Anda di halaman 1dari 17

PENGHARGAAN DIRI DAN BELAJAR

Makalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Psikologi umum

Disusun oleh : kelompok 3


Kelas : PAI D
Chindi Suci Nuryani (21
Ning Khoiriyatul Muawwanah (21
Verryn Livia Rossella (21
Wahyu Abidin (21
Nurul Fitri (21
Oktaviani Rizki M (21

Dosen pengampu:
Maharddika Intan M.Psi, Psikolog

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO NOVEMBER
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pengahargaan diri merupakan suatu bentuk apresiasi yang diberikan
kepada seseorang dari orang lain karena telah mendapatkan suatu prestasi.
Perlunya peghargaan diri kepada setiap orang itu sangt perlu karena sebagai
motivasi seseorang untuk terus meningkatkan prestasinya. Dengan adanya
sautu penghargaan diri terhadap seseorang juga akan membuat individu
semakin percaya diri. Karena tidak semua orang itu percaya diri tehadap
pendiriannya.
Harga diri merupakan salah satu dari konsep diri. Harga diri
dipengaruhi oleh sejauh mana ideoal seorang dapat dicapai. Harga diri yang
sehat yang ditandai dengan perilaku percaya diri penting dimiliki oleh setiap
individu dalam peningakatan kualtas diri. Dengan percaya diri seorang
individu akan mampu mengatasi stres kehidupan secara wajar. Namun
demikian, seorang individu dapat mengalami harga diri rendah karena
berbagai stressor kehidupan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian harga diri ?
2. Bagaimana aspek-aspek harga diri?
3. Apa saja factor yang mempengaruhi harga diri?
4. Apa pengertian belajar?
5. Bagaimana aspek-aspek dalam belajar?
6. Apa saja factor yang memperngaruhi belajar?
7. Bagaimana hubungan harga diri dengan belajar?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Harga Diri


Harga diri merupakan sebuah penilaian setiap individu yang mengarah
pada dimensi positif dan negatif. Menurut Frey dan Carlock harga diri
merupakan penilaian yang mengacu terhadap penilaian positif , negatif,
neyral, ambigu, yang merupakan bagian dari konsep diri. Individu dengan
harga diri yang tinggi menghormati dirinya sendiri, mempertimbangkan
dirinya berharga, dan melihat dirinya sam dengan orang lain. Sedangkan
harga diri rendah pada umumnya merasakan penolakan, ketidakpuasan diri,
meremehkan diri sendiri.
Sedangkan Coopersmith mendefinisikan harga diri adalah suatu
penilaian yang dilakukan oleh individu terhadap dirinya sendiri. Penilaian
tersebut mencermikan sikap penerimaan dan penolakan serta menunjukkan
seberapa jauh individu percaya bahwa dirinya mampu, penting, berhasil dan
berharga. Kesadaran tentang diri dan perasaan terhadap diri tersebut akan
menimbulkan suatu penilaian terhadap diri sendiri baik positif dan negatif.
Individu yang memiliki harga diri yang positif akan menerima dan
menghargai dirinya sendiri sebagaimana adanya, serta tidak cepat
menyalahkan dirinya atas kekurangan dan ketidaksempurnaan dirinya, ia
selalu merasa puas dan bangga dengan hasil karyanya sendiri, dan selalu
percaya diri dalam menghadapi berbagai tantangan. Sedangkan individu yang
memiliki harga diri yang negative merasa dirinya tidak berguna, tidak
berharga dan selalu menyalahkan dirinya atas ketidaksempurnaan dirinya, ia
cenderu tidak percaya diri dalam melakukan setiap tugas dan tidak yakin
dengan ide-ide yang dimiliknya.
Harga diri yang rendah seringkali menjadi penghambat bagi individu
untuk memulai bergaul dengan teman sebayanya. Individu akan menjadi
minder atau tidak percaya diri dan sulit membangun interaksi, serta merasa

2
terasing dan terkucilkan ditengah teman-temannya sehingga ia cenderung
menarik diri.
Timbulnya harga diri yang rendah pada harga diri individu ini adalah
sebagai bentuk manifestasi reaksi emosional yang tidak menyenangkan bagi
individu akibat dari cara pandang atau penilaina negative terhadap diri
sendiri. Padahal, penilaian negative itu belum tentu benar adanya sehingga
mengakibatkan munculnya rasa rendah diri jika berhadapan dengan orang
lain. Harga diri merupakan kebutuhan dasar bagi manusia yang dapat
memberi perasaan bahwa dirinya berhasil, mampu dan berguna sekalipun dia
memiliki kelemahan dan pernah mengalami kegagalan. Kebutuhan harga diri
tidak akan pernah berhenti sehingga mendominasi perilaku individu.
Berdasarkan beberapa teori dapat disimpulkan bahwa harga diri adalah
penilaina individu yang bersifat positif atau negative mengenai hal-hal yang
1
berkaitan dengan pengahargaan terhadap dirinya sendiri.

B. Aspek-Aspek Harga Diri


Rosenberg menyatakan bahwa harga diri memiliki dua aspek, yaitu
penerimaan diri dan penghormatan diri. Kedua aspek tersebut memiliki lima
dimensi yaitu,: dimensi akademik, social, emosional, keluarga, dan fisik.
1. Dimensi akademik mengacu pada persepsi individu terhadap kualitas
pendidikan individu
2. Dimensi social mengacu pada persepsi individu terhadap hubungan social
individu
3. Dimensi emosional merupakan hubungan keterlibatan individu terhadap
emosi individu
4. Dimensi keluarga mengacu pada keterlibatan individu dalam partisipasi dan
integrasi didalam keluarga.
5. Dimensi fisik yang mengacu pada presepsi individu terhadap kondisi fisik
individu.

1 http://etheses.uin-malang.ac.id/1808/5/08410164_bab_2.pdf

3
Menurut CooperSmith mengungkapan bahwa harga diri memiliki empat
aspek yaitu :
a. Kekuataan (power).
Kemampuan untuk bias mengatur dan mengontrol tingkah laku dri
sendiri dan orang lain.
b. Keberartian (signifikanse)
Kepedulian, perhatian, dan afeksi yang diterima individu dari orang
lain, hal tersebut merupakan penghargaan dan minat dari orang lain
dan pertanda penerimaan dan popularitasnya.
c. Kebajikan (virtue)
Ketaan mengikuti kode moral, etika dan prinsip-prinsip keagamaan
yang ditandai oleh ketaatan untuk menjauhi tingkah laku yang
dilarang dan melakukan tingkah laku yang diperbolehkan oleh moral,
etika, dan agama.
d. Kemampuan (kompetensi)
Sukses memenuhi tuntutan prestasi yang ditandai oleh keberhasilan
individu dalam mengerjakan berbagai tugas atau pekerjaan dengan
2
baik dari level yang tinggi dan usia yang berbeda.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri


Menurut Koozzier dan ERB ada empat elemen pengalaman yang
berhubungan dalam pengembangan harga diri, yaitu :
1. Orang yag berarti atau penting
Seseorang yang berarti adalah seorang individu atau kelompok
yang memiliki peran penting dalam perkembanagn harga diri selama tahap
kehidupan tertentu. Orang yang berarti adalah orang tua, saudara kandung,
temansebaya, guru dan sebagainya. Pada berbagai tahap perkembangan
terdapat satu atau beberapa orang yang berarti. Melalaui interaksi social

2
Ariska Budianti Karuni, Hubungan Antara Keharmonisan Keluarga dengan Harga Diri pada
Remaja (Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015). Hal 19.

4
dengan orang yang berarti dan umpan balik tentang bagaimana perasaan
label orang yang berari tersebut, individu akan mengembakangkan sikap
dan pandangannya mengenai dirinya.
2. Harapan akan peran sosial
Ada bebagai tahap perkembangan, individu sangat dipengaruhi
harapan masyarakat, yang berkenaan dengan peran spesifikasinya.
Masyarakat yang lebih luas dan kelompok masyarakat yang lebih kecil
memiliki peran yang berbeda dan hal ini tampak dalm derajat yang
berbeda mengenai keharusan dalam memenuhi peran sosial. Harapan-
harapan peran sosial berbeda menurut usia, jenis kelamin, status sosial
ekonomi, etnik, dan identifikasi karir.
3. Krisis setiap perkembangan psiko-sosial
Dalam menghadapi tugas-tugas perkembangan tertentu, individu
kan memiliki krisis disetiap tahap perkembangannya. Hal ini dikemukakan
oleh Erikson, dimana jika individu tersebut gagal menyelesaikan krisis
tersebut dapat menyebabkan masalah dalam diri, konsep diri, dan dharga
dirinya. Erikson juga menambahkan bahwa tugas perkembangan pada
periode remaja adalah pencarian identitas diri, yaitu periode dimana
individu akan membentuk diri (self), gambaran diri (self image)
mengintegrasikan ide-ide individu mengenai dirinya dan tentang
bagaimana cara orang lain berfikir tentang dirinya.
4. Gaya penanggulangan masalah
Strategi yang dilakukan oleh individu untuk menanggulangan
situasi yang mengakibatkan stres merupakan hal yang penting dalam
menentukan keberhasilan individu untuk beradaptasi pada situasi tersebut
dan menentukan apakah harga diri dipertahankan meningkat atau
3
menurun.

D. Pengertian Belajar

3 Ibid. Hal 16.

5
Belajar menurut anggapan sementara orang, adalah proses yang terjadi
dalam otak manusia syaraf dan sel-sel otak yang bekerja mengumpulkan
semua yang dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dan lain-lain, laantas
disusun oleh otak sebagai hasil belajar. Itulah sebabnya orang tidak bisa
belajar jika fungsi otaknya terganggu.
Belajar merupakan peristiwa yang terjadi dalam diri manusia hingga
kini, para ahli tidak mengetahui seratus persen bagaimana persis terjadinya
peristiwa itu. Pada masa lalu, ada ahli yang percaya bahwa peristiwa belajar
semata-mata merupakan proses kimia yang terjadi dalam sel-sel, terutama
dalam sel dan saraf otak. Pendapat ini kadang –kadang dirumuskan terlalu
ekstrem, seakan-akan manusia itu hanya kumpulan jasad kebendaan saja. Ini
adalah pengaruh pandangan hidup yang materialistik, yang artinya tidak
percaya adanya jiwa atau roh.
Secara singkat dan secara umum, belajar dapat diartikan sebagai
“perubahan perilaku yang relatif tetap sebagai hasil adanya pengalaman”.
Disini, tidak termasuk perubahan perilaku yang diakibatkan oleh kerusakan
atau cacat fisik, penyakit, obat-obatan, atau perubahan karena proses
pematangan.
Pengertian belajar memang selalu berkaitan dengan perubahan, baik
yang meliputi keseluruhan tingkah laku, individu, maupun yang hanya terjadi
pada beberapa aspek dari kepribadian individu. Perubahan ini dengan
sendirinya dialami tiap-tiap individu atau manusia, terutama hanya sekali
sejak manusia dilahirkan. Sejak saat itu, terjadi perubahan-prubahan dalam arti
perkembangan melalui fase-fasenya. Dan karena itu pula, sejak saat itu
4
berlangsung proses-proses belajar.

E. ASPEK-ASPEK BELAJAR
Kondisi belajar itu dapat diciptakan dan tidak terjadi dengan
sendirinya. Keinginan tersebut harus benar-benar dilaksanakan, bukan sekedar
keinginan tetapi tanpa tindakan. Para pendidik, orang tua, dan guru harus

4 Alex Sobur,Psikologi Umum (Bandung:CV.Pustaka Setia, 2010). Hal 217-219.

6
membuat strategi untuk menciptakan kondisi belajar yang kondusif agar anak
didik dapat mencapai keberhasilan belajar dengan optimal.
Menurut Tessie setia budi daan Joshua Maruta dalam bukunya Cerdas
Mengajar : damping anak anda belajar dengan 13 kiat jitu, untuk mendukung
keberhasilan belajar seorang anak maka kita haarus , memperhatikan tiga hal
yakni aspek internal, aspek eksternal, dan aspek lingkungan.
1. Aspek internal
Aspek internal merupakan aspek-aspek yang ada di dalam diri si anak.
Aspek-aspek ini akan menentukan kenyamanan yang dirasakan seorang
anak baik secara fisik, mental dan emosional.
a. Fisik, maksudnya anak harus memiliki fisik yang sehat dengan cara
menjaga agar tubuh tetap segar, makan secukupnya, dan harus memiliki waktu yang cuckup
untuk beristirahat serta rentang waktu untuk berkonsentrasi.
b. Mental dan emosional, memiliki mood (suasana hati ) yang baik, karena
Mood yang baik akan mempengaruhi keberhasilan anak dalam belajar, bebas dari ketegangan
psikologis. Adanya situasi belajar yang kondusif, situasi kondusif akan mempengaruhi anak
dalm belajar. Adanya kebebasan dan ketegangan psikologis dan juga anak bebas dari
ancaman dan paksaan dari orang tua yang mengharuskan untuk belajar. Hadirnya sosok
pendukung terdekat dengan anak biasanya adalah seorang ibu.
2. Aspek eksternal
Aspek eksternal merupakan aspek-aspek diluar diri anak. Sama halnya
dengan aspek internal, aspek ini juga akan turut serta memberikan
kenyamanan dan situasi yang kondusif dalam membnetuk suasana belajar
yang santai. Aspek eksternal dapat kita bedakan menjadi dua yaitu : sarana
utam dan sarana pendukung.
a. Sarana utama meliputi meja belajar yang bersih, kursi yang nyaman, alat
tulis serta buku tulis yang memadai, buku pelajaran yang dibutuhkan, penerangan yang
cukup.

7
b. Sarana pendukung meliputi, air minum yang Nerada dalam
jangkauan,papan untuk menempel kertas atau stiker, papan untuk
mencoret-coret, poster atau lukisan yang bertema belajar yang adapat
menjadi sumber inspirasi saat moyivasi anak menurun, kertas
bertuliskan rumus-rumus, diagram atau mind mapping, computer dan
printer.
3. Lingkungan
Lingkungan sangat mempengaruhi hasil belajar anak, belajar tidak harus
berada di lingkungan tertutup tetapi juga bisa di outdor atau di lingkungan
terbuka. Temperature ruang belajar yang nyaman, bebas gangguan atau
distraksi, bebas bau yang tidak enak, berikan komentar positif dan
tunjukkan kalau kita mendukung anak agar mereka semakin semangat dan
5
termotifasi untuk belajar.

F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR


Secara garis besar factor yang mempengaruhi belajar anak dapat dibagi
menjadi 2 bagian, yaitu:
1. Faktor Endogen (Internal) yakni semua factor yang berada dalam diri
individu.
2. Faktor Eksogen (Eksternal), yakni semua factor yang berda diluar individu.
Kedua factor di atas, dalam banyak hal, acap kali saling berkaitan dan
memengaruhi satu sama lain. Faktor Endogen, meliputi 2 faktor yakni,
factor fisik dan factor psikis.
a) Faktor Fisik
Factor fisik ini bias kita kelompokkan lagi menjadi beberapa kelompok
anatara lain factor kesehatan. Umpamanya anak yang kurang sehat
atau kurang gizi, daya tangkap dan kemampuan belajarnya akan
kurang dibandigkan dengan anak yang sehat.

5 http://www.bimba-aiueo.com/3-aspek-penting-dalam-menciptakan-kondisi-belajar-kondusif/

8
Selain factor kesehatan, ada factor lain yang penting, yaitu cacat-cacat
yang dibawa sejak anak berada dalam kandungan. Keadaan cacat
tersebut itu bias menghambat keberhasilan seseorang.
b) Faktor Psikis
Factor psikis yang paling banyak atau paling sering disoroti pada saat
ini adalah factor-faktor berikut:
1) Faktor Intelegensi atau kemampuan
Pada dasarnya, manusia itu berbeda satu sama lain, salah
satu perbedaan itu adalah dalam hal kemampuan atau intelegensi.
Kenyataan menunjukkan, ada orang yang dikaruniai kemampuan
tinggi, sehingga mudah mempelajari sesuatu. Dan ,sebaliknya ada
orang yang kemampuannya kurang, sehingga mengalami kesulitan
untuk mempelajari sesuatu. Dengan demikian, perbedaan dalam
mempelajari sesuatu disebabkan antara lain, oleh perbedaan pada
tarafkemampuannya. Kemampuan ini penting untuk mempelajari
sesuatu.
Sebaliknya, anak yang dikaruniai kemampuan tinggi akan
lebih berhasil dalam kegiatan belajar karena ia lebih mudah
menangkap dan memahami pelajaran. Anak yang cerdas akan lebih
mudah berfikir kreatif dan cepat mengambil keputusan. Meskipun
demikian, anak yang mempunyai kemampuan tinggi tidak berarti
tidak akan mengalami kesulitan dalam belajar. Kemungkinan
kesulitan belajartetap ada, karena iaterlalu menganggap mudah
pelajaran-pelajaran di sekola, kurang atau tidak mendengarkan
keterangan-keterangan dari guru, sering mengganggu temannya,
dan perilaku lainnya yang kurang menyenangkan. Hal-hal
demikian menyebabkan anak tertinggal pelajaran di sekolah.
2) Faktor perhatian dan minat
Bagi seorang anak, mempelajari suatu hal yang menarik
perhatian akan lebih mudah diterima daripada mempelajari hal
yang tidak menarik perhatian. Dalam penyajian pelajaran pun, hal

9
ini tidak bisa diabaikan, tertutama anak kecil. Anak-anak akan
tertarik pada hal-hal yang baru dan menyenangkan.
Dalam hal minat, tentu saja seseorang yang menaruh minat pada
suatu bidang akan lebih mudah mempelajari bidang tersebut.
Secarasederhana, minat berarti kecendrungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
Keinginan atau minat dan kemauan atau kehendak sangat
memengaruhicorak perbuatan yang akan diperlihatkan seseorang.
Sekalipun seseorang itu mampu memepelajari sesuatu, tetapi bila
tidak mempunyai minat, tidak mau, atau tidak ada kehendak untuk
mempelajari, ia tidak tidak akan bisa mengikuti proses belajar.
Minat atau keinginan ini erat pula hubungannya dengan perhatian
yang dimiliki, karena perhatian mengarahkan timbulnya kehendak
pada seseorang. Kehendak atau kemauan ini juga erat hubungannya
dengan kondisi fisik seseorang misalnya dalam keadaan sakit,
capai, lesu atau mungkin sebaliknya, yakni sehat da segar. Juga
erat hubungannyadenagn kondisi psikis, seperti, senang, tidak
senang, tegang, bergairah, dan seterusnya.
3) Faktor Bakat
Pada dasarnya bakat itu mirip dengan intelegensi.
Itulahsebabnya seorang anak yang memiliki intelegensi sangat
cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga
sebagai talend child, yakni anak berbakat.
Bakat setiap orang itu berbeda-beda. Seorang anak yang
berbakat music akan lebih cepat mempelajari music tersebut.
Orang terkadang kurang memperhatikan faktor bakat ini, sehingga
mereka memaksakan kehendaknya untuk meyekolahkan anaknya
pada bidang keahlian tertentu tanpa mengetahui terlebih dahulu
bakat yang dimiliki anaknya itu. Pemaksaan kehendak terhadap
anak tentu saja akan berpengaruh buruk terhadap prestasi anak
yang bersangkutan.

10
4) Faktor Motifasi
Motifasi adalah keadaan internal organisme yang
mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Karena belajar merupakan
suatu proses yang timbul dari dalam, faktor motifasi memegang
peranan pula. Kekurangan atau ketiadaan motifasi, baik yang
bersifat internal maupun yang bersifat eksternal, akan meyebabkan
kurang bersemangatnya anak dalam melakukan proses
pembelajaran materi-materi pelajaran, baik disekolah maupun
dirumah.
5) Faktor kematangan
Kematangan adalah tingkat perkembangan pada individu
atau organ-organnya sehingga sudah berfungsi sebagaimana
mestinya. Dalam proses belajar, kematangan atau kesiapan ini
sangat menentukan. Oleh karena itu, setiap usaha belajar akan lebih
berhasil bila dilakukan bersamaan dengan tingkat kematangan
individu. Kematangan ini erat sekali hubungannya dengan masalah
minat dan kebutuhan anak.
6) Faktor Kepribadian
Faktor kepribadian seseorang turut memegang peranan
dalam belajar. Orang tua terkadang melupakan faktor ini, yaitu
bahwa anaka adalah makhlu kecil yang memilki kepribadian
sendiri. Jadi, faktor kepribadian anak memengaruhi keadaan anak.
Fase perjkembangan seorang anak tidak selalu sama. Dalam proses
pembentukan kepribadian ini, ada beberapa fase yang harus dilalui.
Seorang anak yang belum mencapai fase tertentu akan mengalami
kesulitan jika ia dipaksa melakukan hal-hal yang terjadi pada fase
berikutnya. Anak yang memasuki fase sekolah sudah mulai tertarik
pada hal-hal yang baru dan dapat melepaskan diri dari orang tua

11
dalam waktu yang terbatas tanpa meyebabkan ketegangan bagi si
anak.
 Faktor Eksogen
Seperti sudah dijelaska, faktor eksogen barasal dari luar diri anak.
Faktor eksogen sebetulnya meliputi banyak hal, namun secara garis
besar kita bisa membaginya dalam tiga faktor, yakni faktor keluarga,
faktor sekolah faktor lingkungan lain, diluar keluarga dan sekolah.
1. Faktor Keluarga
Menurut pandangan sosiologis, keluarga adalah lembaga
terkecil dari masyarakat. kesejahteraan masyarakat ditentukan oleh
kesejahteraan keluarga dan, kesejahteraan masyarakat mempunyai
pengaruh pada kesejahteraan keluarga. Analisis ini merupakan
akibat logis dari pengertian keluarga sebagai sesuatu yang kecil,
sebagai sebagian dari sesuatu yang besar. Pada setiap masyarakat,
kelarga pranata social yang sangat penting artinya bagi kehidupan
social. Individu-individu yang baru berkembang, yang dilahirkan
dalam satu keluuarga harus mengalami proses belajar sehingga
akan mengambil alih nilai-nilai yang umum berlaku dalam
kelompoknya.
Keluarga merupakan kelompok social pertama-tama dalam
kehidupan manusia tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai
manusia social didalam hubungan interaksi dengan kelompoknya.
Faktor keluarga sebagai salah satu penentu yang berpengaruh
dalam belajar, dapat dibagi lagi menjadi tiga aspek, yakni kondisi
ekonomi keluarga, hubungan emosional orang tua dan anak, serta
cara-cara orang tua mendidik anak.
2. Faktor Sekolah
faktor lingkungan social sekolah seperti para guru, pegawai
administrasi, dan teman-teman sekolah, dapat mempengaruhi
semangat belajar seorang anak. Para guru yang selalu menunjukkan
sikap dan perilaku yang simpatik serta memperlihatkan suri teladan

12
yang baik dan rajin, khususnya dalam hal belajar. Misalnya raji
membaca dan rajin berdiskusi dapat menjadi daya dorong yang
positif bagi kegiatan belajar anak. Bimbingan yang baik dan
sistematis dari guru terhadap pelajar yang mendapat kesulitan-
kesulitan dalam belajar, bisa membantu kesuksesan anak dalam
belajar. Faktor lain yang membantu kesungguhan belajar anak di
sekolah adalah faktor disiplin, sudah tentu anak-anak tidak akan
serius dalam belajar, sehingga mutu pelajarannya akan menurun.
3. Faktor Lingkungan Lain
Anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang
baik, memiliki intelegensi yang baik, bersekolah disuatu sekolah
yang keadaan guru-gurunya serta alat-alat pelajarannya baik, belim
tentu pula menjamin anak belajar dengan baik. Masih ada faktor
lain yang dapat mempegaruhi hasil belajarnya. Misalnya, karena
ada jarak antara rumah dan sekolah itu terlalu jauh, sehungga
memerlukan kendaraan untuk keperluan perjalanan yang relative
cukup lama, dan ini dapat melelahkan anak yang bisa berakibat
pada proses dan hasil belajar anak.
Selain itu, faktor teman bergaul dan aktivitas dalam
masyarakat dapat pula mempengaruhi kegiatan belajar anak.
Aktivitas diluar sekolah mamang baik untuk membantu anak. Jika
seorang anak terlalu banyak melakukan aktivitas diluar rumah dan
diluar sekolah, sementara ia kurang mampu membagi waktu
belajar, dengan sendirinya aktivitas tersebut akan merugikan anak
6
karena kegiatan belajarnya menjadi terganggu.

G. Hubungan Harga Diri Dengan Belajar


Dalam kaitannya dengan prestasi belajar, harga diri dapat dikatakan
sebagai faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa disekolah, hal
ini diperkuat oleh para pendapat dari para ahli berikut ini.

6 Alex Sobur,Psikologi Umum (Bandung:CV.PUSTAKA SETIA,2010) Hal 244-251

13
Adi W. Gunawan (2003) berpendapat bahwa, harga diri adalah penentu
prestasi dan keberhasilan anda. Orang dengan harga diri yang tinggi memeliki
kekuatan pribadi yang luarbiasa besar dan akan bisa berhasil melakukan dalam
hidupnya. Dengan kekuatan pribadi yang besar, orang dengan harga diri yang
tinggi pasti akan lebih unggul dan berprestasi dengan dibandingkan dengan
orang yang harga dirinya rendah.Di dalam bukunya quantum learning, Bobby
DePorter dan Mike Henarqy (2010) juga mengatakan bahwa, “kalau anda
mempunyai harapan yang tinggi terhadap diri anda, harga diri yang tinggi, dan
keyakinan bahwa anda akan berhasil, anda akan memperoleh prestasi tinggi”.
Brian Tracy (2009) juga mengatakan hal yang sama bhwa harga diri
tinggi menuntun pada kinerja dan kesuksesan diri dalam setiap wilayah
kehidupan, sedangkan harga diri yang rendah mengawali dan menyertai
kegagalan serta frustasi. Jadi harga diri tinggi menuntun kita pada prestasi
yang tinggi dan kinerja yang tinggi. John W. Santrock (2003) mengutip
perkataan Harter bahwa, harga diri yang rendah dan menetap berhubungan
dengan prestasi yang rendah, depresi, gangguan makan, dan kejahatan. Hal ini
menunjukkan harga diri yang rendah akan membuat kita dekat dengan hal-hal
yang negatif dalam hidup dan membawa kita pada kehancuran, sehingga sulit
7
membuat prestasi dalam hidup.

7 Nenny Irawati, Nur Rahma Hajat, “Hubungan antar harga diri dengan prestasi belajar pada
siswa”. Econosains, vol. X, Nomer 2, 2012. Hal 202-205.

14
BAB III
KESIMPULAN

1. Harga diri merupakan sebuah penilaian setiap individu yang mengarah pada
dimensi positif dan negatif.
2. Belajar adalah proses yang terjadi dalam otak manusia syaraf dan sel-sel otak
yang bekerja mengumpulkan semua yang dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dan lain-
lain, laantas disusun oleh otak sebagai hasil belajar.
3. Hubungan harga diri dengan belajar yaitu, dimana jika anda memiliki harapan
yang tinggi terhadap diri anda, harga diri yang tinggi dan keyakinan bahwa anda akan
berhasil maka anda akan memperoleh prestasi yang tinggi. Dan jika anda memiliki harga diri
yang tinggi itu juga akan memunutunanda pada prestasi yang tinggi dan kinerja yang tinggi.
Begitu pula jika anda memiliki harga diri yang rendah dan menetap berhubungan dengan
prestasi yang rendah, depresi, gangguan makan, dan kejahtaan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Irawati, Nenny. Nur Rahma Hajat, 2012. “Hubungan antar harga diri dengan
prestasi belajar pada siswa”. Econosains, vol. X. No. 2.

Sobur, Alex. 2010. Psikologi Umum. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Karunia, Ariska Budianti. 2015. Hubungan Antara Keharmonisan Keluarga


dengan Harga Diri pada Remaja. Skipsi. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Ranis. 23 Maret 2017. 3 Aspek Penting Dalam Mencipatakan


Kondisi Belajar Kondusif. www.bimba-aiueo.com

16

Anda mungkin juga menyukai