Dosen pengampu :
Arif Widyatmoko, S.Pd., M.Pd., Ph.D.
Prof. Dr. Wiyanto, M.Si.
Disusun Oleh :
Mutiara Joelianty/ 4001421109
Puji syukur marilah kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini dibuat dengan tujuan
agar pembaca mendapatkan wawasan tentang pentingnya memahami teori
pembelajaran bagi calon guru.
Saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran untuk menjadi
acuan saya agar lebih baik kedepannya. Dan saya berharap makalah ini bisa
menjadi manfaat untuk banyak pihak.
Mutiara Joelianty
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................2
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................8
3.2 Saran..................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Behaviorisme adalah salah satu aliran psikologi yang meyakini hal
ini.Penilaian perilaku individu harus dilakukan untuk setiap aktivitas
individu peristiwa non-hipotetis yang dapat diamati yang terjadi dalam diri
seseorang. Oleh karena itu, para pendukung behaviorisme sangat
menyangkal keberadaan aspek-aspek kesadaran atau semangat individu.
Pemandangan ini sudah ada sejak lama. Sejak Yunani kuno, saat itu
psikologi masih dianggap sebagai bagian dari studi filsafat. Namun
kelahiran behaviorisme sebagai sekolah formal psikologi diinterupsi oleh
J.B.Watson pada tahun 1913 melihat psikologi sebagai bagian dari ilmu
pengetahuan.Oleh karena itu, psikologi harus bersifat eksperimental dan
objektif.metode empiris seperti Pengamatan, Pengkondisian, Pengujian,
Lisan, dan laporan.
John A. Laska dalam Knight (1982), pendidikan dikatakan sebagai
sebuah usaha yang terencana oleh pelajar atau oleh orang lain untuk
mengontrol (memberi panduan, mengarahkan, atau mempengaruhi atau
mengatur) suatu situasi belajar untuk mencapai tujuannya. Pendidikan
dilihat dari sudut pandang ini tidak terbatas di sekolah, kurikulum atau
metode sekolah yang tradisional. Pendidikan dapat dipandang sebagai suatu
proses belajar seumur hidup yang dilaksanakan secara terarah dan terencana.
Sedangkan proses pembelajaran menurut Corey (1982) dalam Sagala (2003)
adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola
untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam
kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori behavioristik ?
2. Siapa saja tokoh teori behavioristik?
3. Apa saja kekurangan dan kelebihan teori behavioristik?
4. Bagaimana implikasinya dalam pembelajaran Ipa?
1.3 Tujuan
1. Memahami teori behavioristik.
2. Mengetahui tokoh-tokoh dibalik teori behavioristik.
3. Mengetahui kekurangan dan kelebihan dari teori behavioristik.
4. Memahami implikasi teori dalam pembelajaran IPA.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Belajar dan Prinsip Teori Behavioristik
Melalui pendekatan behavioristik, belajar merupakan proses
perubahan perilaku yang diamati dan berlangsung relative lama sebagai
hasil dari pengalaman dari lingkungan. Pendekatan behavioristik dapat
dikembangkan melalui percobaan – percobaan, baik manusia atau hewan
sebagai obyek eksperimen (Kusmintardjo & Mantja, 2011). Teori
behavioristik memiliki empat pinsip filosofis utama dalam
perkembangannya, antara lain: Manusia adalah binatang yang sangat
berkembang dan manusia belajar dengancara yang samaseperti yang telah
dilakukan binatang lainnya; pendidikan adalah proses perubahan
perilaku; peran guru adalah menciptakan lingkungan pembelajaran yang
efektif; efisiensi, ekonomi, ketepatan dan obyektivitas merupakan
perhatian utama dalam pendidikan.
Belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah
laku pada individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan. Belajar merupakan akibat dari adanya
interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). Teori belajar
Behavioristik memandang individu sebagai makhluk reaktif yang
memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan
akan membentuk perilaku mereka.
. Menurut teori behavioristik dalam belajar yang penting adalah
input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus
adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon
berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh
guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak
penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat
diukur. Dapat diamati adalah stimulus dan respon. Oleh karena itu, apa
yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa
(respon) harus dapat diamati dan diukur (Nahar, 2016).
Teori Behaviorisme telah digunakan dalam pendidikan untuk
waktu yang lama untuk mendorong perilaku yang diinginkan dan untuk
mencegah perilaku yang tidak diinginkan. Teori behavioristik memiliki
prinsip yang menjadi acuan dalam pelaksanaannya, antara lain:
Stimulus dan Respon
Stimulus merupakan dorongan atau fasilitas yang diberikan guru
kepada siswa misalnya alat peraga, gambar atau charta tertentu
dalam rangka membantu belajarnya. Sedangkan respons adalah
reaksi siswa terhadap stimulus yang telah diberikan oleh guru
tersebut, reaksi ini dapat diamati..
Reinforcement (penguatan)
Reinforcement adalah konsekuensi yang menyenangkan bertujuan
untuk memperkuat tingkah laku, sedangkan konsekuensi yang
tidak menyenangkan akan memperlemah perilaku disebut dengan
hukuman (punishment). Berikut beberapa contoh penguatan:
1) Penguatan positif dan negatif Pemberian stimulus
positif yang diikuti respon disebut penguatan positif.
Sedangkan mengganti peristiwa yang dinilai negatif
untuk memperkuat perilaku disebut penguatan negatif
2) Penguatan primer dan sekunder Penguat primer
adalah penguatan yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan fisik. Sedangkan penguatan sekunder
adalah penguatan yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan non fisik.
3) Kesegeraan memberi penguatan (immediacy)
Penguatan hendaknya diberikan segera setelah
perilaku muncul karena akan menimbulkan
perubahan perilaku yang jauh lebih baik dari pada
pemberian penguatan yang diulur-ulur waktunya.
4) Pembentukan perilaku (Shapping) Menurut skinner
untuk membentuk perilaku seseorang diperlukan
langkahlangkah
Kepunahan (Extinction)
Kepunahan akan terjadi apabila respon yang telah terbentuk tidak
mendapatkan penguatan lagi dalam waktu tertentu. Dalam kasus ini
adalah ketika siswa mampu menyelesaikan suatu kegiatan akan
tetapi tidak mendapatkan feedback berupa nilai atau pujian.