Anda di halaman 1dari 2

-) Hubungan Retorika Dengan Psikologi

Bertahun-tahun Retorika dianggap negatif oleh sebagian ilmuwan karena


seolah-olah Retorika hanya seni propaganda saja, dengan kata-kata yang bagus
bunyinya tetapi disangsikan kebenaran isinya. Padahal, arti asli dari Retorika jauh
lebih mendalam, yakni pemekaran bakat-bakat tertinggi manusia, yakni rasio dan
cita rasa lewat bahasa selaku kemampuan untuk berkomunikasi dalam medan
pikiran (to be victorious lords in the battle of minds). Retorika menjadi mata ajar
poros demi emansipasi manusia menjadi tuan dan puan (Rakhmat, 2007: v).

Aliran pertama Retorika dalam masa modern, yang menekankan proses


psikologis, dikenal sebagai aliran epistemologis. Epistemologi membahas "teori
pengetahuan"; asal-usul, sifat, metode, dan batas-batas pengetahuan manusia. Para
pemikir epistemologis berusaha mengkaji Retorika klasik dalam sorotan
perkembangan psikologi kognitif (yakni, yang membahas proses mental).

George Campbell (1719-1796), dalam bukunya The Philosophy of


Rhetoric, menelaah tulisan Aristoteles, Cicero, dan Quintillianus dengan
pendekatan psikologi fakultas (bukan fakultas psikologi). Psikologi fakultas
berusaha menjelaskan sebab-musabab perilaku manusia pada kemampuan jiwa
manusia: pemahaman, memori, imajinasi, perasaan dan kemauan. Retorika,
menurut definisi Campbell, haruslah diarahkan kepada upaya "mencerahkan
pemahaman, menyenangkan imajinasi, menggerakkan perasaan, dan
mempengaruhi kemauan".

Jadi dapat disimpulkan bahwa Retorika sangat berperan dalam bidang


psikolog. Salah satunya untuk membentuk kepribadian dan mental yang kuat, juga
untuk merubah sikap atau prilaku orang lain.

-) Hubungan Retorika dengan sastra dan Bahasa

Kemampuan bicara bisa merupakan bakat. Namun, kepandaian bicara


yang baik memerlukan pengetahuan dan latihan. Orang sering memperhatikan
cara dan bentuk pakaian yang dikenakannya, agar kelihatan pantas, tetapi ia sering
lupa memperhatikan cara dan bentuk pembicaraan yang diucapkannya supaya
kedengaran baik. Retorika sebagai “ilmu bicara” sebenarnya diperlukan semua
orang. Menyadari penting dan manfaat retorika dalam keterampilan berbahasa,
Retorika dimasukkan ke dalam Kurikulum Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia (PBSI) pada tahun ajaran 1994/1995.

Retorika sangat berkaitan dengan Bahasa dan sastra, karena setiap orang
ingin berbicara, ia pasti menggunakan Bahasa, lalu untuk memperindah Bahasa
tersebut ketika diucapkan disitulah peran retorika muncul.

-) Hubungan retorika dengan politik

 Tokoh-tokoh Retorika klasik yang menonjol antara lain adalah Gorgias,


Lycias, Phidias, Protogoras, dan Isocrates. Kelompok ini menyebut aliran
Retorika mereka sebagai kaum Sofis. Menurut aliran ini Retorika merupakan alat
untuk memenangkan suatu kasus lewat bertutur seperti kepandaian memainkan
ulasan, kefasihan berbahasa, pemanfaatan emosi penanggap tutur, dan
keseluruhan tutur harus ditujukan untuk mencapai kemenangan. 

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa politik berkaitan dengan


retorika, karena saat berpolitik disitulah peran retorika bertindak untuk
memenangkan suatu kasus dalam perpolitikan.

Anda mungkin juga menyukai