2016
KATA PENGANTAR
Dari pengalaman dan pengamatan penulis sebagai konselor, dosen
maupun pelatih, cukup banyak kebutuhan akan pelatihan-pelatihan
konseling bagi para calon konselor, konselor, guru, mahasiswa, pekerja sosial,
aktivis, para kaum religius yang bekerja untuk membantu klien yang datang
pada mereka untuk konseling. Namun, tidak banyak bahan yang tersusun
dengan cukup komprehensif untuk kebutuhan tersebut. Untuk itulah, modul
Ketrampilan Konseling Dasar ini dibuat.
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
TOPIK I 4
Apa itu Konseling?
TOPIK II 6
Mendengarkan Aktif
TOPIK III 10
Micro Skills (Ketrampilan Inti Konseling)
TOPIK IV 14
Kode Etik dalam Konseling
LAMPIRAN 1 28
Tingkah Laku Mendengarkan Saya
LAMPIRAN 2 31
Latihan Hambatan Mendengarkan
LAMPIRAN 3 32
Dari Sepatu Mereka
LAMPIRAN 4 33
Latihan Micro Skills
LAMPIRAN 5 38
Kasus-kasus Kode Etik
DAFTAR BACAAN 43
Pandangan Yesus 44
3
TOPIK I:
1. URAIAN TOPIK
a. Definisi Konseling
b. Tujuan Konseling
4
Untuk membuat sebuah proses konseling itu efektif, maka seorang
konselor perlu memiliki pemahaman tentang tujuan yang akan dicapai
bersama kliennya melalui proses konseling. Tujuan bisa dibuat bersama
dengan klien pada pertemuan pertama untuk memudahkan konselor dan
klien fokus pada pencapaian tujuan tersebut. Tentunya ketika membuat
tujuan itu, baik klien maupun konselor perlu realistis, mengingat sebuah
hubungan konseling, seperti halnya proses lain, dibatasi oleh waktu.
2. LATIHAN
3. REFLEKSI
TOPIK II:
5
MENDENGARKAN AKTIF
1. URAIAN TOPIK
6
dapat kesempatan untuk belajar dari pengalaman yang
dibagikan oleh klien anda.
7
5) Mendakwa: hambatan ini adalah kecenderungan yang paling
sering dilakukan karena ada setreotype tertentu pada orang
yang kita ajak bicara.
2. LATIHAN
a. Tujuan Latihan:
8
Dua latihan di bawah ini bertujuan untuk mengenali tingkah
laku mendengarkan anda dan mengindentifikasi hambatan-
hambatan mendengarkan yang mungkin anda miliki dan lakukan
dalam mendengarkan orang lain. Dengan mengenali hambatan-
hambatan ini, diharapkan anda dapat menguranginya sehingga
dapat melakukan active listening dengan baik.
b. Aktivitas:
3. REFLEKSI
TOPIK III:
MICRO-SKILLS (KETRAMPILAN INTI KONSELING)
9
1. URAIAN TOPIK
10
1) Respon minimal (minimal response). Tugas utama konselor
adalah sebagai pendengar (yang aktif) sehingga klien harus
merasakan bahwa anda memberikan perhatian penuh pada
kehadirannya. Salah satu cara terbaik untuk itu adalah dengan
memberikan respon minimal. Yang dimaksud dengan respon
minimal adalah: sesuatu yang kita lakukan secara otomatis
dalam percakapan ketika kita mendominasi pembicaraan
sebagai pendengar daripada berbicara. Respon minimal ini bisa
berbentuk non-verbal seperti mengangguk atau secara verbal
dengan mengatakan, “uhm..”, “iya”, “baik” dsb. Ketika klien
berbicara terus menerus, konselor perlu meyakinkan klien
bahwa ia masih mendengarkan dengan respon minimal tsb.
Sebagai konselor, berikan waktu untuk merespon klien anda
bicara, sehingga respon minimal ini tidak dilakukan secara terus
menerus dan berlebihan. Sesuaikan juga nada bicara anda
dengan klien sehingga cukup nyaman didengar, tidak terlalu
pelan, tidak terlalu lambat, tidak cepat-cepat atau terlalu keras.
Menggunakan respon minimal ini juga bukan hanya untuk
menunjukkan anda mendengarkan, tetapi memberikan ekspresi
non-verbal dan bahasa tubuh anda bahwa anda memahami
persoalan/kesulitan klien.
11
ulang tahun saya. Kayaknya dia sudah tidak peduli pada saya lagi
(nada bicara semakin pelan).
Konselor: Anda merasa begitu kecewa dengan sikap mama yang tidak
menaruh perhatian pada anda.
Contoh probing:
2. LATIHAN
Ada tiga latihan dalam topik ini: (1) “Dari sepatu mereka”, (2) Latihan
tertulis tehnik konseling dasar dan (3) Latihan konseling peer. Untuk
latihan pertama, peserta akan dilatih untuk berempati pada orang lain,
sedangkan latihan ke dua dan ke tiga, peserta akan dilatih untuk
melakukan tiga ketrampilan konseling dasar.
12
a. Tujuan Latihan: Untuk lebih memahami empati dan menguasai
beberapa tehnik dasar konseling, baik secara tertulis maupun
praktek. Latihan empati akan menggunakan studi kasus “Dari
Sepatu Mereka”, sedangkan latihan ketrampilan konseling
dasar akan dibagi dua cara: secara tertulis dengan beberapa
pernyataan klien dan dengan peer/teman sesama peserta
pelatihan.
3. REFLEKSI
TOPIK IV:
LATAR BELAKANG
13
Sebagai profesi yang menjunjung tinggi profesionalisme, konselor harus
memahami serta mengaplikasikan kode etik dalam pelaksanaan tugas-
tugasnya. Topik kode etik yang akan dibahas terdiri dari beberapa tema :
langkah-langkah dalam membuat keputusan etis, konselor sebagai
profesional dan pribadi, menjaga kerahasiaan, menjalin hubungan profesional
dan kompetensi konselor. Pada setiap tema akan dijelaskan atau diuraikan
pemahaman tema tersebut dan akan disertai kasus yang perlu dilatih oleh
peserta untuk memecahkannya sesuai dengan tema tersebut.
ISI
1. URAIAN TOPIK
14
Dalam bukunya yang berjudul,”Issues and Ethics in the Helping
Professions”, Corey, Corey and Callanan (1993) menguraikan 7 langkah
dalam mengambil keputusan etis bagi para konselor:
3. Lihat kembali petunjuk etis yang ada. Lihat apakah petunjuk etis dari
organisasi anda bisa menjadi sumber untuk memecahkan masalah etis
yang anda hadapi.
4. Konsultasi. Dalam hal ini, berkonsultasi dengan orang atau rekan yang
lebih berpengalaman dan senior dalam berhadapan dengan masalah-
masalah etis sangat bijaksana. Karena anda terlibat dalam kasus ini,
sangatlah membantu jika ada orang yang melihat ‘hutannya dari atas’
karena anda sedang melihat ‘pohon-pohonnya’.
2. AKTIVITAS
15
Dalam latihan ini, peserta diajak untuk melihat dan memeriksa sikap serta
keyakinan-keyakinannya tentang isu-isu profesional dan etikal sebagai
konselor.
16
c.bisa dikurangi dampaknya asal saja saya memperhatikan diri saya juga
d.bisa atau tidak bisa muncul tergantung dari tipe klien yang saya temui
e.________________________________________________________
6. Kalau saya punya perasaan khusus, baik positif maupun negatif pada klien,
saya pikir saya perlu
a. mendiskusikan perasaan saya itu dengan klien saya
b. menyimpannya untuk saya sendiri dan berharap itu akan hilang dengan
sendirinya
c.mendiskusikan hal tersebut dengan supervisor atau rekan kerja saya
d.menerima itu sebagai bagian yang natural dari konseling kecuali jika sudah
mengganggu proses konseling saya
e.__________________________________________________________
8. Jika seorang klien secara jelas mempunyai perasaan tidak suka atau suka
pada saya, saya akan
a. menolongnya untuk memahami dan mengolah perasaan ini
b. menikmati perasaan ini jika ini positif untuknya
c. mengalihkan klien ini ke konselor lain
d. tetap melakukan konseling dengan menghindari isu yang tidak terlalu
menyentuh perasaan
e.________________________________________________________
17
c. saya mempunyai keinginan dan masalah pribadi yang menjauhkan saya
dari klien saya ini
d. klien kelihatannya sudah tidak mempercayai saya lagi
e. _________________________________________________________
12. Dari daftar di bawah ini, saya mengganggap tingkah laku yang paling
tidak etis dari konselor adalah
a. membuat klien menjadi tergantung padanya
b. terlibat asmara dan berhubungan seks dengan klien
c. membuka kerahasiaan klien tanpa ada alasan tepat untuk itu
d. menerima klien walau masalahnya bukan dalam ketrampilan atau keahlian
anda
e.__________________________________________________________
13. Hubungan asmara dan seksual antara klien dan konselor adalah
a. etis jika klien yang berinisiatif untuk memulainya
b. etis jika konselor memutuskan bahwa itu untuk kepentingan klien
c. etis jika konselor dan klien telah mendiskusikannya dan setuju atas semua
konsekuensinya
d. tidak pernah etis
e._________________________________________________________
14. Tentang masalah menyentuh klien. Menurut saya menyentuh klien adalah
a. kurang bijaksana, karena bisa disalahartikan oleh klien
b.boleh dilakukan jika memang itu ungkapan tulus dari konselor dan
memang diperlukan
c. merupakan hal yang penting dalam proses konseling
d. etis jika klien memang memintannya
e._________________________________________________________
18
d. tergantung dari tipe klien serta permasalahannya
e._________________________________________________________
1. URAIAN TOPIK
Salah satu dari isu mendasar dalam hubungan dan praktek konseling adalah
kepribadian konselor sebagai intrument dari konseling itu sendiri.
Pengalaman hidup, sikap dan kepedulian konselor merupakan faktor-faktor
yang jauh lebih penting daripada pengetahuan dan penguasaan ketrampilan
konseling untuk menciptakan hubungan yang terapeutik dengan kliennya.
19
Oleh karena itu, bagi konselor yang tidak menyadari dinamika pribadinya
dapat menggunakan hubungan konseling untuk memenuhi kebutuhannya
dulu daripada kebutuhan klien, akan sangat mempengaruhi efektifitas
konseling. Lebih jauh lagi, bukan hanya efektifitas konseling yang
dipertaruhkan, tetapi kode etik dilanggar.
20
konselor adalah, kecenderungan untuk merasa kasihan dan simpati
pada klien sehingga tidak dapat memisahkan klien sebagai seorang
klien atau orang yang perlu diberikan perhatian pribadi.
3. Menolak klien. Hal ini bisa disebabkan oleh persepsi konselor bahwa
kliennya tergantung padanya. Konselor tidak dapat maju untuk
membangun hubungan yang sesungguhnya dengan klien dan mundur
serta ‘menjauh’ dari kliennya.
21
4. Kebutuhan yang terus menerus untuk diakui dan diberi pujian bisa
merefleksikan countertranference. Pada umumnya konselor pemula
ingin melihat kemajuan kliennya dalam waktu singkat. Ketika ini tidak
terjadi, konselor menjadi cemas dan takut tidak berhasil. Pada
gilirannya konselor menjadi kuatir tidak bisa melakukan konseling
dengan efektif dengan klien manapun sehingga ‘haus’ untuk diakui
dan dipuji sebagai konselor yang handal. Konselor juga cenderung
untuk memberikan nasehat secara berlebihan karena merasa dengan
begitu dia akan lebih superior dan menutupi perasaan tidak adekuat
sebagai konselor.
2. AKTIVITAS
1. URAIAN TOPIK
Salah satu isu etis yang paling sering dibicarakan dan didiskusikan di
kalangan konselor adalah menjaga kerahasiaan klien. Mengapa? Mungkin
karena ini satu-satunya isu etis yang harus dan paling sering dihadapi
konselor dalam tugasnya sehari-hari. Pertanyaan-pertanyaan tentang: apakah
kita (konselor) wajib menjaga kerahasiaan klien dari orang lain? Siapa sajakah
orang lain itu, apakah bahkan termasuk orang tuanya sendiri (jika klien anda
anak-anak atau remaja), atau istri/suaminya (jika klien anda adalah seorang
22
suami atau istri)? Bagaimana dengan manajemen kasus yang melibatkan
beberapa profesional untuk satu kasus? Apakah perlu merahasiakan masalah
klien? Bagaimana jika kita diminta menjadi saksi ahli? Sampai dimana
batasnya menjaga kerahasiaan itu? Bagaimana jika saya sebagai konselor
memerlukan supervisi atau feedback dari rekan lain tentang kasus yang saya
alami? Apakah saya perlu merahasiaakan siapa klien saya? Begitu banyak
pertanyaan seputar menjaga kerahasiaan yang perlu dibahas dan dipahami
oleh kita semua sebagai konselor.
Menurut Corey dkk (1993), kerahasiaan adalah tanggung jawab etis dan legal
dari para profesional untuk menjaga dan melindungi klien dari
pengungkapan informasi tentang klien dari hubungan konseling yang tidak
diotorisasi. Maksudnya lebih lanjut adalah, jika klien memberikan informasi
tentang dirinya, situasi hidupnya dsb dalam ruang konseling untuk konselor,
maka informasi ini tidak untuk disebarluaskan atau diberikan kepada pihak-
pihak yang tidak berkepentingan. Kerahasiaan itu sendiri ada batasnya,
misalnya ketika anda diminta menjadi saksi ahli di persidangan, atau
kewajiban anda untuk memberikan peringatan pada pihak yang berwajib
kalau klien anda membahayakan dirinya dan/atau orang lain. Dalam hal ini
berarti anda harus membuka rahasia klien. Untuk itulah, sangat disarankan
agar konselor menjelaskan dari awal konseling tentang keterbatasan menjaga
kerahasiaan klien ini, agar klienpun tahu ada saatnya konselor ‘terpaksa’
membuka rahasia klien. Pada prinsipnya, menjaga kerahasiaan klien adalah
untuk ‘the best practice for clients’.
Isu etis lain yang penting untuk diketahui oleh konselor adalah isu
memberikan peringatan pada klien atau keluarganya atau pihak yang
berwajib (duty to warn). Kisah Tarasoff dapat diceritakan dalam sesi ini.
Sejalan dengan hal ini, konselor harus pula mempersiapkan diri jika bertemu
dengan klien yang berpotensi membahayakan dirinya, misalnya mau bunuh
diri. Beberapa petunjuk unutk mengetahui klien yang punya keinginan
bunuh diri, sbb:
23
Klien yang tidak punya pekerjaan, yang single, yang tidak punya
support sistem, yang tergantung pada obat dan alkohol, beresiko lebih
tinggi untuk bunuh diri.
Jika anda bertemu dengan klien yang beresiko untuk bunuh diri, jika
memungkinkan anda dapat membantunya menghindari tindakan bunuh diri.
Dalam hal ini anda perlu memberikan peringatan pada anggota keluarga atau
kerabat yang tinggal dekat dengan klien agar membantu menjaga klien dari
keinginan dan percobaan bunuh dirinya. Anda sangat dianjurkan juga untuk
bekerjasama dengan profesional lain, terutama jika menyangkut kompetensi
anda sebagai konselor.
Kasus lain yang agak mirip dengan kewajiban memberikan peringatan ini
adalah jika klien anda berpotensi berbahaya bagi orang lain. Misalnya anda
berjumpa dengan klien yang punya keinginan kuat untuk melukai atau
mencederai pacarnya atau orang yang berselingkuh dengan pasangan
hidupnya. Dalam kasus ini, anda wajib mengingatkan dan menjelaskan
kepada klien kewajiban anda untuk memberitahu pihak yang berpotensi
mengalami bahaya karena tindakan atau rencana tindakan klien anda ini.
Kepada klien inipun anda harus menjelaskan tindakan anda selanjutnya
untuk membuka rahasia karena keterbatasan dari menjaga rahasia seperti
yang telah diuraikan lebih dulu.
1. URAIAN TOPIK
Masalah etis lain yang sering terjadi dalam hubungan konseling adalah ketika
konselor mencampur-adukkan hubungan profesional konseling dengan
kliennya dengan jenis hubungan lain. Hubungan ganda atau dual
relationships dapat berbentuk macam-macam, intinya ketika konselor
berperan tidak hanya sebagai konselor bagi kliennya tapi yang lain. Misalnya,
sebagai guru, memberikan konseling profesional pada anggota keluarga atau
kerabat dekat, berhubungan sosial dengan klien di luar sesi konseling dan
terlibat secara emosional maupun seksual dengan klien. Peran yang
bercampur aduk ini akan mengganggu profesionalisme anda dan saya
sebagai konselor.
24
yang terakhir, memang hubungan ganda tersebut menjadi tidak
terhindarkan. Nampaknya, yang perlu digarisbawahi ketika membicarakan
isu etis ini adalah perlunya kejujuran dari pihak konselor untuk mencari tahu
tujuan utama memberikan konseling kepada kliennya, apakah itu untuk
keuntungan pribadinya atau untuk kesejahteraan mental dari kliennya. Jika
tujuan terakhir yang ingin dicapai maka jawabannya cukup jelas, anda
sebagai konselor dapat memutuskan situasi seperti apa yang dapat anda
tolelir jika diperlukan peran anda yang bercampur; menjadi konselor dan
sekaligus menjadi seseorang yang lain
(guru/dosen/pendeta/pastor/supervisor dsb).
Berikut akan disajikan beberapa isu penting dalam konteks hubungan ganda
dalam konseling: tukar-menukar layanan, hubungan asmara dengan klien
dan memberikan sentuhan dalam konseling.
1) Tukar-menukar layanan.
Tukar menukar layanan konseling dengan barang atau service lainnya akan
berpotensi menimbulkan konflik. Pada saat yang sama akan terjadi bias dan
hitung-hitungan yang tidak berimbang. Dapat saja terjadi kalau klien tawar
menawar dalam jumlah jam atau sesi ketika dia bisa memberikan barang atau
layanan lain dengan jumlah jam yang lebih banyak. Lebih jauh lagi, tukar-
menukar layanan ini akan mengganggu obyektifitas konselor ketika
memberikan bantuan konseling. Contoh yang dapat diberikan misalnya,
seorang pemilik bengkel datang ingin mendapatkan layanan konseling pada
anda. Seharusnya dia membayar seperti yang telah ditetapkan, tetapi klien
anda ini menawar jasa memperbaiki mobil anda dengan gratis sebagai ganti
biaya yang seharusnya dibayarkan untuk sesi konseling dengan anda.
Persoalan akan muncul ketika sesi konseling perlu dilanjutkan lebih dari satu
sesi sedangkan mobil anda tidak memerlukan lagi perawatan. Bagaimana
anda harus ‘menukar’ pembayaran sesi-sesi yang lain?
25
di tahun 1977 oleh Holyord dan Brodsky pada 1000 terapis pria dan wanita
tentang sikap mereka pada hubungan asmara dengan kliennya. Beberapa
point dari penelitian ini sbb:
Pernyataan terakhir dari penelitian Holyord dan Brodsky tsb diulangi dalam
penelitian Bouhoutsos dkk di tahun 1983, kali ini pada para klien. Dari 559
responden, 90%nya sudah pernah terlibat berhubungan seks dengan
terapisnya dan secara signifikan berpengaruh pada kesehatan mental mereka.
Mereka merasa tidak dipercaya, diperdaya, kehilangan harga diri dan dalam
beberapa kasus, bunuh diri. Pengaruh-pengaruh negatif lainnya dari
hubungan seks ini adalah, perasaan negatif pada pengalaman ini dan bahkan
gangguan fungsi seksual dengan pasangan utamanya.
26
kesiapan klien untuk membangun kepercayaan dengan konselor sehingga
sentuhan bisa diterima oleh klien, pengalaman masa lalu klien, jenis kelamin
klien dan konselor dsb.
LAMPIRAN 1
Form ini dibuat untuk membantu anda berpikir tentang tingkah laku
mendengar yang anda miliki. Setelah anda melengkapi form ini, lihat lagi
daftar ini dan lingkari 3 item yang anda rasa perlu tingkatkan dan 3 item
yang menjadi kekuatan anda.
27
bereaksi terhadap beberapa
kata.
8. Saya mendengarkan pikiran-
pikiran dan perasaan-
perasaan yang terungkap
lewat kata-kata.
9. Saya sadar pada bahasa
tubuh pembicara sebagai
bentuk komunikasi.
10. Saya membantu peserta
untuk menyimpulkan
pembicaraannya sendiri.
11. Saya menginterupsi
pembicaraan orang lain
karena saya tidak sabar
untuk mengungkapkan
pikiran-pikiran saya.
12. Saya memberikan respon-
respon ini: memberi kuliah
atau respon-respon logic.
13. Saya menyelesaikan
pembicaraan orang lain.
14. Saya memberikan respon-
respon evaluatif (“jangan
takut itu tidak jelek, dsb”).
28
KETERAMPILAN YANG TELAH DIMILIKI
Waktu : 10 menit
Alat dan bahan :
alat tulis
kuesioner ketrampilan diri
Pengantar
Setiap individu tentu memiliki sejumlah kelebihan dan kekurangan yang ada
di dalam dirinya. Berikut ini ada sejumlah karakteristik yang tertulis di dalam
tabel. Silakan Anda membuat ranking (1 – 10) berdasarkan ranking sebagai
konselor yang ideal dan secara jujur buatlah ranking diri sendiri berdasarkan
karakteristik tsb.
Tuliskan pula di kertas yang berbeda, ketrampilan apa lagi yang diperlukan
sebagai seorang konselor ? Silakan Anda mendiskusikannya dalam kelompok
kecil @ 5 orang.
29
LAMPIRAN 2
Petunjuk:
1. Isilah kolom-kolom di bawah ini jenis hambatan (blocks) yang sering
anda pakai baik disadari maupun tidak ketika anda mendengarkan
orang lain (berkomunikasi).
Di tempat kerja
_______________________ _________________________
_______________________ _________________________
Di rumah/dengan keluarga
_______________________ _________________________
_______________________ _________________________
______________________ __________________________
______________________ __________________________
30
2. Topik atau situasi apa yang paling sering membuat anda
menggunakan block(s) tersebut?
_______________________________________________________
LAMPIRAN 3
Prosedur:
“Tukang Ketik”
31
manuscript lain yang harus kamu ketik ulang, kamu masih mengerjakan
manuscriptnya Dr.Ella? Kenapa kok lama sekali mengerjakannya?”
Kemudian Dr.Ella menelpon Joni langsung,” Joni, saya harus memperbaiki
manuscript itu sebelum akhir bulan ini! Saya memerlukan hasil ketikan yang
bersih dan rapi sebelum naik cetak. Kenapa belum anda selesaikan
pengetikkannya?”
Jika anda adalah Joni, apa yang akan anda katakan pada Siska, Pak Edi dan Dr. Ella?
Apa pendapat anda tentang mereka? Apa yang sebaiknya dikatakan Siska, Pak Edi
dan Dr.Ella pada Joni?
LAMPIRAN 4
Klien:
Pertama, kakak saya memecahkan kaca spion sepeda saya. Kedua, dia terus
berbohong tidak melakukannya padahal saya melihat dia yang menabrak
sepeda saya dengan motornya sehingga spionnya rusak. Sekarang dia mau
pinjam Play Station saya, gimana dong?
Konselor:
Klien:
Mama baru saja telpon, dia di luar kota. Mama menginap di hotel dan ketika
bicara tiba-tiba saya dengar ada ledakan dan hubungan terputus.....(suara
klien terputus-putus..) dan saya nggak tahu mesti buat apa........
Konselor:
Klien:
Saya baru mendapat kabar kalau saya diterima bekerja part-time sebagai
kasir di supermarket dekat rumah. Bos saya orangnya baik sekali dan
mengerti kalau saya masih sekolah dan boleh mengerjakan pekerjaan
sepulang sekolah. Cuma mama bilang saya harus selesaikan dulu sekolah ini
baru mulai kerja. Mama tidak tahu kalau cari kerja susah sekali sekarang ini,
32
ini kan kesempatan baik. Tidak semua orang bisa dapat pekerjaan walau
tidak full-time. Gimana sih mama ini......
Konselor:
Klien:
Hari Sabtu yang lalu, sepanjang hari saya membantu pacar saya
membersihkan kebunnya, tapi dia sangat menyebalkan. Dia bilang saya
potong rumputnya terlalu pendek. Saya bantu dia mengecet bangku taman,
katanya warnanya norak. Akhirnya, saya sebel banget karena ketika kami
makan di mall, dia bilang dia nggak suka makanannya.
Konselor:
Klien:
Saya nggak punya waktu, dari pagi sampai sore saya ngurus anak-anak saya.
Lalu hari Sabtu dan Minggu, kami pergi ke luar tapi saya yang harus
menyiapkan semua perlengkapan anak-anak, termasuk perlengkapan makan
mereka. Suami saya nggak pernah membantu dan mau tau beresnya saja.
Kalau anak-anak rewel dan saya marah, saya dibilang mama yang galak.
Konselor:
Klien:
Ayah saya baru meninggal sebulan yang lalu. Saya masih sering memikirkan
beliau dan tidak bisa menerima kalau papa sudah tidak ada lagi bersama
kami. Saya sering teringat saat-saat indah bersama papa dan bagaimana
beliau memberikan perhatian di hari perkawinan saya. Saya teringat
bagaimana papa sayang sama anak-anak saya dan bagaimana dia mengerti
kami anak-anaknya.
33
Konselor:
Klien anda adalah seorang ayah yang memiliki anak tunggal, perempuan kelas
I SMA. Klien itu mengeluh pada anda tentang perilaku anaknya yang tidak bisa
diajak bicara, selalu memberontak dan tidak mau kompromi, jika
menginginkan sesuatu, maka ayahnya harus memenuhi keinginan itu, kalau
tidak maka dia akan melakukan sesuatu yang menjengkelkan ayahnya. Klien
ini menceritakan pada anda betapa marah dan kesalnya dia pada anak
perempuan satu-satunya ini, tapi sekaligus tidak berdaya karena dia adalah
anak tunggal yang sudah terlanjur dimanja sejak kecil. Anda mencoba
mereframe:
34
Klien (kelas II SMA):
Papi pasti tidak suka sama saya.Apapun yang saya lakukan selalu salah di mata
dia. Hampir setiap hari dia menanyakan apa yang saya lakukan dan mengkritik
apapun yang saya kerjakan... Dia ingin saya menjadi anak manis yang penurut,
padahal saya ini bukan anak kecil lagi kan....teman-teman saya malah udah ada
yang pacaran. Saya? Boro-boro pacaran, mau jalan-jalan sama teman cowok
aja dilarang......sebel dan bete banget deh.
Konselor:
Klien:
Saya sebel banget sama mama. Bisa-bisanya mama diperdaya sama kakak saya
yang mengancam akan bunuh diri bila tidak diijinkan jalan sama cowoknya.
Kan dia udah besar, udah bisa memutuskan sendiri apa yang baik dan nggak
buat dia. Kenapa mama mesti panik dan repot kayak gitu sih? Kalau saya sih
cuek aja, mau bunuh diri silahkan...emangnya berani dia? Lha, saya tahu persis
kakak saya itu orangnya manja minta ampun, apa-apa juga minta tolong orang
lain untuk melakukannya, bagaimana mungkin dia mau minum baygon?
Konselor:
35
Kelompok micro skill: KONFRONTASI
Konfrontasi anda:
Seorang klien menceritakan masalah orientasi seksnya yang tidak diterima oleh
lingkungan (kecenderungan menyukai sesama jenis). Setelah menceritakan
masalahnya, dia menutup dengan menceritakan bagaimana dia memiliki
masalah dengan dengan gajinya yang tidak naik-naik di perusahaan di mana dia
bekerja.
Konfrontasi anda:
Seorang ayah datang dengan masalah mencari tahu bagaimana anaknya selama
ini bergaul dengan teman-teman prianya. Si ayah ini tidak suka kalau anaknya
36
bergaul dengan ‘junkies’ dan mengancam anaknya akan menghentikan segala
pembiayaan uang sekolah kalau masih berteman dengan mereka. Dia tidak
sadar akibat dari ancaman itu bagi anaknya.
Konfrontasi anda:
LAMPIRAN 5
Latihan-latihan yang tersaji dalam topik ini akan diberikan melalui studi
kasus untuk membantu peserta pelatihan memahami isu-isu penting dalam
topik hubungan ganda dalam konseling.
Klien anda bernama Sirley, kelihatan sangat tergantung pada anda. Seringkali
bertanya masalah-masalahnya bahkan yang kecil sekalipun. Sangat terlihat
kalau dia tidak terlalu percaya diri dan mencari figure ideal dalam hidupnya.
Dia bertanya tentang kehidupan keluarga anda dan perkawinan anda,
bagaimana anda mendapatkan kehidupan yang harmonis untuk
dicontohnya. Beberapa kali dia menceritakan kalau dia seringkali ragu
mengambil keputusan tentang siapa yang akan menjadi pendamping
hidupnya, karena khawatir tidak akan mendapatkan kehidupan harmonis
seperti anda. Meskipun dia sadar kalau tidak bisa terus menerus bertanya
pada anda, tapi dia masih sering minta bantuan anda untuk mengambil
keputusan.
37
(2) KASUS ANDA
38
(3) KASUS RENI
Reni adalah seorang gadis berusia 20 tahun yang menjalankan sesi konseling
dengan Roy. Suatu ketika setelah beberapa sesi berjalan , dia datang pada Roy
dan menyampaikan bahwa ia diberhentikan dari pekerjaannya sehingga
sangat mungkin tidak bisa membayar biaya konseling lagi. Reni sedih karena
dia merasa sudah sangat cocok dengan Roy sebagai konselornya. Roy bisa
memahami situasi Reni dan mengatakan bahwa Reni tidak perlu sedih dan
dapat melanjutkan konseling dengannya jika mau menjadi baby sitter di
rumah Roy sebagai ganti biaya konseling. Reni menerima tawaran ini dengan
suka cita. Setelah beberapa minggu, Reni ternyata merasa tidak nyaman
bekerja di rumah Roy karena tidak cocok dengan istri Roy yang terlalu
menuntut. Reni menulis surat ke Roy, bahwa ia terpaksa minta berhenti
bekerja sebagai baby sitter dan juga menghentikan sesi konseling dengan
Roy.
39
(4) KASUS TU CHEE
Tu Chee adalah seorang konselor pria yang sangat ramah. Dia seringkali
memberikan sentuhan pada klien-klienya, baik pria maupun wanita. Seorang
kliennya, Ida, adalah perempuan lajang berusia 35 tahun. Ida datang ke Tu
Chee untuk berkonsultasi masalah kesendiriannya. Sebagaimana biasanya,
Tu Chee menyambut dengan ramah dan hangat sambil memeluk dan
memegang tangan Ida. Ida sangat terkesan dengan keramahan serta
kehangatan Tu Chee dalam konseling itu. Di akhir konseling, Ida
mengungkapkan perasaannya yang tersentuh oleh kehangatan Tu Chee dan
caranya memperlakukan Ida. Ida juga berharap agar hubungan ini bisa
diteruskan bahkan ditingkatkan di luar kesempatan konseling. Tu Chee
terkejut atas respon Ida dan menjelaskan bahwa itu dilakukan pada semua
klien tanpa pandang bulu atau maksud tertentu. Ida sangat kecewa, dan tidak
datang lagi pada pertemuan-pertemuan berikutnya.
40
(5) KASUS MARTIN
Martin adalah seorang klien yang telah berkonsultasi selama beberapa bulan
ke Risa, konselornya. Suatu hari, Martin datang ke sesi konseling dengan
mabuk dan terlihat sangat marah. Dia baru saja tahu kalau istrinya
berselingkuh dengan salah seorang teman baiknya. Dia sangat terluka atas
peristiwa ini. Martin juga terlihat ingin membalas perlakuan teman baiknya
itu yang telah mengkhianatinya. Dia mengatakan, “Sialan orang ini, saya
nggak bisa terima perbuatannya, saya pingin banget tembak dia”. Martin
terlihat sudah lega dengan katarsis emosinya di sesi konseling dengan Risa
tsb. Risa telah melakukan apa yang dia bisa untuk membantu menenangkan
Martin sebelum sesi konseling berakhir. Sesi konseling itupun berlangsung 2
jam, lebih lama dari sesi-sesi biasanya. Risa juga minta Martin untuk
menelpon dia setiap hari untuk mengecek situasi Martin. Sebelum Martin
meninggalkan sesi konseling, Risa meminta Martin menandatangani surat
kontrak untuk tidak mendatangi rumah temannya dan melakukan sesuatu
yang bodoh (membunuh). Risa percaya pada Martin karena dia mengenal
Martin sebagai orang yang sebenarnya bukan pelaku kekerasan, sehingga
membiarkan Martin meninggalkan sesi tsb tanpa berdiskusi soal kewajiban
Risa untuk melaporkan Martin jika melakukan hal-hal yang bertentangan
dengan hukum. Martin setuju untuk menelpon Risa sesering mungkin untuk
meyakinkan bahwa dia tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan
hukum. Di sesi berikutnya, Martin datang kembali dan mengatakan bahwa
dia sangat terbantu bercerita dengan Risa di sesi minggu lalu dan merasa
lebih tenang (tidak marah dan dendam pada temannya itu). Dia mengatakan,
“Aku tidak akan mau masuk penjara hanya karena seorang teman yang tidak
tahu diuntung itu”.
Menurut anda:
1. Apakah Risa sudah melakukan hal-hal yang diperlukan sebagai
seorang konselor untuk kasus Martin ini? Jelaskan.
2. Jika anda jadi Risa, apa yang akan anda lakukan ketika bertemu klien
seperti Martin?
41
DAFTAR BACAAN
42
PANDANGAN YESUS
Petrus berkata:
“Tidak, aku tidak tahu apa yang kamu lakukan”.
Seketika itu juga, sementara ia masih berkata-kata, berkokoklah ayam.
Lalu berpalinglah Tuhan memandang Petrus...
Dan Petrus pergi keluar dan menangis tersedu-sedu.
Tetapi sudah lama aku merasa kurang enak. Sebab, aku selalu merasa, bahwa
Ia ingin agar aku memandang mataNya...Dan aku tidak mau. Aku mau
bicara, tetapi aku melihat ke arah lain kalau kurasa Ia memandangku. Selalu
aku berpaling ke arah lain dan aku tahu apa sebabnya. Aku takut. Kusangka
di sana aku akan menghadapi tuduhan dosa yang belum kusesali.
Kukira di sana aku akan menghadapi suatu tuntutan: ada sesuatu yang
diinginkanNya dariku.
Burung Berkicau
Anthony de Mello, SJ
1984
43
Penulis adalah seorang dosen dan konselor yang lahir di Jakarta, 8 Februari
1965. Penulis menamatkan pendidikan S1 jurusan Psikologi Pendidikan di
Universitas Negri Jakarta (dahulu IKIP Jakarta), kemudian S2 Psikologi
Konseling di Santa Clara University, California USA dan terakhir meraih
gelar Doktor dari Dept. Of Public Health, Faculty of Medicine, Dentistry and
Health Science, University of Melbourne, Australia dengan disertasi
berjudul,” Understanding the dynamics of violence and exploring the potential
application of Logotherapy for women survivors of domestic violence in Indonesia”.
Penulis yang bekerja di Unika Atma Jaya Jakarta sejak tahun 1987 ini, pernah
menjadi Pembantu Dekan III di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendikan,
Pembantu Dekan II dan III di Fakultas Psikologi dan sebagai Dekan Fakultas
Psikologi Unika Atma Jaya Jakarta tahun 2005 - 2009. Penulis juga pernah
menjabat sebagai Dekan di Fakultas Pendidikan, Sampoerna University,
tahun 2013 – 2015, setelah sebelumnya menjabat sebagai Wakil Dekan bidang
Akademik dan Kemahasiswaan di Fakultas yang sama. Sekarang, penulis
memiliki usaha sendiri sebagai konsultan wellness, trainer dan co-founder
HidupHarmoni.com
44