Retorika Aristoteles Argumentasi Politik dan pendidikan adalah area dimana orang menghabiskan banyak waktu mereka untuk berbicara kepada orang lain. Ada beberapa alasan mengapa mempelajari public speaking menjadi sangat penting, pertama kompetensi dalam komunikasi lisan-dalam berbicara dan mendengar-merupakan prasyarat bagi kesuksesan akademik, personal, dan profesional seorang mahasiswa dalam hidupnya. William Coplin menuliskan bahwa keahlian komunikasi sangat penting dalam mendapatkan dan mempertahankan pekerjaan. Retorika muncul ketika seorang retor melihat atau menciptakan situasi urgensi dan memberikan diskursus yang dirancang untuk menarik perhatian audiens. Retorika didefiniskan sebagai “The Art of Constructing Arguments and Speechmaking” (seni membangun argumentasi dan seni berbicara). Hal penting dalam tradisi retorika adalah : 1. Penciptaan (invention) 2. Penyusunan (arrangement) 3. Gaya (style) 4. Penyampaian (delivery) 5. Ingatan (memory)
Sebelum berbicara (rhetor) harus menemukan ide atau gagasan, bagaimana
mengorganisasikan gagasan, bagaimana membingkai gagasan ke dalam Bahasa, menyampaikan gagasan dan akhirnya bagaimana ide tadi dapat diingat oleh orang yang mendengarkan. Penciptaan (Invention) Pengertian penciptaan meluas dan mengacu pada konseptualisasi, yaitu proses pemberian makna terhadap data melalui interpretasi. Dinterpretasikan sehingga dapat menceritakan sesuatu. Pemberian makna melalui penggalian dan penemuan ide/gagasan serta penelitian khalayak guna mengetahui metode persuasi apa yang akan digunakan Penyusunan (Arrangement) Penyusunan terjadi ketika kita tidak sekedar menemukan apa yang ada tetapi menciptakan melalui kategori interpretasi yang kita gunakan. Penyusunan mengacu pada pengorganisasian ide atau gagasan menjadi pesan. Style atau gaya Mengacu pada pemililihan kata-kata atau Bahasa yang tepat. Gaya adalah segala hal yang terkait dengan bagaimana cara menyampaikan atau presentasi symbol, mulai dari pemilihan system symbol hingga makna yang kita berikan terhadap symbol, termasuk prilaku simbolik mulai dari kata dan tindakan, pakaian yang dikenakan, hingga accessories yang dipakai. Memory atau Ingatan Ingatan mengacu pada sumber ingatan budaya yang lebih luas termasuk juga proses persepsi yang mempengaruhi bagaimana kita memperoleh dan mengolah informasi, dan selanjutnya menyampaikan ke audience. Aristoteles biasanya dikenal sebagai orang yang memberikan penjelasan mengenai dinamika public speaking. Retorika terdiri atas tiga buku. 1. Fokus pada pembicara, 2. Fokus pada khalayak, 3. Fokus isi dari pidato itu sendiri. 1. Pembicara yang efektif harus mempertimbangkan khalayak mereka Komunikasi merupakan proses tansaksional. Para pembicara tidak boleh menyusun atau menyampaikan pidato mereka tanpa mempertimbangkan khalayak mereka. Para pembicara harus, dalam hal ini, berpusat pada khalayak. Mereka harus memikirkan khalayak sebagai kelompok besar orang yang homogen. 2. Pembicara yang efektif menggunakan beberapa bukti dalam presentasi mereka.
Berkaitan dengan apa yang
dilakukan pembicara dalam persiapan pidato mereka dan dalam pembuatan pidato tersebut. Bukti-bukti yang dimaksud oleh Aristoteles ini merujuk pada cara- cara persuasi, dan bagi Aristoteles, terhadap tiga bukti : ethos, pathos, dan logos. Merujuk pada karakter, intelegensi, dan niat baik yang dipersepsikan dari seorang pembicara ketika hal-hal ini ditunjukkan melalui pidatonya. Eugene Ryan menyatakan bahwa ethos merupakan istilah yang luas yang merujuk pada pengaruh timbal balik yang dimiliki oleh pembicara dan pendengar terhadap satu sama lain. Misal : Para pendukung caleg (konstituen) memberikan perhatian kepada calegnya, dengan selalu mendukung pernyataannya. Bukti yang kedua adalah logos, logos adalah bukti-bukti yang digunakan oleh pembicara - argumen mereka, rasionalisasi, dan wacana. Bagi Aristoteles logos mencakup penggunaan beberapa praktik termasuk menggunakan klaim logis dan bahasa yang jelas. Misal : Para caleg menggunakan data yang mereka dapatkan untuk meyakinkan konstituennya...perbaikan jalan, gizi buruk, perbaikan fasilitas dll. Sedangkan pathos berkaitan dengan emosi yang dimunculkan dari para pendengar. Aristoteles berargumen bahwa para pendengar menjadi alat pembuktian ketika emosi mereka digugah, para pendengar menilai dengan cara berbeda ketika mereka dipengaruhi oleh rasa bahagia, sakit, benci, atau takut. Misal : yang hadir sebagai konstituen caleg A, merupakan pendukungnya, sehingga para konstituen akan secara emosional mendukung si caleg. Aristoteles yakin bahwa, agar suatu pidato pesuasif dapat menjadi efektif, para pembicara harus mengikuti tuntunan tertentu atau prinsip-prinsip, yang ia sebut kanon. Ini merupakan rekomendasi untuk membuat suatu pidato lebih menggugah.
Para ahli retoris klasik telah mempertahankan pengamatan
Aristoteles ini, dan hingga hari ini, kebanyakan penulis mengenai teks public speaking dalam komunikasi mengikuti kanon-kanon Aristoteles untuk menghasilkan pidato yang efektif. Walaupun tulisannya dalam retorika berfokus pada persuasi, kanon-kanon itu telah diterapkan dalam beberapa situasi berbicara. Argumentasi merupakan dasar yang paling fundamental dalam ilmu pengetahuan. Dalam dunia ilmu pengetahuan, argumentasi itu tidak lain sebuah usaha untuk mengajukan bukti-bukti atau menentukan kemungkinankemungkinan untuk menyatakan sikap atau pendapat mengenai suatu hal (Keraf, 1994: 3). Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara. Mengenai etika dan moral ini Quitilian (dalam Syafi’ie, 1988: 5), dapat diketahui bahwa etika dan moral adalah unsur yang penting dalam sebuah retorika. Dengan adanya etika dan moral ini menjadikan retorika sebagai aktivitas komunikasi yang bertanggung jawab. Unsur etika dan moral inilah yang menjadi tumpuan bahwa orang menguasai retorika diharapkan menjadi orang yang baik. Etika merupakan bagian dan pengertian dari ethos, usaha untuk mengerti tata aturan sosial yang menentukan dan membatasi tingkah laku manusia, sehingga menjadi aturan untuk mengatur kehidupan manusia secara umum.