Anda di halaman 1dari 13

“TEORI PEMBELAJARAN BEHAVIORISTIK DAN IMPLIKASINYA

DALAM PEMBELAJARAN IPA”


Disusun dalam rangka tugas pengganti UTS mata kuliah Teori Pembelajaran IPA

Dosen pengampu :
Arif Widyatmoko, S.Pd., M.Pd., Ph.D.
Prof. Dr. Wiyanto, M.Si.
Disusun Oleh :
Mutiara Joelianty/ 4001421109

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini dibuat dengan tujuan
agar pembaca mendapatkan wawasan tentang pentingnya memahami teori
pembelajaran bagi calon guru.

Saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran untuk menjadi
acuan saya agar lebih baik kedepannya. Dan saya berharap makalah ini bisa
menjadi manfaat untuk banyak pihak.

Semarang, 11 Oktober 2022

Mutiara Joelianty
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................1

1.3 Tujuan ................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................2

2.1 Teori Behavioristik..............................................................................................2

2.2 Tokoh-tokoh Teori Behavioristik........................................................................3

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Teori Behavioristik.................................................6

2.4 Implementasi Teori Behavioristik dalam Pembelajaran IPA..............................7

BAB III PENUTUP.......................................................................................................8

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................8

3.2 Saran..................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Behaviorisme adalah salah satu aliran psikologi yang meyakini hal
ini.Penilaian perilaku individu harus dilakukan untuk setiap aktivitas
individu peristiwa non-hipotetis yang dapat diamati yang terjadi dalam diri
seseorang. Oleh karena itu, para pendukung behaviorisme sangat
menyangkal keberadaan aspek-aspek kesadaran atau semangat individu.
Pemandangan ini sudah ada sejak lama. Sejak Yunani kuno, saat itu
psikologi masih dianggap sebagai bagian dari studi filsafat. Namun
kelahiran behaviorisme sebagai sekolah formal psikologi diinterupsi oleh
J.B.Watson pada tahun 1913 melihat psikologi sebagai bagian dari ilmu
pengetahuan.Oleh karena itu, psikologi harus bersifat eksperimental dan
objektif.metode empiris seperti Pengamatan, Pengkondisian, Pengujian,
Lisan, dan laporan.
John A. Laska dalam Knight (1982), pendidikan dikatakan sebagai
sebuah usaha yang terencana oleh pelajar atau oleh orang lain untuk
mengontrol (memberi panduan, mengarahkan, atau mempengaruhi atau
mengatur) suatu situasi belajar untuk mencapai tujuannya. Pendidikan
dilihat dari sudut pandang ini tidak terbatas di sekolah, kurikulum atau
metode sekolah yang tradisional. Pendidikan dapat dipandang sebagai suatu
proses belajar seumur hidup yang dilaksanakan secara terarah dan terencana.
Sedangkan proses pembelajaran menurut Corey (1982) dalam Sagala (2003)
adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola
untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam
kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori behavioristik ?
2. Siapa saja tokoh teori behavioristik?
3. Apa saja kekurangan dan kelebihan teori behavioristik?
4. Bagaimana implikasinya dalam pembelajaran Ipa?
1.3 Tujuan
1. Memahami teori behavioristik.
2. Mengetahui tokoh-tokoh dibalik teori behavioristik.
3. Mengetahui kekurangan dan kelebihan dari teori behavioristik.
4. Memahami implikasi teori dalam pembelajaran IPA.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Belajar dan Prinsip Teori Behavioristik
Melalui pendekatan behavioristik, belajar merupakan proses
perubahan perilaku yang diamati dan berlangsung relative lama sebagai
hasil dari pengalaman dari lingkungan. Pendekatan behavioristik dapat
dikembangkan melalui percobaan – percobaan, baik manusia atau hewan
sebagai obyek eksperimen (Kusmintardjo & Mantja, 2011). Teori
behavioristik memiliki empat pinsip filosofis utama dalam
perkembangannya, antara lain: Manusia adalah binatang yang sangat
berkembang dan manusia belajar dengancara yang samaseperti yang telah
dilakukan binatang lainnya; pendidikan adalah proses perubahan
perilaku; peran guru adalah menciptakan lingkungan pembelajaran yang
efektif; efisiensi, ekonomi, ketepatan dan obyektivitas merupakan
perhatian utama dalam pendidikan.
Belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah
laku pada individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan. Belajar merupakan akibat dari adanya
interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). Teori belajar
Behavioristik memandang individu sebagai makhluk reaktif yang
memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan
akan membentuk perilaku mereka.
. Menurut teori behavioristik dalam belajar yang penting adalah
input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus
adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon
berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh
guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak
penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat
diukur. Dapat diamati adalah stimulus dan respon. Oleh karena itu, apa
yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa
(respon) harus dapat diamati dan diukur (Nahar, 2016).
Teori Behaviorisme telah digunakan dalam pendidikan untuk
waktu yang lama untuk mendorong perilaku yang diinginkan dan untuk
mencegah perilaku yang tidak diinginkan. Teori behavioristik memiliki
prinsip yang menjadi acuan dalam pelaksanaannya, antara lain:
 Stimulus dan Respon
Stimulus merupakan dorongan atau fasilitas yang diberikan guru
kepada siswa misalnya alat peraga, gambar atau charta tertentu
dalam rangka membantu belajarnya. Sedangkan respons adalah
reaksi siswa terhadap stimulus yang telah diberikan oleh guru
tersebut, reaksi ini dapat diamati..
 Reinforcement (penguatan)
Reinforcement adalah konsekuensi yang menyenangkan bertujuan
untuk memperkuat tingkah laku, sedangkan konsekuensi yang
tidak menyenangkan akan memperlemah perilaku disebut dengan
hukuman (punishment). Berikut beberapa contoh penguatan:
1) Penguatan positif dan negatif Pemberian stimulus
positif yang diikuti respon disebut penguatan positif.
Sedangkan mengganti peristiwa yang dinilai negatif
untuk memperkuat perilaku disebut penguatan negatif
2) Penguatan primer dan sekunder Penguat primer
adalah penguatan yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan fisik. Sedangkan penguatan sekunder
adalah penguatan yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan non fisik.
3) Kesegeraan memberi penguatan (immediacy)
Penguatan hendaknya diberikan segera setelah
perilaku muncul karena akan menimbulkan
perubahan perilaku yang jauh lebih baik dari pada
pemberian penguatan yang diulur-ulur waktunya.
4) Pembentukan perilaku (Shapping) Menurut skinner
untuk membentuk perilaku seseorang diperlukan
langkahlangkah
 Kepunahan (Extinction)
Kepunahan akan terjadi apabila respon yang telah terbentuk tidak
mendapatkan penguatan lagi dalam waktu tertentu. Dalam kasus ini
adalah ketika siswa mampu menyelesaikan suatu kegiatan akan
tetapi tidak mendapatkan feedback berupa nilai atau pujian.

2.2 Tokoh- tokoh dalam Teori Behavioristik


Para tokoh teori behaviorisme di antaranya
1. Edward Lee Thorndike (1874 – 1949)
Menurut Thorndike, stimulus adalah rangsangan yang terjadi
pada saat kegiatan belajar berlangsung, dapat berupa perasaan,
pemikiran, atau hal yang lain berhubungan dengan perubahan
lingkungan sehingga menimbulkan rasa ingin berbuat sesuatu.
Respon adalah reaksi yang muncul pada peserta didik ketika
melakukan suatu kegiatan, dapat berupa pemikiran, tindakan, dan
perasaan. Sehingga dapat dikatakan bahwa perubahan tingkah laku
peserta didik akibat mengikuti kegiatan pembelajaran adalah bukti
konkrit, yaitu sesuatu yang dapat diamati. Teori Thorndike ini
dapat dikatakan sebagai teori konektivisme ditinjau dari definisi
belajar. Definisi belajar menurut Thorndike, yaitu belajar
merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara
peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus dengan respon (Nahar,
2016).
Ekperimen yang menggambarkan teori ini adalah panjat
pinang, dimana ada beberapa orang yang memiliki tujuan yang
sama untuk naik ke puncak tiang. Diketahui bahwa stimulus dan
respon memerlukan kemampuan memilih dapat berupa usaha atau
percobaan untuk mencapai suatu hubungan. Dalam hal ini, para
pemain panjat pinang tidak bisa bekerja sendiri karena saling
menjatuhkan yang membuat mereka gagal. Kemudian mereka
menemukan cara yang tepat membentuk kerja sama agar satu orang
dapat naik ke puncak mengambil hadiah yang disediakan setelah
trial and error yang terjadi. Trial and error inilah bentuk paling
dasar dari belajar.
2. Ivan Petrovich Pavlov (1849 – 1936)
Teori belajar yang dikemukakan oleh Pavlov adalah Classic
Conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) yaitu proses
melakukan stimulus secara berulang-ulang untuk mendapatkan
respon yang diinginkan atau bisa dikatakan melatih pembiasaan.
Urutan yang terjadi pada proses pembelajaran ini, sebagai
berikut: Unconditioned stimulus yaitu stimulus asli atau netral:
Stimulus tidak dikondisikan yaitu stimulus yang langsung
menimbulkan respon. Unconditioned respons disebut perilaku
responden (respondent behavior) respon tak bersyarat, yaitu respon
yang muncul dengan hadirnya US. Conditioning stimulus adalah
stimulus bersyarat, yaitu stimulus yang tidak dapat langsung
menimbulkan respon. Agar dapat menimbulkan respon perlu
dipasangkan dengan US secara terus-menerus agar menimbulkan
respon. Conditioning respons yaitu respons bersyarat, yaitu rerspon
yang muncul dengan hadirnya CS.
3. Burrhus Frederic Skinner (1904 – 1990)
Menurut Skinner hubungan stimulus dan respon yang terjadi
melalui interaksi dengan lingkunganya, kemudian menimbulkan
perubahan tingkah laku. Respon yang diterima seseorang tidak
sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan saling
berinteraksi sehingga memengaruhi respon yang diberikan. Oleh
karena itu, jika ingin memahami tingkah laku seseorang secara
benar maka harus memahami hubungan antara stimulus-stimulus,
serta memahami konsep berbagai konsekuensi yang kemungkinan
muncul akibat respon.
Konsep utama teori yang dikemukakan oleh Skinner, antara
lain: Proses operant conditioning dan Behavior Modification.
4. Edwin Ray Guthrie (1886 – 1959)
Menurut Gurie, kombinasi stimulus yang muncul bersamaan
dengan satu gerakan tertentu, sehingga belajar dikatakan sebagai
konsekuensi dari asosiasi antara stimulus dan respon tertentu
(Hitipew, 2009). Hubungan antara stimulus dan respon sifatnya
sementara, sehingga dalam kegiatan belajar peserta didik
memerlukan stimulus sesering mungkin agar hubungan keduanya
lebih kuat.
5. John Watson (1878 - !958)
Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi
antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang
dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur
Meskipun Watson mengakui adanya perubahan-perubahan mental
dalam diri seseorang selama proses belajar, akan tetapi Watson
hanya mengganggap factor tersebut adalah hal yang tidak perlu
diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Konsep utama dari
aliran behaviorisme menrut Watson, antara lain:
1. Psikologi adalah cabang eksperimental dari natural science.
Posisinya setara dengan ilmu kimia dan fisika sehingga
introspeksi tidak punya tempat di dalamnya
2. Sejauh ini psikologi gagal dalam usahanya membuktikan jati
diri sebagai natural science. Salah satu halangannya adalah
keputusan untuk menjadikan bidang kesadaran sebagai obyek
psikologi. Oleh karenanya kesadaran/mind harus dihapus dari
ruang lingkup psi.
3. Obyek studi psikologi yang sebenarnya adalah perilaku nyata.
6. Clark L. Hull (1884 – 1952)
Teori pembelajaran menurut Hull sangat terpengaruh oleh
teori evolusi Charles Darwin. Hull mengatakan bahwa, semua
fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar
organisme tetap bertahan hidup. Oleh karena itu, Hull mengatakan
kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive
reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam
seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan)
dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan
biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat
berwujud macam-macam.
7. Albert Bandura (1925)
Menurut Bandura, bahwa dalam belajar tidak hanya ada
reinforcement dan punishment saja, namun menyangkut perasaan
dan pikiran. Teori belajar sosial menyatakan tentang pentingnya
manusia dalam proses belajar, yang disebutnya dengan sebutan
proses kognitif.
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Teori Behavioristik
Teori behavioristik memiliki beberapa kelebihan diantaranya
mampu membentuk perilaku yang diinginkan yaitu perilaku prositif. Pada
teori ini guru sebagai tenaga pendidik tidak membiasakan untuk
menyuapi peserta didik dengan materi, akan tetapi peserta didik dituntut
untuk lebih mandiri mencari tahu pengetahuan yang diinginkan. Selain
itu, guru dibiasakan untuk peka terhadap segala situasi dan kondisi
belajar. Stimulus yang diberikan kepada siswa tidak dibatasi, artinya guru
bebas memberikan stimulus sesering apapun untuk mendapat respon yang
diinginkan.
Kekurangan teori behavioristik adalah peserta didik berperan
sebagai pendengar dan guru sebagai center karena harus memberikan
stimulus. Tidak semua mata pelajaran cocok menggunakan teori
pembelajaran ini. Mengarahkan pada pemikiran peserta didik yang linier
dan kurang kreatif. Pada teori ini, peserta didik memberikan respon
setelah diberi stimulus sehingga terkesan peserta didik pasif dalam
kegiatan belajar.
2.4 Aplikasi Teori Behavioristik dalam Pembelajaran IPA
Teori behavioristik umumnya menekankan hubungan antara
stimulus (S) dan respon (R), dapat dikatakan memiliki implikasi penting
bagi pembelajaran siswa. Caranya adalah guru menambahkan banyak
stimulasi dalam proses pembelajaran. Dengan begitu, siswa akan
merespon secara positif, apalagi jika hal ini diikuti dengan reward yang
berperan sebagai reinforcement (penguatan dari respon yang
ditunjukkan). Karena teori ini berakar pada studi hewan behavioris,
beberapa prinsip umum perlu dipertimbangkan dalam konteks
pembelajaran.
Implikasi teori behavioristk dalam pembelajaran IPA menurut
Thorndike, percobaan membust rangkaian seri dan paralel, ketika terdapat
kesalahnya pada rangkaian seperti salah satu lampu yang tidak menyala
dan sesuai teori harusnya menyala, dengan begitu siswa akan belajar
mengenai konsep trial and error. Siswa akan mencari kesalahaanya, dan
mencobanya kembali untuk mendapatkan hasil yang sesuai.
Implikasi teori behavioristk dalam pembelajaran IPA menurut
Pavlov, guru memberikan stimulus dengan melakukan demonstrasi alat
peraga fisika berupa pompa hidrolik sederhana. Dengan demikian, peserta
didik akan terstimulus yaitu karena dengan melihat adanya alat peraga
tersebut maka peserta didik akan memiliki pemahaman. Pembuatan alat
peraga spirometer sederhana dengan botol, selang, air, dan balon untuk
menunjukkan kapasitas paru-paru manusia dalam kedaan normal dan
setelah melakukan aktifitas. Dengan begitu akan memberikan gambaran
dan stimulus kepada siswa, kemudian siswa dapat merespon ketika guru
memberikan pertanyaan bagaimana cara kerja paru-paru manusia
berdasarkan apa yang siswa lihat melalui alat peraga tersebut.
Implikasi teori behavioristk dalam pembelajaran IPA menurut
Skinner, seorang guru memperlihatkan kepada siswa mengenai video
percobaan fotosintesis. Kemudian gru bertanya kepada siswa bagaimana
keadaan warna daun sebelum dan setelah di tutup kertas timah, lalu
bagaimana keadaan daun setelah direbus, bagaimana keadaan daun
setelah disemprot handsanitizer, dan bagaimana keadaan daun setelah
ditetesi betadine. Ketika siswa dapat menjawab dengan benar maka guru
akan memberikan reward berupa pujian atau nilai kepada siswa tersebut
dan jika jawabannya salah maka guru akan memberikan penjelasan atau
penguatan yang benar terhadap jawaban siswa tersebut sehingga ia
memahami kebenarannya tanpa memberikan hukuman kepada siswa
tersebut. Meskipun jawabannya belum sesuai guru tersebut tetap
mengapresiasi jawaban siswa tersebut, hal itu karena dia berani
menyampaikan pendapatnya.
Implikasi teori behavioristk dalam pembelajaran IPA menurut
Watson, dengan melakukan kegiatan pengamatan ekosistem darat
ditempat baru yang bukan lingkungan rumahnya, misal siswa
menemukan tanaman langka yang tidak ia ketahui, kemudian asal
memetiknya. Tingkah laku tersebut bisa saja menunjukkan ketidaktahuan
siswa terhadap tanaman langka yang ia petik, dan yang ia ketahui
tanaman tersebut banyak ditanam di lingkungan rumahnya
menunjukkanrespon dari pengaruh lingkungan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Behaviorisme adalah paham yang menekankan pada perubahan tingkah
laku yang didasari oleh prinsip stimulus dan respon. Dalam penentuan
kebijakan pendidikan di indonesia paham behavioris ini masih mendominasi
terutama pada kebijakan-kebijakan yang bersifat hakekat dan prinsip misalnya
adanya tujuan nasional pendidikan. Sedangkan kebijakan penetapan program
kurikulum, penyiapan tenaga guru yang kualifikatif, serta sistem penilaian yang
baik merupakan sebuah usaha untuk memberikan stimulus yang terbaik untuk
menghasilkan respon yang diharapkan.
Teori behavioristik cocok untuk pembelajaran IPA karena aplikasinya
yang berdasarkan pada eksperiment. Sesuai dengan ilmu sains yang memang
mengacu pada dasar pembuktian melalui percobaan-percobaan. Akan tetapi
untuk mata pelajaran tertentu teori ini kurang sesuai karena peserta didik hanya
akan memberi respon setelah diberikan stimulus.
3.2 Saran
Untuk menerapkan teori behavioristik dalam kegiatan belajar harus
memahami beberapa factor yang memengaruhi dan prinsip dasar pada teori
behavioristik sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Kusmintardjo, M. W. (2011). Landasan-Landasan Pendidikan Dan
Pembelajaran. Universitas Negeri Malang.
Nahar, N. I. (2016). Penerapan teori belajar behavioristik dalam proses
pembelajaran. NUSANTARA: jurnal ilmu pengetahuan sosial, 1(1)
Shahbana, E. B., & Satria, R. (2020). Implementasi Teori Belajar Behavioristik
Dalam Pembelajaran. Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan, 9(1), 24-
33.
Subakti, H., Utami, N. R., Sulaeman, D., Soputra, D., Hardiyanti, S. A.,
Avicenna, A., ... & Yuniwati, I. (2022). Teori Pembelajaran. Yayasan
Kita Menulis.
Slavin, R. E. (2019). Educational psychology: Theory and practice. Sixth
Edition. Boston: Allyn and Bacon.

Anda mungkin juga menyukai