Anda di halaman 1dari 8

METODE DAN TEKNIK KONSELING

D
I
S
U
S
U
N

OLEH

NAMA : REINHARD FLORENTINO SIRAIT


NIM : 190201045
M. KULIAH : METODE DAN TEKNIK KONSELING
D.PENGAMPU : Dr.BERNARD LUBIS M.Th
SEM/GROUP : IV/B

TAHUN AJARAN 2020/2021


RESENSI BUKU PASTORAL I

Judul :Pastoral Konseling :Pendekatan Konseling Pastoral Berdasarkan


Teologi dan Psikologi

Penerbit : BPK Guniing Mulia

Penulis : Yakub B.Susabda,Ph.D

Halaman : 331 Halaman

BAB I

APA ITU KONSELING PASTORAL

Dengan perkembangan ilmu psikologi dan psikiatri yang begitu pesat, pelayanan konseling
yang tadinya dikenal sebagai salah satu pelayanan yang dilakukan oleh hamba Tuhan,
sekarang terbuka untuk umum. Istilah yang digunakan tetaplah pastoral konseling, yang
memiliki defenisi percakapan terapeutik antara konselor (atau pastor/pendeta) dengan
konsele/kliennya, di mana konselor mencoba membimbing konselenya ke dalam suatu
suasana percakapan konseling yang ideal (conducive atmosphere) sehingga klien dapat
memiliki kesadaran diri dan pengertian akan kejadian dan situasi yang sedang dihadapinya.

Pelayanan konseling bukanlah pemberian nasihat, hal ini masih sering salah dipahami oleh
para hamba Tuhan maupun konselor secara umum. Dalam proses konseling sering sekali
hamba Tuhan dan konselor lebih banyak memberikan nasihan yang dirasakan sesuai dengan
kondisi klien, padahal sering sekali nasihat yang diberikan tidak menyelesaikan apapun
dalam diri klien. Yang sebenarnya, konseling adalah hubungan timbal balik yang dialogis
dalam percakapan terapeutik antara konselor dengan konsele. Dalam hal ini konselor harus
banyak mengembangkan skill konseling yang mumpuni untuk dapat menolong klien secara
efektif.

Kegagalan dalam proses konseling tak jarang terjadi akibat konselor yang melakukan proses
konseling tanpa tanggungjawab. Seyogyanya seorang konselor yang merupakan hamba
Tuhan harus menyadari bahwa panggilan menjadi konselor adalah panggilan spiritul yang
unik, sehingga dalam mengerjakan pelayanan konseling seorang hamba Tuhan harus rela
mengorbankan dirinya untuk dipakai Tuhan. Namun sering sekali para hamba Tuhan
menganggap enteng pelayanan konseling, padahal pelayanan konseling adalah pelayanan
terberat bagi hamba Tuhan. Karena tidak hanya dituntut untuk mengajar, tetapi juga
mendemonstrasikan iman, pengetahuan, kepribadian, kepekaan, kemurnian hati, kesabaran
dan sebagainya.

Konselor harus menciptakan suasana percakapan yang ideal antara konselor dengan klien,
supaya proses konseling dapat dinyatakan berhasil. Yaitu konsele harus memiliki kesadaran,
kemauan, dan tekad untuk menyelesaikan persoalannya dan memiliki keberanian untuk
mencapai kepenuhan hidup sebagai orang beriman yaitu iman kepada Yesus. Kehidupan yang
dimiliki konsele setelah melalui masa konseling haruslah kehidupan sesuai kehedak dan
rencana Allah baginya sebagai orang percaya.

BAB II

MENGAPA KONSELING PASTORAL PERLU DIPELAJARI

            Pemahaman para hamba Tuhan mengenai pastoral konseling sering sekali keliru,
sehingga pelayanan ini dilaksanakan tanpa tanggung jawab, undiciplined dan unskilled.
Masalah yang dialami klien yang seharusnya dapat diselesaikan, malah bertambah runyam
dibanding sebelum menjalani proses konseling. Maka dari itu para hamba Tuhan sangat perlu
untuk mempelajari tujuan dan skill pastoral konseling yang sebenarnya, sehingga tidak terjadi
masalah-masalah yang sama ke depannya.

Para hamba Tuhan sering sekali mengabaikan pelayanan konseling, pelayanan dititik
beratkan kepada pelayanan khotbah dan organisasi di gereja tempatnya melayani. Karena
kedua hal tersebut merupakan pelayanan yang paling banyak memberikan keuntungan pribadi
kepada hamba Tuhan, sedangkan pelayanan konseling pastoral belum menjanjikan hal-hal
yang menguntungkan, apalagi jika dilakukan dengan proses yang benar, merupakan
pelayanan paling berat dari hamba Tuhan. Sehingga pelayanan konseling sering dilakukan
secara asal oleh hamba Tuhan, tanpa menyadari tugas utamanya sebagai hamba Tuhan adalah
membimbing jemaatnya langkah demi langkah sehingga semakin dewasa secara rohani. Hal
ini tidak dapat dicapai hanya dengan khotbah saja.

Tanpa pengetahuan yang cukup, hamba Tuhan tidak akan tahu kapan ia harus berdoa,
memberi nasihat, memberikan bantuan yang konkret, atau mengirimkan konsele kepada
profesional lain. Maka dari itu mereka perlu memperlengkapi diri sehingga memiliki
pengetahuan yang cukup untuk memahami setiap kondisi konsele yang unik dan berbeda dari
satu orang ke orang lainnya. Hamba Tuhan tidak dapat menyamaratakan perlakuan terhadap
setiap konsele, karena kebutuhan setiap orang berbeda-beda sesuai dengan kondisinya.
Kegiatan di gereja tidak akan pernah mampu menjangkau kehidupan pribadi dari jemaat,
maka hamba Tuhan harus menyentuh pribadi jemaatnya melalui konseling secara pribadi
demi pribadi.

Pelayanan konseling relatif baru sehingga belum ditemukan pelayanan yang sesuai dengan
konteks kehidupan gereja di Indonesia. Para hamba Tuhan sering sekali mengadopsi metode-
metode yang dilakukan oleh profesional sekuler tanpa memperhatikan kesesuaiannya dengan
konteks kehidupan gereja, sehingga terdapat masalah yang merusak di dalam tubuh gereja.
Sangat sedikit hamba Tuhan yang dapat mengintegrasikan antara ilmu psikologi dengan
teologi dalam pelayanan konselingnya, mereka cenderung berada di salah satu ekstrim saja,
apakah dominan psikologi atau dominan teologi saja.

BAB III

APA YANG MEMBUAT KONSELING PASTORAL

UNIK DAN TIDAK SAMA DENGAN KONSELING SEKULER?

Konseling pastoral merupakan pelayanan konseling yang unik karena pelayanan hamba
Tuhan dipercayakan oleh Allah sendiri, sikap para hamba Tuhan yang percaya bahwa
pelayanan yang dipercayakan kepadanya berasal dari Allah justru menjadi keunikan dari
pelayanan ini. Tanpa kepercayaan ini, hamba Tuhan akan melakukan pelayanan ini seperti
konseling sekuler, maka dari itu pastoral konselor harus mengenal keunikan pelayanan
konselingnya sendiri sehingga menyadari implikasi dan aspek unik dari pelayanan yang telah
dipercayakan oleh Allah kepadanya.

Konseling pastoral juga mutlak bergantung pada kuasa Roh Kudus, konselor tidak pernah
sendiri dalam pelayanannya karena Roh Kudus selalu menyertai. Sayang sekali, kehadiran
Roh Kudus dalam banyak hal masih diragukan bahkan belum betul-betul dimengerti apalagi
dialami oleh hamba-hamba Tuhan dalam pelayanan konselingnya. Dengan kehadiran Roh
Kudus dalam pelayanan konseling pastoral, maka konselor akan mengalami kuasa Roh
Kudus sebagai sumber new insight (sumber dari munculnya pemikiran, pengertian dan
kesadaran baru) atas kedalamanmisteri kehidupan manusi di balik persoalan-persoalan
konselenya; sumber munculnya kata-kata yang tepat pada saat yang tepat,dan harapan baru
dalam diri konsele.

Firman Tuhan juga adalah dasar dari pelayanan konseling pastoral, konselor harus memiliki
kepercayaan bahwa Alkitab adalah firman Allah yang tertulis, sebagai standar kehidupan
orang percaya dan standar mutlak dalam menilai tingkah laku manusia. Namun kepercayaan
yang dimiliki konselor terhadap otoritas Alkitab tidak membuat konselor untuk menolak
kebenaran natural yang disediakan Allah untuk melengkapi kehidupan manusia. Karena
individu yang memutlakkan Alkitab sebagai satu-satunya kebenaran sering sekali menolak
sumbangan dari general revelation misalnya psikologi.

Konselor pastoral juga harus mengakui adanya sumbangsih ilmu psikologi yang memiliki
integrasi dengan teologi dalam pelayanan konseling. Hamba Tuhan harus memiliki
kemampuan berpikir dengan pikiran teologi yang sehat dan benar,dan juga belajar ilmu
psikologi untuk melengkapi pelayanan konselingnya. Jadi jelas bahwa yang paling utama
adalah kebenaran melalui ilmu teologi, lalu dilengkapi dengan ilmu psikologi supaya hamba
Tuhan dapat memahami manusia dan perilakunya.
BAB IV

SUMBANGAN PSIKOLOGI DALAM KONSELING PASTORAL

Psikologi sudah menjadi kuliah wajib bagi kebanyakan sekolah teologi, namun masih
dipandang sebagai pengetahuan umum saja, yang tanpa menyadari bahwa psikologi
merupakan ilmu yang vital dalam melakukan konseling pastoral. Banyak hamba Tuhan yang
tidak menerima ilmu Psikologi dengan berbagai alasan, namun harus disadari bahwa
psikologi menolong mereka untukmendapatkan informasi dan pengetahuan tentang gejala
kejiwaan yang melatarbelakangi tingkah laku manusia pada umumnya.

Konseling menuntut suatu disiplin yang berbeda dari mata kuliah teologi praktika pada
umumnya. Kegagalan untuk memanfaatkan sumbangan ilmu Psikologi menyebabkan hamba-
hamba Tuhan hanya memaksakan disiplin dari bagian teologi sehingga klien sering sekali
diberikan khotbah dan nasihat yang tidak menyelesaikan masalah. Mereka harus menyadari
bahwa pengetahuan psikologi akan menolong mereka dalam pelayanan pastoral konseling,
sehingga mereka tahu membedakan tingkah laku yang normal dan tidak normal dari orang-
orang yang harus menjadi tanggungjawab mereka. Mereka dapat memahami jenis mekanisme
pertahanan diri yang sering sekali dipakai oleh klien untuk melindungi dirinya.

Hamba Tuhan adalah posisi yang strategis karena sering sekali orang pertama yang ditemui
ketika memiliki masalah adalah hamba Tuhan, dengan berbagai masalah dan kondisi yang
ada dalam diri masyarakat khususnya jemaat. Masyarakat pada umumnya masih memiliki
gambaran negatif mengenai psikiater dan rumah sakit jiwa, sehingga belum mampu melihat
faedah dan hasil positif dari psikiater dan rumah sakit jiwa tersebut.

Ada banyak teori psikologi yang sangat baik dalam menjelaskan perilaku manusia, para
hamba Tuhan perlu memahami teori-teori ini supaya memiliki pengetahuan dalam menilai
perilaku para jemaat dan juga hamba Tuhan lainnya. Karena manusia sering sekali memiliki
konsep diri yang keliru mengenai dirinya sendiri dan itu pula yang sering sekali menjadi
sumber kegelisahan dan kekhawatiran dalam kehidupannya secara terus menerus.

Para hamba Tuhan juga perlu memahami faktor-faktor penyebab yang mendorong terjadinya
berbagai permasalahan dalam diri klien, sehingga dapat memahami dan menolong klien
dalam memahami masalah dan menyelesaikannya secara mandiri. Tanpa skill yang baik dari
konselor, tanpa pengenalan faktor-faktor pencetus, konselor akan gagal dalam memahami dan
mengarahkan proses konseling dengan benar. Konselor akan cenderung mengikuti arah yang
ditentukan oleh klien, tertipu dengan fenomena yang ditunjukkan oleh klien, sehingga tujuan
konseling tidak tercapai.

BAB V

LATIHAN PRAKTIS KONSELING


Para hamba Tuhan sangat perlu untuk berlatih menjadi seorang konselor pastoral yang
profesional, selama ini pengajaran mengenai konseling masih sering di anak tirikan dan
pengajar masih sangat kurang. Dan mata kuliah ini dapat diambil oleh seluruh angkatan,
padahal dibutuhkan kemampuan dasar teologi Alkitab dan psikologi untuk dapat berlatih
menjadi seorang konselor pastoral yang profesional.

Latihan praktis yang dapat dilakukan oleh para calon konselor pastoral antara lain:

1. Latihan sensitivitas, untuk melihat sejauh mana para konselor peka terhadap situasi
klien. Latihan ini dapat dilakukan dengan menganalisis cara berpikir klien dengan
melihat tahap conscious, preconscious, dan unconscious pada diri klien. Latihan
lainnya dapat dilakukan dengan diskusi kelompok dan menganalisis kasus-kasus
konseling. Dalam diskusi kelompok dapat dilakukan film talk back, menganalisis
cerita, saling menganalisis kawan, dan lainnya. dol
2. Latihan membuat/menulis verbatim, yaitu menuliis catatan lengkap detai, kata demi
kata, dari percakapan konseling. Sangat dibutuhkan untuk untuk melatih calon
konselor supaya mulai membiasakan diri dengan prinsip dan disiplin konseling yang
sehat. Fokus utama dari latihan ini adalah refleksi, yaitu kemampuan untuk
menangkap perasaan di balik kata-kata konsele dan merefleksikan dalam kata-kata
yang sederhana.
3. Latihan mengklasifikasi kasus-kasus konseling, yaitu latihan untuk mengenali apakah
kasus yang dialami klien dapat diatasi oleh konselor atau membutuhkan kerjasama
dengan profesional lainnya. Dengan melihat apakah kasus tersebut termasuk
abnormalitas atau tidak, short-term atau long term counseling, genuine client atau
pseudo client, dan lainnya.
4. Latihan menangani kasus-kasus konseling sesungguhnya, mahasiswa konseling harus
berlatih menangani kasus-kasus sebenarnya dalam praktek-praktek konseling yang
disupervisi oleh dosen yang profesional. Latihan ini dapat dibagi menjadi 3 bagian
praktikum yang diyakini dapat menolong calon konselor untuk berlatih menjadi
konselor yang profesional.

Dengan latihan-latihan di atas, seorang calon konselor dapat dipersiapkan dengan baik untuk
menjadi konselor yang qualified dan siap untuk melayani para konsele dengan tidak fokus
pada pemberian nasihat dan melakukan konseling dengan tidak bertanggungjawab.

Keunggulan Buku : Buku Ini Menyajikan Langkah untuk Konselor Muda agar
dapat lebih mudah melakukan praktek pastoral Secara Proffesional.

Kekurangan Buku : Gaya tulisan dan beberapa kosakata dalam buku ini mungkin
sedikit susah dicerna bagi pembaca saat ini. Hal ini disebabkan, keterbatasan konsep tulisan
berbahasa dan beberapa kosakata dari bahasa asing yang belum ada padanan katanya di
bahasa Indonesia

RESENSI BUKU PASTORAL II

Judul : Bela Rasa Yang Dibagirasakan : Pedoman dan pegangan para Pelayanan
dan Akademisi untuk meningkatkan pelayanan dan konseling pastoral

Penerbit : Duta Ministri, Jakarta

Penulis : Prof. Dr. Mesach Krisetya

Halaman : 212 Halaman

Jilid :I

Buku ini ditulis untuk menjawab langkanya buku-buku tentang konseling


pastoral berbahasa Indonesia. Kalaupun ada, lebih banyak terjemahan dari bahasa lain
sehingga tidak sesuai dengan konteks atau budaya Indonesia. Penulis buku adalah ahli
dalam konseling pastoral yang dikukuhkan oleh SK Mentri Pendidikan Nasional menjadi
Guru Besar Teologi Pastoral Konseling pada tahun 2007. Dengan pemahaman akan
konteks Indonesia yang mendalam maka buku ini menjadi sangat mudah untuk dipelajari
dan dipahami oleh orang Indonesia.Selain cocok sebagai buku pegangan untuk kuliah
bidang pastoral pada sekolah tinggi dan fakultas teologi, buku ini juga baik untuk dibaca
para pelayan di gereja dan juga di sekolah-sekolah kristen. Buku ini dapat
diklasifikasikan ke dalam buku non fiksi kategori buku teks tentang pastoral.Isi buku dibagi
menjadi sembilan bab yang dapat dikelompokkan menjadi tiga bagianyaitu pertama bab
satu sampai tiga mengenai pengertian, dasar, dan metode pelayanan pastoral; kedua bab
empat sampai enam tentang contoh-contoh masalah dalam pelayanan pastoral; terakhir
bab tujuh sampai sembilan adalah bagaimana menjadi seorang konselor.Bagian pertama
diawali dengan membandingkan antara pastoral tradisional dan pastoral yang sudah
direvisi sesuai dengan perkembangan jaman.Kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan
teologi yang tepat sebagai dasar pelayanan konseling dengan dua pendekatan yaitu
teologi teosentris dan teologi antroposentris. Setelah itu dituliskan juga metode-
metode yang digunakan dalam pelayanan konseling pastoral yang berbeda dengan
metode non pastoral.

Sumber yang digunakan pada konseling pastoral adalah sumber keagamaan


seperti iman, berkat, Alkitab, dan doa.Bagian kedua membahas secara khusus tentang
masalah-masalah dalam pelayanan konseling, pertama adalah berhubungan dengan
kejiwaan seseorang seperti stress, depresi, dan homoseksualitas; kedua mengenai
pernikahan, termasuk konseling pranikah dan sikap terhadap perceraian, dan keluarga;
ketiga tentang pengalaman krisis yang mengakibatkan perasaan cemas, tidak berdaya,
ketergantungan, marah, dan penurunan efisiensi dan dukacitamenghadapi penyakit dan
kematian.Bagian ketiga bertutur tentang bagaimana menjadi seorang konselor yang baik.
Pertama adalah bagaimana memberikan pelayanan bagi orang-orang yang memiliki
penyakit terminal; kedua membicarakan tentang panggilan menjadi konselor, visi dan
misi seorang konselor; ketiga adalah contoh praktek pendidikan pastoral secara langsung atau
disebut CPE (Clinical Pastoral Education).Penuturan dalam buku ini adalah naratif-deskriptif
secara sistematis dengan menggunakan bahasa Indonesia yang sederhana sehingga
memudahkan pembaca memahami isi buku dengan baik. Buku ini merupakan
intisari pelayanan konseling yang dialami oleh penulis sehingga banyak pendapat
pribadidari penulis dalam buku ini. Karena itu untuk dapat memahaminya dengan mendalam
kita harus dapat memahami apa yang dialami penulis. Jikalau kita gagal
memahaminya, buku ini hanyalah menjadi buku pengetahuan tentang konseling pastoral
saja.Kita dapat belajar, menyerap, dan menerapkan isi buku ini dalam pelayanan konseling
yang kita lakukan bagi orang lain. Buku ini memperkenalkan, bagi jemaat, menambah
wawasan, bagi mahasiswa, dan melengkapi, bagi konselor, akan pelayanan pastoral bagi
sesama.

Keunggulan Buku : Penuturan dalam buku ini adalah naratif-deskriptif secara


sistematis dengan menggunakan bahasa Indonesia yang sederhana sehingga memudahkan
pembaca memahami isi buku dengan baik. Buku ini merupakan intisari pelayanan
konseling yang dialami oleh penulis sehingga banyak pendapat pribadidari penulis dalam
buku ini.

Kekurangan Buku : . Buku ini merupakan intisari pelayanan konseling


yang dialami oleh penulis sehingga banyak pendapat pribadidari penulis dalam buku ini.
Karena itu untuk dapat memahaminya dengan mendalam kita harus dapat memahami
apa yang dialami penulis. Jikalau kita gagal memahaminya, buku ini hanyalah
menjadi buku pengetahuan tentang konseling pastoral saja.

Anda mungkin juga menyukai