Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari – hari, setiap manusia pasti melakukan kegiatan komunikasi

untuk berinteraksi dengan orang lain. Komunikasi tersebut dapat dilakukan dengan cara

langsung ataupun tidak langsung. Menurut Aristoteles, retorika adalah ilmu yang

mengajarkan keterampilan menemukan secara persuatif dan objek suatu kasus.

Titik tolak retorika adalah berbicara. Berbicara berarti mengucapkan kata atau kalimat

kepada seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Berbicara adalah satu kemampuan khusus

pada manusia. Retorika adalah istilah tradisional yang diberikan pada suatu teknik

pemakaian Bahasa sebagai seni, yang didasarkan pada pengetahuan yang tersusun baik.

Retorika modern adalah gabungan yang serasi antara pengetahuan, pikiran, kesenian, dan

kesanggupan berbicara.

Dalam bahasa percakapan atau bahasa populer, retorika berarti di tempat yang tepat,

pada waktu yang tepat, atas cara yang lebih efektif, mengucapkan kata- kata yang tepat,

benar, dan mengesankan. Dalam seni dituntut penguasaan bahan dan pengungkapan yang

tepat melalui bahasa.

Dalam sejarah dunia, kepandaian berbicara atau berpidato merupakan instrument

utama untuk memengaruhi massa. Bahasa dipergunakan untuk meyakinkan orang lain.

Ketidakmampuan mengunakan bahasa swhingga tidak jelas mengungkapkan masalah atau

pikiran akan membawa dampak negative dlam hidup dan karya seorang pemimpin

Semua kegiatan yang memakai bahasa sebagai sarana dasar dapat digolongkan dalam

kegiatan berbicara. Retorika dapat dibatasi sebagai teori dan praktik kemahiran berbahasa,

baik lisan maupun tulisan. Retorika memiliki peranan cukup penting dalam masyarakat.

Tanpa kemampuan berbicara, manusia tidak memiliki peradaban dan kebudayaan.

1
Dalam sejarah dunia, kepandaian berbicara merupakan instrument utama untuk memengaruhi

massa.

Bahasa dipergunakan untuk meyakinkan orang lain. Ketidakmampuan

mempergunakan Bahasa sehingga tidak jelas mengungkapkan masalah atau pikiran akan

membawa dampak negatif dalam hidup dan karya seorang pemimpin.Dalam komunikasi

public sering kita menjumpai istilah retorika, namun masih banyak yang belum mengerti apa

itu retorika. Maka dalam makalah ini akan dijelaskan pengertian retorika dan hal- hal

mengenai retorika.

Secara keseluruhan, makalah ini terdiri atas tiga bab. Bab bab tersebut berturut-turut

memuat:(1) Pengertian Retorika, (2) jenis jenis retorika,(3) fungsi retorika, (4) tujuan

retorika (5) seni dalam bebicara, (6) Bagaimana retorika dan strategi dalam komunikasi.

Penulis memilih judul makalah untuk ditujukan kepada mahasiswa program studi ilmu

komunikasi yang ingin memahami dunia komunikasidalam rangka meningkatkan keampuan

personalnya, yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan professional di dunianya.

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana sejarah retorika ?

2. Apa pengertian Retorika?

3. Apa jenis jenis Retorika?

4. Apa tujuan retorika?

5. Apa fungsi retorika?

6. Apa saja strategi penyusunan retorika?

7. Bagaimana Seni percakapan yang baik?

8. Mengapa perlu mempelajari retorika?

1.3 Tujuan

2
Adapun tujuan dari penulisan makalah dengan judul Retorika Dan Strategi Dalam

Komunikasi adalah :

 Memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia

 Menjelaskan apa itu retorika

 Menjelaskan jenis- jenis retorika

 Menjelaskan strategi penyusunan retorika

 Mendeskripsikan seni percakapan yang baik

 Menjelaskan mengapa perlu mempelajari retorika

1.4 Manfaat

Hasil makalah ini diharapkan dpat bermanfaat khususnya bagi penulis dan

pembaca pada umumnya, baik secara teoretis maupun praktis.

1. Manfaat teoretis :

A. Menambah pengetahuan mengenai retorika dan strategi berkomunikasi

2. Manfaat praktis :

A. Bagi pembaca, hasil penulisan makalah ini dapat memberikan informasi

tentang retorika dan strategi dalam berkomunikasi secara baik dan

sistematis.

1.5 Batasan masalah

Retorika didefinisikan sebagai seni membangun argumentasi dan seni berbicara (the

art of constructing arguments and speechmaking. Alasan mempelajari retorika

kemampuan mengunakan bahasa sehingga tidak jelas mengungkapkan masalah atau

pikiran akan membawa dampak negative dalam hidup dan karya seorang pemimpin.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Retorika

Sebagai cikal bakal ilmu komunikasi, retorika mempunyai sejarah yang panjang.

Para ahli berpendapat bahwa retorika telah ada sejak manusia ada. Akan tetapi, retorika

sebagai seni berbicara yang dipelajari baru dimulai pada abad ke -5 sebelum Masehi ketika

kaum sofis di Yunani menggembara dari tempat yang satu ke tempat yang lain untuk

mengajarkan pengetahuan mengenai politk dan pemerintahan dengan penekanan pada

kemampuan berpidato.

Kaum sofis berpendapat bahwa manusia adalah makhluk yang berpengetahuan dan

berkemauan. Tokoh aliran sofisme adalah Georgias (480 – 370 ) yang dianggap sebagai guru

retorika pertama dalam sejarah manusia. Filsafat mazhab sofusme ini dicerminikan oleh

Georgias yang menyatakan bahwa kebenaran suatu pendapat hanya dapat dibuktikan jika

tercapai kemenangan dalam pembicaraan.

Pendapat ini berlawanan dengan pendapatbProtagoras (500 – 432 ) dan Socrates

( 469 – 399 )( dalam Hendrikus Dori Wuwur, 1991 ) Protagoras mengatakan bahwa

kemahiran berbicara bukan demi kemenangan. Melainkan keindahan bahasa. Menurut

Socrates, retorika adalah demi kebenaran dengan dialog sebagai tekniknya karena dengan

dialog kebenaaran akan timbul dengan sendirinya.

Pada zaman Yunani, Demosthenes ( 384 – 322 ) sanagat termasyhur karena

kegigihanya mempertahankan kemerdekaan Athena dari ancaman Raja Philipus dari

Macedonia. Pada waktu itu telah menjadi anggapan umum bahwa terdapat system

pemerintahan yang berkedaulatan rakyat, yaitu harus ada pemilihan berkala dari rakyat dan

4
oleh rakyat untuk memilih pemimpin. Demokrasi menjadi sistem pemerintahan dan

masyarakat memerlukan orang – orang mahir berbicara

1. Retorika Pra-Yunani

Bak rantai yang tidak terputus, peradaban-peradaban yang ada di muka bumi

ini tidak memulai keberadaannya, dengan segala aspek yang dibawa, tanpa pengaruh

peradaban sebelumnya. Begitu pun dalam aspek ilmu pengetahuan, kecanggihan

teknologi informasi dan transportasi Amerika Serikat saat ini, misalnya, adalah buah

pengembangan dasar-dasar teknologi dalam bingkai ilmu matematika pada zaman

Yunani Kuno.

Ilmu matematika pun pada hakikatnya tidak mungkin dapat dikonsumsi,

apalagi dikembangkan, jika tidak dihidupkan kembali oleh peradaban selanjutnya di

Asia Barat. Disanalah matematika mulai bertransformasi menjadi pengetahuan

modern. Angka nol pertama kali diperkenalkan, rumus trigonometri ditemukan,

bahkan matematika telah memiliki cabang tersendiri yakni al-jabar.

Berpangkal dari pengembangan itu semua akhirnya membuahkan penemuan

komputer, dan sekarang peneman itu berimbas pada zaman e-technology. Dalam

kaitannya dengan retorika. Ilmu pengetahuan yang major area-nya kemampuan

manusia dalam berkomunikasi ini tidak bersifat statis. Dinamisme ilmu ini bisa kita

melalui perkembangannya dari zaman ke zaman lainnya.

Dari masa dimana retorika hanya merupakan kebiasaan manusia hingga masa

yang menjadikan retorika disiplin ilmu dengan berbagai teori dan definisi. Orang-

orang Mesopotamia, yang konon peradabannya dijuluki the cradle of civilization,

5
sebagaimana masyarakat Mesir Kuno dan Assyria, yang datang setelahnya, mengasah

kemampuan retorika mereka dengan tujuan-tujuan ritual keagamaan.

Ritual keagamaan seperti upacara pengorbanan, permohonan surut Nil

berkepanjangan, memperingati yaumul-hashaad atau hari bersemi, dan sebagainya

memang membutuhkan kepiawaian tokoh atau pemimpin adat dalam menyampaikan

pesan dan harapan-harapan masyarakat adat pada Dewa di depan publik..

2. Retorika Pada Zaman Yunani

Melalui bukunya, Retorika Modern, Jalaluddin Rahmat berpendapat bahwa

uraian sistematis retorika diletakan pertama kali oleh orang Syracuse, sebuah koloni

Yunani yang berada di bawah pimpinan para tiran. Keadaan di bawah tekanan para

tiran inilah yang mengharuskan rakyat Syracuse pandai beretorika demi

mempertahankan hak-hak mereka yang diabaikan penguasa.

Kemudian munculah seseorang di antara mereka yang bernama Corax. Konon,

Corax pernah menggubah sebuah makalah mengenai Retorika yang ia beri judul

Techne Logon. Para ahli berkeyakinan bahwa makalah Corax ini berisikan tentang

teori kemungkinan dalam bersilat lidah. Di samping itu, Corax telah meletakan dasar-

dasar organisasi pesan. Ia membagi pidato pada lima bagian: pembukaan, uraian,

argumen, penjelasan tambahan, dan kesimpulan. Dari sini, para ahli retorika kelak

mengembangkan organisasi pidato.

Di belahan lain kerajaan Yunani, masih pada abad yang sama, terlahir pula

tokoh yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan Retorika. Ia bernama

Empedocles. Ia pernah berguru pada filosof masyhur, Phytagoras, dan tulisannya The

6
Nature of Things kelas membawanya menjadi terkenal. Sebagai mistikus, filosof,

politisi, dan orator, Empedocles memiliki kepribadian yang lengkap .

Distribusi akbar politisi anti aristokrasi tersebut dalam pengembangan retorika

adalah kepiaw aiannya mengajarkan prinsip-prinsip retorika yang kelak dijual Gorgias

kepada penduduk Athena. Selain Corax dan Empedocles, masih banyak tokoh-tokoh

lain yang memerankan peranan penting dalam pengembangan Retorika pada zaman

Yunani Kuno. Jumlah tokoh yang banyak itu tak bisa dilepaskan dari citra dan

pandangan yang melekat pada retorika itu sendiri.

Konon, Retorika dipandang sebagai keahlian kaum ningrat saja. Tidak semua

mampu, atau bahkan boleh, mempelajari Retorika. Dan negara sendiri memfasilitasi

para jago orasi sebuah match even yang bergengsi laiknya perlombaan olah raga

tingkat dunia.Adapun Isocrates, ia dikenal sebagai tokoh yang mengangkat citra

retorika sebagai ilmu yang terbatas. Keterbatasan inilah yang akhirnya membuat

Retorika menjadi ilmunya kaum berada saja.

Namun, dibalik langkahnya yang kulang populer itu, Ia telah mendirikan

sekolah retorika yang paling berhasil tahun 391 SM. Ia mendidik muridnya

menggunakan kata-kata dalam susunan yang jernih tetapi tidak berlebih-lebihan,

dalam rentetan anak kalimat yang seimbang dengan pergeseran suara dan gagasan

yang lancar. Karena ia tidak mempunyai suara yang baik dan keberanian untuk

tampil, ia hanya menuliskan pidatonya.

Ia menulis risalah-risalah pendek dan menyebarkannya. Sampai sekarang

risalah-risalah ini dianggap warisan prosa Yunani yang menakjubkan. Gaya bahasa

Isocrates telah mengilhami tokoh-tokoh retorika sepanjang zaman: Cicero, Milton,

7
Massillon, Jeremy Taylor, dan Edmund Burke. Dua tokoh yang penulis sebutkan

terakhir, Plato dan Aristotles, boleh jadi gambaran air mata guru mereka Socrates.

Socrates yang amat kecewa atas matrealisme kaum sophis yang menjadikannya

bagian dari kaum termarginalkan. Ia mengkritik kaum sophis sebagai para prostitut.

Prostitut dalam artian orang yang menjual kebijaksanaan dengan uang. Plato, sebagai

refleksi atas apa yang telah menimpa gurunya, mengategorikan kebenaran menjadi

kebenaran relatif yang didapat dalam sophisme, dan kebenaran sejati yang manusia

temukan dalam filsafat.

Sedangkan langkah progresif Aristotles terhadap perkembangan retorika

adalah kontribusi ilmiah beliau dalam De Arte Rhetorica yang daripadanya kita

mengenal Lima Hukum Retorika; inventio, dispositio, elocutio, memoria, pronuntiatio

3. Retorika Zaman Romawi

Pada zaman Romawi, Retorika sempat mengalami gejala statis. Tidak banyak

kemajuan yang berarti tercipta, pasca De Arte Rhetorica, dua ratus tahun sebelumnya,

digubah oleh Aristotles. Rupanya hal ini mengindikasikan akan kuat dan

komprehensifnya pembahasan yang tertuang di dalam masterpiece murid kesayangan

Plato tersebut. Adapun pustaka mengenai retorika yang muncul pada zaman romawi

diantaranya Ad Herrenium yang ditulis dalam bahasa Latin.

Pada zaman ini banyak terlahir orator-orator ulung seperti Antonius, Crassus,

Rufus, Hortensius, dan Cicero. Yang terakhir inilah yang sepertinya merupakan best

of the best dari sekian orator yang hidup pada zaman Romawi.

Sampai-sampai Kaisar Roma pun memuji Cicero, “Anda telah menemukan

semua khazanah retorika, dan Andalah orang pertama yang menggunakan semuanya.

8
Anda telah memperoleh kemenangan yang lebih disukai dari kemenangan para

jenderal. Karena sesungguhnya lebih agung memperluas batas-batas kecerdasan

manusia daripada memperluas batas-batas kerajaan Romawi”.

Will Durant mendeskripsikan keunikan Cicero bahwa ia menyajikan orasinya

secara bergelora, ia juga menggunakan humor dan anekdot, selain itu ia lihai

menyentuh perasaan pendengar, terampil dalam mengalihkan perhatian, tak jarang

memberondong pertanyaan retoris yang sult dijawab, dan pandai menyederhanakan

materi yang sulit. Statisnya perkembangan retorika di zaman Romawi akhirnya dapat

dirobohkan setelah Quintillianus mendirikan sekolah retorika.

Sebagaimana singa podium lainnya, barang tentu Quintillianus memiliki

perspektif sendiri tentang apa itu retorika? dan apa-apa sajakah yang seyogyanya

dimiliki oleh seorang orator? Secara singkat, berikut adalah jawaban dari pertanyaan

tersebut. Quintillianus mendefinisikan retorika sebagai ilmu berbicara yang baik.

Siapa-siapa yang ingin mendalami retorika haruslah dari besar dalam keluarga yang

terdidik dan pendidikan orator pun harus dimulai sedini mugkin, kalau bukan sebelum

ia terlahir.

Dan calon orator harus dibekali musik, gimnastik, sastra, sains, filosofi, dan

gemar baca-tulis, yang kesemuanya itu akan mengantarkannya menjadi manusia yang

mendekati sempurna.

4. Retorika Abad Pertengahan dan Zaman Daulat Islamiah

Tak satupun manusia menyangsikan bahwa ilmu pengetahuan, termasuk di

dalamnya Retorika, mengalami pembungkaman umum pada medieval ages di Eropa

yang selalu diidentikan dengan doktrin sakral gereja. Hal ini menjadi amat masuk

9
akal, jika kita menilik pada syarat tumbuh kembangnya Retorika, yakni miliu

demokratis yang membebaskan setiap individu seluas-luasnya untuk berkarya.

Maka, dengan hilangnya miliu demokratis ini, mandul pulalah perkembangan

Retorika yang pada saat bersamaan dianggap kesenian jahiliyah.Peradaban bak rantai

yang saling bertautan yang saling menyambung satu dan lainnya. Pada saat-saat

kegelapan membutakan Eropa. Geliat kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan

bergulir kembali ke daerah Asia Barat dan Afrika Utara.

Di mana ketiga Abrahamic Faiths muncul. Bergulirnya kemajuan peradaban

dan ilmu pengetahuan ke sana tentu bukan tanpa alasan. Dan alasan yang paling

prinsipil adalah adanya kepemimpinan –boleh jadi imamah, riasah, khilafah, ataupun

imarah- yang baik.Ihya’ atau penghidupan kembali ilmu-ilmu yang sempat mati suri

akibat doktrin sesat gereja terjadi di Timur pada zaman Daulat Abbasiyah dan

mencapai puncaknya pada masa khilafah Harun Al-Rasyid.

Konon, Pada masanya hidup ahli-ahli bahasa terkenal yang memelopori

penyusunan tata bahasa, seni bahasa, dan nada sajak. Diantaranya Khalaf Al Ahmar,

Al Ashmai, Al Khalil Bin Ahmad Al Farahidi, Akhfasyi Al Akbar, Akhfasy Al

Awsath.. Menurut Imam Subakir Ahmad, MA, pakar peradaban Islam, founding

fathers Daulat Islamiyah –As Safah, Al Mansur, dan Al Mahdi- adalah pakar pidato.

Dan pidato pada saat itu digunakan berbagai kesempatan seperti upacara

kenegaraan, penerimaan duta, pembagian harta rampasan perang, ritual keagamaan,

bebagai peringatan dan perkumpulan.Seiring dengan jumlah ilmuwan, pakar, ahli

bahasa, dan ulama yang sangat besar, banyak pula hasil temuan ilmiah maupun hasil

terjemahan buku-buku berbahasa Yunani ke dalam Bahasa Persia maupun Arab.

10
Hal ini didukung oleh apresiasi luar biasa yang diberikan oleh seorang

khalifah terhadap ilmuwan yang berhasil menulis maupun menerjemahkan buku.

Konon, khalifah memberikan imbalan mas sepadan dengan berat buku yang berhasil

digubah .Diantara kemajuan ilmu pengetahuan tersebut, Retorika memiliki posisi

yang lebih daripada ilmu pengetahuan lainnya.

Bahkan Islam sendiri dibawa oleh Nabi yang sangat fasih dalam berbahasa

Arab . Begitu pun dengan pengganti-penggantinya –Abu Bakr, Umar Bin Khattab,

Ustman Bin Affan, dan Ali Bin Abi Thalib- yang keseluruhannya piawai dalam

berorasi. Tidak sedikit pidato-pidato mereka yang terdokumentasikan dengan begitu

apiknya, sehingga kita yang hidup pada abad ke-21 ini pun masih bisa menikmati

keindahan kata, keagungan makna, dan kekuatan semangat yang mereka miliki

melalui arsip pidatonya itu.Demosthes meningkatkan kebiasaan retorika dan

menekankan pada :

1. semangat yang berkobar – kobar

2. kecerdasan kepikiran

3. berbeda dari yang lain

2.2 Pengertian Retorika

Kata retorika berasal dari bahasa Yunani, yaitu rhetorikos yang artinya kecakapan

berpidato. Kata tersebut terkait dengan kata rhetor yang berarti pembicaraan public dan

terkait dengan kata rhema yang berarti perkataan. Sehingga secara etimologis, retorika bisa

dikatakna sebagai kecakapan berpidato pembicara public yang terbiasa berkat- kata.

Kata retorika merupakan konsep untuk menerangkan tiga seni penggunaan bahasa

persuasive yaitu : etos, patos, dan logos. Dalam artian sempit, retorika dipahami sebagai

11
konsep yang brkaitan dan seni berkomunikasi lisan berdasarkan tata bahasa, logika, dan

dialektika yang baik dan benar utuk mempersuasi public dengan opini. Dalam arti luas,

retorika berhubungan dengan diskursus komunikasi manusia.

Titik tolak retorika adalah berbicara. Berbicara berarti mengucapkan kata atau kalimat

kepada seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Berbicara adalah satu kemampuan khusus

pada manusia. Retorika adalah istilah tradisional yang diberikan pada suatu teknik pemakaian

Bahasa sebagai seni, yang didasarkan pada pengetahuan yang tersusun baik.

Retorika modern adalah gabungan yang serasi antara pengetahuan, pikiran, kesenian, dan

kesanggupan berbicara.

Dalam bahasa percakapan atau bahasa populer, retorika berarti di tempat yang tepat,

pada waktu yang tepat, atas cara yang lebih efektif, mengucapkan kata- kata yang tepat,

benar, dan mengesankan. Dalam seni dituntut penguasaan bahan dan pengungkapan yang

tepat melalui bahasa. Untuk lebih memahami pengertian retorika, di bawah ini disajikan

beberapa definisi menurut berbagai ahli berikut.

1. Campbel: retorika berarti kesenian untuk berbicara baik yang dicapai

berdasarkan bakat alam dan keterampilan teknis.

2. Kaum sofis: retorika adalah memberikan suatu kasus melalui bertutur.

3. Socrates : retorika adalah seni untuk membawakan dengan menyampaikan

pegetahuan yang sudah ada secara meyakinkan.

4. Plato : retorika adalah seni berkomunikasi secara lisan yang dilakukan oleh

seseorang kepada sejumlah orang secara langsung.

5. St. agustinus : retorika adalah kepandaian berbicara.

6. Albert : retorika adalah berbicara berarti mengucapkan kata atau kalimat

kepda seseorang untuk mencapai tujuan tertentu.

12
7. Aristoteles : kemampuan untuk melihat perangkat alat yang tersedia untuk

mempersuasi.

Dari simpulan diatas, retorika didefinisikan sebgai seni membangun argumentasi dan

seni berbicara (the art of constructing arguments and speechmaking). Dalam

perkembangannya retorika juga mencakup proses untuk” menyesuaikan ide dengan orang dan

menyesuaikan orang dengan ide melalui berbagai macam pesan.Aristoteles mengatakan

keindahan bahasa hanya digunakan untuk empat hal yaitu, bersifat :

1. Membenarkan ( corrective)

2. Memerintah ( instructive)

3. Mendorong (suggestive)

4. Mempertahankan (defensive)

2.3 Jenis – Jenis Retorika

A. Monologika

Monologika adalah ilmu tentang seni berbicara ssecara monolog, dimana hanya ada

seorang yang berbicara. Bentuk bentuk yang tergolong dalam monologika diantaranya

yaitu pidato, kata sambutan, kuliah, ceramah, dan deklamasi.

B. Dialogika

Dialogika adalah ilmu tentang seniberbicara secara dialog, dimana dua orang atau

lebih berbicara atau mengambil bagian dalam suatu proses pembicaraan. Bentuk

dialogika diantarannya.

C. Pembinaan teknik bicara

Teknik berbicara merupakan syarat bagi retorika. Untuk itu, pembinaan teknik

berbicara merupakan bagian yang penting dalam retorika diskusi, Tanya jawa,

perundingan, percakapan dan debat. Dalam bagian ini, perhatian lebih diarahkan pada

13
pembinaan teknik bernapas, teknik mengucap, bina suara, teknik berbicara dan

bercerita.

2.4 Tujuan Retorika

Menurut tasmara (1997-156) ada lima tujuan retorika daiantaranya yaitu :

1. To inform, yaitu memberikan penerangan dan pengertian

kepada massa. Guna memberikan penerangan yang mampu

menanamkan pengertian dengan sebaik- baiknya.

2. To convise, yaotuu meyakinkan dan menginsafkan.

3. To inspire, yaitu menimbulkan inspirasi dengan teknik dan

system penyampaian yang baik dan bijaksana.

4. To intertain, yaitu menggembirakana, menghibur, dan

menyenangkan, dan memuaskan.

5. To ectuate ( to put into action0, yaitu menggerakan dan

mengarahkan mereka untuk bertindak menetralisir dan

melaksanakan ide yang telah dikomunikasikan oleh orator di

hadapan massa.

2.5 Fungsi retorika

Menururt Raudhonah(2007:52) fungsi retorika diantaranya yaitu :

1. Mass information, yaitu untuk memberi dan menerima

informasi kepada khlayak. Hal tersebut dapat dilakukan oleh

setiap orang dengan pengetahuan yang dimiliki. Tanpa

komnikasi, informasi tidak bsa disampaikan dan diterima

2. Mass education, yaitu memberi pendidikan, fungsi ini

dilakukan oleh guru pad murid untuk meningkatkan

14
pengetahuan atau oleh siapa saja ynag memiliki keingian untuk

memberikan pendididkan.

3. Mass persuasion, yaitu untuk menghibur. Hal tersebut biasa

dilakukan oleh radio, televise, atau orang yang memiliki

profesonal menghibur.

2.6 Strategi penyusunan retorika

Menurut Aristoteles, ada lima strategi penyusunan retorika yang dikenal

dengan istilah’The five Canons of Rhetoric’’, diantaranya yaitu:

1. Invention( penemuan bahan)

Invention adalah konstruksi atau penggembangan dari sebuah argument yang relevan

dengan sebuah tujuan dari pidato. Langkah ini mencangkup kemampuan untuk

menemukan, mengumpulkan, menganalisis, dan memilih materi yang cocok untuk

pidato.

2. Disposition ( penyusunan bahan)

Diposisi adalah penataan ide. Penataan ide ini akan membantu pendengar memahami

hubungan antar ide dan juga menghindari kebingungan.Penataan ide yang efektif juga

kan membuat pesan lebih persuasive dengan membiarkan setiap ide membanngun di

atas apaa yang telah dipresentasikan lebih dahulu dan membuat argument lebih kuat.

3. Style/ elocution (gaya/pemilihan bahasa)

Style adalah cara penggunaan bahsa dalam mengekspresikan ide. Penggunaan style

yang efektif akan membuar pesan lebih jelas, menarik, dan powerful. Sebgai persuade

yang efektif, diahrapkan dapat menggunakan bahasa ssecara efektif menyuarakan

argument. Penggunaan bahasa harus sunguh- sungguh diperhatikan sehingga tidak

menimbulkan pemahaman yang salah.

4. Memory ( mengingat materi)

15
Memory berhubungan dengan kemampuan untuk mengingat mengenal apa yang

dikatakan. Pada zaman dahulu, hal ini berarti mempelajari cara untuk menginat ide

dalam urutan untuk mempresentasikan mereka dengan bahasa yang direncanakan.

Pada massa kini, hal ini lebih pada bagaimana mnggunakan catatan atau manuskrip

daripada mengahafal secara keseluruhan.

5. Pronoountiatio / delivery (penyampaian)

Delivery adlah bagian terakhir dari retorika. Delivery melibatkan secara vocal dan

fisik dalam mempresentasikan speech. Delivery sangat penting karena orang lebih

memperhatikan ide yang dipresentasikan secara menarik dan powerful. Delivery

seharusnya mempresentasikan ide sesuai bobotnya dan tidak untuk membuat ide

lemah tampil lebih kuat..

2.7 Unsur- unsur yang terlibat dlam proses retorika

Adapun unsur- unsurnya adalah :

 Pembicara (komunikator)

Pembicara yanag cerdas adalah orang yang selalu memrehatikan reaksi yang timbul

dari audiensnya, sehingga ia dengan segera akan mengubagh strategi jika

mengetahui bahwa respon yang muncul dari audiens bersifat negative atau positif.

 Pendengar ( komunikan)

Para pendengar yang terlibat dalam proses kegiatan retorika pada hakikatnya

merupakan insan- inan yang jelas maisng- masing berbeda dan memilii kekhasan

sendiri.

 Pesan dan salurannya

Saluran yang dimaksud adalah medium yang menruskan pesan bermakna dari

pengirim kepada penerima.

 Konteks

16
Konteks selalu menimbulkan pengaruh yang berarti bagi berlangsungnya retorika.

2.8 Seni Percakapan Yang Baik.

Percakapan adalah medium untuk menggembangkan kekuasaan yang luar biasa. Akan

tetapi, bicara tanpa berpikir, tanpa upaya mengekspresikan diri dengan jelas dan tepat, akan

merugikan kita. Apa yang kita katakan dan cara kita mengatakannya akan membuka seluruh

rahasia kita, akan memberikan gambaran diri kita yang sesungguhnya pada dunia.

a. Apa yang membuat seseorang menjadi pembicara yang baik?

Kecerdasan, kekuatan otak, keahlian dalam suatu bidang bisa membantu,

tetapi itu bukan penyebab utama pembicara yang baik merebut perhatian orang

lain. Kita harus membuat orang merasakan empati kita, merasa bahwa mereka

berhadapan dengan sosok yang tulus. Jangan sapa orang dengan “Apa Kabar?”

atau “ senang bertemu denngan anda” yang kaku, tanpa perasaan ataupun

kepekaan di dalamnya.

Bersikap luweslah dalam percakapan dan adaptasikamn diri Anda

menghadapi watak yang berbeda- beda. Tatap mata orang yang kita ajak bicara

dan baut mereka merasakan kepribadian kita. Tersenyumlah kepada mereka dan

berikan kata – kata yang baik kepada mereka sehingga mereka pun merasa senang

jika bertemu kita lagi.

1. Bersikap ramah

Tanamkan kebiasaan beramah tamah, menemui orang lain dngan

sapaan yang hangat dan tulus, dengan hati yang terbuka. Kebiasaaan

ini akan membawa hal hal yang luar biasa kepada kita. Kita akan

mendapati bahwa sikap kaku, sikap malu- malu dan ketidakpedulian,

kurangnya minat dari semua orang, yang begitu meresahkan saaat ini,

akan menghilang.

17
b. Bukan hanya apa yang kita katakana tapi bagaimana cara

mengatakannnya ?

Tanamkan dalam benak Anda bahwa kita memngekspresikan diri kita

tidak hanya melalui kata- kata yang kita tuturkan, tetapi melalui nada suara,

ekspresi wajah, gerak-gerik kita, dan pembawaan kita. Tidak ada pencapaian yang

bisa kita gunakan dengan begitu konstan dan efektif, yang bisa membantu kita

mendapatkan dan menjaga teman, selain percakapan yang baik.

c. Tanamkan kemampuan dalam bercakap – cakap

Sebagian besar dari kita tidak cakap dalam percakapan karena kita tidak

menjadikannya sebagai sebuah seni; kita tidak belajar berbicara dengan baik. Kita

tidak cukup membaca atau cukup berpikir. Sebagian besar dari kita

mengekspresikan diri kita melalui bahasa yang berlepotan karena hal itu lebih

mudah dilakukan ketimbang berpikir sebelum membuka mulut, ketimbang

berusaha mengekspresikan diri kita dengan keanggunan, keluwesan, dan

kekuatan.

Membaca tulisan yang baik tidak hanya melebarkan pemikiran seseorang

dan membantunya mndapatkan ide- ide yang baru, tetapi juga menambah kosa

kata seseorang dan menjadi alat bantu yang hebat dalam percakapan. Banyak yang

memiliki ide tapi tidak dapat mengekspresikan.

Anda bisa mendapatkan teman lebih banyak dalam waktu dua bulan

dengan menaruh minat kepada orang lain dibandingkan dalam kurun waktu dua

tahun berusaha membuat orang lain menaruh minat kepada Anda.Dale Carnegie

d. Benar- benar tertarik kepada orang lain

18
Banyak dari kita bukan hanya pembicara yang buruk, tetapi juga

pendengar yang buruk. Kita sangat tidak sababran dalam mendengar. Satu

penyebab dalam menurunnya kemampuan percakapan kita adalah kurangnya

empati. Kita terlalu egois, terlalu sibuk dengan kesejahteraan kita sendiri dan

terbungkus dalam dunia kecil kita, terlalu sibuk dalam promosi diri sendiri

sehingga tidak tertarik kepada orang lain.

Tanpa empati, tidak ada orang yang bisa menjadi pembicara yang andal.

Kita harus bisa memasuki kehidupan orang lain, menjalani kehidupan bersama

mereka, dan menjadi seorang pendengar atau pembicara yang baik. Jika kita mau

membuat diri kita sebagai sosok yang ramah, kita harus bisa memasuki kehidupan

orang yang diajak bicara..

e. Bersikap bijak

Pembicara yang hebat selalu bersikap bijak- menarik tanpa menyinggung

perasaan. Beberapa orang memiliki kualitas istimewa dalam menyentuh yang

terbaik dalam diri kita. Beberapa yang lainnya memancing hal- hal yang

buruk.Sikap kita, semangat yang kita pancarkan, sangat berkaitan dengan

kemampuan percakapan kita. Impresi yang kita berikan akan menjadi factor

dahsyat yang menentukan kesuksesan kita.

Impresi ini menentukan apakah kita dapat meyakinkan pihak yang kita

ajak komunikasi dan apakah kita dapat menunjukkkan kemampuan kita terhadap

mereka.

f. Pelajari dan ingat nama nama

Ingat, bagi seseorangn namanya merupakan bunyi yang paling manis dan

paling penting dalam bahasa apapun.Dale Carnegie

19
Saat bertemu orang baru, berusahalah mempelajari namanya. Sering kali nama

hanya digumamkan saat memperkenalkan diri.

g. Kenali orang tersebut

Saat kita berjumpa dengan orang baru, penting bagi kita untuk

mendapatkan informasi sebanyak mungkin mengenai orang tersebut. Salah satu

cara mendapatkannya adalah dengan melontarkan pertanyaaan. Ini bukan berarti

interogasi. Hanya beberapa pertanyaan yang dipilih secara baik untuk memberi

umpan dan mengalirkan percakapan.

h. Gaya percakapan

Sikap kita saat berkomunikasi deengan orang lain, apakah itu dalam

percakapan empat mata atau saat berbicara kepada sebuah kelompok, dapat

memengrauhi bagaimana orang memandanng kita. Kita bisa dianggao pasif,

agresif, atau asertif.Beberapa ciri orang- orang pasif :

a. Mereka lebih peduli kepada orang lain sampai sering kali merugikan diri

sendiri.

b.Sering kali mengalami stress, walaupun tidak terlihat.

c. Memiliki kepercayaan diri yang rendah

d.Menghindari konfrontasi

Kebalikan dari pasif adalah agresif. Orang- orang agresif memiliki ciri-ciri

seperti berikut :

a. Mereka selalu bersedia mendengarkan orang lain.Mereka sangat terpusat pada

diri sendiri

b. Sering mengalami stress

c. Kurang percaya diri, tetapi tidak mengakui kepada diri sendiri.

d. Tidak disukai atau dihormati orang lain..

20
Komunikator yang efetif mereka mengambil jalan tengah. Mereka percaya

diri dan asertif.

1. Mereka memiliki citra diri yang kuat dan positif

2. Mereka tidak basa basi dan jujur

3. Mereka memndapatkan ras hormat dari oranng lain

4. Mereka menunjukan apresiasi mereka terhadap orang lain.

5. Mereka membela hak mereka tetapi sensitive terhadap pihak pihak yang

mereka ajak bicara.

6. Jika stress mereka menghadapinya dan terus bergerak maju..

Tidak mudah mengubah kepribadian kita, tetapi jika kita ingin menjadi

komunikator yang lebih baik, jika kita mengenali gaya kita sebagai pasif atau

agresif, kita harus berusaha mendapatkan pendekatan yang asertif dan percaya

diri.

2.9 Alasan mempelajari retorika

Mengapa orang belajar retorika? Mengapa orang mau menguasai ilmu pandai bicara?

Jawaban atas kedua pertanyaan Iini pasti bermacam- macam, tetapi bergantung pada diri

masing- masing.

Dalam sejarah dunia, kepandaian berbicara atau berpidato merupakan instrument

utama untuk memengaruhi massa. Bahasa dipergunakan untuk meyakinkan orang lain.

Ketidakmampuan mengunakan bahasa sehingga tidak jelas mengungkapkan masalah atau

pikiran akan membawa dampak negative dalam hidup dan karya seorang pemimpin.

Oleh karna itu, pengetahuan tentang retorika dan ilmu komunikasi yang memadai

akan membawa keuntungan bagi pribadi bersangkutan dalam bidang- bidang di bawah ini :

1. Kemampuan pribadi

21
Menguasai ilmu retorika dan keterampilan dalam menggunakan bahasa secra tepat

dpat memningkatkan keampuan pribadi orang yang bersangkutan.

2. Keberhasilan pribadi

Orang yang menguasai ilmu retorika dan terampil dalam mempergunakan bahasa

dapat mengalami kesuksesan dalam idup dan karyanya.

3. Tugas dan jabatan

Dalam mengemban suatu tugas atau jabatan, penguasaan ilmu retorika dapat

memberikan keuntugan seperti mengemukakan pikiran secara singkat, jelas, dan

padat sehingga mudah meyakinkan orang lain.

4. Kehidupan pada umumnya

Secara umum, penguasaan ilmu retorika dapat mendatangkan keuntungan seperti

memberikan kesempatan untuk mengontrol diri. Dalam proses komunikasi, orang

semakin terbuka terhadap diri sendiri dan orang lain.

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Retorika adalah seni berkomunikasi secara lisan yang dilakukan oleh seseorang

kepada sejumlah orang secara bertatap muka. Oleh karena itu, istilah retorika seringkali

disamakan dengan istilah pidatoTitik tolak retorika dalah berbicara. Berbicara berarti

mengucapkan kata tau kalimat kepada seseorang untuk mencapai tujuan tertentu.

Tujuan daripada retorika adalah untuk meyakinkan, mempengaruhi pendengaratau

pembaca terhadap apa yang kita bicarakan ataau kita tulis dengan memperhatikan beberapa

diantaranya adalah logos, pthos, etos.

Manfaat daripada retorika sangatlah banyak namun kesemuanya pada hakikatnya

hanya satu yaitu menciptakan seorang pembicara atau penulis yang menarik, professional,

memahamkan, serta mampu memahami keadaan daripada pembaca atau lawan bicara kita

sehingga tercipta suatu komunikasi yang baik dan tercapaiannya maksud yang kita inginkan.

3.2 Saran

Setelah menguraikan berbagai macam penjelasan tentang retorika yang telah diambil

dari berbagai literature referensi, diharapkan makalah ini mampu menjadi acuan bagi

mahasiswa agar mampu mengenal, memahami, dan mempraktekan metode retorika dengan

baik dan benar.

Selain itu diharapkan dengan makalah ini Mahasiswa mengetahui sejarah

perkembangan retorika dari berbagai zaman dan kemunculan retorika ini telah berpengaruh

pada peradabann manusia pada umumnya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Suryanto, S.Sos., M. Si. 2017. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung : CV Pustaka Setia

Dale Carnegie. 2015. Sukses Berkomunikasi. Jakarta :PT Gramedia Pustaka Utama.

Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss. 1996. Human Communication Konteks- konteks

Komunikasi.( Terjemahan Dr. Deddy Mulyana, M.A. dan Gebirasari)Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Hendrikus, dan Dori Wuwur. 1991. Retorika. Yogyakarta.: Kansius

Effendy, dan Onong Uchjsns.2005. Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

Komala, dan Lukiati. 2009. Ilmu Komunikasi Perspektif, proses, dan konteks. Bandung :

widya Padjajaran.

Rakhmat, dan Jalaludin. 2009. Retorika modern pendekatan praktis. Bandung : Remaja

Rosdakarya

24

Anda mungkin juga menyukai