Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam maraknya pelanggaran nilai moral oleh remaja dapat dipandang sebagai

perwujudan rendahnya disiplin diri. Pemicu utamanya diduga, adalah situasi dan

kondisi keluarga yang negative. Disiplin diri merupakan aspek utama dan esensial

pada pendidikan dalam keluarga yang diemban oleh orang tua karena mereka

bertanggung jawab secara kodrati dalam meletakkan dasar-dasar dan fondasinya

kepada anak-anaknya.

Orang tua yang mampu menghayati keadaan anaknya dan anak menghayati dunia

orang tua maka terjadi pertemuan makna diantaranya. Masing-masing anggota

keluarga secara bersama-sama dapat saling membantu untuk membuat pedoman

diri dalam mengarahkan dirinya agar senantiasa untuk memiliki dan

meningkatkan nilai-nilai moral untuk dipolakan dalam kehidupannya. Peran orang

tua guna mengembangkan disiplin dalam diri anak sangatlah berarti. Anak yang

hidup dalam keluarga yang harmonis senantiasa akan mendapatkan dorongan

dalam menggali potensi dirinya untuk berperilaku yang positif dan

mendisiplinkan dirinya.

B.     Rumusan Masalah

1. apakah yang dimaksud dengan Kesadaran Mendisiplinkan Diri?

2. apa pentingnya Kesadaran Mendisiplinkan Diri?

3. apa saja hal-hal yang perlu dilakukan dalam Kesadaran Mendisiplinkan Diri?

4. bagaimana cara membangun Kesadaran Mendisiplinkan Diri?

1
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Kesadaran Mendisiplinkan

Diri

2. Untuk mengetahui pentingnya dari Kesadaran Mendisiplinkan Diri

3. Agar kita dapat memembangun cara disiplin Diri dalam kehidupan ini

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kesadaran Diri

Kesadaran diri adalah kemampuan untuk mengenali perasaan dan mengapa

seseorang merasakannya seperti itu dan pengaruh perilaku seseorang terhadap

orang lain. Kemampuan tersebut diantaranya; kemampuan menyampaikan secara

jelas pikiran dan perasaan seseorang, membela diri dan mempertahankan pendapat

(sikap asertif), kemampuan untuk mengarahkan dan mengendalikan diri dan

berdiri dengan kaki sendiri (kemandirian), kemampuan untuk mengenali kekuatan

dan kelemahan orang dan menyenangi diri sendiri meskipun seseorang memiliki

kelemahan (penghargaan diri), serta kemampuan mewujudkan potensi yang

seseorang miliki dan merasa senang (puas) dengan potensi yang seseorang raih di

tempat kerja maupun dalam kehidupan pribadi.

Kesadaran diri merupakan dasar kecerdasan emosional. Kemampuan untuk

memantau emosi dari waktu ke waktu merupakan hal penting bagi wawasan

psikologi dan pemahaman diri. Seseorang yang mempunyai kecerdasan emosi

akan berusaha menyadari emosinya ketika emosi itu menguasai dirinya. Namun

kesadaran diri ini tidak berarti bahwa seseorang itu hanyut terbawa dalam arus

emosinya tersebut sehingga suasana hati itu menguasai dirinya sepenuhnya.

Sebaliknya kesadaran diri adalah keadaan ketika seseorang dapat menyadari

emosi yang sedang menghinggapi pikirannya akibat permasalahan-permasalahan

yang dihadapi untuk selanjutnya ia dapat menguasainya. Orang yang mempunyai

keyakinan lebih tentang emosinya diibaratkan pilot yang handal bagi

kehidupannya. Karena ia mempunyai kepekaan yang lebih tinggi akan emosi

3
mereka yang sesungguhnya. Orang yang kesadaran dirinya bagus maka ia mampu

untuk mengenal dan memilih-milah perasaan, memahami hal yang sedang

dirasakan dan mengapa hal itu dirasakan dan mengetahui penyebab munculnya

perasaan tersebut. Kesadaran diri merupakan pondasi hampir semua unsur

kecerdasan emosional, langkah awal yang penting untuk memahami diri sendiri

dan untuk berubah. Sudah jelas bahwa seseorang tidak mungkin bisa

mengendalikan sesuatu yang tidak ia kenal.

B. Faktor yang mempengaruhi Perilaku Manusia

1. Keturunan diartikan sebagai pembawaan yang merupakan karunia dari Tuhan

Yang Maha Esa. Keturunan sering disebut pula dengan pembawaan atau

heredity. Pengaruh faktor keturunan bagi perilaku diperlukan pengembangan

pada masa pertumbuhannya. Dalam keturunan terdapat beberapa azas, yaitu:

2. Azas reproduksi, yaitu kecakapan dari ayah atau ibu tidak dapat diturunkan

kepada anaknya karena kecakapan merupakan hasil belajar tiap individu.

3. Azas variasi, yaitu penurunan sifat dari orang tua pada keturunannya terdapat

variasi baik kualitas maupun kuantitas.

4. Azas regresi filial, yaitu adanya penyusutan sifat-sifat ornag tua yang

diturunkan kepada anaknya.

5. Azas jenis menyilang, yaitu apa yang diturunkan kepada anak mempunyai

sasaran menyilang. Ibu akan menurunkan lebih banyak sifatnya pada anak laki-

laki dan ayah akan menurunkan lebih banyak sifatnya pada anak perempuan.

6. Azas komfromitas, yaitu setiap individu akan menyerupai ciri-ciri yang

diturunkan oleh kelompok rasnya.

4
C. Manfaat Kesadaran Diri

 Memahami diri dalam relasi dengan orang lain

 Menyusun tujuan hidup dan karir

 Membangun relasi dengan orang lain

 Memahami nilai-nilai keberagaman

 Memimpin orang lain secara efektif

 Meningkatkan produktivitas

 Meningkatkan kontribusi pada perusahaan, masyarakat dan keluarga

D. Cara Mengembangkan Kesadaran Diri/Kedisiplinan Diri

Menurut Dragos Roua, membangun disiplin diri  hanya membutuhkan 4 hal,

yakni:

1. Tetapkan Tujuan yang jelas


Jika Anda tidak tahu tujuan Anda, Anda tidak bisa bergerak lebih cepat. Itu fakta.

Menetapkan tujuan yang jelas merupakan dasar untuk membangun disiplin diri.

Asahlah batu-kristal tujuan anda agar tetap tajam. Salah satu perangkap yang

paling umum dalam mempertahankan disiplin diri adalah kehilangan arah atas apa

yang Anda lakukan. Hal ini terjadi lebih sering dari yang Anda pikirkan. Namun

kadang-kadang karena begitu tenggelam dalam kesibukan tertentu kita bisa lupa

tujuan utama. Alasan lain yang sangat penting kenapa harus memiliki tujuan yang

jelas adalah bahwa setiap tujuan perlu tindakan spesifik. Saya akan bertindak

dengan cara tertentu jika ingin meningkatkan kesehatan (misalnya dengan

melakukan diet), akan tetapi berbeda dengan cara saya dalam hal meningkatkan

5
kemampuan menulis. Jadi saya menerapkan strategi berbeda untuk tujuan yang

berbeda. Disiplin diri akan membantu memperkuat strategi secara keseluruhan.

2. Beri Insentif pada Diri Sendiri


Menciptakan disiplin diri membutuhkan penghargaan. Perlu sogokan pada diri

sendiri untuk membuat diri Anda termotivasi. Penghargaan perlu dilakukan

selama proses tersebut, meskipun ini bukan tujuan utama. Tujuan utama adalah

untuk mengasah kemampuan disiplin diri agar dapat diterapkan terus-menerus

dalam setiap bidang kehidupan Anda, terlepas dari tindakan khusus yang

dibutuhkan atau konteks tertentu. Dan jika penghargaan kepada diri sendiri dapat

mempercepat proses ini, mengapa tidak?

Misalnya ketika diet untuk menurunkan berat badan anda berhasil, Anda bisa

memberi imbalan pada diri sendiri, misalnya mengunjungi tempat wisata yang

anda senangi, meski tanpa keberhasilan diet pun anda bisa melakukannya. 

Seringkali penghargaan tersebut anda peroleh dalam bentuk yang sederhana,

misalnya setelah melihat kemajuan anda sejauh ini, timbul perasaan senang. Anda

menjalani hari-hari yang menggairahkan.

3. Nilailah kemajuan Anda


Disiplin diri membutuhkan penyesuaian. Anda tidak perlu berharap bias

melakukan sesempurna rencana anda pertama kalinya. Jadi untuk memastikan

bahwa apa yang anda lakukan tetap di arah yang benar, Anda perlu menilai

kemajuan Anda. Juga, terlepas dari tujuan tertentu yang ingin dicapai, saat Anda

mulai mengembangkan disiplin diri, jangan berharap mencapai hasil yang cepat.

Buatlah catatan pengingat, beri nasehat kepada diri sendiri. Saat ini saya

6
memutuskan untuk menerapkan posting rutin di blog saya, dan setelah computer

menyala saya langsung mengetikkan alamat blog sendiri di kotak pencarian

google, seolah-olah saya seorang pengunjung. Cara ini hanya untuk

mengingatkan diri sendiri bahwa saya sedang mendisiplinkan diri untuk menulis

dan memposting artikel setiap hari.

4. Abaikan Interferensi
Jika Anda menuju tujuan yang tepat, dengan insentif yang tepat dan Anda

membuat kemajuan yang baik, kemungkinan keteraturan ini Anda akan segera

terganggu. Saya pikir ini sudah sifat manusia: setiap kali kita tampaknya

mencapai momentum tertentu kita cenderung kehilangan momentum berikutnya.

Sebut saja ini interferensi. Setiap kali Anda tertarik oleh sesuatu yang lain dari

tujuan utama Anda, berarti anda membiarkan gangguan mempermainkan usaha

Anda. Interferensi memang tidak selalu tidak menyenangkan, akan tetapi Anda

harus belajar bagaimana mengabaikannya.

E. Kecakapan dalam Kesadaran Diri

Goleman, menyebutkan ada tiga kecakapan utama dalam kesadaran diri, yaitu:

a. Mengenali emosi; mengenali emosi diri dan pengaruhnya. Orang dengan

kecakapan ini akan:

 Mengetahui emosi makna yang sedang mereka rasakan dan mengapa

terjadi.

 Menyadari keterkaitan antara perasaan mereka dengan yang mereka

pikirkan.

 Mengetahui bagaimana perasaan mereka mempengaruhi kinerja.

7
 Mempunyai kesadaran yang menjadi pedoman untuk nilai-nilai dan
sasaran-sasaran mereka

b. Pengakuan diri yang akurat; mengetahui sumber daya batiniah, kemampuan

dan keterbatasan ini. Orang dengan kecakapan ini akan :

 Sadar tentang kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahannya.

 Menyempatkan diri untuk merenung, belajar dari pengalaman, terbuka

bagi umpan balik yang tulus, perspektif baru, mau terus belajar dan

mengembangkan diri.

 Mampu menunjukkan rasa humor dan bersedia memandang diri sendiri

dengan perspektif yang luas

c. Kepercayaan diri; kesadaran yang kuat tentang harga diri dan kemampuan

diri sendiri. Orang dengan kemampuan ini akan:

 Berani tampil dengan keyakinan diri, berani menyatakan

“keberadaannya”.

 Berani menyuarakan pandangan yang tidak popular dan bersedia

berkorban demi kebenaran.

 Tegas, mampu membuat keputusan yang baik kendati dalam keadaan

tidak pasti

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Kesadaran merupakan proses dimana seseorang memahami dan mengerti akan

suatu keadaaan yang menjadikan individu itu sendiri sadar dan paham betul

dengan apa yang terjadi, dan apa yang akan terjadi. Kesadaran diri merupakan

proses mengenali motivasi, pilihan dan kepribadian kita lalu menyadari pengaruh

faktor-faktor tersebut atas penilaian, keputusan dan interaksi kita dengan orang

lain. Dalam proses sosialisasi, setiap individu sangatlah penting untuk bisa

memahami diri, atau mengenal diri sebelum individu itu sendiri bergabung dalam

proses sosoialisasi, dan dalam bersosialisasi selain belajar dari diri sendiri setiap

individu pun perlu dan harus membangun relasi dengan orang lain untuk bisa

saling belajar dan mengajari dan belajar untuk terbuka agar bisa membangun

hubungan atau relasi yang baik dengan orang lain dan yang utama adalah

bagaimana individu itu sendiri dapat menerima kelebihan dan kekurangan dirinya

sendiri, dengan cara inilah seseorang dapat diterima dalam proses sosialisai, yaitu

dengan menyadari akan situasi dan kondisi baik dari lingkungan maupun diri

sendiri

B. Saran

Untuk menjadi pribadi yang baik dan dapat diterima dalam sebuah interaksi sangatlah

penting individu atau masing-masing pribadi unuk mengenal akan kehidupan pribadinya

dahulu serta menerima kelebihan dan kekuranganya, dan untuk menjadi individu yang

efektif disarankan setiap individu dapat memenuhi dan memuaskan kehidupan pribadi

serta tidak didominasi oleh konflik, distres atau pengingkaran dan memperlihatkan

perkembangan serta adaptasi yang sehat. Setiap individu diharapkan bertanggung jawab

atas perilakunya, sadar akan kelemahan dan kekurangannya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, H.M.1997. Psikologi dan beberapaAspek Kehidupan Ruhaniyah


Hardy, Malcolm dan Steve Heyes. 1988. Pengatar Psikologi. Jakarta: Erlanga.
Haditono, Siti Rahayu, dan Koners. 1996. Psikologi perkembangan. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press

Schultz,D. 1991, Psikologi Pertumbuhan: Model-model Kepribadian Sehat,


Yogyakarta: Kanisius.

10

Anda mungkin juga menyukai