5. Allah memakai orang-orang yang menjadi teladan yang baik bagi orang lain.
“ maka aku tidak akan mendapatkan malu, apabila aku mengamat-amati segala
perintahMu. (Mazmur 119:6)”
Page | 7
2. Berdoa dan Belajar
a. Berdoa.
Pemimpin Kristen harus mempunyai hubungan kepada Allah melalui do’a,
dengan demikian memungkinkan untuk tetap dipimpin oleh Roh Kudus.
“ tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang
dikehendaki Allah didalam Kristus Yesus bagi kamu. (1 Tesalonika 5:17-18)”
b. Belajar.
Pemimpin harus bertumbuh di dalam Firman Tuhan, karena Firman Tuhan
akan membuatnya tetap murni dan menjadi semakin dewasa.
“ segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar,
untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk
mendidik orang dalam kebenaran. (2 Timotius 2:16) “
Page | 8
2. Firman Allah
Allah berbicara melalui Firman-Nya sehingga pemimpin harus masuk ke dalam
Firman-Nya dan Firman-Nya harus masuk ke dalam dirinya. Masuk ke dalam
Firman-Nya melalui membacanya, mempelajarinya, mendengarkan khotbah dan
menerapkannya.
3. Doa
Allah berbicara melalui Firman-Nya dan pemimpin berbicara kepada Allah
melalui doa dan doa pemimpin seharusnya dikonsentrasikan pada pertumbuhan
rohani jemaatnya dan berdoa bagi kematangan rohani jemaat dan agar Allah
memakai mereka untuk bekerja di ladang-Nya.
4. Ketaatan
Tidak ada persekutuan tanpa ketaatan kepada atasan dan Yesus lebih dari atasan
pemimpin. Di pihak lain, kehidupan Yesus di dunia yang penuh ketaatan kepada
Allah adalah motivasi terbesar bagi para pengikut-Nya. Semua pemimpin rohani
pasti berharap dapat menyelesaikan tugas yang diberikan Allah kepadanya dengan
sebaik-baiknya. Dengan kata lain setiap pemimpin ingin menyelesaikan
pelayanannya dengan tuntas di hadapan Allah yang memberinya tugas tersebut.
“ Barangsiapa memegang perintahKu dan melakukannya, dialah yang mengasihi
Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh BapaKu dan Akupun
akan mengasihi dia dan akan menyatakan diriKu kepadanya. (Yohanes 14:21) ”
Page | 9
2. ETOS KERJA KRISTIANI
A. PENGERTIAN
Etos berasal dari bahasa Yunani (Ethos) yang berarti sikap, kepribadian, watak,
karakter, serta keyakinan atas sesuatu secara individu ataupun kelompok, sedangkan
Kerja dalam pengertian luas adalah bentuk usaha yang dilakukan manusia baik dalam
hal materi intelektual dan fisik maupun hal-hal yang berkaitan dengan keduniaan
maupun keakhiratan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Etos Kerja adalah semangat kerja yang
menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok.
Menurut Jansen H. Sinamo, Etos Kerja adalah seperangkat perilaku positif, yang
berakar pada kesadaran yang terang, keyakinan yang mantap dan komitmen teguh
pada sekumpulan prinsip, paradigma (teori ilmu pengetahuan) dan wawasan kerja
yang komprehensif (luas dan lengkap).
Dalam perikop Kolose 3:22-25, umat Kristen diingatkan untuk menyatakan hidup
baru dengan Etos Kerja yang baik. Etos kerja orang-orang Kristen dinyatakan
dengan :
1. Disiplin dan integritas, yaitu bekerja dengan setia bukan hanya di hadapan
atasannya untuk mencari muka tetapi dengan tulus hati karena takut akan Tuhan
(Kolose 3:22).
2. Kreatif dan innovatif, yaitu melakukan pekerjaan dengan segenap hati seperti
untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kolose 3:23).
3. Proaktif dan produktif, karena ada upah dari Tuhan selain upah dari manusia
(Kolose 3:24).
4. Hati yang takut akan Tuhan, sehingga tidak melakukan apa yang salah di
hadapan-Nya (Kolose 3:25).
Dalam bekerja atau orang Kristiani harus memegang teguh suatu prinsip: “Apapun
juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan
dan bukan untuk manusia” (Kolose 3:23).
Kesimpulan, Etos Kerja Kristiani adalah dasar kepribadian atau karakter individu
maupun kelompok dalam bekerja yang penuh semangat dengan tujuan utamanya
yaitu untuk memuliakan nama Allah.
Page | 10
B. CIRI-CIRI ETOS KERJA
Seseorang yang memiliki Etos Kerja akan terlihat melalui sikap atau tingkah
lakunya, diantaranya :
1. Loyalitas terhadap waktu. Hakikat dari etos kerja adalah cara seseorang
memahami betapa berharganya waktu. Dia sadar waktu akan terus merayap dari
detik ke detik dan sadar bahwa sedetik yang lalu tidak akan kembali kepadanya.
2. Hati Ikhlas. Berbudaya dalam bekerja adalah keikhlasan, karena ikhlas
merupakan bentuk kasih saying dan pelayanan yang didasarkan pada sikap yang
bersih.
3. Jujur. Kejujuran bukanlah suatu keterpaksaan melainkan sebuah panggilan dari
dalam yang terus menerus mengetuk dan membisikkan nilai moral yang baik.
4. Komitmen. Keyakinan yang mengikat seluruh hati nuraninya yang
menggerakkan perilaku menuju arah yang diyakininya.
5. Berpendirian Teguh. Kemampuan untuk bersikap pantang menyerah dan mampu
mempertahankan prinsip apapun resiko yang akan dihadapinya.
Page | 11
- Hemat dengan hidup ini. Hidup hanya sekali, kalau sudah terlewati
umur tidak akan bisa kembali, kemarin tidak bisa kembali hari ini,
dengan keputusan yang keliru, hidup ini bisa habis. Andalkan Iman
dan Tuhan, agar tetap damai dengan hidup ini.
4. Menjadi berkat. Diberkati untuk menjadi Berkat. Selagi masih ada kesempatan,
marilah kita menyebarkan kebaikan kepada semua orang terutama kepada kawan-
kawan kita yang seiman (Galatia 6:10).
Page | 12
4. Kondisi Lingkungan/Geografis.
Etos kerja dapat muncul dikarenakan faktor kondisi geografis. Lingkungan alam
yang mendukung mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya melakukan
usaha untuk dapat mengelola dan mengambil manfaat, dan bahkan dapat
mengundang pendatang untuk turut mencari penghidupan di lingkungan tersebut.
5. Pendidikan.
Etos kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia.
Peningkatan sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai etos
kerja keras. Meningkatnya kualitas penduduk dapat tercapai apabila ada
pendidikan yang merata dan bermutu disertai dengan peningkatan dan perluasan
pendidikan, keahlian, dan keterampilan sehingga semakin meningkat pula
aktivitas dan produktivitas masyarakat sebagai pelaku ekonomi.
6. Struktur Ekonomi.
Tinggi rendahnya etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya
struktur ekonomi, yang mampu memberikan insentif bagi anggota masyarakat
untuk bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh.
7. Motivasi Intrinsik Individu.
Individu yang akan memiliki etos kerja yang tinggi adalah individu yang
bermotivasi tinggi. Etos kerja merupakan suatu pandangan dan sikap yang
didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang. Keyakinan inilah yang menjadi
suatu motivasi kerja. Maka etos kerja juga dipengaruhi oleh motivasi seseorang
yang bukan bersumber dari luar diri, tetapi yang tertanam dalam diri sendiri, yang
sering disebut dengan motivasi intrinsik.
Page | 13
3. Kerja adalah Panggilan.
“ Aku harus bekerja tuntas dengan penuh integritas “
Sadarlah bahwa pekerjaanmu adalah panggilan; sebab itu bekerjalah sampai
tuntas penuh integritas. Integrutas berarti bekerja memenuhi tuntutan tugas
dengan segenap hati, pikiran, dan tenaga secara menyeluruh.
4. Kerja adalah Aktualisasi
“ Setiap waktu aku bekerja keras dengan penuh semangat ”
Aktualisasi adalah mengubah potensi menjadi realita. Ketika kita sedang
sungguh-sungguh bekerja untuk mewujudkan sesuatu yang diinginkan bisa
dipahami bahwa kita sedang dalam proses menumbuhkan sesuatu yang
diinginkan.
5. Kerja adalah Ibadah
Niatkanlah pekerjaanmu sebagai ibadah; karena itu bekerjalah dengan serius
penuh dengan kecintaan. Ibadah dalam hal ini adalah sikap hidup yang pasrah diri
secara total dan penuh cinta kepada Allah. Agar menghasilkan sesuatu yang
unggul sepanjang masa maka diperlukan etos bekerja serius dengan dedikasi total
dan pengabdian sepenuh hati didalam Tuhan. Karya yang diciptakan dengan hati
ikhlas akan terus berbekas di kelak kemudian hari.
6. Kerja adalah Seni
“ Aku bekerja cerdas dengan penuh daya kreativitas “
Pandanglah pekerjaanmu sebagai seni; karena itu bekerjalah dengan cerdas penuh
kreativitas. Seni adalah ekspresi ataupun aplikasi kreatif dari imajinasi. Fungsi
imajinasi adalah memberi bentuk definitif (sudah pasti) terhadap sebuah ide.
Dengan memandang bekerja adalah bagian dari seni maka seseorang tidak akan
merasa jenuh dengan bidang yang dijalaninya.
7. Kerja adalah Kehormatan
Pahamilah bahwa pekerjaanmu adalah mahkotamu, karena itu
bekerjalah dengan unggul penuh kekuatan.
8. Kerja adalah Pelayanan
Sajikanlah pekerjaanmu sebagai pelayanan; karena itu
bekerjalah dengan paripurna penuh kerendahan hati.
“ Sebab Tuhan berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang rendah
hati dengan keselamatan. (Mazmur 149:4) “
Page | 14