Anda di halaman 1dari 28

PENDEKATAN

PENDIDIKAN
KRISTEN
REINHARD FLORENTINO SIRAIT
CHRISTMAS JONATHAN SIMANUNGKALIT
PENDAHULUAN
Pendidikan Kristiani merupakan suatu dialog atau percakapan kehidupan, suatu pencarian untuk
menggunakan sumber-sumber iman dan tradisi budaya untuk bergerak menuju masa depan yang
terbuka terhadap harapan dan keadilan. Pendidikan Kristiani tidak berhenti hanya sebagai
pengajar Kristen bagi jemaat, tetapi yang penting dalam pendidikan Kristiani adalah bagaimana
jemaat yang adalah bagian dari dunia ini dapat menggunakan iman mereka untuk menghadapi
berbagai permasalahan dan tantangan dalam dunia saat ini. Dapat kita tarik kesimpulan bahwa
inilah tujuan proses Pendidikan Kristiani bagi jemaat, dan untuk memenuhi tujuan tersebut maka
dibutuhkan pendekatan-pendekatan Pendidikan Kristiani yang tepat dan dikondisikan dengan
jemaat dan konteks masyarakat di mana ia hidup.
Dalam pendidikan Kristiani

01 02
terdapat empat pendekatan yang
berbeda-beda, baik cara maupun
hasil akhirnya, yaitu;

pendekatan pendekatan
Instruksiona Perkembang
l an

03
pendekatan
04
pendekatan
Transformasi
Iman, Sosial.
Pendekatan-pendekatan ini bisa kita temukan di gereja-gereja, yang digunakan untuk mempersiapkan
jemaatnya dalam menanggapi tugas panggilan Tuhan. Berikut ini akan dijelaskan empat pendekatan
Kristiani tersebut dan juga bagaimana pendekatan ini berfungsi ketika diterapkan disuatu jemaat.
1. Pendekatan
Instruksional
Pendekatan Instruksional merupakan suatu pola pendidikan Kristiani yang lebih menekankan
pembelajaran. Yang perlu kita cermati dalam pendekatan Instruksional ini adalah menghadapi
dunia inisebagai orang-orang Kristen. Pendekatan ini mengharapkan naradidik untuk berfikir,
berefleksi terhadap isi Alkitabiah dalam terang pengalamanmereka, dan memilih suatu cara
hidup dengan hidup dalam dunia ini sebagai respon terhadap panggilan Allah.
Pendekatan Instruksional, memakai sistem belajar
mengajar secar intensiv atau lebih terfokus dengan
sistem belajar-mengajar seperti halnya yang kita lihat
diterapkan disekolah-sekolah ataupun lembaga-
lembaga pendidikan lainnya. Dan ada dua unsur yang
kita dapati dalam pelaksanaan pendekatan ini yakni
guru atau pengajar dan murid atau naradidik.
Pengajar atau guru adalah orang yang bertugas membangun suatu
ruang untuk suatu proses belajar dan bertanggung jawab dalam
membangun suatu suasana yang menghargai integritas naradidik
dan praxis(pengalaman naradidik), sedangkan naradidik adalah
kontributor yang bertanggung jawabdalam proses belajar
Dalam pendekatan Instruksional ini guru dan naradidik adalah
dua unsur yang harus bekerjasama dalam proses belajar. Guru
dan naradidik harus selalu membuka ruang komunikasi dua arah
agar tercipta suasana belajar yang tepat asaran sehingga apa yang
ingin disampaikan oleh pengajar dapat diterima dengan baik oleh
naradidik yang terlibat dalam proses belajar tersebut.
Selain itu pendekatan Instruksional ini memerlukan suatu kurikulum
yang menjadi acuan untuk proses pembelajaran iman. Kalau kita
tinjau, di setiap jemaat biasanya memiliki kurikulum yang berbeda-
beda karena kurikulum itu harus disesuaikan dengan kebutuhan
jemaat. Kurikulum biasanya disusun per semester dengan thema besar
dan satu tujuan yang besar. Kemudian untuk lanjutnya thema besar
tersebut dijabarkan lagi menjadi sub-sub thema untuk tiap bulannya
dan juga tujuan untuk bulan tersebut. Kemudian sub-sub thema
tersebut dijabarkan kedalam judul-judul pelajaran untuk setiap
minggunya berikut tujuan pembelajaran atau tujuan instruksionalnya.
Proses pendidikan dalam pengajaran ini mengarah pada refleksi teologis yang
terjadi dalam memahami, menghidupi, dan melakukan iman dengan konteks
kekeluargaan (homemaking) Konteks kekeluargaan atau homemaking adalah
suasana belajar yang diharapkan dapat terjadi dalam suatu komunitas belajar
juga mengurangi jarak antara guru dan naradidik, sehingga dalam proses belajar
tidak ada rasa segan atau takut-takut dalam komunikasi yang terjadi dalam
proses belajar. Disamping itu suasana homemaking adalah suasana yang saling
menghormati, saling menghargai dan saling membantu, suasana yang sangat
membantu naradidik untuk bertumbuh dan berkembang dalam iman dan
kepercayaan Kristiani, serta suasana yang menjadikan pengalaman sebagai
bagian dalam proses belajar, dan menjadikan pengalaman sebagai cara untuk
memudahkan pemahaman dan perelevansian materi
Dengan menjalani semua proses pendidikan berdasarkan
pendekatan Instruksional ini, diharapkan naradidik dapat menjadi
orang yang siap menghadapi berbagai permasalahan dan
tantangan kehidupan dunia dengan tetap berpegang pada iman
Kristen, juga berfungsi dalam membentuk orang yag hidup
bertanggung jawab dan setia dalam berhadapan dengan dunia
dengan berpegang juga pada iman Kristen.
02
Pendekatan
Perkembangan
Bentuk pendidikan Kristiani dengan Pendekatan Perkembangan lebih
menekankan pada pembentukan spiritualitas dan pembentukan iman individu
untuk mewujudkannya dalam pelayanan sosial. Tujuan pendekatan ini adalah
untuk membantu orang-orang mengembangkan kehidupan batin dan merespon
dengan aksi keluar kepada orang lain atau sesama dan dunia
Kehidupan individu diartikan sebagai suatu perjalanan kehidupan dengan menjadikan
pengajar sebagai pemimpin dan naradidik sebagai pribadi dalam perjalanan tersebut. Yang
menjadi fokus pendekatan perkembangan ini adalah bagaimana setiap pribadi berkembang
dalam imannya, sehingga mencapai hubungan dengan sumber terdalam kehidupan kita
yakni Tuhan. Oleh karena itu proses pendidikan yang dilakukan adalah berdiam.
Mendengar, istirahat (bersabat), yang penting bagi perkembangan imanserta belajar dan
melayani yang penting untuk aksi keluar
• Berdiam berarti masuk kedalam suasana keheningan, mencoba merasakan dan menyadari kehadiran Tuhan
serta merenungkan seluruh kehidupan kita bersama Tuhan. Dengan berdiam membantu kita untuk bisa
merasakan kedekatan yang lebih kepada Tuhan dan melatih diri kita untuk belajar mendengar suara Tuhan
dalam keseharian kita. Karena itu berdiam merupakan suatu bagian yang terkait erat dengan proses
mendengar.

• Mendengar berarti melatih kepekaan kita akan suara Tuhan baik itu melalui Alkitab dan juga pengalaman
hidup kita sehari-hari. Setiap individu dapat mengalami proses ini begitu juga dalam komunitas. Jack L.
Seymourmemberi hubungan proses mendengar ini dengan kepekaan terhadap orang-orang yang menderita
dan miskin, orang-orang yang kelaparan, telajang, kesakitan, tersiksa dan dalam penjara lalu merepon
mereka. Ia juga menghubungkan, kepekaan tersebut untuk memperbaharui dunia menjadi lebih baik.
Proses mendengar ini dapat membuat kita menjadi semakin peka terhadap kondisi diri kita dan yang ada di
sekeliling kita sebagai bagian dari respon kita terhadap panggilan Tuhan untuk kita.
• Bersabat berarti beristirahat. Proses ini adalah sebuah proses refleksi untuk mengingat akan
keberadaan dunia ciptaan Tuhan yang bukanlah dunia yang hanya penuh dengan ambisi,
produktivitas, dan juga kekuatan yang tidak terbatas atau tak pernah berakhir. Dengan bersabat
melatih kita untuk dapat menyeimbangkan antara bekerja dan beristirahat.

• Jadi, seperti yang sudah disebutkan diatas, ada dua proses yang penting untuk melakukan aksi
keluar, yakni; belajar dan melayani. Belajar berarti mempelajrai segala sumber-sumber iman
Kristen seperti halnya Alkitab, ilmu Teologi dan sejarah Gereja. Tapi belum cukup dengan hanya
mengerti hal-hal tersebut, melainkan juga meng-kontekstualisasikan pemahaman itu dengan
perkembangan zaman saat ini. Semua proses yang terdapat dalam pendekatan ini harus bermanfaat
untuk kegiatan pelayanan keluar (dunia). Melayani orang-orang yang membutuhkan dan melayani
dunia dengan modal yang telah disiapkan.
 
Dalam pendekatan perkembangan spiritual
dalam Gereja, dapat juga memanfaatkan
ilmu psikologi.
 Menolak pandangan sekuler
dan menawarkan pandangan
Religius yaitu pertobatan  Menerimateori-teori
perkambangan manusia dan
memakainya sebagai alat dalam
Penddikan Kristen

 Menyetujui pentingnya pribadi


atau personal dalam pengertian
yang lebih luas dan kaya.
Disamping itu pendekatan perkembangan ini memakai suatu
model psikologi perkambangan manusia seperti Jean Piaget,
Lawrence Kohlberg, Erik H. Erikson, dan James Fowler
memiliki teori-teori tersendiri tentang perkembangan manusia.

Jean Piaget memusatkan teorinya pada perkembangan


itligensi anak atau perkembangan kognitif anak. Dia
juga membagi kognitif anak tersebut dalam empat tahap
yang berbeda-beda yaitu tahap sensorimotorik, tahap
pra-operasional yang terdiri dari atas tahap prakonsepsi
dan tahap berpikir anak yang intuitif, selanjutnya adalah
tahap operasi konkret dan tahap formal
Lawrence Kohlberg memusatkan perhatiannya pada aspek moral. Dia
juga mebagi tingkatan-tingkatan perkembangan moral itu menjadi
enam tingkat yaitu : 1) tingkat oreintasi ketaatan dan hukuman, 2)
tingkat orientasi relativis instrumental, 3) tingkat orientasi anak manis,
4) tingkat oreintasi hukum dan ketertiban, 5) tingkat orientasi kontrak
sosial legalistis, dan 6) tingkat orientasi prinsip etika universal

Erik H. Erikson memakai psikososial dalam teorinya tentang


psikologi perkembangan manusia ini. Dia membagi psikologi
perkembangan manusia menjadi delapan tahap, dimana dalam
tiap-tiap tahap tersebut muncul krisis dalam hubungannya dengan
ligkunganDan menurut Erikson adalah, perkembangan
kepribadian manusia berlangsung dalam interaksi antara orang
yang bersangkutan dengan orang-oerng dekatnya da juga
lingkungan sosial budayanya. Erikson mengamati bagaimana
manusia dalam upayanya dalam proses pembentukan identitasnya
mengalami konflik dengan lingkungan yang ada disekitarnya.
James Fowler memberikan penekanan khusus pada
perkembangan iman dan kepercayaan.kepercayaan adalah kata
kerja dinamis yang senantiasa berkembang sebagai proses,
berupa suatu sistem dinamis dari sejumlah gambaran, nilai dan
komitment yang mengacu pada lingkup ultim (Allah) dan yang
menuntun(secara sadar ataupun tidak sadar) hidup setiap orang.
Fowler melihat perkembangan kepercayaan itu seperti prisma
bersigi tujuh

Dia mengatakan kepercayaan itu memiliki tujuh


aspek yakni bentuk logika, pengambilan peranan,
bentuk petimbangan moral(Kohlberg), batas-
batas kesadaran sosial (Erikson), tempat
autoritas, bentuk koherensi dunia, dan fungsi
simbol.
Kemudian fowler juga  berusaha memanfaatkan hasil temuan ketiga
tokoh tersebut diatas dengan membagi perkembangan iman manusia
dalam tujuh tahapan:
Tahap Tahap
Kepearcayaan Kepearcayaan Tahap
dan elementer intutif- kepercayaan
proyektif mistis-
Tahap harafiah
kepecayaan
sintesi-
Tahap konvensional
kepercayaan yang Tahap
mengacu pada Tahap kepercayaan
universalitas kepercayaan konjungtif
individuatif-
Teori-teori perkembangan
yang telah dikemukakan oleh
tokoh-tokoh diatas adalah
teori yang banyak dipakai dan
yang banyak mempengaruhi
pola-pola pendidikan
Kristiani dengan pendekatan
perkembangan.Pendekatan
perkembangan ini juga dapat
dengan mudah kita temui di
gereja-gereja tertentu.
3.      Pendekatan
Komunitas Iman
Sebelum masuk kedalam penjelasan tentang komunitas iman, dapat kita
perhatikan terlebih dahulu yang menjadi latar belakangnya. Pertama adalah
kebutuhan akan komunitas dan story-telling, sharing/berbagi (feed back to
change), dalam pengertiannya adalah memahami Allah yang peduli dan bisa
semaksimal mungkin dalam mengubah cara hidup. Spritual yang seperti ini
bisa membuat pandangan orang tentang kehidupannya adalah Tuhan didalam
realita kehidupan sehari-hari.
Pendekatan komunitas iman adalah suatu pola pendidikan kristiani yang
membantu komunitas-komunitas yang mempromosikan perkembangan
manusia yang otentik dan membantu orang menentukan komunitas Pengajar
berperan sebagai pemimpin komunitas yang memfasilitasi komunitas
tersebut. Setiap apa yang terjadi dan semua hal yang dilakukan dalam
komunitas itu menjadi hal utama dalam pembentukan pribadi-pribadi dalam
komunitas. Kata “saling” adalah kata kunci dimana suatu kelompok itu bisa
disebut sebagai komunitas. Rasa saling menghormati, mengenal,
memperhatikan, mendukung dan saling mengingatkan.
Teologi Liberal dan Teologi Penciptaan merupakan sumber-sumber teologi
yang mampu memberi arti dalam melihat suatu komunitas tersebut Teologi
Liberal menawarkan suatu kehidupan teologi yang baru dalam komunitas.
Sedangkan teologi penciptaan menawarkan suatu kosmologi baru dengan
melihat komunitas.
Dalam pelaksanaannya, pendekatan ini menggunakan metode “triple H” yaitu
pelayanan atau  (use Hands), refleksi (use Head), dan persekutuan (use Heart)
Tindakan refleksi dan persekutuan akan menghasilkan pelayanan. Melalui
pengalaman pelayanan, kehidupan komunitas akan semakin diperbaharui
dengan merefleksikan pelayanan tersebut dari segi motivasinya dan juga efek
yang ditimbulkan dari pelayanan tersebut. Setelah melalui perfeleksian
tersebut persekutuan menjadi jawaban kebutuhan manusia terhadap
komunitas. Individu-individu yang terpisah diiikat oleh hubungan kasih
menjadi suatu jejaring yang erat. Dengan begitu, komunitas yang telah ada
akan menjadi suatu persekutuan yang indah didalam Tuhan.
Dalam realita yang ada kita bisa lihat komunitas iman itu memiliki
dampak yang sangat besar walaupun komunitas itu kecil, kita ambil
contoh: Paul Farmer pada awalnya hanya memikirkan pembebasan
untuk kalangan Amerika Latin (preferential option for the poor)
namun dengan teologi pembebasan yang dipeloporinya itu menjadi
perhatian dunia dan diikuti oleh dunia(think locally, act globally).
Komunitas sel adalah pola pendidikan kristiani yang banyak di
pakai oleh gereja dewasa ini. Komunitas sel adalah
sekelompok orang yang berkumpul dengan tujuan mengadakan
berbagai cara untuk dapat membangun suatu persekutuan erat
dan membangun suasana kekeluargaan. Kelemahannya  adalah
mereka kurang mempunyai waktu khusus berefleksi setelah
mereka melakukan pelayanan keluar.

Meskipun sebenarnya refleksi ini cukup penting dalam


komunitas itu harus kita ingat bahwa sebaiknya refleksi
ini dibarengi dengan aksi supaya seimbang, jadi jangan
hanya berefleksi saja. Karena hal ini juga yang menjadi
dasar mereka untuk bisa tetap menjaga motivasi
pelayanan dan untuk mempersiapkan aksi selanjutnya
yang dapat mereka lakukan untuk menjaga kontinuitas
pelayanannya. Selain kelompok sel ada juga yang
disebut sebagai komunitas basis.
Komunitas basis adalah satuan umat yang relatif kecil dan yang
mudah berkumpul secara berkala untuk mendengarkan firman
Allah, berbagi masalah keseharian dan mencari pemecahannya
dalam terang kitab suciSebuah komunitas bisa disebut sebagai
komunitas komunitas basis apabila komunitas itu adalah suatu
persekutuan orang-orang dengan jumlah yang relatif kecil,
bersama-sama membaca Alkitab dan berbagi pemikiran serta
pengalaman iman, melakukan tindakan bersama berdasarkan
iman dan memiliki jalinan dengan gereja universal
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai