Anda di halaman 1dari 28

DIKTAT MATA KULIAH

KEPEMIMPINAN KRISTEN

DOSEN
DR. YOHANES PARAPAT S.E

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI EKUMENE


Mall Artha Gading Lantai 3, Jl. Artha Gading Selatan No. 1, Kelapa Gading, Jakarta
Utara
Telp: (021) 45863915, 45863968, 45863925 |
Website | Email: sttekumene.ac.id | info@sttekumene.ac.id
KEPEMIMPINAN KRISTEN

Yakob Tomatala dalam bukunya Kepemimpinan yang Dinamis menyatakan bahwa


kepemimpinan adalah suatu seni yang usianya setua umur manusia di bumi. Tanpa
melakukan kajian teks secara lebih mendalam, perintah Allah kepada manusia pertama
yaitu Adam telah mengandung prinsip-prinsip suatu kepemimpinan. Adam diharapkan
mampu memimpin Hawa serta menjalankan pemeliharan atas lingkungannya
(sumberdaya yang ada pada waktu itu).
Definisi Kepemimpinan
Anthony D'Souza dalam bukunya Developing The Leader Within You, Strategies
for Effective Leadership menyatakan,
" Kepemimpinan adalah salah satu faktor yang sangat mempengaruhi kinerja
suatu organisasi. Bagi manajer, kepemimpinan berarti fokus kepada aktivitas di
mana sasaran dan tujuan organisasi dapat dicapai. Karena pemimpin memiliki
pengaruh yang besar terhadap sikap, kebiasaan, dan kinerja dari kolega dan
bawahannya ......”
Beberapa definisi kepemimpinan lainnya menurut para praktisi dan pakar
kepemimpinan diantaranya:
George R. Terry (yang dikutip dari Sutarto, 1998 : 17)
Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang atau pemimpin,
mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan tugas untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.

Rauch & Behling (1984)


Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktifitas-aktifitas sebuah kelompok yang
diorganisasi ke arah pencapaian tujuan.

Katz & Kahn (1978)


Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada, dan berada
diatas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin organisasi.
William G.Scott (1962)
Kepemimpinan adalah sebagai proses mempengaruhi kegiatan yang diorganisir dalam
kelompok di dalam usahanya mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.

Stephen J.Carrol & Henry L.Tosj (1977)


Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang-orang lain untuk melakukan apa
yang kamu inginkan dari mereka untuk mengerjakannya.

Tannenbaum, Weschler,& Massarik (1961)


Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, yang dijalankan dalam situasi tertentu,
serta diarahkan melalui proses komunikasi, kearah pencapaian satu atau beberapa
tujuan tertentu.

G. U. Cleeton dan C.W Mason (1934)


Kepemimpinan menunjukan kemampuan mempengaruhi orang-orang dan mencapai
hasil melalui himbauan emosional dan ini lebih baik dibandingkan dengan penggunaan
kekuasaan.

Theo Haiman & William G.Scott (1974)


Kepemimpinan adalah proses orang-orang diarahkan ,dipimpin, dan dipengaruhi dalam
pemilihan dan pencapaian tujuan.

F.A.Nigro(1965)
Inti kepemimpinan adalah mempengaruhi kegiatan orang-orang lain.

Reed (1976)
Kepimpinan adalah cara mempengaruhi tingkah laku manusia supaya perjuangan itu
dapat dilaksanakan mengikut kehendak pemimpin.

James M. Black (1961)


Kepemimpinan adalah kemampuan yang sanggup meyakinkan (mempengaruhi)orang
lain supaya bekerjasama dibawah pimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai
tujuan tertentu.

Harold Koontz (1989)


Pengaruh, seni,atau proses mempengaruhi orang-orang sehingga mereka akan
berusaha mencapai tujuan kelompok dengan kemauan dan antusiasme.

F.I. Munson “ The Management of Man”.


Kepemimpinan sebagai kemampuan/kesanggupan untuk menangani atau menggarap
orang-orang sedemikian rupa (mempengaruhi) untuk mencapai hasil yang sebesar-
besarnya dengan sekecilnya mungkin pergesekan dan sebesar-besarnya (sebesar
mungkin) kerja sama.

C.M. Bundel “Is Leadership losing its importance ?”


Kepemimpinan seorang seni mendorong/mempengaruhi orang-orang lain untuk
mengerjakan apa yang dikehendaki seseorang pemimpin untuk dikerjakannya.

W.G. Bennis “Leadership Theory and Administration Behavior”


Kepemimpinan sebagai proses dengan mana pemimpin mendorong, mempengaruhi
bawahan untuk berprilaku seperti yang dikehendaki.

J.B. NASH “Leadership”


Kepemimpinan mencakup kegiatan mempengaruhi perubahan dalam perbuatan orang-
orang.

Ordway Tead “ The Art of Leadership”


Kepemimpinan sebagai kegiatan mempengaruhi orang-orang untuk bekerja sama
dalam rangka mencapai tujuan yang dikehendaki.

C.V. Cleeton & C.W. Mason “Executive Ability its Discovery and Development"
Kepemimpinan menunjukkan kemampuan mempengaruhi orang-orang dalam mencapai
hasil-hasil melalui himbauan emosional dan bukannya melalui penggunaan
kekerasan/wewenang.

N. Copeland “Psychology and the Soldier”


Kepemimpinan adalah seni perlakuan terhadap manusia. Ini adalah seni mempengaruhi
sejumlah orang dengan persuasi atau dengan teladan untuk mengikuti serangkaian
tindakan.

H. Gerth & C.W. Mills “Character and Social Structure”


Kepemimpinan dalam arti luas adalah suatu hubungan antara pemimpin dan yang
dipimpin dalam mana pemimpin lebih banyak mempengaruhi dari pada dipengaruhi;
disebabkan karena pemimpin menghendaki yang dipimpin berbuat seperti dia dan tidak
berbuat lain yang dimaui sendiri.

Ralp M. Stogdill (1950)


Is the process of influencing group activities toward goal setting and goal achievement
(proses mempengaruhi kegiatan kelompok, menuju kearah penentuan tujuan dan
mencapai tujuan).

Ada satu kata yang selalu muncul dalam definisi kepemimpinan yang disampaikan oleh
para pakar diatas yaitu pengaruh. Dengan demikian secara sederhana dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah mengenai pengaruh seseorang terhadap
kelompok atau pengikut untuk melakukan apa yang diharapkan. Harapan tersebut
umumnya dinyatakan dalam bentuk tujuan yang ingin dicapai. Unsur lain yang dapat
ditemukan dalam definisi-definisi diatas diantaranya: pemimpin, proses, kelompok /
pengikut serta tujuan / visi.
Michael Hart dalam bukunya yang terkenal yaitu 100 tokoh paling berpengaruh di dunia
menjelaskan pengertian yang sama ketika ia menetapkan “kriteria” mengenai apa yang
dimaksud sebagai pengaruh. Meskipun dengan latar belakang profesi yang berbeda
seperti, pemimpin bangsa, pemimpin agama, ilmuwan dan juga para filsuf, tokoh-tokoh
yang masuk dalam buku Michael Hart memiliki satu persamaan yaitu pengaruh mereka
kepada para pengikutnya, baik pengikut langsung maupun orang-orang yang tidak
pernah berhubungan langsung namun terpengaruh oleh kepemimpinan para tokoh
tersebut. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan pengaruh sebagai
daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak,
kepercayaan, atau perbuatan seseorang. Sebagai Contoh: Besar
sekali pengaruh orang tua terhadap watak anaknya. Definisi ini juga yang akan
digunakan dalam pembahasan mengenai kepemimpinan Kristen selanjutnya.

Definisi Pemimpin
Adapaun definisi pemimpin diantaranya disampaikan oleh Kartini Kartono dan Fairchild
sebagaimana dapat dilihat dibawah:
 pribadi yang memiliki kecakapan khusus, dengan atau tanpa pengangkatan
resmi dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya, untuk melakukan usaha
bersama mengarah pada pencapaian sasaran-sasaran tertentu (Kartini Kartono)
 seorang yang memimpin dengan bantuan kualitas-kualitas persuasifnya, dan
akseptansi/penerimaan secara sukarela oleh para pengikutnya (Henry Pratt
Fairchild)
Secara umum persyaratan minimal / kondisi sebuah kepemimpinan adalah sebagai
berikut:
 Pertama, Kekuasaan. Seorang pemimpin idealnya telah memiliki kekuatan,
otoritas, dan legalitas untuk mempengaruhi dan menggerakkan mereka yang
dipimpinnya
 Kedua, Kewibawaan. Pemimpin harus memiliki kelebihan, keunggulan,
keutamaan agar ia mampu mengatur orang lain untuk melakukan perbuatan-
perbuatan yang tertentu.
 Ketiga, Kemampuan. Pemimpin harus memiliki daya, kekuatan, keunggulan,
kecakapan teknis dan sosial yang melampaui bawahannya. Tidak seorangpun
yang memiliki seluruh pengetahuan ataupun kecakapan. Namun demikian dalam
bidang tertentu secara spesifik, seorang pemimpin diharapkan memiliki
kualifikasi yang diatas dari orang-orang yang dipimpinnya
Kata proses umumnya dimaknai sebagai sesuatu yang sedang dan tetap berlangsung
selama aktivitas utama masih berjalan. Untuk konteks kepemimpinan, proses
merupakan aktifitas yang kompleks namun dapat diamati perkembangannya. Tujuan
atau visi memiliki indikator yang utama yaitu haruslah terukur. Disamping itu tujuan atau
visi tentu harus reaslistis meskipun tidak mudah untuk dicapai.

Gaya Kepemimpinan
Gaya kepimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu pola tingkah laku yang dirancang
untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai
tujuan tertentu. Sangatlah penting untuk memperhatikan adanya perhatian yang
balance (seimbang) antara tujuan individu yang ada dalam organisasi dengan tujuan
organisasi itu sendiri. Seimbang tidak harus berarti memiliki besaran porsi yang sama
melainkan memperhatikan secara wajar kepentingan individu sesuai aturan, norma
serta kondisi yang ada.
Gatto menjelaskan empat macam gaya kepemimpinan yaitu:
 Gaya Direktif (berpusat pada pemimpin dan hanya sedikit kebebasan untuk
berkreasi)
 Gaya Konsultatif (lebih banyak berkonsultasi, bimbingan, motivasi dan nasehat)
 Gaya Partisipatif (cenderung percaya kemampuan pengikut untuk
menyelesaikan bagiannya)
 Gaya Delegasi (mendorong pengikut mengambil insiatif, sedikit interaksi dan
kontrol)
Selanjutnya Hersey & Blanchard menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan bukanlah
sesuatu yang statis, monoton serta kaku melainkan perlu mempehratikan situasi dan
kondisi yang ada. Bila dalam rentang waktu kemudian terjadi perubahan situasi atau
kondisi (kemampuan para bawahan, meningkatnya sumberdaya lainnya, tuntutan
organisasi dll), maka gaya kepemimpinan perlu disesuaikan.
Berikut gaya kepemimpinan berdasarkan pendekatan situasional menurut Hersey &
Blanchard
 Gaya memberitahukan (telling style). Kondisi: tugas tinggi dan hubungan rendah
 Gaya menjual (selling style). Kondisi: tugas tinggi dan hubungan tinggi
 Gaya partisipatif (participating style): tugas rendah dan hubungan tinggi
 Gaya pendelegasian (delegating style): tugas rendah dan hubungan rendah

Definisi Kepemimpinan Kristen


Kepemimpinan Kristen dapat didefinisikan sebagai proses mempengaruhi kegiatan
yang diorganisir dalam kelompok di dalam usahanya mencapai suatu tujuan yang telah
ditentukan berdasarkan norma-norma dan etika Kristen yang bersumber dari Firman
Allah (Alkitab)

Dalam konteks kekristenan, Kenneth O. Gangel member definisi Kepemimpinan


sebagai: “penggunaan karunia rohani seseorang berdasarkan panggilan Tuhan untuk
melayani kelompok orang-orang tertentu dalam mencapau tujuan yang Tuhan berikan
kepada mereka, yaitu untuk memuliakan Kristus.”1

George Barna menyampaikan intisari kepemimpinan Kristen sebagai berikut


“kepemimpinan yang sejati tidak berkenaan dengan kedudukan, kekuasaan, ketenaran,
atau kegembiraan, melainkan ketaatan dan status sebagai pelayan yang menghasilkan
perubahan.”2 Oleh karenanya dapat dikatakan perbedaan utama antara kepemimpinan
Kristen dengan kepemimpinan umum adalah pada tujuan dan nilai-nilai yang
terkandung (values).

Oleh karenanya, ketika membahas kepemimpinan kristen maka tentu saja bukan
bentuk organisasi keagaaman kristen yang dijadikan pokok pembahasan, melaikan
esensi dan prinsip-prinsip yang sesuai dengan pengajaran yang terdapat dalam Alkitab.
Disamping itu kepemimpinan Kristen memusatkan pada organism dan bukan
organisasi.

1
George Barna. Leaders on Leadership: Pandangan Para Pemimpin Tentang Kepemimpinan, 2nd ed. Terj.
Fabiola Hendrati (Malang: Gandum Mas, 2009),35
2
George Barna, A Fish Out of Water: 9 Strategi Untuk Memaksimalkan Potensi Kepemimpinan yang Tuhan
Berikan Kepada Anda, 2nd ed. Terj. Sri Wandaningsih (Jakarta: Immanuel, 2006), xii
Secara lebih rinci berikut perbedaan antara organisasi yang berada dibawah
kepemimpinan Kristen dengan kepimpinan umum.
 Pertama, dari segi naturnya. Organisasi Kristen seperti misalnya gereja pada
hakekatnya adalah sebuah organisme dan bukan organisasi. Ada tiga pihak yang
hadir disana: Kristus, warga jemaat, dan pemimpin. Karena hakekatnya sebagai
organisme maka setiap anggota harus memiliki relasi pribadi dengan Kristus
sebagai kepala, dan sewajarnya setiap anggota memiliki persekutuan satu
dengan lainnya

Dikatakan “pada hakekatnya” karena dalam bentuk formal dan juga secara
administrasi, sebuah organisasi Kristen juga sama dengan organisasi lain yang
memiliki badan hokum, susunan pengurus, anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga serta sarana dan prasarana pendukung lainnya. Namun dalam hal esensi
sebuah organisasi Kristen memiliki perbedaan dengan organisasi umum
sebagaiman dijelaskan diatas.

 Kedua, sasaran utamanya. Organisasi Kristen mengutamakan manusia lebih


daripada benda, kerja, atau hasil. Sebab itu tujuan utamanya adalah
kedewasaan dari tubuh dalam relasi dengan Tuhan dan antar sesama di
dalamnya. Sedangkan tujuan utama organisasi lain pada umumnya adalah untuk
melaksanakan tugas dan mencapai upaya produktif, sehingga bisa saja
mengabaikan kepentingan individu dalam organisasi sebab yang penting bisa
mencapai targetnya
Prinsip Dasar Kepemimpinan Kristen
Prinsip dasar utama dari kepemimpinan Kristen tidak bisa tidak yaitu Allah dan firman-
Nya. Dalam penjabarannya, dasar tersebut dapat dirinci untuk memberikan gambaran
yang lebih jelas.
1. Dipanggil dan Ditetapkan Allah. Seseorang bisa saja lahir dengan memiliki talenta
dalam bidang kepemimpinan. Tetapi tentu akan lebih efektif apabila kemudian
diperlengkapi dengan adanya kesempatan, pelatihan-pelatihan serta waktu yang cukup
agar memiliki pengalaman. Dalam kepemimpinan rohani, selain talenta dan
pembentukan, tidak dapat disangkal adanya faktor panggilan dan penetapan Allah.
Alkitab memberi beberapa contoh diantaranya Daud dan para murid Yesus. 1 Sam
16:12
2. Kepemimpinan berarti melayani. Para pemimpin kristen ialah mereka yang dengan
kesadaran dan kerelaan terpanggil untuk melayani Tuhan dan umat-Nya. Para
pemimpin Kristen menyadari bahwa memimpin dalam perspektif kekristenan adalah
sebuah pelayanan. Istilah yang banyak digunakan untuk menggambarkan hal ini ialah
“servant leadership”. Dengan dasar ini, maka kepemimpinan yang dijalankan tidak akan
membawa kepada peninggian diri tetapi sebaliknya kerendahan hati.
Yesus secara konsisten memberi teladan perihal kepemimpinan yang memiliki arti
melayani. Di dalam Alkitab dua kali Yesus menegaskan bahwa Ia datang untuk
melayani dan bukan dilayani (Mat 20:28 dan Mar 10:45). Pada perikop yang sama
dengan kedua ayat tadi, Yesus menegaskan bahwa para pemerintah (tentu juga dalam
konteks pemimpin) memimpin dengan tangan besi. Hal yang hingga hari ini dapat kita
temukan di beberapa tempat. Karena itu para pemimpin kristen harus menjaga agar
tidak terpengaruh oleh pola kepemimpinan dunia dengan menolak: kepemimpinan
tangan besi yang menjalankan kuasa dengan keras dan memiliki motivasi ingin
berkuasa dan menekan orang lain.
Yesus juga memberi peringatan yang jelas kepada pengikut-Nya dalam kaitan
pemimpin yang melayani dalam Luk 22:26. Ketika Yesus menyatakan seorang
“pemimpin sebagai pelayan”, kata yang digunakan adalah hēgoumenōn dari kata dasar
hēgeomai yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai “to go before”. Pesan
terpentingnya adalah seorang pemimpin harus melakukan terlebih dahulu apa yang
dikehendakinya untuk dilakukan para pengikutnya atau dengan kata lain memberi
teladan. Salah satu contoh kepemimpinan yang melayani yang dapat dilihat adalah
sebagaimana yang dilakukan oleh Rasul Paulus.
3. Pengelola dan bukan pemilik. Hal ini berarti seorang pemimpin selalu
mengingatkan dirinya bahwa ada Kristus yang menjadi pemilik dari semua
sumberdaya kepempimpinannya. Intisari dari bagian ini adalah bahwa setiap
pemimpin memahami bahwa ada kepercayaan besar yang dititipkan oleh “Yang
Empunya”, yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya dan suatu saat akan
mempertanggungjawabkan kepada pemilik. 1 Kor 4:1-2, Mat 25:31 dst
4. Kristus sebagai Pemimpin dan Dasar Kepemimpinan. Dalam Mat 23:10 ketika
Yesus mengajar pengikut-Nya perihal pemimpin dan kepemimpinan, ia mengatakan
“hanya satu pemimpinmu, yaitu Mesias”, Ia menggunakan kata Yunani kathēgētai
dari kata dasar kathēgētēs yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi
Master dan dalam bahasa Indonesia diartikan menjadi kata “tuan”.
Efek dari prinsip dasar menempatkan Kristus sebagai pemimpin tertinggi, maka
seorang pemimpin Kristen tidak akan memanfaatkan kepemimpinan yang
dijalankannya untuk meraih kemuliaan pribadi atau nama besarnya. Seorang
pemimpin Kristen mengerti bahwa hanya Nama Tuhan yang patut dan berhak
dimuliakan dan ditinggikan. Meskipun dalam praktiknya tidak jarang terjadi
menipulasi dimana nama Allah dipakai untuk “memuliakan nama manusia
khususnya si pemimpin”. Itulah sebabnya diprlukan kepekaan serta kerendahaan
hati bagi orang-orang yang menjalankan kepemimpinan kristen. Alkitab memberi
contoh yang baik mengenai hal ini dalam diri Yohanes Pembapis sebagaimana
dicatat dalam Yoh 3:30. Perlu ditegaskan bahwa pemimpin yang baik juga patut
mendapat penghormatan dalam batas yang wajar dari orang-orang yang
dipimpinnya.
Disamping itu kepemimpinan kristen mutlak menempatkan Yesus Kristus sebagai
dasar. Itulah sebabnya diperlukan penghayatan untuk terus menerus mempelajari
kepemimpinan Tuhan Yesus dalam terang kuasa Roh Kudus untuk selanjutnya
menempatkannya sebagai dasar dalam setiap kepemimpinan. 1 Kor 3:11

Ciri Kepemimpinan Kristen


Dalam kepemimpinannya selama di bumi Yesus Kristus dan para rasul meletakkan ciri-
ciri kepemimpinan yang dapat diuraikan menjadi:
1. Dimotivasi oleh kasih. Alkitab menyatakan Allah adalah kasih. Ini berarti
perbuatan Allah senantiasa dimotivasi oleh kasih-Nya kepada manusia.
Ketika berada di bumi, Yesus menunjukkan secara lebih jelas bentuk kasih
Allah kepada manusia. Kasih itu dinyatakan-Nya bahkan ketika Ia disalibkan
dan mati untuk manusia yang dikasihi-Nya. Dalam hal kepemimpinan Yesus
juga senantiasa memimpin dan bertindak dengan kasih. Hal tersebut terlihat
jelas dalam interaksinya dengan murid-murid-Nya.
Oleh sebab itu setiap pemimpin Kristen dalam menjalankan
kepemimpinannya akan terlihat ada motivasi kasih sebagai ciri yang penting
dan utama. Sebagia akibatnya, dalam menjalankan ya dan bukan
kepemimpinannya, seorang pemimpin Kristen akan mengekspresikan kasih
tersebut ketika berhubungan dan berinteraksi terhadap setiap anggota
kelompoknya. Demikian juga dalam setiap keputusan yang dibuatnya
termasuk ketika harus melakukan tindakan teguran atau hukuman atas
kesalahan yang dilakukan. Alkitab menggambarkan dengan sangat baik
ketika dikatakan “…. layanilah seorang akan yang lain oleh kasih”. Gal 5:13
2. Memberdayakan setiap anggota. Bukan rahasia bahwa kadang terjadi dalam
sebuah organisasi dimana anggota lebih berfunsi sebagai pendukung semata
untuk kepentingan pemimpin atau pemilik organisasi. Istilah lainnya adalah
diperdaya dan bukan diberdayakan. Dalam sebuah kepemimpinan Kristen
salah satu ciri yang mudah dilihat, setiap anggota berperan secara jelas dan
terhormat apapun jenis dan bagian tugas dan tanggungjawabnya. Mengenai
ciri ini Rasul Paulus menjelaskan dengan sangat baik dalam 1 Kor 12:12-27

3. Mengandalkan Allah dan bukan manusia. Pada prakteknya kadang sebuah


kepemimpinan Kristen juga masih berada dibawah pengendalian otoritas atau
hirarki yang lebih tinggi. Namun dalam segala bentuk dan tingkatan,
mengandalkan Allah akan mewarnai setiap kepemimpinan Kristen. Di dalam
Alkitab dapat ditemukan pernyataan-pernyataan Yesus yang menggambarkan
kebergantungan-Nya kepada Bapa di sorga (misalnya dalam Mat 11:27).
Demikianlah juga seorang pemimpin Kristen. Ia akan senantiasa bergantung
total kepada Allah dan bukan kepada manusia, entahkah itu dirinya sendiri
maupun orang lain. Ciri ini akan mudah dilihat oleh setiap anggota yang
terlibat dalam kepemimpinan seorang pemimpin Kristen. Dalam keseharian
seorang pemimpin bisa tergoda untuk begantung dan mengandalkan
manusia lain, khususnya kepada orang-orang yang memiliki kekayaan,
pangkat, atau pengaruh lainnya dan keputusan untuk memilih tetap
bergantung kepada Allah menjadi bukti sekaligus cirri bahwa yang dijalankan
adalah kepemimpinan Kristen.
Alkitab juga secara tegas mengatakan terkutuklah mereka yang
mengandalkan (dapat juga diartikan sebagai bergantung) kepada manusia
(Yer 17:5-8). Tentu pengertiannya bukan berarti seorang pemimpin Kristen
tidak membutuhkan sumberdaya lain seperti manusia dan dana namun yang
harus diingat tidak menjadikannya yang utama serta kebergantungan.
4. Rela berkorban. Dalam kepemimpinan Kristen, pengorbanan dalam bentuk
materi dan non materi kepentingan pribadi, tenaga, waktu, perasaan bahkan
harga diri mutlak ada sebagai ciri yang penting. Yesus memberi teladan
sempurna dengan mengorbankan segala-galanya bahkan hingga nyawa-Nya.
Fil 2:5-8.
Cacat besar yang terkadang terjadi dalam kepemimpinan sekuler berakar
pada arogansi yang membuatnya bertindak dominan berdasarkan rasa
superioritas. Yesus mengajarkan bahwa ciri khas dan kebesaran pemimpin
spiritual terletak bukan pada posisi dan kuasanya, melainkan pada
pengorbanannya. Hanya melalui melayani, seseorang menjadi besar (Mrk.
10:43-44). Pemimpin yang memberi keteladanan dan pengorbanan akan
memiliki wibawa spiritual untuk memimpin orang lain.
5. Mengutamakan Fungsi. Meskipun sulit untuk dimengerti dalam konteks
kepemimpinan umum, namun dalam kekristenan seorang pemimpin haruslah
mengutamakan fungsi dan bukan mengejar jabatan. Apabila hal ini dapat
terjadi maka cirri yang dapat dilihat ia akan dengan tekun, rajin mengerjakan
panggilan kepemimpinannya tanpa menghiraukan godaan jabatan. Lebih jauh
dapat dikatakan, seorang pemimpin Kristen akan berfokus pada tugas dan
bukan pamrih berupa imbalan (band dengan Luk. 17:10).

Etika – Moral Kepemimpinan Kristen


Definisi Etika
Etika dapat didefinsikan sebagai suatu pengetahuan yang masih terkait dengan suatu
usaha dalam menentukan dari berbagai perilaku yang di lakukan oleh seseorang
manusia untuk dapat dikategorikan baik atau buruk, atau dengan arti lain berupa aturan
atau pola dari tingkah laku yang di ciptakan dari akal manusia. Karena adanya etika
pergaulan di tengah masyarakat akan terlihat dari segi baik dan juga buruknya.
Sifat dari etika itu sendiri adalalah relatif yakni bisa saja berubah-ubah terhadap
kemajuan zaman. Etika juga dapat di artikan suatu Ilmu yang mempelajari dari kebaikan
dan keburukan dalam kehidupan manusia khususnya perbuatan manusia yang
terdorong atas kehendaknya serta di dasari oleh pikiran yang jernih dengan
pertimbangan sebuah perasaan manusia.
Etika adalah salah satu cabang dari filsafat. Jika di lihat secara sederhana merupakan
disiplin ilmu yang mempelajari tentang baik atau buruknya sikap atas tindakan seorang
manusia. Etika juga masih merupakan bagian dari ilmu filosofis yang sangat erat
kaitannya terhadap nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan, apakah itu benar
atau salah
Apabila diartikan menurut Bahasa, etika dalam bahasa yunani disebut áEthos, yakni
suatu kebiasaan atau perilaku/tingkah laku, kemudian menurut bahasa inggris “Ethis”
yang artinya berupa perilaku atau tingkah laku manusia yang baik. Serta tindakan yang
perlu di lakukan manusia sesuai dengan moral pada umumnya.
Sedangkan Etika jika diartikan secara luas adalah sebuah aplikasi dari proses dan juga
suatu teori filsafat moral terhadap kenyataan yang sebenarnya. Etika masih terkait pula
dengan berbagai prinsip dasar serta konsep yang menuntun manusia dalam hal berpikir
atau bertindak serta menekankan dari nilai-nilai seseorang.

Definisi Moral
Moral dapat di artikan suatu pengetahuan atau wawasan yang masih ada hubungannya
dengan budi pekerti manusia beradab. Dengan kata lain Moral adalah sebuah ajaran
yang baik serta buruknya perilaku seseorang. Sedangkan kata Moralisasi sendiri adalah
suatu uraian berupa pandangan dan ajaran mengenai perbuatan dan kelakuan yang
baik. Kemudian untuk Demoralisasi memiliki arti kerusakan moral.
Moral berasal dari kata “mores” dari bahasa latinnya, kemudian jika di artikan menjadi
“aturan kesusilaan” atau dengan kata lain merupakan suatu istilah yang umumnya di
gunakan dalam menentukan dari sebuah batas-batas terhadap sifat peran lain,
kehendak, pendapat serta batasan dari perbuatan yang mana secara layak di katakana
benar, salah, buruk ataupun baik.
Perbedaan antara Moral dan Etika.
Etika dan Moral memiliki arti yang mirip (cenderung sama) akan tetapi pengunaanya di
dalam kehidupan sehari-hari sedikit berbeda. Moral digunakan untuk perilaku/perbuatan
yang sedang di nilai. Sedangkan Etika di lakukan dengan menggunakan sistem nilai
yang ada. Jadi penggunaan kata Etika-Moral diartikan sebagai nilai atau standar
perilaku seseorang berdasarkan sebuah sistem yang disepakati untuk digunakan.
Dalam konteks kekristenan, Etika-Moral dijelaskan sebagai berikut:
 Dasar perilaku etika-moral kepemimpinan Kristen adalah pribadi Yesus Kristus,
termasuk: kehidupan, karya, ajaran dan perilaku-Nya, di mana seluruh kerangka
kepemimpinan Kristen dibangun di atas dasar ini (I Yohanes 2:6)
 Orientasi dan pendekatan etika-moral kepemimpinan Kristen bersifat partisipatif
yang berlaku dalam penerapan pada segala bidang hidup (Lukas 4:18-19)
 Dinamika etika-moral kepemimpinan Kristen terwujud oleh adanya transformasi
hidup yang dibuktikan dengan pertobatan/pembaharuan/pemulihan hidup dan
semangat kerja (individu/korporasi). Roma 12:1-2, 8, 9-21)
 Wujud etika-moral kepemimpinan Kristen haruslah nyata dalam tindakan dan
perkataan yang bertanggung jawab dan dapat menjadi raw model (Ibr 13:7-8,
17).

Tujuan Kepemimpinan Kristen


Tujuan utama dari dari kepemimpinan Kristen adalah mengubah seseorang dalam hal
ini dimulai dari anggota-anggota dari kelompok yang dipimpin. Jerry Wofford, seorang
professor di College of Business Administration di University of Texas, Arlington
sependapat bahwa Yesus member pelajaran sekaligus bukti mengenai hal ini. Dalam
bukunya Kepemimpinan Kristen yang Mengubahkan, Wofford memberikan beberapa
catatan sehubungan topik tersebut. Beberapa contoh diantaranya ketika Yesus
mengubah pandangan murid-murid-Nya mengenai nilai-nilai dalam kehidupan dari yang
fana kepada yang kekal. Hal lain ketika Yesus mengajarkan untuk menempatan hukum
kasih dan menjelaskan posisi hukum Taurat. Kedua hal diatas merupakan dua diantara
perubahan-perubahan yang dibawa Yesus. Meskipun membutuhkan waktu, pada
akhirnya murid-murid-Nya mengerti dan mengalami perubahan dalam menjalani
kehidupan pribadi dan pelayanan mereka.

Ruang Lingkup Tugas dan Tanggung Jawab Kepemimpinan Kristen


Sebagaimana kepemimpinan secara umum, dalam kekristen, ruang lingkup
kepemimpinan juga mencakup perencanaan, pengorganisiran, pelaksanaan dan
evaluasi dari organisasi yang dipimpin. Dengan menggunakan nilai-nilai sebagaimana
telah dijelaskan diatas (prinsip dasar, ciri, standar etika-moral serta tujuan utama),
sebuah kepemimpinan Kristen mulai menetapkan sasaran jangka pendek hingga
jangka panjangnya. Kemudian dilanjutkan dengan aturan-aturan, struktur organisasi
sesuai kebutuhan, penempatan personil sesuai kompetensi, mengorganisir kegiatan-
kegiatan dalam upaya mencapat tujuan dan sasaran-sasaran hingga melaukan evaluasi
serta perbaikan.
Karena manusia merupakan unsur terpenting dalam kepemimpinan Kristen, maka
perhatian yang lebih kepada faktor manusia menjadi suatu kemutlakan. Dari mulai
perekrutan, memperlengkapi, penugasan, evaluasi, pendelegasian hingga regenerasi
dari kepemimpinan Kristen itu sendiri. Alkitab memberi contoh-contoh aplikatif dari poin-
poin diatas, baik yang dilakukan langsung oleh Tuhan Yesus maupun para tokoh-tokoh
lainnya. Sebagai contoh ketika Yesus “merekrut” murid-murid sebagaimana dicatat
dalam Mat 4:18-22.
Selanjutnya Alkitab mencatat bagian ketika Yesus memperlengkapi murid-murid dengan
pengajaran sebagimana dapat dilihat dalam Injil Matius pasal 5-7. Setelah itu Yesus
mulai menugaskan murid-murid untuk melaksanakan tugas pelayanan mereka
sebagaimana dicatat dalam Mat 10:5-15. Evaluasi atas penugasan dan pencapaian
murid-murid dilakukan Yesus sebagaimana dicatta dalam Luk 10:17-20. Alkirnya Yesus
melakukan proses akhir dari sebuah kepemimpinan dengan mendelegasikan tanggung
jawab serta melakukan regenerasi dari diri-Nya kepada murid-murid sebagaimana
dapat dilihat dalam Mat 28:18-20. Dalam Kisah Para Rasul mulai pasal 1 dan
seterusnya, Alkitab menunjukkan bahwa regenerasi dari Yesus kepada murid-murid
telah terjadi dan mereka melanjutkan kepemimpinan-Nya dengan baik. Tujuan utama
yaitu mengabarkan Injil kepada banyak orang dalam “proyek” penyelamatan manusia
oleh Allah dijalankan oleh murid-murid.

Regenerasi dan Suksesi Kepemimpinan Kristen


Regenerasi dan suksesi adalah sebuah keniscayaan selama suatu organisasi masih
ada. Kisah regenerasi dari Yesus kepada murid-murid menjadi sebuah contoh yang
nyata. Regenerasi dan suksesi menempati suatu bagian penting bagi kelangsungan
organisasi dan membutuhkan perhatian yang cukup agar sebuah organisasi dapat terus
berjalan dan bahkan berkembang lebih pesat.

Definisi Regenerasi
Definisi Regenerasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
“Pembaruan semangat dan tata susila; penggantian sesuatu yang telah lama dan
pembentukan sesuatu yang baru; penggantian generasi tua kepada generasi muda;
atau peremajaan”.3

Definisi Suksesi
Definisi Suksesi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah penggantian
karena pewarisan atau proses penggantian kepemimpinan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku”.4 Sedangkan menurut Gary Yukl Suksesi adalah
penggantian dalam kepemimpinan5
Jadi suksesi disini diartikan sebagai bagian dari sebuah proyek panjang yang disebut
regenerasi. Regenerasi sendiri dimaknai lebih luas sebab mencakup dari mulai
persiapan awal yang dilakukan oleh seseorang dalam mempersiapkan penggantinya di

3
Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Arti Kata,” Di bawah “Settings” (http://artikata.com/arti-352318-
regenerasi.html, 16 April 2017)
4
Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Arti Kata,” Di bawah “Settings” http://artikata.com/arti-352318-
suksesi.html (Diakses 2 Februari 2012)
5
Gary Yukl, Kepemimpinan dalam Organisasi, 415
kemudian hari. Sedankan suksesi lebih kecil lingkupnya yaitu seputar proses
penggantian sebuah kepemimpinan.

Definisi Suksesi Kepemimpinan


Dalam tesis Suksesi Kepemimpinan Kristen, definisi Suksesi Kepemimpinan adalah
penggantian kepemimpinan yang diwariskan oleh seorang pemimpin kepada
penerusnya dengan mengingat bahwa kepercayaan untuk memimpin adalah sebuah
panggilan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang pelayan
untuk membawa umat Tuhan kepada perubahan yang lebih baik sampai akhirnya tiba
pada tujuan yang dikehendaki-Nya, yaitu memuliakan Kristus.

Tujuan Suksesi
Tujuan Suksesi dalam konteks kepemimpinan adalah untuk memastikan bahwa
“sebuah organisasi dapat memenuhi tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek”6

Gallup consulting dalam situsnya menulis bahwa tujuan dilakukannya suksesi


kepemimpinan adalah untuk “membentuk tim kepemimpinan yang efektif yang
memenuhi tujuan organisasi”7

Dari dua pengertian di atas jelas bahwa tujuan dilakukannya suksesi adalah untuk
mencapai tujuan organisasi. Dalam organisasi sebuah organisasi kristen, tujuan jangka
panjang dan jangka pendek biasanya dijabarkan dalam bentuk target-target, misi dan
juga visi.

Metode Pelaksanaan Suksesi


6
Myers Briggs, “Suksesi Kepemimpinan Mengidentifikasi potensi Anda, Hicow, di bawah “Setting,”
http://id.hicow.com/kepemimpinan/pusat-penilaian/myers-briggs-type-indicator-1754028.html
(diakses 15 Februari 2012)
740
Gallup Consulting, “Kepemimpinan dan Suksesi,” di bawah “Setting” http://www. gallup.
com/consulting/55/succession-management.aspx (diakses 15 Februari 2012)
Dalam konteks Alkitab, sebagian suksesi berdasarkan pemilihan (dipilih) dan ada juga
berdasarkan penetapan (ditetapkan). Sebagai contoh Yosua dipilih oleh Tuhan untuk
menggantikan Musa (Bil 27:16-20), sementara jabatan Imam Besar ditetapkan bagi
Harun dan keturunannya (Ul 10:6).

Model Suksesi dalam Alkitab


Dalam periode kepemimpinan Musa sampai dengan Yosua, Alkitab mencatat
setidaknya ada 3 model suksesi kepemimpinan sebagaimana kutipan berikut ini.
“Ada tiga model suksesi yang muncul pada masa Musa: Pertama, suksesi
kepemimpinan Musa. Tongkat kepemimpinan Musa diwariskan berdasarkan
pengabdian, kaderisasi dan tentu saja “pilihan TUHAN.”

Selama Musa menjadi pemimpin utama, ia tidak saja membimbing dan


mengarahkan umat, tetapi juga menyiapkan seorang kader penggantinya.
Seorang yang dipilihnya sejak masih muda, yaitu Yosua (Bilangan 11:28).
Yosua adalah kader pilihan TUHAN, bakat dan loyalitasnya sudah menonjol
sejak Musa memerintah. Tetapi, bakat dan loyalitas tentulah bukan modal
utama bagi seorang kader. Ia perlu juga dilengkapi dengan latihan dan
kesempatan. Karena itu, Musa mengutus Yosua menjadi bagian dalam tim
pengintai (Bilangan 14:6), bahkan menempatkan Yosua dalam barisan
penyerang (Keluaran 17:10).

Yosua menggantikan kepemimpinan Musa dengan warna kepemimpinan


yang sama. Ia sangat mendominasi dalam kepemimpinan, tetapi bukan
berarti dia sendirian. Ia dibantu oleh para imam, keturunan Harun, dan
terutama oleh Imam Eleazar, putra Harun (Yosua 14:1; 17:4; dst). Selain itu,
Yosua juga dibantu oleh tua-tua Israel yang menopang kepemimpinannya
(Yosua 8:10).

Kedua, suksesi kepemimpinan Harun dan para imam. Tongkat


kepemimpinan Harun juga diwariskan melalui pengkaderan dan loyalitas,
tetapi sifatnya adalah turun-temurun kepada anak-anaknya dan kemudian
keturunan-keturunannya. Hanya keturunan Harunlah yang berhak menjadi
imam, sementara keturunan-keturunan Lewi lainnya menjadi pembantu
para imam.

Ketiga, suksesi kepemimpinan tua-tua Israel dan para hakim. Tongkat


kepemimpinan tua-tua Israel ditentukan berdasarkan wibawa dan pengaruh
mereka atas umat. Mereka adalah orang-orang yang terpilih dari masing-
masing suku dan diakui secara de facto maupun de jure oleh kaumnya.
Sementara para hakim dipilih berdasarkan kemampuan mereka dalam
mengadili. Demikianlah sistim teokrasi dipelihara pada zaman Musa hingga
zaman Yosua.”8

Suksesi Kepemimpinan Kristen seharusnya dilakukan dengan persiapan yang matang


serta terutama menggunakan Alkitab sebagai dasar dalam melaksanakannya. Bilangan
27:12-23 merupakan salah satu bagian Alkitab yang memberi petunjuk tentang
melaksanakan Suksesi Kepemimpinan yang dikehendaki Allah. Yosua telah
dipersiapkan Allah dalam jangka waktu yang panjang sebelum pada akhirnya dipilih
untuk menggantikan Musa. Melalui Musa, Allah telah memproses Yosua untuk melalui
tahapan-tahapan “pelatihan” dan juga pengujian yang pada akhirnya membuktikan
bahwa Yosua memenuhi syarat menjadi pemimpin bangsa Israel menggantikan Musa.
Pembuktian yang dimaksud mencakup kesetiaan, integritas, iman serta ketrampilan
Yosua dalam penugasan-penugasan yang dipercayakan kepadanya sebelum ia
memimpin bangsa Israel sepenuhnya.

Beberapa definisi pemimpin berdasarkan Alkitab


Setelah meletakan dasar pemahaman mengenai kepemimpinan Kristen maka bagian
berikutnya akan dibahas mengenai pribadi dari seorang pemimpin Kristen. Dibawah ini
beberapa penjelasan atau definisi kata “pemimpin” yang digunakan dalam Alkitab, yang
8
Yosi Rorimpandei, “Teokrasi”, di bawah “Settings,” http://www.perisai.net/ ensiklopedi /
12_teokrasi/#axzz1mFqg7c9I (diakses 15 Februari 2012)
menggambarkan perbedaan makna. Hal ini penting agar setiap pembelajar dapat
menempatkan masing-masing kata pemimpin sesuai teks dan konteks yang
dimaksudkan. Definisi ini diambil dari Injil yang merupakan ucapan yang disampaikan
langsung oleh Yesus Kristus.
 Dalam Lukas 18:18 teks “pemimpin” menggunakan kata Yunani archōn yg
diterjemahkan ke bahasa Inggris menjadi a ruler, commander, chief, leader dan
bahasa Indonesia diartikan pengatur, komandan, kepala, pemimpin. Part of
Speech: noun masculine
 Dalam Mat 23:10 teks “pemimpin” menggunakan kata Yunani kathēgētai dari
kata dasar kathēgētēs yang diterjemahkan ke bahasa Inggris menjadi Master
dan dalam bahasa Indonesia diartikan “tuan”
 Dalam Luk 22:26 teks “pemimpin” menggunakan kata Yunani hēgoumenōn dari
kata dasar hēgeomai yg diterjemahkan ke bahasa Inggris sebagai “to go before”
dan dalam bahasa Indonesia sebagai “pergi sebelum”. Pesan terpentingnya
disini adalah melakukan terlebih dahulu (memberi teladan)
Persyaratan Pemimpin Kristen
Berdasarkan beberapa bagian Alkitab, khususnya 1 Tim 3:1-13 dan 1 Tim 4:16, Tit 1:5-
9, kita dapat melihat persyaratan yang jelas sebagaimana disampaikan oleh Rasul
Paulus kepada orang-orang yang ditunjuknya untuk memimpin yaitu Timotius dan Titus
 Fundamental (tak bercacat). Kata Yunani yg dipakai anepilēmpton yg berarti
blameless
 Tingkah laku yang teramati (suami dari satu istri, dapat menahan diri, bijaksana,
sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, bukan peminum,
bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang, seorang
kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya)
 Karakter (integritas, kasih, berpendirian teguh, rendah hati alias tidak sombong,
murah hati, setia)
Kriteria di atas menunjukkan bahwa persyaratan seorang pemimpin rohani sangat ketat
dan menuntut kedewasaan jiwani, rohani dan sosial.

Karakter Pemimpin Kristen


Salah satu faktor utama yang menentukan keberhasilan atau kegagalan seorang
pemimpin adalah karakter. Alkitab memberi contoh pemimpin berkarakter baik maupun
karakter yang buruk yang berakibat pada hasil kepemimpinannya. Misalnya antara Saul
dan Daud.

Definisi dan Makna Karakter


Kata “karakter” berasal dari bahasa Latin “kharakter”, “kharessein”, “kharax” sedangkan
dalam bahasa Inggris disebut “character” dan dalam bahasa Indonesia “karakter” yang
artinya membuat tajam.
Sementara menurut psikologi karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan
yang mengarahkan pada suatu tindakan seorang individu. Karena itu, jika pengetahuan
mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula
bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu.
Karakter atau pribadi atau oknum adalah suatu istilah yang menunjuk pada sesuatu
yang hidup, yang diciptakan Allah menurut gambar dan rupa Allah. Ini adalah hal yang
sangat penting untuk diketahui dalam kepemimpinan Kristen karena manusia adalah
pribadi yang diciptakan Allah, yang mempunyai keunikan khusus yang tidak ada duanya
di muka bumi ini. Saya adalah saya, di mana tidak ada orang yang bisa
menyamakannya. Jadi, karakter atau kepribadian kita masing-masing adalah unik, tidak
dapat terulang, tidak dapat ditiru orang lain. Inilah yang berharga yang manusia miliki.
Namun tidak berarti seorang pemimpin Kristen boleh tidak meiliki karakter yang baik.
Sebaliknya setiap pemimpin Kristen haruslah memiliki karakter utama sebagaimana
diajarkan oleh Alkitab, dimana dalam ekspresinya memiliki model yang unik.

Itu sebabnya ketika berbicara tentang pengembangan karakter pemimpin agar bisa
menjadi teladan, maka bukan berarti menciptakan keseragaman, melainkan
pengembangan yang mengikuti model dan teladan dari Allah di dalam pribadi Yesus
Kristus. Setiap pemimpin Kristen memiliki keunikan khusus sebagai pribadi di mata
Tuhan. Oleh karenanya setiap pemimpin perlu mengembangkan karakter sesuai
dengan apa yang Tuhan sudah beri dalam kehidupan setiap orang.
Berikut beberapa ringkasan penting terkait karakter
 Karakter adalah kumpulan sifat. Kebiasaan yang terus menerus dilakukan
membentuk sifat. Perilaku yang terus menerus dilakukan membentuk kebiasaan
 Karakter itu bersifat unik. Artinya setiap orang memiliki karakter yang berbeda
baik dalam jenis maupun tingkatannya
 Karakter membentuk pribadi seseorang (Ketika Allah menjawab “Aku adalah
Aku”, sebagaimana dicatat dalam Kel 3:14, Allah tidak sedang berbicara tentang
nama tetapi tentang karakter-Nya)

Karakter yang utama bagi seorang pemimpin Kristen


 Integritas. Dalam sebuah survey, lebih dari 70% pemimpin memilih integritas
sebagai karakter yg terpenting dari seorang pemimpin Kristen. Kej 6:9
menggunakan kata Ibrani tâmıı ym yang diterjemahkan ke dlm bahasa Inggis
sebagai integrity dan dalam bahasa Indonesia menjadi kata integritas. Kata
integritas dapat diartikan sebagai keadaan yang sempurna, tanpa cela, tanpa
salah, satu antara kata dan perbuatan. Orang yang memiliki integritas tidak
meniru orang lain, tidak berpura-pura, tidak ada yang disembunyikan dan tidak
ada yang ditakuti. Hidup sesuai yang diajarkan. Mat 5:37, Fil 3:17, 1 Tim 4:16
 Jujur. Kejujuran merupakan asset beharga sekaligus karakter yang langka.
Kejujuran merupakan suatu yang luas. Alkitab berkali mengingatkan pentingnya
seorang (apalagi pemimpin) untuk memiliki kejujuran. Alkitab bersaksi Yesus
memiliki kejujuran sebagai salah satu karakter-Nya. Mar 12:14. Salah satu
ukuran kejujuran yang terpenting adalah dalam hal uang. Yesus menyinggung
hal ini dalam Luk 16:11
 Bertanggung Jawab
Tanggung jawab adalah sikap dan tindakan seseorang untuk melakukan tugas
dan kewajiban yang seharusnya dia lakukan, baik terhadap diri sendiri,
lingkungan dan orang lain. Paulus memberi sebuah peringatan dalam hal
tanggung jawab pemberitaan Injil sebagaimana ditulis dalam 2 Tim 4:2.

Kepribadian Pemimpin Kristen


Disamping karakter, pemimpin Kristen sangat diharapkan (bahkan seharusnya wajib)
mengembangkan kepribadian sebagaimana banyak tertulis dalam Alkitab. Tidak dapat
dipungkiri bahwa semua pemimpin memiliki lmasa lalu yang kurang baik akivat jatuh
dalam dosa. Namun hal itu bukanlah alasan untuk tidak memiliki dan mengembangkan
kepribadian yang baik. Sebaliknya setiap pemimp wajib mengembangkan kepribadian
yang baik sebagai bagian dari buah pertobatannya.

Berikut kepribadian yang perlu dikembangkan para pemimpin Kristen:


- Mengejar dan menjaga kekudusan / kesucian. Kesucian memberikan wibawa
rohani dan urapan Allah kepada seorang pemimpin. Namun kesucian bukan
berarti kita tidak pernah gagal atau salah, tapi sikap dimana kita senantiasa rela
diperbaiki dan cepat menyelesaikan kegagalan, dosa dan kesalahan. Makin
tinggi kerohanian seseorang, makin mudah ia mengaku dosa dan
membereskannya. Orang yang mudah mengaku dosa, mudah menerima
pengampunan.

- Pendirian yang teguh. Pemimpin harus memiliki landasan rohani yang kokoh,
tidak berkompromi dalam mengambil keputusan karena mendengar pendapat
orang atau membaca buku saja. Pemimpin juga harus tegas, artinya konsekwen
dengan apa yang sudah digariskan. Tegas berarti berani mengoreksi anak buah
yang salah, namun dengan kasih (Ams. 28:23).

- Disiplin termasuk dalam hal kerohanian. Sifat ini sangat penting karena tanpa
disiplin maka karuniakarunia yang lain, betapa pun besarnya, tidak akan
berkembang dengan sepenuhnya. Seorang pemimpin dapat memimpin orang
lain, karena ia telah mengalahkan dirinya sendiri. Seorang pemimpin adalah
orang yang pertama-tama telah menyerahkan dengan sukarela dan belajar untuk
mentaati disiplin yang berasal dari luar dirinya, tetapi yang kemudian
menaklukkan dirinya sendiri pada disiplin yang lebih keras dari dalam. Mereka
yang memberontak terhadap penguasa dan meremehkan disiplin pribadi, jarang
yang cakap menjadi pemimpin pada tingkat atas. Orang yang berkaliber
pemimpin akan bekerja sementara orang lain membuangbuang waktu, belajar
pada waktu orang lain tidur, dan berdoa pada waktu orang lain bermain.

- Keberanian. Keberanian adalah sifat pikiran yang memungkinkan orang untuk


menghadapi bahaya atau kesukaran dengan keteguhan, tanpa rasa takut atau
kecil hati. Martin Luther memiliki sifat yang penting ini dalam ukuran yang luar
biasa. Dia berkata, “Saya tidak merasa takut sedikitpun; Allah dapat membuat
orang begitu berani. Tingkat keberanian yang paling tinggi dapat dilihat dalam
pribadi yang paling penakut, tetapi yang tidak mau menyerah kepada ketakutan.”
Keberanian seorang pemimpin dinyatakan dalam hal ia rela menghadapi
kenyataan yang tidak enak dengan ketenangan hati yang teguh.

- Kerendahan hati. Menurut ukuran Allah, kerendahan hati mendapat tempat yang
sangat tinggi. Tidak menonjolkan diri, tidak mengiklankan diri, adalah definisi
yang diberikan Kristus untuk kepemimpinan. Seorang pemimpin rohani akan
memilih pelayanan yang penuh pengorbanan yang tidak digembar-gemborkan,
bukan tugas yang megah dan pujian yang berlebihan dari orang-orang yang
tidak rohani. Rendah hati beda dengan rendah diri/minder, tapi terbuka untuk
menerima kritik dan memperbaiki kekurangan diri. Contoh: Paulus merendahkan
hati agar tujuan Injil tercapai ( I Kor 9:22-23).
- Rajin dan Pekerja Keras. Tak ada hal besar yang bisa dicapai bila pemimpin
malas dan tidak mau bekerja keras. Kerajinan, kerja keras disertai keuletan,
itulah yang membuat kepemimpinan seseorang menjadi efektif. Pemimpin
dituntut bekerja lebih daripada orang yang dipimpinnya. Terutama bekerja
dengan pikiran, strategi, pengertian dan kasih. Keberhasilan tidak diraih dalam
sekejap. Mereka bekerja keras di malam yang gelap ketika orang lain tertidur
lelap. Untuk itu dibutuhkan disiplin diri yang teguh. Seorang pemimpin dapat
memimpin orang lain karena ia telah mengalahkan dirinya sendiri.

- Rela berkorban. Pemimpin yang tidak rela berkorban (termasuk mengorbankan


harta milik) tidak akan berhasil. Perhatikan teladan Yesus yang bahkan rela
mengorbankan hidup-Nya bagi umat manusia. Pemimpin rohani juga harus
sungguh-sungguh berjuang dan bergumul dalam pelayanan. Kemajuan
pekerjaan Tuhan seringkali menuntut kerelaan menderita dari si pengerjanya.
Lihat: Mazmur 126:5-6.

- Kesabaran. Kesabaran adalah keteguhan hati untuk tahan menderita demi


kemenangan, menerima dengan gagah dan berani segala sesuatu yang dapat
menimpa kita di dalam hidup ini, dan mengubah keadaan yang paling buruk
sekalipun menjadi satu langkah ke arah yang lebih tinggi. Kesabaran adalah
kesanggupan yang memungkinkan orang melampaui keadaan krisis dengan
tabah, dan dengan gembira selalu menyambut yang tidak terlihat.

- Perhatian yang tulus. Pemimpin harus peduli kepada pengikutnya, seperti ibu
yang mengasuh dan merawat anaknya, dan seperti bapa yang menasehati dan
menguatkan hati anaknya (I Tes. 2:7-8, 11). Orang tidak peduli berapa banyak
yang anda tahu, sampai orang tahu berapa banyak anda peduli. Seorang
pemimpin sejati sanggup memperkaya kehidupan orang yang dipimpinnya. Ia
senang melihat mereka maju dan tidak menganggapnya sebagai saingan. Ini
terjadi karena ia memiliki “hati Bapa”.

Peran Pemimpin Kristen


Dalam Perjanjian Baru dapat ditemukan contoh sebuah proses pembinaan dari seorang
pemimpin kepada pemimpin yang lebih muda yaitu ketika Paulus mengajarkan kepada
Timotius dan Titus perihal peran yang penting untuk dijalankan sebagai pemimpin.
Berdasarkan ayat-ayat dalam 1 Tim 4: 12 dan Tit 2:7 Paulus meminta kedua pemimpin
muda tersebut untuk menjalankan peran dengan memberi teladan (memberi contoh
kepada orang-orang yang dipimpin) dalam hal:
 Kesungguhan
 Ketekunan (termasuk didalamnya rajin)
 Kejujuran
 Tanggung jawab
 Respon yang positif
 Disiplin
 Berkorban

Kualitas Pemimpin Kristen


Kualitas adalah sesuatu yang muncul atau dimiliki secara instan ataupun langsung
melainkan melalui upaya dan latihan. Alkitab menyatakan orang-orang yang dilatih Allah
pada akhirnya memiliki kualitas yang diperlukan termasuk dalam kepemimpinan
mereka. Berikut kualitas yang diperlukan bagi seorang pemimpin Kristen
 Berwawasan luas (Kis 17:16-34)
 Memiliki Visi (Amsal 29:18)
 Cakap / Terampil (2 Tim 2:2)
 Dapat berkomunikasi dengan baik (2 Tim 2:2)
 Mampu mengambil/membuat dan melaksanakan keputusan (Kis Para Rasul 20
dst)
 Adaptif (1 Kor 9:19-23)

Referensi:
- Kepemimpinan yang dinamis oleh Yakob Tomatala
- Kepemimpinan Kristen yang mengubahkan oleh Jerry Wofford
- 100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia oleh Michael Hart
- Suksesi Kepemimpinan Kristen oleh Yohanes Parapat
- Kepemimpinan dalam Organisasi oleh Gary Yukl
- Myers Briggs, “Suksesi Kepemimpinan Mengidentifikasi potensi Anda, Hicow, di
bawah “Setting,” http://id.hicow.com/kepemimpinan/pusat-penilaian/myers-
briggs-type-indicator-1754028.html (diakses 15 Februari 2012)

- Gallup Consulting, “Kepemimpinan dan Suksesi,” di bawah “Setting” http://www.


gallup. com/consulting/55/succession-management.aspx (diakses 15 Februari
2012)
- Kepemimpinan Kristen yang berhasil – Charles Swindol
- Leaders on Leadership – George Barna
- The Perfect Leader – Kenneth Boa
- Pemimpin yang memimpin – Eka Dharmaputera
- Yosi Rorimpandei, “Teokrasi”, di bawah “Settings,” http://www.perisai.net/
ensiklopedi /12_teokrasi/#axzz1mFqg7c9I (diakses 15 Februari 2012)

Anda mungkin juga menyukai