Anda di halaman 1dari 32

Kepemimpinan Yesus: Model Servant Leadership

Submitted by dianpra on Tue, 30/10/2007 - 08:51 Share 10 Oleh: DR. Sonny Eli Zaluchu, MA

Mitos kepemimpinan yang paling berbahaya adalah bahwa seorang pemimpin tercipta saat dilahirkan bahwa ada faktor genetik pada kepemimpinan. Mitos itu juga menegaskan bahwa manusia memiliki atau tidak memiliki sifat karismatik tertentu. Itu semua adalah omong kosong; nyatanya, yang benar adalah kebalikannya. Para pemimpin dibentuk dan bukan dilahirkan (Warren G. Bennis)

Pendahuluan Banyak orang salah mengerti tentang kepemimpinan. Mereka beranggapan bahwa kepemimpinan melekat di dalam kekuasaan, posisi atau jabatan. Anggapan klasik tentang kepemimpinan adalah seseorang yang memiliki posisi tertentu atau jabatan tertentu di dalam sebuah organisasi. Melalui posisi, kedudukan dan kekuasaan yang dimilikinya, orang menjadi takut dan segan.

Saya pernah memiliki paham seperti itu waktu menjadi guru di sebuah SMU di Kota Semarang . Membuat murid-murid takut dan tunduk pada saya, merupakan kehormatan yang layak saya terima sebagai seorang pemimpin di tengah-tengah mereka. Saya beranggapan bahwa posisi (sebagai seorang guru) memang telah menentukan kedudukan saya sebagai seorang pemimpin. Ternyata semua itu tidak betul. Pemimpin tidaklah lahir dari kedudukan atau posisi. Bahkan lebih dari itu, pemimpin tidak dilahirkan tetapi dibentuk.

Banyak orang yang menjadi pimpinan di sebuah organisasi telah salah kaprah bertahun-tahun menganggap dirinya (lahir) sebagai seorang pemimpin. Yang disebut pemimpin bukanlah pimpinan. Kepemimpinan,

seperti disebutkan oleh John Maxwell dalam bukunya Developing Leader within You, adalah pengaruh. Dengan demikian, pemimpin adalah seseorang yang memiliki pengaruh kepada orang lain. Semakin luas pengaruhnya maka semakin besar lingkup kepemimpinannya. Pengaruh apa? Pengaruh untuk bergerak mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan bersama.

Ken Blanchard menulis di dalam bukunya Lead Like Jesus seperti ini, Leadership is process of influence. Anytime you seek to influence the thinking, behavior, or development of people toward accomplishing a goal in their personal or professional lives, you are taking on the role of a leader. Artinya kurang lebih seperti ini. Kepemimpinan adalah sebuah proses mempengaruhi. Setiap kali seseorang berusaha mempengaruhi cara berpikir, perilaku atau perkembangan orang lain untuk mencapai tujuan hidupnya, seseorang itu sedang menjalankan perannya sebagai pemimpin.

Memimpin Seperti Yesus Para pakar kepemimpinan kini banyak menggunakan Yesus dan ajaran-Nya sebagai sebuah model kepemimpinan. Di antara sekian banyak teori kepemimpinan yang berkembang akhir-akhir ini, Injil kembali menjadi bahan pengajaran kepemimpinan dengan menempatkan Yesus sebagai modelnya. Yesus adalah seorang pemimpin bahkan pemimpin yang besar. Ajaran Yesus di dalam Injil adalah sebuah pembelajaran tentang kepemimpinan sejati yang dikenal dengan kepemimpinan yang melayani (Servant Leadership), yang hingga kini masih sangat relevan sebagai sumber inspirasi bagi kepemimpinan Kristen dimanapun dikembangkan dan dipraktekkan. Mengapa Yesus?

Di dalam tiga setengah tahun pelayanan-Nya di bumi, Yesus memimpin 12 orang murid yang akhirnya menjadi ujung dari ujung tombak pemberiaan Injil ke seluruh dunia. Dari orang-orang Galilea, kasar dan tak berpendidikan, Yesus mencetak 12 Rasul yang penuh dedikasi, berkarakter seperti diri-Nya dan berhasil meneruskan apa yang menjadi keinginan-Nya. Yesus membentuk mereka menjadi seorang pemimpin melalui pengajaran dan gaya hidup, dimana mereka bergaul langsung dengan-Nya dari hari ke hari dan mendengar langsung pengajaran-Nya di setiap waktu. Kekristenan yang kita dalami hari-hari ini tidak pernah dapat dilepaskan dari peranan para rasul yang berhasil di dalam menjalankan tugasnya. Dalam hal ini, Yesus membuktikan satu hal, pemimpin dibentuk dan bukan dilahirkan. Apa saja yang Yesus ajarkan kepada para murid-Nya?

Dalam model Yesus, seorang pemimpin adalah seorang yang mengubahkan. Pemimpin membawa pengaruh untuk menghasilkan perubahan di dalam diri orang lain. Dalam konteks pendidikan, gereja, lembaga pemerintahan, dapat ditarik paralelnya. Seseorang yang menduduki posisi puncak barulah disebut sebagai pemimpin jika kehadirannya membawa perubahan positif bagi orangorang disekitarnya. Perubahan nilai di dalam diri orang-orang (yang terkena pengaruh tersebut) akan membentuk sebuah sistem nilai yang juga baru di lingkungan dimana orang-orang itu berada. Fokus utamanya adalah pembentukan nilai-nilai di dalam diri orang lain, sehingga terbentuk sebuah karakter dan kebiasaan (habits) yang bagus dan luar biasa, yang mencerminkan Kristus.

Mengajar Perubahan Yesus mengajar kepada para murid-Nya untuk menjadi agen perubahan. Di dalam Matius 9:16-17 dikatakan Tidak seorangpun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya. Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itupun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya

Perubahan berarti lahirnya sesuatu yang baru dan benar-benar baru. Melalui keberadaan kita di komunitas, kita dituntut membawa dan melahirkan perubahan. Bukan justru menunda terjadinya perubahan dengan alasan tradisi. Perubahan adalah proses untuk maju. Orang yang tidak mau berubah sesungguhnya tidak punya dunia baru. Dirinya tidak ubahnya seperti kantong anggur lama yang siap sobek karena diisi dengan anggur baru.

Ada tiga tipe orang di dalam menyikapi perubahan. Tipe pertama adalah tipe orang yang anti perubahan. Golongan ini tidak mau terjadi perubahan dan mempertahankan status quo. Dalam dunia pelayanan Yesus, mereka adalah kaum Farisi. Kelompok agama ini takut sekali dengan dinamika perubahan yang terjadi saat Yesus mulai terlihat di mengajar dimana-mana. Kelompok anti perubahan adalah kelompok yang tidak mau perubahan terjadi karena hal itu akan sangat merugikan kepentingan mereka sendiri. Kalaupun perubahan terjadi, mereka cuma akan mengkritisi perubahan tersebut dan

menonton-nya dari jauh. Tipe kedua adalah tipe yang mengikuti perubahan. Dalam kelompok ini, ketika perubahan terjadi, orang-orang akan menerjunkan diri didalamnya dan mengikuti arus perubahan tersebut, melakukan penyesuaian-penyesuaian dan turut berubah. Tetapi bukan kedua golongan tersebut yang Yesus maksudkan. Dia justru menghendaki (tipe ketiga) kita sebagai agen perubahan; orang-orang yang menciptakan perubahan dimanapun mereka berada. Tentu saja perubahan dimaksud adalah perubahan positif.

Konteks perubahan yang Yesus maksudkan adalah perubahan transformatif. Prosesnya seperti urut-urutan biologis perubahan kepompong menjadi kupukupu yang indah.

Kepemimpinan yang Melayani Selain berbicara tentang perubahan, Yesus mengajar sebuah hal penting yang tidak pernah ada di dalam teori kepemimpinan kontemporer, yakni kepemimpinan yang melayani (servant leadership). Kalaupun akhir-akhir ini banyak teori kepemimpinan yang melayani telah dikembangkan dimanamana, sebetulnya, ide tersebut digali dari pengajaran Yesus tentang kepemimpinan yang melayani.

Jika dicermati, melayani adalah sebuah unsur yang sangat mewarnai kepemimpinan Yesus. Dalam bukunya Chief Executive Officer, Laurie Beth Jones mengatakan, Dia melayani orang-orang-Nya. Bahkan dapat dikatakan bahwa melayani adalah jiwa dari kepemimpinan rohani yang Yesus ajarkan kepada anak-anak-Nya. Charles R. Swindoll, dalam bukunya Improving Your Serve: The Art of Unselfish Living, menulis sebagai berikut. Ia datang untuk melayani dan memberi. Oleh karena itu tidak berlebihan kalau kita katakan bahwa Tuhan juga menghendaki hal yang sama dalam diri kita. Setelah kita ditebus menjadi anak-Nya melalui iman kita kepada Kristus, Tuhan ingin membentuk kita agar memiliki karakter yang telah menjadikan Kristus berbeda dari orang-orang lain pada zaman-Nya. Tuhan berkehendak untuk mengembangkan sikap melayani dan memberi dalam diri setiap anak-Nya, sama seperti yang dimiliki oleh Kristus.

Konsep utama Yesus tentang kepemimpinan yang melayani, terlihat di dalam kalimatnya berikut ini. "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsabangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar

menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. (Matius 20:25).

Melalui perkataan-Nya itu Yesus ingin membuat perbandingan bahwa kepemimpinan dengan gaya dunia memiliki ciri-ciri otokratis; lebih banyak memerintah daripada melayani pengikut; lebih banyak menempatkan pimpinan sebagai bos daripada pemimpin. Yesus mengajarkan bahwa seorang pemimpin justru harus menjauhi hal-hal berbau otokratis. Gaya otokratis bertolak belakang dengan yang Yesus kehendaki dan tampilkan, yakni kasih dan pengampunan.

Pemimpin yang otokratis tidak mau merendahkan dirinya di hadapan pengikutnya, terlebih tidak mau melayani pengikutnya. Ia bahkan tidak memiliki kasih. Sebaliknya, bagi Yesus, pemimpin adalah pelayan bagi pengikut. Bukan penguasa. Kepemimpinan ada bukan untuk memerintah tetapi untuk melayani. Hal tersebut sangat jelas di dalam kalimatnya yang sangat terkenal, Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. (Markus 10:43-44)

Di dalam nats tersebut jelas terlihat ajaran Yesus bahwa langkah pertama untuk belajar memimpin, adalah belajar mengikuti dengan cara memposisikan diri sebagai hamba. Hamba selalu mengikuti apa yang dikatakan tuannya.

Pada waktu Yesus menyampaikan kalimat-Nya tersebut Ia ingin mengakhiri kontroversi di kalangan murid-murid-Nya sendiri tentang siapa yang terbesar di antara mereka. Semua murid-murid itu adalah pemimpin yang sedang dipersiapkan dan kematangan mereka sebagai seorang pemimpin ditentukan oleh masa-masa latihan bersama Yesus. Persoalannya adalah murid-murid dikacaukan oleh pemahaman yang salah tentang kepemimpinan. Mereka lebih cenderung memahami kepemimpinan sebagaimana pemerintahpemerintah bertangan besi, dan keras terhadap rakyatnya sehingga mereka ingin menirunya.

Kepemimpinan dunia yang diktator bukanlah satu-satunya jalan untuk membuat orang lain tunduk dan taat kepada pemimpinnya. Lagipula, di

dalam kerajaan Allah, bukan model kepemimpinan seperti itu yang Yesus ajarkan. Menjadi yang pertama bukan berarti menguasai yang lain di posisi yang lebih tinggi. Bukan pula menjadi seorang yang mengontrol, mengeksploitasi atau mendominasi orang lain. Pada waktu Yesus berkata, Jikalau kamu ingin menjadi yang pertama, maksud-Nya menunjuk pada kepemimpinan yang artinya pertama di dalam barisan atau kumpulan. Dengan demikian dapat dimengerti bahwa keutamaan dalam kepemimpinan bukanlah dibangun di atas dasar kekuasaan.

Salah seorang pakar manajemen, Robert Greenleaf, mengembangkan konsep yang pertama ke dalam dunia sekular. Pada tahun 1970 Greenleaf menulis sebuah buku manajemen berjudul The Servant as Leader (pelayan sebagai pemimpin). Ide pokoknya adalah, seorang pemimpin besar mula-mula harus melayani orang lain, dan bahwa kenyataan yang sederhana ini merupakan inti dari kebesarannya sebagai seorang pemimpin. Siapapun pasti mau menjadi yang pertama. Itu merupakan keinginan pribadi para murid, bahkan juga keinginan kita semua. Persoalannya adalah apakah kita mau menjadi seorang hamba atau pelayan?

Penutup Memimpin seperti Yesus (lead like Jesus) bukanlah perkara yang mudah tetapi sekaligus juga bukan sesuatu yang sulit untuk dilakukan. Modalnya cuma satu yakni hati. Yesus mengajarkan kepemimpinan hamba dan melayani, pada intinya, terpusat pada apa yang ada di dalam hati seorang pemimpin. Hati akan menentukan apa yang terlihat keluar.

Pemimpin dengan hati drakula cuma hadir untuk menjajah orang lain, memanfaatkan sistem corrupt untuk kepentingannya sendiri dan tidak memiliki integritas untuk memperjuangkan kebenaran. Tipikal pemimpin model ini sekarang telah direpresentasikan dimana-mana, di lingkungan birokrat, politikus, pelayan masyarakat bahkan di dalam gereja. Mereka menganggap dirinya sebagai pemimpin. Padahal, mereka adalah hamba ambisi, hamba upahan dan hamba kekuasaan. Gereja dan kalangan pemerintahan khususnya, sudah mengalami krisis di dalam hal kepemimpinan yang melayani. Orang-orang itu tidak melayani karena mereka harus melayani sebagai sebuah tanggung jawab. Mereka melayani karena beban pekerjaan, upah atau motivasi lainnya.

Pemimpin dengan hati Yesus tidak hadir dengan kekuasaan. Dia hadir dengan fungsi di dalam dirinya dan fungsi ini mengarah pada tindakan untuk menghormati, melayani dan membuat sesuatu terjadi di dalam diri orang lain. Tipikal pemimpin seperti inilah yang menjadi ideal kita bersama dan tentu saja harus kita perjuangkan. Sudah bukan zamannya lagi pemimpin menjadi bos bagi anak buahnya. Pemimpin yang punya hati sebagai hamba justru seorang pemimpin yang besar. Tangan Tuhan yang kuat akan mempromosikannya. Coba buktikan.

Sumber: http://glorianet.org/kolom/kolo_304.html

Kategori: Kepemimpinan Kristen ------------------------Kepemimpinan Kristen Versus Kepemimpinan Sekuler

Oleh: Pdt. Ruslan Christian

Pengertian tentang arti dan hakekat kepemimpinan sangat penting bagi seorang pemimpin. Sebab sadar atau tidak sadar, sengaja atau tidak sengaja, kepemimpinan yang dipraktikkan seorang pemimpin akan diwarnai oleh pemahaman internalnya tentang arti kepemimpinan itu sendiri. Demikian pula seorang pemimpin Kristen, pola kepemimpinannya akan ditentukan oleh pemahaman dan penghayatannya tentang arti kepemimpinan itu sendiri. Jika makna kepemimpinan sekuler yang dihayatinya, maka sekalipun ia dikenal sebagai pemimpin Kristen tetapi sesungguhnya praktik kepemimpinannya bukan kepemimpinan Kristen. Sebaliknya, jika ia menghayati dan menerapkan kepemimpinan yang Kristen - berlandaskan perspektif Alkitab- maka baru kepemimpinannya layak disebut kepemimpinan rohani.

PANDANGAN UMUM TENTANG KEPEMIMPINAN 1. Arti pemimpin

Arti pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.(01) Mengutip Henry Pratt Fairchild, Kartini Kartono mengatakan, pemimpin dalam pengertian luas, seorang yang memimpin, dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, menujukan, mengorganisir atau mengontrol usaha/upaya orang lain, atau melalui prestise, kekuasaan, atau posisinya. Dalam pengertian terbatas, pemimpin adalah seorang yang memimpin dengan bantuan kualitas-kualitas persuasifnya, dan akseptansi/penerimaan secara sukarela oleh para pengikutnya.(02) Berdasarkan beberapa definisi dari kata pemimpin, Kartini Kartono mendefinisikan pemimpin sebagai pribadi yang memiliki kecakapan khusus, dengan atau tanpa pengangkatan resmi dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya, untuk melakukan usaha bersama mengarah pada pencapaian sasaran-sasaran tertentu.(03)

2. Penyebab munculnya pemimpin Ada tiga teori tentang kemunculan pemimpin.(04) Pertama, Teori genetis. Teori ini menyatakan bahwa pemimpin lahir dari pembawaan bakatnya sejak ia lahir, bukan dibentuk menurut perencanaan yang disengaja. Pemimpin demikian lahir dari situasi yang bagaimanapun juga karena ia bersifat sudah ditetapkan (determinis dan fatalis). Kedua, Teori Sosial. Teori ini kebalikan atau lawan teori pertama. Pemimpin tidak muncul akibat bawaannya sejak lahir, melainkan disiapkan dan dibentuk. Sebab itu setiap orang bisa menjadi pemimpin asal dipersiapkan dan dididik secara sistematis. Ketiga, Teori Ekologis atau Sintetis. Teori ini muncul sebagai respon terhadap dua teori terdahulu. Teori ini menyatakan bahwa pemimpin muncul melalui bakat-bakat sejak kelahirannya, lalu dipersiapkan melalui pengalaman dan pendidikan sesuai dengan konteksnya.

3. Persyaratan pemimpin Ada tiga hal penting yang menjadi persyaratan pemimpin sekuler.(05) Pertama, Kekuasaan. Seorang pemimpin harus memiliki kekuatan, otoritas, dan legalitas untuk mempengaruhi dan menggerakkan bawahannya. Kedua, Kewibawaan. Pemimpin harus memiliki kelebihan, keunggulan, keutamaan agar ia mampu mengatur orang lain untuk melakukan perbuatan-perbuatan

yang tertentu. Ketiga, Kemampuan. Pemimpin harus memiliki daya, kekuatan, keunggulan, kecakapan teknis dan sosial yang melampaui bawahannya. Ada pula yang beranggapan bahwa pemimpin harus memiliki kualitaskualitas unggul seperti kemampuan berpikir tinggi, bijaksana, bertanggung jawab, adil, jujur, memiliki rasa humor, dsb. Sebagian lagi beranggapan pemimpin harus memiliki kemampuan relasional dengan bawahannya, misal, kemampuan mengkoordinasi bawahannya, menyusun konsep dan penjabaran tujuan-tujuan, bersikap adil, dsb. Namun, menurut pandangan umum/sekuler ini, keunggulan pemimpin dari sisi karakter tidak bersifat mutlak, sebab bisa saja karakter yang baik tidak terdapat pada seorang pemimpin dunia yang paling menonjol dan dipandang paling sukses.(06) Misalnya, Hitler dan Idi Amin yang dikenal sebagai tiran dan menimbulkan petaka dahsyat dalam sejarah dunia dan melenyapkan banyak jiwa, memiliki tabiat yang abnormal dan destruktif.

4. Arti kepemimpinan Menurut Warren Bennis dan Burt Nanus, seperti yang dikutip Henry dan Richard Blackaby, mereka menemukan ada lebih dari 850 rumusan tentang kepemimpinan.(07) Mengutip pelbagai pandangan umum tentang makna kepemimpinan, Kartini Kartono mengatakan kepemimpinan(08) sebagai: Proses dengan mana seorang agen menyebabkan seorang bawahan bertingkah laku menurut satu cara tertentu. Kegiatan mempengaruhi orang-orang agar bekerjasama untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. Kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka suka berusaha mencapai tujuan-tujuan kelompok. Seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, kemampuan untuk membimbing orang. Kepemimpinan adalah proses pengaruh sosial melalui mana seseorang dapat memperoleh bantuan dari orang lain dalam mencapai sebuah gol.(09) Berdasarkan beragam pandangan di atas, kepemimpinan berarti proses/kegiatan atau kesanggupan menggerakkan/mempengaruhi orang yang dipimpin, kemampuan menuntun mereka mencapai tujuan-tujuan tertentu, yang bersifat individu maupun kelompok.

5. Tipe kepemimpinan Kepemimpinan dalam pengertian umum dapat dikategorisasikan berdasarkan beberapa cara. Ada yang membagi tipe kepemimpinan sebagai: (10) 1) the crowd-compeller, kepemimpinan yang memaksakan kehendaknya kepada kelompok. 2) the crowd-exponent, penerjemah atau bentuk penampilan dari kelompok. 3) the crowd-representative, kepemimpinan sebagai wakil/utusan dari kelompok. Ada pula pembagian tipe: 1) kepemimpinan konservatif/kuno, 2) kepemimpinan radikal, dan 3) kepemimpinan yang ilmiah.(11) Berdasarkan orientasinya (tugas, hubungan kerja, dan hasil efektif) kepemimpinan dapat dibagi menjadi delapan tipe: deserter (pembelot), birokrat, misionari, developer (pembangun), otokrat, otokrat yang bajik, compromiser, dan eksekutif.(12)

PERBEDAAN ANTARA GEREJA DAN ORGANISASI Bagaimanakah makna pemimpin dan kepemimpinan rohani atau Kristen? Sebelum kita menelaah tentang definisi dan arti kepemimpinan Kristen, maka harus dikenali perbedaan konteks dari pemimpin dan kepemimpinannya, yakni organisasi atau gereja di mana kepemimpinan itu dilaksanakan. Ada dua perbedaan prinsipil antara gereja dan organisasi.(13) Pertama, dari segi naturnya. Hakekat gereja adalah organisme bukan organisasi. Ada tiga pihak yang hadir dalam gereja: Kristus, warga jemaat, dan pemimpin. Karena hakekat gereja sebagai organisme maka setiap anggota harus memiliki relasi pribadi dengan Kristus sebagai kepala gereja, dan sewajarnya setiap anggota memiliki persekutuan satu dengan lainnya. Kedua, sasaran utamanya. Gereja mengutamakan manusia lebih daripada benda, kerja, atau hasil. Sebab itu tujuan utama gereja adalah kedewasaan dari tubuh dalam relasi dengan Tuhan dan antar sesama di dalamnya. Sedangkan tujuan utama organisasi adalah untuk melaksanakan tugas dan mencapai upaya produktif,(14) sehingga bisa saja mengabaikan kepentingan individu dalam organisasi sebab yang penting bisa mencapai targetnya. Implikasi dari prinsip Alkitab tersebut adalah, gereja (komunitas umat Allah) sebagai organisme, secara terbatas(15) dapat memanfaatkan sistem organisasi dan manajemen untuk melaksanakan fungsinya sebagai umat Allah. Namun gereja harus tetap mempertahan sifat keorganismeannya yang mengutamakan manusia, relasi antar pribadi, dan kebergantungan kepada Kristus sebagai Kepalanya.

PANDANGAN ALKITAB TENTANG KEPEMIMPINAN Di dalam Perjanjian Baru, khususnya klaim tentang kebenaran nampak di dalam perkataan Yesus Kristus dan seluruh karya-Nya di dalam dunia. Di dalam Yohanes 14:6a, Yesus Kristus berkata Akulah jalan, kebenaran, dan hidup. Perkataan ini ditujukan kepada murid-muridnya di dalam perjamuan malam sebelum hari raya Paskah. Apakah maksud dari perkataan ini? Bagaimana hubungannya dengan konsep kebenaran yang dipahami secara umum dan di dalam kekristenan?

1. Arti pemimpin rohani (Kristen) Makna pemimpin dalam konsepsi Alkitab, bukan berarti seseorang disebut pemimpin rohani (Kristen) karena ia seorang Kristen atau melibatkan diri dalam pelayanan Kristen. Pemimpin Kristen berarti pemimpin yang mengenal Allah secara pribadi dalam Kristus dan memimpin secara kristiani. (16) Pemimpin Kristen adalah pribadi yang memiliki perpaduan antara sifatsifat alamiah dan sifat-sifat spiritualitas Kristen. Sifat-sifat alamiahnya mencapai efektivitas yang benar dan tertinggi karena dipakai untuk melayani dan memuliakan Allah. Sedangkan sifat-sifat spiritualitas kristianinya menyebabkan ia sanggup mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya untuk menaati dan memuliakan Allah. Sebab daya pengaruhnya bukan dari kepribadian dan ketrampilan dirinya sendiri, tetapi dari kepribadian yang diperbaharui Roh Kudus dan karunia yang dianugrahkan Roh Kudus.(17) Pemimpin Kristen berbeda dengan pemimpin alamiah (sekuler/umum) dalam beberapa hal. Pemimpin rohani mengenal Allah, mencari kehendak Allah, menaati kehendak Allah, bergantung pada Allah, mengasihi Allah dan manusia,(18) dan akhirnya memuliakan Allah. Sedangkan pemimpin alamiah hanya mengenal manusia, membuat keputusan sendiri atau organisasi, berusaha mencapai sasaran pribadi atau organisasi, bersandar pada caracara sendiri, bergantung pada kuasa dan ketrampilan diri sendiri, mengutamakan hasil kerja dan cenderung mengabaikan manusia.

2. Penyebab munculnya pemimpin rohani Pemimpin rohani muncul bukan menurut kemauan atau ambisi pribadi, melainkan karena tindakan Allah yang mempersiapkan, memanggil, menetapkan dan membimbingnya dalam mencapai tujuan-tujuan dari Allah. Dalam PL, Allah yang mempersiapkan dan memanggil Musa dan Yosua menjadi pemimpin bagi umatNya (Kel. 4; Yos. 1). Begitu pula dengan Harun

dan keturunannya dalam jabatan keimaman PL (Kel. 28:1). Allah juga yang membangkitkan para hakim (Hak. 2:16). Allah yang menetapkan raja bagi Israel, misalnya Saul (1Sam. 10:1), Daud (1Sam. 13:14; 2Sam. 7), dan Salomo (1Raj. 8). Dia juga yang memanggil para nabi dalam PL. Sedangkan dalam PB, Kristus sendiri yang memilih, mempersiapkan, dan mengutus keduabelas rasul-Nya. Allah pula yang memberikan karunia-karunia rohani untuk melaksanakan pelayanan di dalam dan melalui gereja-Nya (1Tim. 4:14).

3. Persyaratan pemimpin rohani Jika persyaratan kualitas karakter dan sosial dalam pemimpin umum bersifat relatif, bahkan boleh saja tidak dimiliki, maka persyaratan pemimpin Kristen sangat menekankan aspek karakter dan sosialnya. Ada dua puluh kriteria yang dicantumkan dalam 1Tim. 3:1-13 dan Tit. 1:5-9, delapan belas berkaitan dengan reputasi seseorang, etika, moralitas, temperamen, kebiasaan, dan kedewasaan rohani serta psikisnya.(19) J. Oswald Sanders, melihat kualifikasi yang ditulis Paulus ini sebagai kualifikasi sosial, moral, mental, kepribadian, rumah tangga, dan kedewasaan.(20) Kualifikasi dalam 1Tim. 3:1-7 ini memiliki tiga ciri menonjol,(21) yakni menyangkut 1) persyaratan fundamen, bukan tugas, 2) tingkah laku yang teramati, 3) karakter tersebut bukan khas Kristen melainkan ideal tertinggi moralitas konteks Hellenistis zaman itu. Ini berguna demi kesaksian gereja. Jadi kriteria di atas menunjukkan bahwa persyaratan seorang pemimpin rohani sangat ketat dan menuntut kedewasaan jiwani, rohani dan sosial.

4. Arti kepemimpinan rohani Ada beragam definisi mengenai kepemimpinan rohani atau Kristen.(22) Kepemimpinan adalah pengaruh. (Oswald J. Sanders) Tugas utama pemimpin adalah mempengaruhi umat Allah untuk melaksanakan rencana Allah. (Robert Clinton) Seorang pemimpin Kristen yaitu seorang yang dipanggil oleh Allah untuk memimpin; dia memimpin dengan dan melalui karakter seperti Kristus; dan menunjukkan kemampuan fungsional yang memungkinkan kepemimpinan efektif terjadi. (George Barna) Kepemimpinan rohani adalah menggerakkan orang-orang berdasarkan agenda Allah. (Henry & Richard Blackaby)

Dari beberapa definisi di atas terlihat bahwa kepemimpinan rohani memiliki persamaan dengan kepemimpinan umum dalam hal mempengaruhi atau menggerakkan orang lain, mensyaratkan kemampuan fungsional dan membimbing kepada tujuan tertentu. Sedangkan perbedaannya, kepemimpinan rohani berdasarkan panggilan Allah, bukan dari manusia atau organisasi; melaksanakan tugas dalam lingkup agenda/rencana Allah, dengan berdasarkan karakter Kristus, dan menuntun kepada tujuan yang Allah kehendaki, bukan tujuan organisasi atau manusiawi.

5. Sifat khas kepemimpinan rohani Berdasarkan prinsip Alkitab, terdapat beragam karakteristik kepemimpinan rohani. Pertama, kepemimpinan rohani adalah kepemimpinan yang menghambakan diri. Identitas pemimpin Kristen adalah sebagai hamba.(23) Kepemimpinan Kristen bukan untuk mencari keuntungan materi maupun non-materi, melainkan untuk pelayanan (Luk. 22:26). Dalam PL, para raja bukan untuk meninggikan diri atas rakyat (Ul. 17:20). Korah ditegur dan dihukum akibat sikap kepemimpinan yang mengutamakan kedudukan (Bil. 16:933). Paulus memandang jabatan rasuli bukan untuk kemuliaan dirinya, melainkan untuk bekerja keras dalam pelayanan (2Kor. 11-12; 1Kor. 15:910). Para penatua gereja dipanggil untuk menggembalakan dan memelihara umat Allah (Ibr. 13:17; 1Ptr. 5:23). Yesus mengajarkan kepemimpinan sebagai menjadi hamba dan Dia menegaskannya melalui keteladanan-Nya (Mrk. 10:3545) Kedua, kepemimpinan yang menempatkan posisinya di bawah kontrol Kristus.(24) Seorang pemimpin Kristen bukan menjadi orang nomor satu dalam gereja, sebab Kristus adalah Kepala Gereja. Ia memimpin namun juga dipimpin oleh Pemimpin Agung, Tuhan Yesus (Yoh. 13:13). Dengan demikian kerendahan hati dalam kepemimpinannya akan riil dalam praktiknya. Kerendahan hati yang melihat baik kebenaran tentang dirinya maupun keterbukaan untuk terus belajar akan kepemimpinan yang lebih baik, termasuk keunggulan dalam orang lain.(25) Ketiga, kepemimpinan yang berdasarkan karakter yang baik.(26) Kepemimpinan Kristen sangat menekankan karakter yang teruji. Otentisitas kepemimpinan Kristen bergantung pada ketaatannya terhadap Kristus dan meneladani Kristus. Dengan otentisitas tersebut maka kepemimpinan Kristen memiliki legitimasi dan otoritas untuk memimpin. Keempat, kepemimpinan yang bergantung pada Roh Kudus.(27) Pemimpin Kristen bukan dilahirkan atau dibentuk melalui usaha manusia, melainkan kemampuannya terutama karena karunia Roh Kudus (Rm. 12:6; 1Kor. 12:7). Karunia kepemimpinan adalah satu dari banyak karunia rohani

dalam gereja. Sebab itu kemampuan kepemimpinan rohani harus bersandar pada Roh Kudus. Kelima, kepemimpinan berdasarkan motivasi Kristen. Kepemimpinan sekuler pada umumnya berdasarkan kekuatan manusiawi dan bertujuan untuk meraih keuntungan pribadi (Mrk. 10:42). Sedangkan kepemimpinan rohani harus menanggalkan pementingan diri dan motivasinya untuk kepentingan orang lain dan kemuliaan Tuhan. Sebab itu dia dimotivasi oleh kasih Kristus. Keenam, kepemimpinan yang mendasarkan otoritasnya pada pengorbanan. Sebab itu pemimpin Kristen yang sejati disebut pemimpin pelayan (a servant leader). Cacat terdalam dalam kepemimpinan sekuler berakar pada arogansi yang membuatnya bertindak dominan berdasarkan rasa superioritas.(28) Yesus mengajarkan bahwa ciri khas dan kebesaran pemimpin spiritual terletak bukan pada posisi dan kuasanya, melainkan pada pengorbanannya. Hanya melalui melayani, seseorang menjadi besar (Mrk. 10:43-44). Pemimpin yang memberi keteladanan dan pengorbanan akan memiliki wibawa spiritual untuk memimpin orang lain.

KESIMPULAN Tuhan Yesus menegaskan adanya perbedaan esensial antara pemimpin Kristen dan pemimpin sekuler dengan menyatakan, "Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Mrk. 10:42-45). ------Kepemimpinan Yang Melayani (Servant Leadership) Posted on August 2, 2010 by Pemimpin dengan kepemimpinannya memegang peran yang strategis dan menentukan dalam menjalankan roda organisasi, menentukan kinerja suatu lembaga dan bahkan menentukan mati hidup atau pasang surutnya kehidupan suatu bangsa dan negara. Ia merupakan suatu kebutuhan yang

tidak dapat dibuang atau diabaikan (sine qua non) dalam kehidupan suatu organisasi atau suatu bangsa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Baik atau buruknya kondisi suatu organisasi, bangsa dan negara, banyak ditentukan oleh kualitas pemimpinnya dan kepemimpinan yang dijalankannya.

Para pemimpin di daerah diberi wewenang untuk mengelola sumber daya lokal yang dimiliki untuk membuat masyarakatnya menjadi lebih sejahtera. Mereka dipilih dan diberi kepercayaan untuk memimpin rakyat agar lebih sejahtera dan membangun daerah menjadi lebih maju. Di tangan para pemimpin itulah ditentukan bagaimana masa depan rakyat, dan di pundak para pemimpin itu digantungkan harapan-harapan rakyat yang dipimpin.

Namun, akhir-akhir ini ada kecenderungan menurunnya kepercayaan masyarakat kepada para pemimpin. Menurunnya kepercayaan ini dapat menjurus pada krisis kepercayaan kepada para pemimpin dan mempengaruhi gerak pembangunan. Beberapa indikator menurunnya kepercayaan masyarakat kepada pemimpin antara lain berupa kondisi kesejahteraan masyarakat yang masih memprihatinkan, pelayanan publik yang belum memenuhi harapan, kasus-kasus penyalahgunaan kekuasaan oleh sebagian pemimpin sampai tindak pidana korupsi, kasus-kasus pelanggaran tiga ta (skandal harta, tahta dan wanita) yang melibatkan sebagian pemimpin, serta kemampuan sebagian pemimpin yang kurang memadai dihadapkan pada situsasi krisis multidimensi yang melanda masyarakat bangsa dewasa ini. Padahal, proses demokratisasi di Era Reformasi telah berkembang lebih maju dibandingkan dengan era-era sebelumnya. Pemilihan umum telah dilakukan secara langsung, baik pemilihan calon legislatif (caleg), pemilihan presiden (pilpres) maupun pemilihan kepala daerah (pilkada).

Untuk itu perlu dicari suatu solusi bagaimana mengatasi krisis kepemimpinan dan suatu tipe kepemimpinan yang cocok untuk diterapkan sesuai situasi dan kondisi setempat. Tidak dapat disangkal bahwa peran pemimpin dan kepemimpinannya mampu memberi pengaruh (positif atau negatif) pada kondisi gatra-gatra ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan (Ipoleksosbudhankam) yang pada akhirnya berpengaruh pada kondisi ketahanan nasional dan ketahanan daerah.

Tujuan

Tulisan ini bertujuan memberikan gambaran tentang kepemimpinan yang melayani (Servant Leadership) sebagai sumbangan pemikiran dan bahan masukan bagi Diklat Kepemimpinan Aparatur di Lingkungan Pemerintahan Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Hakikat Kepemimpinan dan Tipe Kepemimpinan

Kepemimpinan pada hakikatnya adalah suatu seni (art) dan ilmu (science) untuk mempengaruhi orang lain, atau orang-orang yang dipimpin sehingga dari orang-orang yang dipimpinnya timbul suatu kemauan, respek, kepatuhan dan kepercayaan terhadap pemimpin untuk melaksanakan apa yang dikehendaki oleh pemimpin, atau tugas-tugas dan tujuan organisasi, secara efektif dan efisien. Seni kepemimpinan mengandung arti suatu kecakapan, kemahiran dan keterampilan tertentu untuk mempengaruhi orang-orang yang dipimpin. Sedangkan ilmu kepemimpinan mengandung sejumlah ajaran atau teori kepemimpinan yang telah dibuktikan dengan pengalaman, yang dapat dipelajari atau diajarkan.

Fungsi pemimpin adalah untuk menggerakkan para pengikut agar mereka mau mengikuti atau menjalankan apa yang diperintahkan atau dikehendaki pemimpin. Hubungan antara pemimpin dengan orang-orang yang dipimpinnya bersifat pembimbingan, pemberian arah, pemberian perintah / instruksi, pemberian motivasi (dorongan) dan pemberian teladan untuk mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa : pemimpin adalah pengaruh.

Ada orang-orang tertentu yang dilahirkan dengan bakat sebagai pemimpin (leaders are born), namun sebagian besar pemimpin diciptakan (leaders are made) melalui suatu proses, tumbuh dan berkembang dari bawah, ditempa oleh berbagai pengalaman, ketekunan dan kerja keras serta tidak berhenti belajar sepanjang hidupnya. Kualitas pemimpin pada umumnya dibentuk melalui suatu proses yang memerlukan waktu dan upaya, bukan didapat

secara instan dalam waktu singkat.

Untuk memimpin atau mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya, seorang pemimpin dapat menggunakan tipe dan gaya kepemimpinan yang demokratis (mengutamakan partisipasi dari yang dipimpin), paternalistik (kebapak-bapakan), birokratis (berdasarkan aturan), bebas (laissez-faire), autokratis / otoriter (menggunakan kekuasaan mutlak), atau gabungan dari beberapa tipe kepemimpinan tersebut. Kadang-kadang tipe kepemimpinan tersebut digunakan secara situasional untuk mencapai suatu tujuan dalam jangka waktu tertentu. Seorang komandan pasukan militer menggunakan kepemimpinan otoriter terhadap prajuritnya untuk memenangkan suatu pertempuran atau menghadapi ancaman musuh. Kepemimpinan otoriter efektif digunakan untuk mengatasi situasi darurat yang memerlukan penanganan segera. Seorang kepala desa cenderung memakai kepemimpinan demokratis dengan cara musyawarah (rembug desa) terhadap rakyatnya untuk membangun desa secara gotong royong. Seorang pemimpin agama menggunakan kepemimpinan paternalistik dalam membimbing umatnya. Seorang kepala kantor menggunakan kepemimpinan birokratis terhadap pada karyawannya. Apa pun tipe dan gaya kepemimpinan yang digunakan, semuanya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan secara efektif dan efisien.

Kepemimpinan yang melayani (Servant Leadership) merupakan suatu tipe atau model kepemimpinan yang dikembangkan untuk mengatasi krisis kepemimpinan yang dialami oleh suatu masyarakat atau bangsa. Para pemimpin-pelayan (Servant Leader) mempunyai kecenderungan lebih mengutamakan kebutuhan, kepentingan dan aspirasi orang-orang yang dipimpinnya di atas dirinya. Orientasinya adalah untuk melayani, cara pandangnya holistik dan beroperasi dengan standar moral spiritual.

Keutamaan Kepemimpinan yang Melayani

Kepemimpinan yang melayani memiliki kelebihan karena hubungan antara pemimpin (leader) dengan pengikut (followers) berorientasi pada sifat melayani dengan standar moral spiritual. Pemimpin-pelayan mempunyai

tanggung jawab untuk melayani kepentingan pengikut agar mereka menjadi lebih sejahtera, sebaliknya para pengikut memiliki komitmen penuh dalam bekerja untuk mencapai tujuan organisasi dan keberhasilan pemimpin. Kepemimpinan yang melayani dapat diterapkan pada semua bidang profesi, organisasi, lembaga, perusahaan (bisnis) dan pemerintahan karena kepelayanan bersifat universal.

Beberapa ciri dan keutamaan kepemimpinan yang melayani yang harus melekat pada diri seorang pemimpin-pelayan adalah sebagai berikut :

Memiliki Visi Pemimpin. Visi adalah arah ke mana organisasi dan orang-orang yang dipimpin akan dibawa oleh seorang pemimpin. Pemimpin ibarat seorang nakhoda yang harus menentukan ke arah mana kapal dengan penumpangnya akan diarahkan. Visi sama pentingnya dengan navigasi dalam pelayaran. Semua awak kapal menjalankan tugasnya masing-masing, tetapi hanya nakhoda yang menentukan arah kapal untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Visi pemimpin akan menginspirasi tindakan dan membantu membentuk masa depan, pengaruhnya lebih kuat terhadap orang-orang yang bekerja untuk kepentingan organisasi. Visi adalah masa depan yang realistis, dapat dipercaya dan menjembatani masa kini dengan masa depan yang lebih baik sesuai kondisi (sosial politik, ekonomi dan budaya) yang diharapkan. Visi juga mengandung harapan-harapan (atau bahkan mimpi) yang memberi semangat bagi orang-orang yang dipimpin. Ada ungkapan bahwa pemimpin adalah pemimpi (tanpa n) yang sanggup mewujudkan mimpinya menjadi kenyataan. Visi pemimpin-pelayan adalah memberi arah ke mana orang-orang yang dipimpin dan dilayani akan dibawa menuju keadaan yang lebih baik misalnya menyangkut : penanggulangan kemiskinan, pengangguran, perbaikan pendidikan dan rasa keadilan masyarakat. Burt Nanus dalam bukunya Kepemimpinan Visioner mengatakan : Tak ada mesin penggerak organisasi yang lebih bertenaga dalam meraih keunggulan dan keberhasilan masa depan, kecuali visi yang menarik, berpengaruh, dan dapat diwujudkan, serta mendapat dukungan luas. Orientasi pada Pelayanan. Pemimpin-pelayan berorientasi pada pelayanan, bukan untuk mencari pujian atau penghormatan diri. Sikap melayani terutama ditujukan untuk mereka yang paling membutuhkan pelayanan. Ia harus berpihak kepada mereka yang secara sosial ekonomi, pendidikan dan sosial budaya membutuhkan pelayanan lebih besar. Pelayanan sejati didorong oleh rasa cinta kasih, bukan untuk mencari popularitas atau mendapatkan pamrih tertentu. Pelayanan sejati adalah buah dari cinta kasih. Pada era otonomi daerah, setiap daerah berusaha memperjuangkan kenaikan

anggaran belanja daerahnya. Namun sering timbul pertanyaan di kalangan masyarakat : Apakah dengan kenaikan anggaran belanja negara/ daerah terjadi juga perbaikan pada pelayanan masyarakat ? Pemimpin-pelayan berorientasi pada pelayanan masyarakat yang paling bawah karena ia memegang mandat mayoritas rakyat yang memerlukan pelayanan. Peningkatan pada anggaran belanja harus disertai dengan perbaikan pada pelayanan masyarakat, bukan sebaliknya memberi peluang pada penyalahgunaan keuangan negara. Membangun Kepengikutan (Followership). Pemimpin-pelayan mengutamakan terciptanya kepengikutan (followership) karena dalam kenyataannya keberhasilan organisasi lebih banyak ditentukan oleh para pengikut atau para pemimpin di bawahnya. Penelitian yang dilakukan Profesor Robert E. Kelley, pelopor pengajaran Followership and Leadership dari Carnegie-Mellon Unversity, menunjukkan bahwa keberhasilan organisasi 80 persen ditentukan oleh para pengikut (followers) dan 20 persen merupakan kontrubusi pemimpin (leader). Pengikut yang bekerja dengan semangat dan memiliki komitmen penuh akan menentukan keberhasilan pemimpin. Pemimpin yang bekerja sendiri (single player/ single fighter) dan tidak menciptakan pengikut tidak akan mencapai hasil yang diharapkan. Pengalaman menunjukkan ada pemimpin yang secara pribadi memiliki kemampuan dan pandai, tetapi kurang berhasil dalam memimpin karena tidak menciptakan pengikut yang solid. Pemimpin-pelayan mengatakan setiap keberhasilan sebagai keberhasilan kita dari pada keberhasilan saya atau kami. Sebaliknya apabila terjadi kegagalan, merupakan kegagalan saya dan pemimpin bersedia memikul tanggungjawab. Membentuk Tim dan Bekerja dengan Tim. Pemimpin-pelayan harus membentuk tim (team work) dan bekerja dengan tim tersebut. Ia meminta tim untuk mengikutinya, menjelaskan visi dan misi, serta mempercayakan timnya untuk bekerja. Pemilihan anggota tim atau staf/pembantu sangat penting agar ia dapat berhasil mencapai tujuan dengan efektif dan efisien. Ia harus pandai-pandai memilih orang-orang kaya arti yang mau bekerja keras untuk organisasi, bukan orang yang miskin arti yang tidak berbuat apa-apa, atau orang berlawanan arti yang cenderung menimbulkan masalah bagi organisasi. Diilustrasikan seperti sekelompok orang yang memikul beban (beban tugas organisasi), ada yang benar-benar memikul beban, ada yang pura-pura memikul dan ada yang bergelantungan pada beban yang dipikul. Pemimpin harus memiliki kejelian memilih anggota tim, antara lain melalui rekam jejak (track record), bakat (talenta), pekerja keras, kapabiltas, mentalitas dan moralitas anggota tim. Setia pada Misi. Kalau visi adalah arah ke depan ke mana bahtera organisasi akan dibawa, maka misi adalah bagaimana menjalankan tugas-tugas untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pemimpin membuat rencana-

rencana yang dikaitkan dengan jangka waktu tertentu, program-program kerja serta perangkat lain yang membantunya dalam menjalankan misi. Misi pemimpin-pelayan adalah melayani mereka yang membutuhkan. Ia harus selalu setia pada misi pelayanan dalam kondisi apa pun, kondisi baik atau buruk, karena dengan demikian tujuan organisasi dapat dicapai. Kesetiaan pada misi, juga diterapkan secara konsisten dan konsekuen pada penggunaan anggaran negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, karena dana/anggaran itu berasal dari rakyat. Rambu-rambu peringatan untuk tetap setia pada misi sebenarnya telah diucapkan seorang pemimpin pada waktu melafalkan Sumpah Jabatan. Namun, dalam kenyataannya sumpah jabatan yang diucapkan demi Allah seringkali dilanggar karena kelemahan sang pemimpin. Materialisme, hedonisme dan konsumerisme sedang mengepung kehidupan umat manusia, termasuk para pemimpin. Orang cenderung tergoda ingin memiliki materi lebih (having) ketimbang menjadi manusia yang lebih bermartabat (being). Menjaga Kepercayaan. Menjadi pemimpin adalah menerima kepercayaan dari Tuhan Yang Mahakuasa melalui organisasi atau pemerintah untuk memimpin rakyat. Pemimpin adalah orang-orang pilihan di antara sejumlah orang-orang lain dan pilihan itu didasarkan pada beberapa kelebihan tertentu yang menyebabkan ia dipercaya untuk menjadi pemimpin. Maka kepercayaan yang diterimanya harus dijaga dan dipelihara dengan membuktikan melalui tindakan-tindakan nyata melayani rakyat dan menghindari hal-hal yang membuat orang kehilangan kepercayaan kepadanya. Bila seorang pemimpin mengkhianati dan kehilangan kepercayaan dari organisasi dan rakyat yang dipimpinnya maka sebenarnya ia sudah kehilangan roh kepemimpinannya, walaupun jabatan formal sebagai pemimpin masih melekat padanya. Mengambil Keputusan. Keputusan pemimpin adalah kekuatan dalam memimpin dan mengelola organisasi. The power to manage is the power to make decision. Seorang pemimpin-pelayan harus berani mengambil keputusan yang membuktikan keberpihakannya pada rakyat kecil. Salah satu contoh : rakyat di desa memiliki keterampilan untuk membuat aneka kerajinan tangan yang khas tetapi tidak memiliki akses ke pasar. Mereka memiliki keterampilan memproduksi aneka kerajinan tangan tetapi mengalami keterbatasan modal kerja dan pemasaran produk-produk lokal yang dihasilkan. Pemimpin-pelayan dapat mengambil keputusan untuk mewajibkan masyarakat menggunakan produk lokal untuk membantu industri kecil / industri rumah tangga di desa-desa. Keputusan yang berpihak pada rakyat kecil akan didukung oleh masyarakat luas, apalagi bila dipelopori oleh para pemimpin / pejabat dengan menggunakan produk lokal. Melatih dan Mendidik Pengganti. Melatih dan mendidik pengganti (membentuk kader ) merupakan kewajiban seorang pemimpin. Seharusnya ada beberapa lapisan kader pengganti apabila pemimpin berhalangan atau

memasuki masa purnatugas. Bertambahnya usia seorang pemimpin mengakibatkan kemampuan fisik dan daya pikirnya berkurang dan proses regenerasi tidak dapat dihindari. Namun dalam kenyataannya, sifat legawa makin sulit ditemukan pada diri para pemimpin. Pemimpin cenderung berkeinginan selama mungkin berkuasa, sementara kader-kader potensial tersingkir karena faktor usia atau faktor-faktor lain (politik, ekonomi, egosime kelompok dll). Pemimpin-pelayan mendidik dan melatih pengganti karena ia tidak berorientasi pada kekuasaan tetapi pada pelayanan. Baginya purnatugas identik dengan alih tugas karena masih banyak tugas-tugas pelayanan lain yang bisa dilakukannya di tengah masyarakat. Memberdayakan kaum Perempuan. Pemimpin-pelayan menggunakan manajemen Omega yaitu gaya kepemimpinan Alpha yang maskulin dan Beta yang feminin, sebab dengan mengendalikan energi spiritual, baik lakilaki maupun perempuan bisa diberdayakan menjadi pemimpin-pemimpin yang dibutuhkan pada masa mendatang. SDM kaum perempuan memiliki kemampuan-kemampuan tertentu yang tidak dimiliki kaum laki-laki. Pemimpin harus pandai-pandai menggunakan kemampuan kaum perempuan untuk keberhasilan tugas organisasinya. 10. Memberi Tanggung Jawab. Memberi tanggungjawab kepada bawahan adalah memberi kesempatan kepadanya untuk berkembang dan tentu saja mengawasi serta kemudian meminta pertanggungjawaban. Membuat orang bertanggungjawab adalah memberi mereka kesempatan menggapai keberhasilan, dan hal itu dimulai dari hal-hal yang kecil.

11. Memberi Teladan. Ada pendapat bahwa anak-anak lebih banyak belajar dari apa yang mereka lihat, ketimbang apa yang mereka dengar. Buku-buku panduan dan buku instruksi tidak dapat secara langsung membangun kultur organisasi pada anggota. Pemimpin memberi teladan dengan apa yang mereka lakukan. Sesudah itu ia menganjurkan pengikutnya untuk melakukan apa yang diteladaninya, dan kemudian mengharuskan mereka mengikuti teladan itu. Salah satu contoh sederhana adalah soal menepati waktu untuk mengikuti suatu acara atau undangan. Kebiasaan menggunakan jam karet dapat diatasi apabila pemimpin datang tepat waktu dan acara segera dimulai, walaupun belum semua undangan hadir. Sebaliknya bila semua orang berpikir belum banyak orang datang pada waktu yang ditentukan maka kebiasaan jam karet akan terus berlanjut seperti lingkaran setan yang tidak berujung.

12. Menyadari Pentingnya Hubungan / Komunikasi. Begitu pentingnya komunikasi antara pemimpin dan yang dipimpin sehingga dapat dikatakan

bahwa komunikasi adalah urat nadinya kepemimpinan. Komunikasi sangat menentukan tingkat keefektifan kepemimpinan seorang pemimpin. Kegagalan dalam berkomunikasi atau miskomunikasi dalam kepemimpinan ibarat urat nadi darah yang tersumbat sehingga orang menjadi sakit. Lembaga atau organisasi bisa mengalami stagnasi bila kontak atau komunikasi pemimpin dan bawahan macet. Pemimpin menginginkan A tetapi pengikut mengerjakan B, pengikut tidak pernah melaporkan pelaksanaan tugasnya dan pemimpin tidak tahu apa yang dikerjakan pengikutnya. Miskomunikasi bisa membuat misi organisasi gagal. Hubungan antara pemimpin dan pengikut dapat dilakukan melalui berbagai cara, misalnya melalui apel bekerja, briefing, rapat kerja, jam pimpinan, kontak pribadi melalui alat komunikasi (tilpon, SMS) dan sebagainya. Pemimpin bisa memberi arahan, mendengarkan laporan, mengevaluasi tugas, sebaliknya bawahan bisa menanyakan hal-hal yang belum jelas, meminta arahan dan memperbaiki hal-hal yang dianggap salah. Para pemimpin-pelayan harus menyadari pentingnya komunikasi secara vertikal dengan atasan dan Tuhan, ke bawah dengan tim dan para pengikut, serta secara horisontal dengan sesama mitra kerjanya, tokoh masyarakat dan agama. Yang lebih penting, pemimpin-pelayan bisa menciptakan komunikasi dengan orang-orang yang dipimpinnya sehingga dapat menyerap aspirasi rakyat untuk bahan penentu kebijaksanaannya. Dalam arti yang lebih luas, hubungan pemimpin dan yang dipimpin tidak sekedar sebagai atasan dan bawahan, tetapi ia juga dapat berperan sebagai seorang bapak (mengayomi), teman (menjadi mitra kerja), guru (teladan, tempat bertanya) dan pembina (memperbaiki yang salah).

Kepemimpinan dalam Pembangunan NTT

Bagaimana konteks kepemimpinan yang melayani dengan pembangunan di NTT yang masyarakatnya masih berjuang mengatasi kemiskinan, pengangguran dan peningkatan SDM melalui pendidikan ? Beberapa catatan di bawah ini mungkin bisa menjadi bahan renungan dan diskusi untuk memperluas wawasan dan kontibusi kita bagi pembangunan di NTT.

Melalui kepemimpinan yang melayani, pemimpin dapat membangun keunggulan setiap daerah di Flobamora untuk meningkatkan perekonomian rakyat (ternak, pertanian, industri kecil) dan industri pariwisata. Melalui keberpihakan pada rakyat menggalakkan/promosi penggunaan kain tenun ikat daerah dan aneka makanan lokal untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.

Mengatasi / mengurangi pengangguran dengan menciptakan lapangan kerja dan kewira usahaan di daerah-daerah. Meningkatkan SDM lokal melalui pendidikan formal, kejuruan, latihan keterampilan untuk menggali potensi ekonomi daerah Mengatasi pengiriman TKI / TKW ilegal tanpa memiliki keterampilan khusus ke luar NTT yang merendahkan martabat diri dan bangsa. Kemajemukan suku, agama, ras dan golongan di NTT dapat dibangun menjadi kekuatan melalui kepemimpinan yang melayani. Otonomi daerah selain sisi positifnya, terdapat kecenderungan pengkotakkotakan daerah kabupaten dalam rekrutmen pegawai dan penempatan jabatan struktural. Perlunya penempatan PNS secara lintas kabupaten / kota (zig-zag) untuk memperluas wawasan kader-kader pemimpin di NTT. Sampai sejauh mana kaum perempuan dilibatkan dalam memimpin daerah. Perlunya kaderisasi kepemimpinan pada setiap bidang profesi. Bila diperlukan dapat dirintis semacam forum / pusat pengkajian masalah kepemimpinan di NTT sebagai sumber pengetahuan dan referensi bagi para pemimpin dan calon pemimpin.

Kesimpulan

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

Kepemimpinan yang melayani dan pemimpin-pelayan berorientasi pada pelayanan, bersifat holistik dan beroperasi dengan standar moral spiritual. Kepemimpinan yang melayani bisa dikembangkan sebagai suatu model kepemimpinan untuk membantu mengatasi krisis kepemimpinan dewasa ini.

Kepemimpinan yang melayani dapat diterapkan di NTT karena sifat kepelayanannya dapat membangun daerah dan rakyat menjadi lebih maju dan bermartabat. Semoga bermanfaat, Tuhan memberkati. -----------------------------Pengantar

Premis atau dalil dasar kepemimpinan Kristen adalah berlandaskan ajaran Alkitab. Secara khusus, peremis mengenai pemimpin dalam kepemimpinan meliputi tiga hal penting, yaitu antara lain: Satu, Panggilan Sebagai Pemimpin Kristen; Dua, Dasar Teologi Kepemimpinan Kristen; dan Tiga, Dasar Etika-Moral Kepemimpinan Kristen.

A.

Panggilan Sebagai Pemimpin Kristen

Kepemimpinan Kristen didasarkan atas premis utama, yaitu bahwa Allah, oleh kehendak-Nya yang berdaulat, menetapkan serta memilih setiap pribadi dalam lingkup dan konteks pelayanan menjadi pemimpin Kristen. Pemimpin yang dipanggil oleh Allah ini adalah untuk pelayanan memimpin. Premis ini ditegaskan oleh Profesor Dr. J. Robert Clinton yang mengatakan,

Pemimpin Kristen adalah seseorang yang telah dipanggil Allah sebagai PEMIMPIN yang ditandai oleh adanya: 1. 2. Kapasitas memimpin dan Tanggung jawab pemberian Allah

UNTUK 3. Memimpin suatu kelompok umat Allah (gereja)

4. Mencapai TUJUANNYA bagi, serta melalui kelompok ini (Clinton 1989:2). Dari penegasan Profesor Clinton di atas, dapat dikatakan bahwa seorang

pemimpin Kristen ada sebagai pemimpin karena ia dipanggil oleh Allah. Dengan demikian, ia harus memiliki kesadaran diri sebagai telah terpanggil Allah dan meneguhkan kualifikasi dirinya sebagai pemimpin. Sikap ini perlu dipertegas dengan memperhatikan bahwa seorang pemimpin Kristen adalah seorang individu yang telah ditebus Allah, yang olehnya ia harus yakin bahwa ia terpanggil Allah untuk memangku tanggung jawab kepemimpinan. Kebenaran ini pada sisi lain, menegaskan bahwa Allah telah mengaruniakan kepadanya kapasitas teguh untuk memimpin, sehingga ia dapat membuktikan diri sebagai pemimpin sejati (Lihat: Kejadian 12:1-3; Keluaran 2-7; dan 18, Roma 12:8, dsb.).

B.

Dasar Teologis Filosofis Kepemimpinan Kristen

Dasar teologis-filosofis yang harus dipahami dan harus ada pada seorang pemimpinan Kristen ialah: 1. Pemimpin Kristen harus memahami dasar kepemimpinan Kristen bahwa ia terpanggil sebagai pelayan-hamba (Makus 10:42-45). Sebagai pelayan, pemimpin terpanggil kepada tugas yang olehnya ia menjadi pemimpin. Sebagai hamba, ia terpanggil dengan status menghamba kepada TUHAN, yang harus diwujudkan dalam sikap, sifat, kata, dan perbuatan. 2. Pemimpin Kristen harus memiliki motif dasar kepemimpinan Kristen yaitu; Satu: membina hubungan dengan orang yang dipimpinnya dan orang lain pada umumnya (Markus 3:13-19; Matius 10:1-4; Lukas 6:12-16). Dalam kaitan ini, perlulah disadari bahwa kadar hubungan-hubunganlah yang menentukan keberhasilan seseorang sebagai pemimpin. Dua: mengutamakan pengabdian (Lukas 17:7-10). Mengutamakan pengabdian menekankan bahwa kerja adalah fokus, prioritas, sikap serta tekanan utama, sehingga ia akan mengabdikan diri untuk melakonkan tugas kepemimpinan dengan sungguh-sungguh. 3. Pemimpin Kristen harus memahami PROSES KEPEMIMPINAN serta ketrampilan memimpin, antara lain: a. Ia harus mengetahui tujuan (tujuan Allah, tujuan organisasi, tujuan operasi kerja) dari institusi/organisasi yang dipimpinnya. b. Ia perlu mengenal tanggung jawab serta tugas yang dipercayakan kepadanya. c. Ia harus memahami dan mengenal fungsi pengelolaan kerja (manajemen) (Lukas 14:28-30).

d. Ia harus berupaya mengenal setiap orang yang dipimpinnya untuk mempermudah penggalangan serta pembinaan hubungan antara pemimpinbawahan, sebagai dasar untuk melaksanakan kinerja kepemimpinan yang berkualitas. Kondisi hubungan baik antara pemimpin dengan para bawahan sangat menentukan pelaksanaan kerja yang dapat dilakukan dengan baik pula. e. Ia harus mengerti dengan baik bagaimana caranya mencipta hubungan, kondisi yang kondusif, serta pemenuhan kebutuhan dari bawahannya dalam upaya memperlancar uapaya dan kinerja kepemimpinan.

C.

Dasar Etika-Moral Kepemimpinan Kristen

Kepemimpinan Kristen memiliki dasar etika-moral yang Alkitabiah. Dalam kepemimpinan Kristen, presuposisi dasar etika-moral dilandaskan atas fakta dan dinamika inkarnasi Yesus Kristus (Yohanes 1:1-14, 18; Filipi 2:1-11). Konsep inkarnasi dalam kepemimpinan Kristen yang dibangun di atas fakta inkarnasi Yesus Kristus yang memiliki kisi kebenaran berikut: 1. Dasar perilaku etika-moral kepemimpinan Kristen adalah pribadi Yesus Kristus, termasuk: kehidupan, karya, ajaran dan perilaku-Nya, di mana seluruh kerangka kepemimpinan Kristen dibangun di atas dasar ini (I Yohanes 2:6). 2. Orientasi dan pendekatan etika-moral kepemimpinan Kristen bersifat partisipatif yang berlaku dalam penerapan kepemimpinan Kristen pada segala bidang hidup (Lukas 4:18-19). 3. Dinamika etika-moral kepemimpinan Kristen terwujud oleh adanya transformasi hidup (individu/masyarakat) yang dibuktikan dengan pertobatan/pembaharuan/pemulihan hidup dan semangat kerja (individu/korporasi; banding: Roma 12:1-2, 8, 9-21). 4. Perwujudan dasar etik-moral kepemimpinan Kristen di atas haruslah dinyatakan dalam sikap hati, kata dan perbuatan serta bakti setiap pemimpin Kristen secara nyata dalam bidang hidup berikut: a. Pemimpin Kristen harus membuktikan diri sebagai pemimpin bertanggung jawab (Ibrani 13:17). b. Pemimpin Kristen harus menemukan diri sebagai pemimpin yang bertumbuh (Kolose 2:6-7; 3:5-17). c. Pemimpin Kristen harus menjadi pemimpin model dalam keteladanan

hidup dan kinerja (Ibrani 13:7-8). d. Pemimpin Kristen harus memiliki: motivasi dasar Pelayan-Hamba (Markus 10:42-45), yang senantiasa menyadari akan status dan perannya sebagai pemimpin. Motivasi dasar seseorang pemimpin seperti ini akan sangat menentukan sikap, perilaku, kata ddan tindakan dari orang tersebut, baik terhadap diri, orang lain maupun pekerjaan. Karena itu, seorang pemimpin Kristen perlu memastikan apakah ia memiliki dasar etika-moral, orientasi dan motivasi yang sesuai dengan Firman Allah.

RANGKUMAN

Peerlu dipertegas, bahwa pada dasarnya kepemimpinan Kristen memiliki faktor-faktor dan matra-matra dasar kepemimpinan yang sama dengan kepemimpinan umum lainnya. Pada sisi lain kenyataan yang membedakan antara Kepemimpinan Kristen dan kepemimpinan lainnya ialah hakikat, dinamika, serta falsafah yang didasarkan pada Alkitab. Sebagai contoh, premis utama kepemimpinan Kristen ialah bahwa Allah yang berdaulat oleh kehendak-Nya yang kekal, telah menetapkan serta memilih setiap pemimpin Kristen kepada pelayanan memimpin. J. Robert Clinton mengatakan, Allah memilih bagi dirinya seorang pemimpin, dan Allah mengembangkan pemimpin tersebut sepanjang kehidupannya. Itulah sebabnya tatkala mendefinisikan tentang siapa pemimpin Kristen itu, Clinton menjelaskan: Pemimpin Kristen adalah seseorang yang telah dipanggil Allah sebagai PEMIMPIN yang ditandai oleh: 1. 2. Kapasitas memimpin dan Tanggung jawab pemberian Allah

UNTUK 3. 4. Memimpin suatu kelompok umat Allah (Gereja) Mencapai TUJUANNYA (bagi serta) melalui kelompok ini

Premis utama ini menyinggung hakikat kepemimpinan Kristen bahwa Allah adalah segala-galanya bagi kepemimpinan Kristen, dimana Ia-lah yang mengawali, menopang, dan menghasilkan dalam seluruh proses

kepemimpinan. Hal ini senada dengan pernyataan David Hocking yang mengatakan, Tanpa bantuan Allah, tidak seorang pun di antara kita dapat mengharap menjadi apa yang Allah gambarkan sebagai seorang pemimpin rohani. Melihat premis di atas, dapat dikatakan bahwa kepemimpinan Kristen adalah God Centered Leadership dengan pemimpin sebagai God centered leader di mana Allah adalah segala-galanya bagi pemimpin dan kepemimpinan itu. Indikator penting bahwa seseorang dipanggil Allah kepada tugas kepemimpinan ialah bahwa ia memiliki kapasitas lengkap sebagai pemimpin, dan ada tanggungjawab yang diuntukkan baginya guna menjalankan upaya memimpin. Pada pihak lain kepemimpinan Kristen meletakkan kedudukan pemimpin Kristen secara proposional, di mana pemimpin Kristen adalah pemimpin yang berkarakter tinggi, berpengetahuan komprehensif dan khas lebih, serta berkecakapan sosial dan teknis yang andal. Pemimpin Kristen seperti ini akan terbukti sebagai pemimpin dengan ciri-ciri efektivitas tinggi, efisiensi tinggi, dan hubungan sehat yang tinggi sehingga dapat mewujudkan kinerja optimal dengan produk unggul dalam kepemimpinan yang diembannya. Ciri-ciri di atas akan selalu terlihat dengan adanya kisi-kisi berikut: 1. Pemimpin mengabdi dengan komitmen yang tinggi kepada Allah, kepada organisasi (gereja) dan kepada tugas (misi Allah). 2. Pemimpin memiliki dan mempertahankan nilai efektivitas tinggi yang ditandai oleh sifat dan sikap pemimpin dengan gaya kepemimpinan berikut: a. b. c. d. e. Ia adalah pemimpin teladan-bertanggung jawab. Ia adalah pemimpin inspirator-komunikator. Ia adalah pemimpin pemersatu-dengan kerja sama yang tinggi. Ia adalah pemimpin pekerja-motivator ulung. Ia adalah pemimpin berwibawa-otokrator bijak.

f. Ia adalah pemimpin strategos-terfokus yang selalu tepat arah dan pencapaian. g. Ia adalah pemimpin peduli-terpadu yang memiliki kepedulian tinggi atas kesejahteraan semua pihak dalam kepemimpinannya.

Ciri khas pemimpin Kristen seperti inilah yang menempatkan kepemimpinan Kristen sebagai unik, dengan hakikat, dinamika, serta falsafah penuntunnya yang khas. Hal mana akan mewarnai leader behavior, leadership style, dan

leadership performance yang membawa summum bonum (kebaikan tertinggi) bagi diri (sebagai pemimpin), bawahan (orang yang dipimpin), organisasi dan masyarakat (lingkungan) di mana kepemimpinannya diaktualisasikan secara optimal. Selamat.

Penjelasan rinci dapat menghubungi DR. Y. Tomatala; email: yaktom@centrin.net.id., Website: www.yakobtomatala.com.

Jakarta, April, 2008

Posted in Information | Tags: Ministry 10 Responses to PEMIMPIN DALAM KEPEMIMPINAN KRISTEN

DESEMBER BUULOLO: July 23, 2009 at 8:21 am Syalom pak boleh minta tolong penjelasan dari KEPEMIMPINAN YESUS SEBAGAI RAJA MENURUT KITAB MATIUS kalau ada di emalku. semdesemberbuulolo@gmail.com. Tuhan Yesus memberkati.

Kirani: September 16, 2009 at 7:14 am Pola-Pola Kepemimpinan Yesus

Jhonson Sinaga: March 12, 2010 at 1:38 pm Syalom pak Yakob.Saya tertarik untuk bisa sharing dengan bapak,klo boleh tau, alamat facebook kita ada gak pak?klo ada,moho krm alamatnya ya pak.thanks.Gb.

Ni Nyoman Priskila: March 19, 2010 at 2:10 pm Saya setuju bahwa pemimpin dipanggil oleh Allah dan Ia mengembangkan pemimpin tersebut sepanjang kehidupannya. Luar Biasa! Allah memakai segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihiNya( Roma 8:28). Trimakasih atas tulisan ini Pak. Saya diberkati.

John Dana: August 4, 2010 at 8:13 am Pemimpin Kristen seperti ini akan terbukti sebagai pemimpin dengan ciri-ciri efektivitas tinggi, efisiensi tinggi, dan hubungan sehat yang tinggi sehingga dapat mewujudkan kinerja optimal dengan produk unggul dalam kepemimpinan yang diembannya. Suatu pernyataan tepat sekaligus penuh tantangan dan tuntutan untuk dipenuhi dalam anugerahNya, untuk menghadirkan kahadiran dan kuasa kerajaanNya oleh Dia sendiri di dalam dan melalui hidup kita. Terima kasih, pak, saya terus diberkati.

Yakob Tomatala: August 5, 2010 at 3:19 am Bapak John Dana yang baik:

Terimakasih untuk komentar tentang Pemimpin dalam Kepemimpinan Kristen. Saya berdoa agar kiranya oleh pertolongan TUHAN, kita terus giat membuktikan kebenarannya dalam hidup dan kepemimpinan kita, sehingga oraganisasi yang kita pimpin serta banyak orang diberkati. Bless (Be the Leader with Excellent Spirit and Soul).

Salam, Yakob Tomatala

Yakob Tomatala: August 5, 2010 at 3:35 am Shalom Pak Jhonson Sinaga:

Maaf Pak Johnson untuk balasan yang terlampau lama. Saya berjanji untuk meresponi lebih cepat nanti. Saya dapat dihubungi melalui email: tomatala.yakob@gmail.com

Salam doa, Yakob Tomatala

Hendri: May 21, 2011 at 2:41 am Syalom pak, Boleh minta penjelasan mengenai kepemimpinan Yesus Sebagai Hamba menurut injil markus KL bisa penjelasannya di kirim ke email saya ya Pak. Hendri_hotang@yahoo.co.id Tuhan Memberkati

Yakob Tomatala: May 27, 2011 at 8:15 am Shalom Bro. Hendri

Terimakasih atas pertanyaannya seputar Kepemimpinan Yesus sebagai Hamba menurut Injil Markus. Saya akan berupaya menjawabnya melalui email pada waktu yang akan akan datang. Harap bersabar Bro Henri. Terimakasih

salam Bp. Y. Tomatala

Hotman J Lumban Gaol: August 11, 2011 at 8:39 am Terimakasih pak Jakob Tomatala penjelasan arti kepemimpin Kristen. Kita berharap, para pemimpin Kristen di Indonesia makin hari makin berkualitas. Karena pemimpinlah yang membawa ke mana umat-Nya dibawah. Pemimpin Kristen kita pahami satunya hati dan tindakan, perkataan dan yang dikerjakannya sesuai. Dan sudah itu diberikan; dia menjadi teladan. Keteladanan itu menjadi satu hal yang harus dimiliki seorang pemimpin. Pendeta, tindak tanduknya harus menjadi khotbah, bukan hanya khobat di mimbar baik. Itulah menurut saya pemimpin.

Anda mungkin juga menyukai