Anda di halaman 1dari 20

TEOLOGI KONTEKSTUAL : LARANGAN PRAKTEK SIHIR , TENUNG DAN

PEMANGGILAN ARWAH DALAM TRADISI ORANG BATAK TOBA


BERDASARKAN ULANGAN 18:9-14B

Disusun oleh :

NAMA : REINHARD FLORENTINO SIRAIT

NIM : 190201045

D.M.K : WARSETO FREDDY SIHOMBING,M.Th

FAKULTAS ILMU TEOLOGI


INSTITUS AGAMA KRISTEN NEGERI
2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa., karena atas
rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Ujian Tengah Semester Metodologi
Penelitian ini dengan baik.Dimana ujian ini Penulis sajikan dalam bentuk yang sederhana, yaitu
membahas seputar metodologi penelitian secara kualitatif.

Maksud dan tujuan dari penulisan tugas ini adalah untuk memenuhi ujian mata kuliah
Metodologi Penelitian. Penulis merasa bahwa dalam pembuatan tugas ini masih menemui
beberapa kesulitan dan hambatan, disamping itu juga penulis menyadari bahwa dalam penulisan
ujian ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan"kekurangan lainnya, maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.

Dengan terselesaikannya makalah ini, diharapkan dapat memberikan manaat


bagiPenulis khususnya dan bagi para Pembaca pada umumnya.

Tarutung , 13 November 2020

Penulis

Reinhard Florentino Sirait


Abstract: The definition of theological contextualization according to John
Titaley is that humans understand life with the awareness that God is
involved in everyday life including culture by including God, scriptures,
divine, political and others. In this paper, the understanding of
contextualization will be narrowed, as stated by Titaley that
contextualization is when the church is able to realize its existence as part
of the Unitary State of the Republic of Indonesia. According to Stephan
Bevans, contextualization of theology is an attempt to understand the
Christian faith in terms of a particular context. What makes theology
contextual is the theology's acknowledgment of sources of theology other
than biblical texts and traditions, namely human experience today.
Contextual theology recognizes that culture, history, contemporary forms
of thought, etc. must be heeded along with scripture and tradition as
legitimate sources for theological expression.
Keywords: The Practice of Magic, Sorcery and Summoning

Abstrak: Definisi kontekstualisasi teologi menurut John Titaley ialah


manusia memahami kehidupan dengan kesadaran bahwa Tuhan ikut
terlibat dalam kehidupannya sehari-hari meliputi budaya dengan
menyertakan Tuhan, kitab suci, ilahi, politik dan lain-lain. Dalam
tulisan ini pengertian kontekstualisasi akan dipersempit, seperti yang
dirumuskan oleh Titaley bahwa kontekstualisasi adalah ketika gereja
mampu menyadari keberadaannya sebagai bagian dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Menurut Stephan Bevans, kontekstualisasi teologi
adalah upaya untuk memahami Iman Kristen dipandang dari segi
suatu konteks tertentu. Apa yang membuat teologi itu kontekstual ialah
pengakuan teologi itu akan sumber teologi selain teks kitab suci dan tradisi
yaitu pengalaman manusia sekarang ini. Teologi yang berwajah
kontekstual menyadari bahwa kebudayaan, sejarah, bentuk-bentuk
pemikiran kontemporer, dan lain-lain harus diindahkan bersama dengan
kitab suci dan tradisi sebagai sumber-sumber yang sah untuk
ungkapan teologis.

Kata Kunci: Praktek Sihir , Tenung Dan Pemanggilan Arwah


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam kehidupan sosial sangat akrab dengan sebuah aturan bahkan larangan dengan
tujuan untuk kesejahteraan sesama, namun sering sekali dalam aturan dan larang ini banyak
menimbulkan pro-kontra yang menyebabkan tidak terwujudnya tujan utama sebagai dasar disini.
Selanjutnya sama hal nya dengan larangan dalam praktek sihir, tenung, dan pemanggilan arwah
atau yang lebih dikenal dengan Praktek Okultisme.

Sebenarnya praktek-praktek okultisme sudah berumur sangat tua, sejak manusia pertama
Adam dan Hawa yang telah jatuh kedalam dosa, manusia cenderung mempercayai adanya kuasa-
kuasa gelap, di luar suara Allah yakni bisikan dan suara iblis yang merupakan benih-benih awal
yang membawa manusia kepada praktek-praktek kuasa gelap. Hal itu terjadi karena adanya
ketidakpuasan manusia terhadap “pemerintahan” Allah atas dirinya sehingga mencari kepuasan
itu dari luar diri Allah. Iblis menawarkan segala kepuasan yang dinginkan oleh manusia itu
dengan cara yang sangat menarik dan menggiurkan yang sebenarnya hanyalah tipuan belaka.
Manusia terperdaya oleh tipuan iblis dan melakukan apa yang dikehendakinya. Itulah Okultisme.

Istilah Okultisme, berasal dari kata okult yang berarti gelap, rahasia, misterius,


tersembunyi, dan istilah isme yang berarti ajaran, paham, atau doktrin. Jadi istilah “Okultisme”
adalah suatu praktek penyembahan/kepercayaan kepada kuasa gaib (kuasa gelap) yang bukan
Allah Sang Pencipta, yang mampu memberikan kuasa, kekuatan, kekayaan, kebahagiaan,
kesembuhan, perlindungan kepada yang mencarinya dan yang mempraktekkannya. Dalam
prakteknya sepanjang jaman, manusia dapat mencari berbagai kuasa dan kekuatan dari alam
semesta dan isinya seperti : “ Manusia mencari kekuatan dari benda-benda hidup, benda-benda
mati, pohon, batu-batuan, angin, mahluk-mahluk halus, roh, arwah, binatang dan organ-organ
tubuh yang dimilikinya ( seperti misalnya : kumis atau bulu harimau, kuku atau taring bintang
buas, dll).

s
BAB II
PEMBAHASAN

1. OKULTISME DI INDONESIA

A. Pemahaman yang salah tentang Allah


Konsep-konsep yang salah tentang eksistensi, jati diri, kuasa Allah, serta anggapan
bahwa Allah yang transenden sulit dipahami, penuh Misteri, dan tidak terselami, yang dalam
bahasa Jawa diungkapkan “tan kena kinaya apa, tan kena winirasa”, mendorong manusia
berupaya mencari dan berkomunikasi dengan Allah melalui berbagai cara, antara lain tirakat,
korban, belajar berbagai mantera, spiritisme dan mempersonifikasikan Allah menjadi mahluk,
materi atau benda-benda ciptaan untuk disembah dan dipuja.
 Nafsu memperoleh kekayaan dan Materi berlimpah : Banyak orang ingin
memperoleh kekayaan, materi berlimpah, dan kesuksesan dalam pekerjaan.
Alkitab menyatakan bahwa ada orang-orang yang ingin mewujudkan keinginan
tersebut dengan mempergunakan roh tenung.
Dalam praktiknya, okultisme yaitu praktik praktik yang dilakukan dengan rahasia dan
latar belakang di luar logika manusia dengan peristiwa yang gaib dan aneh. Pelaku okultisme
mengarah kepada sebuah hasrat untuk memiliki atau menguasai atau menginginkan sesuatu atau
juga merupakan praktik akibat takut terhadap sesuatu kutukan sehingga melakukan tindakan
okultisme. Banyak tindakan olkultisme yang kesemuanya ini pada umumnya adalah warisan dari
nenek moyang turun temurun.
Jenis praktik okultisme yang terdapat pada masyarakat sekarang ini ialah spiritisme, ilmu
ramal atau tenung, ilmu sihir/magi, ilmu hitam (black magic), ilmu putih (white magic), jimat-
jimat yaitu barang atau sesuatu benda yang mereka percayai memiliki kuasa atau mengandung
kesaktian dan dianggap berjiwa dan pada umumnya jimat ini dipakai untuk penjagaan diri,
pencapaian cita-cita atau penangkal/penakluk terhadap lawan Tentu masih banyak lagi praktik-
praktik okultisme yang sering dilakukan oleh orang walaupun dalam konteks masyarakat zaman
modern sekarang ini khususnya juga di masyarakat yang tinggal di desa.
Kuasa kegelapan bekerja dan memanifestasikan pengaruh dalam berbagai bentuk, dari
yang sederhana sampai kepada yang luar biasa yang membuat orang terheran-heran dan terpikat,
dari cara yang kuno sampai kepada cara yang modern, yang membuat kuasa kegelapan
memasuki semua jenis lapisan masyarakat mulai dari yang primitif sampai kepada golongan
intelektual (para pejabat). Kuasa kegelapan juga memanifestasikan diri dalam berbagai nama,
misalnya: Jin, roh halus, hantu dan lain sebagainya. Dan hadir diberbagai tempat dan bisa
ditemukan diberbagai media, benda-benda, binatang bahkan melalui manusia yang
mengakibatkan manusia tertipu. Ada anggapan bahwa berhubungan dengan roh tertentu bukan
sesuatu yang salah.

2. Sebab – Akibat Menggunakan Okultisme


 Untuk mengormati orang tua atau nenek moyang, sesuai dengan hukum ke-5 ("...
hormatilah ibu bapamu, supaya lanjut umurmu"). Alasan ini kelihatannya benar,
tetapi salah. Cara yang dipakai iblis untuk merusak hidup manusia ialah dengan
memakai firman Allah secara terpenggal-penggal, atau lepas dari ayat sebelumnya
atau sesudahnya. Hukum ke-5 didahului oleh hukum ke-2. Kalau orang tua belum
mengerti hal itu, kita harus memberikan pengertian, dan kalau mereka tetap
menolak, maka kita perlu lebih menaati Allah daripada manusia -- orang tua kita
(Kisah Para Rasul 5:29). Ketaatan terhadap orang tua atau nenek moyang tidak
menjadikan kita memunyai keris atau jimat yang mereka tinggalkan untuk kita,
karena hal-hal itu adalah kebencian Allah. Ketaatan kita kepada orang tua
haruslah dalam garis ketaatan kita terhadap Allah dan firman-Nya (Matius 10:34-
37; Kejadian 12:1; Yosua 24:2-3).
 Untuk melayani orang mati, baik roh orang tua maupun roh nenek moyang, agar
mereka tidak marah terhadap anak-anak atau cucunya yang masih hidup atau
sebaliknya. Alkitab menerangkan dengan jelas bahwa roh orang mati tidak dapat
berhubungan dengan roh orang yang hidup atau sebaliknya. Yang bekerja
sebenarnya adalah roh-roh setan, bukan roh orang mati. Dalam Kejadian 4:8-10,
roh Habel berseru kepada Allah, bukan kepada Kain, sebab jiwa Habel tidak dapat
berhubungan lagi dengan Kain yang masih hidup.
 Karena dukun-dukun memakai nama Trinitas Allah atau Alkitab. Tuhan Yesus
berkata, "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan
masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-
Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku:
Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan
demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada
waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak
pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat
kejahatan!" (Matius 7:21-23). Kehendak Bapa ialah supaya kita jangan pergi ke
dukun atau menggunakan okultisme (Ulangan 18:9-13). Yesus mengusir orang-
orang yang memakai nama Tuhan secara salah dan yang menggunakan Alkitab
dengan maksud magis. Jikalau ada di antara rakyat Indonesia yang mencatut nama
presiden untuk kepentingan dirinya lalu ketahuan, pastilah dihukum.

Demikian jugalah orang yang mencatut nama Allah untuk praktik-praktik okultisme akan
dibuang ke dalam api neraka kalau mereka tidak bertobat. "Jangan menyebut nama TUHAN,
Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut
nama-Nya dengan sembarangan" (Keluaran 20:7). Orang-orang yang menyebut nama Tuhan
harus menjauhkan diri dari kejahatan/penyembahan berhala/pemakaian okultisme (2 Timotius
2:19). Iblis adalah bapak pembohong. Kepada orang kafir iblis memakai cara kafir dan kepada
orang Kristen iblis memakai cara Kristen dan benda-benda rohani.

1. Karena pertolongan melalui okultisme mendatangkan kesembuhan dan sukses


dalam hidup seseorang. Perlu kita ketahui bahwa iblis dapat membuat kaya
seseorang (Kisah Para Rasul 16:16), juga dapat menyembuhkan dan melakukan
mukjizat (Keluaran 7:10-13). Kita perlu sadar bahwa rekening setan bukanlah
rekening gratis, tetapi harus dibayar dengan jiwa kita sendiri karena "pertolongan
setan" pada hakikatnya adalah celaka. Kesembuhan gelap menolong tubuh, tetapi
nanti jiwa menderita. Tuhan mau memberkati kita, tetapi bukan dengan cara-cara
okultisme, melainkan dengan cara-Nya yang penuh kasih.
2. Karena adat istiadat menuntut. Ikut-ikutan dalam adat yang mengandung unsur
okultisme untuk menyenangkan orang banyak, walaupun ia tahu bahwa perbuatan
itu dosa di mata Tuhan. Misalnya, memindahkan tulang-tulang orang mati dengan
upacara adat. Elia berdiri teguh atas dasar firman Allah, dan ia tidak mau ikut-
ikutan dalam dosa massal, yaitu menyembah baal. Tuhan menghargai Elia atas
keyakinannya itu (1 Raja-raja 18:20-46). Sadrakh, Mesakh, dan Abednego tidak
ikut adat kebiasaan orang Babel, bahkan melawan perintah Raja Nebukadnezar
untuk menyembah berhala. Walaupun api menunggu mereka, tetapi Tuhan
memelihara mereka (Daniel 3:1-30). Orang tua Gideon akan dibinasakan karena
merusak berhala orang banyak (Hakim-hakim 6:25-32). Jikalau kita mengasihi
adat kebiasaan yang berdosa, maka Allah membenci kita, kalau kita mengasihi
Allah dengan tidak menyembah berhala, maka masyarakat penyembah berhala
membenci kita. Kita tidak bisa netral, tetapi harus berdiri dengan Tuhan walaupun
orang banyak menentangnya, maka Tuhan akan menyatakan kemuliaan-Nya
melalui orang yang mengasihi Dia (Bilangan 14:5-10).

3. Akibat-Akibat Dari Okultisme

Seorang yang digigit oleh nyamuk malaria, tidak langsung sakit malaria, tetapi setelah
melalui beberapa proses tertentu, "pasti" ia sakit malaria. Demikian juga orang yang terlibat
dalam dunia okultisme, ada akibat-akibat yang langsung dialami dan juga ada akibat-akibat yang
dialami setelah beberapa waktu tertentu. Kita perlu mengerti beberapa gejala dan tanda sebagai
akibat daripada keterlibatan seseorang dalam dunia okultisme.

1. Serangan depresi, misalnya seorang tenggelam dalam suatu kesedihan tanpa alasan.
Orang berada di bawah tekanan dicekam oleh perasaan takut terhadap hal-hal
sekitarnya.

Iblis tidak pernah dapat memberikan sejahtera dalam hati manusia. Hanya di dalam Kristus
manusia mendapatkan damai sejahtera dan kemerdekaan (Yohanes 16:33; Roma 16:20; 2
Korintus 3:17). Kuasa gelap hanya memberikan kegelisahan.
2. Pikiran mau bunuh diri yang sering kali berjalan sejajar dengan depresi. Saul dan
Yudas mengakhiri hidupnya dengan menyedihkan sekali (1 Samuel 28; 1 Tawarikh
10:1-4; Matius 27:1-5).

Iblis adalah pembunuh manusia -- membawa manusia kepada keputusasaan, menjadikan


manusia nekat untuk bunuh diri (Yohanes 8:44).

3. Tertutup terhadap firman Allah. Gejala ini tidak sama pada tiap-tiap orang. Ada
yang merindukan firman Allah, tetapi waktu ia mendengar, ia mengantuk dan tertidur,
walaupun tubuhnya dalam keadaan segar bugar.

Iblis adalah roh penidur, membutakan hati manusia, sehingga benih firman Allah tidak dapat
masuk dan tumbuh dalam hati orang yang terlibat dalam dunia okultisme (2 Tawarikh 33:10;
Matius 13:4, 18-19; 2 Korintus 4:4). Orang-orang yang terlibat dalam dunia okultisme tidak
menyukai firman Allah. Mungkin membaca juga, tetapi tidak mengerti. Kalau membaca
buku-buku yang lain, ia tidak mengantuk atau tertidur. Tanda bahwa seseorang telah
dibebaskan ialah menyukai Alkitab dan setia membacanya.

4. Gangguan lain ialah pada waktu mendengar firman Allah, ia dikuasai oleh roh
sangsi yang beroperasi pada saat itu, sehingga sulit baginya untuk memercayai firman
Allah, dan akhirnya berantakan.

Firman Allah tidak menjadi jaminan yang utuh untuk imannya, tetapi merupakan bahan
spekulasi saja. Itulah sebabnya kita bertemu dengan orang yang di atas mejanya ada buku
mantera dan ada juga Alkitab.

5. Ada keinginan bahkan kenyataan menghujat nama Tuhan Yesus, baik tersembunyi
maupun terang-terangan.

Seorang ibu dari latar belakang agama lain yang pernah terlibat dalam okultisme, dan
sekarang telah menjadi orang Kristen, pada waktu berdoa ia menghujat Tuhan. Setelah sadar
ia menyesal dan menangis, dan ia tidak mau mengulang kesalahan yang sama. Roh penghujat
menguasai orang yang terlibat okultisme. Gejalanya adalah adanya ketakutan yang tidak
normal. Banyak hal di sekitarnya yang membuat dia takut. Takut akan Allah ada dalam hati
orang yang mengasihi Allah, tetapi takut yang tidak normal ada dalam hati orang yang
terlibat okultisme. Berjalan melewati kuburan dan tempat keramat, bulu kuduk berdiri, takut
bunyi-bunyi yang aneh, bahkan takut akan kematian, menguasai orang yang terlibat
okultisme.

6. Gejala adanya "angin kotor" angin hawa nafsu, pikiran-pikiran yang najis yang
dihembuskan oleh roh-roh najis.

Biasanya orang yang terlibat dalam okultisme, kehidupan seksualnya tidak normal
--matanya penuh zinah dan angan-angan kotor yang menguasai dia. Iblis tidak hanya bapak
pembunuh, tetapi juga bapak perzinahan.

7. Urat syaraf sakit akibat mempraktikkan okultisme secara aktif. Tubuh manusia
adalah rumah Roh Kudus.

Tubuh Musa, Kaleb, dan Yusak sehat sekali, ingatan mereka normal, tidak ada gangguan
syaraf (Ulangan 34:7; Yosua 14:6-11). Tubuh manusia yang didiami oleh roh-roh setan/najis
(Efesus 2:2), mengalami banyak gangguan (1 Samuel 16:14-23; 18:10-12). Ingatan Saul tidak
normal lagi, sebab di bawah roh jahat. Sewaktu-waktu ia benci kepada Daud, sewaktu-waktu
ia menyesal atas dosanya. Perhatikan juga Markus 5:1-20, khususnya ayat l5, "... orang yang
kerasukan itu sudah waras." Aktif dalam okultisme juga menyebabkan kegilaan (Ulangan
28:28).

8. Kemarahan yang tidak normal. Ada kemarahan dari Roh Kudus (1 Samuel 11:6;
Lukas 9:51-56,

kata menegur disebut juga menghardik), tetapi ada kemarahan yang ditunggangi roh setan
yang mengakibatkan dosa (Kejadian 4:48) dan penderitaan. Roh harimau (1 Petrus 5:8)
menguasai orang yang terlibat okultisme dan menerkam orang-orang di sekitarnya, seperti
Kain membunuh Habel.

9. Kekacauan dalam hidup, dalam rumah tangga (2 Tawarikh 33:3-6; Kejadian 11:9).
Manasye terlibat dalam okultisme, dan Tuhan membuang dia di Babel yang berarti
kekacauan. Hidup orang-orang yang terlibat okultisme senantiasa kacau.
10. Akibat untuk keturunan,
biasanya menderita secara tidak normal, cacat, dan sebagainya sampai gilir-bergilir
(Keluaran 20:4-5). Keturunan berada di luar berkat Tuhan.

11. Kemandulan dan penyakit, kematian sebelum waktunya (Keluaran 23:24-26).

Melihat satu atau dua gejala saja tidak cukup. Seorang yang terlibat dalam pelayanan ini,
haruslah penuh dengan Roh Kudus, sehingga ia memunyai karunia membedakan roh. Harus
dibedakan gejala tubuh saja atau gejala rohani. Seorang dokter menyelesaikan persoalan
jasmani saja, sedangkan seorang psikiater menyelesaikan masalah jiwa, dan seorang hamba
Tuhan menyelesaikan hal-hal rohani. Kerja sama di antara ketiganya sangat diperlukan.
Dalam dunia okultisme, biasanya seorang dokter kesehatan atau dokter jiwa yang belum
kenal Tuhan Yesus tidak dapat menolong orang yang terlibat dalam dunia okultisme, kecuali
seorang hamba Tuhan yang penuh dengan Roh Kudus. Seorang dokter atau seorang psikiater
Kristen yang penuh Roh Kudus dapat melepaskan orang yang terlibat okultisme. Jikalau kita
dalam terang Tuhan mengerti gejala-gejala ini, baru kita dapat masuk dalam pelayanan
pelepasan.

4. Asal-Usul Ajaran Okultisme Di Tradisi Orang Batak

Suku  Batak adalah salah satu suku bangsa yang termasuk dalam rumpun Melayu
atau Indonesia Tua dan mungkin juga termasuk yang tertua di Sumatera khususnya dan di
Indonesia umumnya. Orang Batak sudah ada lebih dari 1500-2000 tahun lalu. Suku Batak
berasal dari pengungan Burma, Siam, dan Kamboja telah tiba di Tanah Batak lebih dari
1000 tahun SM. Kedatangan imigran itu mendarat di Pulau Nias, Mentawai, Siberut, dan
lain-lain, Gelombang kedua,  mendarat di Muara sungai simpang dan gelombang, ketiga
mendarat di muara Sorkam. Dari sana mereka mereka memasuki pegunungan hingga
suatu ketika sampai di Danau Toba dan menetap di kaki gunung Pusuk Buhit. Selain itu
asal usul suku-suku bangsa dIndonesia terutama perbedaan diantara suku-suku bangsa
yang ada dipedalaman dan orang-orang yang berada dikawasan pantai. Teori
mengemukakan bahwa bangsa Indonesia (Melayu) berasal dari keturunan Melayu Proto.
Dahulu yakni tahun 2000 SM-1500 M kebudayaan Batak telah dipengaruhi oleh
kebudayaan Hindu-Budha didaerah-daerah sebelah Selatan dan pantai Sumatera Utara. Oleh
karena itu paling tidak tahun 2000 SM, tanah Batak telah didiami oleh manusia yang disebut
dengan suku Batak. Maka hal ini semakin mendekati kepada dugaan yang menyatakan bahwa
suku Batak berasal dari keturunan imigran gelombang kedua yaitu Proto Melayu yang dating
dari Cina Selatan atau Tiongkok kira-kira tahun 3000 SM. Selanjutnya dijelaskan bahwa orang
Batak pertama yang mendiami daerah Danau Toba mungkin adalah orang yang berpindah tempat
yang menanam tumbuh-tumbuhan yang berumbi atau mungkin menanam padi dengan teknologi
yang tidak memakai alat dari logam.

5. Kepercayaan Agama Suku Batak

Kepercayaan artinya anggapan (keyakinan) bahwa benar sungguh ada sesuatu yang diyakini
sebagai objek imanya. Kepeecayaan masyarakat batak pada masa dulu adalah kepercayaan
kepada Debata Mulajadi Nabolon dan kepercayaan disebut Agama Parmalim. Kepercayaan ini
mungkin boleh disebut Agama yang sudah sangat tua dianut di Provinsi Sumatera Utara. Agama
Parmalim adalah agama Asli suku batak. Sampai saat ini masih banyak daerah-daerah batak
yang menganut agama atau kepercayaan Parmalim.

Walaupun orang batak percaya Debata Mulajadi Nabolon, namun sebenarnya yang mendominasi
keberagamaan mereka adalah arwah-arwah leluhur. Hal ini jelas terlihat dalam berbagai bentuk
keterikatan mereka terhadap arwah-arwah yang sudah meninggal. Kepercayaan pada masa
agama suku penuh dengan ritus-ritus yang berhubngan dengan penyembahan kepada roh-roh
atau arwah-arwah nenek moyang. Bahkan dikota medan yang merupakan salah satu dari tiga
kota terbesar di Indonesia masih terdapat pemeluk kepercayaan parmalim sampai saat ini

Kepercayaan kepada Debata Mulajadi Nabolon

Ada ungkapan batak yang menunjukkan kepercayaan yang sangat kuat kepada Mulajadi
Nabolon: ompungta najolo mandok songonon: “sianjur mula-mula, sianjur mula tompa. Somba
ni namaduma, somba ni natinompa. Ai empat asal pertama Mulajdi Nabolon do namamungka,
asa martua hita jolma. Mula ni nauli pungkonta ma ulaonta adat dohom uhum binahen ni halak
toba. Marsoma tu Mulajadi Nabolon, mangelek sahala ni ompunta tu namartua.” Artinya:
“sianjur adalah tempat asal pertama (bona ni pasogit) orang batak Toba. Disanalah permulaan
adat atau hukum atau kepercayaan yang menyembah Mulajadi Nabolon dan memohon kepada
roh yang sudah meninggal agar diberi wibawa khusus.

Sianjur mulamula terletak diseberang pulau Samosir berdekatan dengan daerah Limbong.
Dari Samosir menyebut kesegala daerah Tapanuli, Simalungun, Dairi, Karo dan daerah lain
tempat perantauan orang batak. Dengan menyebarnya orang batak maka adat (budaya) dan
kepercayaan memiliki kekuatan, seperti: pohon beringin, mata air, batu besar, gunung, dan
sebagainya. Masyarakat batak Toba dikenal sebagai masyarakat yang ketat memelihara adat
budayanya, dan sekaligus sebagai masyarakat yang sangat religius, hidup dengan nilai
keagamaan, adat dan budaya saling mempengaruhi kepercayaan tersebut. Sebelum agama
kekristenan datang ketanah batak toba, khususnya kedaerah Tapanuli Utara, mereka melestarikan
cerita-cerita lisan serta pengetahuan tentang hubungan Marga dan kelompok suku. Setiap cabang
Marga merupakan sada somba (satuan persembahan), sada guguan (satu unit pengumpulan
sumbangan untuk keperluan upacara kurban yag dilakukan); sada Jambar (satu unit yang berhak
mendapat jatah dari bagian hewan kurban). Hal ini terdapat dimana-mana, bahkan sejak zaman
orang masih memuja berhala.

Kosmologi batak toba tradisioni membagi eksistensi kehidupan dalam tiga tingkat atau dunia.
Dunia atas adalah kerajaan dewa tertinggi. Dunia tengah adalah para hantu atau setan yang
diperintah oleh naga Padoha, sang ular naga. Dewa-dewa dianggap hidup seperti laki-laki dengan
isteri-isteri dan anak-anak, budak-budak, dan gelanggang untuk kegiatan manusia; dan dunia
bawah adalah tempat tinggal untuk ternak mereka, bermain-main, berperang dan bersoal jawab
diantara mereka. Raja Patik Tampubolon berpendapat bahwa: orang batak menyebut penguasa
itu adalah dewa tertinggi yang menghadirkan tiga (3) fungsi, yaitu:

1. Tuan Mula Nabolon, berada dalam dunia atas, dialah yang menetukan nasib umat manusia.

2. Silaon Nabolon, berada dalam dunia tengah, dialah sebagai pencipta asal mula para nenek
moyang orang batak toba artinya dia memberi isteri, anak-anak, dan keturunan. Dialah
pemelihara umat manusia.
3. Pane Nabolon, berada dalam dunia bawah, Dialah yang menciptakan atau mengirimkan
atau membuat gelombang dilaut, petir, hari-hari manusia yang baik dan buruk, kesuburan bagi
para petani

Philip Lumbantobing berpendapat, orang batak sangat percaya terhadap Mulajadi Nabolon bukan
hanya sekedar pencipta terhadap segala sesuatu tentang Alam semesta. Mulajadi Nabolon adalah
Makrokosmos dan manusia adalah Mikrokosmos. Batara guru diidentikkan dengan hula-hula,
mangula sori sebagai sebagai dongan sabutuha, dan mangula bulan sebagai boru. Struktur yang
ada dialam gaib atau dunia para Dewa inilah yang dijadikan pola yang menata hubungan sosial
antara sesama manusia dibumi (banua Tonga). Setiap upacara agama (adat) harus dihadiri oleh
ketiga unsur dalihan Natolu. Artinya setiap upacara ritual batak harus merupakan simbol
kehadiran batak Batara Guru. Kehadiran Dongan tubu (satu marga) merupakan simbol kehadiran
mangala sori dan kehadiran boru merupakan simbol kehadiran mangala bulan. Kehadiran ketiga
roh sembahan ini merupakan syarat utama dalam keberhasilan suatu upacara agama leluhur
nenek moyang batak.

Masyarakat batak memahami seluruh ruang kosmis sebagai suatu totalitas dunia-bawah, dunia-
tengah, dunia-atas. Setiap tingkat mempunyai fungsi khusus dalam kesabaran kehidupan
eksistensi. Juga ada terlihat atau dipahami bahwa mitologi batak yang dilukiskan dengan sebuah
pohon kehidupan, yang tingginya dari dunia-bawah sampai dunia-atas, simbol dewata tertinggi
dalam menyatukan segala kehidupan (eksistensi) dan mewakili keseluruhan tata tertib kosmis.
Nasi setiap orang tercatat pada pohon kehidupan, yang dari padanya seluruhan kehidupan
berasal. Pada waktu tu suku batak belum pernah mengenal sesuatu aliran agama, bentuk
golongan, bagi mereka kepercayaan adalah aninisme dimana dukun yang memegang peranan
penting. Suku batak menyembah berhala-berhala namun yang paling dihormati dan dimuliakan
ialah Mulajadi Nabolon.

Masyarakat batak bersifat religius. Hal ini berarti bahwa seluruh unsur kehidupan dibentuk oleh
keyakinan religi luhur. Religi yang dimaksud adalah “agama batak” atau “Hasipelebeguon”.
Segala upacara agama didasarkan atas ide, gagasan, nilai, paradigma, ajaran, dan kuasa dari roh
sembahan leluhur. Religi batak toba mengenal nama dewa lainnya yang bernama: Batara Guru,
Mangala Bulan, Mangala Sori, Debata Asiasi, Boras Pati Ni Tano, Boru Saniang Naga, roh-roh
para leluhur dari berbagai macam begu lainnya. Seluruh roh sembahan ini dimanfaatkan untuk
berlindung dari berbagai bentuk bahaya, malapetaka, dan menjamin tercapainya kekayaan
(hamoraon), kemuliaan (hasagapon), dan keberhasilan hidup dalam hal keturunan (hagabeon).
Inilah catatan-catatan hidup dan kehidupan masyarakat batak sebelum diterangi Injil di Tanah
batak. Dalam keadaan atau situasi seperti inilah iman Kristen lahir, dimana adat, agama, atau
kepercayaan sudah mengakar dalam kehidupan masyarakat batak. Tentu sekali latarbelakang
atau wajah sebelum kekristenan ini masih sangat mempengaruhi iman Kristen batak sampai saat
ini, mengingat kekristenan baru berusia 159 tahun (1861-2020)

3. Kepercayaan Terhadap Tempat Keramat

Tempat keramat merupakan tempat yang dihormati, dipuja, disembah, dan ditakuti. Tempat
keramat dianggap mempunyai kekuatan gaib dan dikeramatkan karena dianggap sebagai tempat
teritorial atau tempat tinggal mahluk halus atau roh-roh nenek moyang. Oleh sebab itu maka
sering sekali tempat keramat dipuja, ditakuti, dan disembah melalui ritual-ritual tertentu.
Didaerah-daerah keramat pengunjungnya membawa sesajen-sesajen, mempersembahkan rokok,
sirih, atau sajian lainnya. Biasanya ritual atau pemberian sesajen ini sesuai dengan petunjuk
(datu) dukun. Tidak jarang orang yang mengalami penyakit yang kemudian disarankan dukun
untuk pergi ketempat keramat, dengan harapan roh-roh penghuni tempat itu akan memberikan
kesembuhan. Selain itu ada juga yang datang untuk meminta rejeki ketempat keramat dengan
cara mempersembahkan benda-benda atau makanan tertentu yang dianggap menyenangkan roh
yang menghuni tempat tersebut. Kemudian tempat keramat dianggap sebagai tempat buang sial,
yaitu dengan cara melepaskan ayam putih (manuk nabotar) yang terlebih dahulu dibuat mantera
(tabas-tabas) atau ritus tertentu oleh dukun. Tidak hanya itu, ada juga orang untuk meminta
keselamatan. Contohnya, jika seseorang baru membeli mobil, untuk menjaga keselamatan, maka
mobil tersebut akan dimandikan ramuan-ramuan ditempat keramat tersebut.

Pada umumnya yang dianggap masyarakat tempat-tempat keramat, yaitu: pohon hariara yang
tumbuh sangat besar, di daerah penelitian penulis Tarutung, ada pohon hariara yang tepat berada
dikuburan nenek moyang yang pertama kali membuka salah satu kampong atau desa. Maka
hariara yang ada dikuburannya dianggap keramat dan menjadi tempat memberi sesajen untuk
jawaban dan jalan keluar berbagai persoalan. Selain itu, pemahaman masyarakat sekarang juga
menganggap sungai yang dalam dan memiliki sampuran (air terjun) disuatu hutan dianggap
keramat. Masyarakat batak juga menganggap gua-gua tertentu sebagai tempat keramat.
Contohnya: gua yang ada di Hutabarat, yaitu goa boru Situmandi. Menurut legenda yang beredar
dimasyarakat, gua tersebut tempat Boru Hutabarat yang sangat cantik menikah dengan laki-laki
yang menjadi ular.

4. Kepercayaan Terhadap Roh Orang Meninggal.

Salah satu jalut utama yang dipakai iblis untuk mengelabui masyarakat batak adalah dengan
membisikan bahwa roh orang meninggal masih mempengaruhi kehidupan orang yang hidup.
Segala bentuk kepercayaan manusia terhadap adanya kuasa dan kekuatan roh atau arwah yang
sudah meninggal merupakan praktek okult.

a. Kepercayaan terhadap beberapa jenis “begu” (hantu). Sebutan begu


bagi orang batak sebelum kekristenan mencangkup seluruh roh-roh.
Termasuk roh orang yang sudah mati maupun roh-roh yang sering
mendiami suatu tempat keramat. Inilah kepercayaan kekafiran yang terus
dipakai iblis, dimana manusia yang sudah mati rohnya berubah menjadi
hantu (begu).

Kepercayaan ini mengikuti filasafat suku batak toba yang mengatakan: jika manusia mati maka:
“Hosa gabe alogo, daging gabe tano jala tondi gabe begu” (nafas menjadi angina, tubuh menjadi
tanah, dan roh menjadi hantu). Menurut kepercayaan batak masa kekafiran dulu, dunia ini
ditempati oleh begu-begu termasuk dan tidak terbatas pada: rumah, kuburan, pohon, danau,
sungai, gua, mata air, jalan-jalan, sepi. Itu sebabnya begu-begu atau hantu-hantu orang
meninggal ini tinggal diberbagai penjaga atau penunggu. Begu dianggap orang batak dapat
melakukan apa yang tidak bisa dilakukan manusia.

Pada umumnya roh-roh orang mati dianggap jahat. Namun ada begu yang dapat dibujuk melalui
pemberian sesajen, sehingga diyakini dapat memberi berkat duniawi. Sebagian besar ‘nasib’
manusia tergantung kepada begu ini, demikian juga kesehatan, rejeki, umur panjang, hingga pada
kematian masih diyakini tergantung kepada begu. Itu sebabnya jika ada masalah kesehatan,
jodoh, rumah tangga, dan lain-lain maka yang bersangkutan pergi “jiarah” atau sebenarnya
bukan sekedar jiarah, tetapi berdoa meminta sesuatu kepada roh yang sudah meninggal ditempat
pemakaman.
b. Kepercayaan ‘sahala ni daompung’. Sahala, masyarakat Batak Toba
diyakini mengandung kuasa, kekuatan. Sahala merupakan daya khusus
dari tondi (roh seseorang). Sahala memberikan seseorang wibawa,
keberanian, kesuksesan, atau kekayaan.

Memang sering dipahami sahala dalam arti wibawa atau sahala orang hidup. Menurut penulis
jika pemahaman sahala merupakan karisma atau wibawa maka itu positif. Tetapi yang dimaksud
penulis sahala berhubungan dengan tondi (roh orang yang sudah meninggal). Masyarakat batak
toba memahami bahwa sahala orang yang sudah mati atau para leluhur dari golongan raja atau
orangtua yang berpengaruh ketika hidup dianggap sangat tinggi, sehingga dipuja, dihormati,
diagungkan, bahkan diminta untuk pindah kepada orang yang masih hidup.

c. Kepercayaan terhadap sumangot ni daompung. Menurut kepercayaan batak toba dimasa


kekafiran dahulu, begu berbeda dengan sumangot. Sumangot adalah begu dari para leluhur yang
ketika meninggal dunia dahulu memiliki kekayaan, kekuasaan, dan keturunan orang banyak.
Sumangot ni da ompung ini dianggap dapat memberi kesehatan, kesejahteraan, berkat, rejeki,
hasil panen, yang melimpah ruah, ternak yang semakin berkembang biak, harta benda terus
bertambah, terhindar dari berbagai bencana alam, dan lain-lain. Jika para leluhur itu semasa
hidupnya berkuasa, berpangkat dan kaya, maka dialam roh pun mereka demikian. Bahkan
pangkat mereka semakin bertambah juga seiring dengan meningkatnya keturunan leluhur itu.
Berbagai upacara atau sermoni yang dapat mempertimbangkan martabat sumangot ni ompung
ini, antara lain:

1. Mengali tulang-belulang mereka dari dalam tanah dan menempatkannya diatas kuburan
atau makam yang lebih tinggi (tambak atau tugu atau batu napir) dan bagus.

2. Memberi atau melaksanakan keinginan para leluhur yang disampaikan oleh para perantara,
seperti: dukun atau sibaso.

3. Pemberian sesajen berupa: makanan, pembunyian ogung atau gendang.

4. Kepercayaan terhadap sombaon (sombaon: sesuatu yang disembah). Sombaon, menurut


kepercayaan lama adalah begu (roh) dari kelompok marga atau suku yang dalam struktur
kemasyarakatan sudah jauh lebih tinggi dari begu, sahala, sumangot sebagaimana dijelaskan
diatas. Menurut pemahaman mereka tentang dunia roh, sombaon dianggap kira-kira sederajat
dengan kedudukan para dewata, mereka disembah. Biasanya para somabaon ini menempatkan
tempat-tempat yang khusus dan suci; seperti dipuncak gunung sombaon dolok simanukmanuk,
sombaon dolok Pusuk Buhit. Ada juga sombaon di tao (danau) silalahi, dihutan, dilaut, disungai
besar, dan lain-lain.[7]

G. Penanganan Terhadap Okultisme

Secara jelas dan secara Alkitabiah ada 2 (dua) prinsip penting untuk terlepas dari belenggu setan
dalam praktek okultisme yaitu anugerah Allah yang luar biasa dan tanggapan/tindakan iman dari
orang yang mau dilepaskan.

1. Anugerah Allah yang Luar biasa

a. Karya Allah Bapa: Allah Bapa mengasihi dunia yang dikuasai oleh kuasa kegelapan
(Yoh.3:16; 1 Yoh.5:19); Allah bapa pernah menghukum kuasa kegelapan (Kel.12:12); Allah
Bapa mengutus Tuhan Yesus untuk membinasakan pekerjaan Iblis (1 Yoh.3:8); Allah Bapa
menjatuhkan Iblis dari langit (Luk.10:38)

b. Karya Tuhan Yesus Kristus: Tuhan Yesus mengusir Roh-Roh Jahat dimana-mana
(Mrk.5:8); Tuhan Yesus menyembuhkan orang yang dirasuk setan (Mat.4:24; Kis 10:38)

c. Petunjuk Kitab Suci yang sempurna: Kitab Suci memberikan hikmat untuk menyelamatkan
(2 Tim. 3:15); Kitab Suci merupakan pegangan untuk hidup untuk melakukan pekerjaan yang
baik (2 Tim. 3:16-17)

d. Kekalahan Kuasa kegelapan: kuasa kegelapan telah dihukum (Kel 12:12); kuasa kegelapan
telah dijatuhkan dari langit (Luk.10:18); kuasa kegelapan telah dilucuti dikayu salib (Kol2:15)

e. Karya Roh Kudus: Roh Kudus menjelaskan tentang penghakiman atas kuasa kegelapan
(Yoh 16:8-11); Roh Kudus memberi kita kuasa untuk mengusir setan (Mat.12:28)

f. Peranan orang beriman: Hamba Tuhan adalah utusan Tuhan untuk mengusir setan-setan
(Mrk 16:17); Hamba Tuhan diberi kuasa untuk mengusir setan (Mat.10:1); hamba Tuhan dapat
melawan Iblis sehingga ia lari (Yak.4:7).

2. Tanggapan/tindakan iman dari orang yang mau dilepaskan


a. Membuat pegamatan keterlibatan dalam praktek okultisme. (1 Yoh.4:1,2): oleh
pertolongan Roh Kudus, lewat karunia membedakan segala roh (1 Kor.12:10), dan dengan
mengamati akibat-akibat keterlibatan dengan praktek okultisme dalam orang yang dilayani, kita
dapat membuat analisa apakah orang tersebut terlibat dalam okultisme. Kita berdoa supaya oleh
hikmat dan pengetahuan dari Roh Tuhan kita bisa memiliki kepastian bahwa orang atau keluarga
yang dilayani memang terlibat dalam praktek okultisme, diikat kuasa gelap

b. Mengadakan pembongkaran dosa dengan teliti (Ul.18:9-14): pembongkaran dapat


dilakukan dengan dua cara Khusus: melalui firman Tuhan secara langsung dan melalui
penelusuran riwayat hidup dan perjalanan hidup yang dilayani.

c. Mengadakan pengakuan dosa yang cermat dan serius: kita mengerti bahwa dosa-dosa
okultisme adalah dosa-dosa yang tersembunyi dan dalam pengakuan yang terus terang inilah
iblis dikhianati dan ditelanjangi tempat persembunyiannya selain tipu muslihatnya. Segala
praktek okultisme dibukakan dalam terang (Kis.19:18,19), sehingga semua kedok iblis
dibukakan, dan taka da lagi tempat bagi kuasa kegelapan bercokol dan menuduh. Hanya dengan
demikian firman Allah bisa berkuasa (Kis.19:18-20).

d. Mengadakan pelepasan dan berita pengampunan dosa (Kol.1:13,14; Ibr.2:14,15): hubungan


okultisme yang sudah diakui secara pribadi, sekarang diakui secara resmi dihadapan Tuhan, dan
Hamba Tuhan atau saudara seiman lainnya. Kertas yang berisi daftar dosa itu harus diperhatikan.
Doa pelepasan ini tidak mempunyai pengalimatan tertentu, supaya tidak menjadi mantera yang
baru lagi. Dalam doa pelepasan yang perlu diperhatikan ialah: unsur pengakuan dosa dengan
menyebut nama-nama dosa, penyerahan diri secara mutlak kepada Tuhan Yesus, janji setia
kepada Tuhan Yesus.doa ini dilaksanakan dalam nama Tuhan Yesus, karena dalam Nama itu ada
kuasa, kewibawaan yang sangat ditakuti oleh roh-roh setan.

e. Mengadakan pelayanan untuk menerima Tuhan Yesus secara jelas. Setelah kita
dibersihkan dari semua dosa oleh darah Tuhan Yesus, maka kita sudah siap untuk menerima,
mengundang, dan menyambut Tuhan dalam hidup kita.
BAB II

PENUTUP

Kesimpulan

Okultisme ialah sebuah misteri, suatu hal tersembunyi yang dipercayai seseorang atau
sekelompok masyarakat tertentu yang dapat berupa ilmu sihir, ilmu rasa, benda-benda
supranatural. Hal inilah yang tidak bisa terlepas dari berbagai suku yang ada di Indonesia ini.
Salah satunya ialah suku Batak Toba yang masih mempercayai berbagai kepercayaan seperti:
asal usul batak Toba, dunia yang terbagai menjadi tiga bagian, kepercayaan kepada orang yang
meninggal, kepada benda-benda dan tempat-tempat keramat. Semua hal inilah yang masih dianut
suku batak Toba sampai kepada waktu yang cukup lama atau panjang.

Anda mungkin juga menyukai