Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM INTERVENSI INDIVIDU

REINFORCEMENT POSITIVE DAN MODELING PENDEKATAN


BEHAVIORISTIK UNTUK KLIEN YANG MENGALAMI
PROKRASTINASI AKADEMIK

Dosen Pengampu:
Dr. Phil. Dian Veronika Sakti Kaloetti, S.Psi., M.Psi., Psikolog.

Disusun oleh:
Ikhda Izzatul Aqiilah
15010115120004

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunianya
kami dapat menyelesaikan laporan pelaksanaan program intervensi individu.
Kami berterima kasih kepada Dr. Phil. Dian Veronika Sakti Kaloetti, S.Psi.,
M.Psi., Psikolog yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami berharap tugas yang kami buat ini dapat bermanfaat untuk
menambah wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan tugas
yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Sekian kata pengantar dari kami, kiranya ada kesalahan dalam
pembuatan kata-kata, maupun dalam bahasa yang kami gunakan, kami mohon
maaf.

Semarang, Mei 2018

Penyusun

2
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Prokrastinasi adalah perilaku menunda-nunda tugas yang telah
menjadi kebiasaan atau pola menetap yang selalu dilakukan seseorang
ketika menghadapi tugas (Burka & Yuen, 2008). Kebanyakan mahasiswa
dan pelajar suka sekali melakukan prokrastinasi akademik, yakni perilaku
menunda-nunda tugas, atau mengakhir-akhirkan tugas. Banyak mahasiswa
atau pelajar yang mengerjakan tugas di menit-menit terakhir, akibatnya
tugas yang dikerjakan tidak maksimal. Steel (2007) mengatakan bahwa
prokrastinasi adalah kegiatan menunda dengan sengaja tugas yang harus
dikerjakan individu, meskipun individu mengetahui bahwa perilaku
penundaannya tersebut menghasilkan dampak buruk. Steel (2010)
mengatakan bahwa prokrastinasi adalah suatu penundaan sukarela
terhadap tugas atau pekerjaannya meskipun ia tahu bahwa hal ini akan
berdampak buruk dimasa depan. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
Surijah (2007) pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Surabaya
yang tergolong memiliki prokrastinasi tinggi sampai sangat tinggi adalah
30,9 %. Hal ini membuktikan bahwa banyak sekali mahasiswa yang masih
melakukan prokrastinasi akademik atau perilaku menunda tugas.
Prokrastinasi akademik memiliki dampak yang buruk bagi prokrastinator,
diantaranya tugas yang tidak terselesaikan dengan sempurna, semakin
menumpuknya tugas lain. Perilaku ini tidak bisa dibiarkan secara terus
menerus karena akan menimbulkan dampak yang tidak baik. Untuk itu
penting sekali untuk mengubah perilaku atau mengurangi hingga
menghilangkan perilaku prokrastinasi akademik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara asesmen terhadap klien yang mengalami prokrastinasi
akademik ?
2. Bagaimana intervensi yang tepat terhadap klien yang mengalami
prokrastinasi akademik ?

4
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui lebih dalam asesmen yang dilakukan terhadap klien
yang mengalami prokrastinasi akademil.
2. Untuk mengetahui intervensi yang tepat yang dilakukan terhadap klien
yang mengalami prokrastinasi akademik.
3. Untuk memberikan asesmen dan intervensi kepada klien yang
mengalami prokrastinasi akademik.
D. Manfaat
1. Memeperdalam ilmu dan wawasan bagi konselor atau penulis
mengenai asesmen dan intervensi terhadap klien yang mengalami
prokrastinasi akademik.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca mengenai
asesmen dan intervensi terhadap klien yang mengalami prokrastinasi
akademik
3. Bermanfaat bagi klien yang diberikan intervensi.

BAB II
ASESMEN
A. Tujuan Asesmen
1. Untuk memahami individu
2. Untuk mengetahui lebih dalam permasalahan individu
3. Untuk memprediksi perilaku
4. Untuk menentukan intervensi dan treatment yang tepat untuk diberikan
kepada client
B. Rancangan Asesmen
1. Observasi
Menurut Raco (2010) Observasi adalah bagian dalam
pengumpulan data. Observasi berarti mengumpulkan data langsung
dari lapangan. Dalam tradisi kualitatif, data tidak akan diperoleh di
belakang meja, tetapi harus terjun ke lapangan, ke tetangga, ke
organisasi, ke komunitas. Data yang diobsevasi merupakan gambaran

5
mengenai sikap, kelakuan, perilaku, tindakan, keseluruhan interaksi
antar manusia (Raco, 2010). Data observasi juga dapat berupa interaksi
dalam suatu organisasi atau pengalaman para anggota dalam
berorganisasi (Raco, 2010).

Istilah observasi sering dipadankan atau disamakan dengan


pengamatan, yakni memperhatikan apa yang orang lain lakukan dan
mendengarkan apa yang orang lain bicarakan (Raco, 2010). Observasi
merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis
dan sengaja melalui pengamatan dan pencatatan terhadap segala objek
(Raco, 2010). Observasi merupakan pengamatan secara langsung
terhadap gejala yang dimiliki baik dalam situasi alamiah maupun
situasi buatan, situasi buatan yang dimaksud adalah observasi didalam
laboratorium yang sifatnya eksperimental (Maryati & Suryawati,
2006).

Menurut Corsini (dalam Maryati & Suryawati, 2006) observasi


merupakan suatu metode yang bersifat formal dan informal, dimana
dalam observasi ada aktivitas mengamati kejadian atau peristiwa,
aktivitas mencatat apa yang diamati, kemudian objek yang diobservasi
adalah tingkah laku. Sedangkan menurut Cartwright (dalam Maryati
& Suryawati, 2006) Menurut Cartwright observasi adalah suatu proses
sistematis dalam mengamati dan mencatat perilaku. Dengan tujuan
untuk membuat keputusan, dimana objek dari observasi adalah
tingkah laku. Corsini (dalam Maryati & Suryawati, 2006) yang
dimaksud dengan proses sistematis adalah dalam mengamati
diperlukan teknik-teknik dan persyaratan tertentu yang harus dipenuhi.
Demikian pula dengan proses mencatat, ada teknik-teknik tertentu dan
syarat-syarat yang harus dipenuhi, sedangkan maksud dari membuat
keputusan adalah membuat keputusan mengenai sesuatu, misalnya
seorang psikolog melakukan observasi pada anak-anak PAUD untuk

6
mengetahui perkembangan motoric kasar anak-anak tersebut. Apakah
sesuai dengan usianya atau tidak, sehingga dapat diambil keputusan
apakah anak tersebut perlu penanganan lebih lanjut atau tidak (Corsini
dalam Maryati & Suryawati, 2006). Menurut Maryati & Suryawati
(2006) jenis-jenis observasi, yakni:
a. Participant Observation
Observer terlibat dan mengambil bagian dalam aktivitas
yang dilakukan observe. Contoh : antropolog yang hidup di tengah-
tengah suku terasing, suku terasing tersebut adalah objek
penelitiannya. Kemudian seorang psikolog yang turut serta
bermain dengan anak-anak yang akan diobservasi.
b. Non-Participant Observation
Observer tidak terlibat dalam aktivitas yang dilakukan
observe. Observer berada diluar lingkaran observee. Contohnya
adalah observer mengobservasi anak leat one way mirror atau
lewat CCTV.

Dalam observasi anak berkebutuhan khusus kali ini penulis


menggunakan metode observasi non-participant observation.
LEMBAR OBSERVASI
Aspek Indikator Checklist Keterangan
Rendahnya intensi 1. Mengerjakan
mengerjakan tugas tugas tepat
waktu
2. Menunda tugas
dan
mengerjakan di
akhir-akhir
batas
pengumpulan
Memiliki standar 1. Membuat tugas
hasil kerja yang sejadinya saja
tidak optimal 2. Membuat tugas
dengan perfect
Adanya pekerjaan 1. Mengikuti
lain prokrastinator organisasi lain

7
yang lebih penting 2. Tidak
dilakukan mengikuti
organisasi
apapun
Ada emosi marah 1. Cemas ketika
dalam mengerjakan
mengerjakan tugas tugas
2. Merasa panik
ketika
mengerjakan
tugas

2. Wawancara
Wawancara adalah metode penjgumpulan data yang berupa
pertemuan antara dua orang atau lebih secara langsung untuk bertukar
informasi dan ide dengan tanya jawab secara lisan sehingga dapat
dibangun makna dalam suatu topik tertentu (Prastowo, 2012). Model
wawancara yang dapat dilakukan meliputi wawancara tak berencana
yang berfokus dan wawancara sambil lalu (Idrusm, 2009). Wawancara
tak berencana berfokus adalah pertanyaan yang diajukan secara tidak
terstruktur, namun selalu berpusat pada satu pokok masalah tertentu
(Idrus, 2009). Wawancara sambil lalu adalah wawancara yang tertuju
pada orang-orang yang dipilih tanpa melalui seleksi terlebih dahulu
secara teliti, tetapi secara kebetulan (Idrus, 2009).
Wawancara adalah metode penjgumpulan data yang berupa
pertemuan antara dua orang atau lebih secara langsung untuk bertukar
informasi dan ide dengan tanya jawab secara lisan sehingga dapat
dibangun makna dalam suatu topik tertentu (Prastowo, 2012). Model
wawancara yang dapat dilakukan meliputi wawancara tak berencana
yang berfokus dan wawancara sambil lalu (Idrusm, 2009). Wawancara
tak berencana berfokus adalah pertanyaan yang diajukan secara tidak
terstruktur, namun selalu berpusat pada satu pokok masalah tertentu
(Idrus, 2009). Wawancara sambil lalu adalah wawancara yang tertuju
pada orang-orang yang dipilih tanpa melalui seleksi terlebih dahulu
secara diteliti, tetapi secara kebetulan (Idrus, 2009).

8
Menurut Idrus (2009) Dalam melakukan teknik wawancara
terhadap informan, hendaklah pertanyaan melengkapi beberapa hal,
yakni:
1. Apa
Apa yang terjadi, apa yang dikatakan dan dilakukan, apa makna hal
itu bagi si pelaku.
2. Siapa
Siapa yang terlibat, siapa pemimpinnya, siapa yang menyebabkan
masalah.
3. Kapan
Kapan peristiwa terjadi, kapan kejadian berlangsung.
4. Di mana
Di mana hal tersebut terjadi, setting sosial, setting tempat.
5. Mengapa
Mengapa peristiwa terjadi, faktor penyebab.
6. Bagaimana
Bagaimana kejadian berlangsung, bagaimana kejadian
dihubungkan dengan kejadian lain.
Interview Guide
1. Apakah Kamu memiliki kebiasaan menunda tugas ?
2. Mengapa kamu menunda tugas ?
3. Sejak kapan perilaku menunda tugas dilakukan ?
4. Bagaimana kamu dalam mempersepsi tugas ?
5. Kamu tipe orang yang bagaimana ?
3. MSE (Mental Status Examination)
Aspek Keterangan
Penampilan dan Perilaku Menyangkut tingkat aktivitas, reaksi terhadap
terapis, keterawatan fisik, cara berpakaian.
Pembicaraan dan Pikiran Ada tidaknya inkoherensi antar pernyataan,
tingkat pemahaman pembicaraan, ada tidaknya
delusi pembicaraan dan pikiran klien.
Tingkat Kesadaran Kemampuan respon panca indra klien terhadap
rangsang, kuat atau lemah.

9
Suasana hati dan afeksi Apakah klien nampak tertekan : cemas, lelah, atau
perasaan-perasaan yang mendekati kondisi
tersebut.
Persepsi Apakah klien mengalami halusinasi atau
kehilangan personalitasnya
Orientasi Menyangkut kesadaran akan waktu, tempat serta
identitas personal
Ingatan Jangka panjang/pendek
Pengetahuan umum yang Asal ibukota negara, tempat tinggalnya
dimiliki klien
Inteligensi Diperkirakan dari tingkat pendidikan, kemampuan
rasionalisasi serta pengetahuan umum
Pemahaman dan pendapat Mengenai konsekuensi perilaku.
Fungsi Intelektual Apakah klien mampu menerima sebuah
penjelasan tertentu.

C. Hasil Asesmen
1. Observasi
Observasi dilakukan ketika konselor mewawancarai klien pada saat
melakukan asesmen.
Lokasi : Griya Rizky, Bulusan
Pukul 20.00 WIB
Aspek Indikator Checklist Keterangan
Rendahnya intensi 1. Mengerjakan
mengerjakan tugas tugas tepat
waktu
2. Menunda tugas V Subjek suka
dan menunda tugas
mengerjakan di dan mengerjakan
akhir-akhir last minute
batas hingga tidak
pengumpulan tidur.
Memiliki standar 1. Membuat tugas V Subjek membuat
hasil kerja yang sejadinya saja tugas sejadinya.
tidak optimal 2. Membuat tugas
dengan perfect
Adanya pekerjaan 1. Mengikuti V Subjek memiliki
lain prokrastinator organisasi lain organisasi,
yang lebih penting 2. Tidak namun subjek
dilakukan mengikuti sudah
organisasi membaginya

10
apapun sesuai dengan
porsi masing-
masing
Ada emosi marah 1. Cemas ketika
dalam mengerjakan
mengerjakan tugas tugas
2. Merasa panik
ketika
mengerjakan
tugas

Subjek suka sekali menunda tugas dan mengerjakan dalam menit-menit


terakhir, bahkan sampai tidak tidur, karena subjek menunda tugas subjek
cenderung membuat tugas sejadinya saja dan ngebut. Kemudian subjek atau klien
memiliki organisasi lain dan posisinya sebagai sekretaris, namun subjek sudah
dapat membagi porsi waktunya masing-masing.
2. Wawancara
Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada klien, klien mengaku bahwa
klien menunda tugas. Klien mengaku bahwa tugasnya sangat banyak dan
sangat menumpuk, kemudian klien suka sekali menunda tugas.

“Duh jangan nanya deh za, tugasnya numpuk dan banyak banget, dan
belum aku kerjain semua, rasanya males banget, ya ada satu yang udah
aku kerjain, itu aja masih kurang sana-sini gitu lhoo...”

“Iya, males banget nah kenyataannya aku tuh suka nanti , nanti lah masih
lama, aku tiduran dulu di kosan, udah mau ngerjain lagi, nanti lah yaaa
dan akhirnya teralihkan sama yang lain, mikirnya tuh yaudah lah nanti
orang masih lama juga nanti kalo h minus berapa gitu kaget, gila
yaampun udah h-3 hari aja pengumpulan.”

Klien mengaku bahwa klien adalah tipe orang yang suka menunda tugas
dan sangat suka mengerjaka pada saat-saat terakhir dan mengaku
mendapatkan ide pada akhir-akhir.

11
“Iya aku tipe-tipe yang gitu sih hehehe, karena kalo dari aku sendiri aku
itu udah berpikir kalo aku dapet ide pas udah mepet-mepet gitu lho, jadi
aku ngerjain tugas di last minutes, jadi sumpama nih dikasih tugas pas
hari selasa gitu kan, terus nanti dikumpulinnya minggu depan, nanti aku
bakal ngerjainnya sistem kebut semalam gitu lho Za.. dan aku ngerasanya
di last minutes itu aku malah dapet ide gitu... wkwkwk (subjek tertawa),
mau aku dikasih waktu selama apapun aku pasti ngerjain di waktu-waktu
akhir itu aku juga heran kenapa.”

Akibat perilaku menunda tugas, klien pernah mengerjakan tugas h-1jam


pengumpulan dan klien pernah sampai tidak tidur karena besok tugas
dikumpulkan.

“Pernah, itu waktu itu DTP, itu bikin modul, dan itu kan kelompok kan
dan aku bener-bener sebel banget, padahal itu kan kelompok kan ya dan
itu semua numpuk di aku coba gitu lho, itu bener-bener dikumpulin jam 10
aku ngerjain dari jam 9 karena aku sibuk organisasi kan jadi aku ada
rapat, dan aku capek banget akhirnya aku ketiduran dan aku baru
ngerjain jam 9, parah banget nggak sih itu...”

Kemudian klien mengaku bahwa kebiasaan menunda tugas yang klien


lakukan adalah kebiasaan dari SMA, klien jarang sekali mengerjakan tugas
di awal-awal nyicil-nyicil sangat jarang pasti pada saat last minute.

“jadi aku emang dari dulu jarang sebenernya ngerjain tugas di awal-awal
atau nyicil hehe, tapi alhamdulillah selalu selesai semua sih tugas-
tugasnya”.

Namun klien dalam mempersepsi tugas tidaklah masalah, klien berpikir


bahwa tugas adalah sesuatu yang wajib dikerjakan, jadi se mepet apapun
klien mengerjakan, klien berprinsip bahwa klien harus mengerjakan tugas

12
dengan selesai. Karena menurut klien, tugas adalah hal yang wajib
dikerjakan. Kemudian dari segi pola asuh, klien mengaku bahwa klien
sudah terbiasa dimanja sejak kecil, serba dituruti karena klien anak
tunggal. Klien bukan tipe orang yang rapi, namun klien mengaku sangat
pelupa sehingga klien tidak pernah merubah tempat atau tempat klien
menaruh barang.
Klien sadar bahwa perilaku menunda tugasnya adalah hal yang
salah, klien juga sadar jika klien mengerjakan nyicil maka hasil yang
didapat akan lebih bagus dan tidak menyiksa diri sampai tidak tidur, dan
klien mengaku bahwa klien memiliki keinginan untuk mengurangi
kebiasaan menunda tugas tersebut.

“Iya aku ngerasa banget kalo diri aku tuh salah, aku ngerjainnya di last
minute, harusnya kalo ngerjainnya di spare time yang lebih awal, bakal
dapet yang lebih bagus, ya emang aku juga ngerasa nggak bisa lah kalo
kayak gini terus, ya aku pengen sembuh si za...”

3. MSE
Aspek Keterangan
Penampilan dan Perilaku Klien memiliki penampilan yang cukup rapi dan
memiliki perilaku yang wajar.
Pembicaraan dan Pikiran Dari segi pembicaraan klien memiliki bahasa yang
baik tertata dengan rapi dan berpikir rasional.
Tingkat Kesadaran Klien memiliki tingkat kesadaran yang baik.
Suasana hati dan afeksi Suasana hati klien ceria, menyenangkan, suka
ngobrol.
Persepsi Persepsi klien terhadap tugas benar bahwa tugas
harus dikerjakan, namun perilaku menunda tugas
klien masih melakukan itu.
Orientasi -
Ingatan Jangka pendek (klien sangat pelupa)
Pengetahuan umum yang Klien cukup cakap dan memiliki pengetahuan
dimiliki klien yang luas.

13
Inteligensi -
Pemahaman dan pendapat Dalam mengutarakan pendapat klien cukup baik
dan analitis.
Fungsi Intelektual Memiliki fungsi intelektual yang baik.

D. Analisa dan Kesimpulan


Dari hasil observasi subjek sangat suka sekali menunda-nunda
tugas. Kemudian disisi lain klien mengikuti organisasi yang cukup
menyita banyak waktu dan tugas namun klien masih bisa membagi
waktunya dengan baik, klien orang yang cukup rapi dalam berpenampilan,
bahasa cukup sopan, dan memiliki kemampuan verbal yang baik.
Kemudian dari hasil wawancara Dalam mempersepsi tugas klien memiliki
pandangan yang baik terhadap tugas, klien berpandangan bahwa tugas
adalah hal yang harus dikerjakan bagaimanapun caranya, meski harus
dikerjakan mepet-mepet klien berprinsip bahwa klien harus mengerjakan
tugas dengan selesai. Karena menurut klien, tugas adalah hal yang wajib
dikerjakan. Namun, perilaku subjek yang menunda-nunda pekerjaan masih
dilakukan dan selalu dilakukan, perilaku menunda tugas sudah klien
lakukan semenjak klien duduk di bangku SMA, klien adalah orang yang
manja, karena klien adalah anak tunggal, tidak memiliki kakak maupun
tidak memiliki adik. Dari perilaku menunda tugas akibatnya klien sering
sekali mengerjakan tugas di menit-menit terakhir bahkan klien pernah
mengerjakan h-1 jam pengumpulan tugas, dan akibatnya klien juga sering
lembur bahkan pernah tidak tidur sama sekali, hal ini mengakibatkan klien
menjadi lesu, tidak bersemangat, karena mengerjakan sistem kebut
semalam. Klien menyadari bahwa perbuatannya itu tidak patut untuk
dilakukan dan tidak bisa dilakukan secara terus-menerus, klien menyadari
bahwa perilaku menunda tugas yang dilakukannya adalah perbuatan yang
salah. Dari hasil MSE klien tidak memiliki gangguan klinis apapun,
bahkan klien dalam keadaan baik-baik saja, klien memiliki kemampuan
verbal yang baik, memiliki rasionalitas yang baik, klien mampu

14
memahami pendapat konselor, klien memiliki penampilan yang rapi, dan
perilaku yang wajar.
Dari analisis asesmen dapat disimpulkan bahwa permasalahan
klien adalah pada perilaku menunda tugas yang sudah menjadi kebiasaan.
Dari segi persepsi atau irrational belief terhadap tugas, klien berpandangan
bahwa tugas memang harus dikerjakan. Titik permasalahannya adalah
perilaku menunda tugas yang dilakukan oleh klien. Untuk itu klien
melakukan prokrastinasi akademik tetapi dalam batas yang ringan, artinya
klien hanya memiliki masalah dalam perilakunya yang suka menunda
tugas. Untuk itu konselor menggunakan teknik behavioristik, yakni
modifikasi perilaku dengan menggunakan reinforcement positive yakni
penguatan positif dengan memberikan reward atau hadiah dengan hadiah
tersebut bertuliskan kata semangat untuk memotivasi klien dan
memberikan video modeling kepada klien.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Prokrastinasi Akademik
1. Pengertian Prokrastinasi Akademik

Prokrastinasi adalah perilaku menunda-nunda tugas yang telah menjadi


kebiasaan atau pola menetap yang selalu dilakukan seseorang ketika menghadapi
tugas (Burka & Yuen, 2008). Penudaan tugas yang dilakukan disebabkan adanya
keyakinan-keyakinan yang irrasional dalam memandang tugas. Prokrastinasi
dapat dilakukan individu pada semua jenis area atau pekerjaan (Burka & Yuen,
2008). Prokrastinasi pada bidang akademik disebut juga dengan prokrastinasi
akademik. Prokrastinasi akademik pada umumnya dilakukan oleh pelajar ataupun
mahasiswa (Burka & Yuen, 2008). Prokrastinasi akademik maupun non akademik
merupakan istilah yang sering digunakan oleh para ahli untuk membagi jenis-jenis
tugasyang cenderung ditunda oleh prokrastinator (Burka & Yuen, 2008).
Menurut Ferrari (1995) menjelaskan bahwa prokrastinasi merupakan suatu
penundaan yang sering dilakukan oleh individu, prokrastinasi dilakukan individu
ketika memulai atau menyelesaikan tugas sehingga tugas tidak dapat terselesaikan

15
tepat pada waktunya, serta prokrastinasi merupakan suatu bentuk penundaan yang
tidak perlu dilakukan pada suatu tugas. Prokrastinasi akademik merupakan jenis
penundaan yang dilakukan pada tugas-tugas formal yang berhubungan dengan
jenis tugas akademik atau kinerja akademik, contohnya adalah menulis paper,
membaca buku pelajaran, mengetik makalah, mengikuti tugas perkuliahan,
mengerjakan tugas sekolah, belajar untuk ujian, maupun membuat karya ilmiah,
seperti skripsi (Aitken, dalam Ferrari, 1995). Perilaku prokrastinasi yang
dilakukan individu dapat menjadikannya sebuah kebiasaan. Individu yang
melakukan prokrastinasi akan menimbulkan perilaku prokrastinasi selanjutnya
dan meluasnya prokrastinasi (Burka & Yuen, 2008).
Burka dan Yuen (2008) menjelaskan bahwa prokrastinator tanpa disadari
akan selalu mengulang penundaan yang dilakukan. Saat menerima tugas
prokrastinator akan penuh dengan harapan bahwa akan mengerjakan tugas dengan
baik walaupun tidak mengerjakan tugas pada saat itu. Prokrastinator akan
mengerjakan tugas secara spontan tanpa direncanakan. Pada akhirnya tugas yang
diberikan tidak dapat diselesaikan atau dapat diselesaikan pada akhir waktu
pengumpulan tugas dan prokrastinator terjebak dalam “the cycle if
procrastination” (lingkaran atau roda prokrastinasi), dimana hal ini akan menjadi
pola kebiasaan yang akan terus dilakukan oleh prokrastinator.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi

Zuckerman (dalam Ferrari, 1995) menjelaskan bahwa faktor penyebab


prokrastinasi dapat ditinjau dengan menggunakan perspektif cognitive &
behavior, yakni:
a. Pemikiran yang salah (Irrational Belief)
Pada hal ini individu tidak yakin pada kemampuan yang dimiliki
untuk mengerjakan tugas, akibatnya individu cenderung melakukan
penundaan tugas dan akhirnya mengumpulkasn saat batas waktu
pengumpulan semakin dekat. Hal ini yang kemudian dijadikan alasan
prokrastinator pada kegagalan yang dialaminya.
b. Pernyataan diri dan kesadaran diri pribadi

16
Self statement yang lemah untuk pengendalian diri pada individu
untuk tidak melakukan penundaan dan kuatnya self statement untuk
mencari alasan terhadap penundaan pekerjaan.
c. Adanya kegagalan yang kurang tepat mengenai penyebab kegagalan yang
berkaitan dengan masa lalunya.
Kegagalan dimasa lalu dipahami sebagai akibat dari suatu faktor
yang tidak dapat dikendalikan individu . Individu memiliki pemikiran
bahwa seberapa keras individu berusaha namun kecil kemungkinan akan
meraih keberhasilan.

d. Standar kesempurnaan yang tidak irrasional


Pada hal ini perfeksionisme merupakan sebuah motif utama
prokrastinator untuk melakukan prokrastinasi pada tugas-tugasnya.
Standar hasil kerja yang tinggi membuat prokrastinator membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan tugas dengan hasil yang baik.

3. Aspek-aspek prokrastinasi

Menurut Ferrari (1995) perilaku prokrastinasi mengandung 4 aspek, yakni:


a. Rendahnya intensi untuk mulai menyelesaikan tugas
Dalam hal ini elibatkan penundaan baik untuk memulai maupun
menyelesaikan tugas. Prokrastinator cenderung untuk tidak segera
memulai mengerjakan tugas hingga selesai.
b. Memiliki standar hasil kerja yang tidak optimal
Individu yang memiliki kecenderungan untuk menunda akan lebih
lambatdalam menyelesaikan tugas yang menyebabkan individu
tersebut tergesa-gesa dalam mengerjakan tugas yang diberikan
sehingga hasil akhirnya tidak maksimal.
c. Adanya pekerjaan lain prokrastinator yang lebih penting dilakukan
Individu mengetahui bahwa penyelesaian tugas merupakan hal
yang penting, tapi cenderung tidak segera diselesaikan dan bahkan

17
mengerjakan tugas lain yang dipersepsikan individu lebih penting
untuk dilakukan dan dikerjakan.
d. Ada emosi marah dalam mengerjakan tugas
Dalam hal ini individu berada dalam keadaan emosional yang tidak
menyenangkan, misalnya perasaan cemas, perasaan bersalah, marah,
dan panik. Adanya kerisauan emosional yang timbul ketika individu
mengerjakan tugas yang ditunda.
B. Modifikasi Perilaku
Menurut Purwanta (2012) ada beberapa cara untuk mengubah
perilaku individu, diantaranya melalui modifikasi perilaku. Modifikasi
perilaku merupakan cara mengubah perilaku dengan menerapkan prinsip-
prinsip belajar. Perubahan akan lebih efektif bisa didasarkan pada
informasi yang tepat tentang penyebab perilaku. Modifikasi perilaku
mempunyai dua sasaran utama, yaitu meningkatkan atau menumbuhkan
perilaku adaptif dan mengurangi atau menghilangkan perilaku yang tidak
adaptif (Purwanta, 2012). Soekadji (dalam Purwanta, 2012)
mengemukakan pengertian modifikasi perilaku sebagai hampir segala
tindakan yang bertujuan mengubah perilaku. Modifikasi perilaku adalah
usaha menerapkan prinsip-prinsip proses belajar ataupun prinsip-prinsip
psikologis hasil eksperimen lain pada perilaku manusia (Bootzin dalam
Purwanta, 2012). Modifikasi perilaku merupakan penerapan teori belajar
operant conditioning untuk mengubah suatu perilaku. Operant
conditioning ditemukan oleh B.F Skinner mengacu pada hubuntara
lingkungan yang menghasilkan perubahan perilaku yang spesifik
(Purwanta, 2012). Asumsi dari modifikasi perilaku, yakni:
a. Perilaku merupakan sesuatu yang dapat dipelajari
b. Perilaku tidak permanen namun dapat dilatih, diajarkan, dan dirubah
atau dimodifikasi.
c. Sebagian besar perilaku merupakan hasil dari rangsangan tertentu.
d. Program pengelolaan perilaku mestinya spesifik untuk setiap perilaku
yang akan dimodifikasi.

18
C. Modeling
Modeling adalah perubahan tingkah laku yang dihasilkan melalui
observasi terhadap orang lain (Bandura, dalam Purwanta, 2012). Prosedur
ini terdiri atas model, yakni guru, alat peraga, orang tua teman sebaya, atau
terapis dan observer atau klien. Terdapat dua modeling yakni live
modeling yang menggunakan demonstrasi aktual atau hidup dari perilaku
target ketika klien mengamati, dan symbolic modeling, yakni presentasi
berupa film, rekaman video, atau imajinasi.
D. Reinforcement
Reinforcer adalah stimulus (objek atau kejadian) yang mengikuti
tingkah laku tertentu dan meningkatkan kekuatan tingkah laku tersebut.
Terdapat dua tipe reinforcement, yakni reinforcement positive dan
reinforcement negative (Purwanta, 2012). Positive reinforcement adalah
pemberian konsekuensi ketika seseorang berhasil melakukan tingkah laku
yang diharapkan sehingga tingkah laku yang diharapkan akan meningkat
atau dipertahankan (Purwanta, 2012). Sementara itu negative
reinforcement adalah penghilangan konsekuensi ketika seseorang
melakukan tingkah laku yang diharapkan sehingga tingkah laku tersebut
akan meningkat atau dipertahankan (Purwanta, 2012).

BAB IV
RANCANGAN INTERVENSI
A. Nama dan Tema Program
Intervensi yang diberikan kepada klien adalah dengan metode
pendekatan behavioristik, yakni dengan memberikan reinforcement
positive (penguatan positif) dalam bentuk pemberian hadiah dan pujian
dan modeling. Positive reinforcement adalah pemberian konsekuensi
ketika seseorang berhasil melakukan tingkah laku yang diharapkan
sehingga tingkah laku yang diharapkan akan meningkat atau
dipertahankan (Purwanta, 2012). Modeling adalah perubahan tingkah laku
yang dihasilkan melalui observasi terhadap orang lain (Bandura, dalam

19
Purwanta, 2012).. Konselor atau terapis memberikan reward atau hadiah
setelah membantu subjek menyelesaikan tugas-tugasnya, setelah subjek
atau klien menyelesaikan tugas, konselor memberikan hadiah tersebut.
Kemudian memberikan video modeling, yakni video yang berisi seseorang
yang inspiratif, seseorang yang sukses dengan tidak melakukan
prokrastinasi akademik, dengan harapan subjek meniru sosok inspiratif
tersebut dan perilaku menunda tugas berkurang. Intervensi individu ini
dinamakan “To Be Better” dengan pemberian penguatan positif
(reinforcement positif) dengan pemberian hadiah dan pujian pada
mahasiswa “I” yang mengalami prokrastinasi akademik.

B. Tujuan Umum Program


1. Untuk menguatkan perilaku mengerjakan tugas di awal waktu.
2. Membantu subjek agar mengurangi perilaku menunda tugas
C. Tujuan Khusus
1. Video Modeling
a. Menyadarkan subjek bahwa prokrastinasi tidak baik diteruskan.
b. Agar subjek meniru perilaku dari sosok inspiratif yang ada di video
yang disajikan.
2. Reinforcement Positive (Memberikan Reward setelah menyelesaikan
tugas)
a. Membantu subjek dalam menyelesaikan tugas.
b. Subjek mengurangi perilaku menunda tugas.
c. Subjek mengerjakan tugas di awal waktu tanpa harus menunda.
D. Timeline dan Breakdown Kegiatan
a. Sesi 1
1) Building Rapport
Terapis melakukan building rapport dengan klien. Building rapport
adalah sarana terapis untu memasuki dunia klien dan
mengakrabkan diri dengan klien. Misalnya dengan menanyakan

20
kabar, sehat atau tidak, bagaimana tugas hari ini, serta menanyakan
apakah klien sudah siap untuk diberikan intervensi atau tidak.
2) Menjelaskan maksud konselor atau terapis
Konselor atau terapis menjelaskan bahwa kedepan akan 6 sesi yang
akan dijalani.
3) Pre Test
Memberikan pre-test kepada klien.
b. Sesi 2
1) Penjelasan
Menjelaskan apa yang akan dilakukan konselor terhadap terapis.
2) Pemberian video modeling yang berisikan kisah inspiratif
seseorang yang sukses dan kiat-kiat orang sukses tanpa
prokrastinasi akademik.
3) Melakukan perjanjian pertemuan untuk sesi berikutnya.
c. Sesi 3
1) Penjelasan
Menjelaskan apa yang akan dilakukan konselor terhadap terapis.
2) Konselor membantu klien untuk mengerjakan tugasnya yang
belum selesai. Konselor menemani klien mengerjakan tugas,
setelah selesai mengerjakan tugas klien diberikan reward atau
hadiah.
3) Setelah sesi tiga sudah selesai konselor atau terapis membuat
perjanjian bersama klien untuk pertemuan sesi selanjutnya.
d. Sesi 4
1) Penjelasan
Menjelaskan apa yang akan dilakukan konselor terhadap terapis.
2) Konselor membantu klien untuk mengerjakan tugasnya yang
belum selesai. Konselor menemani klien mengerjakan tugas,
setelah selesai mengerjakan tugas klien diberikan reward atau
hadiah.

21
3) Setelah sesi tiga sudah selesai konselor atau terapis membuat
perjanjian bersama klien untuk pertemuan sesi selanjutnya.
e. Sesi 5
1) Penjelasan
Menjelaskan apa yang akan dilakukan konselor terhadap terapis.
2) Konselor membantu klien untuk mengerjakan tugasnya yang
belum selesai. Konselor menemani klien mengerjakan tugas,
setelah selesai mengerjakan tugas klien diberikan reward atau
hadiah.
3) Setelah sesi tiga sudah selesai konselor atau terapis membuat
perjanjian bersama klien untuk pertemuan sesi selanjutnya.
f. Sesi 6
1) Terapis meminta klien untuk memberikan feedback mengenai apa
yang dirasakan setelah dilakukan intervensi terhadap klien.
2) Terapis membiarkan klien bercerita mengenai apa yang dirasakan
setelah dilakukan intervensi.
3) Terapis mengklarifikasi dan mengkonfirmasi apakah ada hal yang
perlu dibantu lagi.
g. Sesi 7
1) Terapis atau konselor meminta subjek untuk mengisi post test dan
mengisi evaluasi program.
2) Terapis atau konselor memberikan penjelasan kepada klien apabila
setelah pemberian intervensi membutuhkan bantuan bisa
menghubungi konselor atau klien melalui pesan whatsapp atau
social media lainnya.
E. Materi/Kelengkapan Intervensi
1. Video Modeling
Memberikan video modeling mengenai sosok inspiratif sukses dan
kiat-kiat menjadi orang sukses tanpa menunda tugas.

22
2. Reward
Reward yang diberikan yakni:

23
24
Alasan mengapa memilih benda-benda tersebut untuk dijadikan hadiah,
karena setelah intervensi selesai benda-benda tersebut berguna dan harapannya
klien dapat memanfaatkan benda tersebut untuk mencatat tugas-tugas dan
deadline-deadline yang diberikan oleh dosen maupun organisasi. Pulpen yang
diberikan dapat digunakan untuk mencatat, sticky notes bisa berguna untuk
mencatat tugas-tugas yang harus dikerjakan, serta memo berguna untuk mencatat
hal-hal penting yang harus dikerjakan, mencatat deadline dan tanggal
pengumpulan tugas.

3. Lembar Pre Test dan Post Test


PRE TEST & POST TEST
1. Apakah anda melakukan perilaku menunda tugas ?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda termasuk orang-orang yang bersemangat mengerjakan
tugas ?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah anda termasuk individu yang lamban mengerjakan tugas ?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah penyelesaian tugas itu penting untuk anda kerjakan ?
a. Ya
b. Tidak

25
5. Apakah ada pekerjaan atau prioritas lain yang menyebabkan anda
menunda pekerjaan anda ?
a. Ya
b. Tidak
6. Menurut anda tugas adalah bagian yang sangat penting dalam hidup anda ?
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah menurut anda menunda tugas adalah hal yang patut untuk
dilakukan ?
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah dalam mengerjakan tugas anda selalu terburu-buru ?
a. Ya
b. Tidak

4. Evaluasi Program
Evaluasi program menggunakan kuisioner terbuka dan tertutup dimana
klien dapat memilih dan menjawab sesuai dengan keinginan klien.
Evaluasi berisi bagaimana pelaksanaan intervensi, pemberian hadiah,
saran untuk pemateri, yang dirasakan setelah diberikan intervensi.

Evaluasi Program
1. Menurut anda apakah pelaksanaan intervensi yang dilakukan sudah baik ?
a. Ya
b. Tidak
Alasan : ..........................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
....................................................................

26
2. Menurut anda apakah pemberian hadiah yang diberikan terapis efektif
untuk mengurangi perilaku prokrastinasi akademik yang anda lakukan ?
a. Ya
b. Tidak
Alasan : ..........................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
....................................................................
3. Apa yang anda rasakan setelah mendapatkan intervensi atau perlakuan
yang diberikan terapis?
Jawab : ..........................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
....................................................................
4. Apakah terapis sudah baik dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang
terapis ?
a. Ya
b. Tidak
Alasan : ..........................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
....................................................................
5. Adakah saran untuk terapis ?
a. Ya
b. Tidak
Alasan : ..........................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
....................................................................

BAB V
PELAKSANAAN INTERVENSI
Nama Klien : Ima NFL

27
Usia : 21 Tahun
Alamat kos : Jl. Maera Sari 2, Banjarsari, Tembalang
Status : Mahasiswa
Alamat Rumah : Pati
A. Pelaksanaan Intervensi
1. Sesi I (Sesi Building Rapport)
Hari/tanggal : Minggu, 20 Mei 2018
Lokasi : Kos Griya Rizky, Bulusan, Tembalang.
Pukul : 13.12 (Siang hari)
Klien datang pada siang hari, kemudian mengetok pintu dan konselor
atau terapis menyilakan masuk. Pada sesi ini adalah sesi building
rapport membangun keakraban bersama klien, konselor menanyakan
kabar kepada klien, menanyakan dari mana, kemudian berbincang-
bincang. Kemudian setelah itu konselor menjelaskan apa saja yang
akan dilakukan konselor dan klien, dan menjelaskan ada 7 sesi
intervensi dan klien menyepakati, kemudian konselor memastikan
bahwa klien bersedia untuk menjalankan intervensi dan klien bersedia
atas hal itu. Kemudian konselor meminta klien untuk mengisi pre-test
dan klien bersedia untuk mengisi pre-test.

28
Setelah proses pengakraban dan kesepakatan selesai, konselor
menanyakan kepada klien mengenai sesi selanjutnya akan dilaksanakan
kapan, kemudian klien meminta pada tanggal 22 Juni, bakda maghrib.
Kemudian kami menyepakati sesi 2 akan dilaksanakan pada hari Selasa,
22 Juni 2018 bakda maghrib atau sekitar pukul 19.00. Pada sesi I aman
dan lancar tanpa hambatan apapun dan klien sangat terbuka dan bersedia
mengikuti intervensi.

2. Sesi II
Sesi II (Pemberian Video Modeling)
Hari/tanggal : Rabu, 23 Mei 2018
Lokasi : Kos Griya Rizky, Bulusan, Tembalang.
Pukul : 20.00
Pada sesi ini tidak sesuai rencana awal, karena kesibukan klien
dalam berorganisasi akhirnya sesi 2 dimundurkan menjadi hari Rabu
tanggal 23 Mei 2018. Klien datang dengan muka lusuh belum mandi,
tidak ceria seperti biasanya. Awal bertemu konselor menanyakan dari
mana, kabarnya bagaimana. Klien menjawab baik-baik saja, dan
menjawab dari base camp organisasi klien meminta maaf karena
memundurkan jadwal dan meminta maaf karena belum mandi.
Kemudian konselor menjelaskan akan memberikan video, dan klien
bersedia. Pada saat ditayangkan klien terlihat antusias dan menonton
video hingga selesai, klien hanya diam dan memperhatikan video
tersebut hingga selesai, video yang diberikan berdurasi 15 menit.
Selama 15 menit klien memperhatikan dengan serius terhadap konten
yang ada di video. Video yang ditampilkan adalah sosok inspiratif,

29
sosok yang sukses, dan kiat-kiat menjadi orang yang sukses tanpa
menunda-nunda tugas dan bermalas-malasan. Setelah menonton video
selesai, klien mengujarkan kata-kata “wah menarik juga ya...”. Setelah
menonton video kemudian kami membuat kesepakatan akan
meneruskan sesi berikutnya. Kemudian disepakati sesi berikutnya pada
tanggal 24 Mei yakni, hari kamis. Setelah itu subjek pulang.

30
3. Sesi III (Pemberian Reward)
Hari/tanggal : Rabu, 23 Mei 2018
Lokasi : Kos Venuar, Maera Sari
Pukul : 20.00

Kali ini konselor mendatangi klien ke kos klien, pada kali ini sesuai
dengan janji yakni pada tanggal 24 Mei 2018. Kali ini klien
menjelaskan kepada subjek bahwa konselor akan menemani klien
dalam mengerjakan tugas. Kemudian pada saat itu klien bersedia dan
mulai mengerjakan tugas ABK yang belum selesai, yakni menyusun
rancangan intervensi anak berkebutuhan khusus. Selama kurang lebih
dua hingga tiga jam klien menemani subjek dan subjek berhasil
menyelesaikan tugas tersebut. Setelah tugas selesai klien memberikan
reward berupa pin untuk menempelkan kertas pada sterofoam, dengan
bertuliskan “Semangat ngerjain tugasnya ya!!”. Pada sesi ini berjalan
dengan lancar tanpa hambatan apapun, dan klien berterimakasih sudah
menemani mengerjakan tugas, tugas tersebut dikumpulkan pada
tanggal 6 Juni 2018.

31
Setelah itu kami membuat kesepakatan akan bertemu lagi pada tanggal
25 Mei 2018, pada pukul 16.00 WIB.

4. Sesi IV
Hari/tanggal : Jum’at, 25 Mei 2018
Lokasi : Kos Griya Rizky, Bulusan
Pukul : 19.00 WIB

Pada Sesi ini tidak sesuai dengan kesepakatan awal karena klien tidak
bisa dan ada agenda yang lain, akhirnya dimundurkan menjadi pukul
19.00 WIB. Pada sesi ini konselor menjelaskan bahwa konselor akan
membantu subjek dalam beberapa tugas yang belum selesai, pada sesi
ini konselor membantu subjek mengerjakan tugas review jurnal, dan
konselor membantu subjek dalam pencarian jurnal. Konselor
membantu dan mengarahkan subjek bagaimana cara mencari jurnal
dan mendownload jurnal yang berbayar menjadi tidak berbayar. Pada
kali ini klien menemani subjek hingga pukul 22.00, klien selesai
mengerjakan dua review jurnal. Kemudian setelah klien selesai
mengerjakan konselor memberikan sticky notes yang bertuliskan
“semangat ya ngerjain tugasnya” dengan respon klien yang

32
mengucapkan “makasih banyak lho ini”. Kemudian klien bercerita
bahwa akhir-akhir ini dia sangat parah, dia mengalami keteteran tugas,
kemudian konselor menjelaskan bahwa tugas sangat penting
dikerjakan, dan klien lebih baik menghilangkan perilaku menunda
tugas. Kemudian karena sudah malam sesi diakhiri, kami berdua
membuat perjanjian sesi akan dilanjut kapan, kemudian konselor dan
klien, kami sepakat bahwa sesi selanjutnya akan diadakan tanggal 26
Mei, pukul 19.00 WIB.

5. Sesi V
Hari/tanggal : Sabtu, 26 & 27 Mei 2018
Lokasi : Kos Griya Rizky, Bulusan.
Pukul : 19.00, 09.00

Pada sesi ini klien datang tepat waktu sesuai dengan kesepakatan awal,
pada awal sesi klien menanyakan kabar klien, klien dari mana, dan
klien menjawab baik-baik saja dan dari kos. Kemudian klien bertanya
“ini mau ngerjain tugas lagi ?, yuk ?” kemudian konselor menjelaskan
bahwa konselor akan menemani klien mengerjakan tugas, kemudian
klien menyetujui dan klien mulai membuka tugasnya, mengerjakan
makalah, sampai pukul 21.30 sudah berjalan separo dan subjek
mengaku ingin menyelesaikan esok hari saja, akhirnya kami akhiri sesi
ini, pada sesi ini konselor memberikan penguatan atau reinforcement
positive dengan memberikan pulpen bertuliskan “semangat ya ngerjain

33
tugasnya, kemudian kami membuat kesepakatan untuk bertemu pada
tanggal 27 Mei 2018.
***************************************************
Tanggal 27 Mei pagi pukul 09.00 klien datang dengan membawa
tugasnya dan menyelesaikan tugasnya. Tiga tugas sudah terlampaui,
setelah selesai mengerjakan tugas, konselor memberikan block notes
semacam memo sebagai penguatan dan reinforcement positf, dengan
bertuliskan “semangat ya ngerjain tugasnya”. Tiba-tiba klien
mengucapkan banyak terimakasih “wah suwun banget lho iki, wes di
ewangi”. Terimakasih banyak sudah dibantu, kemudian konselor
bertanya apakah ada yang bisa dibantu lagi ?, “ada sih tapi aku bisa
kerjain sendiri kok.” Klien menjawab demikian, kemudian kami
mengadakan kesepakatan untuk bertemu lagi, akhirnya kami
bersepakat untuk bertemu lagi pada tanggal 27 Mei, pukul 19.00 WIB.

6. Sesi VI
Hari/tanggal : 27 Mei 2018
Lokasi : Kos Griya Rizky, Bulusan.
Pukul : 19.00

Pada sesi ini klien datang tepat waktu, kemudian konselor menanyakan
kabar, dari mana dan akan pergi kemana. Kemudian subjek menjawab
keadaan klien baik-baik saja, dari kos, dan setelah sesi berakhir
menuju burjo totem 2. Pada sesi ini konselor mengkonfirmasi kembali
apakah masih ada yang perlu dibantu, apakah masalah klien sudah
mendapatkan solusi atau belum. Kemudian klien menjelaskan bahwa
klien mengucapkan banyak terimakasih konselor sudah mau
membantu klien, klien menjelaskan bahwa klien tidak boleh menunda
tugas lagi. Klien menjelaskan bahwa jika klien membutuhkan bantuan,
klien akan menghubungi konselor melalui kontak whatsapp. Kemudian
pada sesi ini konselor merefleksikan perasaan-perasaan klien setelah

34
mengikuti rangkaian intervensi. Subjek mengaku bahwa sangat senang
bisa dibantu, diberi hadiah pula. Pada sesi ini klien mengaku bahwa
klien terbantu sekali, jika tidak pasti ketiga tugas yang sudah
dikerjakan bersama konselor tidak akan dikerjakan. Pada sesi ini
konselor menjelaskan kepada klien bahwa sesi selanjutnya adalah sesi
terakhir, dan konselor dan klien membuat kesepakatan akan bertemu
pada tanggal 28 Mei 2018 pukul 18.00.

7. Sesi VII
Hari/tanggal : 28 Mei 2018
Lokasi : Depot Sukses, Pedalangan.
Pukul : 18.00

Klien datang dengan tepat waktu, langsung saja tanpa menunda,


konselor meminta klien untuk mengisi lembar post test dan lembar
evaluasi program. Pada sesi ini klien mengisi lembar post test dan
evaluasi program. Kemudian konselor meminta maaf apabila selama
berjalannya sesi intervensi ada kata atau tindakan yang menyinggung
klien. Klien menjelaskan kepada konselor bahwa jika klien
membutuhkan konselor, klien akan menghubungi via line atau WA.

B. Kendala yang Dihadapi


Kendala yang dihadapi adalah seringnya pengubahan jadwal intervensi
yang dilakukan secara mendadak disebabkan klien sibuk dengan
organisasinya, jadi harus mencuri waktu luang untuk melaksanakan
intervensi, yang akhirnya tidak sesuai dengan kesepakatan awal, seperti
tiba-tiba klien menghubungi karena tidak bisa bertemu.

C. Strategi Pengatasan Kendala


Untuk mengatasi kendala tersebut konselor dan klien menyepakati untuk
mengganti di hari lain dan jam lain.

35
D. Tindak Lanjut Keberlanjutan Program
Berhubung ini adalah intervensi individu jadi keberlanjutan program
disepakati berdua. Mengenai keberlanjutan program, intervensi ini akan
berlanjut ketika klien merasa butuh bantuan dan masalah belum
terselesaikan. Kami berdua bersepakat bahwa ketika klien menghadapi
masalah dan memiliki keluhan, maka klien bisa sewaktu-waktu mengontak
konselor untuk melanjutkan sesi.

BAB VI
EVALUASI
A. Evaluasi Hasil
PRE TEST & POST TEST
1. Apakah anda melakukan perilaku menunda tugas ?
c. Ya
d. Tidak
2. Apakah anda termasuk orang-orang yang bersemangat mengerjakan
tugas ?
c. Ya
d. Tidak
3. Apakah anda termasuk individu yang lamban mengerjakan tugas ?
c. Ya
d. Tidak
4. Apakah penyelesaian tugas itu penting untuk anda kerjakan ?
c. Ya

36
d. Tidak
5. Apakah ada pekerjaan atau prioritas lain yang menyebabkan anda
menunda pekerjaan anda ?
c. Ya
d. Tidak
6. Menurut anda tugas adalah bagian yang sangat penting dalam hidup anda ?
c. Ya
d. Tidak
7. Apakah menurut anda menunda tugas adalah hal yang patut untuk
dilakukan ?
c. Ya
d. Tidak
8. Apakah dalam mengerjakan tugas anda selalu terburu-buru ?
c. Ya
d. Tidak

1. Hasil Kuantitatif
Kriteria Skor
Soal no. 1 Ya = 1
Tidak = 2
Soal no 2 Ya = 2
Tidak = 1
Soal no. 3 Ya = 1
Tidak = 2
Soal no. 4 Ya = 1
Tidak = 2
Soal no. 5 Ya = 1
Tidak = 2
Soal no, 6 Ya =2
Tidak = 1
Soal no. 7 Ya = 1
Tidak = 2
Soal no. 8 Ya = 2
Tidak = 1

Skoring Pre Test

37
Nomor Soal Skor
1. 1
2. 2
3. 2
4. 2
5. 2
6. 2
7. 1
8. 1
Jumlah 13
Rata-rata 1,625

Skoring Pre Test


Nomor Soal Skor
1. 2
2. 2
3. 2
4. 2
5. 2
6. 2
7. 2
8. 2
Jumlah 16
Rata-rata 2

Hasil pre test skor menunjukkan 1,625 dan hasi post test menunjukkan
skor 2, artinya disini sebelum dilakukan perlakuan dan setelah dilakukan
perlakuan ada perubahan ke arah yang lebih baik.

2. Hasil Kualitatif
Pre Test
Nomor Soal Jawaban
1. Ya
2. Ya, kadang-kadang tapi belakangan ini juga semangat
soalnya targetnya sebelum uas selesai.
3. Tidak
4. Jelas tho ya...
5. Tidak, sudah ada waktu sendiri untuk mengerjakan
tugas.
6. Ya, menyangkut masa depan soalnya.

38
7. Ya, kewajiban soalnya.
8. Tidak, santai saja...

Kesimpulannya pada hasil pre test klien sudah mengetahui bahwa tugas
itu penting, klien juga bersemangat dalam mengerjakan tugas, dan ada
organisasi yang harus dijalani, pada hasil pre test tugas bagi subjek juga
wajib dikerjakan karena menyangkut masa depan, subjek mengerjakan
santai saja, dan perilaku menunda tugas masih dilakukan subjek.

Hasil Post Test


Nomor Soal Skor
1. Tidak, tidak baik
2. Ya, sekarang harus semangat
3. Tidak, jika sistem kebut semalam tidak lamban.
4. Ya, sangat penting
5. Tidak, no. 1 harus tugas
6. Ya, wajib
7. Tidak, jangan
8. Ya, supaya cepat selesai.
Dari hasil post test menunjukkan bahwa, subjek sudah tidak ingin atau
tidak menunda perilaku mengerjakan tugas, subjek juga bersemangat
mengerjakan tugas, subjek beranggapan bahwa tugas sangat penting
dikerjakan, prioritas lain ada tetapi nomor satu tetaplah mengerjakan
tugas, klien juga mempersepsi tugas sebagai suatu hal yang wajib
dikerjakan, dan subjek juga menyadari bahwa perilaku menunda tugas
bukanlah hal yang baik untuk dilakukan, subjek juga berkeinginan untuk
menyelesaikan tugas dengan tidak menunda-nunda.

B. Evaluasi Pelaksanaan
Evaluasi Program
1. Menurut anda apakah pelaksanaan intervensi yang dilakukan sudah baik ?
c. Ya

39
d. Tidak
Alasan : ..........................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
....................................................................
2. Menurut anda apakah pemberian hadiah yang diberikan terapis efektif
untuk mengurangi perilaku prokrastinasi akademik yang anda lakukan ?
c. Ya
d. Tidak
Alasan : ..........................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
....................................................................
3. Apa yang anda rasakan setelah mendapatkan intervensi atau perlakuan
yang diberikan terapis?
Jawab : ..........................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
....................................................................
4. Apakah terapis sudah baik dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang
terapis ?
c. Ya
d. Tidak
Alasan : ..........................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
....................................................................
5. Adakah saran untuk terapis ?
c. Ya
d. Tidak
Alasan : ..........................................................................................................
........................................................................................................................

40
........................................................................................................................
....................................................................

Skoring
No. Soal Skor
1. Ya = 2
Tidak = 1
2. Ya = 2
Tidak = 1
3. (Jika klien memberikan saran) = 2
(Jika tidak meberikan saran) = 1
4. Ya = 2
Tidak = 1
5. Ya = 2
Tidak = 1

1. Evaluasi Kuantitatif
Hasil Skoring
No. Soal Skor
1. 2
2. 2
3. 2 (Jika klien memberikan saran)
4. 2
5. 2
Jumlah Total 10
Rata-rata 2

1 2
Program tidak terlaksana dengan baik = 1
Program terlaksana dengan baik = 2

2. Evaluasi Kualitatif
No. Soal Skor
1. Ya, konselor dalam memberikan konseling mudah untuk
dimengerti dan sangat friendly
2. Hadiah yang diberikan menjadi motivasi untuk mengerjakan

41
tugas
3. Semangat untuk mengerjakan tugas menjadi bertambah
4. Konselor sangat ramah dan enak diajak cerita
5. Sudah baik

Kesimpulannya adalah konselor dalam memberikan konseling mudah untuk


dipahami dan dimengerti, serta hadiah yang duberikan dapat memberikan
motivasi untuk mengerjakan tugas, konselor juga sangat ramah dan enak diajak
cerita, dan konselor sudah menjalankan tugasnya dengan baik.

BAB VII
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Prokrastinasi akademik adalah perilaku menunda-nunda tugas
dengan sukarela. Asesmen yang digunakan adalah observasi, wawancara,
dan MSE. Dari hasil asesmen klien mengalami prokrastinasi dalam tahap
yang wajar, yang jadi permasalahan adalah perilaku klien yang suka
menunda tugas. Intervensi yang dilakukan dengan pendekatan
behavioristik, modifikasi perilaku reinforcement positive dan modeling
dengan tujuh sesi pertemuan, pertemuan pertama building rapport,
pertemuan kedua modeling, sesi tiga, empat, dan lima adalah pemberian
reward, yang keenam adalah umpan balik, dan yang terakhir adalah sesi
post test dan evaluasi. Setelah dilaksanakan evaluasi menunjukkan bahwa
adanya perubahan pada klien, yakni perubahan ke arah yang lebih baik.
B. SARAN PENGEMBANGAN PROGRAM

42
Sebaiknya disepakati dari awal waktu-waktu yang akan dijadikan
intervensi agar tidak terjadi penundaan dan jadwal tidak berantakan.
Sebaiknya ada penambahan sesi agar penguatan yang dilakukan bisa
ditambahkan, perilaku yang diharapkan muncul bisa kuat dan perilaku
yang diharapkan hilang atau berkurang, bisa hilang dan berkurang.

Daftar Pustaka
Burka, J.B., dan Yuen, L. M. (2008). Procrastination: why you do it, what to do
about it. Cambridge: Da Capo Press.
Ferrari, J. R., et al. (1995). Procrastination and task avoidance: theory, research,
and treatment. New York & London: Plenum Press.
Idrus, M. (2009). Metode penelitian ilmu sosial: pendekatan kualitatif dan

kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Maryati, K., & Suryawati, J. (2006). Sosiologi. Jakarta: Erlangga.


Prastowo, A. (2012). Metodologi penelitian kualitatif. Yogjakarta: Ar-Ruzz

Media.

Purwanta, E. (2012). Modifikasi perilaku. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Raco, J, R. (2010). Metode penelitian kualitatif. Jakarta: PT. Grasindo.

43
Steel, P. (2007). The nature of procrastination: A meta analytic and theoretical
review of quintessential self regulatory failure. Psychological Bulletin,
133(1), 65– 94.
Steel, P. (2010). Arousal, avoidant and decisional procrastinators: Do they exist?
Personality and Individual Differences, 48, 926-934.
Surijah, E.A. (2007). Mahasiswa versus tugas: Hubungan antara prokrastinasi akademik
dengan conscientiousness. Jurnal Psikologi Umum, Vol. 2(2), hal. 38-45

LAMPIRAN
VERBATIM
Nama Subjek : Ima N
Lokasi : Kos Griya Rizky
Durasi : 23m, 48dtk

Iter : Hai Ma apa kabar ? Dari mana ?


Itee : Alhamdulillah baik, dari kosan...
Iter : Kamu udah tahu kan kalo aku mau tanya-tanya sesuatu..
Itee : Iya, oke oke..
Iter : Kuliah gimana ?
Itee : Kuliah baik..
Iter : Sebaik apa ?
Itee : Ya sejauh ini masih aman sihhh... ya walaupun tugasnya masih
banyak banget dan belum aku kerjain semua... tapi ya semoga lah

44
ya...
Iter : Semoga gimana ?
Itee : Ya semoga lah ya .... huhuhuhu
Iter : Gimana kabar tugas-tugasnya ?
Itee : Duh jangan nanya deh za, tugasnya numpuk dan banyak banget, dan
belum aku kerjain semua, rasanya males banget, ya ada satu yang
udah aku kerjain, itu aja masih kurang sana-sini gitu lhoo...
Iter : Kamu ngerasa, duh tugasnya banyak terus ngerasa males gitu ?
Itee : Iya, males banget nah kenyataannya aku tuh suka nanti , nanti lah
masih lama, aku tiduran dulu di kosan, udah mau ngerjain lagi,
nanti lah yaaa dan akhirnya teralihkan sama yang lain, mikirnya tuh
yaudah lah nanti orang masih lama juga nanti kalo h minus berapa
gitu kaget, gila yaampun udah h-3 hari aja pengumpulan.
Iter : Berarti kamu itu ya tipe-tipe yang nunda tugas gitu ?
Itee : Iya aku tipe-tipe yang gitu sih hehehe, karena kalo dari aku sendiri
aku itu udah berpikir kalo aku dapet ide pas udah mepet-mepet gitu
lho, jadi aku ngerjain tugas di last minutes, jadi sumpama nih
dikasih tugas pas hari selasa gitu kan, terus nanti dikumpulinnya
minggu depan, nanti aku bakal ngerjainnya sistem kebut semalam
gitu lho Za.. dan aku ngerasanya di last minutes itu aku malah dapet
ide gitu... wkwkwk (subjek tertawa), mau aku dikasih waktu selama
apapun aku pasti ngerjain di waktu-waktu akhir itu aku juga heran
kenapa.
Iter : Pernah nggak sih kamu ngerasa nyelesein tugas itu baru h-1 jam ?
Itee : Pernah, itu waktu itu DTP, itu bikin modul, dan itu kan kelompok
kan dan aku bener-bener sebel banget, padahal itu kan kelompok
kan ya dan itu semua numpuk di aku coba gitu lho, itu bener-bener
dikumpulin jam 10 aku ngerjain dari jam 9 karena aku sibuk
organisasi kan jadi aku ada rapat, dan aku capek banget akhirnya
aku ketiduran dan aku baru ngerjain jam 9, parah banget nggak sih
itu... ya aku sih prioritas utama kuliah tapi buatku organisasi juga
penting gitu lho buat aku jalanin juga dan ada waktunya sendiri
juga, nah jam 9 aku baru ngerjain terus selain itu ya aku pernah
ngerjain tugas juga sampe aku nggak tidur semaleman coba, aku
ngerjain tugas obsin, jadi aku nggak tidur semaleman, aku bener-
bener paginya ngantuk dan aku tepar gitu dan itu kalo menurut aku
pas kepepet aku ngerasanya the power of kepepet banget Za. Parah
banget ya, padahal tuh ya aku udah nyoba bikin jadwal gitu tugas
ini tugas itu, deadline hari ini deadline hari itu, tapi ya tetep aja
ngerjainnya last minute. Yaudah kan kalo last minute aku ngebut
secepat kilat hahahahahaha (subjek sembari tertawa). Udah gitu aku
ada organisasi kan nah pas kumpul itu aku lupa coba kalo ternyata
paginya itu ada ngumpulin tugas, yaudah kan langsung aku kerjain
secepat kilat, parah lupa banget. Dan aku emang orangnya kan
pelupa banget kan, sampe kunci motor aja ilang sampe 3 kali dan
akhirnya aku ganti, uang aja lupa sampe kecuci dan akhirnya kering

45
lagi. Ya itu sih Obsin aku sampe nggak tidur sampe rasanya capek
parah banget, ya itu sih karena aku SKS (sistem kebut semalem)
hehehe (subjek tertawa kecil), ya aku juga sadar kalo itu aku emang
efek dari nanti nanti ngerjainnya, jangan ditiru yaaaa. Padahal aku
nih ya nyoba nge list semuanya tau, tapi ya tetep aja aku
ngerjainnya mepet-mepet nanti-nanti hadeuhhhh.
Iter : Pernah nggak sih suatu masa kamu ngerasa semuanya amburadul
gitu ma entah di masa SMPmu, atau masa SMAmu atau bahkan
kuliahmu ?
Itee : : Pernah sih..
Iter : Semester berapa ?
Itee : Itu malah waktu SMA sih, karena kan peralihan ya dari SMP ke
SMA jadi tuh manja banget kan, aku jadwal buku aja masih
dimasukin sama diaturin ibu aku, sarapan pagi aja aku di suapin kan
pas itu, kalo nggak aku nggak mau sarapan. Nah suatu ketika waktu
itu aku ada lomba karya ilmiah gitu, nah disitu di pekan-pekan
ulangan dan banyak tugas, mana aku tuh sering bolos gitu kan
sering dispensasi, yaudah lah, dari SMA juga aku biasa ngerjain
tugasnya mepet-mepet wkwkwkwkw (subjek tertawa), jadi aku
emang dari dulu jarang sebenernya ngerjain tugas di awal-awal atau
nyicil hehe, tapi alhamdulillah selalu selesai semua sih tugas-
tugasnya, ulangannya juga bisa, aku juga kalo belajar mepet-mepet.
Duh waktu itu bener bener banyak banget jadi aku nggak pernah
ikut ulangan sampe akhirnya numpuk-numpuk, di mata pelajaran
yang berbeda-beda, sampai kacau aku, mana aku bukan tipe orang
yang nggak bisa menghafal. Ya walaupun kelar sih tapi ya dapet
nilainya nggak maksimal kayak yang dipengenin dari semua
ulangan itu paling tinggi ya dapet 8, ngga sampe 8,5, tapi yaudah
lah wong nyatanya kacau wkwkwkwk (subjek tertawa), ya aku
belajarnya juga last minutes, ya gimana lagi. Aku juga kalo belajar
emang dari jaman sekolah emang ga pernah belajar, belajar pas lagi
mepet-mepet aja.
Iter : Kamu kebiasaan menunda tugas itu dari kapan ma ?
Itee : Itu dari SMA sih Za, aku emang dari SMA suka nggak belajar sama
ngerjain mepet-mepet, terus jaman dulu kan ya contek-contekan
wkwkwk, bahkan tuh ya aku inget banget dulu ngerjain PR pagi-
pagi di sekolah sambil contek-contekan. Ya, SMA kan emang udah
lepas kontrol orang tua kan jadi ya, belajar nggak belajar ya terserah
aku, karena mungkin kan aku udah besar juga.
Iter : Kamu tipe orang yang harus tertata dengan rapi nggak sih ?
Itee : Kalo tertata dengan rapi si enggak, enggak banget ya, dan aku tuh
pelupa, ya paling aku naruh pulpen atau kunci di tempat yang sama
terus biar aku nggak lupa, tapi kalau rapi-rapi banget sih aku
orangnya nggak rapi dan nggak well organised, no bukan gitu aku
bukan tipe orang yang kayak gitu. Paling ya kalo naruh apa-apa sih
aku nggak pernah berubah yaudah disitu aja, ga boleh pindah nanti

46
aku lupa. Aku bukan tipe orang yang suka ngerubah susunan kamar,
karna aku mudah lupa.
Iter : Kalau boleh tau pola asuh orangtua kamu gimana ?
Itee : Kalo basic dari keluargaku sih militer, Cuma karena aku anak
tunggal jadi aku ngerasa dari dulu aku dimanjain sih, apa-apa serba
diturutin gitu. Yaudah apa-apa aku serba keturutan gitu. Dan kalo
dari segi pendidikan urusan nilai nggak terlalu penting banget sih,
IP juga orangtuaku nggak terlalu menuntut
Iter : Balik lagi ya ke nunda tugas, sebenernya kamu nih ngerasa nggak
sih kalo diri kamu itu “ih ma apa yang dilakuin itu salah” ?
Itee : Iya aku ngerasa banget kalo diri aku tuh salah, aku ngerjainnya di
last minute, harusnya kalo ngerjainnya di spare time yang lebih
awal, bakal dapet yang lebih bagus, ya emang aku juga ngerasa
nggak bisa lah kalo kayak gini terus, ya aku pengen sembuh si za...
Iter : Menurutmu tugas itu apa ?
Itee : Tugas itu ya sesuatu hal yang harus diselesaikan, gimanapun
caranya ya walopun harus mepet-mepet ngerjainnya kayak aku
wkwkwkwk (subjek tertawa). Meski harus melek, ya karena aku
sadar kalo nggak kelar ya itu emang salah aku, jadi harus kelar
meski aku nggak tidur.
Iter : Berarti emang sadar ya kalo emang nunda tugas berasal dari diri aku
sendiri.
Itee : Iya hehehe.
Iter : Kalo dari segi temen-temen kamu gimana ma ?
Itee : Kalo lingkungan aku sih ya baik-baik aja sih ya. Gitu sih hehe.
Iter : Mau konfirmasi lagi ya, berarti dalam hati kamu sebetulnya kamu
nggak mau nunda tugas gitu ya ?
Itee : Iya pengen banget sih, hmmm.
Iter : Yaudah makasih ya ma, tetep semangat ya, mungkin nanti setelah
ini kita akan ketemu lagi.
Itee : Iya za, siap, makasih.

47
LEMBAR OBSERVASI
Aspek Indikator Checklist Keterangan
Rendahnya intensi 3. Mengerjakan
mengerjakan tugas tugas tepat
waktu
4. Menunda tugas
dan
mengerjakan di
akhir-akhir
batas
pengumpulan
Memiliki standar 3. Membuat tugas
hasil kerja yang sejadinya saja
tidak optimal 4. Membuat tugas
dengan perfect
Adanya pekerjaan 3. Mengikuti
lain prokrastinator organisasi lain
yang lebih penting 4. Tidak
dilakukan mengikuti
organisasi
apapun
Ada emosi marah 3. Cemas ketika
dalam mengerjakan
mengerjakan tugas tugas
4. Merasa panik
ketika
mengerjakan
tugas

48
FOTO

49
50

Anda mungkin juga menyukai