Anda di halaman 1dari 4

RETORIKA

KELOMPOK 5:

Eunike Inka Safira / 180906502

Stevain Darshan Kislew M. J. / 180906503

Vallenscia Patriq S. / 180906699

Sintia Stevani / 180906710

Menurut Robert T. Craig, tradisi retorika memandang komunikasi sebagai sebuah seni
praktek diskursus. Dalam artian bahwa komunikasi manusia merupakan sebuah bentuk seni
yang seringkali ditampilkan pada berbagai macam bentuk seperti persuasi atau pidato.
Berdasarkan tradisi retorika, komunikasi dapat digunakan sebagai strategi untuk
mengembangkan argumen yang kuat dan kredibel yang dapat mengarah pada keberhasilan
persuasi terhadap khalayak.

Teori ini menjelaskan tentang inti dari sebuah komunikasi ini adalah persuasi, yaitu
komunikasi yang terjadi ketika seorang pembicara menyampaikan pembicaraannya kepada
khalayak dalam mengubah sikap mereka. Aristoteles berpendapat bahwa suatu komunikasi
akan berjalan apabila ada 3 unsur utama komunikasi yaitu pembicara (speaker), pesan
(message), dan pendengar (audience). Ia juga memfokuskan komunikasi pada komunikasi
retoris atau yang lebih di kenal saat ini dengan komunikasi publik (public speaking) atau
pidato, sebab pada masa Yunani kuno seni berpidato merupakan keterampilan penting.

Model Komunikasi Aristoteles

Aristoteles merasa bahwa pendengar sangat penting bagi efektivitas seorang pembicara. Bisa
dikatakan bahwa pada akhirnya para pendengar lah, yang menentukan akhir dan tujuan dari
pesan yang diterima.

Asumsi Teori Retorika

Teori Retorika dari Aristoteles ini memiliki dua asumsi sebagai berikut:
1.Pembicara yang efektif harus mempertimbangkan khalayak mereka

2.Pembicara yang efektif menggunakan beberapa bukti dalam persentasi mereka

Asumsi ini mengarah kepada konsep analisis khalayak. Komunikasi merupakan proses
transaksional. Dalam konteks public speaking, Aristoteles merasa bahwa pendengar sangat
penting bagi efektivitas seorang pembicara. Bisa dikatakan bahwa pada akhirnya para
pendengar, yang menentukan akhir dan tujuan dari pesan yang diterima.

Asumsi yang kedua Aristoteles menyatakan bahwa apa yang dilakukan pembicara
dalam persiapan menyampaikan pesan mereka dan dalam pembuatan pesan tersebut. Bukti
– bukti yang dimaksudkan oleh Aristoteles pada asumsi kedua ini merujuk pada cara – cara
persuasi,yang terdapat dalam tiga bukti, yaitu :

1.Ethos adalah karakter, inteligensi dan niat baik yang dipersepsikan dari seorang pembicara.

2.Logos adalah bukti logis atau penggunaan argumen dan bukti, rasionalisasi dan wacana
yang di gunakan dalam sebuah pesan.

3.Pathos adalah bukti emosional atau emosi, yang dimunculkan dari para pendengar.

Kanon Retorika

Kanon merupakan tuntunan atau prinsip – prinsip yang harus diikuti oleh pembicara agar
pesan persuasif dapat menjadi efektif, yaitu:

1. Invention (Penemuan)

Di tahap ini, pembicara menggali topik dan meneliti khlalayak untuk mengetahui
metode persuasi yang paling tepat.

Menurut Aristoteles, retorika tidak lain daripada kemampuan untuk menentukan,


dalam kejadian tertentu dan situasi tertentu, metode persuasi yang ada.

2. Dispositio (Penyusunan)
a) Meyusun pidato atau mengorganisasikan pesan.
b) Pesan dibagi ke beberapa bagian yang berkaitan secara logis.
Aristoteles mengatakan bahwa pengantar berfungsi menarik perhatian,
menumbuhkan kredibilitas, dan menjelaskan tujuan.

3. Elocutio (Gaya)

Pembicara harus memilih kata-kata dan menggunakan bahasa yang tepat untuk
“mengemas” pesannya.

Aristoteles memberi nasihat untuk menggunakan bahasa yang tepat, benar, dan
dapat diterima; memilih kata-kata yang jelas dan langsung; sampaikan kalimat yang
benar dan indah, mulia, dan hidup; sesuaikan bahasa dengan pesan, khalayak, dan
pembicara.

4. Memoria (Memori)

Di tahap ini, pembicara harus mengingat apa yang ingin disampaikan, dengan
mengatur bahan pembicaraan. Aristoteles menyarankan “jembatan keledai” untuk
memudahkan ingatan.

5. Pronunciation (Penyampaian)

Di tahap ini, akting sangat berperan, maka pembiacara harus memperhatikan


olah suara dan gerakan anggota badan.

Jenis Retorika

1.Retorika Forensik: keadaan ketika pembicara mendorong munculnya rasa bersalah atau
tidak bersalah dari pendengar.

2.Retorika Epideiktik: wacana yang berhubungan dengan pujian atau tuduhan.

3.Retorika Deliberatif: saat pembicara harus menentukan suatu tindakan yang harus diambil,
sesuatu yang harus atau tidak boleh di lakukan oleh khalayak.
DAFTAR PUSTAKA

http://staffnew.uny.ac.id/upload/198503112008121002/pengabdian/belajar-
retorika-untuk-anak-smp-read-only-compatibility-mode.pdf

Reihan, A. Februari, 6. 2015.


<https://www.kompasiana.com/alanreihan/54f9014fa33311a13d8b491a/teori-retorika>

Anda mungkin juga menyukai