Anda di halaman 1dari 15

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

IBU ASIH KARSIYATI, S.Psi, M.Psi, T.

DISUSUN OLEH:
1. MUHAMMAD RISQI ANGGORO (202120018)
2. ADINDA ANUGERAHITA (202120024)
3. HALIMMATUS SADIAH (202120026)

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2021

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH................................................................................1
1.3 TUJUAN.........................................................................................................1
BAB II...........................................................................................................................2
PEMBAHASAN............................................................................................................2
2.1 Pengertian Teori Belajar Behaviorisme..........................................................2
2.2 Tokoh-Tokoh dan Pemikirannya terhadap Teori Belajar Behavioristik.........2
2.2.1 Edward Lee Thorndike(1874-1949)........................................................2
2.2.2 Burhus Fredederic Skinner (1904-1990).................................................4
2.2.3 David Ausubel.........................................................................................6
2.2.4 Robert Gagne...........................................................................................6
2.2.5 Ivan Petrovich Pavlov Ivan Petrovich.....................................................7
2.2.6 Albert Bandura........................................................................................8
2.3 Aplikasi teori behaviorisme terhadap pembelajaran Siswa............................8
2.4 Tujuan Pembelajaran Behaviorism...............................................................10
2.5 Prinsip-prinsip teori Pembelajaran Behavioristik.........................................10
2.6 Kelebihan dan kekurangan dalam teori pembelajaran behavioristik............11
BAB III........................................................................................................................13
PENUTUP...................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan...................................................................................................13
3.2 Saran.............................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Teori belajar Behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan
Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh
terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran yang
dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya
perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan
orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan
semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Metode behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang
membuthkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti:
Kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya:
percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang,
olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak
yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus
dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung
seperti diberi permen atau puji.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari Teori Belajar Behaviorisme?
2. Bagaimana pemikiran tokoh-tokoh terhadap teori belajar Behaviorisme?
3. Bagaimana apklikasi teori behaviorisme terhadap pembelajaran siswa?
4. Apa tujuan pembelajaran Behaviorisme?
5. Apa prinsip-prinsip teori pembelajaran Behaviorisme?
6. Apa kelebihan dan kekurangan dalam teori pembelajaran Behaviorisme?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari teori belajar behaviorisme
2. Untuk mengetahui dan menjelaskan dari pemikiran berbagai tokoh-tokoh
terhadap teori belajar Behaviorisme
3. Untuk mengetahui dan menjelaskan apklikasi teori behaviorisme terhadap
pembelajaran siswa
4. Untuk menjelaskan tujuan pembelajaran Behaviorisme?
5. Untuk mengetahui dan menjelaskan kelebihan dan kekurangan dalam teori
pembelajaran Behaviorisme

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Belajar Behaviorisme


Teori behavioristik adalah teori beraliran behaviorisme yang merupakan salah
satu aliran psikologi. Teori belajar behavioristik ini dikenal dengan sebuah teori yang
dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman.
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat
dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain belajar merupakan
bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah
laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan
tingkah lakunya. Misalnya; siswa belum dapat dikatakan berhasil dalam belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial jika dia belum bisa/tidak mau melibatkan diri dalam kegiatan-
kegiatan sosial seperti; kerja bakti, ronda dll.
Menurut teori ini yang terpenting adalah:
1. Masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa
respons.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa misalnya alat
perkalian, alat peraga, pedoman kerja atau cara-cara tertentu untuk membantu belajar
siswa, sedangkan respon adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang
diberikan guru tersebut. Teori ini juga mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran
merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah
laku tersebut.
2. Penguatan (reinforcement)
Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Misalnya,
ketika peserta didik diberi tugas oleh guru, ketika tugasnya ditambahkan maka ia
akan semakin giat belajarnya, maka penambahan tugas tersebut merupakan penguatan
positif dalam belajar, begitu juga sebaliknya.
Prinsip-prinsip behaviorisme adalah:
1. Objek psikologi adalah tingkah laku
2. Semua bentuk tingkah laku dikemalikan kepada reflek
3. Mementingkan terbentuknya kebiasaan
2.2 Tokoh-Tokoh dan Pemikirannya terhadap Teori Belajar Behavioristik
2.2.1 Edward Lee Thorndike(1874-1949)
Thorndike adalah seorang pendidik dan sekaligus psikolog
berkebangsaan Amerika uus S1 dari Universitas Weseyan tahun 1895,S2

2
dari Harvard Tahun 1896 dan meraih gear Dokter di Coumbia tahun
1898.
Menurutnya” belajar merupakan proses interaksi antara Stimulus
(S) yang mungkin berupa pikiran, perasaan atau gerakan dan Respon (R)
yang juga berupa pikiran, perasaan atau gerakan.”
Stimulus adalah perubahan dari lingkungan exsternal yang menjadi
tanda untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi/berbuat. Sedangkan
respon adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya
perangsang.
Dari percobaannya yang terkenal (puzzle box) diketahui bahwa
supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respon, perlu adanya
kemampuan untuk memilih respon yang tepat serta melalui usaha-usaha
atau percobaan-percobaan (trial) dan kegagalan-kegagalan (Error) terlebih
dahulu. Bentuk paling dasar dari belajar adalah Trial and Error learning
atau selecting and conecting learning dan berlangsung menurut hukum-
hukum tertentu. Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh
thorndike ini sering disebut teori belajar koneksionisme atau asosiasi.
Edward L. Thorndike dalam teori connectionism dari Amerika
Serikat, menyatakan bahwa dasar dari belajar adalah asosiasi antara kesan
panca indera dan inplus untuk bertindak atau terjadinya hubungan antara
stimulus dan respon disebut Bond, sehingga dikenal dengan teori S – R
Bond.
Thorndike mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara stimuus
dan respon ini mengikuti hukum-hukum berikut:
1. Hukum kesiapan (Law of readiness)
Yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan
tingkah laku,maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan
kepuasaan individu sehingga asosiasi cenderung di perkuat.
2. Hukum Latihan (law of exercise)
Yaitu semakin sering suatu tingkah laku di ulang/di latih(digunakan),
maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.
3. Hukum akibat (law of effect)
Yaitu hubungan stimulus respon cenderung di perkuat bila akibatnya
menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak
memuaskan.
Selanjutnya Thorndike menambahan hukum tambahan sebagai
berikut:
a. Hukum Reaksi Bervariasi (Multiple Response)

3
Hukum ini mengatakan bahwa pada individu diawali oleh proses trial
dan eror yang menunjukkan adanya bermacam-macam respon sebelum
memperoleh respon yang tepat dalam memecahkan masalah yang di
hadapi.
b. Hukum sikap (set/attitude)
Menjelaskan bahwa perilaku belajar seseorang tidak hanya
ditentukan oleh hubungan stimulus dengan respon saja,teteapi juga di
tentukan keadfaan yang ada dalam diri individu baik
kognitif,emosi,sosial,maupun psikomotornya.
c. Hukum Aktivitas Berat Sebelah (Prepotency of Element)
Bahwa individu dalam proses belajar memberikan respon hanya pada
stimulus tertentu saja sesuai dengan persepsinya terhadap keseluruhan
situasi (respon selektif).
d. Hukum Respon by Analogy
Hukum ini mengatakan bahwa individu dapat melakukan respon pada
situasi yang belum pernah dialami karena individu sesungguhnya dapat
menghubungkan situasi yang belum pernah dialami dengan situasi lama
yang pernah dialami sehingga terjadi transfer atau perpindahan unsur-
unsur yang telah dikenal kesituasi baru. Makin banyak unsur yang
sama/identik,maka transfer akan makin mudah.
e. Hukum perpindahan asosiasi (Associative Shifting)
Hukum ini mengatakan bahwa proses peralihan dari situasi yang
dikenal kesituasi yang belum dikenal dilakukan secara bertahap dengan
cara menambahkan sedikit demi sedikit unsur baru dan membuang
sedikiut demi sedikit unsur lama.
2.2.2 Burhus Fredederic Skinner (1904-1990)
B. F. Skinneradalah seorang yang berkebangsaan Amerika yang
dikenal sebagai seorang tokoh behavioris yang meyakini bahwa perilaku
individu dikontrol melalui proses operant conditioning dimana seseorang
dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian
reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan yang relatif besar. Gaya
mengajar guru dilakukan dengan beberapa pengantar dari guru secara
searah dan dikontrol guru melalui pengulangan (drill) dan latihan
(exercise).
Menagement kelas menurut skinner adalah berupa usaha untuk
memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu
memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi
imbalan apapun pada perilaku yang tidak tepat. Operant Conditioning
atau pengkondisian operanadalah suatu proses perilaku operant

4
(penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku
tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan
keinginan.
Teori belajar behavioristik ini telah lama dianut oleh para guru dan
pendidik, namun dari semua pendukuung teori ini, teori Skinnerlah yang
paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar
Behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine,
pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran
lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta
mementingkan faktor-fktor penguat merupakan program-program
pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan oleh
skinner.
Menurut skinner – berdasarkan percobaanya terhadap tikus dan
burung merpati – unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan.
Maksudnya adalah penguatan yang terbentuk melalui ikatan stimulus
respond akan semakin kuat bila diberi penguatan ( penguatan positif dan
penguatan negatif).
Bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau
penghargaan. Sedangkan bentuk penguatan negatif adalah antara lain
menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan,
atau menunjukkan perilaku tidak senang.
Skinner tidak percaya pada asumsi yang dikemukakan guthrie
bahwa hukuman memegang peranan penting dalam proses pelajar. Hal
tersebut dikarenakan menurut skinner:
1. Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat
sementara
2. Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi
bagian dari jiwa terhukum) bila hukuman berlangsung lama
3. Hukuman mendorong si terhukum mencari cara lain (meskipun salah
dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman
4. Hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang
kadangkala lebih buruk dari pada kesalahan pertama yang
diperbuatnya. Skinner lebih percaya dengan apa yang disebut
penguatan baik negatif maupun positif.
Beberapa prinsip belajar Skinner antara lain:
1. Hasil belajar harus segera di beritahukan kepada siswa,jika salah
dibetulkan,jika benar diberi penguat.
2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar
3. Materi pelajaran digunakan sistem modul

5
4. Dalam proses pembelajaran ,lebih di pentingkan aktivitas sendiri
5. Dalam proses pembelajaran,tidak digunakan hukuman. Untuk
ini,lingkungan perlu diubah ,untuk menghindari adanya hukuman.
6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik,diberi hadian,dan sebaiknya
hadian diberikan dengan jadwal variable rasio reinforcer
7. Dalam pembelajaran,digunakan shaping.
2.2.3 David Ausubel
Lahir pada 25 Oktober 1918 di Brooklyn New York. Belajar
menurut Ausubel adalah proses internal yang tidak dapat diamatisecara
langsung. Perubahan terjadi dalam kemampuan seseorang untuk
bertingkahlaku dan berbuat dalam situasi tertentu, perubahan dalam
tingkah laku hanyalahsuatu reflek dari perubahan internal (berbeda
dengan aliran behaviorisme, alirankognitif mempelajari aspek-aspek yang
tidak dapat diamati secara langsungseperti, pengetahuan, arti, perasaan,
keinginan, kreativitas, harapan dan pikiran).
Belajar bermakna menurut Ausubel merupakan suatu proses
dikaitkannya informasi barupada konsep-konsep relevan yang terdapat
dalam struktur kognitif seseorangfaktor yang paling penting yang
mempengaruhi belajar adalah apa yang telahdiketahui siswa. Pandangan
Ausubel agak berlawanan dengan Burner yang beranggapanbahwa belajar
dengan menemukan sendiri (discovery learning) adalah sesuaidengan
hakikat manusia sebagai seorang yang mencari-cari secara aktif
danmenghasilkan pengetahuan serta pemahaman yang sungguh-sungguh
bermakna Sedang menurut Ausubel kebanyakan orang belajar terutama
dengan menerimadari orang lain (reception learning).
Kedua pandangan tersebut sangat mirip yakni sebuah
konstruksipengetahuan baru yang sesungguhnya bergantung pada sistem
pembelajaran yangbermakna. Hanya saja discovery learning Burner
menonjolkan corak berpikirinduktif sedangkan reception learning
Ausubel menonjolkan corak berpikirdeduktif. Sebagai konsekuensinya,
Ausubel mencanangkan mengajar yangdisebutkan “mengajar dengan
menguraikan” (expository teaching). Psikologi pendidikan yang
diterapkan oleh Ausubel adalah bekerja untuk mencari hukum belajar
yang bermakna.
2.2.4 Robert Gagne
Gagne adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan Amerika
yang terkenal dengan penemuannya berupa Conditions of Learning. Ia
lahir pada 21 Agustus 1918.

6
Teori Gagne banyak dipakai untuk mendesain software
instruksional (program – program berupa drill, tutorial atau simulasi).
Kontribusi terbesar dari teori instruksional Gagne adalah “9 kondisi
Instruksional” yaitu :
1. Mendapatkan perhatian
2. Menginformasikan siswa mengenai tujuan yang akan dicapai
3. Stimulasi kemampuan dasar siswa untuk persiapan belajar
4. Penyajian materi baru
5. Menyediakan pembimbingan
6. Memunculkan tindakan
7. Siap memberikan umpan balik langsung terhadap hasil yang baik
8. Menilai hasil belajar yang ditunjukkan
9. Meningkatkan proses penyimpanan memori dan mengingat
Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses
penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan
keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi
adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisikondisi
eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu
yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang
terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan
dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Hal ini memunculkan pemikiran Gagne bahwa pembelajaran harus
dikondisikan untuk memunculkan respons yang diharapkan.
Gagne mencatat ada delapan tipe belajar:
1. Belajar isyarat (signal learning)
2. Belajar stimulus respon
3. Belajar merantaikan (chaining)
4. Belajar asosiasi verbal (verbal Association)
5. Belajar membedakan (discrimination)
6. Belajar konsep (concept learning)
7. Belajar dalil (rule learning)
8. Belajar memecahkan masalah (problem solving)
2.2.5 Ivan Petrovich Pavlov Ivan Petrovich
Pavlov lahir tanggal 14 September 1849 di Ryazan Rusia yaitu desa
tempat ayahnya Peter Dmitrievich Palvov. Ia dididik di sekolah gereja
dan melanjutkan ke seminari. Palvov lulus sebagai sarjana kedokteran
dengan bidang dasar fisiologi. Pada tahun 1884 ia menjadi direktur
departemen fisiologi dan memulai penelitian mengenai fisiologi
pencernaan. Karyanya mengenai pengkondisian sangat mempengaruhi

7
psikologi behavioristik di Amerika. Dari eksperimen Pavlov setelah
pengkondisian atau pembiasaan dapat diketahui bahwa daging yang
menjadi stimulus alami dapat digantikan oleh bunyi lonceng sebagai
stimulus yang dikondisikan. Ketika lonceng dibunyikan ternyata air liur
anjing keluar sebagai respon yang dikondisikan.
Apakah situasi ini bisa diterapkan pada manusia? Ternyata dalam
kehidupan sehari-hari ada situasi yang sama pada anjing. Sebagai contoh,
suara lagu dari penjual es creem Walls yang berkeliling dari rumah
kerumah. Awalnya mingkin suara itu asing, tetapi setelah si penjual es
creem sering lewat, maka nada lagu tersebut bisa menerbitkan air liur.
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan
strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara
mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan
pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari
bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
2.2.6 Albert Bandura
Bandura lahir tanggal 4 Desember 1925 di Mundare Alberta. Ia
seorang psikolog yang terkenal dengan teori belajar sosial atau kognitif
sosial serta efikasi diri. Teori belajar sosial 10 bandura menunjukkan
pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap dan reaksi
emosi orang lain.
Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks
interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku
dan pengaruh lingkungan.
Faktor-faktor yang berproses dalam belajar observasi adalah:
1. Perhatian (atensi), mencakup peristiwa peniruan (adanya kejelasan,
keterlibatan perasaan, tingkat kerumitan, kelaziman, nilai fungsi)
dan karakteristik pengamat (kemampuan indra, minat, presepsi,
penguatan sebelumnya)
2. Penyimpanan atau proses mengingat, mencakup kode pengkodean
simbolik, pengorganisasian pikiran, pengulangan simbol,
pengulangan motorik
3. Reproduksi motorik, mencakup kemampuan fisik, kemampuan
meniru, keakuratan umpan balik
4. Motivasi, mencakup dorongan dari luar dan penghargaan terhadap
diri sendiri.
2.3 Aplikasi teori behaviorisme terhadap pembelajaran Siswa
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran yaitu karena
memandang pengetahuan adalah objektif, pasti, tetap dan tidak berubah pengetahuan

8
disusun dengan rapi sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan
mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowladge) kepada orang
yang belajar. Fungsi pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah
ada melalui proses berfikir yang dapat dianalisis dan dipilih, sehingga makna yang
dihasilkan dari proses berfikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur
pengetahuan tersebut. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan
respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan
perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input
yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Ciri – ciri kuat yang mendasari penerapan teori behavioristik:
1. Mementingkan pengaruh lingkungan
2. Mementingkan bagian – bagian (elementalistik)
3. Mementingkan peranan reaksi
4. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya
5. Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan
6. Mengutaman mekanime terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus
respon
7. Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan
Secara umum langkah-langkah pembelajaran yang berpijak pada teori
behavioristik yang dikemukakan oleh Sociati dan Prasetya Irawan (2001) dapat
digunakan dalam merancang pembelajaran, langkah-langkah pembelajara tersebut
antara lain:
1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
2. Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi
pengetahuan awal siswa
3. Menentukan materi pembelajaran
4. Memecah materi pembelajaran menjadi bagian kecil-kecil, meliputi pokok
bahasan sub pokok bahasan, topik dsb
5. Menyajikan materi pembelajaran
6. Memberikan stimulus, dapat berupa, pertanyaan baik lisan maupu tertulis, tes
atau kuis, latihan atau tugas-tugas
7. Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa
8. Memberikan penguatan atau reinforcement (mungkin penguatan positif ataupun
penguatan negatif), ataupun hukuman
9. Memberikan stimulus baru
10. Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman
11. Evaluasi belajar
Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif
yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu,

9
para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan
standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para
pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-
hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang
dijangkau dalam proses evaluasi.
Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga
pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau
ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan
yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai
bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan
dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah
objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang
oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar.
2.4 Tujuan Pembelajaran Behaviorism
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas mimetic, yang menuntut pembelajar
untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk
laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada
ketrampilan yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke
keseluruhan.
1. Berkomunikasi atau transfer prilaku adalah pengambaran pengetahuan dan
kecakapan peserta didik (tidak mempertimbangkan proses mental.
2. Pengajaran adalah untuk memperoleh keinginan respon dari peserta didik yang
dimunculkan dari stimulus.
3. Peserta didik harus mengenali bagaimana mendapatkan respon sebaik mungkin
pada kondisi respon diciptakan.
Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar
lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada
ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut.
Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan
biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut
jawaban yang benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara benar sesuai dengan
keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas
belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan
pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini
menekankan evaluasi pada kemampuan pebelajar secara individual.

10
2.5 Prinsip-prinsip teori Pembelajaran Behavioristik
Dalam pembelajaran behaviorisme pembelajaran merupakan penguasan respons
(Acquisition of responses) dari lingkungan yang dikondisikan. Peserta didik haruslah
melihat situasi dan kondisi apa yang yang menjadi bahan pembelajaran.
Berikut ini adalah prinsip-prinsip pembelajaran behavioristik menekankan pada
pengaruh lingkungan terhadap perubahan perilaku:
1. Mengunakan prinsip penguatan, yaitu untuk menidentifikasi aspek paling
diperlukan dalam pembelajaran untuk mengarahkan kondisi agar peserta didik
dapat mencapai peningkatan yang diharapkan dalam tujuan pembelajaran.
2. Menidentifikasi karakteristik peserta didik, untuk menetapkan pencapaian tujuan
pembelajaran.
3. Lebih menekankan pada hasil belajar daripada proses pembelajaran.
2.6 Kelebihan dan kekurangan dalam teori pembelajaran behavioristik
Sesuai dengan teori ini, guru dapat menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang
sudah siap sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan
secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi intruksi
singkat yang diikuti contohcontoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi.
Bahan pelajaran disusun secara hirarki dari yang sederhana sampai pada yang
kompleks.
Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan
pencapaian suatu ketrampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang
dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan
latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan.
a. Kelebihan :
Dalam teknik pembelajaran yang merujuk ke teori behavioristik terdapat
beberapa kelebihan di antaranya:
1. Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi
belajar.
2. Metode behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang
menbutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur
seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleksi, daya tahan, dan
sebagainya.
3. Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar
mandiri. Jika menemukan kesulitan baru ditanyakan kepada guru yang
bersangkutan.
4. Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih
membutuhkan dominansi peran orang dewasa , suka mengulangi dan harus
dibiasakan , suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan
langsung seperti diberi permen atau pujian.

11
b. Kekurangan:
1. Memandang belajar merupakan asosiasi belaka antara stimulus dan respon
2. Mengabaikan pengertian belajar sebagai unsure pokok
3. Proses belajar berlangsung secara teori
Selain teorinya, beberapa kekurangan perlu dicermati guru dalam
menentukan teknik pembelajaran yang mengacu ke teori ini, antara lain:
1) Sebuah konsekuensi bagi guru, untuk menyusun bahan pelajaran
dalam bentuk yang sudah siap
2) Tidak setiap mata pelajaran bisa menggunakan metode ini
3) Penerapan teori behavioristik yang salah dalam suatu situasi
pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran
yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai sentral,
bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan
menentukan apa yang harus dipelajari murid
4) Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan
menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar
yang efektif
5) Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh
behavioristik justru dianggap metode yang paling efektif untuk
menertibkan siswa
6) Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar dan sangat dipengaruhi
oleh penguatan yang diberikan guru.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan masalah yang kita bahas, dapat diambil kesimpulan:
1. Teori behavioristik merupakan teori belajar yang lebih menekankan pada
perubahan tingkah laku serta sebagai akibat dari interaksi antara stimulus
dan respon.
2. Teori behaviristik terdiri dari dari 4 landasan: koneksionisme,
pengkondisian, penguatan, dan Operant conditioning.
3. Menurut teori belajar behavioristik, belajar merupakan suatu proses
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan
respon. Seseorang dianggap telah belajar apabila ia bisa menunjukkan
perubahan tingkah lakunya.
4. Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari
beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran,
karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
5. Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada
penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas mimetic, yang
menuntut pembelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang
sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes.
6. Tokoh-Tokoh dan Pemikirannya terhadap Teori Belajar Behavioristik. :
 Edward Lee Thorndike (1874-1949)
 Burhus Fredederic Skinner (1904-1990)
 David Ausubel
 Robert Gagne
 Ivan Petrovich Pavlov
 Albert Bandura
3.2 Saran
Kita sebagai calon guru harusnya mampu mendidik para peserta didik kita
dengan baik, dengan metode serta teori yang tepat sehingga proses belajar mengajar
berjalan dengan baik. Oleh karena itu pelajarilah teori-teori pembelajaran yang ada
agar kita mampu menemukan kecocokan dalam metode mengajar yang tepat.

13

Anda mungkin juga menyukai