Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

SISTEM PEMBENTUKAN MINDSET DALAM MANAJEMEN


STRATEGIK DAN PERILAKU ORGANISASI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

“Manajemen Strategik Pendidikan Islam”

Dosen Pengampu:

Zainal Abidin, S.Pd, M.Pd.I

Disusun oleh:

Azza Nabilatul Zahria 20205034


Farani Berliana Fitri 20205041
Erlambang Bagas Dwi Febrianto 20205108

Kelas B (Semester 6)

PROGAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI

2023
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji dan syukur kehadirat Allah Swt., atas rahmat dan hidayah-Nya. Selawat
beserta salam kepada tauladan kita Nabi Muhammad Saw., yang telah memberikan pancaran
keilmuan dan sentuhan keimanan kepada ummatnya sehingga selamat dari kegelapan
permasalahan dunia dan mampu menyelesaikan dan mencegahnya. Dalam makalah ini kami
akan membahas tentang “SISTEM PEMBENTUKAN MINDSET DALAM MANAJEMEN
STRATEGIK DAN PERILAKU ORGANISASI”.
Tidak lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pembimbing yang
telah memberikan banyak bimbingan serta masukan yang bermanfaat dalam proses
penyusunan makalah ini. Rasa terima kasih juga hendak kami ucapkan kepada rekan-rekan
mahasiswa yang telah memberikan kontribusinya baik secara langsung maupun tidak
langsung sehingga makalah ini bisa selesai pada waktu yang telah ditentukan.
Tak lupa, kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Zainal Abidin, S.Pd, M.Pd.I
selaku dosen mata kuliah Manajemen Strategik Pendidikan Islam yang telah membimbing
dan memberikan ilmunya kepada kami, dan juga saya yang bisa menyelesaikan Makalah ini.
Meskipun kami sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang penyusunan
makalah ini, namun kami menyadari bahwa di dalam makalah yang telah kami susun ini
masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga kami mengharapkan saran serta
masukan dari para pembaca demi tersusunnya makalah lain yang lebih lagi. Akhir kata, kami
berharap agar makalah ini bisa memberikan banyak manfaat pembaca.

Kediri, 20 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1

C. Tujuan...............................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2

A. Konsep Mindset.............................................................................................................2

B. Sistem Pembentukan Mindset......................................................................................3

C. Mensinergikan Mindset Individu Dengan Sistem Organisasi..................................4

D. Mengkomunikasikan Mindset Kepada Seluruh Anggota Organisasi......................5

E. Mindset Continous Improvement................................................................................6

BAB III PENUTUP..................................................................................................................8

A. Kesimpulan.......................................................................................................................8

B. Saran.................................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................9

REKAP PERTANYAAN DISKUSI.....................................................................................10

BUKTI LAMPIRAN REFERENSI......................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembentukan Mindset sangatlah penting demi keberhasilan di masa depan. Mindset
merupakan pola pikir seseorang berupa kepercayaan yang mempengaruhi perilaku dan dan
sikap seseorang yang bisa menentukan keberhasilan seseorang di masa yang akan datang.
Mindset atau pola pikir kita yang baik akan memberikan dampak positif juga kepada kita.
Oleh karena itu sangatpenting sekali seseorang untuk memiliki mindset atau pola pikir yang
baik.

Sedangkan yang di maksud dengan manajemen strategik adalah seni dan ilmu buatan,
penerapan, dan pengevaluasian keputusan-keputusanlintas fungsional yang dapat
memungkinkan suatu organisasi mencapai tujuannya. Manajemen strategi adalah proses
memperbaiki tujuan organisasi, pengembangan kebijakan untuk mencapai sasaran tersebut,
serta mengalokasikan sumber daya untuk menerapkan kebijakan dan rencana standar tujuan
organisasi.

Maka dari itu pelaku organisasi sangatlah penting memiliki mindset yang baik
mengenai organisasinya, karena mindset atau pola pikir yang akan memberikan akhir yang
baik pula demi tercapainya tujuan organisasi yang baik. Dalam makalah ini nantinya penulis
akan menjabarkan terkait konsep-konsep mindset serta sistem pembentukan mindset yang
bagaimana dalam manajemen strategik dan perilaku organisasi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Mindset?
2. Bagaimana Sistem Pembentukan Mindset?
3. Bagaimana Mensinergikan Mindset Individu Dengan Sistem Organisasi?
4. Bagaimana Mengkomunikasikan Mindset Kepada Seluruh Anggota Organisasi?
5. Bagaimana Mindset Continous Improvement?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Konsep Mindset.
2. Untuk Mengetahui Sistem Pembentukan Mindset.
3. Untuk Mengetahui Mensinergikan Mindset Individu Dengan Sistem Organisasi.

1
4. Untuk Mengetahui Mengkomunikasikan Mindset Kepada Seluruh Anggota
Organisasi.
5. Untuk Mengetahui Mindset Continous Improvement.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Konsep Mindset
a. Pengertian Mindset
Mindset adalah posisi atau pandangan mental seseorang yang
mempengaruhi pendekatan orang tersebut dalam menghadapi suatu fenomena.
Menurut Mulyadi mindset merupakan sikap mental mapan yang di bentuk
melalui pendidikan, pengalaman dan prasangka. Pola pikir (mindset) adalah
cara menilai dan memberikan kesimpulan terhadap sesuatu berdasarkan sudut
pandang tertentu atau bentuk pikiran atau carakita berpikir terhadap sesuatu.
Harotno dan Yoga menjelaskan pola pikir (mindset) adalah
sekumpulan kepercayaan atau cara berpikir yang mempengaruhi perialku dan
sikap seseorang yang akhirnya akan menentukan level keberhasilan hidupnya.
Budiman menjelaskan pola pikir (mindset) adalah sekumpulan kepercayaan
atau cara berpikir yang mempengaruhi perilaku dan sikap seseorang yang
akhirnya menentukan level keberhasilan dan masa depan seseorang.1
Dari beberapa pengertian mindset di atas, penulis menyimpulkan
bahwa mindset adalah pola pikir seseorang yang sudah tertanam dalam dirinya
yang bisa mempengaruhi perilaku dan keberhasilannya kelak, jadi kalau
mindset atau pola pikirnya baik maka akan mempengaruhi hasil yang baik
pula begitupun sebaliknya.
b. Jenis-jenis Mindset
Menurut Dweck di dunia ini terdapat dua macam mindset:
1. Fixed Mindset (Pola pikir tetap)
Pola pikir tetap ini didasarkan pada kepercayaan bahwa kualitas-
kualitas seseorang sudah ditetapkan. Jika seseorang memiliki sejumlah
intelegensi tertentu, kepribadian tertentu, dan karakter moral tertentu.
2. Growth Mindset (Pola pikir berkembang)
1
Suriyanti, E. 2020. Analisis Pola Pikir (Mindset), Penilaian Kerja Dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai
Pada Kantor Kecamatan Batumandi Kabupaten Balangan Kalimantan Selatan. jurnal 103 Kindai, 16(1), hal 3

2
Mindset berkembang ini didasarkan pada kepercayaan bahwa kualitas-
kualitas dasar seseorang adalah hal-hal yang dapat diolah melalui
upaya-upaya tertentu. Meskipun manusia mungkin berbeda dalam
segala hal, dalam bakat dan kemampuan awal, minat, atau temperamen
setiap orang dapat berubah dan berkembang melalui perlakuan dan
pengalaman. Aspek-Aspek Growth Mindset menurut Dweck yaitu:
1. Keyakinan intelegensi, bakat dan karakter dapat dikembangkan.
2. Keyakinan tantangan atau kesulitan dan kegagalan penting
untuk pengembangan diri.
3. Keyakinan usaha dan kerja keras memberikan kontribusi pada
kesuksesan.
4. Keyakinan kritik dan masukan dari orang lain umpan
keberhasilan.2

B. Sistem Pembentukan Mindset


Mindset terdiri dari tiga komponen pokok menurut Rohmiyati F.W dalam Carol S
Dweck, yaitu:3
1. Paradigma
Paradigma adalah cara yang digunakan oleh seseorang di
dalam memandang sesuatu. Paradigma merupakan sistem keyakinan dasar
atau cara memandang dunia yang membimbing peneliti tidak hanya dalam
memilih metode tetapi juga cara-cara fundamental yang bersifat ontologis dan
epistomologis.
Suatu paradigma dapat dipandang sebagai seperangkat kepercayaan
dasar (atau yang berada di balik fisik yaitu meta-fisik) yang bersifat pokok
atau prinsip utama. Suatu paradigma dapat dicirikan oleh respon terhadap tiga
pertanyaan mendasar yaitu pertanyaan ontologi, epistomologi, dan
metodologi.
2. Keyakinan Dasar
Keyakinan Dasar adalah kepercayaan yang dilekatkan oleh seseorang
terhadap sesuatu. Jika kita mengerjakan sesuatu yang kita yakini, kita akan
mengerjakan sepenuh hati. Keyakinan adalah suatu sikap yang ditunjukkan
2
Dweck, Carol S. Mindset: The New Psychology of Success, Terj. Tim Penerjemah Baca, Tangerang Selatan:
Baca, 2019.
3
Rohmiyati, F.Wahyu. 2020. Peran Kepala Sekolah Dalam Pembentukan Mindset (Studi Analisis di TK Islam
Tunas Melati Yogyakarta. Jurnal Ilmiah Pesantren, 6 (1).

3
oleh manusia saat ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya
telah mencapai kebenaran. Karena keyakinan merupakan suatu sikap, maka
keyakinan seseorang tidak selalu benar atau, keyakinan semata bukanlah
jaminan kebenaran. Jika keyakinan tidak ada maka keraguan akan muncul, dan
kesalahan akan sering kali menghalangi. keyakinan sangat penting dalam
kehidupan seperti keyakinan dalam memeluk agama.
3. Nilai Dasar
Nilai Dasar adalah sikap, sifat, dan karakter yang dijunjung tinggi oleh
seseorang, sehingga berdasarkan tersebut nilai-nilai tersebut seseorang
dibatasi. Nilai atau value adalah kepercayaan atau keyakinan yang di
praktekan dalam bentuk tingkah laku oleh orang dalam kehidupan sehari-hari.

C. Mensinergikan Mindset Individu Dengan Sistem Organisasi


Mindset adalah cara otak dan akal menerima, memproses, menganalisis,
memperepsi, dan membuat keismpulan terhadap informasi yang masuk melalui indra
manusia. Pola pikir yang sudah dimiliki masih dapat diubah apa bila dirasa sudah
tidak mampu membawa diri kita sampai ke tempat tujuan dengan sukses. Untuk
mengganti pola pikir lama dengan pola pikir baru yang lebih baik diperlukan tekad
dan keberanian untuk dirubah. Pola pikir baru yang dianut harus bisa mendorong
imajinasi dan kreativitas untuk berkembang. Hal ini akan berkesinambungan terhadap
mindset individu terhadap sistem organisasi pendidikan.

Perubahan minset atau pola pikir sangat diperlukan untuk menggerakkan


perilaku kita dalam meningkatkan mutu serta kualitas pendidikan. Mengutip William
James, ahli psikologi modern, dari Amerika Serikat menyatakan “Yakinlah bahwa
hidup anda berharga, maka keyakinan Anda akan menciptakan faktanya”. Pergeseran
pola pikir berarti berubah dari satu pola pikir kepada pola pikir yang lain. Kebijakan
pendidikan saat ini memang diproyeksikan agar di masa depan peserta didik mampu
memenuhi kebutuhannya dalam menghadapi modernitas perkembangan Iptek. Peserta
didik saat ini membutuhkan kompetensi abad 21 untuk masa depannya. Revolusi
Industri 4.0 yang telah membawa implikasi terhadap disrupsi jenis dan bentuk profesi
di masa mendatang mengingatkan kita betapa sinerginitas dalam membangun
pendidikan sangat dibutuhkan.

4
Pendidikan kita harus mampu melakukan lompatan yang lebih baik dari tahun-
tahun sebelumnya. Generasi milenial sebagai generasi penerus bangsa mindset yang
mereka miliki harus benar-benar berorientasi pada tataran global. Mereka harus
menjadi bangsa yang cerdas, mandiri, sejahtera, serta berbudi luhur. Mereka harus
diberikan bekal bagaimana cara otak dan pikiran bekerja ketika kita melihat atau
mendengar informasi salah atau benar. Sektor pendidikan harus mampu
memberdayakan pikiran-pikiran generasi manusia menjadi lebih brilian. Perubahan
mindset harus banyak diajarkan di sekolah-sekolah, rumah ibadah, masyarakat,
termasuk kepada para buruh/karaywan agar kita dapat mengendalikan pikiran kita
untuk hal-hal yang benar dan positif. Perbaikan mindset bangsa selain tanggung jawab
pemerintah juga tanggung jawab masyarakat maupun dunia usaha. Contoh lainnya
yakni tatkala pola Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) berubah menggunakan
sistem zonasi terlihat seperti adanya kekagetan dan kegamangan, baik bagi
masyarakat pengguna layanan pendidikan, guru pengelola sekolah, maupun para
birokrat pendidikan.4

D. Mengkomunikasikan Mindset Kepada Seluruh Anggota Organisasi


Paradigma, keyakinan dasar dan nilai dasar organisasi yang dirumuskan
dengan jelas dan dikomunikasikan kepada seluruh personel organisasi akan menjadi
shared paradigm, shared beliefs, dan share values dalam diri tiap personel organisasi,
sehingga organisasi akan kohesif dalam proses menuju ke masa depan. Kekohesivan
organisasi sangat diperlukan untuk membangun kekuatan organisasi dalam
menghadapi lingkungan bisnis kompetitif.
Paradigma, keyakinan dasar dan nilai dasar organisasi perlu dikomunikasikan
oleh manajemen puncak kepada seluruh personel melalui dua pendekatan:
1. Melalui perilaku pribadi (personal behavior) dengan membentuk
paradigma, keyakinan dasar, dan nilai dasar organisasi yang
dikomunikasikan kepada seluruh karyawan melalui penataran
sistematik. cara ini ditempuh dengan menanamkan konsep paradigma,
keyakianan dan nilai organisasi. Dan penghayatan paradigm,
keyakinan, dan nilai dasar organisasi kedalam perilaku keseharian
mereka melalui actions speak louder than words.

4
Adi W Gunawan, The Secret of Mindset, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007) hal 13.

5
2. Melalui perilaku organisasional (operasional behavior) dengan
menerapkan bahwa seluruh karyawan terlibat dalam pengoperasian
sistem dan prosedur, peraturan dan keputusan dan berjangka waktu
panjang selama sistem, prosedur, peraturan dan keputusan yang
berlaku.

E. Mindset Continous Improvement


Perbaikan berkelanjutan (Continuous Improvement) adalah terminologi yang
dipakai untuk menggambarkan bahwa perbaikan terhadap proses-proses yang
dilakukan untuk memperbaiki kualitas, dilakukan dalam langkah-langkah yang
meningkat, yang tidak pernah berhenti, dan bukan merupakan tindakan "sekali jadi".
Dengan cara itu semuanya (proses dan hasil) akan meningkat lebih baik secara
bertahap. Perbaikan berkelanjutan merupakan upaya yang terus menerus yang akan
memberi nilai tambah kepada konsumen.
Paradigma Continuous Improvement mengerahkan semua energi personel
untuk melakukan improvement secara terus menerus terhadap proses dan sistem yang
digunakan untuk menghasilkan Value bagi Customer. Oleh karena itu, Continuous
Improvement memerlukan energi yang luar biasa besarnya dalam jangka waktu
panjang, di mana manajer harus mampu membangkitkan komitmen tinggi seruluh
personel perusahaan ke usaha proses dan sistem yang dapat menciptakan Value
Adding bagi kepentingan Value bagi Customer.Usaha tersebut perlu dilandasi oleh
Mindset yang semestinya agar unsur berkelanjutan dapat dipertahankan dalam jangka
Panjang.
Melalui Continuous Improvement Mindset, yang diwujudkan dalam proses
sistem pengendalian manajemen, diharapkan dapat memberikan perubahan sebagai
berikut:
1. Peningkatan Kualitas, Keandalan, Kecepatan, Kompetensi, Akuntabel
dan Efisiensi Biaya
2. Sistem Anggaran berbasis Aktifitas
3. Sistem Pengelolaan berbasis Aktivitas.
Perwujudan Continuous Improvement Mindset (CIM), meliputi: paradigma
Continuous Improvement, Keyakinan dasar terhadap Improvement berkelanjutan, dan
Nilai-nilai dasar yang melandasi Improvement berkelanjutan. Paradigma

6
Improvement berkelanjutan perlu diwujudkan ke dalam keyakinan dasar yang kuat
yang perlu. Keyakinan dasar meliputi:

1. Harus mengetahui fakta


Harus mengetahui fakta artinya untuk mewujudkan
Improvement, maka setiap personal harus mengumpulkan dan
menganalisis berbagai fakta: keadaan proses dan sistem yang
digunakan untuk mencapai manfaat pelanggan, arah pengembangan
proses dan sistem, kemajuan yang dibuat dalam meningkatkan proses
dan sistem yang diinginkan.
2. Alasan dan Belajar
Alasan untuk menghasilkan nilai tambah bagi pelanggan, baik
dalam proses maupun dalam sistem, digunakan sebagai informasi bagi
individu untuk bekerja lebih baik, yaitu belajar dari fakta untuk
menjadi lebih baik, karena tanpa proses pembelajaran kita tidak
menghasilkan yang terbaik untuk pelanggan kita.
3. Selalu ada cara yang lebih baik
Ide “selalu ada cara yang lebih baik” bukan hanya komitmen
untuk menjadi yang terbaik, tetapi lebih untuk menjadi lebih baik dan
tidak pernah berhenti menjadi lebih baik. Dalam paradigma continuous
improvement, terdapat keyakinan inti bahwa tujuan karyawan adalah
selalu mencapai tingkat kinerja yang lebih baik.
4. Kita harus selalu berusaha untuk sempurna
Komitmen terhadap kualitas dapat dibandingkan dengan
"perlombaan tanpa garis finish." Kebutuhan dan keinginan pelanggan
terus berubah dan berkembang. Persaingan terus menggeser batas-
batas nilai pelanggan. Oleh karena itu, personel harus terus menerus
memperbaiki proses dan sistem untuk meningkatkan produk dan jasa
yang dihasilkan, meskipun kesempurnaan tidak pernah tercapai.5

5
Rohman A.A, Fahmi I.R. (2021). Membangun Sustainabilitas (Continuous Improvement) Dalam Pendidikan.
Jurnal Studi Islam dan Humaniora, 2(1). hal 30-32.

7
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Mindset adalah pola pikir seseorang yang sudah tertanam dalam dirinya yang bisa
mempengaruhi perilaku dan keberhasilannya kelak, jadi kalau mindset atau pola pikirnya
baik maka akan mempengaruhi hasil yang baik pula begitupun sebaliknya. Terdapat dua jenis
mindset atau pola pikir, yaitu Fixed Mindset (Pola pikir tetap) dan Growth Mindset (Pola
pikir berkembang).

Sedangkan mengenai sistem pembentukan mindset itu ada tiga, yaitu paradigma,
keyakinan dasar, dan nilai dasar. Perubahan minset atau pola pikir sangat diperlukan untuk
menggerakkan perilaku kita dalam meningkatkan mutu serta kualitas pendidikan. Sektor
pendidikan harus mampu memberdayakan pikiran-pikiran generasi manusia menjadi lebih
brilian. Perubahan mindset harus banyak diajarkan di sekolah-sekolah, rumah ibadah,
masyarakat, termasuk kepada para buruh/karaywan agar kita dapat mengendalikan pikiran
kita untuk hal-hal yang benar dan positif. Perbaikan mindset bangsa selain tanggung jawab
pemerintah juga tanggung jawab masyarakat maupun dunia usaha.

Paradigma, keyakinan dasar dan nilai dasar organisasi perlu dikomunikasikan oleh
manajemen puncak kepada seluruh personel melalui dua pendekatan yaitu perilaku pribadi
dan perilaku organisasional. Melalui Continuous Improvement Mindset, yang diwujudkan
dalam proses sistem pengendalian manajemen, diharapkan dapat memberikan perubahan,
yaitu peningkatan kualitas, keandalan, kompetensi, akuntabel, efisiensi biaya. Serta sistem
anggaran berbasis efektifitas, dan sistem pengelolaan berbasis aktivitas.

B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan semoga bermanfaat bagi kita semua.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna baik dalam segi isi
materi ataupun yang lainnya maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik & saran dari
pembaca.

8
DAFTAR PUSTAKA
Adi W Gunawan, The Secret of Mindset, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007) hal 13.

Dweck, Carol S. Mindset: The New Psychology of Success, Terj. Tim Penerjemah Baca,
Tangerang Selatan: Baca, 2019.

Rohman A.A, Fahmi I.R. (2021). Membangun Sustainabilitas (Continuous Improvement)


Dalam Pendidikan. Jurnal Studi Islam dan Humaniora, 2(1). hal 30-32.

Rohmiyati, F.Wahyu. 2020. Peran Kepala Sekolah Dalam Pembentukan Mindset (Studi
Analisis di TK Islam Tunas Melati Yogyakarta. Jurnal Ilmiah Pesantren, 6 (1).

Suriyanti, E. 2020. Analisis Pola Pikir (Mindset), Penilaian Kerja Dan Kepemimpinan
Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Kecamatan Batumandi Kabupaten Balangan
Kalimantan Selatan. jurnal 103 Kindai, 16(1).

9
REKAP PERTANYAAN DISKUSI
1. Chintia TBF (20205077)

Ingin bertanya menurut kelompol anda bagaimana berorientasi dengan benar pada
generasi milenial ? Terimahkasih

2. Moch Zulfan Atabik (20)

Contoh Strategi yang bagaimana untuk mensinergikan mased individual dengan


sistem oraganisasi ?

3. Nova Putri R. S (20205071)

Bisa dijelaskan, contoh dari 2 macam mindset itu seperti apa.! Terima Kasih

4. Fadila L S (20205127)

"Ada tiga sistem pembentuk mindset: Paradigma, keyakinan dasar, nilai dasar."
Bagaimana cara mengarahkan ketiga hal tersebut agar memunculkan ide² strategis
dalam melakukan pengelolaan terhadap suatu organisasi?

5. Khafid Arzaqin (20205113)

Dalam makalah dijelaskan mengenai mensinergikan mindset individu dengan


sistem organisasi dan juga mengkomunikasikan mindset kepada seluruh anggota
organisasi, dalam hal itu jika mindset seorang personel perusahaan tidak sesuai
dengan mindset yang diperlukan oleh organisasi apa yang akan terjadi?

JAWABAN!!

1. Berorientasi dengan benar pada generasi milenial seperti Kenali karakteristik


generasi milenial: Generasi milenial umumnya terhubung dengan teknologi,
berorientasi pada keberagaman, ingin berkontribusi pada masyarakat dan dunia,
dan menghargai fleksibilitas dalam pekerjaan dan kehidupan pribadi mereka.
Gunakan media sosial: Generasi milenial sangat terhubung dengan media sosial,
jadi gunakan platform ini untuk berkomunikasi dan mempromosikan pesan atau

10
merek Anda. Pastikan menggunakan bahasa dan gaya komunikasi yang sesuai
dengan generasi ini. Berikan tantangan dan kesempatan untuk pertumbuhan:
Generasi milenial terbiasa dengan belajar dan berkembang, jadi berikan tantangan
yang menantang mereka secara intelektual dan memberikan kesempatan untuk
pertumbuhan karir yang jelas. Berikan umpan balik secara teratur: Generasi
milenial mengharapkan umpan balik yang kontinyu dan langsung, jadi pastikan
untuk memberikan umpan balik secara teratur tentang kinerja mereka dan
pekerjaan yang mereka lakukan. Fleksibilitas dalam jam kerja dan ruang kerja:
Generasi milenial cenderung menghargai fleksibilitas dalam jam kerja dan ingin
memiliki ruang kerja yang menginspirasi dan kreatif. Berikan fleksibilitas dalam
jam kerja dan memberikan lingkungan kerja yang menarik bagi mereka. Berikan
konteks dan tujuan: Generasi milenial membutuhkan pemahaman tentang tujuan
bekerja mereka dan bagaimana pekerjaan mereka memiliki dampak dalam
organisasi dan masyarakat secara keseluruhan. Berikan konteks dan tujuan yang
jelas dalam pekerjaan mereka. Berikan kesempatan berkontribusi: Generasi
milenial ingin berkontribusi dalam pekerjaan mereka dan merasa bahwa mereka
membuat perbedaan. Berikan mereka kesempatan untuk mengambil proyek atau
tanggung jawab baru yang memberi mereka kesempatan untuk memberikan
kontribusi yang nyata. Dengarkan dan hargai pendapat mereka: Generasi milenial
ingin didengar dan memiliki pendapat mereka dihargai. Memberikan forum dan
kesempatan untuk berbagi pendapat mereka, serta melibatkan mereka dalam
pengambilan keputusan dan perencanaan.

Jadi, kesimpulan, berorientasi dengan benar pada generasi milenial melibatkan


pemahaman karakteristik mereka, menggunakan media sosial secara efektif,
memberikan kesempatan untuk pertumbuhan dan kontribusi, serta mendengarkan
dan menghargai pendapat mereka.

2. Strategi untuk mensinergikan masa individual dengan sistem organisasi dapat


meliputi:

1) Komunikasi yang efektif: Membangun jalur komunikasi yang baik antara


individu dan sistem organisasi sangat penting. Komunikasi yang jelas dan
terbuka dapat membantu individu memahami tujuan, nilai, dan harapan
organisasi, sementara organisasi dapat menerima masukan dan masukan

11
dari individu.

2) Pelibatan individu dalam pengambilan keputusan: Melibatkan individu


dalam proses pengambilan keputusan dapat meningkatkan rasa memiliki
dan keterlibatan individu terhadap organisasi. Hal ini dapat dilakukan
melalui forum diskusi, pertemuan tim, atau melalui penugasan khusus.

3) Pembagian tanggung jawab yang jelas: Menjamin bahwa setiap individu


memiliki tanggung jawab dan peran yang jelas dalam organisasi akan
membantu mereka merasa bernilai dan berkontribusi. Hal ini dapat dicapai
dengan memberikan deskripsi pekerjaan yang jelas, mengatur target dan
tujuan yang spesifik, dan memberikan umpan balik yang teratur.

4) Pemberdayaan individu: Meningkatkan keterlibatan dan motivasi individu


dalam organisasi dengan memberdayakan mereka. Ini dapat dilakukan
dengan memberikan wewenang kepada individu untuk mengambil
keputusan-keputusan yang tepat dalam kerangka kerja organisasi.

5) Pengakuan dan apresiasi: Mengakui dan menghargai kontribusi individu


terhadap organisasi dapat meningkatkan motivasi dan kepuasan kerja
mereka. Pemberian penghargaan bisa berupa pujian, promosi, bonus, atau
kesempatan pengembangan karyawan.

6) Pembinaan karir: Membantu individu mengembangkan dan mencapai


tujuan karier mereka melalui pelatihan, mentoring, atau program
pengembangan karyawan. Ini akan meningkatkan kepercayaan dan
loyalitas individu terhadap organisasi.

7) Fleksibilitas kerja: Memberikan fleksibilitas dalam jadwal kerja dan


lingkungan kerja dapat membantu memenuhi kebutuhan individu serta
menjaga keseimbangan antara kehidupan pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Fleksibilitas juga dapat meningkatkan motivasi dan produktivitas individu.

8) Budaya kerja yang inklusif: Menciptakan budaya kerja yang inklusif dan
adil akan meningkatkan keterlibatan individu dan menciptakan lingkungan
kerja yang nyaman bagi semua anggota tim. Ini dapat dilakukan dengan
mempromosikan keragaman, menghargai perbedaan, dan mengatasi
diskriminasi atau perlakuan tidak adil.

12
Berbagai strategi ini dapat membantu meningkatkan sinergi antara individu
dan sistem organisasi, melibatkan, memotivasi, dan mengembangkan keahlian
individu, serta menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan memadai.

3. Dua macam mindset yaitu fixed mindset (pola pikir tetap) dan growth mindset
(pola pikir berkembang). Penjelasannya yang pertaman Fixed Mindset adalah
Seseorang dengan fixed mindset cenderung percaya bahwa kemampuan dan
kualitas seseorang sudah ditentukan sejak lahir dan tidak dapat berubah.
Contohnya, jika seseorang menganggap dirinya tidak pandai dalam matematika,
mereka mungkin akan menjauhi mata pelajaran tersebut dan merasa bahwa mereka
tidak pernah akan bisa menguasainya. Yang kedua Growth Mindset adalah
Seseorang dengan growth mindset cenderung percaya bahwa kemampuan dan
kualitas dapat ditingkatkan melalui upaya, latihan, dan pembelajaran. Contohnya,
jika seseorang menghadapi kesulitan dalam memahami mata pelajaran matematika,
mereka mungkin akan mencari bantuan dan terus berlatih hingga memperoleh
pemahaman yang lebih baik.

Perbedaan mindset ini akan mempengaruhi cara seseorang menghadapi


tantangan, mengambil risiko, dan mencapai tujuan.

4. Cara yang dilakukan untuk mengarahkan ketiga hal tersebut agar memunculkan
ide-ide strategis dalam pengelolaan organisasi adalah:

1) Paradigma: Memahami dan mempertimbangkan paradigma yang ada dalam


organisasi. Paradigma merupakan kerangka pemikiran atau pola pikir yang
menjadi dasar bagi pengambilan keputusan. Identifikasi paradigma
dominan dalam organisasi dan perhatikan asumsi-asumsi yang terkait.
Kemudian, coba untuk memperluas dan membuka pandangan dengan
memperkenalkan paradigma baru yang dapat memberikan perspektif yang
lebih luas dan inovatif.

2) Keyakinan Dasar: Mengidentifikasi dan melakukan evaluasi terhadap


keyakinan dasar yang ada dalam organisasi. Keyakinan dasar adalah
prinsip-prinsip yang diyakini oleh semua anggota organisasi. Penting untuk
memastikan bahwa keyakinan ini mendukung kinerja dan pertumbuhan
organisasi. Jika keyakinan dasar tidak lagi relevan atau menghambat
inovasi, maka pertimbangkan untuk mengubah atau merevisi keyakinan

13
dasar yang ada.

3) Nilai Dasar: Mengeksplorasi dan menggali nilai-nilai dasar yang ingin


ditekankan dalam organisasi. Nilai dasar adalah prinsip-prinsip moral atau
etika yang menjadi pedoman dalam menjalankan organisasi. Pastikan
bahwa nilai-nilai dasar yang diadopsi oleh organisasi mendukung inovasi,
pengembangan, dan sukses jangka panjang. Diskusikan dan artikulasikan
nilai-nilai tersebut kepada seluruh anggota organisasi agar menjadi pijakan
dalam mengarahkan pemikiran dan tindakan strategis.

Dalam melakukan pengelolaan organisasi, penting untuk melibatkan


dan melibatkan seluruh anggota organisasi dalam memahami paradigma,
keyakinan dasar, dan nilai dasar. Tujuan adalah untuk menciptakan lingkungan
yang mendukung timbulnya ide-ide strategis. Melalui diskusi, kolaborasi, dan
pemikiran kreatif, ide-ide strategis dapat dikembangkan dan diimplementasikan
dalam rangka mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

5. Yang terjadi adalah Ketidaksesuaian tujuan dan nilai, Ketidakcocokan antara


mindset individu dan organisasi dapat menyebabkan perbedaan arah tujuan yang
diinginkan. Jika individu memiliki prioritas pribadi yang berbeda atau nilai-nilai
yang tidak sejalan dengan organisasi, hal ini dapat menghambat pencapaian tujuan
bersama. Konflik internal, Selarasnya mindset individu dengan sistem organisasi
penting agar semua pihak berjalan seiring dan bekerja sama dengan efektif. Jika
terjadi ketidaksesuaian, konflik internal dapat timbul, baik dalam bentuk perbedaan
pandangan, ketidakpahaman, maupun kesalahan komunikasi yang dapat
menghambat kinerja tim dan efisiensi organisasi secara keseluruhan. Kurangnya
keterlibatan dan motivasi, Jika individu merasa bahwa mindset mereka tidak
dihargai atau tidak relevan dengan organisasi, mereka mungkin kehilangan
motivasi untuk berkontribusi secara aktif dan memberikan yang terbaik dalam
pekerjaan mereka. Hal ini dapat mempengaruhi produktivitas dan kualitas kerja
individu tersebut. Resisten terhadap perubahan, Jika mindset individu tidak sejalan
dengan perubahan yang diperlukan oleh organisasi, mereka mungkin menjadi
resisten terhadap perubahan tersebut. Perubahan yang tidak didukung oleh personel
organisasi dapat menghambat kemajuan dan adaptasi organisasi terhadap
lingkungan yang berkembang.

14
Pada intinya, ketidaksesuaian mindset individu dengan organisasi dapat
menyebabkan ketidakselarasan, konflik, kurangnya motivasi, dan hambatan
terhadap perubahan. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa komunikasi
dan pemahaman antara individu dengan organisasi terjaga agar tercipta sinergi yang
optimal dalam mencapai tujuan bersama.

BUKTI LAMPIRAN REFERENSI


Dweck, Carol S. Mindset: The New Psychology of Success, Terj. Tim Penerjemah Baca,
Tangerang Selatan: Baca, 2019.

15
16
17
18
Adi W Gunawan, The Secret of Mindset, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007) hal 13.

19
20
Rohman A.A, Fahmi I.R. (2021). Membangun Sustainabilitas (Continuous Improvement)
Dalam Pendidikan. Jurnal Studi Islam dan Humaniora, 2(1). hal 30-32.

Rohmiyati, F.Wahyu. 2020. Peran Kepala Sekolah Dalam Pembentukan Mindset (Studi
Analisis di TK Islam Tunas Melati Yogyakarta. Jurnal Ilmiah Pesantren, 6 (1).

21
Suriyanti, E. 2020. Analisis Pola Pikir (Mindset), Penilaian Kerja Dan Kepemimpinan
Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Kecamatan Batumandi Kabupaten Balangan
Kalimantan Selatan. jurnal 103 Kindai, 16(1).

22

Anda mungkin juga menyukai