Anda di halaman 1dari 29

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Merubah Mindset Masyarakat

2.1.1.1 Pengertian Mindset

Teori growth menjelaskan bahwa mindset merupakan suatu kondisi

mental yang mengasumsikan bahwa seseorang dapat bertumbuh (grow)

dalam kapasitas kemampuannya, dan skill seseorang bukanlah sifat/bakat

yang fixed dari lahir (Dweck, 2009; Martoyo dkk, 2019:808). Banyak siswa

melihat diri sebagai mempunyai bakat atau kemampuan intelektual tertentu

yang tak dapat berubah (fixed mindset). Walaupun cukup pandai, seseorang

dengan fixed mindset akan menghindari tantangan yang lebih besar karena

kegagalan akan memperlihatkan bahwa dia tidak pandai. Sebaliknya,

seseorang dengan growth mindset dapat lebih leluasa menerima tantangan

belajar yang lebih besar, karena meyakini kemampuan seseorang dapat

bertumbuh (growth mindset), dan bukan ditentukan oleh bakat atau IQ yang

fixed dari lahir.

Menurut Yunus dkk. (2013:202) dalam buku Mindset Revolution :

Optimalisasi Potensi Otak Tanpa Batas menjelaskan mengenai

definisi mindset. 

“Pola pikir juga dikenal dengan istilah mindset adalah cara otak
dan akal menerima, memproses, menganalisis, mempersepsi, dan
membuat kesimpulan terhadap informasi yang masuk melalui indra
kita. Pola pikir itu bekerja bagaikan ramalan bintang di kepala
kita. Sewaktu kita hanyut dalam samudra informasi maka

9
pikiran mencari arah dengan berpegangan pada pola pikir yang
sudah terbentuk sebelumnya. Pola pikir itu untuk menjaga pikiran
agar tetap berada pada jalur yang sudah menjadi keyakinan kita
dan mendukung pencapaian tujuan yang menjadi pilihan kita.”

Sedangkan menurut Maksum (2022:80) mindset  adalah  pola  pikir

yang akan menentukan tindakan. Tindakan ini akan mengantarkan kita makin

mendekat (atau justru menjauh) dari impian dan cita-cita kita. Mindset adalah

inti dari selflearning atau pembelajaran diri. Inilah yang menentukan

bagaimana memandang sebuah potensi, kecerdasan, tantangan dan peluang

sebagai sebuah proses yang harus diupayakan dengan ketekunan, kerja keras,

dan usaha untuk tercapainya tujuan (Maksum, 2022:87).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa mindset merupakan cara otak dan akal manusia dalam menerima,

memproses, menganalisis, mempersepsi, dan membuat kesimpulan terhadap

informasi yang masuk melalui indra yang nantinya menjadi inti pembelajaran

diri yang membentuk pola  pikir keyakinan manusia yang pada akhirnya akan

menentukan tindakan dan mendukung pencapaian tujuan yang menjadi

pilihannya. Sehingga mindset itu dapat bertumbuh dalam kapasitas

kemampuan dan skill seseorang .

2.1.1.2 Komponen Mindset

Menurut Burhanudin (2018:22) mindset memiliki komponen yaitu:

a. Paradigma

Paradigma merupakan seperangkat kepercayaan dasar (atau yang ada di balik

fisik yakni meta-fisik) yang sifatnya pokok atau prinsip utama menjadi cara

10
yang digunakan oleh seseorang dalam memandang sesuatu. Paradigma

adalah system keyakinan dasar atau cara memandang dunia.

b. Keyakinan Dasar

Keyakinan dasar merupakan kepercayaan yang melekat pada seseorang

kepada sesuatu. Jika kita melakukan sesuatu yang diyakini, kita akan

mengerjakan sesuatu dengan penuh hati. Keyakinan merupakan suatu sikap

yang ditunjukkan oleh manusia ketika dia merasa cukup tahu dan

menyimpulkan bahwa dirinya sudah mencapai kebenaran. Keyakinan adalah

suatu sikap, maka keyakinan seseorang tidak selalu benar atau keyakinan

semata bukanlah jaminan kebenaran.

c. Nilai Dasar

Nilai Dasar adalah sikap, sifat dan karakter yang dijunjung tinggi seseorang,

sehingga berdasarkan semua itu nilai-nilai tersebut seseorang dibatasi.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka komponen mindset dibedakan

menjadi 3 yaitu paradigma, keyakinan dasar dan nilai dasar. Paradigma

merupakan seperangkat kepercayaan dasar yang membentuk keyakinan dasar,

keyakinan dasar merupakan kepercayaan yang melekat pada manusia yang

pada akhirnya membentuk sikap manusia dan menjadi sifat dan karakter

sebagai nilai dasar manusia yang dijunjung tinggi.

2.1.1.3 Jenis Mindset

Menurut Shulkhah (2020:43), ada 2 macam jenis mindset yaitu fixed

mindset (Mindset Tetap) dan Growth Mindset (Mindset Berkembang).

11
a. Fixed Mindset (Mindset Tetap)

Fixed Mindset atau Mindset tetap ini didasarkan pada kepercayaan bahwa

kualitas seseorang telah ditetapkan. Apabila seseorang memiliki sejumlah

intelegensi, karakter dan kepribadian tertentu.

Adapun ciri-ciri orang dengan mindset tetap atau fixed mindset:

1) Memiliki keyakinan bahwa inteligensi, bakat, sifat sebagai fungsi

hereditas atau keturunan.

2) Menghindari adanya tantangan

3) Mudah menyerah

4) Menganggap usaha yang dilakukan tidak ada gunanya

5) Mengabaikan kritik yang diberikan padanya

6) Merasa terancam dengan kesuksesan yang diraih  orang lain

b. Growth Mindset (Mindset Berkembang)

Growth Mindset atau Mindset berkembang ini didasarkan pada

kepercayaan bahwa kualitas dasar seseorang merupakan hal yang bisa diolah

melalui upaya tertentu. Walaupun manusia mungkin berbeda dalam segala hal

seperti bakat, kemampuan atau tempramen setiap orang dapat berubah dan

berkembang melalui perlakukan dan juga pengalaman.

Ciri-Ciri Orang yang memiliki mindset berkembang atau growth mindset

yaitu:

1) Memiliki keyakinan bahwa intelegensi, bakat dan sifat bukan fungsi

hereditas atau keturunan.

2) Menerima tantangan dan bersungguh-sungguh menjalankannya

12
3) Tetap berpandangan ke depan dari kegagalan

4) Berpandangan positif terhadap usaha

5) Belajar dari kritik yang diterima

6) Menemukan pelajaran dan mendapatkan inspirasi dari kesuksesan orang

lain

Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

manusia dapat saja memiliki mindset yang tetap akan tetapi berdasarkan teori

growth mindset , maka mindset manusia dapat diubah atau dikembangkan

melalui perlakuan dan pengalamannya.

2.1.1.4 Faktor yang memperngaruhi Mindset

Mindset tidak terbentuk begitu saja. Ada beragam faktor internal

maupun eksternal yang dapat memengaruhinya. Menurut Delliana (2016: 10)

Berikut adalah beberapa faktor tersebut:

a. Kepribadian

Salah satu pengaruh dari dalam diri terhadap mindset seseorang adalah

kepribadiannya. Ada beberapa kepribadian yang punya kecenderungan untuk

membuat seseorang memiliki mindset negatif dan begitu juga sebaliknya.

Meski begitu, seseorang bisa mengatasinya dengan melatih diri untuk

melihat suatu hal dari sisi positif terlebih dahulu sehingga, dapat membantu

untuk memiliki persepsi dan mindset positif.

b. Lingkungan sekitar

Faktor lain yang dapat memengaruhi mindset adalah lingkungan sekitar.

Pengaruh ini bisa datang dari rekan kerja, sahabat, dan pimpinan kerja.

13
Seseorang akan memiliki mindset negatif jika lingkungan sekitarnya diisi

oleh teman atau rekan kerja yang terus berpikiran negatif juga. Mindset juga

akan turut menjadi negatif dan lebih rentan merasa stres serta frustrasi saat

bekerja ketika ruangan atau meja kerjamu berantakan. Sebaliknya, akan

memiliki mindset positif dan tidak mudah terkena stres ketika orang di sekitar

turut berpikiran positif serta ruangan kerja selalu bersih.

c. Keluarga

Faktor lain yang dapat memengaruhi mindset, baik itu positif atau

negatif, adalah keluarga. Setiap orang tentu akan mengalami masa kecil

dalam hidupnya. Di sinilah, peran penting keluarga dalam membentuk

mindset seseorang. Ketika seseorang memiliki masa kecil yang sulit karena

keluarganya, ada kemungkinan terbentuk mindset negatif ketika dewasa. Jika

hal ini terjadi, salah satu hal yang dapat membantu

mengubah mindset negatif menjadi positif adalah dengan memaafkan.

Meskipun sulit, hal ini akan membantu untuk menatap ke depan dan melepas

diri dari hal-hal yang menghantui di masa lalu.

d. Pendidikan

Pendidikan juga dapat menjadi salah satu faktor yang

membentuk mindset seseorang. Seseorang yang mengenyam pendidikan

dengan sungguh-sungguh akan membuat diri memiliki mindset positif.

Keyakinan bahwa kerja keras yang dilakukan dapat membuat terus

berkembang. Di sisi lain, seseorang akan mengadopsi mindset negatif ketika

14
ia tidak menjalani pendidikan dengan serius. Sehingga, hal tersebut

membuatnya sulit untuk berkembang sebagai seorang manusia.

e. Bagaimana memandang diri sendiri

Faktor lain yang dapat memengaruhi terbentuknya mindset adalah

bagaimana memandang diri sendiri. Ketika melihat diri secara positif terlepas

rintangan yang dihadapi, hal ini akan membuat mengadopsi mindset yang

baik dan membantu diri untuk berkembang. Sebaliknya, diri akan kesulitan

untuk berkembang ketika melihat diri sendiri secara negatif. Hal ini pun akan

membuat turut mengadopsi mindset negatif.

Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa

mindset manusia dapat dirubah. Perubahan mindset manusia dapat

dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang

dapat merubah mindset manusia adalah kepribadian manusia itu sendiri dan

bagaimana manusia memandang dirinya sendiri. Sementara faktor internal

yang dapat merubah mindset manusia antara lain adalah lingkungan sekitar,

keluarga, dan pendidikan. Perubahan mindset manusia diperlukan karena

dengan adanya perubahan mindset diharapkan masyarakat mampu

mengembangkan mindset yang positif dan meminimalisasi mindset yang

negative. Perubahan fikiran akan mengubah keyakinan diri, mengubah sikap,

mengubah tingkah laku, mengubah peran, mengubah nasib yang pada

akhirnya perubahan nasib akan membawa perubahan pada pola hidup yang

lebih baik.

15
2.1.2 Sampah

Menurut Mardhia dkk, 2018:1 sampah adalah sesuatu yang tidak

dipergunakan lagi, yang tidak dapat dipakai lagi, yang tidak disenangi dan

harus dibuang, maka sampah tentu saja harus dikelola dengan sebaik-baiknya,

sedemikian rupa, sehingga hal-hal yang negatif bagi kehidupan tidak sampai

terjadi. Mendefinisikan sampah adalah limbah atau buangan yang bersifat

padat atau setengah padat, yang merupakan hasil sampingan: dari kegiatan

perkotaan atau siklus kehidupan manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan.

Sampah adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh

pemilik atau pemakai sebelumnya, tetapi bagi sebagian orang masih bisa

dipakai jika dikelola dengan prosedur yang benar (Hardi, 2021 : 94).

Menurut Undang-Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun 2008

menyatakan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari

proses alam yang berbentuk padat. Sampah yang dikelola, menurut Undang -

Undang no 18 tahun 2008 dikelompokkan menjadi sampah rumah tangga,

sampah sejenis rumah tangga dan sampah spesifik. Sampah rumah tangga

merupakan sampah yang dihasilkan dari kegiatan sehari-hari dalam rumah

tangga tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah sejenis sampah

rumah tangga merupakan sampah yang berasal dari kawasan komersial,

kawasan industry, kawasan khusus, fasilitas social, fasilitas umum, dan/atau

fasilitas lainnya. Sedangkan sampah spesifik meliputi :

1) sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beravun

2) sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun

16
3) sampah yang timbul akibat bencana

4) puing bongkaran bangunan

5) sampah yang secara teknologi belum dapt diolah

6) sampah yang timbul secara tidak periodik.

2.1.2.1 Karakteristik Sampah

Karakteristik sampah sangat dibutuhkan dalam memanajemen

pengolahan persampahan. Karakteristik sampah dipengaruhi oleh beberapa

faktor diantaranya yaitu pendapatan masyarakat, pertumbuhan penduduk,

produksi pertanianm pertumbuhan industri, dan konsumsi serta perubahan

musim. karakteristik sampah terbagi atas beberapa aspek yakni sebagai

berikut (Notoatmojo, 2003; Hardi, 2021:102) :

1. Karakteristik Fisika

a. Berat Jenis

Berat jenis ialah berat material per unit volume (satuan lb/ft3, lb/yd3

atau kg/m3 ). Data ini dibutuhkan sebagai alat menghitung beban massa

dan volume total dari timbulan sampah yang akan dikelola. Faktor yang

mempengaruhinya adalah: Komposisi sampah, Musim, Durasi

penyimpanan.

b. Kelembapan

Menentukan kelembapan dalam sampah dapat digunakan dua cara

yaitu dengan ukuran berat basah dan berat kering. Ukuran kelembapan

yang umum digunakan dalam manajemen persampahan adalah % berat

basah (wet weight). Data kelembapan sampah berguna dalam perencanaan

17
bahan wadah, periodisasi pengumpulan, dan desain sistem pengolahan.

Kelembapan sampah dipengaruhi oleh: komposisi sampah , musim, kadar

humus, curah hujan.

c. Ukuran dan distribusi partikel

Penentuan ukuran dan distribusi partikel sampah dlakukan agar dapat

menentukan jenis fasilitas pengolahan sampah, dikhususkan untuk

memisahkan partikel besar dengan partikel kecil. Ukuran komponen rata-

rata yang ditemukan dalam sampah perkotaan berkisar antara 7-8 inchi.

d. Field Capacity

Field capacity adalah jumlah kelembapan yang dapat ditahan dalam

sampah akibat gaya gravitasi. Field capacity sangat penting dalam

menentukan aliran leachate dalam landfill. Biasanya field capacity sebesar

30% dari volume sampah total.

e. Permeabilitas sampah yang dipadatkan

Permeabilitas sampah yang dipadatkan diperlukan untuk

mengetahuigerakan cairan dan gas dalam landfill.

2. Karakteristik Kimia

Karakteristik kimia pada sampah digunakan sebagai cara mengevaluasi

alternatif suatu proses dan sistem recovery pengolahan sampah.

a. Proximate Analysis

Proximate analysis terhadap komponen Municipal Solid Waste (MSW)

mudah terbakar meliputi : kelembapan (kadar air berkurang pada suhu

105c, t= 1 jam), volatile combustible matter (berat sampah yang

18
berkurang pada pemanasan 950c), fied carbon (sisa material setelah

volatil hilang), ash (sisa pembakaran).

b. Titik Lebur Abu

Titik lebur abu merupakan titik temperatur saat pembakaran

menghasilkan abu, berkisar antara 1100 – 1200C (2000 - 2200F).

c. Ultimate Analysis

Ultimate Analysis meliputi penentuan unsur Karbon (C), Hidrogen (H),

Oksigen (O), Nitrogen (N), dan Sulfur (S) sampah. Berdasarkan nilai C

dan N ini dapat ditentukan rasio C/N sampah.

d. Kandungan Energi Komponen Sampah

Kandungan energi yang terdapat di dalam sampah dapat dihitung

dengan cara menggunakan alat calorimeter atau bomb calorimeter, dan

dengan perhitungan.

3. Karakteristik Biologi

Penentuan karakteristik biologi digunakan untuk menentukan karakteristik

sampah organik di luar plastik, karet dan kulit. Parameterparameter yang

umumnya dianalisis untuk menentukan karakteristik biologi sampah organik

terdiri atas :

a. parameter yang larut dalam air terdiri atas gula, zat tepung, asam

amino, dan lain-lain;

b. hemiselulosa yaitu hasil kondensasi gula dan karbon

c. selulosa yaitu hasil kondensasi gula dan karbon

d. lemak, minyak, lilin

19
e. lignin yaitu senyawa polimer dengan cincin aromatik;

f. lignoselulosa merupakan kombinasi lignin dengan selulosa

g. protein terdiri atas rantai asam amino.

2.1.2.2 Jenis Sampah

Keberadaan sampah tidak berdiri sendiri. Adanya sampah karena

banyak faktor dan situasi yang meliputinya. Sampah yang diatur dalam UU

N0. 18 tahun 2008 ini terbagi menjadi tiga jenis, yaitu: sampah rumah tangga,

sampah sejenis rumah tangga, dan sampah spesifik. Sampah rumah tangga

merupakan sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah

tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Sedangkan sampah sejenis

sampah rumah tangga merupakan sampah yang berasal dari kawasan

komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum,

dan/atau fasilitas lainnya.

Menurut UU No.18 Tahun 2008 tersebut terbagi menjadi 6 jenis yaitu:

sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun; sampah yang

mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun; sampah yang timbul

akibat bencana; puing bongkaran bangunan; ssampah yang secara teknologi

belum dapat diolah; dan/atau; sampah yang timbul secara tidak periodik.Oleh

karena itu, sampah mempunyai sumber dan jenisnya masing – masing .

Sumber-sumber sampah yaitu (Notoatmojo, 2003; Hardi, 2021:100) :

1. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic waste). Sampah ini

terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah tangga

yang sudah dipakai dan dibuang, seperti sisa-sisa makanan baik yang

20
sudah dimasak atau belum, bekas pembungkus baik kertas, plastik,

daun, dan sebagainya, pakaian-pakaian bekas, bahan-bahan bacaan,

perabot rumah tangga, daun-daunan dari kebun atau taman.

2. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum. Sampah ini berasal

dari tempattempat umum, seperti pasar, tempat-tempat hiburan,

terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya. Sampah ini berupa

kertas, plastik, botol, daun, dan sebagainya.

3. Sampah yang berasal dari perkantoran. Sampah ini dari perkantoran

baik perkantoran pendidikan, perdagangan, departemen, perusahaan,

dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas-kertas, plastik, karbon, klip

dan sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat anorganik, dan mudah

terbakar (rubbish). Sampah yang berasal dari jalan raya adalah sampah

dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari: kertas-kertas,

kardus-kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban, onderdil-

onderdil kendaraan yang jatuh, daun-daunan, plastik, dan sebagainya.

4. Sampah yang berasal dari industri (industrial waste). Sampah ini

berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang berasal dari

pembangunan industri, dan segala sampah yang berasal dari proses

produksi, misalnya : sampah-sampah pengepakan barang, logam,

plastik, kayu, potongan tekstil, kaleng, dan sebagainya.

5. Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan. Sampah ini sebagai

hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya: jerami, sisa sayur-

21
mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah, dan

sebagainya.

6. Sampah yang berasal dari pertambangan. Sampah ini berasal dari

daerah pertambangan, dan jenisnya tergantung dari jenis usaha

pertambangan itu sendiri, misalnya: batu-batuan, tanah/cadas, pasir,

sisa-sisa pembakaran (arang), dan sebagainya.

7. Sampah yang berasal dari petenakan dan perikanan. Sampah yang

berasal dari peternakan dan perikanan ini, berupa : kotoran-kotoran

ternak, sisa-sisa makanan bangkai binatang, dan sebagainya

Menurut Kemenkes (2020), Limbah padat domestik adalah limbah yang

berasal dari kegiatan kerumahtanggaan atau sampah sejenis, seperti sisa

makanan, kardus, kertas, dan sebagainya baik organik maupun anorganik.

Sedangkan limbah padat khusus meliputi masker sekali pakai, sarung tangan

bekas, tisu/kain yang mengandung cairan/droplet hidung dan mulut),

diperlakukan seperti Limbah B3 infeksius.

Kesimpulan dari Sampah menurut peneliti yaitu dari pemukiman

penduduk pada suatu pemukiman biasanya sampah dihasilkan oleh suatu

keluarga yang tinggal di suatu bangunan atau asrama. Jenis sampah yang

dihasilkan biasanya organik, seperti sisa makanan atau sampah yang bersifat

basah, kering, abu plastik dan lainnya. Sampah dari tempat-tempat umum dan

perdagangan tempat – tempat umum adalah tempat yang dimungkinkan

banyaknya orang berkumpul dan melakukan kegiatan. Tempat-tempat

tersebut mempunyai potensi yang cukup besar dalam memproduksi sampah

22
termasuk tempat perdagangan seperti pertokoan dan pasar. Jenis sampah yang

dihasilkan umumnya berupa sisa-sisa makanan, sayuran dan buah busuk,

sampah kering, abu, plastik, kertas, dan kaleng-kaleng serta sampah lainnya.

2.1.3 Pengelolaan Sampah

Undang-undang Republik Indonesia no 18 tahun 2008 tentang

Pengelolaan Sampah menjelaskan bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari

– hari manusia dan proses alam yang berbentuk padat. Sampah yang perlu

dikelolan dengan baik berdasarkan Undang – Undang terdiri dari sampah

rumah tangga, sampah sejenis sampah rumah tangga dan sampah spesifik.

Sampah rumah tangga merupakan sampah yang berasal dari kegiatan sehari-

hari rumah tangga. Sampah sejenis sampah rumah tangga merupakan sampah

yang berasal dari Kawasan komersiil, Kawasan khusus, fasilitas sosial,

fasilitas umum dan fasilitas lainnya. Sementara yang dimaksud dengan

sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi atau

volumenya memerlukan pengelolaan khusus.

Undang – Undang RI no 18 tahun 2008 juga menyatakan bahwa

pengelolaan Sampah merupakan kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan

berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan. Kegiatan

pengelolaan sampah harus diselenggarakan berdasarkan pada asas

tanggungjawab, berkelanjutan, manfaat, keadilan, kesadaran, kebersamaan,

keselamatan, keamanan dan nilai ekonomi. Pengelolaan sampah ditujukan

untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta

menjadikan sampah sebagai sumber daya.

23
Sampah yang berasal dari rumah tangga masuk dalam kategori sampah

yang mengandung B3. B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun ) adalah zat, energi

dan komponen lain yang karena sifat, konsentrasi atau jumlahnya, baik secara

langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan atau merusak

lingkungan hidup, dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,

serta kelangsungan hidup manusia dan mahluk hidup lain. Sampah timbul

dari kegiatan manusia, selalu ada di setiap waktu, dan apabila di total,

volumenya akan sangat besar dan perlu penanganan khusus. Dengan

demikian dapat tersirat bahwa pengelolaan sampah memerlukan penanganan

secara khusus. Setiap oraang atau rumbah tangga wajib mengurangi dan

menangani sampah dengan cara yang berwawasan lingkungan demi untuk

menjaga kesehatan dan kelangsungan hidup semua mahkluk.

Presiden republik Indonesia dalam Undang-undang RI no 18 tahun

2008 tentang Pengelolaan Sampah menimbang bahwa pertambahan jumlah

penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat menimbulkan

bertambahnya volume, jenis dan karakteristik sampah yang semakin beragam.

Pengelolaan sampah selama ini belum sesuai dengan metode dan teknik

pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan. Sampah merupakan

permasalahan Nasional.

Pada Bab II pasal 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no 27

tahun 2020 tentang Pengelolaan Sampah Spesifik menyatakan bahwa

Pemerintah Pusat, daerah provinsi, dan daerah kabupaten/kota sesuai dengan

kewenangannya melakukan Pengelolaan Sampah. Pelaksanaan Pengelolaan

24
Sampah , Pemerintah Pusat melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap

daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah di Banyuwangi

berdasarkan Perda no 7 tahun 2022 tentang Pengelolaan Sampah Rumah

Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

Menurut UU RI no 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah,

dijelaskan bahwa prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) merupakan dasar

dalam penanganan dan pengurangan timbunan sampah. Pengertian dari 3R

(Reduce, Reuse, Recycle) itu sendiri (Fitria, 2022:34) yaitu:

a. Reduce (mengurangi timbulan sampah), yaitu mengurangi kegiatan

konsumsi yang menyebabkan timbunan sampah.

b. Reuse (menggunakan kembali bahan yang berpotensi menimbulkan

sampah), yaitu penggunaan kembali sampah secara langsung, baik untuk

fungsi yang sama maupun fungsi yang lain.

c. Recycle (mendaur ulang sampah), yaitu memanfaatkan kembali sampah

setelah mengalami proses pengolahan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan

sampah merupakan permasalahan yang tak kunjung usai. Pengelolaan sampah

perlu peduli dari peran serta masyarakat. Selama mindset masyarakat

terhadap pegelolaan sampah buruk, maka pengelolaan sampah pada daerah

tertentu sudah pasti buruk. Pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam

pengurangan dan penanganan pengelolaan sampah sangat perlu ditingkatkan.

Dampak negatif yang ditimbulkan akibat dari pengelolaan sampah adalah

25
menurunnya kualitas lingkungan hidup yang bersih dan sehat. Perlu adanya

tindakan yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengelola

sampah rumah tangga yang baik. Salah satu tindakan tersebut yaitu dengan

meningkatkan mindset masyarakat dalam pengelolaan sampah.

2.1.4 Lintas Budaya

Lintas budaya terjadi ketika manusia dengan budayanya berhubungan

dengan manusia lain yang berasal dari budaya berbeda, berinteraksi dan

bahkan saling mempengaruhi. Menurut Kusherdyana (2020) lintas budaya

adalah istilah yang sering digunakan untuk menjabarkan situasi ketika sebuah

budaya dihadapkan dengan budaya lain dan keduanya saling memberikan

pengaruh dan dampak baik positif maupun negatif, seperti yang terjadi dalam

setiap kegiatan wisata, di mana wisatawan dipastikan melakukan interaksi

dan memberikan dampak baik positif maupun negatif kepada masyarakat

setempat. Adanya perbedaan budaya karena budaya bersifat dinamis dan

selalu berevolusi sehingga perlu beragam pendekatan untuk memahami

kebudayaan, antara lain dengan cara melakukan asimilasi, integrasi dan

pemahaman lintas budaya.

Pemahaman lintas budaya menurut Tri (2022:5) menjadikan manusia

dapat berkomunikasi dengan baik dan pada akhirnya, pemahaman lintas

budaya dapat mempererat ikatan manusia dengan manusia lain serta

memberikan keunikan pada diri manusia dan masyarakat. Berbagai

pengalaman dan pengetahuan, saling memahami dan melengkapi melalui

lintas budaya akan tercipta perdamaian dan harmonisasi kehidupan.

26
Pemahaman lintas budaya merupakan tuntutan yang tidak bisa ditawartawar

lagi. Alasan utama mempelajari komunikasi lintas budaya adalah karena

dunia sedang menyusut, semakin terasakan dewasa ini. Proses ini yang

sekarang disebut globalisasi. Kenyataannya saat ini banyak sekali. pekerja

ekspatriat yang bekerja sebagai tenaga ahli, konsultan, maupun sebagai

manajer di beberapa perusahaan Indonesia (Kusherdyana, 2020). Semakin

banyak pula pelajar (yang dikirim melalui program AFS atau Rotary Club),

guru, dosen, Program Pertukaran Pemuda Indonesia-Kanada, Program

Pertukaran Pemuda Indonesia-Australia, naturalisasi olahragawan, dan

sebagainya (Tri, 2022:6).

2.1.4.1 Tujuan Lintas Budaya

Tujuan pemahaman lintas budaya atau mempelajari komunikasi lintas

budaya itu bersifat kognitif dan afektif menurut (Litvin, 2004; Kusherdyana,

2020) yaitu untuk:

1. Menyadari bias budaya sendiri

2. Lebih peka secara budaya

3. Memperoleh kapasitas untuk benar-benar terlibat dengan anggota

dari budaya lain untuk menciptakan hubungan yang langgeng dan

memuaskan orang tersebut

4. Merangsang pemahaman yang lebih besar atas budaya sendiri

5. Memperluas dan memperdalam pengalaman seseorang

6. Mempelajari keterampilan komunikasi yang membuat seseorang

mampu menerima gaya dan isi komunikasinya sendiri

27
7. Membantu memahami budaya sebagai hal yang menghasilkan dan

memelihara semesta wacana dan makna bagi para anggotanya

8. Membantu memahami kontak antar budaya sebagai suatu cara

memperoleh pandangan ke dalam budaya sendiri: asumsi-asumsi,

nilainilai, kebebasan-kebebasan dan keterbatasan-keterbatasannya

9. Membantu memahami model-model, konsep-konsep dan

aplikasiaplikasi bidang komunikasi antar budaya

10. Membantu menyadari bahwa sistem-sistem nilai yang berbeda dapat

dipelajari secara sistematis, dibandingkan, dan dipahami.

Agar dapat mencapai pemahaman lintas budaya secara efektif, maka

langkah pertama yang harus dilakukan adalah meningkatkan kesadaran

tentang budaya sendiri secara umum. Kita harus memahami konsep budaya

dan ciri-ciri budaya kita sendiri sebelum mempelajari budaya asing

(Kusherdyana, 2020). Keuntungan pemahaman lintas budaya yang terbesar

adalah dengan memahami budaya orang lain, kita akan lebih memahami

budaya kita sendiri. Pemahaman budaya selalu memerlukan usaha. Ia selalu

menuntut kita untuk selalu mendekati setiap budaya baru dengan pikiran

terbuka, dengan menunda penilaian, dan dengan bersedia menunjukkan

kebodohan kita, dan belajar (Kusherdyana, 2020).

2.2 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan merupakan acuan bagi peneliti dalam membuat

penelitian. Penelitian yang relevan ini berisikan tentang penelitian orang lain yang

dijadikan sebagai sumber atau bahan dalam membuat penelitian. Berikut ini

28
merupakan beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang dapat

dijadikan sebagai landasan atau gambaran untuk penelitian yang sekarang sedang

dilakukan.

Mansyur (2021) “Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah

Di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta” hasil analisis dari penelitian ini

menunjukan bahwa menunjukkan faktor yang mempengaruhi kinerja bank

sampah di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta berdasarkan persepsi masyarakat

pengguna bank sampah adalah ketersediaan sarana wadah sampah dengan

pemisahan organik dan organik pada setiap rumah guna memilah antara sampah

yang bisa dijual atau tidak. Keuntungan ekonomi, kesadaran, dan pendapatan

masyarakat menjadi faktor lokasi yang mempengaruhi kinerja bank sampah. Bank

sampah akan memiliki kinerja cenderung baik apabila didukung dengan adanya

kelompok masyarakat yang sadar manfaat bank sampah dan memiliki pendapatan

menengah kebawah. Bank sampah yang berada pada lingkungan kelompok

masyarakat tersebut cenderung memiliki kinerja baik karena meskipun

keuntungan ekonomi yang berikan bank sampah hanya sedikit, masyarakat tetap

memanfaatkan bank sampah sebagai pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga.

Ikram (2020) “Pendekatan Collaborative Governance Dalam Pengelolaan

Sampah Pada Bank Sampah Kecamatan Manggala” hasil analisis dari penelitian

ini menunjukan bahwa Pendekatan Collaborative Governance antara Pemerintah

Kecamatan Manggala dalam hal ini Bank Sampah Sektoral Manggala, Pegadaian,

dan Masyarakat yang didasari oleh hasil wawancara yang telah dilakukan bahwa

dalam factor komunikasi ini tentu tidak semaksimal tahun tahun kemarin

29
disebabkan karena situasi dan kondisi saat ini mengharuskan untuk meminimalisir

kerumunan sehingga penyampaian akan program ini agar sampai dimasyarakat

hanyalah komunikasi subjektif dari orang ke orang. Adapun koordinasi antara

pengelola bank sampah dan pegadaian dalam pemenuhan data administrasi

lainnya terkait nasabah bank sampah dan pencatatan yang telah ditimbang

dikontrol oleh agen pegadaian yang bermukim di Kecamatan Manggala sekaligus

pengurus aktif Bank Sampah sectoral Manggala.

Marlina (2020) “Tata Kelola Sampah Rumah Tangga melalui

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Indonesia” hasil analisis dari penelitian

ini menunjukan bahwa pemberdayaan masyarakat dalam tata kelola sampah

rumah tangga efektif dilakukan mulai dari tingkat RT/RW, mengandung arti akan

perlunya tata kelola sampah organisasi sekecil mungkin untuk meningkatkan

jumlah partisipan. Semakin banyak partispan yang terlibat semakin banyak jumlah

orang yang dapat berpartisipasi dan berkepentingan dalam penanganan sampah

sangat besar, bisa mencapai puluhan juta orang. Mereka yang dapat dilibatkan

ialah jutaan anak sekolah, jutaan rumah tangga, dan 74.957 desa, dapat secara

serentak membuat sebuah gerakan sosial besar. Isu sampah bisa mempersatukan

komunitas yang tercerai berai akibat konflik politik di Indonesia, karena fanatisme

kelompok mendukung calon presiden dan partai politik tertentu.

Berdasarkan beberapa penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa adanya

upaya merubahnya dalam pengelolaan sampah yang dilaksanakan di beberapa

desa untuk dapat menghasilkan meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan

meningkatkan ekonomi. Oleh karena itu, Penelitian yang diuraikan diatas terdapat

30
perbedaan yang mendasar dengan penelitian yang penulis lakukan. Penulis

meletiti tentang upaya merubah mindset masyarakat dalam pengelolaan sampah

dengan pendekatan lintas budaya di Desa Benelanlor. Dapat disimpulkan bahwa

penelitian yang penulis lakukan ini dilaksankan di masyarakat yang belum pernah

diteliti oleh penelitian – penelitian sebelumnya.

2.3 Teori Penelitian

2.3.1 Teori Proses Berfikir

Proses berpikir merupakan suatu proses yang dimulai dari menerima

data atau informasi, mengolah dan menyimpannya dalam ingatan, yang

selanjutnya diambil kembali dari ingatan ketika dibutuhkan untuk pengolahan

selanjutnya (Kusaeri, 2018:125). Proses berpikir menurut Ruggiero (2018:3)

adalah suatu aktivitas mental yang digunakan untuk membantu merumuskan

atau menyelesaikan masalah, membuat keputusan, dan mendapatkan

pemahaman.

Menurut Lailiyah (2015:69) juga mengatakan bahwa berpikir adalah

suatu aktivitas mental yang terjadi secara internal dalam melakukan

pengambilan keputusan. Dengan demikian, proses berpikir dapat diartikan

sebagai aktivitas yang terjadi secara internal dalam otak manusia, sehingga

untuk mengetahui bagaimana langkah berpikir manusia dalam menyelesaikan

masalah diperlukan sesuatu yang dapat merangsang proses berpikir manusia.

Salah satu cara untuk merangsang proses berpikir manusia adalah dengan

memberikan sebuah permasalahan tentang pengelolaan sampah. Ketika siswa

31
menyelesaikan masalah tersebut, maka masyarakat akan berpikir dan

berusaha mencari solusi dari permasalahan tersebut.

Kesimpulan dari pernyataan diatas bahwa seseorang akan berpikir jika

dihadapkan pada sebuah permasalahan. Dengan demikian, proses berpikir

manusia dapat diketahui berdasarkan langkah-langkah yang dilakukan

masyarakat dalam penyelesaian masalah dan aktivitas yang terjadi secara

internal dalam otak manusia, sehingga untuk mengetahui bagaimana langkah

berpikir manusia dalam menyelesaikan masalah diperlukan sesuatu yang

dapat merangsang proses berpikir.

2.3.2 Teori Kepribadian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi III Istilah

kepribadian secara etimologis, berasal dari kata “pribadi” yang berarti

manusia sebagai perseorangan, yang meliputi keseluruhan sifat-sifat dan

watak yang dimilikinya Jika kata dimulai dengan afiks "ke" akhiran “an”

yaitu "ke-pribadi-an", maka artinya adalah karakteristik sifat hakiki yang

mencerminkan tindakan seseorang.

Kepribadian berasal dari (bahasa Inggris) yang berarti persona (bahasa

Latin) yang berarti topeng. Tutup muka yang biasa digunakan pemain saat

dipanggung yang dimaksudkan untuk menggambarkan pola perilaku dari

sang pemakai itu sendiri (Rahmad, 2021: 10). Menurut Sari dkk (2022:259).

Pengertian kepribadian dalam istilah terminologis, ada berbagai definisi,

yakni:

32
1. Kepribadian adalah kumpulan sifat biologis dalam bentuk

dorongan, kecenderungan, rasa dan naluri yang terganggu di alam

dan kecenderungan diperoleh melalui pengalaman yang ditemukan

pada seseorang.

2. Kepribadian adalah keseluruhan organisasi yang ditemukan pada

manusia, di semua tingkat perkembangan.

3. Kepribadian adalah tingkat sifat yang biasanya merupakan sifat

tingkat tinggi yang memiliki pengaruh yang menentukan.

4. Kepribadian adalah integrasi dari sistem kebiasaan yang

menunjukkan kepada individu cara unik untuk beradaptasi dengan

lingkungan mereka.

Dari batasan-batasan definisi di atas, ditemukan dua kata kunci

mengenai kepribadian, yakni “sifat” dan “sikap”. Dari kata-kata kunci ini,

kita dapat merumuskan bahwa kepribadian adalah psiko dan organisasi fisik

yang dinamis dari setiap manusia yang menentukan adaptasinya yang unik

terhadap lingkungannya.

2.3.3 Teori Sosial Budaya

Menurut Syawaludin (2017:1) sosial adalah kesatuan dari struktur yang

punya fungsi berbeda, satu sama lain saling bergantung, dan bekerja ke arah

tujuan yang sama. Adapun makna budaya adalah sebuah konsep yang luas.

Bagi kalangan sosiolog, budaya terbangun dari seluruh gagasan (ide),

keyakinan, perilaku, dan produk-produk yang dihasilkan secara bersama, dan

menentukan cara hidup suatu kelompok.

33
Menurut Syawaludin (2017:2) teori sosial budaya dipahami dan dipakai

sebagai berikut :

1. A temporal dimension fokus pada waktu (past, present, future).

Past memberi basis pengalaman. Present meletakkan konfigurasi.

Future membangun horison (wawasan) bereferensi pada past and

present.

2. A material dimension fokus pada ruang fisik (physical space) yang

mewadahi kegiatan sosial.

3. A symbolic dimension fokus pada simbol-simbol yang

dipergunakan untuk mengikat kehidupan sosial misal: kekuasaan,

kekayaan, pengaruh (nilai, norma, knowledge).

Tiga dimensi tersebut dipergunakan untuk membedah keberadaan

sistem sosial, sistem budaya dan sistem perilaku sosial. Sosiologi beraliran

fungsional ini adalah suatu teori sosiologi yang memandang masyarakat

sebagai suatu lembaga sosial dalam keseimbangan sosial. Kelembagaan

dalam sebuah masarakat dipandang sebagai perwujudan konkret dari sebuah

tema cultural yang ada dalam kehidupan masyarakat. Sistem sosial memiliki

kecendrungan untuk melaksanakan fungsi tertentu yang dibutuhkan untuk

kelangsungan sistem Sosial (Syawaludin, 2017:6-7)

Kesimpulan dasarnya adalah setiap institusi atau struktur dalam system

sosial, fungsional terhadap lainnya. Oleh karena itu apabila terjadi perubahan

salah – satu bagian , maka akan mempengaruhi bagaian lainnya yang pada

akhirnya mempengaruhi kondisi sistem sosial secara keseluruhan.

34
2.3.4 Teori Lingkungan

Menurut Hudha dkk (2018:36) makna lingkungan muncul jika orang

mengadakan reaksi terhadap lingkungan dalam memberi arti terhadap

lingkungannya. Berbagai aktivitas keseharian kita, dari skala kecil hingga

besar, secara individu maupun kolektif (masyarakat), memberikan kontribusi

dalam pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran tanah, degradasi

lahan, hilangnya keanekaragaman hayati dan plasma nutfah, krisis

sumberdaya dan energi, dan puncaknya adalah global warming. Tingkah laku

membuang sampah dan limbah sembarangan, boros energi, konsumsi

berlebih, penggunaan kendaraan dengan emisi tinggi, dan berbagai aktivitas

buruk lainnya pada sebagian besar masyarakat Indonesia nyatanya masih

sangat memprihatinkan (Waani, 2012:36 - 47).

Makna lingkungan menurut Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2011

Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagaimana

tertera Pasal 1 ayat (13) adalah : Lingkungan Hidup adalah Kesatuan ruang

dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia

dan prilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan

perikehidupan, dan kesejahtraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Penggunaan istilah “lingkungan” sering kali digunakan secara bergantian

dengan istilah “lingkungan hidup”. Kedua istilah tersebut meskipun secara

harfiah dibedakan, tetapi pada umumnya digunakan dengan makna yang

sama, yaitu lingkungan dalalm pengertian yang luas, yang meliputi

lingkungan fisik, kimia, maupun biologi (lingkungan hidup manusia,

35
lingkungan hidup hewan dan lingkungan hidup tumbuhan). Lingkungan hidup

juga memiliki makna yang berbeda dengan ekologi, ekosistem, dan daya

dukung lingkungan (Akib, 2014 : 1).

Lingkungan sosial merupakan “wilayah” tempat berlangsungnya

interaksi sosial antar berbagai kelompok, beserta pranata, simbol, dan norma,

serta terkait dengan lingkungan alam dan lingkungan binaan/buatan.

Lingkungan buatan adalah segala sesuatu yang sengaja atau tidak sengaja

dibuat oleh manusia untuk 41 memenuhi kebutuhannya misalnya bendungan,

pabrik, rumah, sawah, tambak, perkebunan, penghijauan, pembangkit tenaga

listrik, dan lain-lain.

2.4 Kerangka Berfikir

Adapun yang menjadikan kerangka berfikir dalam penelitian ini dengan

judul “Upaya merubah mindset masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan

pendekatan lintas budaya di Desa Benelnalor”.

Gambar 2.1
Kerangka berfikir
Mindset masyarakat dalam mengolah sampah

Sosialisasi pengolahan sampah, mendorong masyarakat berfikir aktif ,


memberi kesempatan bertanya, pelatihan.

Penerapan pendekatan lintas budaya

Perubahan paradigma, keyakinan dasar, dan nilai dasar


masyarakat dalam mengolah sampah. Dan Perubahan
tindakan masyarakat dalam mengolah sampah.

Hasil temuan dari perubahan mindset masyarakat terhadap


pengelolaan sampah dengan pendekatan lintas budaya

36
Mindset masyarakat dalam mengolah dapat diupayakan dengan pendekatan

lintas budaya, dengan melaksanakan kegiatan sosialisasi pengelolaan sampah

yang baik dan benar, memberikan dorongan atau motivasi pada masyarakat untuk

berfikir aktif dalam hal ini tentang dampak negatif dan positif dari pengelolaan

sampah yang baik, memberikan kesempatan bertanya pada masyarakat serta

memberikan pendekatan lintas budaya yang baik dan benar serta memberikan

layanan konseling pada masyarakat. Tindakan ini diharapkan dapat mengubah

paradigma, keyakinan dasar dan nilai-nilai dasar masyarakat, sehingga pada

akhirnya dapat mengubah tindakan masyarakat dalam caranya mengolah sampah.

37

Anda mungkin juga menyukai