Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH PEMAHAMAN MELAYANI MENURUT

MARKUS 10:43-45 TERHADAP MOTIVASI KERJA


GURU PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
DI SMA NEGERI 1 SURAKARTA

Hasil laporan ini diserahkan kepada Sekolah


Tinggi Teologi “INTHEOS” Surakarta
sebagai syarat memenuhi mata kuliah
METODOLOGI PENELITIAN

Disusun Oleh:
Natanael Apriyanto Tarigan
13.3.1.PAK.019

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI “INTHEOS”


SURAKARTA
2014
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Rendahnya tingkat pemahaman guru Pendidikan agama Kristen dalam hal


melayani merupakan hal yang sering ditemukan dan dialami dalam kegiatan belajar mengajar.
Masalah tersebut merupakan hal yang akan menghambat tercapainya suatu keberhasilan
dalam proses pembelajaran. Dengan kurang mengertinya guru maka dalam Proses Belajar
Mengajar dapat mengakibatkan beberapa hal yang kemungkinan dapat merugikan berbagai
pihak baik bagi siswa maupun bagi guru sendiri. Bagi siswa sendiri, siswa kurang mendapat
esensi dari mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Kristen. Di lain pihak guru juga akan
merasakan hal yang kurang baik, selain merasakan keragu-raguan apakah materi yang
diberikannya sudah cukup diterima atau sebaliknya tidak dapat dimengerti oleh para siswa dan
yang lebih penting lagi jika guru tidak paham mengenai arti melayani itu akan menyebabkan
guru Pendidikan Agama Kristen hanya sekedar mengajar saja tanpa peduli akan tugasnya
sebagai seorang pelayan Tuhan yang mengajar mengenai apa yang dikatakan dalam Firman
Tuhan.
Jika keadaan seperti ini dibiarkan tanpa ada respon, kemungkinan saja nilai dari seorang
guru Pendidikan Agama Kristen akan menurun. Karena hanya mengejar materi atau pun hal-
hal lain. Oleh karena itu penanganan masalah ini sangat mendesak agar nilai guru Pendidikan
Agama Kristen akan naik kembali.
Disadari secara cermat bahwa faktor penyebab terjadinya hal ini sangat banyak, maka
perlu mengadakan suatu penelitian dimana letak penghambat itu berada. Oleh karena itu peneliti
ingin meneliti tentang Pengaruh Pemahaman Melayani Menurut Markus 10:43-45 Terhadap
Motivasi Kerja Guru Pendidikan Agama Kristen di SMA NEGERI 1 Surakarta.

B. Identifikasi Masalah
Dari hasil pengamatan di sekolah ataupun di kelas ditemukan beberapa identifikasi
masalah sebagai berikut,
1. Diidentifikasikan guru Pendidikan Agama Kristen kurang paham terhadap arti melayani.
2. Diidentifikasikan guru Pendidikan Agama Kristen kurang berminat untuk melayani.
3. Diidentifikasikan guru Pendidikan Agama Kristen belum mendapat pendidikan mengenai
melayani.
4. Diidentifikasikan motivasi guru Pendidikan Agama Kristen untuk melayani belum maksimal.
5. Diidentifikasikan guru Pendidikan Agama Kristen tidak sering membaca Alkitab.
6. Diidentifikasin guru Pendidikan Agama Kristen tidak sering berdoa.
7. Diidentifikasikan motivasi Pendidikan Agama Kristen hanya untuk mendapatkan gaji.

C. Batasan Masalah
Setalah melakukan identifikasi masalah penulis memberikan batasan masalah sebagai
berikut,
1. Diidentifikasikan guru Pendidikan Agama Kristen tidak sering membaca Alkitab.
2. Diidentifikasikan guru Pendidikan Agama Kristen kurang berminat untuk melayani.
3. Diidentifikasikan guru Pendidikan Agama Kristen kurang paham terhadap arti melayani.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut,
1. Apa faktor guru Pendidikan Agama Kristen kurang paham terhadap arti melayani?
2. Mengapa guru Pendidikan Agama Kristen kurang berminat untuk melayani?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah,
1. Mengetahui faktor penyebab guru Pendidikan Agama Kristen kurang paham terhadap arti
melayani.
2. Mengetahui tingkat keminatan guru Pendidikan Agama Kristen dalam melayani.

F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah,
Secara teoritis, memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan teologi mengenai arti
melayani menurut Markus 10:43-45.
Secara praktis, memberikan wawasan kepada pembaca mengenai arti melayani menurut
Markus 10:43-45.

G. Hipotesis Penelitian
Umumnya dalam hal melayani guru terlihat hanya sekedar melayani dan tidak
antusias untuk bagaimana menyampaikan materi pembelajaran yang berdasarkan Firman
Tuhan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu kemungkinan kurangnya guru membaca
Alkitab, atau kurang dikenalinya materi yang disampaikan dan lain-lain. Dalam rangka
meningkatkan keaktifan dan hidupnya pembelajaran di dalam kelas memerlukan usaha-usaha
yang mendalam. Diantaranya guru sebagai pengajar haruslah memiliki motivasi yang
benar. Dalam hal ini guru harus paham bagaimana arti dari melayani yang benar. Berdasarkan
uraian diatas maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai
berikut:“Meningkatkan pemahaman guru Pendidikan Agama Kristen akan makna melayani
yang benar menurut Markus 10:43-45 agar memiliki motivasi mengajar yang
benar dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen di SMA NEGERI 1 Surakarta.”
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kajian Teori

1. Hakekat Melayani Menurut Alkitab


Secara etimologi, kata “pelayanan” memiliki makna yang amat kompleks. Dalam
bahasa Yunani digunakan beberapa istilah, yaitu:δουλοω (douloõ) – melayani sebagai hamba
(budak!). Pada zaman PB, seorang budak dapat dibeli atau dijual sebagai komoditi. David
Watson menyatakan: “Seorang budak adalah seorang yang sama sekali tidak memiliki
kepentingan diri sendiri. Dalam ketaatan penuh kerendahan hati ia hanya bisa berkata dan
bertindak atas nama tuannya. Dalam hal ini tuannya berbicara dan bertindak melalui dia”.
Benar-benar tak berdaya. Sebagai orang percaya, kita sekalian adalah orang-orang yang telah
dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba (doulos) kebenaran (Roma 6:18), menjadi hamba
Allah (Roma 6:22). διακονεω (diakoneõ) – melayani sebagai pelayan dapur, yang menantikan
perintah di sekitar meja makan (Mat. 8:15; Efs. 4:12). Ini bukan pekerjaan yang
menyenangkan, karena seringkali ia akan menerima dampratan dari orang yang merasa kurang
puas dilayani. Dalam arti luas kata ini menyatakan seseorang yang memperhatikan kebutuhan
orang lain, kemudian berupaya untuk dapat menolong memenuhi kebutuhan itu. Orang bisa
saja bekerja sebagai budak (doulos) dan tidak menolong seorangpun; tetapijika ia seorang
diakonos, ia berkaitan erat dengan upaya menolong orang lain (Luk 22:27; Yoh. 12:26; ! Tim.
3:13) . υπηρετης (hypérètés) – melayani sebagai bawahan terhadap atasannya. Duane Dunham
menyatakan bahwa seorang hyperetes adalah seorang yang segera memberi-kan tanggapan dan
tidak banyak tanya tentang tugas yang dipercayakan kepadanya. Dalam bidang pelayan ia
adalah seorang kelasi kapal. Dalam Kisah 24:13 kita melihat sahabat-sahabat Paulus bertindak
selaku hypérètés terhadap Paulus, yaitu menolong hamba Tuhan lain agar pelayanan-nya
menjadi lebih efektif. λιτουργικος (litourgikos) – melayani orang lain di depan publik (Kisah
13:2). Pelayanan ini dilakukan kepada sejumlah orang pada saat yang bersamaan, sehingga
harus direncanakan dan terus ditingkatkan. Jadi setiap pelayan Tuhan adalah: seorang hamba
(budak) Kristus (doulos), seorang pelayan yang selalu rindu menolong orang lain dalam
memenuhi kebutuhannya (diakonos), seorang yang tidak diperhitungkan namun pelayanannya
amat dibutuhkan (hypérètés), seorang yang disorot oleh banyak orang (litourgikos).
Dalam melayani TUHAN itu guru juga melayani saudara seiman dan sesama. Itu berarti bahwa
memahami kebutuhan manusia dibutuhkan dalam rangka meningkatkan kualitas
pelayanan guru. Tujuan pelayanan yang guru lakukan adalah untuk menggenapi rencana Allah
bagi seluruh umat manusia dan untuk memuliakan nama-Nya. Apa pun yang guru katakan atau
lakukan adalah demi nama Tuhan dan bagi kemuliaan-Nya, termasuk sebagai usher dan
kolektan (Kol. 3:17).
2. Motivasi Melayani Menurut Alkitab
Setelah guru memahami hakekat pelayanan, pertanyaan berikutnya adalah “apa yang
bisa membuat seseorang mau melayani?” Penulis melihat setidaknya ada 5 (lima) hal yang
dapat memotivasi kita melayani Tuhan. Motivasi Ketaatan, yaitu ketaatan untuk melakukan
perintah Tuhan yang meme-rintahkan kita agar melayani Tuhan dan sesama, yaitu membuat
orang yang kita layani semakin mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan (Mat.
22:37-39). Motivasi Kasih, yaitu kasih akan sesama seperti yang dimiliki oleh Tuhan Yesus
sendiri ketika Ia melihat orang banyak “lelah dan terlantar seperti domba yang tidak
bergembala” (Mat. 9:36), terlebiih kepada mereka yang masih terhilang dalam dosa. Setiap
jiwa amat berharga di hadapan Allah. Motivasi Keteladanan, yaitu kerinduan meneladani apa
yang Tuhan Yesus lakukan saat Ia berkata bahwa Ia datang untuk melayani (Mrk. 10:45).
Bahkan Ia mengatakan bahwa kita dimampukan melakukan pekerjaan yang lebih besar dari
yang dilakukan-Nya (Yoh. 14:12). Motivasi Regeneratif, yaitu melihat ke depan, dimana masa
depan gereja dan kekristenan ada di tangan orang-orang yang kita layani sekarang. Kita harus
menghasil-kan keturunan ilahi (Mal. 2:15), serta mewariskan iman yang hidup itu kepada
generasi yang kemudian (2 Tim. 1:5). Motivasi Eskhatologis, yaitu melakukan tindakan
preventif agar mereka tidak menjadi generasi yang rusak, sebagaimana yang diingatkan oleh
Rasul Paulus tentang kondisi zaman akhir (2 Tim. 3:1-5)
B. Hipotesis Penelitian
Umumnya dalam hal melayani guru terlihat hanya sekedar melayani dan tidak
antusias untuk bagaimana menyampaikan materi pembelajaran yang berdasarkan Firman
Tuhan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu kemungkinan kurangnya guru membaca
Alkitab, atau kurang dikenalinya materi yang disampaikan dan lain-lain. Dalam rangka
meningkatkan keaktifan dan hidupnya pembelajaran di dalam kelas memerlukan usaha-usaha
yang mendalam. Diantaranya guru sebagai pengajar haruslah memiliki motivasi yang
benar. Dalam hal ini guru harus paham bagaimana arti dari melayani yang benar. Berdasarkan
uraian diatas maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai
berikut:“Meningkatkan pemahaman guru Pendidikan Agama Kristen akan makna melayani
yang benar menurut Markus 10:43-45 agar memiliki motivasi mengajar yang
benar dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen di SMA NEGERI 1 Surakarta.”
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih adalah SMA Negeri 1 Surakarta yang beralamat di Jl.
Monginsidi 40 Surakarta (Solo). Lokasi ini dipilih dengan pertimbangan peneliti telah
memahami kondisi manajemen pendidikan yang diterapkan dengan segala kelebihan dan
kekurangannya. Penelitian dilaksanakan selama semester gasal tahun akademik 2014/2015
sampai dengan semester genap tahun 2015/2016.
B. Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah
1. Metode Penelitian Survey
2. Eksperimen
3. Evaluasi.
Dalam penggunaan metode-metode penelitian tersebut, peneliti telah memiliki
pertimbangan untuk menggunakan metode-metode penelitan tersebut.
C. Populasi Dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.[1]
Berdasarkan judul penelitian yaitu Pengaruh Pemahaman Melayani Menurut Markus
10:43-45 Terhadap Motivasi Kerja Guru Pendidikan Agama Kristen di SMA NEGERI 1
Surakarta, maka subjek penelitian ini adalah guru-guru SMA Negeri 1 Surakarta. Objek dari
penelitian ini adalah pemahaman melayani.
Sugiyono memberikan pengertian tentang sampel: “sampel adalah sebagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.”[2] Peneliti dalam penelitian ini memilih orang-
orang yang mengetahui dan memahami permasalahan sehingga dapat dijadikan sebagai
narasumber kunci.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara, observasi,
dan mencatat dokumen.
Metode wawancara digunakan dengan melakukan tanya jawab kepada subyek secara
langsung.
Observasi dilakukan kolaborator pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
Mencatat dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang akan digunakan
untuk menunjang penelitian.
E. Instrumen Penelitian
Adapun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa instrumen penelitian
yaitu:
1. Definisi konseptuan melayani menurut Markus 10:43-45.
2. Definisi operasaional melayani menurut Markus 10:43-45.
3. Kisi-kisi instrumen melayani menurut Markus 10:43-45.
4. Kalibrasi instrumen melayani menurut Markus 10:43-45.
5. Definisi konseptual motivasi kerja guru.
6. Definisi operasional motivasi kerja guru.
7. Kisi-kisi instrumen motivasi kerja guru.
8. Kalibrasi instrumen motivasi kerja guru.
F. TEKNIK ANALISIS DATA
Data penelitian ini dianalisis secara kuantitatif. Oleh karena itu peneliti menggunakan
penelitian kuantitatif sebagai berikut:
1. Analisis kuantitatif deskripsi.
2. Analisis kuantitatif inferensial.

Anda mungkin juga menyukai